A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

22
0 Authors : Lestari, S.Ked Indra Wiradinata, S.Ked Marissa Alfian, S.Ked. Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2008 © Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

Transcript of A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

Page 1: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

0

Authors :

Lestari, S.Ked

Indra Wiradinata, S.Ked

Marissa Alfian, S.Ked.

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2008

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

Page 2: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

1

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

----

Latar Belakang

----Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan,

mempengaruhi kondisi medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa

gangguan mental, gejala psikologis, sifat kepribadian atau gaya mengatasi

masalah, dan prilaku kesehatan yang maladaptif.1

----Kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah mengutarakan

pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad pertengahan Paracelcus

seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan batin memiliki pengaruh terhadap

kekuatan seseorang.2

----Menurut The National Academy Science tahun 1978 definisi psikosomatis

adalah bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu

pengetahuan prilaku, biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan

penyakit serta penerapan pengetahuan, dan teknik-teknik tersebut untuk

mencegah, mendiagnosis dan rehabilitasi.1

----Kedokteran psikosomatis menyadari kesatuan dari pikiran dan tubuh serta

interaksi diantara keduanya, dimana faktor psikologis penting dalam

perkembangan semua penyakit, namun apakah peranannya dalam memulai,

perkembangan, memperberat dan eksaserbasi penyakit, predisposisi atau reaksi

terhadap suatu penyakit masih dalam perdebatan. Dengan demikian kedokteran

prilaku adalah istilah yang khusus untuk kedokteran psikosomatis.1

----

----

Page 3: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

2

TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA

----

Definisi

----Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis

yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders

edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori

diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.1,2

----Menurut Wittkower psikosomatis secara luas didefinisikan sebagai usaha

untuk mempelajari interelasi aspek-aspek psikologis dan aspek-aspek fisis semua

faal jasmani dalam keadaan normal maupun abnormal. Ilmu ini mencoba

mempelajari, menemukan interelasi dan interaksi antara fenomena kehidupan

psikis (jiwa) dan somatis (raga) dalam keadaan sehat maupun sakit.2

Etiologi

----Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis3 :

1. Stres Umum

----Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana

individu tidak dapat berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan

Richard Rahe, didalam skala urutan penyesuaian kembali sosial (social read

justment rating scale) menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh

jumlah gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata, sebagai contohnya

kematian pasangan 100 unit perubahan kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan

perkawinan 65 unit, dan kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang

setelah menanyakan pada ratusan orang dengan berbagai latar belakang untuk

menyusun derajat relatif penyesuaian yang diperlukan olewh perubahan

lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang

menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak

cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka

mudah pulih dari gangguan.

2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik

----Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian

spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan

Page 4: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

3

homeostatis yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe

kepribadian tertentu yang pertama kali diidentifikasi berhubungan dengan

kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang

cenderung mengalami oklusi miokardium).

3. Variabel Fisiologis

----Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan

variabel lainnya adalah kerja monosit sistem kekebalan. Mediator antara stres

yang didasari secara kognitif dan penyakit mungkin hormonal, seperti pada

sindroma adaptasi umum Hans Selye, dimana hidrokortison adalah mediatornya,

mediator mungkin mengubah fungsi sumbu hipofisis anterior hipotalamus adrenal

dan penciutan limfoit. Dalam rantai hormonal, hormon dilepaskan dari

hipotalamus dan menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi

secara langsung atau melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel

penyebab lainnya mungkin adalah kerja monosit sistem kekebalan. Monosit

berinteraksi dengan neuropeptida otak, yang berperan sebagai pembawa pesan

(messager) antara sel-sel otak. Jadi, imunitas dapat mempengaruhi keadaan psikis

dan mood.

----

Patofisiologi

----Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom

vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom

vegetatif tersebut, seperti kardiovascular, traktus digestifus, respiratorius, sistem

endokrin dan traktus urogenital.2

Adapun kriteria klinis penyakit psikosomatis terdiri atas kriteria yang negatif dan

kriteria yang positif.2

a. Kriteria yang positif ( yang biasanya tidak ada)

1. Tidak didapatkan kelainan-kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti

sekalipun, walaupun mempergunakan alat-alat canggih. Bila ada kelainan organik

belum tentu bukan psikosomatik, sebab :

• Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup

lama dapat menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang

dikeluhkan.

Page 5: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

4

• Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat

menerangkan keluhan yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan

koinsidensi.

• Sebelum timbulnya psikosomatis, telah ada lebih dahulu kelainan

organiknya tetapi tidak disadari oleh pasien. Baru disadari setelah

diberitahu oleh orang lain atau kadang-kadang oleh dokter yang

mengobatinya. Hal ini membuatnya menjadi takut, khawatir dan gelisah,

yang dinamakan iatrogen.

2. Tidak didapatkan kelainan psikiatri. Tidak ada gejala-gejala psikotik yakni

tidak ada disintegrasi kepribadian, tidak ada distorsi realitas. Masih mengakui

bahwa dia sakit, masih mau aktif berobat.

b. Kriteria positif (yang biasanya ada)

1. Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu

2. Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain,

yang dinamakan shifting phenomen atau alternasi.

3. Adanya vegetatif imbalance (ketidakseimbangan susunan saraf otonom)

4. Penuh dengan stress sepanjang kehidupan (stress full life situation) yang

menjadi sebab konflik mentalnya.

5. Adanya perasaan yang negatif yang menjadi titik tolak keluhan-

keluhannya.

6. Adanya faktor pencetus (faktor presipitasi) proksimal dari keluhan-

keluhannya.

7. Adanya faktor predisposisi yang dicari dari anamnesis longitudinal. Yang

membuat pasien rentan terhadap faktor presipitasi itu.

----Faktor predisposisi dapat berupa faktor fisik / somatik, biologi, stigmata

neurotik, dapat pula faktor psikis dan sosiokultural. Kriteria-kriteria ini tidak perlu

semuanya ada tetapi bila ada satu atau lebih, presumtif, indikatif untuk penyakit

psikosomatis.2

----

Manifestasi klinis

----Beberapa manifestasi klinis dari gangguan psikosomatis antara lain:3

1. Terdapat suatu kondisi medis umum

Page 6: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

5

2. Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum

dengan cara:

• Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum

seperti yang ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat antara faktor

psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dari atau keterlambatan

penyembuhan dari kondisi medis umum.

• Faktor psikologis mempengaruhi terapi kondisi medis umum

• Faktor psikologis berperan dalam resiko kesehatan individu

• Respon psikologis yang berhubungan dengan stres mencetuskan atau

mengeksasebasi gejala kondisi medis umum

----Yang dimaksud dengan faktor psikologis tersebut adalah3:

• Gangguan mental mempengaruhi kondisi medis (misalnya gangguan

depresi berat memperlambat penyembuhan infark miokard)

• Gangguan psikologis mempengaruhi kondisi medis (misalnya gejala

depresi memperlambat pemulihan setelah pembedahan, kecemasan

mengeksasebasi asma)

• Sifat kepribadian atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi

medis (misalnya penyangkalan patologis terhadap kebutuhan pembedahan

pada seorang pasien dengan kanker, perilaku bermusuhan dan tertekan

berperan pada penyakit kardiovaskuler)

• Gangguan kesehatan maladatif mempengaruhi kondisi medis (misalnya

tidak melakukan olahraga, seks yang tidak aman, makan yang berlebihan)

• Respon fisiologis yang berhubungan dengan stres mempengaruhi kondisi

medis (misalnya eksasebasi ulkus, hipertensi, aritmia, atau nyeri kepala

yang berhubungan dengan stres).

• Faktor psikologi lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis

(misalnya faktor personal, kultural atau religius).

----

Page 7: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

6

Gangguan Spesifik pada Psikosomatis

----Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:

1. Sistem Kardiovaskuler

----Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau

kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa

jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.

Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung

dan tekanan darah.4

----Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,

nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur.

Gejala- gejala seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan

kecemasan.4

a. Penyakit arteri koroner

----Penyakit arteri koroner menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung yang

ditandai oleh rasa tidak nyaman, tekanan pada dada dan jantung episodik.

Keadaan ini biasanya ditimbulkan oleh penggunaan tenaga dan stres dan

dihilangkan oleh istirahat atau nitrogliserin sublingual.1

----Flanders Dunbar menggambarkan pasien dengan penyakit jantung koroner

sebagai kepribadian agresif-kompulsif dengan kecenderungan bekerja dengan

waktu yang panjang dan untuk meningkatkan kekuasaan. Meyer Fiedman dan Ray

Rosenman mendefinisikan kepribadian tipe A tipe B. Kepribadian tipe A adalah

berhubungan erat dengan perkembangan penyakit jantung koroner. Mereka adalah

orang yang berorientasi tindakan berjuang keras untuk mencapai tujuan yang

kurang jelas dengan cara permusuhan kompetitif. Mereka sering agresif, tidak

sabar, banyak bergerak dan berjuang dan marah jika dihalangi. Kepribadian tipe B

adalah kebalikannya. Mereka cenderung santai, kurang agresif, kurang aktif

berjuang mencapai tujuannya.1

----Untuk menghilangkan ketegangan psikis yang berhubungan dengan penyakit,

klinisi menggunakan obat psikotropika, contohnya diazepam. Terapi medis harus

suportif dan menentramkan, dengan suatu penekanan psikologis untuk

menghilangkan stres psikis, kompulsivitas dan ketegangan.1

Page 8: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

7

b. Hipertensi esensial

----Orang dengan hipertensi tampak dari luar menyenangkan, patuh dan kompulsif

walaupun kemarahan mereka tidak di ekspresikan secara terbuka, mereka

memiliki kekerasan yang terhalangi, yang ditangani secara buruk. Mereka tampak

memiliki presdiposisi untuk hipertensi, yaitu bila terjadi stres kronis pada

kepribadian kompulsif yang terpresdiposisi secara genetik yang telah merepresi

dan menekan kekerasan, dapat terjadi hipertensi. Keadaan ini cenderung terjadi

pada kepribadian tipe A.1

----Psikoterapi supotif dan dan teknik perilaku ( biofeedback, meditasi, terapi

relaksasi) telah dilaporkan berguna dalam pengobatan hipertensi.

c. Gagal jantung kongestif

----Faktor psikologis seperti stres, dan konflik emosional non spesifik, sering kali

bermakna dalam memulai atau eksaserbasi gangguan. Intinya bahwa psikoterapi

suportif adalah penting pada pengobatannya.1

d. Sinkop vasomotor (vasodepressor)

----Sinkop vasomotor ditandai oleh kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang

disebabkan oleh serangan vasovagal. Rasa khawatir atau takut akut menghambat

impuls untuk berkelahi atau melarikan diri, dengan demikian menampung darah di

anggota gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh darah didalam tungkai. Reaksi

tersebut menyebabkan penurunan pasokan darah ke otak, sehingga terjadi

hipoksia otak dan kehilangan kesadaran.1

e. Aritmia jantung

Aritmia yang potensial membahayakan hidup kadang-kadang terjadi dengan

luapan emosional dan trauma emosional. Terapi yang digunakan untuk membantu

melindungi terhadap aritmia akibat emosi adalah psikotropika dan obat

penghambat Beta seperti propanolol.1

f. Fenomena Raynaud

----Fenomena Raynaud seringkali disebabkan oleh stres eksternal. Terapi dapat

diobati dengan psikotropika suportif, relaksasi progesif atau biofeedback dan

dengan melindungi tubuh dari dingin dan menggunakan sedatif ringan.1

Page 9: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

8

g. Jantung psikogenik bukan penyakit

----Beberapa pasien adalah bebas dari penyakit jantung tetapi masih mengeluh

gejala yang mengarah ke jantung. Mereka seringkali menunjukkan keprihatinan

morbid tentang jantung mereka dan rasa takut akan penyakit jantung yang

meningkat. Rasa takut mereka dapat terentang dari masalah kecemasan yang

dimanifestasikan oleh fobia atau hipokondriasis parah, sampai pada keyakinan

waham bahwa mereka menderita penyakit jantung.1

----Pengobatan psikofarmaka ditujukan pada gejala yang menonjol. Obat

antiansietas dapat digunakan pada kecemasan yang berat.1

2. Sistem pernafasan

a. Asma bronkialis

----Faktor genetik, alergik, infeksi, stres akut dan kronis semuanya berperan dalam

menimbulkan penyakit. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita

menimbulkan konstriksi bronkioli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan

mudah terangsang. Walaupun pasien asma karateristiknya memiliki kebutuhan

akan ketergantungan yang berlebihan, tidak ada tipe kepribadian yang spesifik

yang telah diindentifikasi. Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan

berbagai disiplin ilmu antara lain menghilangkan stres, penyesuaian diri,

menghilangkan alergi serta mengatur kerja sistem saraf vegetatif dengan obat-

obatan.1,4

b. Hay fever

----Faktor psikologis yang kuat berkombinasi dengan elemen energi untuk

menimbulkan Hay Fever. Faktor psikiatrik, medis, dan alergik harus

dipertimbangkan sebagai terapi hay fever.1

c. Sindroma hiperventilasi

----Sindroma hiperventilasi disebut juga dispneu nerveous (freud), pseudo asma,

distonia pulmonal (hochrein). Gambaran klinis berupa:1,6

• Parastesia, terutama pada ujung tangan dan kaki

• Gejala-gejala sentral seperti gangguan penglihatan berupa mata kabur

yang dikenal sebagai Blury eyes. Penderita juga mengeluh bingung,

sakit kepala dan pusing

Page 10: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

9

• Keluhan pernafasan seperti dispneu, takipneu, batuk kering, sesak dan

perasaan tidak dapat bernafas bebas

• Keluhan jantung. Sering dijumpai kelainan yang menyerupai angina

pektoris dan juga ditemukan pada kelainan fungsional jantungdan sirkulasi

• Keluhan umum, seperti kaki dan tangan dingin yang sangat menganggu,

cepat lelah, lemas, mengantuk, dan sensitif terhadap cuaca

d. Tuberkulosis

----Onset dan perburukan tuberkulosis sering kali berhubungan dengan stres akut

dan kronis. Faktor psikologis mempengaruhi sistem kekebalan dan mungkin

mempengaruhi daya tahan pasien terhadap penyakit. Psikoterapi suportif adalah

berguna karena peranan stres dan situasi psikososial yang rumit.1

3. Sistem gastrointestinal

a. Gastritis

----Kriteria psikologis diperlukan karena diagnosis dengan penemuan negatif

organis dan keluhan vegetatif tidak mencukupi. Dari evaluasi psikis ditemukan:7

1. gejala bersifat neurosis

2. depresi dan anxietas

3. berkeinginan untuk dirawat dan dimanja dan untuk memiliki objek yang

diinginkan

b. Ulkus peptikum

----Sifat kepribadian ulkus menjadi faktor presdiposisi. Sifat kepribadian itu

antara lain:1,8

1. Tingkah laku

----Orang tersebut biasanya tegang, selalu was-was, sangat aktif dalam berbagai

bidang. Tidak mudah menerima kenyataan bila dia gagal

2. Kepandaian

----Mempunyai kepandaian dalam berbagai bidang yang dikerjakan sekaligus

pada waktu yang bersamaan

3. Pertanggungjawaban

----Mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bahkan sampai memikirkan

pekerjaan orang lain

Page 11: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

10

4. Pengenalan terhadap penyakitnya

----Tidak menghiraukan penyakitnya, sering terlambat makan, merasa sakit ulu

hati tapi masih mau bekerja terus, sering datang terlambat ke dokter

5. Umur

----Terbanyak pada usia 30-an, karena banyak faktor stres, kesulitan dalam bidang

ekonomi dan keluarga

6. Jenis kelamin/ bangsa

----laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Kulit hitam lebih jarang

dibandingkan kulit putih

7. Faktor sosial

----Sering ditemukan dikota besar dan daerah industri.

----Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh berbagai konflik yang tidak

spesifik dapat menyebabkan hiperasiditas lambung dan hipersekresi pepsin, yang

menyebabkan suatu ulkus. Psikoterapi merupakan terapi yang dapat dipakai untuk

konflik ketergantungan pasien. Biofeedback dan terapi relaksasi mungkin berguna.

Terapi medis lain yang digunakan adalah cimetidine, famotidine.1

c. Kolitis ulserativa

----Tipe kepribadian dari pasien dengan Kolitis ulserativa menunjukkan sifat

kompulsif yang menonjol. Pasien cenderung pembersih, tertib, rapi, tepat waktu,

hiperintelektual, malu-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan.

Stres non spesifik dapat memperberat penyakit ini. Terapi yang dianjurkan pada

kolitis ulserativa yang akut adalah psikoterapi yang non konfrontatif dan suportif

dengan psikoterapi interpretatif selama periode tenang. Terapi medis terdiri dari

tindakan medis nonspesifik, seperti antikolinergik dan anti diare.1

d. Obesitas

----Terdapat presdiposisi familial genetika pada obesitas, dan faktor

perkembangan awal ditemukan pada obesitas masa anak-anak. Faktor psikologis

adalah penting pada obesitas hipergrafik (makan berlebihan). Terapi yang

dianjurkan adalah pembatasan diet dan penurunan asupan kalori. Dukungan

emosional dan modifikasi perilaku adalah membantu untuk kecemasan dan

depresi yang berhubungan dengan makan berlebihan dan diet.1

Page 12: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

11

----Teknik behaviour modification bertujuan untuk mengubah kebiasaan makan,

salah satu programnya sebagai berikut:1,9

1. Dekripsi tingkah laku untuk mengidentifikasi unsur mana dalam tingkah

laku itu yang dapat diubah.

2. Pengendalian stimuli yang mendahului makan

3. Memperlambat proses makan

4. Menyediakan nilai untuk pengendalian yang berhasil

e. Anoreksia nervosa

----Anoreksia nervosa ditandai oleh perilaku yang diarahkan untuk

menghilangkan berat badan, pola aneh dalam menangani makanan, penurunan

berat badan, rasa takut yang kuat terhadap kenaikan berat badan, gangguan citra

tubuh, dan pada wanita amenore:1,10

4. Sistem muskuloskletal

a. Artritis rematoid

----Stres psikologis mungkin mempresdiposisikan pasien pada artritis rematoid

dan penyakit autoimun melalui supresi kekebalan. Orang artritik merasa

terkekang, terikat dan terbatas. Karena banyak orang artritik memiliki riwayat

aktivitas fisik. mereka seringkali memiliki rasa marah yang terepresi tentang

pembatasan fungsi otot-otot mereka, yang memperberat kekakuan dan imobilitas

mereka.1

----Kriteria diagnostik untuk rasa sakit psikosomatis adalah 11:

• Saat rasa sakit bersamaan dengan krisis emosional

• Kepribadian yang khusus

• Perbedaan frekuensi pada pria dan wanita

• Hubungan dengan gangguan psikosomatis yang lain

• Riwayat keluarga

• Hilang timbul

• Hilang pada perubahan lingkungan, pergaulan, kebudayaan

b. Nyeri punggung bawah

----Seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah melaporkan bahwa

nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres. Disamping itu reaksi pasien

Page 13: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

12

terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan kecemasan dan

depresi yang berlebihan.1

5. Sistem endokrin

a. Hipertiroidisme

----Hipertiroidisme (tirotoksikosis) adalah suatu sindroma yang ditandai oleh

perubahan biokimiawi dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari kelebihan

hormon tiroid endogen atau eksogen yang kronis.1

----Gejala medis yang sering muncul berupa intoleransi panas, keringat berleb

ihan, diare, penurunan berat badan, takikardi, palpitasi dan muntah.

----Gejala dan keluhan psikiatrik yang muncul antara lain ketegangan,

eksitabilitas, iritabilitas, bicara tertekan, insomnia, mengekspresikan rasa takut

yang berlebihan terhadap ancaman kematian. 1

b. Diabetes melitus

----Diabetes melitus adalah suatau gangguan metabolisme dan sistem vaskuler

yang dimanifestasikan oleh gangguan penanganan glukosa, lemak, dan protein

tubuh. Riwayat herediter dan keluarga sangat penting dalam onset diabetes. Onset

yang mendadak sering kali berhubungan dengan stres emosional yang

mengganggu keseimbangan homeostatik pasien yang terpredisposisi.1 Meninger

berpendapat bahwa ada hubungan antara psikoneurotik dengan diabetes, dengan

alasan:12

• Jelas adanya gangguan mental sebelum timbulnya penyakit diabetes

• Gangguan mental yang lain dari gejala mental yang timbul pada penyakit

hati atau hipoglikemi

• Penyembuhan gangguan mental pararel dengan keadaan kadar gula darah

• Gangguan metabolisme karbohidrat dan glukosuria membaik dengan diet

• Dengan sembuhnya gangguan mental, diabetes juga membaik

----Menurut Meninger ada 3 gangguan mental yang dijumpai pada diabetes:12

a. Depresi

b. Anxietas

c. Fatik (letih)

Page 14: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

13

c. Gangguan endokrin wanita

----Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood, rasa

kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus

menstruasi. Secara khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin

dihipotesiskan berperan penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera

setelah ovulasi, meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum

kira-kira lima hari sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan

biologis telah terlibat didalam patogenesis gangguan.1

----Penderitaan menopause (menopause distress), adalah suatu keadaan yang

terjadi setelah tidak adanya periode menstruasi selama satu tahun yang disebut

menopause. Banyak gejala psikologis yang dihubungkan dengan menopause,

termasuk kecemasan, kelelahan, ketegangan, labilitas emosional, mudah marah

(iritabilitas), depresi, pening, dan insomnia. Tanda dan gejala fisik adalah keringat

malam, muka kemerahan, dan kilatan panas (hot flash). keadaan ini kemungkinan

berhubungan dengan sekresi luteinizing hormone (LH). Fungsi yang tergantung

pada estrogen hilang secara berurutan, dan wanita mungkin mengalami perubahan

atrofik pada permukaan mukosa, disertai oleh vaginitis, pruritus, dispareunia, dan

stenosis.1

----Wanita mungkin juga mengalami perubahan dalam metabolisme kalsium dan

lemak, kemungkinan sebagai efek sekunder dari penurunan kadar estrogen, dan

perubahan tersebut mungkin disertai oleh sejumlah masalah medis yang terjadi

pada tahun-tahun pasca menopause, seperti osteoporosis dan aterosklerosis

koroner.1

----Keparahan gejala menopause tampaknya berhubungan dengan kecepatan

pemutusan hormon, jumlah deplesi hormon, kemampuan konstitusional wanita

untuk menahan proses ketuaan, kesehatan, dan tingkat aktivitas mereka, serta arti

psikologis ketuaan bagi mereka.1

----Kesulitan psikiatrik yang bermakna secara klinis dapat berkembang selama

siklus kehidupan fase involusional. Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan

psikologis, seperti harga diri yang rendah dan kepuasan hidup yang rendah,

kemungkinan rentan terhadap kesulitan selama menopause.1

Page 15: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

14

6. Gangguan kekebalan

a. Penyakit infeksi

----Penelitian klinis menyatakan bahwa variabel psikologis mempengaruhi

kecepatan pemulihan dari mononukleosis infeksius dan influensa. Stres dan

keadaan psikologis yang buruk menurunkan daya tahan terhadap tuberkulosis dan

mempengaruhi perjalanan penyakit. Dengan demikian perkembangan penyakit

sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis orang.1

b. Gangguan alergi

----Bukti klinis menyatakan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan

pencetus alergi. Asma bronkial adalah contoh utama proses patologis yang

melibatkan hipersensitifitas segera yang berhubungan dengan proses psikososial.1

c. Transplantasi organ

----Pengaruh psikososial seperti kehidupan yang penuh dengan stres, kecemasan

dan depresi mempengaruhi sistem kekebalan yang berperan dalam mekanisme

penolakan transpalantasi organ.1

7. Kanker

a. Masalah pasien

----Reaksi psikologis mereka adalah rasa takut akan kematian, cacat,

ketidakmampuan, rasa takut diterlantarkan dan kehilangan kemandirian, rasa takut

diputuskan dari hubungan, fungsi peran dan finansial, kecemasan, kemarahan, dan

rasa bersalah. Setengah dari pasien kanker menderita gangguan mental berupa

gangguan penyesuaian 68%, gangguan depresi berat 13% dan delirium 8%. Pada

pasien kanker sering ditemukan pikiran dan keinginan bunuh diri.1

b. Masalah yang berkaitan dengan pengobatan1

- Terapi radiasi

----Efek samping terapi radiasi adalah ensefalopati yang berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial.

- Kemoterapi

----Efek samping kemoterapi berupa mual dan muntah

- Rasa sakit

Page 16: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

15

----Pasien kanker dengan rasa sakit memiliki insidensi depresi dan kecemasan

yang lebih tinggi dibanding mereka yang tanpa rasa sakit.

c. Masalah keluarga

----Kecemasan dan depresi dalam anggota keluarga memerlukan intervensi yang

aktif. Keluarga harus memberikan pelayanan untuk pasien.

8. Gangguan kulit

a. Pruritus menyeluruh

----Pruritus psikogenik menyeluruh adalah tidak ada penyebab organik .

kemarahan yang terekspresi dan kecemasan yang terekspresi merupakan penyebab

paling sering, karena secara disadari atau tidak mereka menggaruk dirinya sendiri

secara kasar.1

b. Pruritus setempat

• Pruritus ani

• Pruritus vulva

c. Hiperhidrosis

----Hiperhidrosis dipandang sebagai fenomena kecemasan yang diperantarai oleh

sistem saraf otonom. Ketakutan, kemarahan dan ketegangan dapat menyebabkan

meningkatnya sekresi keringat, karena manusia memiliki 2 mekanisme

berkeringat yaitu termal dan emosional. Berkeringat emosional terutama tampak

pada telapak tangan, telapak kaki dan aksila. Berkeringat termal paling jelas pada

dahi, leher, punggung tangan dan lengan bawah.1

9. Nyeri kepala

a. Migren

----Migren adalah ganguan paroksismal yang ditandai oleh nyeri kepala rekuren,

dengan atau tanpa gangguan visual dan gastrointestinal. 2/3 pasien memiliki

riwayat gangguan yang sama. Kepribadian obsesional yang jelas terkendali dan

perfeksionistik, yang menekan marah, dan yang secara genetik berpresdisposisi

pada migren mungkin menderita nyeri kepala tersebut1 Mekanisme terjadinya

migren psikosomatis berupa:13

• vasospasme arteri serebri

Page 17: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

16

• distensi arteri karotis eksterna

• edema dinding arteri

----Pada periode prodromal migren paling baik diobati dengan Ergotamine,

Tartrate (Cafergot), dan analgetik. Psikoterapi bermanfaat untuk menghilangkan

efek konflik dan stres.1

b. Tension ( kontraksi otot)

----Terjadi pada 80% populasi selama perode stres emosional. Kepribadian tipe A

yang tegang, berjuang keras dan kompetitif peka terhadap gangguan ini. Stres

emosional sering kali disertai kontraksi otot kepala dan leher yang lama melebihi

beberapa jam dapat menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia.1

----Gejalanya berupa nyeri tumpul dan berdenyut dimulai pada sub ocipitalis yang

menyebar keseluruh kepala. Kulit kepala nyeri terhadap sentuhan, biasanya

bilateral dan tidak disertai gejala prodromal seperti mual dan muntah. Onset

cenderung pada sore dan malam hari. Pada stadium awal dapat diberikan anti

ansietas, pelemas otot dan pemijatan atau aplikasi panas pada kepala dan leher.

Jika terdapat depresi yang mendasari anti depresan perlu diberikan. Jika kronis

psikoterapi merupakan terapi pilihan.1

Pemeriksaan

----Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak

didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan

dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah

menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan

gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada

pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:4

1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran

ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga

dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.

2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam

hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.

3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah

sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.

Page 18: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

17

4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu

penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.

----Quirido membagi cara pemeriksaan dalam 3 lapangan2 :

a. Lapangan psikis

b. Lapangan sosial

c. Lapangan somatis

----Yang ditujukan pada lapangan kejiwaan dinamakan psikoterapi indentik. Yang

ditujukan pada lapangan sosial dan somatik disebut psikoterapi non identik, yang

terdiri dari pemeriksaan fisik, mengobati kelainan fisik dengan obat, memperbaiki

kondisi sosial ekonomi, lingkungan, kebiasaan hidup sehat.

----

Diagnosis

----Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi

3 golongan, yaitu:4

1. terdapat keluhan tentang fisik, akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan

kelainan organik yang dapat menyebabkan keluhan tersebut

2. terdapat kelainan organik tetapi yang primer yang menyebabkannya adalah

faktor psikologis

3. terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala lain yang timbul

bukan sebab penyakit organik itu, akan tetapi karena faktor psikologis.

Faktor psikologis ini mungkin timbul akibat penyakit organik seperti

kecemasan.

----Lewis memberikan beberapa kriteria khusus untuk diagnosis gangguan

psikosomatis yaitu:4

1. Gejala-gejala yang didapat mempunyai permulaan, akibat, manifestasi dan

jalannya yang sangat mencurigakan akan adanya gangguan psikosomatik.

2. Dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan penyakit

organik yang dapat menyebabkan gejala-gejala.

3. Adanya suatu stres atau konflik yang menyulitkan penderita.

4. Reaksi penderita terhadap stres ini banyak hubungannya dengan gejala-

gejala yang dikeluhkannya, yaitu bahwa gejala-gejala itu secara

Page 19: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

18

psikosomatik merupakan manifestasi fisik dari konflik atau penyelesaian

masalah yang tidak memuaskan.

5. Terjadinya stres harus memiliki korelasi antara waktu dan timbulnya

keluhan, bertambah beratnya penyakit yang ada.

----Untuk diagnosis perlu dievaluasi faktor-faktor sebagai berikut:4

• Komponen organik versus komponen nonorganik.

• Komponen fungsional nonpsikogenik versus psikogenik.

• Dasar kestabilan emosi (kepribadian premorbid dan predisposisi).

• Stres yang menimbulkan gejala-gejala.

• Beratnya gangguan fisik atau psikologik.

----

Pengobatan

----Di Amerika Serikat 1/3 penderita yang datang berobat pada dokter umum tidak

mempunyai gangguan organik, 1/3 yang lain mempunyai gangguan organik tetapi

keluhannya berlebihan.4

----Dengan kesabaran dan simpati banyak penderita dengan gangguan

psikosomatik dapat ditolong. Kita dapat menerangkan kepada penderita tidak

dapat sesuatu dalam tubuhnya yang rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi

dan kanker, hanya anggota tubuhnya bekerja tidak teratur. Untuk menerangkan

bagaimana emosi dapat mengganggu tubuh dapat diambil contoh sehari-hari

seperti orang yang malu mukanya akan menjadi merah, orang yang takut menjadi

bergemetar dan pucat. Dapat dipakai perumpamaan menurut pendidikan dan

pengetahuan penderita.4

----Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi yaitu:4

Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter

bersama-sama berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik,

pemeriksaan fisik yang teliti dan tes laboratorium bila perlu. Diusahakan

membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit organik dan dijelaskan kepada

penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan tentang gejala-gejala.

Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.

Page 20: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

19

Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk

memberi keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien,

dapat dikatakan antara lain :

• bahwa gejala-gejalanya benar ada, dapat dimengerti kalau ia mengeluh dan

menderita

• bahwa gejala-gejalanya sering terdapat juga pada orang lain yang sudah

kita obati

• bahwa tidak ada kanker atau penyakit berbahaya lain

• bahwa gejala-gejala itu timbul karena ketegangan sehari-hari dan

gangguan emosional

• bahwa gejala itu tidak akan segera hilang, diperlukan beberapa waktu,

tetapi akan hilang atau berkurang bila diobati dengan baik

• bahwa kita semua mengalami ketegangan, kekecewaan, godaan dan

kecemasan

• bahwa kelelahan fisik atau jiwa dapat mengurangi daya tahan tubuh

sehingga timbul gejala

• bahwa kita apabila terlalu terburu-buru akan timbul ketegangan jiwa

• bahwa tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan yang terlalu berat. Sering

gejala merupakan pekerjaan alat tubuh yang bekerja berlebihan

• bahwa ini akan lebih baik bila pasien mengerti akan penyebab gejala.

Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang

lebih banyak bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini

harus berjalan sangat pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana

penuh kepercayaaan dan pengertian. Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan

berjalan dengan baik, tidak terlalu menyimpang dari pokok pembicaraan.

Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka:14

1. Obat tidur (hipnotik)

----Diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan

adalah senyawa benzodiazepine berkhasiat pendek seperti nitrazepam,

flurazepam, dan triazolam. Pada insomnia dengan kegelisahan dapat diberikan

senyawa fenotiazin seperti tioridazin, prometazin.

Page 21: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

20

2. Obat penenang minor dan mayor

- obat penenang minor

----diazepam merupakan obat yang efektif yang dapat digunakan pada anxietas,

agitasi, spasme otot, delirium, epilepsi. Benzodiazepine hanya diberikan pada

anxietas hebat maksimal 2 bulan.

- obat penenang mayor

----Yang paling sering digunakan adalah senyawa fenotiazin dan butirofenon

seperti clorpromazin, tioridazin dan haloperidol.

3. Antidepresan

----yang dianjurkan adalah senyawa trisiklik dan tetrasiklik seperti amitriptilin,

imipramin, mianserin dan maprotilin yang dimulai dengan dosis kecil yang

kemudian ditingkatkan.

----

----

Page 22: A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina

Rupa Aksara. Jakarta.1997: 276-303

2. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam

jilid II, FK UI Jakarta 1999: 591-592

3. Mansyur A, dkk. Gangguan Psikosomatis. Dalam : Kapita Selekta

Kedokteran. Media Aesculapius FK UI 1999:228-231

4. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.

Surabaya 1980:339-371

5. Budihalim S, Mudjadid. Kedokteran Psikosamatis. Dalam : buku ajar Ilmu

Penyakit Dalam jilid II edisi IV. FK UI Jakarta 2006: 903-08

6. Sukatman D, Budihalim S, Biran S.I. Aspek Psikosomatis Gangguan

Pernafasan. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta

1999:614-20

7. Budihalim S, Sukatman D. Sindrom Fungsional pada traktus digestivus.

Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 623

8. Budihalim S, Aspek psikosomatis ulkus peptik. Dalam : Ilmu Penyakit

Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 628-29

9. Arsyad Z, Syahbuddin S. Aspek psikosomatis obesitas. Dalam : Ilmu

Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 657-58

10. Nasution H.N. Anoreksia nervosa. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II,

FK UI Jakarta 1999: 659-60

11. Sukatman D, Budihalim S, Aspek Psikosomatis penyakit reumatik. Dalam

: Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 648- 49

12. Kadri. Aspek psikosomatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI

Jakarta 1999: 665-66

13. Asdie A.H. Dahlan P. Migren dan sakit kepala. Dalam : Ilmu Penyakit

Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 652

14. Budihalim S, Sukatman D. Psikofarmaka dan Psikosamatik. Dalam : Ilmu

Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 602-03

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk