Belibis a-17 Osteoporosis.doc
Click here to load reader
-
Upload
farah-muthia -
Category
Documents
-
view
10 -
download
4
description
Transcript of Belibis a-17 Osteoporosis.doc
Editor : M. Irwan, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin
Arifin Achmad Pekanbaru.
-
BAB I
PENDAHULUAN
-
1.1 latar belakang
----Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah.
----Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif
dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi permasalahan muskuloskletal
yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang.
----Sejak dicanangkannya Bone Joint Decade (BJD) 2000-2010 osteoporosis
menjadi penting, karena selain termasuk dalam 5 besar masalah kelainan
muskuloskletal yang harus ditangani, juga kasusnya semakin meningkat sejalan
dengan peningkatan jumlah usia tua.
----Pada umumnya pengobatan osteoporosis dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk
menghambat hilangnya massa tulang dan disbut pencegahan primer dan untuk
meningkatkan massa tulang yang disebut pencegahan sekunder.
----Permasalahan terapi osteoporosis adalah kompleks dan erat hubungannya
dengan cakupan penderita yang rendah akibat mahalnya biaya deteksi dini,
pemeriksaan lanjutan dan obat-obatan untuk penyakit osteoporosis. Selain itu
obat-obatan yang ada pun masih belum ada yang ideal karena masalah efikasi dan
toleransi yang ditimbulkan oleh obat-obatan tersebut.
-
1.2 Tujuan penelitian
----Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah :
1. Untuk memahami defenisi, epidemiologi, etiologi, faktor resiko,
klasifikasi, patogenesis, gambaran klinis, diagnosa dan penatalaksanaan
osteoporosis.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran
-1.3 Batasan masalah
----Referat ini membahas defenisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran
klinis, diagnosa dan penatalaksanaan osteoporosis.
-
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
-
2.1 Definisi
----Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah
pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga
meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat.
-
2.2 Epidemiologi
----Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan
merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi
penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang
jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.
----Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang
dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca
menopause adalah 1,4% per tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik
Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia,
lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor
proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat barat badan lebih atau
obesitas dan latihan yang teratur.
-
2.3 Etiologi
----Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang
yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan
massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan
mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35
tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan
selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya
sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang
dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan
disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang
sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu
pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling
rate adalah 2-10% massa skelet per tahun.
----Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal
yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation -
Resorption - Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik
yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah
membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas.
Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal.
Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses
remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang
mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
----Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah
pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan
kalsium yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada
kadar yang tetap. Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ
tulang, ginjal dan usus melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon
kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor
lain yang berperan adalah hormon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C
dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH darah). Pertukaran kalsium
sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat
kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium
dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium harian, status
vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein tubuh,
yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin,
40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat.
-
2.4 Faktor Resiko Osteoporosis
1. Usia
• Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
2. Genetik
• Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)
• Seks (wanita > pria)
• Riwayat keluarga
3. Lingkungan, dan lainnya
• Defisiensi kalsium
• Aktivitas fisik kurang
• Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
• Merokok, alkohol
• Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin,
gangguan penglihatan)
• Hormonal dan penyakit kronik
• Defisiensi estrogen, androgen
• Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer,
hiperkortisolisme
• Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal,
gastrektomi)
• Sifat fisik tulang
• Densitas (massa)
• Ukuran dan geometri
• Mikroarsitektur
• Komposisi
----Selain itu ada juga faktor resiko faktur panggul yaitu,:
1. Penurunan respons protektif
• Kelainan neuromuskular
• Gangguan penglihatan
• Gangguan keseimbangan
2. Peningkatan fragilitas tulang
• Densitas massa tulang rendah
• Hiperparatiroidisme
3. Gangguan penyediaan energi
• Malabsorpsi
-
2.5 Klasifikasi Osteoporosis
----Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi
osteoporosis dari penderita. Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :
• Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1
pada usia rata-rata 53-57 tahun.
• Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
• Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra
menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.
-
2.6 Patogenesis
----Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada
osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi
tulang pasti melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak
terjadi pada korteks
Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium
----Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi
organik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal
hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F,
Cl, Sr dan Pb. Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas,
osteosit dan osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%)
dan protein nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang,
protein morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.
----Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi
tulang tidak mungkin dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan
makromolekul yang sangat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses
kalsifikasi dan fiksasi kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen. Matriks tulang
tersusun sepanjang garis dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu
setiap perubahan fungsi tulang akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap
pada arsitektur internal dan penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum
matematika. Dengan kata lain, hukum Wolf dapat diartikan sebagai "bentuk akan
selalu mengikuti fungsi".
Patogenesis Osteoporosis primer
----Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada
dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur
vertebra dan radius distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan
produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel
mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan meningkatkan kerja
osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan
meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas
meningkat.
----Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka
kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan
semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar
kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma,
meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar
kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam
kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan
rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik.
Patogenesis Osteoporosis Sekunder
----Selama hidupnya seorang wanita akan kehilangan tulang spinalnya sebesar
42% dan kehilangan tulang femurnya sebesar 58%. Pada dekade ke-8 dan 9
kehidupannya, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi
tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini
akan menyebabkan kehilangan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang
dan peningkatan resiko fraktur.
----Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal
ini disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia,
malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Defisiensi vitamin K juga
akan menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein
tulang misalnya osteokalsin. Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada
laki-laki akan menyebabkan osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah
mengalami menopause (penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka
kehilangan massa tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi.
Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan menurun
sedangkan kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) akan meningkat.
Peningkatan SHBG akan meningkatkan pengikatan estrogen dan testosteron
membentuk kompleks yang inaktif.
----Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada
orang tua adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan,
imobilisasi lama). Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko
terjatuh yang lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda.
Hal ini berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan
dan stabilitas postural, gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata, dll.
-
2.7 Gambaran Klinis
----Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini
disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang.
Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian.
Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan
tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus
vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri
biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal.
Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga
kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya
berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk
sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan
nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus
----Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila
didapatkan :
• Patah tulang akibat trauma yang ringan.
• Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang.
• Gangguan otot (kaku dan lemah)
• Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.
-
2.8 Diagnosis
----Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada
rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut.
Khususnya pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di
daerah tulang dan sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi
estrogen. Masalah rasa nyeri jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang
menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja, memakai baju, pekerjaan rumah
tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari
tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti :
- Tinggi badan yang makin menurun.
- Obat-obatan yang diminum.
- Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.
- Jumlah kehamilan dan menyusui.
- Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.
- Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan
matahari cukup.
- Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya.
- Apakah sering merokok, minum alkohol?
-
Pemeriksaan Fisik
----Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis.
Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri
spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau
gibbus dan penurunan tinggi badan.
-
Pemeriksaan Radiologis
----Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks
dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang
vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
-
Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur .
untuk menilai hasil pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria
kelompok kerja WHO, yaitu:
1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas
massa tulang orang dewasa muda (T-score)
2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-
score.
3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
-
2.9 Penatalaksanaan
----Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa
tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam
pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet.
Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan
faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
----Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa
tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti
(estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat,
raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
----Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama
bila terjadi fraktur panggul.
-
-
BAB III
PENUTUP
-
Kesimpulan
1. Pada osteoporosis terjadi perubahan mikro arsitektur tulang yang
menyebabkan kerapuhan tulang.
2. Faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan
kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar
estrogen yang tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan
yang teratur
3. Penyusutan kepadatan tulang mulai terjadi berangsur-angsur sejak
perempuan berusia 30-40 tahun dan osteoporosis mulai dapat dijumpai
kurang lebih 5-10 tahun setelah menopaouse.
4. Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan dan terapi obat-obatan
-
Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk
meringankan penyakit
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efiisien pada penderita untuk
mendapatkan hasil yang baik dan mencegah kekambuhan.
-
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam . Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI , 2006.
2. Lane NE. Osteoporosis. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2003.
3. Broto R. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis
4. http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_kesihatan/osteoporosis.( di
akses tanggal 21 oktober 2006)
5. http://www.medicastore.com/nutrafor/isi.( diakses tanggal 21 oktober
2006)
© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk