BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: … · terlihat pula unsur-unsur teologi dalam sastra....
Embed Size (px)
Transcript of BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: … · terlihat pula unsur-unsur teologi dalam sastra....

BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM:
MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS
DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE
MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Theresia Bekti Lestari
NIM: 091124047
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i
BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM:
MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS
DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE
MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Theresia Bekti Lestari
NIM: 091124047
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kebahagiaan, saya persembahkan skripsi ini kepada Yesus,
keluarga, dan kampusku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
MOTTO
“Baik dan Jahat bertarung di hati mereka, sama seperti di dalam setiap jiwa yang
ada di muka bumi ini. Tak ada perbedaan dalam hal ini. Semua hanya masalah
pengendalian diri. Dan pilihan. Tidak kurang, tidak lebih.”
(Paulo Coelho, Iblis dan Miss Prym)
“Urip iku urup”
(Semar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis, 30 Juli 2015
Theresia Bekti Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya, mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Theresia Bekti Lestari
NIM : 091124047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: BELAJAR DARI
NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN
YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED
CHRISTIAN PRAXIS (SCP) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, membentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin maupun memberikan
royalti, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikianlah, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 2 Juli 2015
Yang menyatakan,
Theresia Bekti Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul BELAJAR DARI NOVEL “THE DEVIL AND
MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN
APLIKASINYA DALAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN
PRAXIS (SCP). Skripsi ini ditulis berdasarkan fakta bahwa ritus korban
merupakan bagian dari masyarakat. Ritus korban muncul dalam banyak hal, di
antaranya adalah dalam karya sastra.
Penulis mengulas teori tentang fiksi sebagai salah satu bentuk karya
sastra. Novel merupakan salah satu karya sastra fiksi. Penulis menggunakan novel
“The Devil and Miss Prym” sebagai sumber data utama dalam penulisan skripsi
ini. Penulis mencoba mengaitkan konflik tentang korban dan pengorbanan dalam
novel ini dengan kisah tentang pengorbanan Yesus. Dengan demikian, akan
terlihat pula unsur-unsur teologi dalam sastra.
Fokus utama dalam skripsi ini adalah menemukan makna teologi tentang
pengorbanan Yesus yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym”.
Oleh karena itu, penulis menggunakan metodologi penelitian sastra dengan teknik
analisis hermeneutika Paul Ricoeur. Metode hermeneutika digunakan untuk
menemukan makna yang paling optimal dalam karya sastra dengan bantuan
beberapa teori sebagai batas-batas proses analisis. Teknik analisis hermeneutika
bergerak dalam tiga langkah kerja, yaitu langkah objektif (analisis unsur-unsur
pembangun karya sastra), langkah reflektif (menghubungkan dunia objektif teks
dengan dunia yang diacu), kemudian langkah filosofis (pemahaman pada tingkat
keberadaan makna).
Proses analisis bergerak dengan tokoh pastor sebagai sampelnya. Dalam
langkah objektif, penulis menemukan karakter pastor yang taat, cerdas, namun
sombong. Pastor ingin memperlihatkan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan yang
baik dengan berbuat jahat. Pada langkah reflektif, penulis menemukan bahwa
Berta merupakan korban dari hasrat segitiga yang muncul dalam diri pastor.
Sedangkan dalam langkah filosofis penulis menemukan keterkaitan antara korban
dalam novel dengan kisah pengorbanan Yesus. Korban dalam novel dimaknai
sebagai kambing hitam seperti Yesus yang menjadi korban pembunuhan para
pemimpin agama Yahudi. Dengan demikian, segi historis pengorbanan Yesus
menjadi makna yang terkandung dalam novel.
Penemuan makna dalam proses analisis novel ini selanjutnya digunakan
sebagai bahan dalam proses katekese model Shared Christian Praxis (SCP).Teks
sinopsis novel digunakan sebagai sarana untuk membantu umat mengungkapkan
pengalaman hidupnya. Dengan SCP ini, umat diharapkan semakin mendalami
makna pengorbanan Yesus dan mampu melakukan tindakan pengorbanan sejati
yang membawa perdamaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
ABSTRACT
This small thesis title is LEARNING FROM THE NOVEL “THE DEVIL
AND MISS PRYM: INTERPRET JESUS’ SACRIFICE AND ITS
APPLICATION IN CATECHESIS MODEL OF SHARED CHRISTIAN
PRAXIS (SCP). This small thesis was written based on the fact that the sacrifice
rites were part of the community. The sacrifice rites appears in many ways,
among which is the literary work.
The writer reviewed the theory of fiction as a form of literary work. The
novel is one of the literary works of fiction. The writer uses the novel “The Devil
and Miss Prym” as the primary data source in writing this small thesis. The writer
tried to link the conflict on victims and sacrifices in this novel with the story of
Jesus’ sacrifice. Thus, it will be seen also elements of theology in the literature.
The main focus of this small thesis is to find the meaning of the theology
of the Jesus’ sacrifice which is contained in the novel “The Devil and Miss Prym”.
Therefore, the writer uses literature research methodology with analysis
techniques of Paul Ricoeur’s hermeneutic. Hermeneutical method is used to find
the most optimal meaning in literature with the help of several theories as the
boundaries of the analysis process. Hermeneutics analysis technique has three
working steps, namely objective measures (analysis of elements of the literature),
reflective step (linking the objective world with the world of the text referred to),
then the philosophical step (understanding the meaning).
The analysis process took the priest as the sample figure. In objective
measures, the writer found that the priest character was devout, intelligent, but
arrogant. The priest wanted to show that he was a servant of God who was good
by evil doing. In reflective step, the writer found that Berta was the victim of the
triangular desire that arose in a priest. While the philosophical step, the writer
found a link between the victims in the novel with the story of Jesus’ sacrifice.
The victim in the novel was interpreted as a scapegoat as Jesus being the victim of
the murder of the Jewish religious leaders. Thus, the historical sacrifice of Jesus in
was found its meaning in the novel.
The discovery of the meaning in the process of further analysis of this
novel was used as a component part in the process of catechesis model of Shared
Christian Praxis (SCP). Text synopsis of the novel was used as a means to help
the faithful expressing their life experiences. With the SCP, the faithful are
expected to further deepen the meaning of Jesus’ sacrifice and to be able to do
true sacrificial act that brings peace.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI
PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE
MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP).
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menemui banyak hal yang
mendukung maupun yang membuat tersendatnya penulisan. Pergulatan dari dalam
diri maupun faktor-faktor dari luar diri membuat penulis semakin tangguh.
Pengalaman suka yang penulis dapatkan adalah adanya kesesuaian yang penulis
temukan antara teori yang terdapat dalam skripsi ini dengan realitas yang penulis
alami secara pribadi. Sedangkan pengalaman duka yang penulis alami adalah
pengalaman ketika penulis sempat kehilangan semangat selama proses penulisan
skripsi ini. Berbagai pengalaman suka duka tersebut membawa pengaruh besar
bagi perkembangan kepribadian maupun spiritualitas penulis.
