KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses...

71
ii KATA PENGANTAR Kegiatan ini merupakan program dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Wonosobo, dengan mengambil tema sebagai pembuatan jalur evakuasi bencana erupsi Gunungapi Sindoro di Kecamatan Kejajar. Laporan ini merupakan laporan akhir yang berisi materi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasasaran, keluaran, tinjauan pustaka serta metode penelitian, serta kajian analisis jalur evakuasi bencana Gunungapi Sindoro. Pada kegiatan ini selain survey dalam penentuan jalur evakuasi pada pemukiman di desa-desa di lereng Gunungapi Sindoro, juga digunakan teknik wawancara. Metode wawancara ini dipergunakan untuk mengetahui kesiapsiagaan masyarakat, selain itu masyarakat memberikan peran aktif dalam rangka mitigasi bencana khususnya bencana erupsi Gunungapi Sindoro. Hasil yang diperoleh bahwa, Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Kreo, serta Desa Kejajar merupakan daerah-derah di lereng gunungapi Sindoro yang memiliki potensi ancaman tinggi hingga sedang. Penentuan titik kumpul beradarkan aksesibilitas, tersedianya fasilitas serta daya tampung yang relatif masal. Semoga laporan ini dapat digunkan sebagai pertimbangan dalam pemasangan jalur evakuasi serta penempatan lokasi titik kumpul. Atas saran dan nasihatnya kami ucapkan terima kasih. Tim Penyusun

Transcript of KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses...

Page 1: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

ii

KATA PENGANTAR

Kegiatan ini merupakan program dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Wonosobo, dengan mengambil tema sebagai pembuatan jalur evakuasi

bencana erupsi Gunungapi Sindoro di Kecamatan Kejajar.

Laporan ini merupakan laporan akhir yang berisi materi mengenai latar belakang,

maksud dan tujuan, sasasaran, keluaran, tinjauan pustaka serta metode penelitian,

serta kajian analisis jalur evakuasi bencana Gunungapi Sindoro. Pada kegiatan ini

selain survey dalam penentuan jalur evakuasi pada pemukiman di desa-desa di lereng

Gunungapi Sindoro, juga digunakan teknik wawancara. Metode wawancara ini

dipergunakan untuk mengetahui kesiapsiagaan masyarakat, selain itu masyarakat

memberikan peran aktif dalam rangka mitigasi bencana khususnya bencana erupsi

Gunungapi Sindoro.

Hasil yang diperoleh bahwa, Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Kreo, serta Desa

Kejajar merupakan daerah-derah di lereng gunungapi Sindoro yang memiliki potensi

ancaman tinggi hingga sedang. Penentuan titik kumpul beradarkan aksesibilitas,

tersedianya fasilitas serta daya tampung yang relatif masal.

Semoga laporan ini dapat digunkan sebagai pertimbangan dalam pemasangan jalur

evakuasi serta penempatan lokasi titik kumpul. Atas saran dan nasihatnya kami

ucapkan terima kasih.

Tim Penyusun

Page 2: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Kegiatan 1.3. Sasaran Kegiatan 1.4. Output Kegiatan 1.5. Lingkup Kegiatan 1.6. Referensi Hukum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GunungApi 2.2. Erupsi Gunung Berapi 2.3. Pengelolaan Bencana 2.4. Mitigasi Bencana 2.5. Jalur Evakuasi Bencana 2.6. Sistem Informasi Geografis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Kegiatan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Prosedur pengerjaan

3.3.1. Tahapan pra-lapangan 3.3.2. Tahapan lapangan 3.3.3. Tahapan Paska lapangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN30 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo

A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

4.2. Keterpaparan Penduduk akbibat Bencana Kecamatan Kejajar 4.3. Potensi Kerawanan Bencana GunungApi Sindoro 4.4. Potensi Ancaman Erupsi Gunung Api sindoro 4.5. Kesiapsiagaan dan Jalur Evakuasi Gunungapi Sindoro

1. Kantor Kecamatan Kejajar 2. Kawasan Pabrik Teh PT. Tambi (Titik kumpul desa Tambi) 3. Pos Pendakian dan Balai Desa Sigedang 4. Pos I pendakian G. Sindoro/Titik Kumpul 2 Desa Sigedang 5. Titik kumpul 3 Desa Sigedang 6. Pertemuan Jalur Evakuasi Desa Tambi - Sigedang dengan Jalur Utama

ii iii v

vii

1 1 5 6 6 7 7

8 8

13 15 19 20 22

23 23 24 24 25 25 29

30 30 30 31 32 32 38 40 47 53 54 54 55 56 57

Page 3: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

iv

7. Pertemuan Jalur Evakuasi Desa Buntu dengan jalan Utama 8. Titik Kumpul 1 Desa Buntu 9. Titik Kumpul 2, Desa Buntu 10. Titik Kumpul 1 Desa Serang Atas 11. Titik kumpul 2, Desa Serang Bawah 12. Titik Kumpul Desa Kreo

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA

58 58 59 59 60 60

62 62 63

64

Page 4: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Gununungapi Utama di Indonesia 3

Gambar 2.1. Proses terbentuknya Gunungapi akibat adanya pergerakan lempeng 9

Gambar 2.2. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal beserta komposisi batuan penyusunnya

10

Gambar 2.3. Metode Pengkajian Risiko Bencana 15

Gambar 2.4. Disaster Management Cycle 18

Gambar 2.5. Peran Pemodelan Transportasi dalam Proses Evakuasi 20

Gambar 2.6. Penginderaan jauh elektromagnetik untuk sumber daya bumi 22

Gambar 3.1. Peta administrasi Kecamatan Kejajar 23

Gambar 3.2. Pola Pikir penelitain jalur evakuasi Gunungapi Sindoro 29

Gambar 4.1. Satuan Bentuklahan di Jawa Bagian Tengah 30

Gambar 4.2. Gunungapi Sundoro, Lokasi: Pos PGA Sundoro-Sumbing 40

Gambar 4.3. Peta Kerawanan Bencana Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar 42

Gambar 4.4. Peta Jarak Radius dari Puncak Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar 44

Gambar 4.5. Peta Desa terdampak erupsi Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar 45

Gambar 4.6. Peta Topografi Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar 46

Gambar 4.7. Kantor kecamatan Kejajar dengan jalan provinsi disekitarnya merupakan tempat evakuasi dengan fasilitas memadai

53

Gambar 4.8. Kawasan pabrik teh PT Tambi dengan berbagai fasilitas yang ada sangat cocok digunakan sebagai titik kumpul jalur evakuasi di Desa Tambi

54

Gambar 4.9. Tititk kumpul 1, Desa Sigedang untuk jalur evakuasi G. Sindoro 55

Gambar 4.10. Lokasi Pos Pendakian untuk titik kumpul pendaki dan petani yang berada disekitarnya

56

Gambar 4.11. Jalur evakuasi yang telah dibuat oleh BPPD Temanggung serta kondisi jalan dan pos disekitar lokasi

57

Gambar 4.12. Pertemuan antara jalur evakuasi Sigedang/Tambi dengan jalan utama

57

Gambar 4.13. Jalur masuk ke arah Desa Buntu merupakan jalan cor beton yang banyak dilalui kendaraan

58

Gambar 4.14. Titik kumpul 1 Desa Buntu di komplek SD dan Balai Desa 58

Gambar 4.15. Titik kumpul 2 jalur evakuasi Desa Buntu 59

Page 5: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

vi

Gambar 4.16. Titik kumpul ditanah lapang desa Serang yang berdekatan dg balai desa

59

Gambar 4.17. Kantor kepala desa serta lapangan disekitar SD Serang II sebagai titik kumpul

60

Gambar 4.18. Titik kumpul desa Kreo yang berada di SD Negeri Kreo 60

Gambar 4.19. Citra satelit lokasi titik kumpul desa-desa dengan ancaman Gunungapi Sindoro

61

Page 6: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Gunungapi di Selat Sunda dan Pulau Jawa11 11

Tabel 3.1. Kuisioner/wawancara pada lokasi-lokasi tertentu 26

Tabel 4.1. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Kejajar 33

Tabel 4.2. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kejajar 34

Tabel 4.3. Penduduk usia kurang dari 9 Tahun di Kecamatan Kejajar 36

Tabel 4.4. Penduduk usia lebih dari 60 Tahun di Kecamatan Kejajar 37

Tabel 4.5. Banyaknya Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan Kecamatan Kejajar

37

Tabel 4.6. Hasil kuisioner di Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Tambi, Desa Kejajar, dan Desa Kreo

48

Page 7: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

1 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam.

Indonesia juga dikenal oleh dunia dengan sebutan “Zamrud Khatulistiwa”. Indonesia

terletak pada tumbukan tiga lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng

Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Tumbukan ketiga lempeng tersebut

mengakibatkan adanya zona subduksi aktif di Indonesia. ketiga lempengan tersebut

bergerak dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke

utara menunjam ke bawah lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan.

Penunjaman (subduction) lempengan tersebut menimbulkan adanya gempa bumi,

rangkaian jalur gunungapi aktif yang memanjang dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa,

Pulau Bali, dan Nusa Tenggara serta dapat menimbulkan adaya sesar atau patahan.

Wilayah gunungapi merupakan wilayah yang sangat subur sehingga menjadi daya tarik

bagi manusia untuk menempati wilayah sekitar gunungapi. Sebagian penduduk di

Indonesia menampati wilayah sekitaran gunungapi tersebut. Hal ini dikarenakan mata

pencaharian penduduk desa umumnya ialah bertani. Pertambahan jumlah penduduk

dan semakin menyempitnya lahan pertanian mengharuskan para penduduk untuk

membuka lahan-lahan baru kearah tubuh gunungapi (Hasib, 2014).

Di satu sisi gunung memberikan panorama keindahan bagi yang melihatnya, selain itu

udara sejuk telah memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di sekitar gunung

tersebut. Namun di sisi lain ketika gunung itu menumpahkan isinya sehingga

menimbulkan bencana bagi daerah sekitarnya, bahkan jika letusannya dahsyat akan

banyak menelan korban jiwa, selain itu banyak orang kehilangan harta benda yang

dimilikinya akibat letusan gunung api tersebut. Maka perlu adanya upaya untuk

meminimalkan dampak dari bencana tersebut agar bencana itu tidak terlalu banyak

menelan korban (Nandi, 2006).

Di Indonesia, gunung api dan hasil kegiatannya yang berupa batuan gunung api

tersebar melimpah baik di darat maupun di laut. Sebagai akibat lebih lanjut, meskipun

wilayah Indonesia mempunyai banyak gunung api dan batuannya tersebar luas,

sementara tidak banyak ahli geologi yang mendalaminya, maka dapat dikatakan

Page 8: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

2 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

bahwa kita tidak menjadi pakar di daerahnya sendiri. Padahal diyakini, apabila

lingkungan geologi (gunung api) dapat benar-benar difahami, maka hal itu akan

menjadi modal dasar untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada

ataupun penanggulangan terhadap bencana yang mungkin ditimbulkannya (Bronto,

2006).

Kabupaten Wonosobo termasuk dalam provinsi Jawa Tengah, daerah Jawa Tengah

terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan

dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di

sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi

Bandung di Jawa Barat, selain itu terdapat pula bentukan vulkanik berupa kerucut

pegunungan pada bagian tengah.

Kabupaten Wonosobo memiliki Gunungapi berupa Gunungapi Sindoro dan Gunungapi

Sumbing. Secara keseluruhan terdapat 112 desa yang masuk dalam zona bahaya

Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dengan 41 desa termasuk dalam daerah

administrasi Kabupaten Wonosobo dan 71 desa termasuk dalam daerah administrasi

Kabupaten Temanggung (Apriliana,___)

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, didefinisikan

bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan UN-ISDR (2002)

menyebutkan bencana sebagai fungsi atas suatu proses risiko. Hal tersebut

merupakan hasil kombinasi dari bahaya, kondisi kerentanan, dan tidak cukupnya

kapasitas atau ukuran dalam mengurangi kemungkinan negatif atas hasil suatu risiko.

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Bencana Geologi adalah bencana yang disebabkan oleh dinamika geologi seperti

antara lain letusan gunungapi, gempabumi, tsunami , dan gerakan tanah/tanah

longsor. Konsekuensi dari interaksi lempeng menyebabkan terbentuk 129 Gunungapi

Gunungapi (13% dari dari jumlah gunungapi di dunia dunia). 80 diantaranya

dinyatakan sangat aktif, yang ditandai pernah pernah meletus meletus sejak 1600, 3

Page 9: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

3 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

gunung api bawah laut laut (Buana Wuhu/Sangir Sangir, Hobalt dan Emperor of

China/Flores), 65 gunung api sangat aktif dipantau secara menerus melalui 74 Pos

Pengamatan Gunungapi. Indonesia rentan terjadi letusan gunungapi yang berpotensi

menyebabkan bencana.

Selat Sunda memisahkan Pulau Sumatera dan Jawa, dengan pulau vulkanik Krakatau

berdiri di antara keduanya. Krakatau meletus hebat pada tahun 1883, memusnahkan

dua pertiga pulau dan menyisakan kaldera besar di bawah laut. Ledakan dahsyat ini

terdengar hingga ke pulau Rodrigues di dekat Mauritius, berjarak sekitar 4;800

kilometer. Kerucut parasit baru, yang disebut Anak Krakatau, muncul dari lautan di

tengah-tengah kaldera pada tahun 1930 (Winchester, 2003). Whittaker Pulau Krakatau

lainnya yang terbentuk akibat letusan 1883 adalah Sertung, Panjang, dan Rakata

(Whittaker, 1993).

