Berita Malpraktek Kedokteran

10
Malpraktek Kedokteran Korban Meninggal Usai Operasi Caesar indosiar.com, Surabaya - Dugaan kasus malpraktek kembali terjadi, korbannya hampir sama namanya dengan Prita Mulyasari yakni Pramita Wulansari. Wanita ini meninggal dunia tidak lama setelah menjalani operas caesar di Rumah Sakit Surabaya Medical Service. Korban mengalami infeksi pada saluran urin dan kemudian menjalar ke otak. Saat dikonfirmasi, pihak Rumah Sakit Surabaya Medical Service belum memberikan jawaban terkait dugaan malpraktek ini. Lita, dipanggil pihak Rumah Sakit Medical Service di Jalan Kapuas Surabaya terkait laporannya pada salah satu media tentang anaknya Pramita Wulansari (22), yang meninggal dunia setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Medical Service. Menurut cerita Lita, ibu dari Pramita, sebelumnya Pramita melakukan operasi persalinan disalah satu praktek bidan di Jalan Nginden, Surabaya. Karena kondisinya terus memburuk, Pramita lalu dirujuk ke Rumah Sakit Surabaya Medical Service untuk dilakukan operasi caesar. Operasi berjalan mulus yang ditangani oleh dr Antono. Dua minggu kemudian Pramita kembali ke Rumah Sakit Surabaya Medical Service untuk melakukan chek up. Dr Antono menyarankan Pramita dioperasi karena dideteksi saluran kencingnya bocor dan Pramita kembali menjalani operasi. Pramita juga disarankan meminum jamu asal Cina untuk memulihkan tenaga. Namun kondisinya malah memburuk dan Pramita sempat buang air besar bercampur darah. Melihat kondisi Pramita semakin memburuk, pihak keluarga meminta dirujuk ke Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya. Pramita sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo namun dinyatakan terlambat,

description

News

Transcript of Berita Malpraktek Kedokteran

Page 1: Berita Malpraktek Kedokteran

Malpraktek Kedokteran

Korban Meninggal Usai Operasi Caesar

indosiar.com, Surabaya - Dugaan kasus malpraktek kembali terjadi, korbannya hampir sama namanya dengan Prita Mulyasari yakni Pramita Wulansari. Wanita ini meninggal dunia tidak lama setelah menjalani operas caesar di Rumah Sakit Surabaya Medical Service. Korban mengalami infeksi pada saluran urin dan kemudian menjalar ke otak. Saat dikonfirmasi, pihak Rumah Sakit Surabaya Medical Service belum memberikan jawaban terkait dugaan malpraktek ini.

Lita, dipanggil pihak Rumah Sakit Medical Service di Jalan Kapuas Surabaya terkait laporannya pada salah satu media tentang anaknya Pramita Wulansari (22), yang meninggal dunia setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Medical Service.

Menurut cerita Lita, ibu dari Pramita, sebelumnya Pramita melakukan operasi persalinan disalah satu praktek bidan di Jalan Nginden, Surabaya. Karena kondisinya terus memburuk, Pramita lalu dirujuk ke Rumah Sakit Surabaya Medical Service untuk dilakukan operasi caesar.

Operasi  berjalan mulus yang ditangani oleh dr Antono. Dua minggu kemudian Pramita kembali ke Rumah Sakit Surabaya Medical Service untuk melakukan chek up. Dr Antono menyarankan Pramita dioperasi karena dideteksi saluran kencingnya bocor dan Pramita kembali menjalani operasi.

Pramita juga disarankan meminum jamu asal Cina untuk memulihkan tenaga. Namun kondisinya malah memburuk dan Pramita sempat buang air besar bercampur darah. Melihat kondisi Pramita semakin memburuk, pihak keluarga meminta dirujuk ke Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya. Pramita sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo namun dinyatakan terlambat, karena infeksi sudah menjalar ke otak dan Pramita akhirnya meninggal dunia.

Anak yang dilahirkan Pramita kini sudah berumur satu bulan dan diberi nama Kevin. Si bayi terpaksa dirawat oleh ayahnya dan kedua mertuanya.

Sementara itu saat dikonfirmasi wartawan, pihak Rumah Sakit Surabaya Medical Service tidak mau memberi komentar mengenai dugaan malpraktek ini. (Didik Wahyudi/Sup)

Page 2: Berita Malpraktek Kedokteran

Edi Syahputra Diduga Korban Malpraktek RS Advent Medan

Saturday, April 20, 2013 - 15:59 Wartawan: Ayat Nusantara

@IRNewscom I Medan : EDI Syahputra, warga Jalan Sungei Blutu 1 Gang Romi, 17 A Medan, Sumatera Utara (Sumut), memprotes RS Advent di Jalan Gatot Subroto Medan, karena dirinya telah menjadi korban malprektek oleh dokter rumah sakit tersebut.

Sambil berjalan pincang, dirinya mengatakan, pihak rumah sakit tidak mau bertanggungjawab terhadap dirinya, yang menjadi korban salah operasi oleh seorang dokter bernama dr Fredi Tambunan.Dia bercerita, pada 25 Februari lalu dia menjalani operasi di rumah sakit tersebut. Sebelum di operasi, korban mengatakan kaki kanannya mengalami luka karena terkena serpihan kaca.Setelah di rontgen, ditemukan ada sisa kaca yang tinggal di kaki kanan Syahputra. Melihat hasil rontgen itu, dokter Fredi Tambunan pun melakukan operasi.Namun,  yang dioperasi dan dibelah bukan kaki kanan, tetapi kaki kiri. Korban yang melihat salah operasi ditubuhnya itu, langsung protes. Namun sang dokter hanya mengucapkan kata maaf dan akhirnya melakukan operasi pada kaki kanannya yang terkena kaca.Sialnya, beberapa bulan setelah salah operasi, kaki kirinya yang tidak luka sama sekali mulai membusuk. Ketika meminta pertanggungjawaban pada pihak rumah sakit, Syahputra malah diabaikan.Sehingga hari ini, Sabtu (20/4), dirinya kembali mendatangi pihak rumah sakit meminta pertanggungjawaan."Udah salah operasi, mereka gak mau tanggungjawab. Kaki kiri saya membusuk. Saya minta mereka mengobatinya, " katanya.Hingga saat ini, tidak ada satupun dari pihak rumah sakit mau memberikan keterangan. Korban sendiri menuntut aga dokter yang salah bedah itu dicopot izin prakteknya, karena dianggap tidak profesional. 

(http://indonesiarayanews.com/news/nusantara/04-20-2013-15-59/edi-syahputra-diduga-korban-malpraktek-rs-advent-medan)

Page 3: Berita Malpraktek Kedokteran

Dugaan malpraktik Bayi Edwin, RS Harapan Bunda bisa dipidana

Reporter : Laurel Benny Saron Silalahi Rabu, 10 April 2013 15:47:55

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait langsung mendatangi RS Harapan Bunda begitu mendapat laporan dari Gonti Sihombing (34), ayah bayi Edwin Timothy Sihombing. Bayi 2,5 bulan itu diamputasi jari telunjuk kanannya oleh tim medis RS Harapan Bunda karena mengalami pembusukan setelah diinfus.

Menurut Arist, kasus pemotongan jari kepada Edwin ini bisa mengarah dugaan malpraktik yang dilakukan oleh RS Harapan Bunda.

"Jika dugaan itu benar, maka itu masuk tindak pidana. Dalam hal ini, kita akan menyurati Kementerian Kesehatan, untuk melakukan tindak lanjut. Bisa ditutup itu rumah sakit," kata Arist di kantor Komnas PA, usai mendatangi RS Harapan Bunda, Rabu (10/4).

Dia memaparkan ada beberapa kejanggalan medis yang dilakukan dokter di rumah sakit tersebut yang menyebabkan telapak tangan Edwin membengkak.

"Ada indikasi, ini malpraktik. Indikasi pertama, bayi Edwin dibawa ke RS Harapan Bunda pada 20 Februari 2013 karena sakit flu. Namun oleh dr Lenny S Budi disuntikkan obat antikejang. Apa hubungannya sakit flu dengan suntikan antikejang?"

Indikasi kedua, dikatakan Arist, adanya keanehan saat menginfus Edwin saat baru masuk ke RS harapan Bunda tanggal 20 Februari 2013. Dokter Lenny S Budi yang pertama memeriksa Edwin sering kali memindahkan selang infus dari lengan bayi tersebut.

"Pertama kali masuk Edwin diinfus di lengan sebelah kanan, lalu hari kedua di pindah ke lengan sebelah kiri. Puncaknya sang dokter menginfus bayi Edwin di punggung telapak tangan kanan, yang menyebabkan pembengkakan sehingga membusuk," jelasnya.

Arist melanjutkan, kejanggalan lainnya adalah, cara dokter bedah tulang Zaenal Abidin yang mengamputasi jari telunjuk kanan Edwin yang dinilai telah menyalahi prosedur dan kode etik dokter.

"Dokter yang namanya Zaenal itu main potong. Katanya dia dokter bedah tulang. Itu kita pertanyakan, kenapa main potong. Tindakan memotong dengan gunting tanpa obat bius itu terindikasi malpraktik," kata Arist.

"Ada lagi, dokter Zaenal ini melakukan tindak amputasi di ruang rawat inap juga sudah membuktikan ada kesalahan prosedur dan kode etik. Harusnya kan di ruang operasi," kata Arist menambahkan amputasi juga dilakukan tanpa ada persetujuan pihak orangtua.

(http://www.merdeka.com/peristiwa/dugaan-malpraktik-bayi-edwin-rs-harapan-bunda-bisa-dipidana.html)

Page 4: Berita Malpraktek Kedokteran

Diduga Malpraktek: Usai Cabut Gigi, Sutrisno Tewas

NGALIYAN- Seorang pasien RSUD Tugurejo Semarang meninggal usai dioperasi,  Rabu ( 27/02 ). Dia adalah Sutrisno (48), warga Kelurahan Purwoyoso RT 4/RW 5 Kecamatan Ngaliyan. Korban mengembuskan nafas terakhir setelah 2 minggu menjalani perawatan. Tewasnya Sutrisno menyisakan tanda Tanya besar bagi keluarga korban.  Ada dugaan, Sutrisno menjadi korban malpraktek atau kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien.  Keterangan yang dihimpun, awalnya, Sutrisno mengeluh kepada istrinya, Samanah (47), bila gigi bagian belakangnya sakit. Oleh Samanah, Sutrisno kemudian dibawa ke RSUD Tugurejo untuk cabut gigi. Sesampainya di RSUD Tugurejo, Sutrisno langsung ditempatkan di ruang UGD karena kondisinya menghawatirkan. “Selain mengeluh sakit gigi, di bawah tenggorokan, ada benjolan sebesar tangan anak kecil, diduga karena infeksi dari rahangnya hingga membengkak. Di rumah sakit, kemudian ditangani oleh dokter spesialis gigi, Drg. Handoko,” kata Samanah. Drg, Handoko akhirnya melakukan pencabutan gigi milik Sutrisno. Menurut Samanah, ada 4 gigi Sutrisno langsung dicabut sekaligus dalam operasi pencabutan gigi itu. “Tapi beberapa waktu kemudian, suami saya sempat bilang kalau giginya sudah tidak sakit lagi. Tapi yang sakit justru malah paru-parunya,” ungkapnya. Samanah langsung melaporkan kondisi itu kepada Drg. Handoko selaku dokter yang menangani suaminya.Setelah menerima laporan dari istri Sutrisno, pihak dari RSUD Tugurejo langsung melakukan pemeriksaan. “Hasil pemeriksaan pihak rumah sakit mengatakan di dalam paru-paru suami saya terdapat nanah dan darah,” ungkap Samanah. Akhirnya Sutrisno meninggal pada Rabu ( 27/02 ) pagi. “Terus terang kami belum belum bisa menerima apa yang terjadi ini. Kami ingin tau apa yang sebenarnya terjadi,” tandas Samanah. Samanah menjelaskan bila suami selama ini tidak mempunyai riwayat sakit paru-paru. Saat berangkat ke rumah sakit pun dalam kondisi sehat. Ia hanya ingin mencabut gigit.  “Kok malah jadinya begini, di paru-parunya ternyata ada nanah dan darah,” ujar Samanah sembari tak sanggup menahan air mata. Telah Sesuai Prosedur Menanggapi  dugaan malpraktek tersebut, Humas RSUD Tugurejo, Endang Dwiningsih menegaskan, pasien tersebut telah dirawat oleh Tim Dokter yang terdiri dari: Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut, Dokter Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Paru. Penanganan telah dilakukan sesuai prosedur. "Pasien telah dilakukan terapi dan tindakan pencabutan gigi untuk menghilangkan penyebab infeksi serta tindakan Insisi dan Drainase Intra Oral," terang Endang dalam rilis yang disampaikan ke redaksi Lawang Sewu Pos. Dikatakannya, pemberitaan yang mengatakan bahwa pihak rumah rakit menegur Dokter Gigi yang bersangkutan karena melakukan kelalaian adalah tidak benar. "Sebab Rumah Sakit telah mengadakan audit medik, bahwa tindakan yang dilakukan sudah sesuai prosedur dan tidak ada indikasi malpraktek," tandasnya.

(http://www.lawangsewupos.com/2013/02/diduga-malpraktek-usai-cabut-gigi.html#sthash.QEFw0sZe.dpbs)

Page 5: Berita Malpraktek Kedokteran

Istri Meninggal, Dokter Dilaporkan Lakukan MalpraktekREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dugaan malpraktek terjadi di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta

Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dugaan malpraktek terjadi di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur. Korban bernama Ana Marlina (38 tahun) meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan akibat penyakit tiroid.

Pandapotan Manurung (41) melaporkan dokter yang berinisial BHS ke Mapolda Metro Jaya, Senin (22/4). Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya membenarkan adanya laporan tersebut. ''Ya, pelapor bernama Pandapotan Manurung, terlapor Dr. BHS,'' katanya, Selasa (23/4)

Dalam laporan LP/1316/IV/2013/Dit Reskrimum, Pandapotan mengatakan, dokter harus melakukan operasi kepada istrinya karena penyakit tiroid. Operasi tersebut dilakukan Senin (11/4) lalu. Namun, setelah melakukan operasi istrinya yang awalnya baik-baik saja mulai mengeluh sakit di lehernya, (12/4). 

Istri Pandapotan mulai mengerang kesakitan, lantas dia mencoba memanggil dokter, tapi dokter tidak datang dengan berbagai alasan. Keesokannya (13/4) dokter BHS memeriksanya dan meminta untuk melakukan operasi kedua, karena terjadi pembekuan darah yang menyumbat saluran tiroid.

Saat itu juga dilakukan operasi, lantas, dokter BHS mengatakan, kelenjar teroid yang dialami sang istri menjadi kanker ganas melekat dan melilit saluran makanan dan pernafasan. Pandapotan mengatakan, setelah dilakukan operasi kedua, dokter BHS mengatakan saluran makanan istrinya jadi tipis, dan saat dikasih makan, saluran makannya putus. 

Disinilah, dokter mengatakan tidak ada fasilitas untuk alat tersebut. ''Dokter bilang tidak ada alatnya,'' katanya. Lalu, istrinya pun dirawat di ICU dan pada Sabtu (20/4), istrinya tak tertolong lagi.