Dengan segala suka duka yang penulis alami, penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. B.A. Rukiyanto S.J., sebagai dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bantuan, perhatian, kesabaran, waktu, dan masukan serta kritik
yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi
2. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik, dosen
penguji II yang membantu penelitian dan yang selalu memberikan semangat,
masukan, dan kritikan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi serta
selama menjalani kuliah di Prodi IPPAK.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji ke III yang telah
banyak membantu dan memberikan dukungan semangat bagi penulis dalam
perjalanan kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK-USD yang
telah mendukung dan memberi kesempatan kepada penulis untuk
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
5. Keluarga Menur 100, terutama Bapak Agus Karno, yang telah memberikan
bantuan dalam bentuk doa dan finansial bagi penulis hingga penulis
mendapatkan kesempatan untuk kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Agus, Mas Anka,
Mbak Tasya, Mas Ringgo, Marcellos, Maura, Mbak Ika Mendez, Christo,
Mbak Diah, Mbak Ari, Puri, Kak Corry, Eni, Clara, Mbak Tris.
6. Keluargaku tercinta, bapak, mamak, mas Frans, mas Handi, mbok Ichi, buk
Erla, kak Asep, Hendy, Donny, Rere, tante Pri, bapak Marno dan mamak,
mbak Tutik, mbak Dwik, bang Pitua, El, mas Agus, mbak Rina, Sr. Marlisa,
CB., Sr. Liani, CB., yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan
kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii
7. Sahabat tercinta, Clement Wahyu Yuliono, yang selalu menginspirasi,
menemani, mengingatkan, menyemangati dan mendampingi penulis selama
kuliah dan proses penulisan skripsi ini.
8. Segenap Staff Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa Prodi IPPAK, Universitas
Sanata Dharma yang telah mendidik, membimbing, serta mendukung penulis
selama belajar sampai selesainya skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2009 yang telah memberi perhatian dan dukungan
dalam semangat perjuangan dan persahabatan selama kuliah dan proses
penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Terutama untuk Oom Alex Guruh,
Marga, Dhanie, Lia dan Sisca.
10. Para sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dengan
caranya masing-masing.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima
segala kritikan dan saran yang membangun, sehingga dapat menerima skripsi ini
dengan senang hati. Penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat dan
inspirasi bagi pembaca.
Yogyakarta, 2 Juli 2015
Penulis
Theresia Bekti Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
MOTTO .................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II. KAJIAN TEORI ....................................................................... 11
A. Fiksi ............................................................................................ 11
Novel .......................................................................................... 12
Bentuk Percakapan dalam Novel ............................................... 14
1. Narasi dan Dialog .................................................................. 14
2. Unsur Pragmatik dalam Percakapan ...................................... 15
3. Tindak Ujar ............................................................................ 15
B. Kajian Fiksi ................................................................................. 17
1. Kajian Struktural dan Postruktural ......................................... 17
Tokoh dan Penokohan ............................................................ 18
2. Kajian Semiotik ...................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv
3. Kajian Intertekstual ................................................................ 21
C. Teologi ........................................................................................ 22
1. Teologi Kristiani .................................................................... 24
2. Teologi dalam Sastra ............................................................. 26
3. Kurban dalam Pandangan Teologi Kristiani ......................... 27
D. Kristologi .................................................................................... 31
Yesus .......................................................................................... 31
1. Sejarah Yesus ........................................................................ 35
2. Yesus sebagai Manusia ......................................................... 41
3. Yesus yang Ilahi .................................................................... 44
4. Pengorbanan Yesus ................................................................ 46
a. Alasan secara Historis ................................................... 46
b. Alasan secara Ilahi ........................................................ 48
c. Makna Pengorbanan Yesus ........................................... 49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 51
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 51
B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 52
C. Manfaat Penelitian ...................................................................... 52
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 52
1. Data ........................................................................................ 52
a. Sumber Data Primer .......................................................... 53
b. Sumber Data Sekunder ...................................................... 53
2. Pendekatan ............................................................................. 53
3. Populasi .................................................................................. 53
4. Sampel .................................................................................... 54
5. Metode Penelitian ................................................................... 54
E. Landasan Teori ........................................................................... 55
1. Teori Hermeneutika ............................................................... 55
a. Pemikiran Ricoeur: dari simbol ke teks ............................ 57
b. Appropriasi ....................................................................... 59
2. Teori Hasrat Segitiga dan Teori Kambing Hitam .................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv
a. Teori Hasrat Segitiga ......................................................... 60
b. Teori Kambing Hitam ....................................................... 65
F. Teknik Analisis ........................................................................... 66
1. Langkah Objektif ………………………………………….. 67
2. Langkah Reflektif …………………………………………. 67
3. Langkah Filosofis …………………………………………. 67
BAB IV: ANALISIS NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM”
DENGAN TEKNIK ANALISIS HERMENEUTIKA DAN CONTOH
PERSIAPAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
(SCP) SEBAGAI BENTUK APLIKASI.................................................
68
A. Analisis Novel “The Devil and Miss Prym” dengan Teknik
Analisis Hermeneutika ................................................................
68
1. Langkah Objektif .................................................................... 68
2. Langkah Reflektif ................................................................... 77
3. Langkah Filosofis ................................................................... 85
B. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis
(SCP) sebagai Bentuk Aplikasi....................................................
94
1. Latar Belakang Contoh Persiapan Katekese .......................... 95
2. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ..................................... 96
3. Contoh Persiapan Katekese .................................................. 97
BAB V: PENUTUP ................................................................................ 109
A. Kesimpulan ................................................................................. 109
B. Saran ........................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 113
LAMPIRAN ............................................................................................ 115
Lampiran 1: Sinopsis Novel “The Devil and Miss Prym” .............. (1)
Lampiran 2 : Kutipan Sisnopsis sebagai Bahan SCP ...................... (15)
Lampiran 3 : Teks Kitab Suci .......................................................... (16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup manusia tidak akan pernah bisa lepas dari sejarah. Sejarah dalam
setiap aspek hidup manusia memiliki peranan yang penting dalam
perkembangan hidup manusia itu sendiri. Baik dari segi ilmu, pengetahuan,
kebudayaan, cara hidup, maupun pola pikir. Manusia hidup dari apa yang ada di
masa lalu. Dengan mengikutinya mentah-mentah ataupun mengubahnya ke arah
yang menurut mereka mungkin akan lebih baik hasilnya. Namun pada dasarnya,
sejarah merupakan suatu pengalaman yang bersifat pribadi yang mempunyai
konteks dalam kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama, terdapat hal-hal
yang memiliki peranan besar yang berhubungan dengan pengalaman religius
asali. Hal-hal tersebut bersifat verbal, yakni mitos dan sesuatu yang dikerjakan
bersama dalam suatu upacara, yakni ritus korban (Banawiratma, 1986: 44).
Sejarah pula yang membawa manusia pada suatu ritus atau upacara
tertentu yang menjadikannya hal penting dalam keselamatan umat manusia.
Salah satu diantaranya adalah upacara korban. Dalam bukunya, JB.
Banawiratma (1986: 48) mendeskripsikan bahwa upacara korban merupakan
peristiwa pengosongan kekerasan secara kolektif, sehingga masyarakat
mengalami hidup yang damai dan selamat.
Dengan dasar itu tentu dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa korban atau
pengorbanan memang perlu dilakukan. Dengan alasan untuk mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2
keselamatan yang bersifat universal. Beberapa contoh bentuk upacara korban
atau pengorbanan dapat dilihat dalam banyak hal. Salah satunya adalah upacara
korban yang terjadi di Flores, Indonesia. Di kecamatan Soa dan Kecamatan
Riung, Kabupaten Ngadha, Flores, masih ada upacara korban yang telah lama
dilaksanakan hingga saat ini. Upacara korban itu desebut para atau sese. Para
atau sese merupakan upacara upacara yang khas di daerah-daerah ini. Oleh
karena itu, banyak di setiap pelaksanaannya banyak orang yang datang untuk
mengikuti upacara korban tersebut. Upacara korban ini sebenarnya merupakan
perayaan syukur atas keberhasilan seseorang atau atas hasil panen yang didapat
warga kampung. Karena itu, perayaan ini dilasanakan setelah panen
(Banawiratma, 1986: 47).
Halaman rumah diberi pagar sebagai pembatas antara rumah dan
halaman kampung. Pagar ini dibuat sedemikian rupa hingga kuat untuk menahan
amukan kerbau. Dalam perayaan ini, kerbaulah yang digunakan sebagai
“korban”. Tetua Adat dan pemimpin upacara menempati tempat khusus di
halaman. Satu persatu kerbau yang dijadikan korban dibawa oleh setiap orang ke
hadapan ketua adat dan pemimpin upacara. Pemimpin upacara akan
menyampaikan ujud pemilik kerbau tanpa lupa menyebutkan “demi
kesejahteraan masyarakat kampung; permohonan ampun dan maaf untuk semua
tindakan masyarakat kampung (Banawiratma, 1986: 47).
Setelah pembacaan ujud selesai, kemudian dahi kerbau itu dilempari
dengan sebutir telur. Tali yang mengikat kerbau pun dilepaskan sehingga kerbau
bebas. Sorak sorai dari orang-orang yang di sana, juga suara gong dan gendang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3
terus digemakan untuk merangsang amarah kerbau agar kerbau itu mengamuk.
Para lelaki yang merasa dirinya cukup berani memiliki kesempatan untuk
melukai kerbau. Meski begitu, para lelaki ini dilarang keras untuk membunuh
kerbau. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh luka ditubuh kerbau itu membuat
kerbau semakin mengamuk dan mengejar orang-orang yang berkeliling ditengah
halaman kampung. Lambat laun kerbau akan rebah karena kehabisan darah dan
rasa sakit yang dideritanya. Kerbau yang telah roboh tetap dibiarakan seperti itu
sampai seluruh kerbau yang dikorbankan selesai dipotong (Banawiratma, 1986:
48).
Inti dari upacara ini adalah pembersihan kampung dan seluruh isi nya
dengan binatang korban. Dengan korban ini diharapkan warga kampung akan
mendapatkan panen yang baik, hewan peliharaan terhindar dari wabah,
kesejahteraan warga kampung dan tentunya keselamatan (Banawiratma, 1986:
48).
Selain korban hewan, sepertinya terjadi pula korban manusia. Dalam
bukunya, Banawiratma (1986: 50) mengutip tulisan Rachmat Subagya tentang
korban manusia pada zaman kuno. Dalam perang Brotoyudo, akan dipilih
seorang korban untuk disembelih sebelum perang agar memperoleh kemenangan.
Dalam Babad Tanah Jawi (±1750) diberitakan tentang korban manusia untuk
Roh Bumi yang bahurekso atau disebut dengan wadal. Ada pula nama-nama lain
(selain wadal yang digunakan untuk merajuk kea rah korban manusia, yakni
tawur, bebanten, tumbal dan landhesan. Di Sulawesi Tengah, anak-anak bangsa
To Seko, tandasong ada pula korban manusia di sana. Sebelum ia dibunuh, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4
diantar untuk keliling di seluruh daerah dengan alasan agar daya hidupnya
menguntungkan seluruh daerah itu. Pada puncak perayaan akhirnya ia dibunuh
untuk memancarkan daya hidupnya.
Banjir lahar menimpa desa-desa di sekitar lereng merapi pada tahun
1929. Dan untuk menentramkan kemarahan Kyai Semar, keempat lurah dari
desa-desa yang dilanda banjir itu melemparkan diri mereka ke dalam kawah
merapi. Tahun 1972, pipa minyak bawah tanah dipasang dari Cilacap sampai
Yogyakarta. Dan untuk hasil yang baik dari pembangunan itu, orang-orang
memiliki keyakinan bahwa di Kedu Selatan seorang anak telah diculik untuk
dijadikan korban persembahan (tumbal) (Banawiratma, 1986: 51-52).
Korban, ternyata tak hanya terjadi dalam dunia nyata saja. Dalam novel
“The Devil and Miss Prym” karya Paulo Coelho yang penulis baca, juga memuat
kisah tentang korban. Dikisahkan bahwa seorang musafir yang mengaku
bernama Carlos datang ke sebuah desa yang damai dan terpencil bernama
Viscos. Kedatangan Carlos ke Viscos tak hanya sekedar untuk berlibur. Ia
memiliki misinya sendiri, yakni untuk menemukan jawaban atas pergulatan
hidupnya tentang sisi hidup atau jati diri manusia, yaitu “baik” atau “jahat”.
Dengan membawa 11 batang emas, ia mempertaruhkan segalanya untuk
menemukan jawaban atas pergulatannya itu. Ia menanam 1 batang emas di satu
tempat, dan 10 batang emas di tempat lainnya. Carlos memanfaatkan seorang
gadis termuda di desa itu, Chantal Prym untuk melaksanakan misinya dengan
imbalan 1 batang emas yang ia tanam. Carlos meminta Chantal untuk
memberitahukan kepada penduduk desa yang berjumlah 281 orang itu, bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5
ada 10 batang emas di gunung. Semua emas itu akan menjadi milik penduduk
jika dalam waktu 1 minggu ada serang penduduk yang meninggal sebagai
korban. Dengan emas 10 batang yang masing-masing beratnya sekitar dua
kilogram, tentu dapat menjamin kesejahteraan penduduk Viscos. Selain itu juga
dapat menjadikan desa yang telah dianggap tidak memiliki masa depan itu
berkesempatan mengembangkan dirinya dari berbagai aspek. Baik dari segi
kehidupan, pertaniannya maupun pariwisata.
Pertanyaan besar bagi penduduk adalah siapakah yang hendak
dikorbankan ? Apakah Chantal Prym, gadis yang telah membawakan kabar
mengenai keberadaan emas itu? Ataukah Berta, orang paling tua di Vicos yang
dianggap penduduk sebagai seorang penyihir? Ataukah Pastor, yang memiliki
keyakinan bahwa mengorbankan satu orang dapat menyelamatkan banyak
orang? Ataukah emas itu dibiarkan tetap pada tempatnya hingga batas waktu
yang ditentukan tanpa seorangpun yang dikorbankan, dan itu artinya emas itu
tetap menjadi milik pria asing? Selama berhari-hari penduduk mengadakan
pertemuan untuk menemukan hal terbaik yang dapat mereka pilih dan lakukan
demi kepentingan bersama (Coelho, 2005: 15-179).
