bioetika kedokteran
-
Upload
sagase-apthayasa -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
description
Transcript of bioetika kedokteran
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagai seorang dokter yang professional, dalam bekerja seorang dokter harus berpedoman
pada etika dan hukum profesionalisme. Hukum dan etika menjaga seorang dokter agar tetap
berada jalur yang benar. Menurut kaidah dasar bioetik, dalam membuat keputusan, seorang
dokter selalu membuat pertimbangan dari beberapa alternatif, untuk ditentukan satu pilihan yang
akan diberikan pada pasiennya. Pertimbangan ini berdasar pada beneficence (tanpa pamrih),
autonomy (pasien mempunyai otoritas sendiri), non-maleficence (menolong pasien emergensi),
dan justice (adil, memperlakukan sesuatu secara universal).
Sebagai seorang mahasiswa fakultas kedokteran, maka sangat diperlukan untuk melakukan
pengenalan akan kaidah- kaidah dasar tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pada saat sudah
menjadi dokter maka prinsip- prinsip tersebut dapat diterapkan dengan baik sehingga menjadi
seorang dokter yang baik dan professional.
1.2 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat membantu pemahaman penulis dan pembaca dalam hal
pengertian mengenai kaidah-kaidah dasar dalam bidang kedokteran dan mengetahui masalah
yang dihadapi oleh dokter dalam menerapkan bioetika melalui skenario kasus.
1.3 Hipotesis
Penerapan kaidah bioetika diperlukan untuk meminimalisasi pelanggaran dalam hubungan
antara dokter dan pasien.
1
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Menurut F.Abel Bioetika adalah studi interdislipin tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran,tidak hanya memperhatikan masalah-
masalah yang terjadi pada masa sekarang,tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada
masa yang akan datang. Bioetik juga dapat diartikan obligasi sifat moral yang berhubungan
dengan riset biologis dan aplikasinya2.
Dalam bioetika cenderung mengarah kepada penanganan isu-isu tentang suatu nilai dan etika
karena timbulnya perkembangan ilmu dan teknologi serta biomedis.Misalnya dalam suatu
bioetika hanya mengarah pada ketentuan atau kode-kode tentang hal-hal yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan dalam tindakan medis seperti kloning, bayi tabung,
transplantasi, dan lain-lain.5
2.2. Prinsip-prinsip dasar Bioetika
Prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip
itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut spesifik.Dalam suatu
kasus memiliki kondisi yang berbeda ,salah satu prinsip yang satu menjadi sangat penting
dengan prinsip yang lainnya. Suatu penerapan praktik dapat dikatakan prima facie atau suatu
urutan perubahan prinsip.
Kaidah-kaidah dasar dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
2.2.1 Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan
kessehatan.Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi
pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
seperti mengambil langkah positif untuk memaksimalisai akibat baik daripada hal yang buruk3.
Ciri-ciri prinsip ini yaitu:
Mengutamakan Altruisme.
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter.
2
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya.
Paternalisme bertanggung jawab / kasih sayang.
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia.
Pembatasan “goal based”.
Memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
Minimalisasi akibat buruk.
Kewajiban menolong pasien gawat darurat.
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.
Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.
Mengembangkan profesi secara terus menerus.
Memberikan obat berkhasiat namun murah.
Menerapkan golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkan.
2.2.2 Non-Maleficence
Dalam prinsip ini seorang dokter tidak berbuat hal yang merugikan kepada seorang pasien.
Dalam hal ini sangat penting bila dalam keadaan emergensi atau gawat darurat. Gambaran
prinsip nonmaleficence ini yaitu”primum non nocere” pertama jangan menyakiti. Prinsip ini
menjadi suatu kewajiban bila tindakan dokter tersebut paling efektif.3
Non-Maleficence mempunyai cirri-ciri: 1
Menolong pasien emergensi.
Pasien dalam keadaan sangat berbahaya, dokter mampu mencegah bahaya tersebut,
tindakan kedokteran tadi terbukti efektif, manfaat bagi pasien lebih besar dari pada
kerugian dokter.
Mengobati pasien yang luka.
Tidak membunuh pasien.
Tidak menghina/mencaci maki/ memamfaaatkan pasien.
Tidak memandang pasien sebagai objek.
Mengobati secara proporsional.
3
Mencegah pasien dari bahaya.
Menghindari misrepresentasi dari pasien.
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian.
Memberikan semangat hidup.
Melindungi pasien dari serangan .
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian.
Tidak melakukan White Collar Crime dalam bidang kesehatan.
2.2.3 Autonomy
Di dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia .Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri . Dalam hal
ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.Autonomy
bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan,membela, dan membiarkan pasien demi
dirinya sendiri.2
Autonomy mempunyai ciri-ciri:1
Menghargai hak menentukan nasib sendiri.
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan.
Berterus terang.
Menghargai privasi.
Menjaga rahasia pasien.
Menghargai rasionalitas pasien.
Melaksanakan Informed Consent.
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri.
Tidak menghalangi autonomi pasien.
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, temasuk
keluarga pasien sendiri.
Sabar menunggu keputusan yang diambil oleh pasien pada kasus non emergensi.
Tidak berbohong kepada pasien meskipun untuk kebaikan pasien.
Menjaga hubungan ( kontrak).
2.2.4 Justice
4
Keadilan (Justice ) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata
dan hadil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi,pandangan politik, agama,kebangsaan, perbedaan kedudukan social,
kebangsaan dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.4
Justice mempunyai ciri-ciri:1
Memberlakukan segala sesuatu secara universital.
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan.
Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.
Menghargai hak sehat pasien.
Menghargai hak hukum pasien.
Menghargai hak orang lain.
Menjaga kelompok rentan.
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll.
Tidak melakukan penyalahgunaan.
Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien.
Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya.
Kewajiban mendistribusi keuntungan secara adil.
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten.
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat.
Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
Bijak dalam makroalokasi
BAB III
PEMBAHASAN
5
Berdasarkan dari skenario dr. Tenar, terdapat contoh-contoh penerapan dan pelanggaran dari
kaidah-kaidah dasar bioetika, seperti diuraikan berikut ini:
3.1 Beneficence
“dr. Tenar melakukan pemeriksaan EKG (elektrokrdiogram) karena.......”(penerapan
point 9,14; paragraf 4).
“tak lupa ia menitipkan amplop berisi Rp. 25.000,-.......”(penerapan point 1, 2, 3, 5, 10,
11; paragraf 8).
“sambil memberi sebungkus oralit dan lalu mengirimkannya ke.....” (penerapan point 1;
paragraf 10).
“sampai ia rela pulang larut malam....” ( penerapan point 1; paragraf 11 )
3.2 Non-Maleficence
“tidak sempat dilakukan pengukuran tekanan darahnya.....” (pelanggaran point 6 dan 7;
paragraf 6).
“Malthus bin Darwin yang tadi pagi ia khitan, ternyata datang kembali dalam keadaan
berdarah.........” (pelanggaran point 8,10; paragraf 9).
“dr. Tenar mengatasi pendarahan si Malthus di ruang sekat kiri.....” (penerapan point 1;
paragraf 9).
3.3 Autonomy
“dr. Tenar menempatkan 2 bed dal;am kamar prakteknya yang dibatasi.....” ( pelanggaran
point 4; paragraf 2).
“ah, Cuma panas dalam perut, jawab Tenar kalem.......” (penerapan point 5; paragraf 5).
“Meminta suntik” meminta suntik dengan berdiri........” (penerapan point 1 dan 8;
paragraf 5).
“ibu tersebut masuk kembali ke kamar periksa.......” (pelanggaran point 4; paragraf 5 ).
“Tanpa penjelasan mengenai isi di dalam surat keterangan tersebut.....” ( pelanggaran
point 7; paragraf 6).
“Tenar tak sempat berbicara ke Nn. Rana.......” (pelanggaran point 1; paragraf 9 ).
3.4 Justice
6
“Sesuai antrian” ...............(penerapan point 1 pararaf 3)
“memberi rujukan lab ke klinik “tirtasi cepat”................(pelanggaran point 8;paragraf 4)
“tidak mengikuti antrian”.................(pelanggaran point 1,5;paragraf 5)
“Melongok,hansip tersebut”................(pelanggaran point 6 dan 16; paragraf 8)
“kembali dengan keadaan berdarah”.............(pelanggaran point 8,10; paragraf 9)
BAB IV
PENUTUP
7
4.1 Kesimpulan
Dalam hal ini bila terjadi penyimpangan dalam salah satu prinsip tersebut maka akan
menimbulkan dampak bagi pasien dan dokter tersebut , maka diperlakukan keseimbangan dalam
pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut.
Jadi hipotesis di atas benar karena dokter masih belum bisa maksimal dalam menerapkan
kaidah- kaidah dasar bioetika terutama Non- maleficence.
4.2 Saran
Sebaiknya kita juga perlu memperdalam prinsip-prinsip dasar bioetika sebagai calon dokter
masa depan dalam meningkatkan kualitas dalam bekerja.
8