Belibis A17-Antropologi Forensik

13
0 Authors : BAYU FAJAR WIBOWO, S.KED ROZA RITA, S.KED DYANA DESTYLYA, S.KED. Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 © Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

Transcript of Belibis A17-Antropologi Forensik

0

Authors :

BAYU FAJAR WIBOWO, S.KED

ROZA RITA, S.KED

DYANA DESTYLYA, S.KED.

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2009

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

1

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

—-Ilmu antropologi forensik termasuk ilmu yang relatif baru. Walaupun pada

awal abad ke-19 terdapat pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan

data pemeriksaan tulang dan bagian – bagian tubuh, namun keterkaitan antara

antropologi dan penyelidikan polisi baru terjadi di tahun 1930-an. Pembunuhan

antar geng pada tahun 1930-an membuat FBI mulai menyelidiki berdasarkan

antropologi fisik.1

—-Perang dunia kedua dan Perang saudara di Korea membantu menyediakan data

dasar mengenai informasi yang akan menjadi dasar identifikasi yang digunakan

oleh antropologis saat ini. Dimulai dari penugasan identifikasi pada tentara yang

mati. Para tentara yang akan bertempur membuat data kesehatan (catatan medis)

sebelum diberangkatkan ke medan pertempuran, meliputi data usia, tinggi badan,

riwayat penyakit terdahulu dan catatan dental, sehingga para penyelidik mampu

untuk menentukan identitas para tentara dan membuat data statistik mengenai

tulang dan tengkorak.1

—-Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik makin berkembang

seiring dengan pemeriksaan kejahatan yang menjadi lebih kompleks. Identifikasi

dari rangka dan sisa tubuh yang membusuk lainnya penting untuk alasan hukum

maupun alasan kemanusiaan. 2

—-Antropologi forensik merupakan aplikasi dari ilmu fisik atau biologi

antropologi dalam proses hukum. Merupakan pemeriksaan pada sisa – sisa rangka

untuk membantu menentukan identitas dari jasad. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa tersebut

berasal dari manusia dan selanjutnya dapat menentukan jenis kelamin, perkiraan

usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras. Pemeriksaan dapat juga memperkirakan

waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit dahulu atau luka yang

saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang. 2,3

—-Sebagai contoh, jika rangka ditemukan di hutan, maka rangka akan dibawa ke

laboratorium untuk ditentukan apakah rangka yang tertinggal merupakan rangka

manusia, binatang atau material anorganik. Jika manusia, maka akan diperkirakan

umur saat kematian, ras, jenis kelamin dan tinggi dari jasad. Jika rangka

2

menunjukkan bukti bahwa telah dimakamkan dalam waktu lama atau dengan peti

mati, maka ini biasanya hanya menunjukkan riwayat pemakaman daripada waktu

kematian.2

—-Walaupun tugas utama dari antropologi adalah untuk menentukan identitas

dari jasad, namun pada pengembangannya dapat juga untuk menentukan pendapat

mengenai tipe dan ukuran senjata yang digunakan dan jumlah dari pukulan yang

terdapat pada korban kekerasan. Kebanyakan antropologis memiliki kemampuan

antropologi yang tinggi dan telah memeriksa banyak sisa-sisa dari rangka.

Beberapa di antaranya juga memiliki pengalaman di bidang kepolisian dan medis,

seperti halnya di bidang serologi, toksikologi, senjata api dan identifikasi jejas

akibat alat, investigasi kejadian kejahatan, penanganan bukti kejahatan dan

fotografi. Dan hanya sedikit antropologis yang menangani analisis jejak kaki dan

identifikasi spesies dalam kaitannya dengan perkiraan waktu kematian yang sudah

lewat. Antropologi forensik selalu berhubungan dengan patologi forensik,

odontologi dan investigasi pembunuhan, cara kematian dan atau interval

postmortem. 2

—-Perlu diingat, walaupun sebagian besar rangka manusia dewasa terdiri dari

jumlah tulang yang sama (206), namun tidak ada dua rangka yang sama. Karena

itu observasi dari pola atau rangka yang khas sering menunjukkan identifikasi

pasti. 2

—-

—-

3

TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA

Definisi

—-Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik,

sosial dan pengembangan lingkungan manusia. Antropologi forensik merupakan

bidang ilmu untuk physical anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya dalam

bidang biologi, sains, dan budaya dalam proses hukum. Antropologi Forensik

adalah pemeriksaan pada sisa-sisa rangka. Pemeriksaan ini dapat dilakukan

sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa tersebut berasal dari

manusia.1,2,3,4,5,6,7

Gambar 1. Anatomi Rangka Manusia 5

4

—-Menurut American Board of Forensic Anthropology, forensik antropologi

adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum.