Dalam sejarah keselamatan Kristiani, umat tentu menyakini akan
Pengorbanan Yesus. Ia yang rela wafat di kayu salib untuk menebus dosa
manusia. Yesus menjadi kurban kebencian dan permusuhan para pemimpin
agama Yahudi. Atas nama hukum Allah, Yesus disingkirkan. Yesus dianggap
berbahaya bagi kedudukan dan kuasa para pemimpin agama Yahudi karena
pewartaan yang dilakukan-Nya (KWI, 2012: 274).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6
Dari berbagai contoh di atas, baik tentang upacara korban, maupun
“korban” yang diceritakan dalam novel “The Devil and Miss Prym”, dapat
dilihat bahwa pada dasarnya pengorbanan itu dilakukan untuk mendapatkan
keselamatan universal. Namun ada beberapa fakta lain yang tidak dapat
terpisahkan dari beberapa contoh di atas, yakni tentang kekerasan. Pengorbanan
tidak lepas dari kekerasan entah fisik maupun mental juga dalam beberapa hal
dapat dilihat pula unsur ketidakadilan.
Pada kenyataannya, hidup bersama dalam masyarakat memang memiliki
hubungan dengan mitos dan upacara korban. Kekerasan yang terkandung dalam
upacara korban sengaja ditutupi bahkan dilaksanakan secara kolektif untuk
memenuhi kepuasan masyarakat akan kehidupan yang damai dan selamat. Tidak
jarang pula pada akhirnya muncul tokoh yang disebut sebagai “kambing hitam”
dalam upacara korban.
Baik apa yang dilakukan pastor dalam kisah “The Devil and Miss Prym”,
maupun kisah pengorbanan Yesus, satu hal yang terlihat di sana adalah adanya
mekanisme kambing hitam. Mekanisme kambing hitam ini tak hanya menandai
religi-religi dan kebudayaan-kebudayaan sederhana, namun tetap terjadi sampai
saat ini. Sayangnya mekanisme ini dapat disembunyikan. Dalam kehidupan
bermasyarakat modern, praktek mekanisme kambing hitam yang akhirnya
menuju kepada upacara korban memang tampak masih ada. Misalnya dalam
kekuasaan yang sewenang-wenang (Banawiratma, 1986: 52-53)
Menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penulis bahwa menemukan
makna pengorbanan Yesus dalam suatu novel adalah suatu hal yang mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7
terjadi. Bagi penulis, novel memiliki jiwanya tersendiri. Di balik kemelut para
tokoh yang memainkan perannya masing-masing, pengarang memberikan suatu
gambaran yang luar biasa mengenai jiwa yang dimiliki novel itu. Novel karya
Paolo Coelho yang berjudul “The Devil and Miss Prym” memberikan daya tarik
tersendiri bagi penulis. Alur cerita yang jelas dan pergulatan batin dari setiap
tokoh di dalamnya memberikan inspirasi nyata bagi penulis untuk menemukan
makna pengorbanan. Untuk menanggapi hal ini, penulis akan menggali makna
pengorbanan dari novel karya Paolo Coelho yang berjudul “The Devil and Miss
Prym” menggunakan sudut pandang teologi. Penulis juga menjabarkan contoh
program katekese yang relevan bagi umat katolik melalui katekese model
Shared Christian Praxis (SCP). Untuk itu penulis memilih judul untuk skripsi
ini: BELAJAR DARI NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM”:
MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI
KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana memaknai nilai pengorbanan yang terkandung dalam novel “The
Devil and Miss Prym” secara teologis?
2. Bagaimana sebuah karya sastra diaplikasikan dalam berkatekese?
C. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8
1. Dapat mengungkapkan makna tentang pengorbanan yang terkandung dalam
novel The Devil and Miss Prym dari sudut pandang teologi.
2. Memaparkan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai bentuk
pengaplikasian sebuah karya sastra.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Dari segi akademis, penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan
pembaca untuk dapat menemukan makna pengorbanan yang terdapat dalam
novel karya Paolo Coellho, “The Devil and Miss Prym”. Skripsi ini juga
memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang teologi dalam sastra.
2. Dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi
sehubungan dengan pengorbanan Yesus dan memberikan gambaran bahwa
suatu karya fiksi seperti novel dapat membantu umat menjadi sarana praktis
untuk mendalami makna pengorbanan. Selain itu, penulisan skripsi ini juga
dapat memberikan gambaran bahwa katekese model Shared Christian Praxis
(SCP) dapat digunakan sebagai aplikasi praktis dengan sumber bahan sebuah
karya sastra.
3. Dari segi penulis, penulisan skripsi ini dapat menemukan ilham dan inspirasi
sebagai calon katekis untuk memaknai secara sungguh-sungguh dan
mendalam tentang pengorbanan Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9
E. Sistematika Penulisan
Judul skripsi yang dipilih adalah “Belajar dari Novel “The Devil and
Miss Prym”: Memaknai Pengorbanan Yesus dan Aplikasinya Melalui Katekese
Model Shared Christian Praxis (SCP). Penulis akan menguraikan judul ini
dalam 4 bab.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan,
perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II : Kajian Teori
Dalam bab dua ini penulis akan memaparkan teori-teori tentang novel, kajian
fiksi dan teologi dalam sastra. Penulis juga akan memaparkan teori tentang
korban, Yesus dan Pengorbanan Yesus.
Bab III : Metodologi Penelitian
Dalam bab tiga ini penulis akan memaparkan metodologi penelitian untuk
menemukan makna yang terkandung dalam novel The Devil and Miss Prym.
Bab IV: Analisis Novel “The Devil and Miss Prym” dan Contoh Persiapan
Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Bentuk Aplikasi
Dalam bab empat ini penulis akan memaparkan hasil kajian analisis atas novel
berdasarkan metodologi penelitian pada Bab III dan kajian teori dalam Bab II
untuk menemukan makna pengorbanan. Selain itu, penulis juga akan
memaparkan contoh aplikasi katekese model Shared Christian Praxis
berdasarkan analisis novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10
Bab V : Penutup
Dalam bab ini penulis akan menutup penulisan skripsi ini dengan membuat
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan teori-teori tentang fiksi, novel, kajian fiksi dan
teologi dalam sastra. Penulis juga akan memaparkan teori tentang kurban, Yesus
dan Pengorbanan Yesus.
A. Fiksi
Istilah fiksi dapat berarti cerita rekaan atau cerita khayalan sebab fiksi
merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah.
Dengan demikian, karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan
sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi
sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
Meski begitu, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Oleh karena itu, fiksi juga dapat diartikan
sebagai prosa naratif yang bersifat imaginatif, namun bisa masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar
manusia.
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam
interaksinya dengan lingkungan dan sesama, diri sendiri, serta interaksinya
dengan Tuhan. Fiksi merupakan karya imaginatif yang dilandasi kesadaran dan
tanggung jawab dari segi kreatifitas sebagai karya seni. Melalui sarana cerita,
pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, menghayati berbagai
permasalahan kehidupan yang ditawarkan pengarang. Cerita fiksi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12
mendorong pembaca untuk merenungkan masalah hidup dan kehidupan dan
oleh karenanya terkadang karya fiksi dianggap dapat membuat manusia menjadi
lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.
