A17 Malaria
-
Upload
aldora-oktaviana -
Category
Documents
-
view
66 -
download
1
description
Transcript of A17 Malaria
1
WRAP UP SKENARIO 3
Menggigil Disertai Demam
KELOMPOK A17
Ketua :Ayu Lestari 1102011057
Sekretaris :Andriana Wijaya 1102011027
Anggota :Annisa Fadhilah 1102011033
Aldora Oktaviana 1102011019
Cita Dharma Kusuma 1102009064
Fadhillah Syafitri S. 1102011091
Hanifa Adani 1102010118
Lulu Nursyifa 1102011142
M. Fariz G.S. 1102011148
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2012
2
SKENARIO 3
Menggigil Disertai Demam
Tn. C, laki-laki , 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu
minggu lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali. Setiap kali demam didahului menggigil
dan diakhiri dengan berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Beliau baru kembali
dari melakukan studi lapangan di Sumatera Selatan selama dua minggu. Setelah melakukan
pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan beliau terinfeksi Plasmodium vivax.
3
Sasaran Belajar
LO 1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Plasmodium
LI 1.1 Mampu memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi Plasmodium
LI 1.2 Mampu memahami dan menjelaskan tentang morfologi dan daur hidup
LO 2. Mampu memahami dan menjelaskan tentang vektor Plasmodium
LI 2.1 Mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi dan klasifikasi vektor
LI 2.2 Mampu memahami dan menjelaskan tentang daur hidup vektor
LO 3.Mampu memahami dan menjelaskan tentang malaria
LI 3.1 Definisi malaria
LI 3.2 Etiologi malaria
LI 3.3 Klasifikasi malaria
LI 3.4 Patogenesis malaria
LI 3.5 Manifestasi klinik malaria
LI 3.6 Diagnosis dan pemeriksaan penunjang untuk malaria
LI 3.7 Diagnosis banding malaria
LI 3.8 Tatalaksana malaria
LI 3.9 Prognosis malaria
LI 3.10 Komplikasi malaria
LI 3.11 Pencegahan, program pemberantasan, evaluasi, strategi, promosi kesehatan,
penanganan KLB untuk malaria
4
LO 1 Mampu memahami dan menjelaskan tentang Plasmodium
LI 1.1 Mampu memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi Plasmodium
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit.Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal
sebagai malaria. Parasit ini senantiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektor
nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti manusia. Spesies
lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat.
TAKSONOMI
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Aconoidasida
Ordo : Haemosporida
Famili : Plasmodidae
Genus : Plasmodium
SPESIES infektif pada manusia
1. Plasmodium vivax
2. Plasmodium malariae
3. Plasmodium ovale
4. Plasmodium falciparum
5. Plasmodium Knowlesi
LI 1.2 Mampu memahami dan menjelaskan tentang morfologi dan daur hidup
Plasmodium
MORFOLOGI
Plasmodium vivax
Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik schuffner.
Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas. Pada skizon muda, inti
membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning tengguli. Pada
makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna merah. Pada
mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat. Plasmodium vivax menyebabkan
malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
5
Tropozoit (ring form) skizon gametosit
Plasmodium falciparum
Trofoid muda (bentuk acolle) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer. Hanya ada satu
parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit dalam
sebuah eritrosit. Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam. Skizon
matang inti membelah 8-24. Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru, inti
padat kecil, pigmen di sekitar inti. Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti
tidak padat, pigmen tersebar. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria
tertiana maligna)
Tropozioit (ring form) Skizon Gametosit
Plasmodium malariae
Stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan Plasmodium vivax, meskipun
sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelaP. Trofozoid yang lebih tua bila
membulat besarnya setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat
melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita (Band form). Skizon dengan
enam hingga dua belas merozoit yang biasanya tersusun dengan konfigurasi rosette. Plasmodium
malariae menyebabkan malaria quartana pada manusia.
Tropizoid (Band form) Skizon Gametosit
6
Plasmodium Ovale
Plasmodium yang terutama ditemukan di Afrika timur dan tengah. Trofozoid muda berukuran
kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). titik schufner terbentuk saat dini dan tampak jelas. stadium
trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak
sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar
berbentuk lonjong. Stadium gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan
sitoplasma warna biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-
merahan berbentuk bulat. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Tropozoid T.Muda T.Tua
Plasmodium Knowlesi
Plasmodium knowlesi kini diakui sebagai penyebab fatal malaria manusia di daerah hutan Asia
Tenggara. Morfologi parasit ini menyerupai bentuk skion dan tropozoid P. malariae dan
P.falsiparum . Dalam satu eritrosit dapat terjadi infeksi multiple seperti halnya P.Falsiparum,
Tropozoit memiliki bentuk seperti burung, Bentuk Tropozoit tua menyerupai Band form pada P.
Malariae, Dan dapat memiliki 12-16 Merozoit pada satu eritrosit.
Tropozoid (Band Form) Skizon Muda Skizon Dewasa
DAUR HIDUP
Fase jaringan.
Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar liurnya
menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk melalui mulut penusuk yang
ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam peredaran darah dan setelah ½ jam
sampai 1 jam masuk dalam sel hati. Banyak yang dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian
masuk dalam sel hati dan berkembangbiak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit
7
membelah diri berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong,
menjadi besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai oleh pembelahan
sitoplasma yang mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti satu
dengan ukuran 1,0 sampai 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak ada reaksi di
sekitar jaringan hati.Fase ini berlangsung beberapa waktu, tergantung dari spesies parasit
malaria.
Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk di peredaran
darah.Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di aliran darah hati tetapi beberapa
difagositosis.Pada P. vivax dan P. ovale sebagian sporozoit menjadi hipnozozit setelah beberapa
waktu (beberapa bulan sampai 5 tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni
eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap sebagai penyebab timbulnya relaps jangka panjang
(long term relapse) atau rekurens (recurrence). P. falciparum dan P. malariae tidak mempunyai
fase eritrositik; relapsnya disebabkan oleh poliferasi stadium eritrositik dan dikenal sebagai
rekrudensi (short term relapse).Rekrudensi yang panjang kadang-kadang dijumpai pada P.
malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler
jaringan. Kenyataan berikut ini menunjang bahwa rekurens (long term relapse) tidak ada pada
infeksi P. malariae: 1) infeksi P.malariae dapat disembuhkan dengan obat skizontosida darah
saja; 2) tidak pernah ditemukan skizon eksoeritrosit dalam hati manusia atau simpanse setelah
siklus praeritrositik; dan 3) parasit menetap dalam darah untuk jangka waktu panjang yang dapat
dibuktikan pada beberapa kasus malaria transfusi.
