Bentuklahan Asal Proses Solusioal
Transcript of Bentuklahan Asal Proses Solusioal
BENTUKLAHAN ASAL PROSES SOLUSIOAL
A. Pengertian Bentuklahan Solusional
Bentuklahan solusioal adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan
yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk
topografi kars, walaupun factor selain batuannya sama. Beberapa syarat untuk dapat
berkembangnya topografi kars sebagai akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut,
1. Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping ataupun dolomite
2. Batu gamping dengan kemurnian tinggi
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal
4. Banyak terdapat diaklas/retakan
Batuan karbonat memiliki banyak diaklas akan memudahkan air untuk
melarutkan CaCO3. Oleh karena itu batuan karbonat yang sedikit diaklas atau tidak
memiliki diaklas , walaupun terletak pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi,
namun tidak terbentuk topografi karst.
5. Pada daerah tropis basah
Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga lebat yang
bersamaan dengan temperature yang tinggi. Kondisi semacam ini menyebabkan
pelarutan dapat berlangsung secara intensif.
6. Vegetasi penutup yang lebat
Vegetasi yang rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah
LW memiliki PH rendah atau asam. Pada kondisi asam, air akan mudah melarutkan
karbonat (CaCO3). Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas , curah
hujan dan suhu tinggi, serta vegetasi yang lebat akan mendorong terbentuknya
topografi kars.
Menurut Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang memiliki
karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan
yang tinggi oleh air.
Tektonisme menjadi factor prnrntu pula, sesar dan kekar menjadi factor yang
amat penting. Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan
itu memberikan regangan mekanik, sehingga mempermudah gerakan air melalui batuan
tersebut. Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan
didalam batuan.
B. Bentuklahan Kars
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
bentuklahan negative dan bentuklahan positif.
1. Bentuklahan Negatif
Bentuklahan negative dimaksudkan bentuklahan yang berada dibawah rata-rata
permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban.
Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit,
blind valley.
a. Doline
Doline merupakan bentuklahan yang paling banyak dijumpai di kawasan
karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan
terbentuknya doline tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi.
Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat konsentrasi kekar, tempat
konsentrasi mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang
perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan
akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi
(khususnya di daerah iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan
goa-goa bawah tanah, sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan
sisa/residual dari perkembangan doline.
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara
lain, sink, sinkhole, cockpit, blue hole, swallow hole, ataupun canote. Doline itu
sendiri telah diartikan oleh Monroe (1970) sebagai suatu ledokan atau lobang
yang berbentuk corong pada batugamping dengan diameter dari beberapa meter
hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter. Karena
bentuknya cekung, doline sering terisi oleh air hujan, sehingga menjadi suatu
genangan yang disebut danau doline.
Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi 4 yaitu, doline
solusi, doline terban, dan doline alluvial dan doline reruntuhan. (Faniran dan Jeje,
1983)
Doline reruntuhan
Doline reruntuhan ini terjadi sebagai akibat dari proses pelarutan yang ada
di bawah permukaan yang menghasilkan rongga bawah tanah. Rongga
bawah tanah tersebut atapnya runtuh, hingga mengasilkan cekungan atau
depresi dipermukaan. Doline seprti ini mempunyai lereng yang cukup
curam-curam terdiri dari lapisan batuan yang keras dan menurun secara
tiba-tiba.
Doline Solusi
Doline solusi terjadi karena telah berlangsungnya proses solusi/pelarutan
tanpa mendapat gangguan lain terhadap batuan. Doline seperti ini terjadi
secara perlahan-lahan akibat larutnya batuangamping ke dalam tanah oleh
air yang meresap melalui joint atau rekahan-rekahan pada daerah
batugamping.
Doline Terban
Doline Alluvial
Doline aluvial ini terjadi sebagai akibat karena pelarutan oleh air yang
mengalir yang kemudian menghilang ke dalam tanah. Adanya proses
tersebut terbentuk doline aluvial.
b. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari
beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang
mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang
telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow,
1984)
c. Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat
runtuhnya dari beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
d. Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang
terdapat pada lembah tersebut menjadi lenyap dibawah tanah.
2. Bentuklahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan
turmkarst
a. Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah
bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-
cockpit inisialing berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang
mengikuti pola kekar.
b. Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill,
pepinohill atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang
merupakan sisa proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan
belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.
c. Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing yang menghadap kebawah dan menempel
pada langit-langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut
akibat adanya banjir.
Stalakmit hamper mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan
menghadap keatas.
C. KLASIFIKASI KARST
Klasifikassi karst secara umum telah dikategorikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1. Klasifikasi Cvijic
a. Holokarst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut
pandang bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Terjadi bila
perkembangan karst secara horizontal dan vertical tidak terbatas,batuan karbonat
masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga
batuan dasarnya, serta tidak terdapat batuan impermeable yang berarti. Di
Indonesia karst tipe ini jarang ditemukan karena besarnya curah hujan
menyebabkan sebagian besar karst terkontrol oleh proses fluvial.
b. Merokarst, merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial
dengan hanya mempunyai sebagian cirri bentuklahan karst. Merokarst
berkembang di batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya
nila batugamping diselingi oleh lapisan batuan napalan. Perkembangan secara
vertical tidak sedalam perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat.
Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang.
Merokarst pada umunya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin, goa, swllow
hole berkembang hanya setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur
sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi.
Drainase bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini
yang terdapat di indonesia adalah karst disekitar Rengel Kabupaten Tuban.
c. Karst Transisi, berkembang di batuan karbunat relatif tebal yang memungkinkan
perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeable
tidak sedalam di holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat. Lembah fluvial
lebih banya dijumpai dan polje hamper tidak ditemukan. Contoh karst transisi di
Indonesia adalah Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan),
Karst Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulsel).
2. Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
a. Bare karst, lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst)
b. Covered karst, merupakan karst yang terbentuk apabila batuan karbonat tertutup
alluvium, material fluvio-glasial, atau batuan lain seperti batupasir.
c. Soddy karst / soil covered karst, merupakan karst yang berkembang di batu gamping
yang tertutup oleh tanah atai terarossa yang berasal dari pelarutan batugamping.
d. Burried karst, merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukti
karst hanya dapat dikenali melalui data bor.
e. Tropical karst of cone karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.
f. Permaforst karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.
3. Klasifikasi Sweeting
a. True karst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna. Karst yang sebenarnya
harus meupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan karst secara vertical.
Semua kast yang bukan tipe karst dolin dikatakan sebagai deviant. Contohnya
adalah karst Dinaric
b. Fluvio karst, dibentuk oleh kombinasi proses fluvial dan proses pelarutan. Fluvio
karst pada umumnya terjadi pada daerah batugamping yang dilalui oleh sungai
alogenik (sungai berhilir di daerah non karst). Sebaran batu gamping baik secara
vertical maupun lateral jauh lebih kecil dari pada true karst. Permukaan
batugamping pada umumnya tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh proses erosi
dan sedimentasi proses fluvial. Singkapan batugamping ditemukan bila telah terjadi
erosi yang terjadi karena penggundulan hutan. Lembah sungai permukaan dan
ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai permukaan
ke bawah tanah dan keluarnya kembali sungai bawah ke permukaan merupakan
fenomena yang banyak dijumpai (lembah buta dan lembah saku).
c. Glasiokarst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi yang didominasi
oleh proses glasiasi dan pross glacial di daerah batugamping. Terdapat di daerah
berbatugamping yang pernah ,mengalami proses glasiasi. Dicirikan oleh
kenampakan hasil penggogosan, erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier
pada umumnya membentuk limstoe pavement. Erosi lebih intensif terjadi disekitar
kekar menghasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan pavement satu
dengan yang lainnya. Dolin terbentuk terutama oleh hujan salju. Contohnya karst di
lereng atas pegunungan alpen.
d. Nival karst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi oleh hujan salju pada
lingkunagn glacial dan periglasial.
e. Tropical karst, merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis. Tropical karst
secara umum dibedakan menjadi kegelkarst dan turmkarst.
Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk kerucut yang sambung
menyambung. Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan dengan bentuk seperti
bintang yang dikenal dengan cockpit. Cockpit sering membentuk pola kelurusan
sebagai akibat control kekar atau sesar. Contoh di Indonesia adalah Karst Gunung
sewu dan Karst Karanagbolong.
f. Turmkarst, dicirikan dengan bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan
dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran
alluvial. Beberapa ahli beranggapan bahwa turmkarst merupakan bentukan lebih
lanjut dari kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu. Distribusi sebaran bukit dan
menara pada umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar dengan ukuran yag
bervariasi. Kontak dari menara dengan dataran alluvium merupakan tempat
pemunculan mata air dan perkembangan gua.
4. Tipe karst yang lain
a. Labyrint karst, karst yang dicirikan oleh koridor-koridor memanjang yang terkontrol
oleh adanya kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok batugamping
yang dipisahkan satu sama lain oleh koridor karst. Terbentuk karena pelarutan yang
jaul lebih intensif di jalur sesar dan patahan. Contoh di Indonesia adalah di Papua
dan sebagian Gunungsewu.
b. Karst polygonal, merupakan penamaan yang didasarjan dari sudut pandang
morfometri dolin. Dapat berupa kerucut karst maupun menara karst. Karst
dikatakan poligonal apabila semua batuan karbonat telah berubah menjadi
kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bersambung dengan lainnya.
c. Karst fosil, merupakan karst yang terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini
proses karstifikasinya sudah berhenti. Tipe ini dapat dibedakan menjadi dua.
Pertama, bentuklahan tinggalan (relict landform) yaitu karst yang dibentuk pada
waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan lainnya. Kedua, bentuklahan
tergali (exhumed landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi
sebelumnya dan tidak tertutupi batuan non karbonat yang selanjutnya muncul ke
permukaan karena batuan ataonya telah tersingkap oleh proses denudasi.
Sumber :
tjahyo-adji.staff.ugm.ac.id/buku_ajar_karst_indonesia.pdf
blog.unila.ac.id/igedesy/files/2009/08/materi-3.pdf
Catatan Kuliah Geomorfologi Dasar
Modul Kuliah Geomorfologi Dasar, Drs. Eko Haryono, M.Si.