Gambar 1.1. Gununungapi Utama di Indonesia (Sumber: USGS, 2001)

Dari segi ukuran, Jawa memang relatif kecil jika dibandingkan dengan Sumatera, tetapi

pulau ini memiliki konsentrasi gunung berapi aktif yang lebih tinggi. Ada 45 gunung

berapi aktif di pulau Jawa, tidak termasuk 20 kawah dan kerucut kecil di kompleks

vulkanik Dieng dan kerucut muda di kompleks kaldera Tengger. Beberapa gunung

berapi dikelompokkan menjadi satu dalam daftar di bawah ini karena lokasinya yang

berdekatan. Gunung Merapi, Semeru dan Kelud adalah tiga gunung berapi yang paling

Page 10: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

4 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

aktif di Pulau Jawa. Gunung Semeru terus mengeluarkan letusan sejak 1967

(Anonimus, 2018). Gunung Merapi dinobatkan sebagai Gunung Api Dekade Ini sejak

1995 (Anonimus, 2006).

Menurut Hardiansyah dkk (2016) peningkatan kejadian bencana alam selama dua

dasawarsa terakhir melahirkan banyak gagasan mengenai pengurangan dampak risiko

kebencanaan baik dari sisi sosial maupun teknis, termasuk pada bidang transportasi

evakuasi. Proses evakuasi merupakan salah satu kajian strategis dalam perencanaan

transportasi dan pemodelan lalulintas. Evakuasi adalah proses di mana penempatan

orang dari tempat-tempat berbahaya ke tempat-tempat yang lebih aman untuk

mengurangi gangguan kesehatan dan kehidupan masyarakat yang rentan terkena

dampak.

Konsep Model Transportasi untuk Evakuasi lebih mendasarkan pada perjalanan dan

jaringan jalan. Ketika bencana melanda, semua orang yang berada pada wilayah

terdampak akan melakukan pergerakan seketika dan bersamaan dalam kepanikan

yang tinggi, sehingga jaringan jalan seringkali tak mampu memberikan pelayanan

maksimal, kondisi inilah pada akhirnya banyak menimbulkan korban jiwa. Penerapan

model transportasi evakuasi berbasis kinerja jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk

mengoptimalkan peran rute evakuasi dalam melayani pengungsi. model transportasi

berperan sangat penting untuk mengoptimalkan kinerja rute yang dilewati pengungsi

ketika evakuasi. Jaringan jalan dengan kinerja paling optimal dapat ditetapkan sebagai

rute evakuasi yang tangguh untuk menghadapi bencana (Hardiansyah dkk, 2016).

Salah satu manajemen bencana adalah penentukan jalur penyelamatan dari bencana

tersebut, yang berguna untuk mengurangi risiko terhadap bencana. Beberapa hal yang

berkaitan dengan penentuan jalur evakuasi menurut Akhmadi dkk (2017) antara lain

adalah:

1. Jalur Evakuasi

Dalam proses penentuan ini digunakan beberapa data spasial sebagai indikator

dalam menganalisa tempat evakuasi yaitu peta penggunaan lahan yang

berfungsi untuk melihat kenampakan persebaran area permukiman agar dapat

disesuaikan dengan pemilihan jalur.

2. Penentuan Jalur Evakuasi

Dalam proses penentuan ini digunakan beberapa data spasial sebagai indikator

dalam menganalisa tempat evakuasi yaitu peta penggunaan lahan yang

Page 11: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

5 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

berfungsi untuk melihat kenampakan persebaran area permukiman agar dapat

disesuaikan dengan pemilihan jalur.

3. Pembuatan Jalur Evakuasi

Dalam proses pembuatan jalur evakuasi ini ada beberapa faktor yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan jalur evakuasi menuju tempat evakuasi. Adapun

titik berangkat dimulai dari daerah yang merupakan rawan tinggi.

4. Simulasi Jalur Evakuasi

Tahap terakhir adalah melakukan integrasi dan analisis geospasial

menggunakan SIG terhadap seluruh informasi-informasi yang diperoleh, untuk

kemudian melakukan simulasi pembuatan jalur evakuasi ditentukan dengan

beberapa tahapan pertimbangan.

Kondisi geografi dan topografi wilayah Kabupaten Wonosobo khususnya Kecamatan

Kejajar yang berada di lereng Gunungapi Sindoro sangat rentan terhadap ancaman

bencana erupsi. Wilayah dengan kemiringan yang terjal dengan pemukiman yang

menyebar disepanjang lereng menjadikan perhatian pada mitigasi terutama

pembuatan jalur evakuasi apabila terjadi bencana gunungapi sindoro.

Melalui latar belakang maka terdapat pertanyaan penelitian dalam menentukan jalur

evakuasi bencana Gunungapi Sindoro guna mitigasi bencana, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan titik-titik evakuasi yang terdapat pada Kecamatan

Kejajar?

2. Bagaimana kelayakan jalan-jalan di Kecamatan Kejajar untuk dijadikan sebagai

jalur evakuasi?

3. Bagaimana jalur evakuasi bencana yang baik bila diukur berdasarkan waktu

tempuh?

4. Bagaimana titik evakuasi yang dipilih dan fasilitas mitigasi bencana yang ada

saat ini di Kecamatan Kejajar.

1.2. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, kegiatan ini

memiliki tujuan untuk melakukan kajian tentang jalur evakuasi bencana tsunami yang

meliputi:

Page 12: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

6 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

a. Mengidentifikasi ruas-ruas jalan yang layak evakuasi sebagai jalur evakuasi

pada saat terjadi bencana Gunungapi Sindoro berdasarkan lebar jalan dan

waktu tempuh

b. Merencanakan jalur evakuasi bencana Gunungapi Sindoro berdasarkan waktu

tempuh.

c. Mengetahui fasilitas mitigasi bencana Gunungapi Sindoro yang meliputi

d. Mengidentifikasi lokasi-lokasi dan titik kumpul yang dapat menjadi tempat

evakuasi bila terjadi bencana Gunungapi Sindoro.

1.3. Sasaran Kegiatan

Kegiatan ini memiliki sasaran guna memiliki jalur evakuasi bencana Gunungapi

Sindoro di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, Sehingga dengan dimiliki jalur ini

akan memudahkan dalam mitigasi bencana apabila terjadi erupsi di Gunungapi

Sindoro. Dirinci segabai berikut:

a. Mengetahui kondisi wilayah lereng Gunungapi Sindoro pada Kecamatan

Kejajar, sehingga dapat diporoleh data mengenai jalur-jalur jalan sebagai

bahan pertimbangan dalam melakukan mitigasi bencana

b. Tersedianya data mengenai mitigasi bencana Gunungapi Sindoro di

Kecamatan Kejajar, sehingga dapat ditentukan jalur-jalur evakuasi serta lokasi-

lokasi titik kumpul.

c. Partisipasif masyarakat dalam pertimbangan penentuan jalur-jalur evakuasi

serta lokasi titik kumpul

1.4. Output Kegiatan

Output kegiatan ini adalah berupa:

a. Peta jalur evakuasi bencana erupsi Gunungapi Sindoro di Kecamatan Kejajar

b. Peta sebaran jarak/radius dari puncak Gunungapi Sindoro

c. Peta jumlah penduduk pada tiap desa di Kecamatan Kejajar

d. Data aksesibilitas jalur evakuasi

e. Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai titik kumpul mitigasi serta tempat

pengungsian sementara.

Page 13: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

7 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

1.5. Lingkup Kegiatan

a. Lingkup data primer adalah data yang langsung diambil/ diperoleh dilapangan

yang meliputi: survei jalan, survei lokasi, survei kondisi fisik, pengamatan lebar

jalan, pengukuran jarak dan waktu tempuh

b. Lingkup data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung seperti

peta geologi,peta rupa bumi, peta digital Wonosobo, peta penggunaan lahan,

serta data-data kependudukan yang diperoleh dari Kecamatan Kejajar dalam

Angka di BPS.

c. Lingkup wilayah kegiatan dilakukan berada di desa-desa terdampak apabila

terjadi erupsi Gunungapi Sindoro di wilayah Kecamatan Kejajar

d. Lingkup materi studi pustaka yang berisi mengenai evakuasi bencana serta

studi pustaka mengenai Gunungapi Sindoro

e. Penyusunan peta demografi, sebaran pemukiman, pembuatan peta sebaran

radius dari puncak, peta jalur-jalur evakuasi.

1.6. Referensi Hukum

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana.

c. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 70 Tahun 2012 terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015.

Page 14: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

8 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GunungApi

Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki gunung api, baik yang aktif

maupun yang tidak aktif, di darat atau di laut. Gunung api di Indonesia terbentang dari

barat ke timur dari Sumatera, Jawa sampai Laut Banda. Semua gunung itu berada

dalam satu rangkaian Busur Sunda. Selain itu, gunung api terdapat di Sulawesi utara,

Halmahera dan lainnya. Karena satu rangkaian, mekanisme masing-masing gunung

pun kurang lebih sam atau karakternya kurang lebih sama juga. Mekanismenya terjadi

di bawah laut. Tepatnya di lapisan lithosfer bumi, tempat terjadinya subdaksi atau

penunjaman akibat pergeseran lempeng India-Australia, yakni tempat Indonesia dan

gunung itu berada (Nandi, 2006).

Para ahli sampai saat ini belum mendapatkan kata sepakat mengenai batasan atau

istilah baku teteg definisi gunung api secara jelas. Ilmu yang seara khusus mempelajari

gunung api adalah vulkanologi. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan gunung api.

Koesoemadinata (1977) menyatakan bahwa gunungapi adalah lubang atau saluran

yang menghubungkan suatu wadah berisi bahn yang disebut magma. Suatu ketika

bahan tersebut ditempatkan melalui saluran bumi dan sering terhimpun di sekelilingnya

sehingga membangun suatu kerucut yang dinamakan kerucut gunung api.

Matahalemual (1982) menyatakan bahwa gunung api (vulkan) adalah suatu bentuk

timbulan di muka bumi, pada umunya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut

terpacung, kubah ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke

permukaan bumi.

Sumardani (2018) menjelaskan bahwa Gunungapi yang mengeluarkan lava bersifat

encer dan membentuk gunung tersebut, lereng berbentuk landai. gunung api ini

beralas sangat luas dengan lereng yang sangat landai. Gunung api perisai terbentuk

dari lelehan lava yang cair (encer). Magma cair yang sangat encer keluar dari lubang

letusan, kemudian meleleh disekeliling lubang letusan. Lelehan lubang tersebut

membentuk lapisan seperti perisai. Pembentukan Gunungapi terbentuk karena adanya

gerakan magma sebagai arus konveksi, dimana arus tersebut menyebabkan gerakan

dari kerak bumi. Dikenal ada 2 kerak bumi yaitu kerak samudera dan kerak benua.

Page 15: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

9 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gerakan kerak tersebut juga disebut pergerakan antar lempeng (Teori Tektonik

Lempeng), terbagi menjadi 3 bentuk gerakan :

1. Saling menjauh (divergent), menyebabkan terjadinya pemekaran kerak benua,

magma keluar melalui rekahan tersebut dan membentuk busur gunungapi tengah

samudera (mid-ocean ridge).

2. Saling bertumbukan (convergent), kerak samudera menumbuk dan menunjam di

bawah kerak benua, membentuk zona subdaksi (subdaction zone) dan terjadi

peleburan batuan di zona tersebut, magma bergerak dan menerobos sehingga

membentuk busur gunungapi tepi benua (volvcanic arc).

3. Saling bergeser sejajar berlawanan arah (transform) antar kerak benua yang

menyebabkan timbulnya rekahan, sesar mendatar (contoh Sesar San Andreas).

Akibat tumbukan lempeng tersebut maka Indonesia mempunyai 129 buah gunungapi

aktif atau sekitar 13 % dari gunung aktif di dunia sepanjang Sumatera, Jawa sampai

laut banda. Bukit barisan (30 buah), P.Jawa ( 35 buah), P. Bali- Kepulauan Nusa

Tenggara (30 buah), Kepulauan Maluku (16 buah) dan Sulawesi (18 buah) yang

dikatagorikan aktif. Gunungapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi

yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik “ Pasific Ring Fire”.

Gambar 2.1. Proses terbentuknya Gunungapi akibat adanya pergerakan lempeng

Menurut Bronto (2006) Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut

dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pada

umur Kuarter hingga masa kini, bentang alam gunung api komposit sangat mudah

diidentifikasi karena bentuknya berupa kerucut, di puncaknya terdapat kawah dan

Page 16: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

10 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

secara jelas dapat dipisahkan dengan bagian lereng, kaki, dan dataran di sekitarnya.

Dari puncak ke arah kaki, sudut lereng semakin melandai untuk kemudian menjadi

dataran di sekitar kerucut gunung api tersebut. Untuk pulau gunung api, bagian puncak

dan lereng menyembul di atas muka air laut sedangkan kaki dan dataran berada di

bawah muka laut. Namun berdasarkan penelitian topografi bawah laut, tidak hanya

kaki dan dataran di sekeliling pulau gunung api, tetapi juga kerucut gunung api bawah

laut dapat diidentifi kasi.

Gambar 2.2. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies

medial, dan fasies distal beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie, 1998, dalam Bronto, 2006).

Aliran sungai pada kerucut gunung api di darat dan pulau gunung api mempunyai pola

memancar dari daerah puncak ke kaki dan dataran di sekitarnya. Apabila suatu kerucut

gunung api di darat atau di atas muka air laut sudah tidak aktif lagi, maka proses

geomorfologi yang dominan adalah pelapukan dan erosi, terutama di daerah puncak

yang merupakan daerah timbulan tertinggi. Karena pengaruh litologi yang beragam di

daerah puncak, ada yang keras dan ada yang lunak, relief daerah puncak menjadi

sangat kasar, tersusun oleh bukit-bukit runcing di antara lembah-lembah sungai yang

terjal dan dalam. Sekalipun suatu kerucut gunung api sudah tererosi cukup lanjut,

Page 17: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

11 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

bagian lereng biasanya masih memperlihatkan pola sudut lereng yang melandai ke

arah kaki dan berpasang-pasangan menghadap ke arah bekas puncak. Kemiringan

lereng bukit yang menghadap ke daerah bekas puncak pada umumnya lebih terjal

daripada kemiringan lereng yang menjauhi daerah puncak. Dari citra satelit dapat

diperlihatkan perbedaaan penampakan bentang alam kerucut gunung api muda dan

yang sudah tererosi, baik pada tingkat dewasa maupun lanjut, mulai dari daerah

puncak (fasies sentral), lereng atas (fasies proksimal), lereng bawah (fasies medial),

dan kaki serta dataran (fasies distal).

Tabel 2.1. Gunungapi di Selat Sunda dan Pulau Jawa

Nama Bentuk Tinggi Letusan terakhir (VEI) Geolokasi

Arjuno-Welirang stratovulkan 3,339 meter 15 Agustus 1952 7,725°LS 112,58°BT

Baluran stratovulkan 1,247 meter Tidak diketahui 7,85°LS 114,37°BT

Cereme stratovulkan 3,078 meter 1951 6,892°LS 108,4°BT

Dieng kompleks 2,565 meter 31 Desember 1996 7,2°LS 109,92°BT

Galunggung stratovulkan 2,168 meter 9 Januari 1984 7,25°LS 108,058°BT

Gede stratovulkan 2,958 meter 13 Maret 1957 6,78°LS 106,98°BT

Guntur kompleks 2,249 meter 16 Oktober 1847 7,143°LS 107,84°BT

Ijen stratovulkan 2,799 meter 28 Juni 1999 8,058°LS 114,242°BT

Iyang-Argapura kompleks 3,088 meter Tidak diketahui 7,97°LS 113,57°BT

Kamojang stratovulkan 1,730 meter Pleistosen 7,125°LS 107,8°BT

Karaha fumarol 1,155 meter Tidak diketahui 7,12°LS 108,08°BT

Karang stratovulkan 1,778 meter Tidak diketahui 6,27°LS 106,042°BT

Kawi-Butak stratovulkan 2,651 meter Tidak diketahui 7,92°LS 112,45°BT

Kelud stratovulkan 1,731 meter 13 Februari 2014 7,93°LS 112,308°BT

Kendang stratovulkan 2,608 meter Tidak diketahui 7,23°LS 107,72°BT

Kiaraberes-Gagak stratovulkan 1,511 meter 6 April 1939 6,73°LS 106,65°BT

Krakatau kaldera 813 meter 11 Januari 2011 6,102°LS 105,423°BT

Lamongan stratovulkan 1,651 meter 5 Februari 1898 7,979°LS 113,342°BT

Lawu stratovulkan 3,265 meter 28 November 1885 7,625°LS 111,192°BT

Lurus kompleks 539 meter Tidak diketahui 7,73°LS 113,58°BT

Malabar stratovulkan 2,343 meter Tidak diketahui 7,13°LS 107,65°BT

Malang maar 680 meter Tidak diketahui 8,02°LS 112,68°BT

Merapi stratovulkan 2,968 meter 18 November 2013 7,542°LS 110,442°BT

Merbabu stratovulkan 3,145 meter 1797 7,45°LS 110,43°BT

Muria stratovulkan 1,625 meter 160 SM ± 30 tahun 6,62°LS 110,88°BT

Papandayan stratovulkan 2,665 meter 11 November 2002 7,32°LS 107,73°BT

Page 18: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

12 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Sumber: Wikipedia, 2018

2.2. Erupsi Gunung Berapi

Erupsi adalah proses keluarnya material gunung berapi seperti lahar dan abu yang

disertai lepasnya gas-gas ke permukaan bumi. Berdasarkan sifat dan kekuatannya,

erupsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Efusif, yaitu proses erupsi berupa lelehan lava melalui retakan-retakan yang

terdapat pada tubuh gunung api. Efusif biasanya terjadi jika magma yang

terkandung dalam gunungapi sifatnya encer serta kandungan gasnya relative

sedikit.

2. Eksplosif, yaitu erupsi gunungapi berupa ledakan yang memuntahkan bahan-

bahan piroklastik di samping lelehan lava. Eksplosif dapat terjadi jika magma

yang terdapat dalam tubuh gunungapi sifatnya kental dengan kandungan gas

yang tinggi sehingga tekanannya sangat kuat.

Menurut Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) erupsi gunungapi yang diterbitkan oleh

Badan Geologi tingkat ancaman bahaya erupsi gunungapi dibagi menjadi tiga yaitu:

Patuha stratovulkan 2,434 meter Tidak diketahui 7,16°LS 107,4°BT

Penanggungan stratovulkan 1,653 meter Tidak diketahui 7,62°LS 112,63°BT

Perbakti stratovulkan 1,699 meter Tidak diketahui 6,75°LS 106,68°BT

Pulosari stratovulkan 1,346 meter Tidak diketahui 6,342°LS 105,975°BT

Raung stratovulkan 3,332 meter 2 Juni 2002 8,125°LS 114,042°BT

Salak stratovulkan 2,211 meter 31 Januari 1938 6,72°LS 106,73°BT

Semeru stratovulkan 3,676 meter 1967–2006 berkelanjutan 8,108°LS 112,92°BT

Slamet stratovulkan 3,432 meter 1 Mei 1999 7,242°LS 109,208°BT

Sumbing stratovulkan 3,371 meter 1730 7,384°LS 110,07°BT

Sundoro stratovulkan 3,136 meter 29 Oktober 1971 7,3°LS 109,992°BT

Talagabodas stratovulkan 2,201 meter Tidak diketahui 7,208°LS 108,07°BT

Tampomas stratovulkan 1,684 meter Tidak diketahui 6,77°LS 107,95°BT

Tangkuban Perahu stratovulkan 2,084 meter 14 September 1983 6,77°LS 107,6°BT

Telomoyo stratovulkan 1,894 meter Tidak diketahui 7,37°LS 110,4°BT

Tengger stratovulkan 2,329 meter 8 Juni 2004 7,942°LS 112,95°BT

Ungaran stratovulkan 2,050 meter Tidak diketahui 7,18°LS 110,33°BT

Wayang-Windu kubah lava 2,182 meter Tidak diketahui 7,208°LS 107,63°BT

Wilis stratovulkan 2,563 meter Tidak diketahui 7,808°LS 111,758°BT

Page 19: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

13 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

i. Kawasan Rawan Bencana (KRB) I KRB I merupakan kawasan yang terletak

dalam radius 8 km dari kepundan atau yang berpotensi terlanda aliran lahar

hujan.

ii. Kawasan Rawan Bencana (KRB) II KRB II merupakan kawasan yang terletak

dalam radius 5 km dari kepundan atau yang berpotensi terlenda aliran lava,

lahar hujan, dan awan panas.

iii. Kawasan Rawan Bencana (KRB) III KRB III merupakan kawasan yang terletak

dalam radius 2 km dari kepundan atau yang selalu terancam aliran lava, gas

beracun, dan awan panas.

Sedangkan Status Gunungapi adalah:

i. Awas (IV):

Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada

keadaan kritis yang menimbulkan bencana

Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap

Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam

ii. Siaga (III)

Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau

menimbulkan bencana

Peningkatan intensif kegiatan seismik

Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke

letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana

Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu

iii. Waspada (II)

Ada aktivitas apa pun bentuknya

Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal

Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya

Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik

dan hidrotermal

iv. NORMAL (I)

Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma

Level aktivitas dasar

Page 20: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

14 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Bahan-pahan produk gunung berapi yang mengancam nyawa diantaranya adalah:

1. Lahar (letusan dan hujan).

2. Awan/hawa panas Suhunya sangat tinggi, antara 300 – 7000C,

kecepatanyapun sangat tinggi yaitu >70 km/jam (tergantung kemiringan

lereng). Awan ini bergerak secara turbulensi dan menuruni lereng

3. Abu

Abu gunung api mengandung zat yang berbahaya Co, H2S, SO2 sehingga bisa

menyebabkan ISPA. Abu secara fisik berbentuk silica, yaitu abunya berbentuk

tidak beraturan dan tajam, sehingga bisa merusak jaringan mata bila mata

terkena atau merusak saluran pernafasan. Karena abu juga bersifat asam,

maka bila mengenai kulit dapat menyebabkan gatal atau iritasi.

4. Gas beracun (CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO)

5. Benda yang beterbangan (benda ini suhunya >2000 C dengan ukuran

bervariasi)

6. Benda yang terpental seperti proyektil.

2.3. Pengelolaan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007).

Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan

bencana (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007). Bahaya adalah suatu fenomena

alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian

harta benda dan kerusakan lingkungan (Nurjanah dkk, 2011). Rawan bencana adalah

kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial,

budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu

yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan

mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007).

Page 21: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

15 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 2.3. Metode Pengkajian Risiko Bencana

Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang

mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana

(Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012).

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 04 Tahun 2008. Kerentanan (vulnerability)

adalah keadaan atau prilaku masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan

menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan dapat dibagi menjadi empat yaitu:

1. Kerentanan Fisik

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 04 Tahun 2008 secara fisik bentuk

kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan menghadapi bahaya

tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang berada di

daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang

tinggal di bantaran sungai dan sebagainya. Menurut Peraturan Kepala BNPB

Nomor 02 Tahun 2012 kerentanan fisik dibagi menjadi kerentanan bangunan

(rumah) dan kerentanan prasarana (fasilitas umum). Nurjanah dkk, (2011) juga

mendefinisikan kerentanan fisik yaitu kerentanan fisik menggambarkan suatu

kondisi fisik (infrastruktur) yang rawan terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu.

Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator: a) Presentase

kawasan terbangun; b) Kepadatan bangunan; c) Presentase konstruksi darurat;

Page 22: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

16 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

d) Jaringan listrik; e) Rasio panjang jalan; f) Jaringan telekomunikasi; g)

Jaringan PDAM; h) Jalan kereta api.

2. Kerentanan Ekonomi

Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan

ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya. Beberapa indikator kerentanan

ekonomi diantaranya adalah presentase rumah tangga yang bekerja di sektor

rentan dan presentase rumah tangga miskin (Nurjanah dkk, 2011). Peraturan

Kepala BNPB Nomor 04 Tahun 2008 menjelaskan bahwa kemampuan ekonomi

suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat kerentanan

terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang

miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak

mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya

pencegahan atau mitigasi bencana. Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor

02 Tahun 2012 beberapa indikator kerentanan ekonomi ialah PDRB per sektor

dan pengunaan lahan (kawasan budidaya).

3. Kerentanan Sosial

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 04 Tahun 2008 kondisi sosial

masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya.

Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan

bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat

kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi

bahaya. Menurut Nurjanah dkk (2011) kerentanan sosial menggambarkan

kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi bahaya. Pada kondisi

sosial yang rentan, jika terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan

dampak kerugian yang besar. Beberapa indikator kerentanan sosial antaralain

kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, dan presentase penduduk

tua dan balita. Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012

kerentanan sosial dibagi menjadi kepadatan penduduk dan kepekaan sosial

masyarakat. Kepekaan sosial mempertimbangkan berbagai faktor dalam

masyarakat yaitu: rasio kemiskinan, rasio perbandingan umur, rasio jumlah

orang cacat, dan rasio jenis kelamin

4. Kerentanan Lingkungan

Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kerentanan

bencana. Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 kerentanan

lingkungan meliputi sektor penggunaan lahan untuk kawasan lindung.

Page 23: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

17 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan

pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Peraturan

Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012). Menurut Lilik Kurniawan (2011: 2) kapasitas

adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang

memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan,

menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat

bencana. Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 indikator yang

digunakan untuk peta kapasitas adalah indikator HFA yang terdiri dari: a) aturan dan

kelembagaan penanggulangan bencana; b) peringatan dini dan kajian risiko bencana;

c) pendidikan kebencanaan; d) pengurangan faktor risiko dasar; dan e) pembangunan

kesiapsiagaan pada seluruh lini.

Menurut Nursa’ban dkk, (2013, dalam Hasib 2014) membagi variabel-variabel

kemampuan atau kapasitas suatu wilayah dalam menghadapi bencana antaralain

dilihat dari keberadaan:

1. organisasi penanggulangan bencana lokal yang dibentuk atas inisiatif

masyarakat,

2. organisasi penanggulangan bencana pemerintah berupa BPBD, SAR, dll,

3. kearifan lokal,

4. sistem peringatan dini/ EWS (Early Warning System),

5. jalur evakuasi,

6. petunjuk evakuasi,

7. lokasi evakuasi,

8. morfologi atau bangunan penyelamat berupa bukit atau menara untuk bencana

tsunami dan banjir serta lapangan untuk bencana longsor.

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 tingkat ancaman kawasan

pada bencana erupsi gunungapi dapat diketahui dari Peta Kawasan Rawan Bencana

(KRB) Erupsi Gunungapi yang diterbitkan oleh Badan Geologi. Semakin tinggi

ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena

bencana. Semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk, maka

semakin tinggi pula tingkat risikonya. Akan tetapi sebaliknya, semakin tinggi tingkat

kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Perhitungan

analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang

bersangkutan. (Peraturan Kepala BNPB Nomor 04 Tahun 2008).