Identifikasi dari kerangka, atau sediaan lain dari sisa – sisa jasad (dugaan

manusia) yang tidak teridentifikasi penting untuk alasan hukum maupun alasan

kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan tehnik sains sederhana yang

berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa – sisa jasad manusia dan

mengungkap tindak kejahatan.4

—-Antropologi forensik meliputi penggalian arkeologis; pemeriksaan rambut,

serangga, plant materials dan jejak kaki; penentuan waktu kematian; facial

reproduction; photographic superimposition; detection of anatomical variants;

dan analisa mengenai cedera masa lalu dan penanganan medis. Namun, pada

pelaksanaannya forensik antropologi terutama untuk menentukan identitas jasad

berdasar bukti yang tersedia, yaitu menentukan jenis kelamin, perkiraan usia,

bentuk tubuh, dan pertalian ras. 2

Gambar 2. Wire yang digunakan pada penyatuan fraktur.8

—-

Ruang Lingkup Pemeriksaan Forensik

—-Faktor utama yang digunakan pada pemeriksaan forensik adalah:9

1. Osteologi

2. Dentisi

3. Etnobotani

5

Osteologi

—-Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada

pemeriksaan antropologi forensik, karena antropologi forensik berhubungan

dengan pemeriksaan sisa – sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa

dapat menentukan perkiraan usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat

hidup. Tengkorak merupakan bagian dari rangka manusia yang paling informatif.

Namun, jarang sekali tengkorak ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik.

Oleh karena itu osteologis harus dapat memanfaatkan apapun tulang yang

tersedia. 9

Gambar 3. Alat – alat Ukur Pemeriksaan Osteologi.9

—-Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama

pertama dari osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari

manusia atau bukan. Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia

atau hewan, namun terdapat persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika

tengkorak tidak ditemukan, tulang manusia dapat dibedakan dari hewan

berdasarkan bentuk, ukuran dan perbedaan densitas tulang. Penentuan spesies

akan sangat sulit jika tulang yang ditemukan berupa pecahan – pecahan. Ada dua

tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa – sisa rangka yaitu metrik dan

nonmetrik. Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang. Contohnya panjang dari

humerus pada seseorang dapat lebih panjang dari orang lain yang mempunyai

tinggi badan yang sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara tulang – tulang

6

seseorang yang tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulang seseorang

dapat berbeda dengan orang lainnya. 9

Gambar 4. Penentuan jenis Kelamin Berdasar Metode Non Metrik10

—-

Dentisi

—-Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa – sisa gigi. Analisa dari sisa –

sisa gigi dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada antropologi

forensik. Digunakan bersama dengan osteologi untuk menentukan usia, jenis

kelamin dan diet. Pada orang dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing – masing

sisinya, pada rahang atas dan bawah terdapat dua insisivus, satu kaninus, dan dua

atau tiga molar. Pada anak – anak terdapat dua puluh gigi dengan dua insisivus

dan satu kaninus serta dua molar pada masing – masing kuadran. 9

—-

Ethnobotani

—-Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan tanaman

dari masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak kematian dan

menentukan diet dari sisi arkeologi. 9

—-

Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik

—-Antropologi forensik dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin,

perkiraan umur, tinggi badan, dan pertalian ras. Pemeriksaan juga dapat

digunakan untuk memperkirakan waktu kematian, dan dugaan penyebab

kematian.1,2,3,4

7

Gambar 5. Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik11

—-

Penentuan Jenis Kelamin

—-Jenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara dari bagian – bagian

yang berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya mungkin pada rangka

orang dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu dengan mengukur

ukuran tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria juga lebih

cenderung memiliki area lebih luas untuk perlekatan otot.1,2,7

Gambar 6. Perbedaan Pelvis Pria dan Wanita9

—-Pelvis adalah tulang yang paling umum digunakan untuk menentukan jenis

kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar, biasanya lebih dari 900.

Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala femur dengan os pubis,

khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan wanita. Sakrum lebih lurus

pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas panggul pada wanita lebih

luas daripada pria.1,2,7

8

Gambar 7. Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita5

—-Kranium atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk

menentukan jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung lebih petak dan lebih lancip

pada wanita. Dahi pada pria cendrung lebih landai sedangkan pada wanita

dahinya lebih lurus. Pria memiliki lengkungan alis yang lebih tinggi daripada

wanita. 1,2,7

—-

Perkiraan Umur

—-Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun

perkiraan umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis,

sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari

tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk

memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk

menentukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi

usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja,

dewasa muda dan dewasa tua.1

9

Gambar 8. Penutupan Sutura Tengkorak5

—-Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari ukuran

tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu tidak akan mempengaruhi

pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang,

tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu. 1

—-Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan

usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing-

masing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan

gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai

terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen

merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses

penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagian-bagian yang lunak

dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor penentuan yg baik. 1

—-Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin

banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan

tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik

yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing epifisis akan menyatu pada

diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua mempunyai

metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura cranium;

morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur mikro

dari tulang dan gigi. 1

10

—-Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan

menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan

sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah

sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan.

Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun

selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi

berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua. 1

Gambar 9. Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur8

—-

Perkiraan Interval Waktu Kematian

—-Memperkirakan waktu kematian sangat sulit. Biasanya diperkirakan

berdasarkan jumlah dan kondisi dari jaringan lunak seperti otot, kulit, dan

ligamen, keadaan tulang yang masih baik, luas yang berhubungan dengan

pertumbuhan akar tanaman, bau busuk, dan aktivitas karnivora maupun serangga

pada jasad. Namun banyak variabel yang harus dipertimbangkan, seperti suhu saat

kematian, luka tusuk, kelembapan, ph tanah, dan kadar air. Semakin lama waktu

kematian semakin sulit menentukan interval waktu kematian. 1,2

—-

Pertalian Ras

—-Pertanyaan mengenai pertalian ras sulit untuk dijawab karena walaupun

klasifikasi ras memiliki komponen biologis yang sama, tetap didasari dari

hubungan sosial. Namun, beberapa rincian anatomis, terutama di wajah, sering

menunjukkan ras individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit

dengan hidung yang agak meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam

memiliki hidung yang lebar dan subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan

Asia memilki bentuk tulang pipi yang menonjol dan tekstur gigi yang khas. 1

11

Gambar 10. Variasi Rangka Manusia Berdasarkan Ras10

Bukti Trauma

—-Setelah tanah dan kotoran lainnya dibersihkan dari tulang dengan

menggunakan air dan sikat yang halus, maka jejas trauma yang halus sekalipun,

akan terlihat. 1

—-

Menentukan Tinggi badan

—-Penentuan tinggi badan menjadi penting pada keadaan dimana yang harus

diperiksa adalah tubuh yang sudah terpotong-potong atau yang didapatkan rangka,

atau sebagian dari tulang saja. 12

—-Penentuan taksiran tinggi badan dapat ditentukan dengan menggunakan

kalkulator TI-82, dengan menggunakan persamaan y=m*x + b. Tinggi merupakan

persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus, radius, femur dan

tibia. 1

—-

—-

—-

12

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

1. Garrison DHJR. Crime Scene Protection. http://www.crimeandclues.com

[diakses 27 November 2008]

2. Mann RW. The Forensic Anthropologist. http://www.crimeandclues.com

[diakses 29 November 2008]

3. Forensic Anthropology. http://www.mnsu.edu.html [diakses 27 November

2008]

4. American Board of Forensic Anthropology. http://www.abfahomepage.com

[diakses 27 November 2008]

5. Brand H. What is Forensic Anthropology?.

http://www.csc.villanova.edu.html [diakses 29 November 2008]

6. Adamson Marci. Forensic Antrhopology and Human Osteology Resources.

http://www.forensicantrho.com [diakses 29 November 2008]

7. Albert Midori. The Forensic Anthropology In Focus. http://www.all-about-

forensic-science.com [diakses 29 November 2008]

8. Forensic Anthropology. http://www.librarythinkguest.org [diakses

29November 2008]

9. Minnesota State University Mankato. http://www.mnsu.edu [diakses 29

November 2008]

10. Rhine Stan. Forensic Antrhopology. Human Biological Variation.

Http://www.library.med.utah.edu [diakses 29 November 2008]

11. Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu [diakses

29November 2008]

12. Idris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta. Bina

Rupa Aksara:1997.44.

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk