PENDAHULUAN Penggunaan Nama Bentuklahan Sebagai Geomorfologi Karena Rasa Tidak Puas Terhadap...

48
PENDAHULUAN Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak puas terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah fisiografi digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi, kelautan dan matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia dianggap sebagai geografi fisik. Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan wilayah, penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki anggapan bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, sehingga ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar kembali geomorfologi. 1.1 Pengertian geomorfologi Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan. Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai se- karang. Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu). Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu. Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah. 1.2 Konsep dasar geomorfologi Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomorfologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung sampai sekarang. 1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi

description

van zuidam

Transcript of PENDAHULUAN Penggunaan Nama Bentuklahan Sebagai Geomorfologi Karena Rasa Tidak Puas Terhadap...

PENDAHULUAN Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak puas terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah fisiografi digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi, kelautan dan matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia dianggap sebagai geografi fisik. Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan wilayah, penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki anggapan bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, sehingga ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar kembali geomorfologi. 1.1 Pengertian geomorfologi Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan. Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai se- karang. Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu). Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu. Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah. 1.2 Konsep dasar geomorfologi Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomorfologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung sampai sekarang. 1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geomorfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus, Aristoteles, Starbo dan Seneca. Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam geomorfologi. Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak menentu. Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikembangkan oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium. Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi. Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sangat luas mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik. Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah, sehingga melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah tersebut. Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi. 1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti pola pemikiran Kekaisaran Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tempat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemikiran - pemikiran modern yang cemerlang. Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan dibedakan menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi, seperti bagian dari gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai dengan hembusan angin di suatu lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep pegunungan menurut Ibnu Sina merupakan cerminan hasil dari perbedaan tingkat erosi yang berlangsung secara perlahan - lahan dalam kurun waktu yang panjang. Beberapa pandangannya telah telah ditetapkan sebagai awal dari pemikiran modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran Eropa Barat. Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan oleh sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara yang seiman) pada tahun 941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume buku yang disusun tersebut diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus dan angin, pelapukan serta awal pemikiran peneplain. 1.2.3 Hutton sang pendahulu Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat dari suatu bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai landasan dasar geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang perusakan lahan oleh proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang untuk dijadikan suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak memberikan keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan jangka pendek untuk membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu pekerjaan tentang bumi (ground work) untuk bapak geomorfologi modern seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa orang. Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok pertama yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al, 1964) bahwa pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, sehingga merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo da Vinci menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa material dari salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada suatu tempat. Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang mampu menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan yang memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut. Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana erosi oleh arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan dengan batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi yang dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi. Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi di pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula bahwa laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan, selanjutnya arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap pantai curam di Perancis sebagai bukti pernyataannya. Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-ngan tahap evolusi bentanglahan. De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah Alpen merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak pegunungan dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya erosi. James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seorang akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia dan geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN yang terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli dari sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang memiliki anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain membahas granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformitarian bertentangan dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengandung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku dengan judul : THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUSTRATIONS. John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat di Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun 1802 menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTONIAN THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang teliti dan jelas, sehingga jarang ada persamaannya. Playfair menyimpulkan pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas memiliki dampak yang sangat besar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor uniformitarian. Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa sekarang masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik dan kimia, yang sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sungai dan geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair lebih baik dari sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut : Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, merupakan induk dari berbagai percabangan dan masing - masing mengalir pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk sistem lembah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan terjadi pengaliran jika masing - masing lembah tidak memiliki arus yang mengalir pada lembah tersebut. Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan, maka aliran yang terjadi diperkirakan akan membentuk arus yang sangat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga penuh yang meluncur pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sungai terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang cukup besar antara cabang satu dengan yang lainnya, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan memberi kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa pengikisan permukaan dan erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir permukaan bumi. 1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969) Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan jangan hanya menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika beberapa konsep geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap bentanglahan akan lebih baik. Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki kecepatan yang berbeda selaras dengan waktu geologi. Dasar - dasar geologi modern yang dikenal sebagai uniformitarian telah dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis kembali oleh Playfair pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha karyanya dengan judul Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton mencetuskan : " saat ini adalah kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan tersebut mengandung arti bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi memiliki kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini tentunya salah, karena galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat penting sejak kala Plistosen dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang. Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah yang memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi beriklim kering (gurun) dan sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan kulit bumi berlangsung pada periode pemekaran, sedangkan kulit bumi sekarang relatif stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlangsung sejak masa lalu sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pencairan es (glasiasi) pada kala Plistosen memiliki perbedaan dengan proses glasiasi pada umumnya. Angin telah mengendapkan batupasir Navajo sejak kala Yura dan memiliki perbedaan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh angin sekarang. Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap evolusi bentuklahan yang tampak sekarang. Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomorfologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi meragukan terhadap tingkat pengaruh sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju terhadap konsep proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti struktur batuan, struktur perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi perhatian perlu ditekankan pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pandangan struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena geologi yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan, sesar dan perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam perbedaan pada batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat dimanfaatkan untuk memahami strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang muncul sebagai singkapan pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal, perlapisan yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan, sehingga pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting. Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digunakan untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk pandangan pengaruh fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia. Suatu batuan mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak tahan terhadap proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan tingkat ketahanan batuan. Secara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit disebut tidak tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah terbentuk sebelum bentuklahan. Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomor- fologi berlangsung pada tingkat yang berbeda. Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda karena kerak bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga memiliki ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula. Proses geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada daerah diatropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki posisi topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan struktur tercermin dari keaneka ragaman geomorfologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi terlalu kecil untuk diamati. Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses geomorfologi tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan tingkat yang berbeda proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan proses geomorfologi lokal memberi pengaruh terhadap perubahan permukaan bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat kelembaban, konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi. Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lembah dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vegetasi akan tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi tingkat proses geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa batuan, erosi dan pengendapan yang memiliki pengaruh terhadap keaneka ragaman geomorfologi. Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla - lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem - bentuk ciri - ciri pada bentuklahan. Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang terjadi terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti pelapukan, perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya eksternal disebut sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endogenetik bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik bersifat sebaliknya, yaitu pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran tentang proses geomorfologi akan meninggalkan jejak di atas permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju. Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geomorfologi yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir, kipas aluvial, dan delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri - ciri yang berkembang pada bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk klasifikasi genetika bentuklahan. Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak hanya memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan, tetapi termasuk juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan. Proses geomorfologi yang rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi iklim tertentu disebut sebagai sistem morfogenik (morphogenic system, Triccart dan Cailleux, 1955). Konsep 5 : Media erosi yang berbeda pada permukaan bumi mem - bentuk susunan bentuklahan tertentu. Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan proses, dan W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi. tahap perkembangan proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada tahap akhir dari proses geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi berelief rendah yang disebut sebagai peneplain (perataan). Beberapa akhli geomorfologi percaya bahwa permukaan bumi memiliki keteraturan umur, tetapi tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua yang dikemukakan oleh W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang digunakan pada tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada evolusi permukaan bumi yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik perkembangan bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan, terutama terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu siklus geomorfologi. Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu perubahan bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep pengganti sangat sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak hanya menyatakan siklus alam yang mewakili tahap evolusi bentuk permukaan bumi tetapi termasuk pula pemikiran bahwa perkembangan permukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan dengan tidak menggunakan penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda, dewasa atau tua yang memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap yang sama memiliki ciri yang sama pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim membentuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam walaupun proses geomorfologi berkembang pada periode yang sama. Konsep 6 : Evolusi geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang - kan. Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan akibat dari penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari bentuklahan akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi merupakan hasil dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya topografi rinci hasil dari siklus erosi yang berlangsung . Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa kategori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) bentanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan hasil pembentukan kembali. Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal, artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi hanya satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru terbentuk, seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik, dataran lava, plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen. Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau hasil dua atau lebih proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena pada semua bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur, walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak hanya kegiatan aliran air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, gerakan material karena gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat berpengaruh terhadap perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama terjadi pada bentanglahan hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan air permukaan dan proses - proses yang berlangsung terhadap pembentukkan bentanglahan. Bentanglahan campuran tercermin sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen. Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan sebagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi dan sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya bentanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedimen karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal. Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi yang lebih muda dari kala Plistosen. Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua yang tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar topografi sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya bahwa pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan tebing berumur lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen. Diperkirakan pula bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin 99 % terbentuk setelah Miosen Tengah. Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi yang terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma Plistosen Awal dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala Kapur, kemudian kala Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk pada kala Plistosen dan air terjun yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif rinci yang berumur Plistosen dan Resen. Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang diperlukan pemahaman kondisi geologi dan iklim pada kala Plistosen. Pemahaman topografi rupa bumi adalah untuk mengenal perubahan kondisi geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang mempengaruhi topografi sekarang. Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung, Material - material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar luas sampai ke daerah yang tidak mengalami glasiasi. Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor iklim sangat berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada zaman glasial beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman Amerika Serikat bagian Barat yang saat ini berbentuk danau dengan iklim arid dan semi arid menunjukkan sistem fluvial yang sama dengan di Asia, Afrika, Australia dan Amerika Utara, sehingga dapat disimpulkan bahwa glasial sangat mempengaruhi iklim dunia. Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial pernah beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang dicerminkan oleh tanah yang membeku secara permanen dan biasa disebut sebagai permafrost. Rejim aliran yang dipengaruhi oleh perubahan iklim ditandai dengan perselingan antara agradasi (pengendapan) dan gradasi (pe - ngikisan). Perubahan muka air laut memiliki pengaruh terhadap topografi, karena pembekuan samudera menyebabkan penurunan muka air laut dan kembali normal pada zaman interglasial. Pencairan es terhadap lautan sangat berpengaruh terhadap pembentukkan koral. Hasil pengikisan akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup angin membentuk gumuk pasir (sand dunes) atau bercampur dengan lanau atau lempung disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh terhadap pembentukkan danau, seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang dipengaruhi oleh glasial terbesar di dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan peristiwa yang paling besar walaupun diatropisma yang berkembang sejak Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan sebagai faktor pe - ngaruh pembentukkan bentanglahan. Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk dapat memahami dengan baik perbedaan proses geomorfologi yang berlangsung. Faktor iklim, khususnya temperatur dan penguapan sangat berpengaruh terhadap proses geomorfologi. Perubahan iklim dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang berpengaruh tidak langsung terhadap proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan jenis vegetasi, sedangkan pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe - nguapan dan perubahan temperaturan harian. Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat untuk mengungkap sejarah perkembangan bumi. Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses) bentanglahan saat ini dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomorfologi selalu melakukan pendekatan dengan menggunakan hukum uniformitarianisme. Paleogeomorfologi bentuklahan merupakan sejarah alam geomorfologi yang diperkenalkan oleh Bryan (1940) dan menjelaskan bahwa bentuklahan merupakan hasil dari suatu proses, sehingga tidak ada alasan untuk memisahkan antara studi bentanglahan dengan geologi dinamik. Perbedaan antara bentuklahan dengan geologi dinamik yang paling jelas adalah proses terjadinya bentuklahan atau sisa - sisa bentuklahan yang relatif muda. BAB 2 SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN GEOMORFOLOGI Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda. Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan geologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan legenda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang memiliki karakteristik yang jelas. Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi adalah sebagai berikut : 1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian. 2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis. 3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan geomorfologi sintetik. 4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan biaya pembuatan peta. 2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base map) dan peta bertema (thematic map). 2.1.1 Peta informasi Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak, dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat. Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta topografi. Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi. 2.1.2 Peta dasar (base map) Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya : - Posisi titik kontrol geodetik - Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran) - Posisi danau dan sungai - Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit- bukit kecil, punggungan dan sebagainya). - Faktor - faktor yang sering berubah, seperti : Kondisi hidrografi Batas pemukiman Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan. Nama - nama daerah. Batas sungai dan pantai. Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi atau geologi antara lain : 1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok. 2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti. 3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan. 4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, ter- gantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok. Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya. Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara terhadap lereng yang curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan. Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut. 2.1.3 Peta bertema ( thematic map) Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya. Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan tataruang. 2.2 Pemahaman peta geomorfologi Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan. Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta, yaitu : a. Peta geomorfologi analitik. b. Peta geomorfologi sintetik. c. Petaa geomorfologi pragmatik. 2.2.1 Peta geomorfologi analitik Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000. Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi, pulau atau negara. Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna. Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut : KELAS GENETIK SIMBOL WARNA Bentuklahan asal struktural Ungu / violet Bentuklahan asal gunungapi Merah Bentuklahan asal denudasional Coklat Bentuklahan asal laut (marine) Hijau Bentuklahan asal sungai (fluvial) Biru tua Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda Bentuklahan asal aeolian (angin) Kuning Bentuklahan asal karst (gamping) Jingga (orange) Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu - abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu daerah berdasarkan morfogenetik. Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir atau sedimentasi. Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik ASPEK UTAMA KRITERIA PEMETAAN Bentuk permukaan 1. Morfografi Aspek yang digambarkan dari morfologi suatu daerah, seperti dataran, perbukitan atau pegunungan. 2. Morfometri Nilai aspek geomorfologi daerah, seperti kemiringan lereng, titik ketinggian, panjang lereng dan kekasaran relief. 3. Morfogenesis (asal - usul bentuklahan dan proses terjadinya bentuklahan). 3.1. Morfostruktur pasif. Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan dihubungkan dengan proses pengikisan, seperti cuesta, hogback dan kubah. 3.2. Morfostruktur aktif. Aktivitas proses endogen seperti vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti gunungapi, pegunungan antiklin, lereng patahan. 3.3. Morfodinamik Proses eksogen yang berhubungan dengan gerakan angin, air atau es, seperti gumuk pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau gurun. 4. Morfokhronologi (nisbi dan absolut). Waktu proses terjadinya suatu bentuklahan, misalnya " Villafranchian" untuk umur glasial tua dan "Monasterian" untuk dataran pantai muda. 5.Morfo aransemen Hubungan antara perubahan bentuklahan dengan proses yang sedang berlangsung. Sumber : Van Zuidam (1985) 2.2.2 Peta geomorfologi sintetik Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur - unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun. Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai berikut : 1. Komponen lahan (land component) 2. Satuan lahan (land unit) 3. Bentuklahan (landform) 4. Sistem lahan (land system) 5. Bentanglahan (landscape) Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi dan proses. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen. Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief), proses dan lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan. Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangunan yang bersifat sangat luas. Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan. Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan, bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan pembangunan. Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban - dung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng kaki gunungapi. Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar didalam pemetaan geologi. 2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan informasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geomorfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik. Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi (hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomorfologi. Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150, (4) kelas 150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550. Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri lahan, kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan. Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air tanah. Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk membedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda. Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat. Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan. (sumber : Van Zuidam, 1985). Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan Simbol warna yang disarankan. 00 - 20 (0 - 2 %) Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering. Hijau tua 20 - 40 (2 - 7 %) Lahan memiliki kemiringan lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang sangat dalam. Hijau Muda 40 - 80 (7 - 15 %) Lahan memiliki kemiringan lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi. Kuning Muda 80 - 160 (15 - 30 %) Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur. Kuning Tua 160 - 350 (30 - 70 %) Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan longsor Merah Muda 350 - 550 (70 - 140 %) Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan terhadap erosi. Merah Tua > 550 ( > 140% ) Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan. Ungu Tua Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985). (100) Sangat Tinggi (75) Tinggi (50) Normal (25) Rendah Relief (25) Curam,kemiri- ngan lereng le- bih dari 30 %. (20) Berbukit,kemi-ringan lereng 15 - 30% (12) Bergelombang kemiringan le - reng 7 - 15 % (5) Datar, kemi- ringan lereng 0 - 7 % Batuan (15) Endapan ber- butir halus dan dan betuan ke- ras. (10) Endapan ber- butir sedang dan batuan mudah lapuk (8) Endapan ber- butir sedang, batuan lapuk dan memiliki rekahan (5) Endapan ber- butir sedang sampai kasar, rekahan tam- pak jelas Daya serap (infiltrasi) tanah. (20) Lapisan tanah penutup tidak efektif,lapisan tanah tipis, se- hingga kapasi- tas resap tanah sangat rendah. (15) Daya serap tanah lambat Lempung atau tanah memi - liki kapasitas daya serap rendah. (10) Daya serap normal, kete- balan geluh dengan ke - mampuan da- ya serap baik. (5) Daya serap tinggi, kete- balan pasir atau tanah mampu me - nyerap de- ngan cepat Tutupan vegetasi (20) Tutupan tanam- an tidak efektif, jarang atau gun- dul. (15) Jarang sam - pai sedang, tidak ada tu- tupan alami, kurang dari 10 % aliran dibawah tu - tupan baik. (10) Jarang sam - pai baik, 50 % daerah aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu. (5) Baik sampai sempurna, hampir 90 % daerah aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu. Daya tam- pung per - mukaan. (20) Tidak ada, tam- pak cekungan dangkal, daerah aliran curam dan sempit, tidak ada kolam atau rawa. (15) Daya tam - pung kecil, Pemboran di- perlukan, da- erah aliran ke- cil, tidak ada kolam atau rawa. (10) Daya tampung normal, depre- si cekungan permukaan, danau, kolam dan rawa, ku- rang dari 2 % daerah aliran (5) Daya tam - pung tinggi, berbentuk ce- kungan, tidak tampak jelas daerah aliran. Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners Upper Mississippi Valley Region III United States Soil Conservation Services, 1953. BAB 3 UNSUR - UNSUR PEMETAAN GEOMORFOLOGI Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk (morfometri) dan material penyusun. 3.1 Morfografi Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng. 3.1.1 Bentuklahan dataran Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato. Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari : - Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms) - Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms) - Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms) - Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms) - Bentuklahan dataran pantai (beach) Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari : - Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms) - Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms) - Bentuklahan undak sungai (teracce landforms) Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari : - Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta) - Bentuklahan delta membulat (lobate delta0 - Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta) - Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0 Bentuklahan plato. Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin dan fluvial adalah : a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan ombak, bercampur dengan lempung dan lanau. b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem - pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Mate- rial penyusun dataran fluvial biasa disebut endap - an aluvium dan jika telah termampatkan disebut konglomerat. c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de - ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara. d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert breksi dan tuf. 3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural. Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa Barat). Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan dan pegunungan tersebut antara lain : a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan. b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi gunungapai. c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan (tektonik). d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak sebagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser. e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran (Ciamis). 3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik) Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra). Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta. 3.1.4 Lembah Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi : - Jenis lembah U tumpul - Jenis lembah U tajam - Jenis lembah V tumpul - Jenis lembah V tajam. Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi sungai. Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng lembah. Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi lembah. Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V tajam. BENTUK SIMETRIS BENTUK TAK SIMETRIS ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA LEKUKAN DALAM TERBUKA/ LEBAR MENYEMPIT / CURAM MENYEMPIT / CURAM TERBUKA / LEBAR Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah (sumber : Van Zuidam, 1985) 3.1.5 Bentuk lereng Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau endogen yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi : - Bentuk lereng cembung. - Bentuk lereng lurus - Bentuk lereng cekung Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi atasnya. Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran (llandslide). Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump). 3.1.6 Pola punggungan Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endogen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik). Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang, sedangkan jika pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn garis kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik. 3.1.7 Pola aliran Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim. Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan. Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap). 2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola dasar lainnya. 3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari pola dasar setempat. Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga - nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst (gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus. Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985) POLA PENGALIRAN DASAR KARAKTERISTIK DENDRITIK Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki kemiringan landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar seperti pohon rindang. PARALEL Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik dengan pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang memanjang dengan pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh perlipatan. TRALLIS Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan metasedimen derajat rendah dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen. REKTANGULAR Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus. RADIAL Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola pengaliran multi radial. Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan. ANULAR Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemungkinan retas (stocks) MULTIBASINAL Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping dan lelehan salju (permafrost) POLA PENGALIRAN MODIFIKASI SUB DENDRITIK Umumnya struktural PINNATE Tekstur batuan halus dan mudah tererosi ANASTOMATIK Dataran banjir, delta atau rawa MENGANYAM (DIKHOTOMIK) Kipas aluvium dan delta SUB PARALEL Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan perbukitan memanjang. KOLINIER Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting pasir. SUB TRALLIS Bentuklahan memanjang dan sejajar DIREKSIONAL TRALLIS Homoklin landai seperti beting gisik TRALLIS BERBELOK Perlipatan memanjang. TRALLIS SESAR Percabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring KARST Batugamping Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan terja- dinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi. Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai (sumber : Morisawa, 1985) KONTROL STRUKTUR BENTUK SUNGAI A. DINAMIK 1. SESAR AKTIF Teras Lembah gelas anggur Lembah memanjang Sungai terputus Saluran "OFFSET" Saluran menyebar Sungai subsekuen Membentu genangan Lembah terjal 2. PERLIPATAN AKTIF Sungai anteseden Pembelokkan sungai secara Sungai konsekuen tajam. 3. KEGIATAN VULKANIK Pola aliran radial Dasar sungai curam B. PASIF. 1. TERAS SESAR Teras Lembah gelas anggur Lembah memanjang Sungai terputus Sungai subsekuen Saluran menyebar Lembah terjal Membentuk genangan Saluran "OFFSET' 2. KEMIRINGAN Aliran paralel Sungai subsekuen Aliran sepanjang le- Pola tralis reng kemiringan. Aliran konsekuen Aliran pada tebing pendek 3. KUBAH Pola radial Pola anular Sungai konsekuen Sungai subsekuen 4. ANTIKLIN SINKLIN Pola tralis Pembelokkan sungai Sungai subsekuen. 5. KELURUSAN SUNGAI Lembah asimetri Kelurusan saluran Sungai subsekuen 6. KEKAR Pola rektangular Sungai subsekuen 3.2 Morfogenetik Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen. 3.2.1 Proses eksogen Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk kepentingan kehidupannya. Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan, perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional). Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi. 3.2.2 Proses endogen Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi. Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta topografi atau foto udara adalah sebagai berikut : Bentuklahan perbukitan intrusi : - Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter). - Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat). - Bentuk lereng relatif cembung. - Garis kontur pada peta topografi relatif rapat. Bentuklahan perbukitan struktural : Perlipatan : - Bentuk perbukitan memanjang. - Pola aliran paralel dan rektangular. - Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan. - Garis kontur pada peta topografi relatif renggang. Patahan (sesar normal dan sesar naik) : - Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris. - Pola aliran paralel atau rektangular. - Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng yang berlawanan. - Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat. Patahan (sesar geser) : - Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus). - Pola aliran rektangular. - Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan. - Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat. Bentuklahan gunungapi (vulkanik) : - Bentuk pegunungan kerucut. - Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng tengah sampai lereng bawah lurus (elongate). - Memiliki kawah dan lubang kepundan. - Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat, dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang sampai renggang 3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan, pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik). Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut : Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfografi) dan STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan tersebut. Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau kekar. Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan material penyusun diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir an, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng, kemiringan lereng, kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentuklahan, sehingga penamaan satuan bentuklahan secara lengkap menjadi : Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel - bentuk lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur cukup renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen. Tata nama satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan geologi, karena analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau foto udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan terarah. 3.3 Morfometri Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut. 3.3.1 Lereng Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut. Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan adalah sebagai berikut : Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985) KEMIRINGAN LERENG KETERANGAN KLASIFIKASI USSSM* (%) KLASIFIKASI USLE** (%) 0 - 2 Datar - Hampir datar 0 - 2 1 - 2 3 - 7 Lereng sangat landai 2 - 6 2 - 7 8 - 13 Lereng landai 6 - 13 7 - 12 14 - 20 Lereng agak curam 13 - 25 12 - 18 21 - 55 Lereng curam 25 - 55 18 - 24 56 - 140 Lereng sangat curam > 55 > 24 * USSSM = United state soil System Management **USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967). Tabel 6. Ukuran panjang lereng PANJANG LERENG (M) KLASIFIKASI < 15 Lereng sangat pendek 15 - 50 Lereng pendek 50 - 250 Lereng sedang 250 - 500 Lereng panjang > 500 Lereng sangat panjang 3.3.2 Perbedaan ketinggian Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut : Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (sumber : Van Zuidam, 1985) KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI < 50 meter Dataran rendah 50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman 100 meter - 200 meter Perbukitan rendah 200 meter - 500 meter Perbukitan 500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi 1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan > 3.000 meter Pegunungan tinggi Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985) KELAS RELIEF KEMIRINGAN LERENG ( % ) PERBEDAAN KETINGGIAN (m) Datar - Hampir datar 0 - 2 < 5 Berombak 3 - 7 5 - 50 Berombak - Bergelombang 8 - 13 25 - 75 Bergelombang - Berbukit 14 - 20 75 - 200 Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500 Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000 pegunungan sangat curam > 140 > 1.000 Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985) JENIS KERAPATAN PADA SKALA 1: 25.000 MEMILIKI KERAPATAN KARAKTERISTIK HALUS Kurang dari 0,5 cm Tingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk SEDANG 0,5 cm - 5 cm Tingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang KASAR Lebih besar dari 5 cm Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan tahan terhadap erosi. BAB 4 SISTIMATIKA PEMETAAN GEOMORFOLOGI Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus. Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi analitik, khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan mungkin morfokhronologi. Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik). Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air permukaan dan air bawah tanah. Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, sehingga penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik menghasilkan informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek terapan, seperti informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan bentanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan tertentu. Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan data yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada dasarnya merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik. 4.1 Pemahaman bentuklahan Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah gambaran umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, seperti morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun dapat ditafsirkan melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Selaras dengan karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional, fluvial, marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian, karst dan glasial. 4.1.1 Bentuklahan asal denudasional Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denudasional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat cepat. Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional). 4.1.1.1 Erosi Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan hujan, sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh aliran air atau sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang rendah, maka perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut tidak menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan aliran meningkat, maka erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi : - Erosi permukaan (sheet erosion) - Erosi alur (riil erosion) - Erosi parit (gully erosion). Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang tidak terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir. Kondisi erosi permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat sulit diinterpretasi melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami erosi permukaan pada foto udara akan menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang. Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur dapat dipetakan pada skala peta yang besar. Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk, maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air. Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan dengan skala peta sedang sampai besar. Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985) MEDIA PENGARUH PROSES YANG TERJADI PROSES MUATAN MATERIAL AIR PERMUKAAN Arus permukaan dan arus bawah permukaan; aliran permukaan. Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan. AIR TANAH Tanpa arus bawah tanah. Pencucian ; korosi Larutan OMBAK, ARUS dan PASANG NAIK. Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan. ANGIN Abrasi dan deflasi Traksi, saltasi dan suspensi. GLASIAL Penggerusan dan saluran. Traksi dan suspensi GRAVITASI Gerakan massa Aliran, luncuran dan penurunan. Traksi dan suspensi. Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of Geomorphology R.W. Fairbridge, ed. Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ketahanan batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu faktor yang berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan atau penggerusan pada peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran, maka batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin renggang pola aliran berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau penggerusan. Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan (sumber : Van zuidam, 1985). JENIS BATUAN KETAHANAN BENTUKLAHAN BATUAN BEKUAN Tekstur halus Hitam (basa) Basalt Menengah Andesit Cerah Rhiolite Tekstur kasar Hitam (basa) Gabro Menengah Sienite Cerah Granit Biasanya tahan Biasanya tahan Biasanya tahan Biasanya sangat tahan Biasanya tahan Biasanya tahan Kecuali di wilayah arid Gawir dan aliran Tidak menyebar Tebing terjal Gawir dan kubah Pengangkatan Kubah dan pengang- katan.. BATUAN ENDAPAN Butiran halus Lepas Lempung Padat Batulempung Karbonat lepas Lanau Karbonat padat Gamping Butiran kasar Lepas Pasir Padat Batupasir Butiran sangat kasar Lepas Kerakal Padat Konglomerat Lunak, membentuk din- ding tegak. Biasanya lunak Sangat lunak Lunak di daerah basah tahan di daerah arid. Biasanya lunak Tahan jika tersemen kuat. Memiliki ketahanan se- dang, Sangat tahan. Lahan terbuka Dataran rendah sam - pai landai Dasar lembah. Daerah gamping. Dataran rendah Tebing terjal dan plato Sebagai batuan penu- tup perlipatan. Punggungan dan pe- gunungan. BATUAN MALIHAN (METAMORF) Asal batuan endapan Serpih Slate Batugamping Marble Batupasir Kuarsit Asal batuan bekuan atau endapan Banded Gneis Schistose Schist Lunak Lunak sangat tahan Sangat tahan Sangat tahan Dataran rendah Dataran rendah Punggungan, gumuk, dan monadnok. Pengangkatan Pengangkatan dan punggungan. Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York 4.1.1.2 Longsor Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang cukup besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang rendah. Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide), aliran (flow) dan jatuhan (heave). Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau batuan secara alami dari bagian tertinggi lereng yang