Page 24: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

18 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

2.4. Mitigasi Bencana

Menurut Indreswari dkk (2016) siklus pengelolaan bencana secara umum merupakan

tindakan-tindakan nyata dari sebelum terjadinya bencana, pra-bencana, saat

menjelang bencana, saat bencana dan pasca bencana. Siklus pengelolaan bencana

merupakan bentuk indikasi bahwa bencana dan proses pengelolaannya merupakan

suatu aktivitas yang berkelanjutan dan bukanlah suatu rangkaian aktivitas yang

berawal dan berakhir. Mitigasi adalah salah satu tindakan penanggulangan resiko

bencana yang dapat dilakukan di fase sebelum terjadinya bencana, pra-bencana, saat

menjelang bencana, dan pasca bencana. Mitigasi bencana gunungapi dalam

pengertian yang lebih luas bisa diartikan sebagai segala usaha dan tindakan untuk

mengurangi dampak bencana yang disebabkan oleh erupsi gunung api. Tindakan

mitigasi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu dari aspek struktural dan non

struktural.

Gambar 2.4. Disaster Management Cycle

Mitigasi dari aspek struktural adalah dengan membangun suatu struktur untuk

mengurangi dampak dari suatu bencana, misalnya pembuatan sabo dam untuk

mengurangi dampak dari debris flow, pembangunan bunker untuk evakuasi ketika

terjadi erupsi, serta perbaikan jalur evakuasi. Langkah-langkah dalam menentukan

tindakan mitigasi yang tepat untuk digunakan adalah, yang pertama melakukan

penilaian langkah-langkah teknis (engineering and construction measures), penilaian

tata ruang (physical planning measures), penilaian aspek ekonomi (economic

Page 25: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

19 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

measures), penilaian prosedur atau aspek manajemen dan organisasi (management

and institutional measures), serta penilaian dari aspek sosial (societal measures).

Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam

menghadapi kejadian bencana. Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal

44 huruf b dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka

mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat.

Dalam kasus bencana erupsi gunung api, manajemen krisis merupakan tugas dan

fungsi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi termasuk BPPTK sebagai

salah satu unitnya. Pada fase Pra-kejadian peranannya dapat meliputi langkah-

langkah penilaian risiko bencana, pemetaan daerah kawasan rawan bencana,

pembuatan peta risiko dan membuat simulasi skenario bencana. Tindakan lain yang

perlu dilakukan adalah pemantauan gunungapi dan menyusun rencana keadaan

darurat. Adapun pada saat fase kritis maka sudah harus dilakukan tindakan

operasional berupa pemberian peringatan dini, meningkatkan komunikasi dan prosedur

pemberian informasi, menyusun rencana tanggap darurat yang berupa penerapan dari

tindakan rencana keadaan darurat dan sesegera mungkin mendefinisikan perkiraan

akhir dari fase kritis.

2.5. Jalur Evakuasi Bencana

Selain penyiapan peta rawan bencana, kegiatan yang termasuk kesiapsiagaan

bencana adalah penyiapan jalur evakuasi. Penyiapan jalur evakuasi merupakan salah

satu upaya untuk mengurangi dampak kerugian yang diakibatkan oleh bencana.

Tempat evakuasi atau penampungan sementara adalah tempat tinggal sementara

selama korban bencana mengungsi, baik berupa tempat penampungan massal

maupun keluarga, atau individual (Peraturan Kepala BNBP No.7, 2008). Penduduk

yang harus dievakuasi adalah penduduk yang terkena risiko bencana.

Akhmadi dkk (2017) mengemukakan bahwa dalam proses penentuan jalur evakuasi

digunakan beberapa data spasial sebagai indikator dalam menganalisa tempat

evakuasi yaitu peta penggunaan lahan yang berfungsi untuk melihat kenampakan

persebaran area permukiman agar dapat disesuaikan dengan pemilihan jalur sehingga

dapat dituju oleh korban bencana. Proses penentuan ini digunakan beberapa data

spasial sebagai indikator dalam menganalisa tempat evakuasi yaitu peta penggunaan

Page 26: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

20 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

lahan yang berfungsi untuk melihat kenampakan persebaran area permukiman agar

dapat disesuaikan dengan pemilihan jalur.

Dalam proses pembuatan jalur evakuasi ini ada beberapa faktor yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan jalur evakuasi menuju tempat evakuasi. Tahap terakhir

adalah melakukan integrasi dan analisis geospasial menggunakan SIG terhadap

seluruh informasi-informasi yang diperoleh, untuk kemudian melakukan simulasi

pembuatan jalur evakuasi. Dalam pembuatan peta jalur pengungsian didampingi oleh

tim teknis sebagai pengarah, sehingga peta yang dihasilkan mudah dipahami oleh

masyarakat dan telah memenuhi secara teknis, kemudian peta diperbanyak dan

dipasang ditempat-tempat umum yang mudah terlihat dan berfungsi sebagai informasi

bagi para pendatang (Legiarto dkk, 2008 dalam akhmadi dkk 2016). Pengungsi

merupakan persoalan klasik yang timbul dalam peradaban umat manusia sebagai

akibat adanya rasa takut yang sangat mengancam keselamatan mereka. Ancaman itu

ditimbulkan oleh bencana alam atau karena bencana buatan manusia (Azzahra, 2003

dalam akhmadi dkk 2016).

Gambar 2.5. Peran Pemodelan Transportasi dalam Proses Evakuasi (Hardiyansyah dkk, 2016)

Page 27: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

21 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Hardiansyah dkk (2016) menerapkan konsep pemodelan transportasi untuk evakuasi

bencana. Pada penelitian tersebut menyebutkan bahwa Peningkatan kejadian bencana

alam selama dua dasawarsa terakhir melahirkan banyak gagasan mengenai

pengurangan dampak risiko kebencanaan baik dari sisi sosial maupun teknis,

termasuk pada bidang transportasi evakuasi. Perkembangan kaidah keilmuan dalam

bidang pemodelan transportasi evakuasi bergantung pada tipikal bencana alam serta

pergerakan lalulintas saat proses evakuasi. Konsep model transportasi untuk evakuasi

dibagi dua bagian, pertama fokus pada kinerja jaringan jalan dan kedua pada perilaku

individu pengungsi. Model transportasi berbasis perilaku pengungsi memiliki

keuntungan, yaitu individu pengungsi dapat ditambahkan kemampuan dan

pengetahuan akan evakuasi, hanya pada konsep ini cakupan wilayah kajiannya sangat

terbatas (mikro). Kemudian konsep model transportasi berbasis kinerja jaringan jalan

memiliki keuntungan dapat menangkap fenomena pergerakan lalulintas akibat proses

evakuasi dalam skala besar, di mana hasil utama simulasi berupa waktu evakuasi dan

identifikasi jalur padat, hanya saja model ini memerlukan kecermatan dalam

pengumpulan data, proses analisis, dan kalibrasinya. Adapun penerapan konsep

model berbasis kinerja jaringan jalan untuk kasus evakuasi bencana di Indonesia

sangat aplikatif pada tataran menetapkan rute evakuasi, di mana system optimized dan

user optimized merupakan bagian dari skenario pemodelan untuk mengoptimalkan

kinerjanya.

2.6. Sistem Informasi Geografis

Penggunaan data penginderaan jauh telah berkembang secara pesat dan telah

digunakan dalam berbagai bidang aplikasi (Sutanto, 1986). Penggunaan lahan

merupakan data penting dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan

perencanaan dan pengelolaan sumberdaya lahan (Lillesand dan Kiefer, 1979; Lo,

1986).

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu penyajian data yang berupa

keruangan dengan tujuan tertentu, keluaran berupa data keruangan (peta tematik)

yang disajikan dalam bentuk data teranalisis dan data yang masih memerlukan analisis

lebih lanjut. Maraknya perkembangan mengenai sistem informasi pada dewasa ini

cenderung mendorong semakin mudahnya masyarakat dalam mengetahui informasi

yang bersifat spasial. Sistem informasi ini bersifat komputerize, lokasi-lokasi (peta)

yang bertematik disajikan dalam suatu layer komputer. (Anonim, 2008).

Page 28: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

22 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Sajian dalam SIG dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang

berupa atribut, serta mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan

suatu 3D permukaan sebagai DEM (Digital Elevation Model ;, Model Digital Ketinggian)

; DTM (Digital Terrain model : Model Digital Permukaan) atau TIN (Triangular Irregular

Network ; Jaringan Bersegitiga yang tidak beraturan). Data spasial merupakan suatu

data yang berisikan suatu gambar, dalam hal ini adalah peta yang bersifat kuantitatif

(atribut) dan kualitatif (peta).

Input dari sebuah data spasial yaitu berupa citra/foto udara/survey lapangan yang

dilakukan suatu pen-skala-an dan kemudian dituangkan dalam suatu gambaran berupa

peta. Keunggulan dari data spasial adalah dapat mengetaui sebaran dari data dan juga

data dapat dimodelkan sesuai dengan keinginan sehingga mudah untuk dilakukan

analisis. Pengolahan data secara spasial menggunakan metode tidak langsung yaitu

dengan metode tumpang susun (overlay) dengan terlebih dahulu memberikan

nilai/skor dari setiap parameter.

Gambar 2.6. Penginderaan jauh elektromagnetik untuk sumber daya bumi (Sumber: Lillesand

dan Kiefer, 1979)

Sistem informasi geografis (SIG) memungkinkan kita memvisualisasikan, pertanyaan,

menganalisis, dan menafsirkan data untuk memahami hubungan, pola, dan

tren.Dengan teknologi SIG, orang dapat membandingkan lokasi hal yang berbeda

untuk menemukan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain. Misalnya,

menggunakan SIG. Peta yang sama dapat mencakup situs yang menghasilkan polusi

dan parameter yang sensitif terhadap polusi, seperti lahan basah.

Page 29: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

23 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan berada di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo yang seluruhnya

berada di Kawasan Dieng. Luas wilayah Kecamatan Kejajar adalah 5.762 hektare yang

tebagi dalam 15 desa, yaitu: Buntu, Sigedang, Tambi, Kreo, Serang, Igirmanak,

Surengede, Tieng, Parikesit, Sembungan, Jojogan, Patak Banteng, Dieng, Sikunang

dan Campursari. Desa terbesar adalah Sigedang dengan luasan 1.081,52 hektar dan

desa terkecil adalah Igirmanak 109, 86 hektar. Letak Geografis Kecamatan Kejajar

berada + 17 km ke arah utara Ibukota Kabupaten Wonosobo yang wilayahnya dibatasi:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Batang

2. Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Garung

4. Sebelah Timur : Kabupaten Temanggung

Gambar 3.1. Peta administrasi Kecamatan Kejajar

Page 30: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

24 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara lain adalah

1. GPS 6. Data elevasi

2. Peta Penggunaan Lahan 7. Seperangkat alat komputer

3. Peta jaringan jalan 8. Stopwatch

4. Peta Rupa Bumi Indonesia 9. Meteran

5. Peta Kawasan Rwan Bencana 10. Ceklist data

3.3. Prosedur pengerjaan

3.3.1. Tahapan pra-lapangan

Pada tahapan pra lapangan merupakan tahapan persiapan, beberapa hal yang

berkaitan dengan tahapan persiapan ini adalah;

A. Identifikasi desa yang berada di lereng Gunungapi Sindoro

Tidak semua desa yang ada di Kecamatan Kejajar yang berada di lerengkaki

Gunungapi Sindoro, sehingga fokus survei lapangan hanya pada desa-desa

tersebut

B. Analisis data penduduk

Data penduduk pada desa-desa yang ada di lereng kaki Gunungapi Sindoro pada

Kecamatan Kejajar dilakukan analisis berupa penduduk usia kurang dari 10 tahun

dan penduduk yang lebih berumur 60 tahun. Umur-umur tersebut diperkirakan

memiliki indeks penduduk terpapar apabila terjadi bencana

C. Identifikasi area yang bebas dari Kawasan Rawan Bencana

Data sekunder berupa Peta Kawasan Rawan Bencana erupsi Gunungapi Sindoro

dari ESDM dilakukan ploring dengan lokasi Kecamatan Kejajar, sehingga desa-desa

yang bebas bencana yang berada pada lereng Gunungapi Sindoro dapat dilakukan

survei untuk penentuan titik kumpul-titik kumpul yang akan direncakan

D. Pembuatan peta ancaman erupsi Gunungapi Sindoro

Peta prediksi ancaman erupsi Gunungapi Sindoro menggunakan buffer dari titip

pusat (kawah Gunungapi sindoro), radius yang akan digunakan dalam proses SIG

(mengacu pada krteria oleh Badan Geologi) ini adalah:

i. Kawasan I merupakan kawasan yang terletak dalam radius 8 km dari

kepundan atau yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan.

Page 31: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

25 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

ii. Kawasan II merupakan kawasan yang terletak dalam radius 5 km dari

kepundan atau yang berpotensi terlenda aliran lava, lahar hujan, dan awan

panas.

iii. Kawasan III merupakan kawasan yang terletak dalam radius 2 km dari

kepundan atau yang selalu terancam aliran lava, gas beracun, dan awan

panas.

3.3.2. Tahapan lapangan

Pada tahapan lapangan ini terdapat 4 kegiatan yang dilakukan, antara lain

a. Survei dan pengukuran

b. Survei dan Identifikasi lokasi desa-desa (Kecamatan Kejajar) yang ada pada

lereng Gunungapi

c. Wawancara dengan menggunakan kuisioner

d. Analisis lokasi yang akan digunakan sebagai titik kumpul.

Pada saat survei dan pengukuran maka data yang dibutuhkan adalah lebar jalan,

panjang jalan serta kemudahan akses apabila dilewati oleh kendaraan angkut masa.

Pengolahan data untuk mendapatkan ruas jalan, titik evakuasi dan jalur evakuasi yang

layak yaitu:

a. Menentukan Jalan yang layak digunakan sebagai jalur evakuasi saat bencana

Gunungapi Sindoro terjadi dengan lebar minimal 4 m (SDC, 2007).

b. Menentukan titik evakuasi Gunungapi Sindoro yang layak (fasilitas,

aksesibilitas, keadaan bangunan)

c. Menghitung waktu perjalanan/waktu tempuh berdasarkan jalur-jalur yang layak

(lebar minimal 4 m).

d. Setelah diperoleh ruas jalan, titik evakuasi dan jalur yang layak untuk jalur

evakuasi, selanjutnya digambarkan dalam bentuk peta jalur evakuasi

Gunungapi Sindoro.

Pada saat survei juga akan mengidentifikasi lokasi-lokasi/ bangunan publik yang layak

untuk dijadikan titik kumpul masa. Selain itu pada kegiatan ini membutuhkan data

proses evakuasi saat bencana terjadi yang diperoleh dengan survei menggunakan

kuisioner dengan responden yaitu masyarakat pada masing-masing desa yang

memiliki ancaman terhadap bencana Gunungapi Sindoro.

Page 32: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

26 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Tabel 3.1. Kuisioner/wawancara pada lokasi-lokasi tertentu

Nama

Responden

: Desa :

Umur : Jenis kelamin :

Jenis pendidikan : Pekerjaan :

No Pertanyaan

1. Apakah aktivitasnya dapat menimbulkan ancaman bahaya bagi penduduk sekitar? Alasannya?

2. Apakah di desa/kelurahan Bapak/Ibu terdapat organisasi penanggulangan bencana? (Ya/Tidak)

3. Adakah latihan sosialisasi/mitigasi bencana erupsi gunungapi? (Ya/Tidak)

4. Bagaimana bentuk mitigasi yang dilakukan dan berapa kali pernah dilaksanakan latihan mitigasi bencana?

5. Apakah ada kearifan lokal masyarakat untuk mitigasi bencana erupsi gunungapi? (Ya/Tidak)

6. Bagaimana bentuk kearifan lokal tersebut?

7. Apakah kearifan lokal tersebut diwariskan secara turun-temurun? (Ya/Tidak)

Page 33: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

27 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

8. Apakah didesa/kelurahan Bapak/Ibu terdapat bangunan atau fasilitas yang dapat melindungi dari bahaya erupsi gunungapi? (Ya/Tidak), Bagaimana kondisinya?

9. Apakah didesa/kelurahan Bapak/Ibu terdapat Sistem Peringatan Dini bencana erupsi gunungapi? (Ya/Tidak), Bagaimana cara kerjanya?

10. Apakah didesa/kelurahan Bapak/Ibu terdapat Jalur Evakuasi jika terjadi bencana erupsi gunungapi? (Ya/Tidak), Bagaimana kondisinya jalur evakuasi?

11. Apakah didesa/kelurahan Bapak/Ibu terdapat petunjuk jalur evakuasi bencana erupsi gunungapi? (Ya/Tidak), bagaimana?

12. Apakah didesa/kelurahan Bapak/Ibu terdapat Lokasi Evakuasi jika suatu saat terjadi bencana? (Ya/Tidak) bagaimana?

13. Bagaimana bentuk lokasi evakuasi tersebut dan bagaimana kondisinya saat ini?

14. Apakah lokasi tersebut mudah dijangkau? (Ya/Tidak), alasan

15. Bagaimana kelengkapan fasilitas umum di lokasi evakuasi?

Page 34: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

28 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Koordinat awal ( Lokasi padat penduduk) Koordinat akhir (titik kumpul)

X:

Y:

X:

Y:

Jalan

Lebar Kondisi Akses Topografi Mobilisasi

A. 2 Meter A.

Setapak

A. Rusak A. Sulit A. Curam A. Jalan Kaki

B. 3 Meter B. Tanah B. mudah, tdk

bisa untuk

simpangan

mobil

B. Bergelombang B. Sepeda

Motor

C. 4 Meter C. Beton B. Baik C. Mudah, bisa

untuk

simpangan

mobil

C.Datar C. Mobil

D. >4

Meter

D. Aspal D. Truck

Waktu tempuh: ......................................... dengan ..................................................

Titik Kumpul

Lokasi Keaadaan Daya Tampung Fasilitas

A. Gedung sekolahan : A.Bisa untuk

parkir mobil

A.kurang dari 50

orang

A. MCK

B. Gedung

pemerintahan

: B. Mobilisasi

kendaraan

mudah

B.50 hingga 100

orang

B. Tempat

istirahat

sementara

C. Tanah lapangan : C.Tidak Bisa

untuk parkir

mobil

C.100-200 orang C. P3K

Smentara

D. lainnya... : D. Mobilisasi

kendaraan

sulit

d.lebih dari 100

orang

Page 35: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

29 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

3.3.3. Tahapan Paska lapangan

Pada tahapan paska lapangan ini digunakan untuk mengolah data-data primer hasil

survei lapangan serta wawancara pada penduduk sekitar. Analisis dengan cara fokus

pada kluster-kluster pemukiman dengan jalur-jalur jalan serta titik-titik kumpul

sementara. Hasil wawancara tersebut, selain diperoleh data kondisi lapangan, juga

untuk mendapatkan gambaran masyarakat secara umum. Apabila terjadi bencana,

masyarakat sudah memiliki gambaran untuk berlindung sementara.

Semua data dilakukan pembobotan (berdasarkan kondisi lapangan), sehingga akan

diperoleh jalur jalan yang paling mudah disertai dengan aksesibiltas kendaraan. Data-

data tersebut akan diolah dengan menggunakan sistem informasi geografis.

Gambar 3.2. Pola Pikir penelitain jalur evakuasi Gunungapi Sindoro

Lebar Jalan

Rute

Jarak tempuh

Waktu tempuh

Bencana Gunungapi

Pengungsi

Evakuasi

Titik Kumpul/shelter

Di luar wilayah terdampak

Di luar wilayah terdampak

Fasilitas Logistik Luas lokasi

PENGUNGSIAN sementara

Lebar Jalan

Mental Map WAWANCARA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Page 36: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

30 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo

Menurut Pradana (2015) Kabupaten Wonosobo sendiri secara geomorfologi dapat

dibagi kedalam tiga bentuklahan asal proses, yaitu vulkanik, struktural dan fluvial.

Bentanglahan vulkanik mendominasi sebagian besar wilayah Wonosobo, sementara

bentanglahan struktural ditemukan di sebagian besar wilayah selatan Wonosobo yaitu

berupa perbukitan antiklin, dan bentukan fluvial wilayah yang dilewati beberapa sungai

besar seperti Serayu dan Bogowonto.

Gambar 4.1. Satuan Bentuklahan di Jawa Bagian Tengah (Sumber: Van Bemmelen, 1949)

A. Bentuklahan asal proses vulkanik

Wonosobo terdiri atas rangkaian gunungapi sumbing, sindoro dan komplek vulkanik

Dieng, rangkaian gunungapi ini merupakan gunungapi berumur tersier. Kerucut

gunungapi utama yaitu sindoro dan sumbing, serta pada sisi barat daya Sindoro

terdapat satu kerucut parasiter yaitu gunung kembang. Gunung sumbing sendiri

berada berada disebelah tenggara gunung sindoro. Pada kerucut gunungapi sumbing

Page 37: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

31 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

dan sindoro ada kepundan cekung sebagai pusat aktivitas magmatis. Sementara dari

lereng tiap gunung dijumpai relief kasar yang berpola radial sentrifugal, hal ini

mengindikasikan bahwa pola sungai di sekatar gunung tersebut juga mengikuti pola

relief radial sentrifugal. Bentukan kerucut kecil di lereng tengah gunungapi sindoro,

dengan azimut sekitar 190 derajat dari kepundan utama ( sebelah baratdaya).

Bentukan ini adalah kerucut parasiter yang berada di zona warna kuning (elevasi

sedang). Kerucut parasiter ini adalah gunung kembang, dimana kerucut ini terbentuk

akibat magma yang menerobos ke samping dan muncul dilereng tengah gunung

sindoro serta perlahan membesar akibat suplai material magma dan prioklastik.

Pada di bagian paling utara rangkaian gunungapi di Wonosobo terdapat bentukan

relief sangat kasar, seperti terlihat dalam gambar 3. Bentukan ini berupa depresi yang

dikelilingi tinggian atau dinding terjal yang cenderung radial mengelilingi depresi

tersebut. Di bagian dalam depresi terdapat bentukan kerucut-kerucut kecil yaitu

gunungapi yang sudah tererosi, serta depresi kecil yaitu kawah vulkanik. Komplek

depresi ini adalah kaldera gunungapi Dieng, dimana kompleks Dieng dikelilingi

beberapa gunungapi seperti Prahu, Rogojembangan dan . Kaldera ini berhubungan

dengan wilayah struktural antiklinorium serayu dibagian selatan. Secara kebencanaan

wilayah vulkanik Dieng menyimpan potensi letusan disertai pelepasan gas beracun

CO2 dan gempa tremor, sementara gunungapi sindoro dan sumbing juga memiliki

potensi letusan. Namun, kawasan vulkanik ini juga memiliki potensi berupa kawasan

kaya bahan tambang (belerang, pasir dan batu), kaya akan air tanah serta tanah yang

subur. Sebagian besar wilayah Wonosobo utara merupakan wilayah lereng kaki

gunungapi serta dataran kaki gunung api.

B. Bentuklahan asal proses struktural

Bentukan ini berupa pegunungan antiklin Serayu Utara dan Serayu Selatan.

Pegunungan Serayu Utara mempunyai lebar antara 30-50 km. Pada bagian barat

berupa volkan (G. Slamet) dan bagian timur ditutup oleh produk gunung api muda

seperti Rogojembangan, komplek Dieng (G. Perahu dsb), G. Ungaran. Garis batas

dengan zone Bogor (Jawa Barat) merupakan garis lurus Prupuk-Bumiayu-Ajibarang.

Dan berhubungan dengan Kendeng Ridge di Jawa Timur. Antara bagian utara dan

selatan Serayu Range terdapat depresi memanjang yang dinamakan zone Serayu

yang sekarang adalah tempat-tempat di Majenang, Ajibarang, Purwokerto,

Banjarnegara, Wonosobo. Antara Purwokerto dan Banjarnegara dengan lebar ± 15 km.

Sebelah timur Wonosobo merupakan batasnya, berupa depresi yang sebagian diisi

Page 38: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

32 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

oleh gunung api muda Sindoro dan Sumbing, yang secara geografis merupakan

dataran antar pegunungan Temanggung-Magelang.

Pegunungan Serayu Selatan melawati sebagian kecil wilayah Wonosobo, seperti

Wadaslintang, Kaliwiro, Kalibawang dan Kepil. Terbagi menjadi bagian barat dan timur.

Pada bagian barat merupakan elemen strukturak baru yang menyambung dengan

Jawa Barat. Dengan Bogor Ringe (Zone Bogor) dipisahkan oleh dataran Majenang dan

bagian atas yang lurus dari sungai pasir dan Cihaur. Pada bagian timur merupakan

Lembah Jatilawang yang dimulai dari dekat Ajibarang (merupakan antiklinorium yang

sempit), yang selanjutnya terpotong oleh sungai Serayu. Proses rayapan tanah (soil

creep) seringkali terjadi, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai rentang

kelembapan tanah tinggi.

C. Bentuklahan asal proses fluvial

Merupakan wilayah disekitar aliran sungai utama, yaitu Serayu dan Bogowonto.

Wilayah aliran serayu pada wilayah dataran kakigunung membentuk plain (dataran

aluvial) yang kemudian berkembang menjadi pusat kota Wonosobo. Satuan bentuk

lahan asal proses fluvial merupakan satuan bentuklahan yang materialnya tersusun

atas endapan sungai dan atau oleh air yang mengalir yang disebut dengan aluvium

(Munir, 2010). Daerah aliran sungai di wonosobo dapat diamati pada gambar 4. DAS

Serayu terletak dibagian selatan Jawa Tengah. Sungai Serayu dari hulu hingga hilir

mempunyai luas 3.718 km2 dan secara geografis terletak pada koordinat 07o05‘ s.d.

07o4‘ LS dan 108o56‘ s.d. 110o05‘ BT. Adapun batas-batas wilayah DAS Serayu yaitu

sebelah timur berbatasan dengan Rangkaian Gunung api Sumbing dan Gunung api

Sindoro, sebelah utara berbatasan dengan Pegunungan Besar, pegunungan

Rogojembangan, Gunungapi Slamet, sebelah selatan berbatasan dengan Pegunungan

Serayu Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Perbukitan yang melintang

sepanjang perbatasan Banyumas dan Cilacap

4.2. Keterpaparan Penduduk akbibat Bencana Kecamatan Kejajar

Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Kejajar pada tahun 2016

sebanyak 42.665 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 21.381 jiwa dan

perempuan 20.834 jiwa. Angka sex ratio (perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan) di Kecamatan Kejajar tahun 2016 adalah 105. Jumlah ini menunjukan

bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat 105 penduduk laki-laki di Kecamatan

Kejajar.

Page 39: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

33 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Tabel 4.1. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Kejajar (BPS, 2017)

No Desa/Kelurahan Penduduk Jumlah Sex Ratio

Laki-laki Perempuan

1. Buntu 1 258 1 200 2 458 105

2. Sigedang 1 564 1 475 3 039 106

3. Tambi 2 640 2 538 5 178 104

4. Kreo 785 789 1 574 99

5. Serang 2 383 2 205 4 588 108

6. Kejajar 1 781 1 731 3 512 103

7. Igirmranak 371 347 718 107

8. Surengede 1 819 1 727 3 546 105

9. Tieng 2 169 2 080 4 249 104

10. Parikesit 1 091 980 2 071 111

11. Sembungan 665 602 1 267 110

12. Jojogan 726 673 1 399 108

13. Patakbanteng 1 239 1 162 2 401 107

14. Dieng 1 044 1 073 2 117 97

15. Sikunang 1 124 1 079 2 203 104

16. Campursari 1 172 1 173 2 345 100

Jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Tambi yang berjumlah 5.178 jiwa dengan

rincian 2.640 penduduk laki-laki dan 2.538 penduduk perempuan, sedangkan wilayah

dengan jumlah penduduk paling kecil pada tahun 2016 adalah Desa Sembungan

dengan jumlah penduduk sebesar 1.267 jiwa, dengan rincian 665 penduduk laki-laki

dan 602 penduduk perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk adalah 740 jiwa per

km2. Angka kepadatan penduduk terbesar terdapat di Desa Tieng dengan angka 1.914

jiwa per km2 sedangkan yang paling rendah terdapat di Desa Sigedang dengan angka

281 jiwa per km2.

Dalam kaitannya dengan mitigasi bencana maka umur anak-anak serta umur lansia

sangat dipertimbangkan. Hal ini berkaitan dengan tingkat indeks kerentanan

sosial/penduduk terpapar. Faktor ini sangat dipertimbangkan mengingat evakuasi

apabila terjadi bencana lebih membutuhkan bantuan terutama angkutan transportasi.

Page 40: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

34 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Tabel 4.2. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kejajar (BPS, 2017)

No Desa/Kelurahan Luas wilayah

(km2) Jumlah

Penduduk Kepadatan Penduduk

1. Buntu 3,34 2 458 736

2. Sigedang 10,81 3 039 281

3. Tambi 4,12 5 178 1 257

4. Kreo 2,84 1 574 554

5. Serang 3,66 4 588 1 254

6. Kejajar 5,83 3 512 602

7. Igirmranak 1,1 718 653

8. Surengede 3,64 3 546 974

9. Tieng 2,22 4 249 1 914

10. Parikesit 2,09 2 071 991

11. Sembungan 2,65 1 267 478

12. Jojogan 1,26 1 399 1 110

13. Patakbanteng 2,29 2 401 1 048

14. Dieng 2,82 2 117 751

15. Sikunang 3,74 2 203 589

16. Campursari 5,21 2 345 450

Desa Tambi, Desa Serang, Desa Tieng merupakan desa-desa di Kecamatan Kejajar

yang memiliki jumlah penduduk dengan usia dibawah 9 tahun paling banyak, yaitu

sebesar 929 jiwa, 851 jiwa, dan 727 jiwa.

Sedangkan penduduk usia lanjut dengan umur lebih dari 65 tahun paling banyak

berada di Desa Tambi, Desa Serang, Desa Kejajar, Desa Surengede, dan Desa Tieng.

Desa-desa tersebut memiliki jumlah penduduk sebesar 277 Jiwa, 285 Jiwa, 287 Jiwa,

233 Jiwa, dan 316 Jiwa.

Banyaknya penduduk serta kepadatan penduduk, jumlah penduduk perempuan,

banyaknya penduduk usia dini dan banyaknya usia lanjut dapat digunakan sebagai

dasar untuk prioritas evakuasi. Prioritas utama adalah desa-desa terdampak yang

Page 41: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

35 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

dekat dengan sumber letusan gunungapi dan prioritas kedua adalah desa-desa yang

memiliki jumlah keterpaparan penduduk tinggi.

Tabel 4.3. Penduduk usia kurang dari 9 Tahun di Kecamatan Kejajar (BPS, 2017)

Desa/Kelurahan Usia 0 – 4 Tahun Usia 5 – 9 Tahun

Laki-laki Perempuan JMLH Laki-laki Perempuan JMLH

1. Buntu 98 118 216 105 98 203

2. Sigedang 140 135 275 141 122 263

3. Tambi 227 227 454 241 234 475

4. Kreo 70 66 136 79 86 165

5. Serang 214 192 406 229 216 445

6. Kejajar 142 143 285 154 161 315

7. Igirmranak 36 43 79 36 35 71

8. Surengede 145 138 283 157 142 299

9. Tieng 189 174 363 173 191 364

10. Parikesit 117 87 204 85 78 163

11. Sembungan 57 61 118 57 71 128

12. Jojogan 78 81 159 50 56 106

13. Patakbanteng 106 100 206 119 119 238

14. Dieng 91 100 191 95 88 183

15. Sikunang 109 106 215 99 92 191

16. Campursari 110 124 234 105 110 215

Desa tieng, Desa Serang, dan Desa Tambi merupakan desa-desa di Kecamatan

Kejajar yang memiliki faktor keterpaparan penduduk tinggi (jumlah penduduk,

kepadatan penduduk, usia dini dan usia lanjut). Namun hanya Desa Tambi yang

merupakan desa dengan potensi terdampak letusan Gunungapi Sindoro.

Pada tahun ajaran 2016/2017 jumlah guru SD sebanyak 223 dan jumlah murid SD di

Kecamatan Kejajar tercatat 3.838 siswa, angka ini menunjukan penurunan sebesar

6,69 persen jika dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya. Banyaknya siswa

SMP di Kecamatan Kejajar yang ada pada tahun ajaran ini tidak mengalami perubahan

secara signifikan jika dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya.

Page 42: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

36 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Tabel 4.4. Penduduk usia lebih dari 60 Tahun di Kecamatan Kejajar (BPS, 2017)

Desa/Kelurahan

Usia 60 – 64 Tahun

Usia 65 – 69 Tahun

Usia 70 – 74 Tahun

Usia +75 Tahun

L P E L P E L P E L P E

1. Buntu 48 52 100 41 23 64 19 26 45 37 40 77

2. Sigedang 69 61 130 43 28 71 26 17 43 21 28 49

3. Tambi 138 108 246 60 37 97 39 41 80 45 55 100

4. Kreo 24 24 48 24 19 43 12 13 25 16 16 32

5. Serang 95 75 170 59 58 117 40 41 81 42 45 87

6. Kejajar 63 62 125 58 42 100 38 36 74 46 67 113

7. Igirmranak 18 13 31 8 15 23 9 12 21 6 11 17

8. Surengede 78 67 145 41 50 91 29 39 68 35 39 74

9. Tieng 71 85 156 66 61 127 47 39 86 44 59 103

10. Parikesit 35 32 67 28 29 57 12 16 28 18 29 47

11. Sembungan 32 13 45 16 16 32 9 4 13 6 8 14

12. Jojogan 29 26 55 23 21 44 12 3 15 14 4 18

13.

patakbanteng 39 45 84 26 27 53 21 17 38 16 12 28

14. Dieng 29 45 74 34 26 60 16 23 39 20 32 52

15. Sikunang 38 42 80 25 28 53 12 19 31 20 19 39

16. Campursari 59 46 105 23 34 57 27 23 50 32 43 75

Jumlah tenaga guru yang ada juga tidak mengalami perubahan yang signifikan jika

dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya. Keterkaitan dengan jumlah guru dan

perangkat desa dapat dijadikan sebagai pendidik/pemberi informasi mengenai

pendidikan kesiapsiagaan bencana.

Page 43: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

37 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Sehingga diharapkan semakin banyak tenaga pendidik dapat mampu meningkatkan

kapasitas bencana, terutama bencana Gunungapi Sindoro. Kapasitas bencana yang

baik dapat menekan risiko bencana Gunungapi Sindoro.

Tabel 4.5. Banyaknya Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan Kecamatan Kejajar

Desa Tamat

SD SD-SLTP SLTA AK/PT

1. Buntu 50 708 34 13

2. Sigedang 233 668 18 5

3.Tambi 260 1 366 127 26

4.Kreo 45 460 24 7

5.Serang 115 1 105 116 47

6.Kejajar 116 758 149 53

7.Igirmranak 46 182 8 -

8.Surengede 265 823 36 3

9.Tieng 93 1 100 90 36

10.Parikesit 49 560 12 5

11.Sembungan 49 285 3 7

12.Jojogan 77 348 34 5

13.Patakbanteng 30 647 26 11

14.Dieng 34 533 90 23

15.Sikunang 144 543 17 2

16.Campursari 245 515 8 5

Apabila dilihat dari jarak terhadap puncak Gunungapi Sindoro 5 desa yang paling dekat

berturut-urut adalah Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Tambi, Desa Kreo, dan Desa

Kejajar. Dari kelima desa tersebut meskipun Desa Tambi memiliki urutan ketiga dari

puncak Gunungapi Sindoro, namun Desa Tambi memiliki jumlah penduduk yang paling

banyak (5178 jiwa), Kepadatan penduduk terbanyak (1257 jiwa/km2), jumlah usia dini

paling tinggi (929 jiwa) dan jumlah usia lanjut paling tinggi juga (277 jiwa).

Page 44: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

38 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

4.3. Potensi Kerawanan Bencana GunungApi Sindoro

Gunung Sindoro, atau kadang disebut Sindara, atau juga Sundoro (altitudo 3.150

meter di atas permukaan laut), merupakan sebuah gunung volkano aktif yang terletak

di Jawa Tengah. Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke

selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil

menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi

sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik). Dari sejarah dan

endapan hasil letusannya, diperkirakan letusan tipe strombolian mendominasi karakter

letusan Gunung Api Sindoro.

Menurut Hasib (2014) manfaat yang diperoleh dari adanya gunungapi ini sangat

beragam, akan tetapi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan juga tidak kalah besar.

Aktivitas kegunungapian yang ditunjukan Gunung Sundoro tidak terlalu besar apabila

dibandingankan dengan gunungapi lain seperti Gunung Merapi dan Gunung Kelud

dalam jangka 10 tahun terakhir. Menurut Degroot (2009) Gunung Sundoro agak lebih

aktif dari pada Gunung Sumbing yang berada di sebelah tenggaranya.

Sejarah mengenai letusan yang terjadi di Gunung Sindoro tidak banyak diketahui.

Namun, letusan baru mulai tercatat sejak abad ke-19. Berikut ini adalah daftar letusan

maupun peningatan aktivitas vulkanik Gunung Sindoro yang terjadi sejak abad ke-19

Masehi (Anonimus, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi):

Tahun 1806: Letusan di puncak gunung (masih disangsikan kebenarannya)

Tahun 1818: Terjadi letusan abu yang menyebar hingga Pantai Pekalongan.

Kepastian tangggal dan bulannya tidak diketahui.

Tahun 1882: Terjadi letusan abu di Gunung Kembang. Abunya jatuh hingga di

Kebumen. Antara 1-7 April. Kemungkinan terjadi leleran lava di lereng

barat laut

Tahun 1883: Peningkatan aktivitas vulkanik. Kemungkinkan terjadi letusan pada

bulan Agustus.

Tahun 1887: Pada 13-14 November, terdengar suara ledakan.

Tahun 1902: Pada 1-25 Mei, Kegiatannya terbatas pada bualan lumpur dan lontaran

batu pijar yang jatuh kembali di lubang letusan.

Tahun 1903: Pada 16-21 Oktober, Letusan di rekahan kali Prupuk di atas Gunung

Page 45: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

39 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Kembang, di antara ketinggian 2850-2980 meter (letusan samping).

Hujan abu sampai di Kejajar dan Garung

Tahun 1906: Pada 22 September-20 Desember, letusan di rekahan S1 dan

terbentuknya K5 di selatan dataran pasir Z1. Pada 25 September,

terjadi hujan abu di Kledung. Tanaman banyak yang rusak dan rumah

penduduk terbakar.

Tahun 1908: Pada 10 Februari, peningkatan aktivitas vulkanik. Terdengar suara

gemuruh.

Tahun 1910: Pada Januari, peningkatan aktivitas vulkanik. Di Temanggung kadang-

kadang terdengar suara gemuruh.

Tahun 1970: Setelah beristirahat selama kurang lebih 60 tahun, terdapat lagi

kenaikan aktivitas vulkanik tanpa menghasilkan suatu letusan. Adapun

urutannya adalah sebagai berikut :

Pada 21 Oktober, kira-kira pukul 05.30 dan pada 28 Oktober kira-

kira pukul 06.30, terasa bumi bergetar di Kampung Sigedang di

lereng barat laut, kurang lebih 4,5 km jauhnya dari puncak.

Pada 29 Oktober, mulai tampak asap putih tipis mengepul dari

lubang letusan lama.

Pada 1 November, kira-kira pukul 06.00, tampak asap putih tipis

lurus mengepul ke atas.

Pada 2 November, pada pagi hari kira-kira pukul 06.00 Tampak

asapnya menebal. Antara pukul 09.00 hingga 14.00 terdengar suara

blazer. Di malam harinya tampak asap berwarna merah di atas

Gunung Sindoro, kemudian di siang hari asap putihnya menipis

kembali.

Tahun 2011: Pada 26 Oktober, pengukuran suhu di kawah puncak pada

beberapa titik di sekitar kawah temperatur rata-rata sebesar 75 °C

Pada 2 November pengukuran suhu di kawah puncak pada

beberapa titik di sekitar kawah temperatur rata-rata sebesar 95 °C.

tinggi asap fumarol sudah melewati bibir kawah gunung (sekitar

beberapa puluh meter) dengan tekanan asap lemah-sedang.

Pada November 2011, Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik

Dangkal mulai meningkat dan cenderung mengalami peningkatan

Page 46: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

40 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

hingga Desember 2011.

Pada 5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB, PVMBG (Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) meningkatkan status

Gunung Sindoro dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level

II). Peningkatan aktivitas Gunung Sindoro teramati dengan

meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa

Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal.

Gambar 4.2. Gunungapi Sundoro, Lokasi: Pos PGA Sundoro-Sumbing (Sumber: vsi.esdm)

4.4. Potensi Ancaman Erupsi Gunung Api sindoro

Daerah terdampak di Kecamatan Kejajar dari kerawanan Gunungapi Sindoro (Sumber:

Pusat Vulkanologi, ESDM) diperoleh bahwa hanya terdapat 5 desa yang terdampak.

Desa-desa tersebut antara lain Desa Buntu, Sigedang, Tambi, Kreo, dan Kejajar. Desa

Buntu mempunyai kerwanan gunungapi tingkat Kawasan Rawan Bencana II

Gunungapi Sundoro yang berpotensi terlanda aliran lava, lahar hujan, dan awan panas

Page 47: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

41 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

dengan luas 155.802 hektar. Desa Buntu juga memiliki Kawasan Rawan Bencana III

Gunungapi Sundoro yang selalu terancam gas beracun, aliran lava, dan awan panas

dengan luas 314.218 hektar.

Desa Sigedang memiliki tingkat kerawanan Kawasan Rawan Bencana I Gunungapi

Sundoro yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan dengan luas sekitar 31.543 hektar

dan Kawasan Rawan Bencana II Gunungapi Sundoro yang berpotensi terlanda aliran

lava, lahar hujan, dan awan panas seluas 145.063 hektar. Desa Tambi memiliki

kerawanan bencana gunungapi Kawasan Rawan Bencana I Gunungapi Sundoro yang

berpotensi terlanda aliran lahar hujan dengan luas sekitar 46.935 hektar.

Selain itu Desa Tambi juga memiliki kerawanan bencana gunungapi sindoro Kawasan

Rawan Bencana II Gunungapi Sundoro yang berpotensi terlanda aliran lava, lahar

hujan, dan awan panas dengan luas sekitar 242.316 hektar.

Desa Kreo memiliki tingkat kerawanan bencana Gunungapi Sindoro Kawasan Rawan

Bencana I Gunungapi Sundoro yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan dengan

luas sekitar 20.991 hektar. Selain itu Desa Tambi juga merupakan Kawasan Rawan

Bencana II Gunungapi Sundoro yang berpotensi terlanda aliran lava, lahar hujan, dan

awan panas dengan luasan sekitar 50.277 hektar.

Desa Kejajar merupakan desa terjauh dari puncak apabila dibandingkan dengan

keempat desa lainnya. Desa kejajar ini masuk dalam Kawasan Rawan Bencana I

Gunungapi Sundoro yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan dengan luasan yang

tidak begitu besar, yaitu hanya sekitar 7.053 hektar.

Selain data peta kerawanan bencana Gunungapi Sindoro, pada kegiatan ini juga

dilakukan analisis dengan menggunakan peta potensi kerawanan bencana Gunungapi

Sindoro dengan pendekatan jarak dari puncak. Pendekatan ini menggunakan 3 kelas

yaitu: Radius jarak 2 Km dari puncak, Radius jarak 5 Km dari puncak, dan Radius jarak

8. Km dari puncak,

Page 48: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

42 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.3. Peta Kerawanan Bencana Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar

Page 49: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

43 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Selain menggunakan analisis dari peta kerawanan bencana Gunungapi Sindoro, pada

Kegiatan ini juga digunakan analisis menggunakan teknik bufffer dan SIG. Sumber

ancaman berasal dari puncak Gunungapi Sindoro, sehingga kerucut puncak (kawah)

dilakukan ploting tempat. Pada setiap buffer dilakukan pada jarak 2 km, 5 km dan 8 km

dari puncak Gunungapi Sindoro.

Pada Desa yang terdampak yang cukup dekat dari puncak (jarak 0 hingga 2 km) pada

Kecamatan Kejajar ini hanya ada 1 desa, yaitu Desa Buntu dengan luas potensi

terdampak sekitar 87,87 hektar. Sedangkan untuk potensi desa terdampak untuk jarak

0 hingga 5 km dari puncak Gunungapi Sindoro berada di Desa Buntu potensi

terdampak seluas 470,02 hektar, Desa Sigedang potensi terdampak seluas 394,60

hektar, dan Desa Tambi potensi terdampak seluas 181,56 hektar.

Terdapat 7 desa yang masuk ring dengan jarak 0 sampai 8 km dari puncak Gunungapi

Sindoro. Desa-desa tersebut antara lain: Desa Buntu potensi terdampak seluas 470.02

hektar; Desa Sigedang potensi terdampak seluas 455,70 hektar; Desa Tambi potensi

terdampak seluas 494,23 hektar; Desa Kreo potensi terdampak seluas 311,90 hektar;

Desa Serang potensi terdampak seluas 52,88 hektar; Desa Kejajar potensi terdampak

seluas 640,142 hektar; dan sebagian kecil Desa Surengede yang potensi terdampak

hanya seluas 9,62 hektar.

Pada peta kerawanan bencana tersebut mempertimbangakan faktor kemiringan lereng

serta aliran sungai. Arah aliran serta banyaknya aliran sungai sangat memperngaruhi

terhadap potensi kerwanan yang ada pada tiap desa. Kemiringan yang semakin curam

maka potensi akan semakin besar. Anak sungai semakin banyak dan rapat potensi

ancaman juga semakin tinggi. Sehingga potensi ancaman bencana Gunungapi Sindoro

ini paling tinggi terdampak adalah Desa Buntu yang arah aliran lava, awan panas,

lahar dingin mengarah ke Desa Tambi. Selain itu Desa sigedang juga terkena dampak

dari potensi ancaman Gunungapi Tersebut.

Topografi dan kemiringan lereng menjadi bagian yang penting dalam melakukan

evakuasi bencana. aksesibilitas jalur evakuasi semakin sulit/berat apabila pada lokasi-

lokasi dengan topografi berbukit curam dengan kemiringan lereng yang tinggi. Apabila

dilihat dari kedekatan dengan Puncak Gunungapi Sindoro maka Desa Buntu, Tambi

dan Desa Sigedang merupakan 3 desa di Kecamatan Kejajar yang memiliki potensi

ancaman Gunungapi Sindoro paling tinggi.

Page 50: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

44 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.4. Peta Jarak Radius dari Puncak Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar

Page 51: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

45 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.5. Peta Desa terdampak erupsi Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar

Page 52: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

46 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.6. Peta Topografi Gunungapi Sindoro Kecamatan Kejajar

Page 53: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

47 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

4.5. Kesiapsiagaan dan Jalur Evakuasi Gunungapi Sindoro

Desa Buntu, Desa Tambi, Desa Sigedang, dan Desa Kreo merupakan Desa yang

dilewati oleh ancaman Gunungapi Sindoro. Sehingga dari keempat desa tersebut

diberikan suatu kuisioner mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

bencana termasuk jalur evakuasi.

Desa Buntu merupakan desa yang paling dekat dengan puncak Gunungapi Sindoro.

Dari 11 responden pada desa tersebut hanya 2 yang menyatakan mengikuti organisasi

mengenai kesiapsiagaan bencana, 4 orang menyatakan adanyanya kearifan lokasl

dalam menghadapi bencana Gunungapi Sindoro. Namun dari kesemua responden

tersebut tidak mengetahuai mengenai fasilitas perlindungan bencana, sistem

peringatan dini, adanya jalur evakuasi, petunjuk jalur dan lokasi evakuasi. Masyarakat

yang sedikit banyak mengetahui kesiapsiagaan bencana tersebut rata-rata

berpendidikan minimal SMP. Sehingga dengan melalui sekolah-sekolah kesiapsiagaan

bencana Gunungapi Sindoro dapat tersosilisasi dengan baik.

Desa Sigedang merupakan salah satu desa di Kecamatan Kejajar yang paling banyak

masyarakatnya mengikuti atau mengetahui mengenai organisasi kesiapsiagaan

bencana yang ada di wilayahnya. Dari 13 responden yang dilakukan wawancara dan

kuisioner hanya terdapat 4 orang yang tidak mengetahui kondisi kesiapsiagaan

bencana. Sembilan orang yang mengetahui atau mengikuti organisasasi

penanggulangan bencana rata-rata juga mengetahui tentang adanya kearifan lokal

yang ada dalam menghadapi bencana. Namun seperti halnya dengan Desa Buntu,

Masyarakat di Desa Sigedang ini juga belum mengetahui fasilitas perlindungan

bencana, sistem peringatan dini, adanya jalur evakuasi, petunjuk jalur dan lokasi

evakuasi.

Desa Tambi adalah desa yang berpotensi ancaman terhadap Gunungapi Sindoro

karena dari sisi topografi berlereng curam yang memungkinkan luncuran aliran lava,

aliran lahar serta aliran awan panas melewati desa ini. Selain itu, pada desa ini juga

memiliki alur-alur sungai yang berhulu di puncak Gunungapi Sindoro. Pada Desa

Tambi ini juga dilakukan wawancara dengan memberikan form kuisioner sejumlah 14

orang. Namun dari semua responden tidak mengikut/mengetahui mengenai organisasi

kesiapsiagaan bencana dan juga tidak mengetahui mengenai kearifan lokal yang ada

di desanya serta fasilitas perlindungan bencana, sistem peringatan dini, adanya jalur

evakuasi, petunjuk jalur dan lokasi evakuasi.

Page 54: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

48 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Tabel 4.6. Hasil kuisioner di Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Tambi, Desa Kejajar, dan Desa Kreo

No Umur

(tahun) Jenis

Kelamin Pendidikan Desa

Ancaman Bahaya

Organisasasi Penanggulangan

Bencana

Kearifan Lokal

Warissan kearifan

lokal

Fasilitas Perlindungan

bencana

Sistem peringatan

dini

Adanya Jalur

evakuasi

Petunjuk Jalur

Lokasi Evakuasi

1 32 Laki-laki SLTA Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

2 38 Laki-laki S 1 Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

3 44 Laki-laki SMA Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

4 34 Laki-laki SMA Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

5 45 Laki-laki SMP Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

6 41 Laki-laki SLTA Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

7 45 Laki-laki SMP Buntu erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

8 45 Laki-laki SLTA Buntu erupsi gunung api

Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

9 37 Perempuan S 1 Buntu erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Page 55: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

49 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

10 35 Laki-laki SLTA Buntu erupsi gunung api

Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

11 40 Laki-laki SMA Buntu erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

12 39 Laki-laki SMA Sigedang

erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

13 22 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

14 40 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

15 34 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

16 21 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya

17 21 Perempuan Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya

18 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

19 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

20 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Page 56: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

50 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

21 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

22 33 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

23 Laki-laki Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

24 Perempuan Sigedang

erupsi gunung api

Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

25 27 Laki-laki SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak

26 20 Laki-laki SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak

27 30 Laki-laki SMP Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

28 24 Perempuan SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

29 25 Laki-laki SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

30 33 Laki-laki SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Page 57: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

51 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

31 32 Laki-laki SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

32 43 Perempuan SD Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

33 73 Laki-laki SD Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

34 38 Perempuan SD Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

35 25 Laki-laki S 1 Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

36 45 Laki-laki SMP Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

37 42 Laki-laki SMA Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

38 25 Laki-laki S 1 Tambi erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

39 50 Laki-laki SMA Kejajar erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

40 43 Laki-laki SLTP Kejajar erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Page 58: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

52 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

41 38 Laki-laki S 1 Kejajar erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

42 41 Laki-laki SLTA Kejajar erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

43 30 Laki-laki S 1 Kejajar erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

44 42 Laki-laki SMP Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

45 Laki-laki SLTA Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

46 Laki-laki Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

47 34 Laki-laki SMA Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

48 40 Laki-laki SLTA Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

49 40 Laki-laki SLTA Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

50 29 Laki-laki SLTA Kreo erupsi gunung api

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Page 59: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

53 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Responden yang ada di Desa Kejajar dan Desa Kreo juga tidak ada 1 orang yang

menyatakan bahwa mengetahui/mengikuti organisasi kebencanaan serta mengetahui

mengenai kearifan lokal yang ada di desanya serta fasilitas perlindungan bencana,

sistem peringatan dini, adanya jalur evakuasi, petunjuk jalur dan lokasi evakuasi.

Sehingga penentuan dan pemasangan jalur evakuasi sangat diperlukan untuk lkelima

desa ini karena dekat dengan sumber ancaman Gunungapi Sindoro

Kondisi dari kelima desa (Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Tambi, Desa Kreo dan

Desa Kejajar) akan dirinci dan dapat digunakan sebagai tempat titik kumpul sementara

sebelum dilakukan ke evakuasi ke tempat yang lebih aman. Titik kumpul ini bertujuan

untuk menampung masa sementara dalam jumlah yang banyak sehingga angkutan

masal juga dapat dengan mudah menjangkau dan membawanya ke tempat yang relatif

lebih aman. Sehingga petunjuk jalur-jalur evakuasi tersebut harus dibuat menuju titik

kumpul sementara. Beberapa lokasi yang digunakan sebagai titik kumpul atau tempat-

tempat-tempat evakuasi ancaman Gunungapi Sindoro antara lain:

1. Kantor Kecamatan Kejajar

Lokasi beradadi tepi jalan provinsi dengan lebar jalan 6,5 m, beraspal mulus, akses

mudah untuk parkir ataupun simpangan mobil dengn topografi datar, mobilisasi

kendaraan mudah. Fasilitas yang ada meliputi komunikasi,tempat pertemuan, areal

terbuka, MSK, P3K dan dapat digunakan sebagai tempat istirahat sementara. Lokasi

ini juga bebas dari lahar dingin G. Sindoro.

Gambar 4.7. Kantor kecamatan Kejajar dengan jalan provinsi disekitarnya merupakan

tempat evakuasi dengan fasilitas memadai

Page 60: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

54 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

2. Kawasan Pabrik Teh PT. Tambi (Titik kumpul desa Tambi)

Merupakan kawasan pabrik disertai dengan fasilitas gedung pertemuan, tanah

lapangan. Jalan sekitar merupakan jalan kabupaten penggubung Kejajar-Temanggung

dengan lebar jalan 4 m, beraspal baik, mudah dan bisa untuk simpangan mobil.

Topografi bergelombang, mobilisasi manusia dapat menggunakan mobil mauun truck.

Fasilitas yag tersedia berupa MCK, sarana komunikasi, P3K dan juga tempat istirahat

sementara.

Gambar 4.8. Kawasan pabrik teh PT Tambi dengan berbagai fasilitas yang ada sangat cocok

digunakan sebagai titik kumpul jalur evakuasi di Desa Tambi

3. Pos Pendakian dan Balai Desa Sigedang

Merupakan balai desa Sigedang, disekitarnya terdapat Pos Pendakian G. Sindoro

serta SD Negeri Sigedang. Fasilitas yang ada meliputi sarana MCK, P3K, tempat

istirahat sementara, ruang terbuka dengan kapasitas lebih dari 200 orang. Jalan

Page 61: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

55 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

selebar 4 m yang merupakan jalan aspal dengan kondisi baik. Akses jalan mudah dan

bisa dipakai untuk simpangan mobil, mobilisasi orang isa menggunakan truk maupun

mobil. Topografi bergelombang dengan kelerengan kecil. Lokasi ini bisa dipakai untuk

titik kumpul 1 desa Sigedang

Gambar 4.9. Tititk kumpul 1, Desa Sigedang untuk jalur evakuasi G. Sindoro

4. Pos I pendakian G. Sindoro/Titik Kumpul 2 Desa Sigedang (0388251, 9195821)

Merupakan tanah lapang serta bangunan pos pendakian dengan daya tambang sekitar

50 orang. Jalan menuju lokasi ini merupakan jalan berbatu/makadam dengan lebar

jalan 3 m, agak susah untuk simpangan mobil. Topografi curam dimana lahan

digunakan sebagai lahan perkebunan teh PT. Tambi, sehingga mobilisasi sebaiknya

menggunakan truk ataupun mobil lapangan. Lokasi ini bisa digunakan sebagai titik

kumpul para pendaki G. Sindoro dan petani teh yang pas berada di kebun jika terjadi

erupsi G. Sindoro.

Page 62: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

56 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.10. Lokasi Pos Pendakian untuk titik kumpul pendaki dan petani yang berada

disekitarnya

5. Titik kumpul 3 Desa Sigedang (388598, 9196588)

Merupakan tanah lapang disekitar perkampungan dengan akses jalan selebar 4 m,

beraspal baik. Akses jalan mudah dan bisa digunakan untuk simpngan mobil maupun

truk dengan topografi bergelombang. Tanah lapang umumnya digunakan untuk

berkebun dan bisa menampung 100-200 orang. Ke arah selatan berbatasan dengan

wilayah Kab. Temanggung dimana kondisi jalan aspalnya lebih bagus.

Page 63: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

57 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.11. Jalur evakuasi yang telah dibuat oleh BPPD Temanggung serta kondisi jalan

dan pos disekitar lokasi

6. Pertemuan antara Jalur Evakuasi Desa Tambi - Sigedang dengan Jalur Utama

Merupakan jalan utama untuk evakuasi dari warga di bagian atas Desa Tambi dan

Sigedang, lebar utama 6.5 m beraspal baik, mudah untuk simpangan mobil maupun

truk dengan topografi bergelombang.

Gambar 4.12. Pertemuan antara jalur evakuasi Sigedang/Tambi dengan jalan utama

Page 64: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

58 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

7. Pertemuan Jalur Evakuasi Desa Buntu dengan jalan Utama (0383740,9196244)

Lebar jalan utama 6,5 m, sedangkan jalur ke arah Desa Buntu merupakan jalan cor

beton dengan diameter 4 m, kondisi baik, mudah untuk persimbangan mobil maupun

truk dengan topografi bergelombang.

Gambar 4.13. Jalur masuk ke arah Desa Buntu merupakan jalan cor beton yang banyak dilalui

kendaraan

8. Titik Kumpul 1 Desa Buntu (0384152, 9196273)

Merupakan balai desa Buntu yang berdekatan dengan SD Negeri Buntu serta tanah

lapangn diisekitarnya. Lokasi bisa digunakan untuk parkir dan mobilisasi kendaraan

dengan mudah. Terdapat fasilitas MCK, tempat istirahat sementara dan P3K dengan

kapasitas lebih dari 200 orang. Lebar jalan utama > 4 m, beton dengan kondisi baik,

mudah dan bisa untuk simpangan mobil.

Gambar 4.14. Titik kumpul 1 Desa Buntu di komplek SD dan Balai Desa

Page 65: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

59 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

9. Titik Kumpul 2, Desa Buntu (0385861, 9195895)

Merupakan tanah lapangan dan bangunan SD Negeri yang dapat dijadikan titik kumpul

warga sebelum diangkut ke luar kawasan terdampak. Lokasi tidak bisa untuk parkir

mobil nmun bisa dilalui kendaraan . Jalan beton dengan lebar 3 m, akses sulit,

topografi bergelombang dan hanya dapat dilalui oleh mobil. Fasilitas yang ada berupa

MCK dan P3K dengan kapasitas 100-200 orang.

Gambar 4.15. Titik kumpul 2 jalur evakuasi Desa Buntu

10. Titik Kumpul 1 Desa Serang Atas (0383602, 9198101)

Merupakan Balai Desa dan tanah lapang yang tidak bisa untuk parkir mobil, lebar

jalan 4 m, beraspal dengan kondis baik, bisa untuk simpangan mobil dan truk dengan

lebar jalan 4 m. Topografi bergelombang.

Gambar 4.16. Titik kumpul ditanah lapang desa Serang yang berdekatan dg balai desa

Page 66: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

60 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

11, Titik kumpul 2, Desa Serang Bawah (0384098, 9199360)

Merupakan bangunan SD Serang II yang bisa digunakan untuk parkir mobil, dengan

fasilitas MCK, P3K dan tempat istirahat sementara dengan kapsita > 200 orang. Jalan

menuju lokasi lebar 4 m, aspal baik, mudah dan bisa untuk simpangan mobil dengn

morfologi bergelombang.

Gambar 4.17. Kantor kepala desa serta lapangan disekitar SD Serang II sebagai titik kumpul

11. Titik Kumpul Desa Kreo (0383339, 9197150)

Merupakan bangunan pemerintah berupa SD Negeri Kreo dengan fasilitas standart

berupa MCK, P3k dan temapt istirahat sementara dengan kapasitas > 200 orang.

Jalan menuju lokasi merupakan jalan beton dengan lebar 3 m, tidak bisa untuk parkir

mobil, topografi bergelombang.

Gambar 4.18. Titik kumpul desa Kreo yang berada di SD Negeri Kreo

Page 67: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

61 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Gambar 4.19. Citra satelit lokasi titik kumpul desa-desa dengan ancaman Gunungapi Sindoro

Page 68: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

62 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Desa Buntu, Desa Sigedang, Desa Tambi, Desa Kreo dan Desa Kejajar

merupakan desa di Kecamatan Kejajar yang memiliki potensi ancaman

Gunungapi Sindoro

2. Masyarakat pada kelima desa tersebut tidak mengetahui mengenai fasilitas

perlindungan bencana, sistem peringatan dini, adanya jalur evakuasi, petunjuk

jalur dan lokasi evakuasi bencana terhadap bencana Gunungapi Sindoro

3. Desa Sigedang merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Kejajar yang

memiliki kapasitas bencana yang relatif baik terhadap ancaman Gunungapi

Sindoro karena adanya organisasi mengenai kesiapsiagaan bencana

4. Kantor Kecamatan Kejajar memiliki akses mudah untuk parkir ataupun

simpangan mobil dengan topografi datar, mobilisasi kendaraan mudah.

Fasilitas yang ada di kantor inipun relatif baik, sehingga Kantor Kecamatan

Kejajar ini dapat digunakan sebagai tempat evakuasi (Lokasi 1).

5. Desa Buntu merupakan desa yang paling dekat dengan sumber ancaman

Gunungapi Sindoro. Pada Desa ini memiliki 2 tempat yang bisa digunkan

sebagai tempat kumpul sementara sebelum korban bencana di bawa ke

tempat evakuasi. Lokasi titik kumpul di Desa Buntu berada di balai desa dan

sekolahan SD (Lokasi 8) serta berada di tanah lapangan dan bangunan SD

Negeri (Lokasi 9).

6. Desa Sigedang adalah desa dekat kedua dari puncak Gunungapi Sindoro

yang memiliki potensi relatif tinggi. Pada Desa Sigedang titik kumpul berada di

balai desa Sigedang dan SD Negeri Sigedang (Lokasi 3) yang memiliki

kapasitas sekitar 200 orang. Selain lokasi tersebut terdapat lokasi lainnya di

Desa Sigedang yang berada di lahan perkebunan teh PT. Tambi (Lokasi 4)

dan juga tanah lapang disekitar perkampungan dengan akses jalan selebar 4

m (Lokasi 5)

7. Desa Tambi lokasi titik kumpul berada di kawasan pabrik Teh PT. Tambi

yang memiliki aksesibilitas baik (Lokasi 2). Selain itu pada Desa Tambi juga

terdapat titik kumpul kedua yang berada di Pertemuan antara jalur evakuasi

Desa Tambi - Sigedang dengan jalur utama (Lokasi 6)

Page 69: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

63 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

8. Sedangkan titik kumpul di Desa Kreo berada di bangunan pemerintah berupa

SD Negeri Kreo dengan fasilitas standart berupa MCK, P3k dan temapt

istirahat sementara dengan kapasitas > 200 orang

9. Prioritas penjemputan pada titik kumpul:

- Jalur 1: Lokasi 4,5,3,2,dan 6

- Jalur 2: Lokasi 9,8, dan 7

- Jalur 3: Lokasi 11,10, dan 12

5.2. Rekomendasi

1. Peningkatan kapasitas bencana terutama terkait dengan Gunungapi Sindoro,

maka diperlukan suatu kesiapsiagaan bencana dengan membuat suatu desa

tanggap bencana. Sehingga sosialisasi mengenai kondisi kondisi terkini dan

kesiapsiagaan bencana dapat terpantau dengan baik

2. Pemberian tanda titik kumpul pada lokasi-lokasi yang telah dipetakan dan

memberi arah jalur evakuasi pada setiap persimpangan di wilayah padat

penduduk.

Lokasi 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12 Disetiap daerah dengan

pemukiman padat, serta

disetiap persimpangan jalan,

seperti pada Lokasi 6 dan 7.

Lokasi 1 (Kecamatan Kejajar) sebagai tempat evakuasi sementara

Page 70: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

64 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Faisal., Kumalawati, Rosalina., Arisanty., Deasy. 2017. Pemetaan Jalur Evakuasi Dan Pengungsian Di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 4 No 5 September 2017, Halaman 53-74

Apriliana.____. Kerentanan wilayah terhadap erupsi Gunung Sindoro-Sumbing (Kabupaten Wonosobo-Temanggung, Jawa Tengah). Skripsi, Universitas Indonesia

Anonimus, wikipedia., 2018. Daftar gunung berapi di Indonesia. Akses online https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gunung_berapi_di_Indonesia

Anonimus, 2006. Semeru Weekly Reports". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses wikipedia tanggal 2006-12-07.

Anonimus, 2008. Disaster Risk Reduction Strategies and Risk Management Practices:

Bronto, Sutikno. 2006. Fasies gunung api dan aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Degroot, V.M.Y., (2009). Candi Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains. Disertasi. Universiteit Leiden.

Gasparini, Cheminee, Tilling, Johnson, Houghton, Cruz-Reyna, Ivanov, Okada, Punongbayan., (1995). Decade Volcano Update. International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth's Interior, Bulletin of Volcanology. 57 (1)

Hardiansyah., Imam Muthohar., Sigit Priyanto., dan Latief Budi Suparma. 2016. Konsep Pemodelan Transportasi untuk Evakuasi Bencana. Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 3 Desember 2016: 231-240

Hasib, A.G., 2014. Analisis Risiko Bencana Erupsi Gunungapi Sundoro di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

Indreswari M, Purnaning GP., Kartika, Putri BP., Widiya S, Yulianto FA, dan Nasrulloh RFK., 2016. Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Api Studi Kasus Erupsi Merapi Tahun 2010. Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W., 1979. Remote Sensing and Image Intepretation, John Wiley & Sons Inc, edisi terjemahan ; Dulbahri., Suharsono, P., Hartono., Suharyadi, 1990, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Munir, Ahmad. 2010. Karakteristik DAS Serayu. Jakarta : FMIPA UI.

Nandi. 2006. Vulkanisme. Jurusan Pendidikan Geografi , Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

Nurjanah, dkk (2011). Menejemen Bencana. Bandung: Alfabeta

Sumardani, Dadan., 2018. Gunung Api di Dunia. .researchgate.net/publication/324439119

Page 71: KATA PENGANTAR · 2019-09-13 · 4.3. Geomorfologi Kabupaten Wonosobo A. Bentuklahan asal proses vulkanik B. Bentuklahan asal proses struktural C. Bentuklahan asal proses fluvial

2018

65 Mitigasi Bencana Gunungapi Sindoro

Yoga, M.I., Maswan, D.S., Tambunan, T.D., dan Anastasia, S. 2015. Mitigasi Bencana Erupsi Gunungapi Sindoro-Sumbing Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.\

Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded: 8 27, 1883. HarperCollins. ISBN 0-06-621285-5.

Whittaker, R. J. (1993). Anak Krakatau and old Krakatau: a reply. GeoJournal. 29 (4): 417–420. doi:10.1007/BF00807545