Fase aseksual dalam darah
Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi disebut masa
pra-paten.Masa ini dapat dibedakan dengan masa tunas/inkubasi yang berhubungan dengan
timbulnya gejala klinis penyakit malaria.Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai
menyerang eritrosit.Invasi merozoit tergantung pada interaksi reseptor pada eritrosit, glikoforin
(suatu antigen glikoprotein) dan merozoit sendiri.Sisi anterior merozoit melekat pada membran
eritrosit, kemudian membran merozoit menebal dan bergabung dengan membran plasma
eritrosit, lalu melakukan invaginasi (penyerangan ke dalam suatu sel), membentuk vakuol
dengan parasit berada di dalamnya.Pada saat merozoit masuk, selaput permukaan dijepit
sehingga lepas. Seluruh proses ini berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Stadium termuda
dalam darah berbentuk bulat, kecil; beberapa diantaranya mengandung vakuol sehingga
sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya.Oleh karena sitoplasma mempunyai
bentuk lingkaran, maka parasit muda disebut bentuk cincin.Selama pertumbuhan, bentuknya
berubah menjadi tidak teratur.Stadium muda ini disebut trofozoit.Parasit mencerna hemoglobin
dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin).Pigmen
yang mengandung zat besi dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning
tengguli hingga tengguli hitam yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan,
parasit berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni. Inti
parasit membelah diri menjadi sejumlah inti yang lebih kecil.Kemudian dilanjutkan dengan
pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon.Skizon matang mengandung bentuk-bentuk
bulat kecil, terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit. Setelah proses skizogoni
selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian
merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur
eritrosit, skizogoni berlangsung secara berulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan
8
parasitemia (parasit yang dapat dideteksi di dalam darah) yang meningkat dengan cepat sampai
proses dihambat oleh respon imun hospes.
Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit, yaitu menjadi lebih
besar, pucat dan bertitik-titik pada P. vivax.Perubahan ini khas untuk spesies parasit.Periodisitas
skizogoni berbeda-beda, tergantung dari spesiesnya. Daur skizogoni (fase eritrosit) berlangsung
48 jam pada P. vivax dan P. ovale, kurang dari 48 jam pada P. falciparum dan 72 jam pada P.
malariae. Pada stadium permulaan infeksi dapat ditemukan beberapa kelompok (broods) parasit
yang tumbuh pada saat yang berbeda-beda sehingga gejala demam tidak menunjukkan
periodisitas yang khas. Kemudian periodisitasnya menjadi lebih sinkron dan gejala demam
memberi gambaran tersian atau kuartan.
Fase seksual dalam darah.
Setelah 2 atau 3 generasi (3 – 15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit tumbuh menjadi
bentuk seksual. Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis). Bentuk seksual tumbuh
tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai
spesies: pada P. falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang; pada spesies lain
bentuknya bulat. Pada semua spesies Plasmodium dengan pulasan khusus, gametosit betina
(makrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada
gametosit jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti
besar dan difus.Kedua macam gametosit mengandung banyak butir-butir pigmen.
9
Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif)
a. Eksflagelasi.
Bila nyamuk Anopheles betina mengisap darah hospes manusia yang mengandung parasit
malaria, parasitaseksual dicernakan bersama dengan eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh
terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4 sampai 8 yang masing-masing menjadi
bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel
induk, bergerak-gerak sebentar dan kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya
berlangsung beberapa menit pada suhu yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada
sediaan darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut
mikrogamet; makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet
betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang
membentuk tonjolan kecil tempat masuk mikrogamet sehingga pembuahan dapat
berlangsung.Hasil pembuahan disebut zigot.
b. Sporogoni.
Pada permulaan, zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak, tetapi dalam waktu 18-24
jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak; stadium seperti cacing ini berukuran 8-24
mikron dan disebut ookinet.Ookinet kemudian menembus dinding lambung sel epitel ke
permukaan lambung Anopheles berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus
buah.Ookista makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan-bulatan semitransparan,
berukuran 40-80 mikron dan mengandung butir-butir pigmen.Letak dan besar butir pigmen dan
warnanya adalah khas untuk tiap spesies Plasmodium.Bila ookista makin membesar sehingga
berdiameter 500 mikron dan intinya membelah-belah, pigmen tidak tampak lagi.Inti yang sudah
membelah dikelilingi oleh protoplasma yang merupakan bentuk-bentuk memanjang pada bagian
tepi sehingga tampak sejumlah besar bentuk-bentuk yang kedua ujungnya runcing dengan inti
ditengahnya (sporozoit) dan panjangnya 10-15 mikron.Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit
dilepaskan dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur.Nyamuk
betina sekarang menjadi infektif.Bila nyamuk ini menghisap darah setelah menusuk kulit
manusia, sporozoit dimasukkan ke dalam luka tusuk dan mencapai aliran darah hospes perantara.
Sporogoni yang dimulai dari pematangan gametosit sampai menjadi sporozoit infektif,
berlangsung selama 8 sampai 2,5 hari, bergantung pada suhu luar dan spesies parasit.
10
Tabel 1. Perbandingan Spesies Plasmodium yang dapat menyebabkan Malaria pada
Manusia
Spesies Plasmodium Fase dalam Darah Gambaran Eritrosit Gambaran Parasit
P. Falsiparum Ring Ukuran normal,
Multiple infection
Sitoplasma halus, 1-2
kromatin, (acolle) form
Tropizoit Bintik maurer Berwarna gelap
Skizon Bintik maurer Pigmen berwarna gelap,
8-24 merozoit
Gametosit Distorsi karena
parasit
Berbentuk bulan sabit
atau sosis, kromatin
terlihat padat
(makrogametosit),diffuse
(mikrogametosit).
Pigmen gelaP.
P. Vivaks Ring Antara normal atau ¼
kali lebih besar,
Bintik Scuffner
Bintik Kromatin yang
besar, sitoplasma
membesar denagan
pseudopod
Tropozoit Membesar antara
11/2-2X, distorsi,
terdapat bintik
scuffner
Ameboid sitoplasma,
Kromatin membesar,
berpigmen kuning
trungguli
Skizon Membesar antara
11/2-2X, distorsi,
terdapat bintik
scuffner
Dapat berisi 12-24
merozoit, pigmen kuning
trengguli
Gametosit Membesar antara
11/2-2X, distorsi,
terdapat bintik
scuffner
Bulat hingga lonjong,
dikelilingi pigmen
trungguli, inti padat
(makrogametosit), inti
diffuse (mikrogametosit)
P.Ovale Ring Antara normal atau
1¼ kali lebih besar,
bulat atau lonjong
Sitoplasma tebal,
Kromatin membesar
Tropozoit Antara normal atau
1¼ kali lebih besar,
bulat atau lonjong
,Disertai bintik
scuffner
Sitoplasma dan kromatin
besar, , pigmen coklat
gelap
Skizon Antara normal atau
1¼ kali lebih besar,
bulat atau lonjong
,Disertai bintik
scuffner
Dapat memiliki 6-14
merozoit, dikelilingi
pigmen coklat tua
11
Gametosit
Antara normal atau
1¼ kali lebih besar,
bulat atau lonjong
,Disertai bintik
scuffner
Bulat hingga lonjong,
dikelilingi pigmen coklat
gelap, inti padat
(makrogametosit), inti
diffuse (mikrogametosit)
P.Malariae Ring Normal sampai ¾ kali
lebih besar
Sitoplasma tebal,
Kromatin membesar
Tropozoid Normal sampai ¾ kali
lebih besar ,Bintik
Ziemann
Sitoplasma dan kromatin
besar, Band form,
pigmen coklat gelap
Skizon Normal sampai ¾ kali
lebih besar ,Bintik
Ziemann
Dapat memiliki 6-12
merozoit, dikelilingi
pigmen coklat tua,
rossetes
Gametosit Normal sampai ¾ kali
lebih besar ,Bintik
Ziemann
Bulat hingga lonjong,
dikelilingi pigmen
coklat, inti padat
(makrogametosit), inti
diffuse (mikrogametosit
P. Knowlesi Ring Ukuran normal,
Multiple infection
Sitoplasma halus, 1-2
kromatin, (acolle) form
Tropozoid Band form Sitoplasma tebal,
Kromatin membesar
Skizon Dan dapat memiliki 12-
16 Merozoit pada satu
eritrosit
Gametosit
LO 2 Memahami dan Menjelaskan tentang vektor Plasmodium
LI 2.1 Definisi dan klasifikasi vektor Plasmodium
Vektor adalah jasad (biasanya serangga) yang dapat menularkan penyakit kepada hewan dan
manusia. Vektor dari Plasmodium adalah nyamuk Anopheles betina.
12
Tabel 2. Klasifikasi nyamuk Anopheles
Vektor Tempat perindukan larva Perilaku nyamuk dewasa
An.sundaicus
An. Aconitus
An. subticus
An. barbirostris
An. balabacensis
An. punctulatus
An. sinensis
Muara sungai yg
mendangkal pada musim
kemarau,tambak ikan yg
kurang terpelihara,parit
disepanjang pantai bekas
galian yg terisi air
payau,tempat penggraman
dan air tawar
Persawahan dengan saluran
irigasi tepi sungai padea
musim kemrau,kolam ikan
dengan tanaman rumput
ditepinya.
Celah kaki bekas binatang ,
tambak ikan dan bekas
galian pantai
Sawah dan saluran
irigasi,kolam,rawa,mata
air,sumur
Bekas roda yang tergenag
air bekas jejak kaki
binatang pada tanah
berlumpur yang berair
Air ditempat terbuka dan
terkena sinar matahari
pantai,tepi sungai
Sawah,kolam dan rawa
Antrofilik>zoofilik ;
mengigit sepanjang malam
Didalam rumah dan luar
rumah.
Zoofilik >antrofilik
eksofagik mengigit di waktu
senja samapai dini hari ,
diluar rumah
Antrofilik>zoofilik mengigit
di waktu malam didalam
rumah dan dikndang.
Menggigit dimalam hari ,
diluar rumah.
Mengigit dimalam hari ,
didalam rumah.
Mengigit dimalam hari ,
diluar rumah
Mengigit disenja – malam ,
diluar kandang.
13
An. Macularus
yang ada tanaman air
Mata air dan sungai dengan
air jernih yang mengalir
lambat didaerah
pegungungan.
Mengigit dimalam hari , di
luar rumah.
LI 2.2 Morfologi dan Daur hidup
MORFOLOGI
a. Stadium Telur
Berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konfaks.
Mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
b. S t ad i u m La r v a :
Ba g i an - b a g i an b ad an b e r b en t u k k h as , ya i t u :
Spirakel pada bagian posterior abdomen
T e r g a l p l a t e pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen
Bulu palma pada bagian lateral abdomen
c. Stadium pupa: Mempunyai tabung pernafasan ( respiratory trumpet ) yang berbentuk lebar
dan pendek
d. Stadium dewasa
Pulpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang
probosisnya
Nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada ( club form) ,nyamuk betina
ruas palpusnya mengecil
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan vena I) ditumbuhi sisik sayap yang
berkelompok membentuk gambaran belang
belang hitam putih dan bagian ujung sisk sayap membentuk lengkung (tumpul)
Bagian posterior abdomennya sedikit lancip
DAUR HIDUP
Nyamuk anopheles mengalami metamorforsis sempurna.Telur menetas menjadi larva
yang kemudian melakukan pengelupasan kulit atau eksoskelet sebanyak 4 kali tumbuh
menjadi pupa nyamuk dewasa jantan atau betina.
14
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan s e j ak t e l u r d i l e t ak an s am p a i
m en j ad i d ew as a b e r v a r i a s i ya i t u an t a r a 2 s am p a i 5 m i n g gu t e r gan t u n g
p ad a spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara.Tempat perindukan
anopheles bermacam-macam tergantung pada spesies dan dapat dibagi menurut 3
kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman, kaki gunung dan kawasan gunung.
Dikawasan pantai dengan tanaman bakau di danau pantai atau lagun (lagoon),rawa
danempang sepanjang pantai,ditemuka Anopheles sundaicus. Selain An.sundaicus ,dapat juga
ditemukan An.subpitus di tempat perindukan tersebut terutama danau di pantai dan empang. Di
kawasan pedalaman yang ada sawah,rawa,empang,saluran irigasi dan sungai ditemukan
An.aconitus, An.barbirostis, An.farauti, An.bancofti, An.niggerimus dan An.sinensis. Kawasan kakigunung
dengan perkebunan atau hutan detemukan An.balabacesis, sedangkan di daerah gunung
ditemukan An.maculatus.
LO 3. Mampu memahami dan menjelaskan tentang malaria
LI 3.1 Definisi malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan spenomegali. Dapat berlangsung
secara akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa atau dengan komplikasi
(malaria berat). Sejenis infeksi yang parasit yang menyerupai malaria adalah infeksi babesiosa
yang menyebabkan babesiosis.
LI 3.2 Etiologi malaria
Penyebab infeksi malaria ialah Plasmodium yang termasuk genus Plasmodium dari famili
plasmodidae. Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami
perkembangbiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada
tubuh nyamuk anopheles betina.
LI 3.3 Klasifikasi malaria berdasarkan etiologinya
Plasmodium Falciparum
Dulu dikenal sebagai “Subtertian atau malaria tertiana maligna”, merupakan spesies yang paling
mematikan dan jika tidak diobati dapat fatal dalam beberapa hari sejak awitan. Merupakan
penyebab malaria Tropika/malaria Serebral.
Plasmodium Vivax
Spesies ini dapat tersembunyi di dalam tubuh (hati) dan dapat kambuh selama 3 tahun ke depan;
merupakan penyebab malaria tertiana.
15
Plasmodium Ovale
Spesies ini jarang, tapi bisa pula bersembunyi di dalam tubuh, menyerupai Plasmodium vivax,
merupakan penyebab malaria ovale.
Plasmodium Malaria
Spesies ini dapat bersembunyi dalam aliran darah selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan
gejala, walaupun orang yang setelah terinfeksi dapat menularkan ke orang lain melalui gigitan
nyamuk atau transfusi darah. Secara khas paroksismal dan hampir-hampir tidak pernah fatal.
Plasmodium Knowlesi
Spesies ini awalnya hanya dapat mengingeksi primata, namun hasil penelitian membuktikan
sekarang dapat menginfeksi manusia, morfologi spesies ini sedikit rumit, karena hamper
menyerupai P. Falsiparum dan juga P.malariae. Manifestasi Khas dari spesies ini adalah masa
eritrosit yang begitu cepat yaitu 24 jam.
Tabel 3. Perbandingan jenis malaria
Perbandingan Malaria pada Manusia
P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae P. knowlesi
Disrtibusi
80-90% kasus
di Afrika, 40-
50% kasus di
Pasifik Barat
dan Asia
tenggara, 4-
30% Asia dan
Amerika
Selatan serta
iklim tropis
70-90% Kasus
paling sering di
Asia dan
Amerika, 50-
60% Pasifik
Barat dan Asia
tenggara, 1-10di
Afrika
8% kasus di
sebagian
Afrika, kasus
nyasar di Asia
2-3% di Afrika,
Sporadik di
Asia dan
Amreika
Dilaporkan di
Asia Tenggara;
70% dari Kasus
Tersebut
berasal dari
Daerah yang
sama
Skizogoni
Jaringan 5-6 hari 8 hari 9 hari 13 hari 8-9 hari
Fase
Eritrositik 48 jam 48 jam 49-50 jam 72 jam 24 jam
Infeksi
eritrosit Semua Retikulosit retikulosit Eritrosit dewasa Semua
Merizoit per
jaringan skion 40000 Over 10000 15000 2000 ?
Merozoites
per red cell
schizont
8 – 32 12 – 24 4 – 16 6 - 12 10-16
Relaps No Yes Yes
No, but blood
forms can
persist up to 30
No
16
years
Pola demam Tertian, sub
tertian Tertian Tertian Quartan Quotidian
Keparahan
malaria Lebih dari 24% Lebih dari 22% Jarang jarang 6-10%
Drug
resistance Yes Yes No No No
LI 3.4 Patogenesis malaria
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui tiga
cara yaitu :
1. Secara alami, melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria
2. Secara Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia, misalnya
melalui transfusi darah, suntikan,
3. secara congenital, pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi.
1. Pigmen malaria tidak toksik tetapi menyebabkan tubuh mengeluarkan produk-produk
asing dan respon fagosit yang intensif
2. Terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskular
3. Skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia
4. Faktor-faktor yang menyebabkan anemia :
17
a. Terbentuknya antibodi terhadap eritrosit
b. Pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem retikuloendotelial
c. Hemolisis autoimun, sekuestrasi oleh limfa pada eritrosit yang terinfeksi maupun
yang normal
d. Gangguan eritropoiesis
5. Pada infeksi malaria
a. Limfa yang membesar → banyak parasit dalam makrofag dan terjadi fagositosis
dari eritrosit yang infeksi / non infeksi
b. Mengalami pembendungan
c. Pigmentasi sehingga mudah pecah
6. Pada malaria kronis :
a. Hiperplasi di retikulum disertai peningkatan makrofag
b. Peningkatan kadar IgM
7. Pada malaria juga terjadi pembesaran hepar, disebabkan oleh :
a. Terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit
b. Teraktivasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang
terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis
8. Peningkatan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil
9. Organ lain yang diserang oleh malaria → otak, ginjal →Edema, hiperemis
Pendarahan berbentuk petekia tersebar pada substansi putih otak dan dapat menyebar
sampai ke sum-sum belakang. Terserang pembuluh darah oleh malaria tidak saja terbatas
pada otak, tapi juga pada jantung / saluran cerna / di tempat lain yang berakibat pada
berbagai manifestasi klinik.
10. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan karena sel
darah merah yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket → perjalanan dalam kapiler
terganggu dan mudah melekat pada endotel kapiler karena adanya penonjolan membran
eritrosit → hipoksi jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler, perembesan cairan
bahkan perdarahan ke jaringan sekitarnya.
11. Monosit/ makrofag → partisipan selular yang terpenting dalam fagositosis eritrosit yang
terinfeksi
12. Akibat berkurangnya aliran darah karena hipovolemia dan hiperviskositas darah
13. Plasmodium falciparum → nefritis ( Maligna Malaria )
Plasmodium malariae →Glomerolonefritis kronik dan sindrom nefrotik
LI 3.5 Manifestasi Klinis
MANIFESTASI UMUM MALARIA
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali.
Masa inkubasi bervariasi pada masing masing Plasmodium. Keluhan prodormal dapat terjadi
sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa
dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare
ringan dan kadang kadang dingin. Keluhan prodormal sering terjadi pada P. Vivax dan ovale,
18
sedangkan pada P. Falciparum dan malariae keluhan prodormal tidak jelas bahakan gejala
dapat mendadak.
Gejala klasik yang terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan, yaitu:
1. Periode dingin (15-60 menit) : Penderita mulai menggigil, sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil seluruh badan bergetar dan gigi bergemeletuk. Nadi
cepat, tetapi lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulit kering dan pucat. Kadang kadang
disertai muntah. Pada anak sering terjadi kejang.
2. Periode panas (2-6 jam) : Rasa dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka
menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat,
biasanya ada mual dan muntah, nadi berdetak cepat. Perasaan haus sekali pada saat suhu
41⁰C.
3. Periode berkeringat (2-4 jam) : Penderita berkeringat banyak, suhu tubuh turun, dan
penderita merasa lebih sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada P. Vivax, pada P. Falciparum menggigil dapat
berlangsung hebat atau tidak ada sama sekali. Periode tidak demam berlangsung 12 jam pada
P. Falciparum, 36 jam pada P. Vivax dan P. Ovale. dan 60 jam pada P. Malariae
Anemia pada penderita malaria dapat terjadi akibat:
1. Pengrusakan eritrosit oleh parasit
2. Hambatan eritropoiesis sementara
3. Hemolisis karena proses complement mediated immune complex
4. Eritrofagositosis
5. Penghambatan pengeluaran retikulosit
6. Pengaruh sitokin.
Pembesaran limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa akan menjadi
bengkak, nyeri dan hipermis. Pada percobaan dengan binatang, limpa menghampuskan
eritrosit yang terinfeksi melalui perubahan metabolisme, antigenik, dan rheological dari
eritrosit yang terinfeksi.
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah:
Serangan primer:
yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang
terdiri dari dingin/ menggigil; panas dan berkeringat. Lama serangan paroksismal relatif
terhadap perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
Periode latent: yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi
malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
19
Recrudescence: berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa masa 8 minggu
sesudah berakhirnya serangan primer, dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah
periode laten dari serangan primer.
Recurrence:yaitu berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya
serangan primer.
Relapse atau rechute: berulangnya gejala klinis atau parasitemia yang lebih lama dari waktu
diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari masa
latent ( 5 tahunan), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar
eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
Tabel 4. Manifestasi Klinik Infeksi Plasmodium
Plasmodium
Masa
inkubasi
(hari)
Tipe
panas
(jam)
Relaps Recrudensi Manifestasi Klinis
P. falciparum 12 (9-14)
24,36,48
-- + Gejala gastrointestinal, hemolisis,
anemia lebih menonjol dgn
leukopenia dan
monositosis,ikterus,
hemoglobinuria, syok, algid
malaria,gejala serebral, edema
paru, hipoglikemi, gangguan
kehamilan, kelainan retina,
kematian.
