Binter Kodak

10
Nama : I G. A. Agung Diah Acintya Nim : 1106305073 KODAK RAKSASA YANG TEREMPAS ARUS DIGITAL Kodak akhirnya bangkrut. Kabar ini jadi berita besar mengingat Kodak sebagai pionir kamera tangan yang sudah berusia 133 tahun. Alasan bangkrutnya jelas , yakni tidak bisa menanggapi perubahan. Arus digitalisasi yang menimpa segala bidang tidak bisa ia kelola dengan baik. Padahal di tahun – tahun sebelumnya , Kodak merupakan pionir film fotografi yang berpamor kuat. Collins – Porras dalam bukunya Built to Last mengatakan ada karakteristik generic yang melekat pada perusahaan yang berumur panjang. (everlasting company). Ada dua unsure yakni core values dan purpose values. Core values merupakan nilai – nilai mendasar dan otentik dari perusahaan . Sedangkan purpose merupakan raison d’ etre alias alasan mengapa perusahaan itu berdiri. Collins-Porras beropini core ideology tidak boleh berubah meski lingkungan bisnisnya berubah. Tapi, Collins juga menyatakan di luar core values tadi, perubahan harus terjadi. Perubahan ini untuk menstimulasi kemajuan (stimulate progress) perusahaan. Di tengah kemunculan era digital , Kodak tidak terlihat terlalu mengambil langkah penyesuaian ke kamera nya untuk digital tapi Kodak justru belum tau langkah apa yang harus mereka perbuat. Kodak malah mengakuisisi farmasi Sterling dengan harga USD 5,1 miliar. Perusahaan yang didirikan George Eastman ini berusaha membangun merek dalam industry baterai. Namun keputusan itu berbuntut pada kerugian. Hal serupa terjadi saat Kodak mengambil pemimipin baterai Duracell dan eveready. Kodak mengalami kerugian menyakitkan dan terpaksa melakukan perampingan dengan menawarkan pensiun dini dan PHK ribuan karyawannya. Beberapa ahli seperti DiSalvo beropini bahwa Kodak sama sekali tidak menyentuh era digital. Namun anggapan tersebut tidak sepenuhnya

Transcript of Binter Kodak

Page 1: Binter Kodak

Nama : I G. A. Agung Diah Acintya

Nim : 1106305073

KODAK

RAKSASA YANG TEREMPAS ARUS DIGITAL

Kodak akhirnya bangkrut. Kabar ini jadi berita besar mengingat Kodak sebagai pionir kamera tangan yang sudah berusia 133 tahun. Alasan bangkrutnya jelas , yakni tidak bisa menanggapi perubahan. Arus digitalisasi yang menimpa segala bidang tidak bisa ia kelola dengan baik. Padahal di tahun – tahun sebelumnya , Kodak merupakan pionir film fotografi yang berpamor kuat.

Collins – Porras dalam bukunya Built to Last mengatakan ada karakteristik generic yang melekat pada perusahaan yang berumur panjang. (everlasting company). Ada dua unsure yakni core values dan purpose values. Core values merupakan nilai – nilai mendasar dan otentik dari perusahaan . Sedangkan purpose merupakan raison d’ etre alias alasan mengapa perusahaan itu berdiri.

Collins-Porras beropini core ideology tidak boleh berubah meski lingkungan bisnisnya berubah. Tapi, Collins juga menyatakan di luar core values tadi, perubahan harus terjadi. Perubahan ini untuk menstimulasi kemajuan (stimulate progress) perusahaan.

Di tengah kemunculan era digital , Kodak tidak terlihat terlalu mengambil langkah penyesuaian ke kamera nya untuk digital tapi Kodak justru belum tau langkah apa yang harus mereka perbuat. Kodak malah mengakuisisi farmasi Sterling dengan harga USD 5,1 miliar. Perusahaan yang didirikan George Eastman ini berusaha membangun merek dalam industry baterai. Namun keputusan itu berbuntut pada kerugian. Hal serupa terjadi saat Kodak mengambil pemimipin baterai Duracell dan eveready. Kodak mengalami kerugian menyakitkan dan terpaksa melakukan perampingan dengan menawarkan pensiun dini dan PHK ribuan karyawannya.

Beberapa ahli seperti DiSalvo beropini bahwa Kodak sama sekali tidak menyentuh era digital. Namun anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Pada tahun 1990, Kodak membuat Photo CD sebagai media memproduksi gambar digital. Namun keputusan tersebut masih rabun.

Problem yang dihadapi Kodak tak lain adalah keterlambatannya untuk menguasai salah satu aspek pasar digital ini. Bermain di kamera digital , Kodak harus bermain dengan pemain besar yang sudah mapan. Sementara, investasi besar untuk mengejar ketertinggala ini ternyata berujung pada beban hutang. Utang ini melebihi kemampuan perusahaan dalam menarik pendapatan.

Kegagapan menghadapi perubahan membuat Kodak bangkrut. Tanpa kemampuan beradaptasi, kultur kuat, dan inovasi, Kodak pun gagal sebagai everlasting company. Kodak dengan tetap berpegang pada filosofi tuanya “Foto adalah Raja” , gagal meihat kebutuhan masa depan.

Akhirnya , Raksasa film fotografi ini pun tinggal legenda !

Page 2: Binter Kodak

Nama : I Putu Surya DhinataNIM : 1215351172

KODAK“Yang Fotografi yang keluar dari jalur digital”

Dunia  dikagetkan dengan bangkrutnya perusahaan raksasa Kodak dan terseok-seoknya Fujifilm. Mereka terlambat mengantisipasi trend kamera digital sehingga berada dalam kondisi yang sulit. Kodak adalah raja-raja kamera pada zaman dulu tapi mereka kurang sigap mengantisipasi perubahan digital. Dulu Canon dan Nikon bukan pemain penting tapi mereka sigap menyiasati perubahan dunia digital.

Problem yang dihadapi Kodak tak lain adalah keterlambatannya untuk menguasai salah satu aspek pasar digital ini. Bermain di kamera digital , Kodak harus bermain dengan pemain besar yang sudah mapan. Sementara, investasi besar untuk mengejar ketertinggala ini ternyata berujung pada beban hutang. Utang ini melebihi kemampuan perusahaan dalam menarik pendapatan.

Di Indonesia sendiri Kodak pada eranya sangat di kenal oleh masyarakat luas. Bahkan orang akan menyebut kamera dengan sebutan kodak, “pak punya kodak? Bu, boleh pinjam kodaknya untuk foto-foto acara besuk?”. Kodak pada awalnya di Indonesia berjalan mulus karena kebudayaan orang di Indonesia yang selalu mengabadikan kenangan-kenangannya dengan sebuah digital. Akan tetapi seiring perkembangan zaman dan globalisasi masyarakat Indonesia seakan-akan melupakan Kodak, karena penduduk Indonesia memiliki sifat yang tidak pernah puas akan sesuatu. Dan akhirnya kamera digital berukuran sebesar pemanggang roti itu, terlalu besar bagi fotografer amatir. Masyarakat kini lebih suka mengantungi kamera digital buatan Nikon, Canon atau Casio, di saku mereka. Namun bukannya mengembangkan teknologi kamera digital, kodak hanya menyaksikan bagaimana para pesaingnya mengambil pasar.

Akhirnya apa mau dikata, ketakutan akan ‘memakan’ produk sendiri ini akhirnya malah menyebabkan pendatang baru menghajar Kodak. Di akhir tahun 90-an kamera digital dari berbagai vendor mulai meledak, sedang Kodak sendiri masih berjalan di tempat. Saat Kodak sadar akan kesalahan tersebut akhirnya membuatnya mulai berbenah diri. Namun sayang, semua sudah terlambat bagi perusahaan yang bermarkas di Rochester, New York ini. Mereka pun harus mengejar ketertinggalannya namun kini diketahui, usaha tersebut gagal. Kiprah ratusan tahun legenda di dunia fotografi kini hanya meninggalkan nama.

Selain Kodak masih banyak perusahaan yang tidak bisa berhasil di luar negeri dan mengikuti kebudayaan tersebut. Diantaranya persahaan Siemens, texas, crispy cream.

Page 3: Binter Kodak

Nama : I Putu Surya DhinataNIM : 1215351172

McDonald( Perusahaan yang sukses menanggapi kebudayaan )

Mcd, adalah salah satu perusahaan tersukses di penjuru dunia.  Awalnya mereka hanya memiliki rumah makan kecil yang tidak terlalu ramai. Baru setelah mereka memegang ‘kunci’ sukses bisnis mereka segera melejit. Mereka merilis model rumah makan modern pada 15 April 1955 saat membuka rumah makan percobaan di Des Plaines, Illinois, Amerika Serikat. Menu utama mereka saat itu adalah hamburger. Belum genap 2 tahun bisnis mereka sangat berkembang pesat hingga akhirnya McDonald terus tumbuh menjadi restoran makanan siap saji raksasa di dunia. Setelah Kanada dan daratan Amerika mereka mulai merambah pasar Eropa, Asia Timur, dan Timur Tengah. Jumlah outlet mereka saat ini tersebar di 85 negara.

Salah satu kunci sukses Mcdonald adalah mereka mampu mengetahui atau mengikuti kebudayaan atau tradisi di suatu negara. Contohnya saja di Indonesia yang memiliki kebudayaan mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok sedangkan di luar negeri tempat pertama kalinya didirikannya Mcdonald tidak menggunakan nasi, nah inilah kecerdikan Mcdonald yang melihat Indonesia memiliki kebudayaan seperti itu hingga akhrinya Mcdonald memutuskan untuk membuat hidangannya dengan nasi dan ayam agar masyarakat Indonesia terpuaskan.

Tidak hanya di Indonesia saja Mcdonald mampu beradaptasi dengan kebudayaan suatu negara, bahkan di India Mcdonald memustuskan untuk menggunakan daging kambing yang sesuai dengan kebudayaan di India. Sebagai produsen makanan McDonald sangat mengerti tentang kualitas. Mencakup rasa, aroma, bentuk, dan kandungan gizi. Barang yang berkualitas sering membuat pelanggan terpesona. Mereka amat memperhatikan pasar, cermat, dan selalu berusaha melayani pelanggannya dengan pelayanan terbaik. Hingga saat ini ada moto yang selalu mereka gunakan yaitu kualitas (Quality), pelayanan (Service), kebersihan (Cleanless) dan nilai (Value).Itulah salah satu perusahaan yang mampu menanggapi suatu kebudayaan di dalam suatu negara. Tidak hanya Mcdonald saja yang mampu menaggapi hal tersebut masih banyak perusahaan lain yang mampu sukses di luar negeri diantaranya Honda, nokia, blackberry, Samsung ,coca-cola dan masih banyak perusahaan lainnya.

Nama : I Putu Surya Dhinata

Page 4: Binter Kodak

NIM : 1215351172

Teori Hofstede

Indonesia termasuk negara yang berdimensi Feminim dalam teori Hofstede. Skor Indonesia (46) pada dimensi ini dan dengan demikian dianggap rendah Maskulin. Sementara tidak sepenuhnya seperti negara-negara Eropa yang paling Utara yang sangat rendah Maskulinitas dan dengan demikian dianggap Feminin, Indonesia kurang Maskulin dari beberapa negara Asia lainnya seperti Jepang, Cina dan India. Dalam status Indonesia dan simbol yang terlihat sukses adalah penting tetapi tidak selalu mendapatkan materi yang membawa motivasi. Seringkali itu adalah posisi bahwa seseorang memegang yang lebih penting bagi mereka karena konsep Indonesia yang disebut "Gengsi" - longgar diterjemahkan menjadi, "ke luar penampilan". Adalah penting bahwa "Gengsi" akan sangat dipertahankan sehingga memproyeksikan penampilan luar yang berbeda yang bertujuan terkesan dan menciptakan aura status.

Indonesia termasuk negara yang berdimensi kekuasaan dalam teori Hofstede. Skor Indonesia tinggi pada dimensi (skor 78) yang berarti bahwa berikut ini mencirikan gaya Indonesia: Menjadi tergantung pada hirarki, hak-hak yang tidak sama antara pemegang kekuasaan dan pemegang kekuasaan non, dan delegasi. Karyawan berharap untuk diberitahu apa yang harus dilakukan dan kapan akan dilakukan. Pengendalian diharapkan dan manajer yang dihormati karena posisi mereka. Komunikasi adalah umpan balik langsung dan negatif tersembunyi.

Di sisi Individualism vs Collectivism, Indonesia, mempunyai skor yang rendah (14). Ini berarti, Indonesia adalah masyarakat yang sangat kolektif. Budaya kolektif berarti cenderung lebih menyukai kerangka sosial yang kuat di mana individu diharapkan untuk mengikuti nilai-nilai dalam masyarakat dan kelompok di mana dia berada. Masyarakat dari budaya yang tinggi collectivism-nya akan cenderung lebih terpengaruh oleh orang lain (dalam hal ini, reference group, atau influencer). Saya mengambil kedua contoh ini untuk menunjukkan bahwa perilaku 'social' itu memang sudah ada dari akar budayanya. Menilik dari index Hofstede, berarti Indonesia sebenarnya jauh lebih 'social' dari negara-negara barat yang menjadi penemu social media. Karena sudah ada dalam budaya Indonesia itu sendiri, maka kehadiran social media begitu cepat berkembang pesat di Indonesia. Hal ini lebih lanjut juga akan mempengaruhi perilaku lainnya, misalnya perilaku berbelanja. Dalam berbelanja, apabila kita menilik dari teori budaya di atas, dapat diduga bahwa dalam berbelanja pun konsumen Indonesia akan cenderung mencari opini dan lebih terpengaruh oleh kelompok pemberi pengaruh, dibanding masyarakat dengan Individualisme yang tinggi seperti misalnya di negara-negara Barat.

Skor Indonesia (48) pada orientasi sararan dan dengan demikian memiliki preferensi yang rendah menengah untuk menghindari resiko. Ini berarti bahwa ada preferensi yang kuat di

Page 5: Binter Kodak

Indonesia terhadap budaya Jawa pemisahan diri internal dari diri eksternal. Ketika seseorang marah, maka kebiasaan bagi Indonesia untuk tidak menunjukkan emosi negatif atau marah eksternal. Mereka akan tetap tersenyum dan bersikap sopan, tidak peduli seberapa marah mereka berada di dalam. Ini juga berarti bahwa mempertahankan tempat kerja dan harmoni hubungan sangat penting di Indonesia, dan tidak ada satu keinginan untuk menjadi penyampai berita buruk atau negatif atau umpan balik. Aspek lain dari dimensi ini dapat dilihat dalam resolusi konflik.

Nilai yang berhubungan dengan orientasi jangka panjang adalah hemat dan ketekunan. Sedangkan nilai-nilai yang terkait dengan orientasi jangka pendek adalah menghargai tradisi, memenuhi kewajiban sosial, dan melindungi pribadi seseorang. Dengan demikian menurut pendapat saya bahwa Indonesia mempunyai orientasi waktu jangka pendek mengingat kalau Indonesia selalu menghargai tradisi dan kebudayaan di setiap daerah yang ada di Indonesia

FEMINIM OR MASKULIN

Page 6: Binter Kodak

Skor yang tinggi (maskulin) pada dimensi ini menunjukkan bahwa masyarakat akan didorong oleh persaingan, prestasi dan keberhasilan, dengan kesuksesan yang ditentukan oleh pemenang / terbaik di bidang - suatu sistem nilai yang dimulai di sekolah dan berlanjut sepanjang perilaku organisasi.Sebuah skor yang rendah (feminin) pada dimensi berarti bahwa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat yang merawat orang lain dan kualitas hidup. Sebuah masyarakat feminin adalah salah satu di mana kualitas hidup adalah tanda keberhasilan dan berdiri keluar dari kerumunan tidak mengagumkan. Masalah mendasar di sini adalah apa yang memotivasi orang, ingin menjadi yang terbaik (maskulin) atau menyukai apa yang Anda lakukan (feminin).

Skor Indonesia (46) pada dimensi ini dan dengan demikian dianggap rendah Maskulin. Sementara tidak sepenuhnya seperti negara-negara Eropa yang paling Utara yang sangat rendah Maskulinitas dan dengan demikian dianggap Feminin, Indonesia kurang Maskulin dari beberapa negara Asia lainnya seperti Jepang, Cina dan India. Dalam status Indonesia dan simbol yang terlihat sukses adalah penting tetapi tidak selalu mendapatkan materi yang membawa motivasi. Seringkali itu adalah posisi bahwa seseorang memegang yang lebih penting bagi mereka karena konsep Indonesia yang disebut "Gengsi" - longgar diterjemahkan menjadi, "ke luar penampilan". Adalah penting bahwa "Gengsi" akan sangat dipertahankan sehingga memproyeksikan penampilan luar yang berbeda yang bertujuan terkesan dan menciptakan aura status.

Di negara-negara feminin fokusnya adalah pada "bekerja untuk hidup", manajer berusaha untuk konsensus, orang nilai kesetaraan, solidaritas dan kualitas dalam hidup mereka bekerja. Konflik diselesaikan dengan kompromi dan negosiasi. Insentif seperti waktu luang dan fleksibilitas yang disukai. Fokus pada kesejahteraan, status tidak ditampilkan. Seorang manajer yang efektif adalah salah satu mendukung, dan pengambilan keputusan dicapai melalui keterlibatan. Sebaliknya, negara-negara Maskulin dan ke negara-negara yang lebih rendah sejauh Maskulin yang tidak mencetak terlalu rendah pada skala untuk disebut negara Feminin, menampilkan ciri-ciri dari masyarakat Maskulin tetapi dalam tingkat yang lebih rendah

KEKUASAAN TINGGIarak kekuasaanDimensi ini berkaitan dengan fakta bahwa semua individu dalam masyarakat tidak sama - itu mengungkapkan sikap budaya terhadap ketidaksetaraan di antara kita.Jarak kekuasaan didefinisikan sebagai sejauh mana anggota kurang kuat lembaga dan organisasi dalam suatu negara mengharapkan dan menerima kekuasaan yang didistribusikan merata.

Skor Indonesia tinggi pada dimensi (skor 78) yang berarti bahwa berikut ini mencirikan gaya Indonesia: Menjadi tergantung pada hirarki, hak-hak yang tidak sama antara pemegang kekuasaan dan pemegang kekuasaan non, atasan-diakses, pemimpin direktif kontrol manajemen, dan delegasi. Power adalah terpusat dan manajer mengandalkan ketaatan anggota tim mereka. Karyawan berharap untuk diberitahu apa yang harus dilakukan dan kapan. Pengendalian diharapkan dan manajer yang dihormati karena posisi mereka. Komunikasi adalah umpan balik langsung dan negatif tersembunyi. Jarak High Power juga berarti bahwa Indonesia rekan kerja akan mengharapkan untuk secara jelas diarahkan oleh bos atau manajer - itu adalah jenis Guru-Siswa klasik dinamis yang berlaku untuk Indonesia. Barat mungkin jauh terkejut dengan perbedaan, terlihat diterima secara sosial, luas dan merata antara yang kaya dan miskin.

Page 7: Binter Kodak

TIDAK MENGAMBIL RSIKOPenghindaran ketidakpastianPenghindaran Ketidakpastian dimensi harus dilakukan dengan cara yang masyarakat berkaitan dengan fakta bahwa masa depan tidak pernah bisa diketahui: kita harus berusaha mengendalikan masa depan atau hanya membiarkan hal itu terjadi? Ambiguitas ini membawa serta kecemasan dan budaya yang berbeda telah belajar untuk berurusan dengan kecemasan dengan cara yang berbeda. Sejauh mana para anggota dari suatu budaya merasa terancam oleh situasi ambigu atau tidak diketahui dan telah menciptakan kepercayaan dan lembaga yang mencoba untuk menghindari tercermin dalam skor UAI.

Skor Indonesia (48) pada dimensi ini dan dengan demikian memiliki preferensi yang rendah menengah untuk menghindari ketidakpastian. Ini berarti bahwa ada preferensi yang kuat di Indonesia terhadap budaya Jawa pemisahan diri internal dari diri eksternal. Ketika seseorang marah, maka kebiasaan bagi Indonesia untuk tidak menunjukkan emosi negatif atau marah eksternal. Mereka akan tetap tersenyum dan bersikap sopan, tidak peduli seberapa marah mereka berada di dalam. Ini juga berarti bahwa mempertahankan tempat kerja dan harmoni hubungan sangat penting di Indonesia, dan tidak ada satu keinginan untuk menjadi penyampai berita buruk atau negatif atau umpan balik. Aspek lain dari dimensi ini dapat dilihat dalam resolusi konflik. Komunikasi langsung sebagai metode resolusi konflik sering dipandang sebagai situasi yang mengancam dan salah satu yang Indonesia tidak nyaman masuk Sebuah metode, dicoba dan diuji sukses difusi konflik atau resolusi adalah untuk mengambil rute yang lebih akrab menggunakan perantara pihak ketiga , yang memiliki banyak manfaat. Ini memungkinkan pertukaran pandangan tanpa kehilangan muka serta karena salah satu manifestasi utama menghindari ketidakpastian di Indonesia adalah untuk menjaga penampilan harmoni di tempat kerja; perantara menghilangkan ketidakpastian terkait dengan konfrontasi.Mungkin salah satu frase yang sangat penting di Indonesia yang menggambarkan bagaimana ini bekerja adalah "Asal Bapak Senang" (Keep Bos Happy). Alasannya adalah multifold, tetapi jika Anda ekstrapolasi ke dimensi UAI Anda dapat melihat bahwa menjaga bos bahagia berarti Anda akan dihargai dan jika Anda dihargai Anda tidak memiliki ketidakpastian ekonomi atau status Anda akan tetap menjadi anggota yang berharga dari perusahaan.