Panas ireguler; sering terjadi
hiperpireksia, splenomegali,
perlangsungannya cepat dan
parasitemianya tinggi dan
menyerang semua bentuk eritrosit.
P. vivax 13 (12-17) ->
12 bulan
48
++ -- Pada hari- hari pertama panas
iregular, kadang intermitten kadang
remitten atau intermitten, jarang
ada perasaan dingin atau menggigil.
Pada akhir minggu tipe panas
menjadi intermitten dan periodik
setiap 48 jam; trias malaria.
Paroksismla terjadi pada sore hari.
Kepadatan parasit maks. 7-14 hari.
Minggu ke 2: limpa mulai teraba.
Parasitemia menurun setelah hari
ke 14, masih terjadi splenomegali
dan demam.
Minggu ke 5: Panas turun secara
20
krisis.
Relaps sering terjadi karena
keluarnya bentuk hipnozoit dalam
hati pada saat status imun tubuh
turun.
Anemia kronik, ruptur limpa.
Malaria serebral jarang terjadi,
edema tungkai karena
hipoalbuminemia.
P. ovale 17 (16-18)
48 ++ -- Sama seperti vivax, lebih ringan,
puncak panas lebih rendah, dan
perlangsungan lebih pendek, dapat
sembuh spontan tanpa pengobatan,
jarang terjadi serangan menggigil
dan splenomegali.
P. malariae 28(18-40) 72 -- + Sama seperti vivax hanya
berlangsung lebih ringan, anemia
jarang terjadi, splenomegali ringan.
Serangan paroksismal terjadi tiap 3-
4 hari pada waktu sore. Parasitemia
sangat rendah.
Komplikasi jarang terjadi, sindroma
nefrotik dapat terjadi pada anak.
Rekrudansi sampai 50 tahun, limpa
jarang ruptur.
Dapat dijumpai edema, asites,
protinuria yang banyak,
hipoproteinema, tanpa uremia dan
hipertensi.
Serta untuk Plasmodium Knowlesi dapat memberikan gambaran Manifestasi klinis yang begitu
cepat karena hanya memerlukan masa eritorositik 24 jam setelah gigitan nyamuk dan juga dapat
menginfeksi semua fase eritrosit.
LI 3.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Malaria
Anamnesis
Memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari
daerah endemik malaria, riwayat berpergian ke daerah malaria, riwayat pengobatan
kuratif dan preventif. Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih
dari 2 hari, menggigil dan berkeringat. Demam keempat jenis malaria berbeda sesuai
dengan proses skizogoninya. Demam karena P. Falciparum bisa setiap hari,
21
sedangan pada P. Vivax dan P. Ovale berselang satu hari dan P. Malariae berselang
2 hari.
Pemeriksaan fisik
Demam antara 37,5- 40 derajat celcius, serta anemia yang dibuktikan dengan
konjungtiva palpebra yang pucat. Splenomegali dan hepatomegali sering terjadi. Bila
terjadi serangan malaria berat , gejala dapat disertai syok yg ditandai dengan
menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi pernafasan
meningkat.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakan diagnosa. Pemeriksaaan satu kali dengan hasil (-
) tidak mengesampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan
hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan pada
saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan
ditemukannya parasit.
Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan
parait malaria karena tetesan lebih banyak dari darah tipis. Sediaan mudah
dibuat. Pemeriksaan dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang
pandangan dengan perbesaran kuat). Preparat dinyatakan negatif setelah
diperiksa 200 lapang pandangn dengan perbesaran kuat tidak ditemukan
parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan mengutung
jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ maka hitung parasitnya
ialah jumlah parasit dikalikan 50 = jumlah parasit per µl darah. Interpretasi
hasil:
+ = 1-10 parasit per 100 lapangan pandang
++ =11-100 per 100 lapangan pandang
+++ =1-10 per 1 lapangan
++++ = >10 parasit per 1 lapangan
2. Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis Plasmodium.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat dilakukan berdasar
22
jumlah eritrosit yang mengadung pearsit per 1000 eritrosit. Bila jumlah
parasit >100.000/µl darah menandakan infeksi berat.
2. Tes antigen: P-F test. Yaitu mendeteksi antigen dari P. Falsciparum (Histidine
Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan keterampilan
khusus, sensitivitasnya baik, tidak perlu alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks
sudah beredar di pasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan
mendeteksi latat dehidrogenase dari Plasmodium dengan cara
immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal
dapat mendeteksi 0-200 parasit/µl darah dan dapat memebdakan apakah infeksi P.
Falciparum atau P. Vivax. Tes ini dikenal dengan nama rapid tes.
3. Tes serologi. Mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test. Tes ini mendeteksi antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah.
4. Pemeriksaan PCR. Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi
amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitasnya cukup tinggi.
Keunggulannya walaupun jumlah parasit sangat sedikit namun dapat memberikan
hasil positif
5. Pemeriksaan darah rutin : trombosit, didapatkan kurang dari 50.000/µL, jumlah
leukosit bukan merupakan indikasi yang spesifik, hemoglobin didapatkan
menurun (anemia)
6. Kimia darah (gula darah, serum bilirubin, SGOT/SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium, dan kalium, dan analisis gas darah)
7. Cell Dyn 3500 atau 4000 : untuk melakukan analisis hematologi secara rutin dan
deteksi pigmen malaria (hemozoin)
8. Laser Desorption Mass Spectrometry (LDMS) : memperlihatkan parasit
Plasmodium dalam eritrosit mengkatabolisme hemoglobin menjadi heme dalam
bentuk kristal (hemozoin)
9. Nucleic acid probe dan immunofluorescence : mendeteksi Plasmodium yang ada
di dalam eritrosit; gel diffusion, counter-immunoelectrophoresis, Radio
immunoassay dan Enzym immunoassay untuk mendeteki antigen malaria dalam
cairan tubuh; hemagglutination test, Indirect immunofluorescence, Enzym
immunoassay, immunochromatography, dan Western blotting untuk mendeteksi
antibodi anti-Plasmodium di dalam serum. Pemeriksaan ini digunakan untuk
penelitian, mengkonfirmasi retrograde malaria dan skrining pada transfusi darah
10. EKG, foto thorax, analisis cairan serebrospinalis, biakan darah, uji serologi, dan
urinalisis.
23
LI 3.7 Diagnosis Banding
Bila tubuh mengalami gangguan fisik atau psikis, seringkali dikeluhkan gejala demam yang di
identikkan dengan istilah panas badan. Dalam dunia medis  demam disebut juga fever atau
febris. Demam merupakan reaksi awal tubuh terhadap rangsangan mikroorganisme penyakit
yang masuk kedalam tubuh, sehingga suhu badan akan meningkat diatas 37,5 derajat Celsius.
Kondisi ini bisa diukur dengan termometer di daerah oral ( mulut ), axilla ( ketiak ) Â atau dubur
( rectal ).
Setiap penyakit yang disebabkan oleh invasi bakteri atau virus pada  umumnya menimbulkan
gejala demam pada tubuh kita.Dalam kondisi iklim pancaroba dan perubahan kualitas
lingkungan pemukiman ada beberapa jenis penyakit yang mempunyai gejala demam yang
hampir mirip sehingga perlu ditegakkan diagnosis pasti dengan bantuan pemeriksaan penujang
laboratorium.
Berikut ini 5 diagnosis banding  penyakit dengan gejala  demam :
1. Demam Berdarah. Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda perdarahan seperti:
petekie(bintik merah pada kulit), epistaksis (mimisan), atau berak darah (melena). Hasil
pemeriksaan laboratorium: jumlah trombosit menurun (trombositopenia), kadar
hematokrit meningkat (hemokonsentrasi), hasil tes serologis positif antigen virus
 dengue.
2. Demam Chikungunya. Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan nyeri otot, sakit
kepala seperti rasa tegang, Dengan pemeriksaan serologis (tes darah) akan diketahui
antigen penyebabnya dari strain golongan virus chikungunya
3. Demam Influenza. Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2 hari, sakit
kepala,dangangguan saluran pernafasan lainnya seperti sesak nafas, hidung tersumbat,
sakit menelan. Dari hasil pemeriksaan darah hanya ada sedikit peningkatan jumlah
leukosit (sel darah putih), kriteris darah lengkap lainnya umumnya dalam batas normal.
4. Demam Tifoid. Panas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah, diare, dan
gangguanpencernaan lainnya. Melalui tes darah Widal, diketahui titer antigen penyebab
yakni Salmonellatyphosa atau paratyphosa akan menunjukkan tanda peningkatan postitif.
Pada daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan imunitas yang tinggi sehingga
penderita dengan infeksi malaria tidak menunjukan gejala malaria. Pada malaria dengan ikterus,
diagnosis bandingnya adalah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan
leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi. Pada
malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak yang lain seperti meningtis,
ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis. Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi
pada gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebro-vaskular (stroke), eklampsia,
epilepsi, dan tumor otak.
24
LI 3.8 Tatalaksana Malaria
Pada umumnya penderita diberi analgetik dan antipiretika seperti asetosal dan
parasetamol.Untuk menanggulangi dehidrasi dan shock dapat diberikan cairan dalam bentuk
infus atau per oral. Terapi tergantung pada keadaan, yakni pada serangan akut dari berbagai
bentuk malaria, sebagai berikut:
Malaria vivax dan ovale
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal yang
ditujukan terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada
di eritrosit.
P.vivax yang mulai resisten terhadap klorokuin yang diberikan selam tiga hari
disertai primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, maka primakuin akan
bersifat sebagai skizontisida darah selain membunuh hipnozoit di sel hat.
Obat lain yang sebagai alternative yang dapt ddiberikan adalah attesunat-
amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau non-altemisinin seperti
meflokuin dan atovaquone-proguanil
Lini pertama pengobatan malaria vivax adalah klorokuin + primakuin.
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet per hari menurut kelompok usia
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-11
tahun
>15
tahun
H1 K ¼ ½ 1 2 3 3-4
P - - ¼ ½ ¾ 1
H2 K ¼ ½ 1 2 3 3-4
P - - ¼ ½ ¾ 1
H3 K 1/8 ¼ ½ ½ 1 ½ 2
P - - ¼ ½ ¾ 1
H4 P - - ¼ ½ ¾ 1
Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual
dan seksual.
Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di sel hati dan
parasit aseksual di eritrosit.
Dosis klorokuin 150 mg diberikan 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis
total 25 mg basa/kg bb
Dosis primakuin 0,25mg/kgBB perhari selama 14 hari diberikan bersama
klorokuin. Klorokuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi usia <1tahun,
dan pasien dengan defisiensi G6-PD
Pengobatan efektif apabila sampai hari ke 28 setelah pemeberian obat gejala
klinis berkurang dan parasit malaria stadium aseksual tidak ditemukan lagi
setelah H7.
25
Pengobatan tidak efektif bila:
1. Sampai H28 gejala klinis memburuk dan parasit aseksual masih
ditemukan
2. Gejala kilinis tidak memburuk tapi parasit aseksual tidak berkurang atau
timbul kembali sebelum H14
3. Gejala klinis membaik tapi parasit aseksual timbul antar hari ke 15 sampai
ke 28
Untuk penderita malaria dengan defisiensi G6-PD diberikan klorokuin 1x per
minggu selama 8-12 minggu dengan dosis 10 mg basa/kgBB/kali dan
primakuin dengan dosis 0,75mg/kgBB/kali
Malaria malariae
Penderita malaria malariae dapat diobati dengan pemberian klorokuin basa yang
akan mengeleminasi semua stadium di sirkulasi darah. P.malariae sensitive terhadap
obat antimalaria baru seperti artemisin dan pironaridin.
Malaria falsiparum
Penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan drug of choice
kombinasi artemisin, misalnya artesunat –amodikuin (masing-masing 3 hari) per oral
tanpa menunggu penderita jatuh dalam malaria berat, dosis artesunat adalah 4
mg/kgbb/hari selam 3 hari, sedangkan amodikuin basa 10 mg/kgbb/hari selama 3
hari. Kombinasi artemisin lainnya adalah artemer-lumefantrine selama 3 hari dan
dihidroartemisin-piperakuin selama 2 atau 3 hari. Bila terjadi kegagalan pengobatan
dapat diberikan kombinasi kina dan doksisiklin. Dosis kina adalah 3x10
mg/kgbb/hari dan doksisiklin 100 mg/kgbb/hari, msing-masing selam 7 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan sodium artesunat
(intramuscular dan intravena) atau artemeter (intramuskular) selama 5-7 hari. Dosisi
awal artesunat 2,4 mg/kgbb i.m diikuti 1,2 mg/kgbb setiap 24 jam, selama 6 hari.
Dosis awal artemeter 3,2 mg/kb i.m. pada hari ke-1, diikuti 1,6 mg/kgbb sampai hari
ke-6. Pemberian lebih lanjut dengan pemberian kombinasi kina dan doksisiklin per
oral dapat dipertimbangkan bila dikuatirkan terjadi rekrundensensi (kekambuhan
disebabkan oleh proliferasi stadium eritrosit). Peningkatan gametosit setelah
pemberian artemisinin bukan merupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.
26
OBAT ANTI MALARIA
Berdasrkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria, maka obat malaria dibagi
dalam 5 golongan:
1) Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimerin, dapat membasmi parasit
praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit kedalm eritrosit; dapat digunakan
sebagai profilaksis kasual.
2) Skizontosida jaringan sekunder : primakuin, dapat membasmi parasit daur
eritrosit atau stadium jaringan. P.vivax dan P.ovale digunakan untuk pengobatan
radikal sebagai obat anti relaps.
3) Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit, yang berhubungan
dengan penyakit akut disertai gejala klinis. SKizontosida darah juga mengeleminasi
stadium seksual di eritrosit P.vivax, P.ovale dan P.malariae, tetapi tidak efektif
terhadap gametosit P.falciparum yang matang. Skizontosida darah yang ampuh
adalah kina, amodikuin, halofatrine, golngan artemisisin sedangkan efeknya terbatas
adalah proguanil dan pirimetin.
4) Gametosida: mengeleminasi stadium seksual termasuk gametosit P.falciparum,
juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles. Beberapa obat gametosit bersifat sporontosida. Primakuin adlaah
gametosisa untuk keempat spesies; sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalag
gemetosida untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale.
5) Sporotonsida: mencegah ata menghamabt gametosit dalam darah umtuk
memebentuk ookistra dan spororzoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah
transmisi pwnyakit malaria dan disebut juga obat sporogonik. Obat yang termasuk
golongan ini adalah: primakuin dan proguanil.
a. Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
– Farmakodinamik:
• Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit.
Efektivitasnya sangat tinggi terhadap Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale, dan terhadap strain Plasmodium falciparum yang sensitive
klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya
negative dalam waktu 48-72 jam.
Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia.
Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada Plasmodium falciparum yang
melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
27
– Farmakokinetik:
• Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan
mempercepat absorbsi ini.
• Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah
obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
• Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
• Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin)
diekskresi melalui urine.
– Efek samping:
• Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-
gatal.
• Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran
EKG.
• Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan
fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
– Kontra indikasi:
• Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran
cerna.
• Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung
emas karna menyebabkan dermatitis.
• Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko
kejang.
• Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan
meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung.
b. Pirimetamin
Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air,
dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
– Farmakodinamik:
• Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat.
• Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil.
• Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas
untuk profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain
Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
28
• Mekanisme kerja: pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase
plasmodia yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga
penghambatannya menyebabkan gagallnya pembelahan intipada pertumbuhan
skizon dalam hati dan eritrosit.
• Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karna keduanya
mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
• Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan
jangka lama yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang
menghasilkan perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas
pirimetamin terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
– Farmakokinetik:
• Absorbs: melalui saluran cerna, barlangsung lambat tetapi lengkaP.
• Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam.
• Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa.
• Ekskresi: lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari dan metabolitnya diekskresi
melalui urine.
Efek samping: Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa
dengan yang terjadi pada asam folat.
c. Primakuin
Turunan 8-aminokuinolon
– Farmakodinamik:
• Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
• Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna
bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
• Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis
Plasmodium terutama Plasmodium falciparum.
• Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang
bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti
malaria melalui pembentuka oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi
electron parasit.
– Farmakokinetik:
• Absorbs: setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi.
29
• Distribusi: luas ke jaringan.
• Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam
3jam dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
• Metabolism: berlangsung cepat. Metabolism oksidatif primakuin menghasilkan 3
macam metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak
toksik, sehingga metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari
primakuin.
• Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang dberikan yang diekskresi ke urine
dalam bentuk asal.
– Efek samping:
• Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami
defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (g6pd).
• Dengandesis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung.
Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
– Kontra indikasi:
• Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia
misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
• Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan
hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
• Tidak diberikan pada wanita hamil.
d. Kina dan Alkaloid sinkoma
• Kina dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin
• Kuinidin 2 kali lebih kuat dari pada kina, kekuatan 2 alkaloid lainnya hanya
setengah dari kina.
• Kuinidin sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga lebih toksik.
– Farmakodinamik:
• Kina beserta pirimetamin dan sufadoksin masih merupakan regimen terpilih
untuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
• Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametosid terhadap
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
• Untuk terapi supresi dan serangan klinik, obat ini lebih toksik dan kurang efektif
dibanding dengankan dengan klorokuin.
30
• Mekanisme kerja : bekerja didalam organel (vakuol makanan) Plasmodium
falciparum melalui penghambatan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi
penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme.
– Farmakokinetik
• Absorbs: baik terutama melalui usus halus bagian atas.
• Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal.
• Distribusi: luas, terutama ke hati dan melalui sawar uri, tetapi kurang ke paru,
ginjal, dan limpa.
• Metabolism: didalam hati
• Ekskresi: hanya kira-kira 20% yang di ekskresi dalam bentuk utuh di urine
• Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangkan pada pasien
malariae berat 18 jam.
– Efek samping
• Dosis terapi kina dapat menyebabkan sinkonisme yang tidak terlalu memerlukan
penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salsilimus yaitu tinnitus, sakit kepala,
gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.
• Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf,
kardiovaskular, dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi gangguan ssp, seperti bingung,
gelisah, dan delirium. Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat: kulit
menjadi dingin dan sianosis: suhu kulit dan tekanan darah menurun: akhirnya
pasien meninggal karna henti napas.
• Pada wanita hamil yang menderita malaria terjadi reaksi hipersensitivitas kina
yang menyebabkan black water fever dengan gejala hemolisis berat,
hemoglobinemia, dan hemoglobinurin.
– Indikasi:
• Untuk terapi malaria Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
LI 3.9 Prognosis Malaria
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P.vivax umumnya baik, tidak menyebabkan
kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai
3 bulan atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps, sedangkan P. Malariae
dapat berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps, pernah dilaporkan
sampai 30-50 tahun. Infeksi P.falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai satu
tahun. Infeksi P.falciparum dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak
31
ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi
buruk. WHO mengemukakan indikator pronosis buruk apabila :
1. Indikator klinik
Umur 3 tahun atau kurang
Komayang berat
Kejang berulang
Refleks kornea negatif
Deserebrasi
Dijumpai disfungsi organ (gagal ginjal, edema paru)
Terdapat pendarahan retina
2. Indikator laboratorium
o Hiperparasitemia (>250000/ml atau >5%)
o Skizontemia dalam darah perifer
o Leukositosis
o PCV (packed cell volume) < 12%
o Hb <5 g/dl
o Glukosa darah <40 mg/dl
o Ureum >60 mg/dl
o Glukosa likuor serebrospinal rendah
o Kreatinin >3 mg/dl
o Laktat dalam likuor serebrospinal meningkat
o SGOT meningkat > 3 kali normal
o Antitrombin rendah
o Peningkatan kadar plasma 5’-nukleotidase
LI 3. 10 Komplikasi malaria
1. Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran
(apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara
perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering
disertai kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis, hipoglikemi,
gangguan ini dapat terjadi karena beberapa proses patologis. Diduga terjadi
sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan
karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan
sekuestrasi parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa tidak ada
32
perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral metabolic
rate for oxygen pada pasien koma dibanding pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral
yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila
kadar laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal. Biasanya disertai ikterik,
gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru. Bila terdapat >3 komplikasi organ,
maka prognosa kematian >75 %.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya
±5-10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Gangguan fungsi ginjal ini oleh
karena anoksia yang disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi
dan sumbatan mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut;
sedang urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah > 4:1, natrium urin < 20
mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya
GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria. Dialisis merupakan
pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada hiperbilirubinemia,
anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah negatif
3. Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan
karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular.
Ikterik karena hemolitik sering terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum
sering penderita dewasa hal ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat
pula hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan
peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati
dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
4. Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas
kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-α.
Penyebab lain gangguan pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi
pernafasan dalam keadaan asidosis metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau
peningkatan tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder
pada paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital)
menekan pusat pernafasan.
5. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa
dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1)
Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan
absorbsi glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3)
33
Meningkatnya metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit;
5) Sitokin akan menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan
quinine. Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi
laktat yang akan memperburuk prognosis malaria berat
6. Haemoglobinuria (Black Water Fever)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam,
hemolisis intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal. Biasanya terjadi pada
infeksi P. falciparum yang berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan
pengobatan kina yang tidak adekuat dan yang bukan disebabkan oleh karena
defisiensi G6PD atau kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian
primakuin.
7. Malaria Algid
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai gambaran
klinis keringat dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 ˚C, kulit tidak
elastis, pucat. Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan
sistolik tak terukur dan nadi yang normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis.
Pada kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan
karena vasodilatasi.
8. Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25), pada malaria
menunjukkan prognosis buruk. Keadaan ini dapat disebabkan: 1) Perfusi jaringan
yang buruk oleh karena hipovolemia yang akan menurunkan pengangkutan oksigen;
2) Produksi laktat oleh parasit; 3) Terbentuknya laktat karena aktifitas sitokin
terutama TNF-α, pada fase respon akut; 4) Aliran darah ke hati yang berkurang,
sehingga mengganggu bersihan laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga
terganggunya ekresi asam.
Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan
asam laktat, dan pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (< 15meq).
Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia.
Gangguan lain seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.
9. Manifestasi gangguan Gastro-Intestinal
Gejala gastrointestinal sering dijumpai pada malaria falsifarum berupa keluhan tak
enak diperut, flatulensi, mual, muntah, kolik, diare atau konstipasi. Kadang lebih
berat berupa billious remittent fever (gejala gastro-intestinal dengan hepatomegali),
ikterik, dan gagal ginjal, malaria disentri, malaria kolera.
10. Hiponatremia
Terjadinya hiponatremia disebabkan karena kehilangan cairan dan garam melalui
muntah dan mencret ataupun terjadinya sindroma abnormalitas hormon anti-
diuretik (SAHAD).
34
11. Gangguan Perdarahan
Gangguan perdarahan oleh karena trombositopenia sangat jarang. Perdarahan lebih
sering disebabkan oleh Diseminata Intravaskular Coagulasi (DIC).
LI 3.11 Pencegahan, program pemberantasan vektor, evaluasi, strategi dan promosi
kesehatan.
Berbasis Masyarakat
1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu
ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan , pendidikan kesehatan, diskusi
kelompok maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang
nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi
menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau
menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan
sebagai tempat air tergenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu
mencegah penularan
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic
anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan reswistensi
terhadap insektisida.
Berbasis Pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk ;
a. Tidak keluar rumah antara senja dan malan hari, bila keluar sebaiknya
menggunakan kemeja dan celana panjangberwarna terang
b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetilfalat atau zat antinyamuk
lainnya.
c. Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa
antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendela
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-treated
mosquito net, ITN)
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk
bakar
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic, meliputi ;
a. Pola daerah dimana Plasmodiumnya masih sensitive terhadap klorokuin,
diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang
dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daeh sampau
4 minggu setelah meninggalkan tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan
supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin
35
100mg/hari atau sulfadoksin 500mg/pirimetamin 25 mg (SuldoxR), 3 tablet
sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan pada wanita hamil
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi
b. Profilaksis dengan klorokuin 5mg/kgBB/minggu dan proguanil
3mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitive klorokuin
c. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan
untuk daerah dimana Plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.
d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah.
Calon donor yang dating ke daerah endemic dan berasal dari daerah nonendemik
serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan
darahnya selama 6 bulan sejak dia datang. Calon donor tersebut, apabila telah diberi
pengobatan profilaksis malaria dan telah meneteap di daerah itu 6 bulan atau lebih
serta tidak menunjukkan geaka klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3
tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemic malaria
merupakan sumber infeksi.
5. Tindakan pemberian vaksinasi antara lain
a.Vaksin sporozoit
Bertujuan mencegah sporozoit menginfeksi sel hati, sehingga diharapkan infeksin
tidak dapat terjadi. Vaksin yang ideal yaitu vaksin yang multi-stage (sporozit,
aseksual), multivalen (terdiri dari beberapa antigen) sehingga dapat memberikan
respon multi-imun.
b.Vaksin terhadap bentuk aseksual maupun seksual
c.Vaksin transmission blocking
6. Melakukan Gerakan Berantas Kembali Malaria
- Gebrak malaria adalah suatu gerakan untuk meningkatkan kemampuan tiap orang
serta masyarakat dalam mengatasi penyakit malaria untuk mewujudkan lingkungan
yang terbebas dari penularan malaria melalui peanggulangan yang bermutu untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria. (Depkes RI, 2006)
- Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada
bulan April 2000, melalui Gebrak Malaria dihaparkan dapat mengurangi resiko
serta penularan akibat malaria dengan cara pencegahan melaui pengobatan massal,
survei demam, penyemprotan rumah, penyelidikan vektor dan lainnya, seperti
pengeringan tempat berkembang biak potensial telah diterapkan dengan baik untuk
menanggapi masalah Malaria.
36
Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian malaria
1.Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2.Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3.Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )
4.Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5.Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
Upaya pemberantasan lain yang telah dilaksanakan berupa penemuan penderita,
dengan cara :
1. Pencarian penderita secara aktif (Active Case Detection)
pencarian penderita dengan gejala klinis malaria dari rumah ke rumah. Pencarian
penderita secara aktif dilaksanakan di desa-desa endemis malaria.
2. Pencarian penderita secara pasif ( Passive Case Detection)
3. penemuan penderita di Unit Pelayanan Kesehatan, dilaksanakan oleh petugas
pada unit pelayanna kesehatan dengan cara tersangka malaria yang datang ke
UPK.
4.
mengunjungi penderita (+) yang ditemukan pada ACD dan melakukan
pemeriksaan pada kontak serumah ( keluarga) penderita serta tetangga yang
rumahnya berdekatan. Pemerikasaan dilakukan petugas puskesmas untuk
mengetahui apakah penderita tersebut telah menularkan penyakit disekitarnya.
5. Survey penderita demam ( Mass Fever Survey )
metode penemuan penderita dengan cara penderita demam di daerah endemis
malaria pada waktu tertentu. Survey ini bertujuan menurunkan jumlah penderita
dengan cara mengobati penderita yang ditemuka agar tidak menular kepada orang
lain.
6. Migrasi survey
salah satu metode penemuan penderita untuk menjaring penderita yang berasal
dari luar endemis. Dilakukan dengan cara mengambil sedian darah dari pendatang
yang non endemis, bertujuan sebagai tindakan antisipasi.
37
Daftar Pustaka
Basel, Karger. 2002. “Malaria Parasites and Disease”. Chemimmunol. Vol. 80, pp 1-26.
Gunawan, sulista G, Rianto Setiabudy, dkk. 2007. “Farmakologi dan Terapi edisi 5”. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan terapeutik FKUI.
Inge sutanto, dkk. 2008. “Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Ed. 4”. Jakarta : FKUI.
Sudoyo, Aru W dan Bambang setioyadi et al. 2006.”Ilmu Penyakit Dalam”. Jakarta :
Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Sumarmo dkk. 2010. “Infeksi dan Pediatri tropis, Edisi kedua.” Jakarta: IDAI.
Widoyono. 2011.” Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Ed. 2”. Jakarata: Erlangga.
http : /www.actmalaria.net