Dunia kesastraan tidak hanya mengenal karya fiksi imaginer saja, namun
terdapat juga suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya
sastra jenis ini disebut juga fiksi historis (historical fiction), fiksi biografis
(biographical fiction), dan fiksi sains (science fiction). Disebut fiksi historis jika
yang menjadi dasar penulisannya adalah sejarah. Fiksi biografis jika dasar
penulisannya adalah biografis, dan fiksi sains jika dasar penulisannya adalah
ilmu pengetahuan. Ketiga jenis karya fiksi ini disebut dengan sebutan fiksi
nonfiksi (nonfiction fiction) (Burhan, 2007: 1-4).
Novel
Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi.
Dalam perkembangannya, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Sedangkan
fiksi itu sendiri diartikan sebagai cerita rekaan yang dibatasi pada karya yang
berbentuk prosa, prosa naratif dan teks naratif. Dari segi formalitas bentuk dan
segi panjang cerita, novel memiliki ciri khas cerita yang panjang, berjumlah
ratusan halaman. Karena novel memiliki ciri cerita yang panjang, maka novel
dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasalahan yang lebih kompleks. Meski begitu, novel memiliki unsur-unsur
cerita yang membangun novel itu. Unsur-unsur tersebut disebut sebagai unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13
cerita atau unsur intrinsik meliputi plot, tema, penokohan, dan latar. Setiap
unsur ini akan saling berhubungan secara saling menentukan dan menyebabkan
novel menjadi sebuah karya yang bermakna dan hidup (Burhan, 2007: 8-12, 31).
Skripsi ini menggunakan salah satu karya sastra berjudul “The Devil and
Miss Prym” karya Paulo Coelho sebagai buku pokok. “The Devil and Miss
Prym”, merupakan salah satu bentuk karya sastra novel karena dari segi panjang
cerita karya sastra ini memuat 250 halaman. Dalam karya sastra ini juga terdapat
berbagai macam unsur pembangun (unsur intrinsik) yang akan penulis uraikan
dalam bagian Kajian Fiksi. Paulo Coelho juga dikenal sebagai seorang novelis
yang telah diakui dunia dan mendapat berbagai macam penghargaan lewat
karya-karyanya.
Novel “The Devil and Miss Prym” (Iblis dan Nona Prym) pertama kali
dicetak pada tahun 2000 dan dipublikasikan oleh Sant Jordi Asociados di
Barcelona, Spanyol. Pada tahun 2005, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
menerbitkan novel ini dengan bahasa Indonesia untuk pertama kali dan Rosi L.
Simamora mengerjakan alih bahasa atas buku ini. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama bekerjasama dengan PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta dalam hal
percetakannya (Coelho, 2005:4).
Novel “The Devil and Miss Prym” (Iblis dan Nona Prym) adalah salah
satu masterpiece novelis terkemuka Paulo Coelho. Buku yang masuk dalam
daftar 1001 Books You Must Read Before You Die ini merupakan buku ketiga
dari trilogi “And on The Seventh Day”. Dua buku sebelumnya adalah By the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14
River Piedra I Sat Down and Wept dan Veronika Decides to Die. Seperti dua
novel sebelumnya, novel The Devil and Miss Prym mengisahkan tentang tujuh
hari dalam kehidupan manusia yang sarat pesan dan nilai-nilai filosofis
kehidupan. Plot novel ini menyajikan pilihan dalam keseharian hidup manusia,
di mana ada pertempuran tersendiri antara baik dan jahat. Hingga pada akhirnya,
setiap orang memiliki pilihan yang berbeda, namun mereka tetap harus
mempertanggungjawabkan setiap pilihan masing-masing (Collins, 2001).
Bentuk Percakapan Dalam Novel
1. Narasi dan Dialog
Sebuah karya fiksi pada umumnya dikembangkan dalam dua bentuk
penuturan, yaitu narasi dan dialog. Kedua hal tersebut hadir secara bergantian
sehingga cerita yang ditampilkan terasa variatif, segar dan tidak monoton.
Pengungkapan bahasa dengan gaya narasi yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah semua penuturan yang bukan bentuk percakapan, sering dapat
menyampaikan sesuatu secara lebih singkat dan langsung, pengungkapan yang
bersifat menceritakan (telling). Jika dilihat dari segi hubungan antara tokoh
cerita dengan pembaca, komunikasi yang dilakukan jadi bersifat tidak langsung.
Sedangkan pengungkapan bahasa dalam bentuk percakapan disebut dengan
dialog. Seolah-olah pengarang membiarkan pembaca untuk melihat dan
mendengar sendiri kata-kata seorang tokoh, percakapan antar tokoh, bagaimana
wujud kata-katanya dan apa isi percakapannya. Penuturan bentuk dialog tidak
mungkin hadir sendiri tanpa disertai bentuk narasi. Sebaliknya, bentuk narasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15
dapat hadir tanpa dialog, walau mungkin terasa dipaksakan (Burhan, 2007: 310-
311).
2. Unsur Pragmatik Dalam Percakapan
Istilah pragmatik diartikan pada beberapa pengertian berbeda, namun
intinya adalah mengacu pada (telaah) penggunaan bahasa yang mencerminkan
kenyataan. Bentuk percakapan yang bersifat pragmatik adalah percakapan yang
hidup dan wajar; sesuai dengan konteks pemakainya; percakapan yang mirip
dengan situasi nyata penggunaan bahasa meskipun terdapat dalam sebuah novel.
Penggunaan bahasa secara pragmatik melihat tiga jenis unsur ketepatan,
yaitu ketepatan leksial, ketepatan sintaksis, dan ketepatan sesuai dengan konteks
pembicaraan. Ketepatan penggunaam bahasa percakapan adalah ketepatan
konteks situasi, maka bentuk percakapan dalam sebuah situasi belum tentu tepat
untuk situasi yang lain. Novel dapat menghadirkan konteks situasi yang
bermacam-macam. Dalam artian ini, penyesuaian penggunaan unsur-unsur
kalimat menjadi penting. Unsur-unsur kalimat bisa digunakan secara lengkap,
tapi juga bisa dihilangkan sebagian tergantung dari konteks atau situasinya
untuk menghindari percakapan yang bersifat kaku dan tidak pragmatis.
Penghilangan unsur-unsur kalimat dalam percakapan tidak akan mengaburkan
informasi sebab penuturan yang bersangkutan didukung oleh konteks (Burhan,
2007: 312-316).
3. Tindak Ujar
Konsep tindak ujar (speech acts) menjadi salah satu hal penting dalam
interpretasi percakapan secara pragmatik karena konsep ini menghubungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16
antara makna percakapan dengan konteks. Adanya kenyataan bahwa
pengucapan kalimat-kalimat dalam percakapan umumnya disertai oleh adanya
perform acts yang berbeda-beda, mengakibatkan adanya konsep tindak ujar ini.
Konteks percakapan yang tergantung pada “keperluan” menentukan bagaimana
dan apa wujud penampilan tindak ujar para pelaku percakapan. Bentuk
penampilan tindak ujar dapat diketahui dari makna kalimat (-kalimat) yang
bersangkutan, namun sering juga pembicara menekankannya dalam wujud kata
kerja tertentu.
Penampilan tindak ujar dibedakan dalam tiga macam tindak ujar, yaitu
lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak bahasa lokusi (locucionary speech acts)
adalah suatu bentuk ujaran yang mengandung makna adanya hubungan antara
subjek dengan predikat, pokok dengan sebutan, atau antara topik dengan
penjelasan. Tindak ujar ilokusi merupakan bentuk-bentuk ujaran yang dibedakan
berdasarkan intonasi kalimat. Walau hanya berwujud kalimat-kalimat tulisan
yang bisu, pada hakikatnya kalimat-kalimat percakapan dalam sebuah novel
merupakan rekaman dan visualisasi kalimat ujaran yang menyaran pada intonasi
tertentu. Tindak bahasa perlokusi (perlocutionary speech acts) melihat pada
adanya bentuk pengucapan yang menyaran pada makna yang lebih dalam, yang
tersembunyi di balik ucapan itu sendiri. Makna itu secara tidak langsung
disampaikan lewat percakapan dan dapat ditafsirkan berdasarkan konteks
percakapan yang bersangkutan. Tindak perlokusi menyawan pada penafsiran
makna yang tersirat daripada yang tersurat. Dengan demikian, tindak perlokusi
lebih mengandalkan kemampuan penafsiran pembaca (Burhan, 2007: 316-319).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17
B. Kajian Fiksi
Pada hakikatnya, kajian fiksi berarti penelaahan, penyelidikan atau
mengkaji, menelaah, menyelidiki suatu karya fiksi. Pengkajian dilakukan
terhadap unsur-unsur pembentuk karya sastra yang disertai oleh kerja analisis.
Maksud dari analisis ini adalah sebagai sarana untuk lebih memahami karya
kesastraan sebagai suatu kesatuan yang padu dan bermakna (Burhan, 2007: 30-
32).
1. Kajian Struktural dan Postruktural
Dalam kajian kesastraan, dikenal adanya analisis struktural. Dalam
pendekatan struktural, hubungan antar unsur menjadi hal yang terpenting.
Menurut kaum strukturalisme, sebuah karya sastra adalah sebuah totalitas yang
dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua
bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk
kebulatan yang indah. Struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian
hubungan antar unsur (intrinsik) yang secara bersama membentuk suatu
kesatuan yang utuh. Analisis struktural karya fiksi dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar
unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan, dalam hal ini novel. Analisis struktural
juga dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks.
Analisis unsur mikroteks itu misalnya berupa analisis kata-kata dalam kalimat,
atau kalimat-kalimat dalam alinea atau konteks wacana yang lebih besar
(Burhan, 2007: 35-38).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18
Dalam skripsi ini penulis tidak akan menggunakan teori strukturalisme,
namun penulis akan menggunakan teori postrukturalisme di mana teori ini
merupakan hasil kritisisasi atas teori strukturalisme (Ratna, 2012: 145). Dasar
teori poststrukturalisme adalah strukturalisme sendiri. Persamaan antara
strukturalisme dan postrukturalisme terletak pada cara pandang mereka akan
struktur, yaitu unsur-unsur dengan mekanisme antar hubungannya sebagai
masalah utama (Ratna, 2012: 158-161). Alasan utama penulis tidak
menggunakan teori strukturalisme dalam skripsi ini adalah karena teori
strukturalisme cenderung mengabaikan makna dalam bahasa dan
menempatkannya di bawah struktur atau sistem yang lebih mementingkan
keterpaduan internal dari objek bahasa yang dianalisis (Bambang, 1993: 70).
Mengingat pokok utama skripsi ini adalah menemukan makna dari novel The
Devil and Miss Prym, maka penulis lebih memilih teori postrukturalisme yang
tidak terlalu kaku. Penulis akan membatasi pembahasan kajian fiksi dalam
pokok-pokok penting, yaitu unsur postrukturalisme novel yang akan membahas
mengenai tokoh dan penokohan.
Tokoh dan Penokohan
Istilah “tokoh” menunjuk pada orang atau pelaku dalam cerita. Menurut
Abrams (dalam Burhan, 2007: 165), Tokoh cerita (character) adalah orang (-
orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif , atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan,
amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca
(Burhan, 2007: 165-167).
Sementara itu, menurut Jones (dalam Burhan, 2007:165) penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah “penokohan” memiliki pengertian
yang lebih luas daripada istilah “tokoh” dan “perwatakan” karena ia sekaligus
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan juga menyaran
pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam cerita (Burhan,
2007:166).
Tokoh-tokoh dalam sebuah novel memiliki peran yang berbeda-beda
dalam membentuk keseluruhan cerita. Dilihat dari segi peranan atau tingkat
pentingnya, tokoh dibedakan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh
tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam
novel yang bersangkutan, tokoh yang dianggap penting sehingga ditampilkan
terus-menerus sehingga mendominasi sebagian isi cerita. Tokoh utama dalam
sebuah novel mungkin saja lebih dari satu orang walau kadar keutamaannya
tidak selalu sama. Keberadaan tokoh(-tokoh) utama dalam sebuah novel inilah
yang menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Sedangkan tokoh
tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam
cerita dan dalam porsi penceritaan yang lebih pendek (Burhan, 2007: 176-177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu tokoh sederhana (Simple atau Flat Character) dan tokoh kompleks atau
bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja.
Tokoh sederhana tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan
efek kejutan bagi pembaca, cenderung bersifat datar, monoton, hanya
mencerminkan satu watak tertentu. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi
kepribadian, jati dirinya. Pengkategorian seorang tokoh kedalam sederhana atau
bulat harus didahului dengan analisis perwatakan (Burhan, 2007: 181-183).
2. Kajian Semiotik
Teori Saussure memandang semiotik dalam bahasa merupakan sebuah
sistem tanda, dan sebagai suatu tanda, bahasa mewakili sesuatu yang lain yang
disebut makna. Bahasa sebagai suatu sistem tanda dalam teks kesastraan
menyaran pada dua sistem makna, yaitu first-order semiotic system dan second-
order semiotic system. Secara definitif, semiotik adalah ilmu atau metode
analitis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-
lain.
Dewasa ini teori semiotik dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu
semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi. Semiotik komunikasi
menekankan diri pada teori produksi tanda dan mensyaratkan adanya pengirim
informasi, sumber, tanda-tanda, saluran, proses pembacaan, dan kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21
Sedangkan semiotik signifikasi menekankan bidang kajiannya pada segi
pemahaman tanda-tanda serta bagaimana proses kognisi atau interpretasinya.
Dengan kata lain dapat diartikan sebagai bentuk pemberian makna suatu tanda
(Burhan, 2007: 39-41).
3. Kajian Intertekstual
Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks
yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu. Secara lebih khusus
dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha untuk menemukan aspek-aspek
tertentu yang telah ada pada karya sebelumnya pada karya yang lebih muncul
kemudian dengan tujuan untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap
suatu karya tersebut. Makna keseluruhan sebuah karya, biasanya, secara penuh
baru dapat digali dan diungkap secara tuntas dalam kaitannya dengan unsur
kesejarahan. Karya sastra yang ditulis lebih kemudian biasanya mendasarkan
diri pada karya sastra yang sebelumnya telah ada dan hal itu menunjukkan
keterikatan suatu karya dari karya-karya lain yang melatar belakanginya
(Burhan, 2007: 50-51).
Karya sastra yang dijadikan dasar penulisan bagi karya yang kemudian
disebut sebagai hipogram (hypogram). Wujud hipogram mungkin berupa
penerusan konvensi, sesuatu yang telah bereksistensi, penyimpangan dan
pemberontakan konvensi, pemutarbalikan esensi dan amanat teks-teks
sebelumnya. Adanya karya (-karya) yang ditransformasikan dalam penulisan
karya sesudahnya ini yang menjadi perhatian utama kajian intertekstual. Meski
mengambil unsur tertentu dari teks(-teks) yang dianggap sebagai hipogramnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22
namun suatu karya baru itu tetap mengandung dan mencerminkan sifat
kepribadian pengarangnya karena pengarang mengolah dengan pandangan dan
daya kreativitas dengan konsep estetika dan pikiran-pikirannya sendiri. Sebuah
teks yang dihasilkan dengan cara kerja demikian dapat dipandang sebagai karya
yang baru (Burhan, 2007: 51-53).
Prinsip utama kajian intertekstual adalah prinsip memahami dan
memberikan makna yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi,
penyerapan, atau transformasi dari karya-karya yang lain. Hubungan
intertekstual dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Penunjukan terhadap adanya
unsur hipogram pada suatu karya dari karya(-karya) lain pada hakikatnya
merupakan penerimaan atau reaksi pembaca. Dengan prinsip utama itu,
pembacalah yang berperan memecahkan masalah intertekstual dengan
memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya
yang lain yang menjadi hipogramnya (Burhan, 2007: 54).
C. Teologi
Teologi dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan adikodrati
yang objektif lagi kritis dan yang disusun secara metodis, sistematis dan
koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang diimani sebagai wahyu
Allah atau berkaitan dengan wahyu itu. Pengetahuan iman bersifat adikodrati
karena didasarkan pada wahyu Allah yang mengatasi daya kemampuan insani.
Sifat adikodrati ini berlaku juga bagi teologi yang berbentuk ilmiah. Kebenaran
yang dicari oleh teologi, yang direnungkan dan diuraikan olehnya bukanlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23
kebenaran yang dapat dibuktikan secara empiris, bukan juga kebenaran yang
dengan sendirinya jelas karena masuk akal, melainkan kebenaran yang diterima
dalam iman berdasarkan wahyu Allah. Manusia menerima wahyu Tuhan karena
iman dan karena manusia percaya kepada Tuhan itu. Kepercayaan ini
merupakan anugerah sendiri dari Tuhan. Anugerah ini jauh melebihi
kemampuan yang dimiliki manusia demi kodratnya untuk mengetahui. Karena
anugerah iman bersifat adikodrati, maka teologi yang merupakan refleksi ilmiah
atas iman itu bersifat adikodrati juga (Dister, 2007: 33).
Sifat ilmiah teologi tampak dari cara teolog mengadakan
penyelidikannya. Secara metodis dicarilah kebenaran mana yang diwahyukan
dan apa wahyu itu sebenarnya. Terdapat sistem karena diadakan susunan dari
kebenaran tersebut. Para teolog juga mengusahakan objektivitas, sebab ingin
mengenal dan mengetahui objeknya sebagaimana adanya dan bukan hanya
sebagaimana dibayangkan oleh manusia. Namun, landasan pembuktian
bukanlah pengalaman inderawi seperti dalam ilmu empiris dan pembuktiannya
juga tidak berlangsung malalui budi belaka seperti dalam filsafat. Dalam teologi
pembuktian terjadi melalui budi yang diterangi oleh iman kepercayaan berkat
wahyu Allah. Dengan budinya manusia mencoba memahami hal-hal yang
diwahyukan, lalu berusaha untuk mengambil kesimpulan darinya. Karena
semuanya itu dilakukan sambil memperhatikan tuntutan pekerjaan ilmiah,
teologi adalah betul-betul sebuah ilmu iman (Dister, 2007: 33-34).
Teologi sebagai ilmu iman mempelajari wahyu Allah, maka objek
material teologi ialah apa yang diwahyukan Allah. Namun isi iman tergantung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24
pada agama yang dianut oleh orang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, teologi
juga memiliki perbedaan sudut pandang yang ditentukan oleh masing-masing
agama. Perbedaan sudut pandang inilah objek formal masing-masing teologi
(Dister, 2007: 34).
1. Teologi Kristiani
Teologi Kristiani adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang
dihayati sebagai orang beragama Kristiani. Isi iman Kristen adalah bahwa Allah
telah memasuki sejarah umat manusia secara istimewa, yakni dalam pewahyuan
diri-Nya, mulai dari panggilan Abraham dan memuncak dalam peristiwa Yesus.
Yesus Kristus itulah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia. Oleh karena
itu, Kristus juga pusat iman (dan pusat teologi) kristiani (Dister, 2007: 35).
Iman kepada Kristus itu diterima umat kristiani melalui sejarah umat
manusia, khususnya sejarah keselamatan yang terdiri dari dua pokok periode.
Pertama, sejarah umat Israel yang berabad-abad lamanya dengan tekun
menantikan kedatangan Mesias. Kedua, sejarah Gereja akan “umat baru” yang
telah menjelma dalam diri Yesus dari Nazaret. Dalam Gereja itulah iman
tumbuh dan berkembang serta dikomunikasikan dengan sesama warga Gereja,
sesama anggota Tubuh Kristus di bawah bimbingan dan naungan Roh Kudus
yang menjiwai Gereja demi kemuliaan Allah Bapa (Dister, 2007: 35-36).
Dalam lintasan sejarah Gereja, iman dan refleksi ilmiah atasnya semakin
peka dan berbelit selaras dengan perkembangan Gereja dan jumlah warganya.
Orang menjadi amat peka terhadap rumusan ajaran Gereja, dan penghayatan
juga semakin beraneka. Tapi, keanekaragaman penghayatan ini menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25
berbagai kemungkinan refleksi. Dengan demikian terjadi berbagai macam-
macam cabang refleksi iman dan penghayatannya. Mengingat bahwa refleksi itu
dilakukan secara metodis, sistematis dan koheren, maka timbullah berbagai
cabang teologi, yaitu teologi dasar, tafsir Kitab Suci, teologi dogma, dan teologi
praktis. Teologi Dasar membahas apa yang menjadi dasar (asas, prinsip)
pengetahuan di bidang teologi, yakni wahyu dan iman. Teologi dasar juga
bertugas mempertanggungjawabkan iman terhadap akal dan budi, dan
membelanya terhadap mereka yang menolak atau menyangkalnya. Tafsir Kitab
Suci atau “Eksegese” menafsirkan secara Ilmiah iman Yahudi-Kristiani sejauh
terungkap dalam Alkitab. Teologi Dogma menguraikan ajaran-ajaran pokok
dalam iman Kristen. Teologi Dogma membahas apa dan siapa Allah itu,
Kristologi, Pneumatologi, antropologi teologis, Eklesiologi, dan Sakramentologi.
Sementara Teologi Praktis tidak membahas mengenai “apa itu?” karena
tujuannya tidak ke arah teoritis, melainkan ke arah praktis. Teologi ini memiliki
empat cabang, yaitu Teologi Moral yang menanyakan norma-norma untuk
menilai perbuatan manusia dan menentukan baik-buruknya kelakuan manusia,
dipandang dalam terang wahyu Allah. Kedua, Teologi Spiritual yang bertujuan
meningkatkan hidup rohani dan karya Roh Kudus dalam hidup manusia. Ketiga,
Teologi Pastoral yang membicarakan penggembalaan dalam Gereja. Keempat,
Teologi Kerygmatik yang cabangnya antara lain Homiletika (tentang pewartaan
Sabda dalam rangka perayaan liturgis) dan Kateketik (tentang pewartaan di luar
perayaan) (Dister, 2007: 37-39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26
2. Teologi Dalam Sastra
Naben (2006: 114), dalam tulisannya memaparkan bahwa sastra dapat
menjadi suatu media ekspresi pengalaman manusia dengan Tuhan. Ia
berpendapat bahwa perlunya menggali karya sastra dalam kaitannya untuk
menemukan ungkapan iman atau pengalaman religius seseorang dan masyarakat
bersama Tuhan. Hermeneutik, adalah sarana atau kerangka acuan untuk
menggali kekayaan pengalaman religius atau ungkapan iman yang ada dalam
sebuah karya sastra. Hermeneutik menjadi jembatan penghubung antara teologi
dan sastra agar keduanya mendapat pemaknaan demi memperkaya hidup
manusia. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan untuk berteologi, dan
teologi dapat menjadikan sastra sebagai sarana pewartaan untuk memperdalam
religiositas kaum beragama.
Sastra memiliki hubungan yang erat dengan manusia dan kebudayaan.
Sastrawan adalah bagian dari masyarakat. Menurut Maman S. Mahayana (dalam
Naben, 2006:115), mengatakan bahwa sastra adalah roh kebudayaan yang lahir
dari proses yang rumit kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan
terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra juga ditempatkan sebagai
potret sosial yang mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu.
Hubungan antara sastra, masyarakat dan kebudayaan dapat dijelaskan
dengan tiga hal. Pertama, hubungan sebab akibat, yaitu pengaruh-pengaruh
sosial merupakan sebab akibat yang menghasilkan karya sastra. Di sini karya
sastra berperan sebagai refleksi atau pantulan kembali situasi masyarakatnya
berdasarkan struktur sosial di mana pengarang menghasilkan karyanya. Kedua,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27
hubungan fungsional, di mana sastra dianggap sebagai salah satu fungsi dari
perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Ketiga, hubungan simbolik. Simbol
adalah ekspresi budaya yang selalu memanggul ambivalensi dalam dirinya.
Ketiga hal ini menegaskan bahwa sastra adalah suara yang berbicara tentang apa
yang terjadi pada zamannya (Naben, 2006: 115-116).
Mangunwijaya (1982: 11), menegaskan bahwa segala sastra adalah
religius. Dalam religiositas itu ada kedalaman relasi manusia dengan Tuhan.
Menurut Mangunwijaya, karya sastra yang baik adalah karya sastra yang selalu
menuntun pembacanya kepada sesuatu hal yang baik dan bermakna. Disinilah
letak kereligiositasan sebuah karya sastra. Naben (2006: 118), menggunakan
dasar reigiositas mangunwijaya sebagai pintu masuk untuk mempertautkan
teologi dan sastra. Teologi dipahami sebagai refleksi sistematis-ilmiah tentang
wahyu Ilahi yang diimani. Pengungkapan iman seseorang akan Allah dan
bagaimana agama membentuk jati diri dan keimanan seseorang menjadi pokok
perhatian dalam teologi. Sastra bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan sisi
kereligiositasan hidup. Demikian juga berbagai nilai dan penghayatan
keagamaan dapat ditemukan dalam karya sastra.
3. Kurban dalam pandangan Teologi Kristiani
Kurban merupakan bentuk ibadat kuno dan penting, sesuatu yang
dipersembahkan secara total atau sebagian pada kekuasaan gaib. Hampir semua
agama dan kepercayaan memiliki tradisi kurban ini. Kurban dipersembahkan
oleh para kaum Imam untuk memulihkan hubungan dengan Dewa-Dewi atau
Tuhan. Menurut maksud pembawaannya, kurban dibedakan menjadi empat jenis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28
yakni kurban permohonan, kurban syukuran, kurban pujian dan kurban silihan.
Sementara menurut bentuknya, kurban dibedakan menjadi tiga jenis, yakni
kurban darah, kurban bakaran dan kurban pemberian (Heuken, 2005: 95)
Perbedaan antara kurban binatang dan kurban manusia merupakan
masalah yang cukup problematik bagi para ahli. Yoseph de maistre
mengatakan bahwa prinsip substitusi kurban tidak dapat dikenakan pada
kurban manusia: Orang tidak dapat membunuh orang untuk
menyelamatkan orang.
Hubert dan Mauss tampaknya enggan membicarakan masalah kurban
manusia ini dalam teorinya, meski dalam penyelidikannya mereka tak
mengecualikan kurban manusia. Dan banyak ahli lain yang terlalu
moralis mendekati kurban manusia ini, sehingga terbenam dalam
aspeknya yang sadis dan biadab.
Menurut Girard, dalam suatu ritus kurban perbedaan kurban binatang
dan manusia itu tidak relevan. Pelaksanaan ritus kurban tidak bertolak
dari suatu pandangan nilai, tapi bertolak dari kenyataan adanya
kekerasan yang menjangkiti masyarakat (Sindhunata, 2006: 108-109).
Sindhunata, pada kutipan di atas memaparkan pandangan para ahli
tentang pendapat-pendapat mereka sehubungan dengan arti kurban. Pembedaan
antara kurban hewan dan kurban manusia menjadi hal pokok di dalamnya.
Manusia tak dapat dikurbankan dengan alasan apapun. Baik kurban manusia
maupun kurban hewan tak dapat lepas dari unsur kekerasan, oleh karena alasan
itu beberapa ahli tak dapat membenarkan kurban manusia.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, kurban merupakan penyerahan
sesuatu hanya kepada Yahwe yang berdaulat atas segala-galanya. Manusia
mempersembahkan kurban kepada-Nya untuk memperoleh pengampunan dan
penghapusan atas dosa mereka sehingga manusia menjadi bersih dan selamat.
Terdapat berbagai macam kurban dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Kurban
bakar, kurban tumpahan dan kurban santapan. Menurut pandangan orang dahulu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29
darah binatang adalah kurban yang mengandung kehidupan dan oleh karena itu,
kurban darah menjadi kurban yang paling bernilai serta menjadi milik Tuhan.
Bagi umat Israel, darah tidak boleh dimakan. Darah harus ditumpahkan di kaki
altar untuk melambangkan keilahian. Sementara daging kurban itu dibakar di
atas altar entah sebagian atau seluruhnya dan sisanya diberikan kepada pembawa
kurban untuk disantap sebagai santapan kurban. Santapan ini melambangkan
persekutuan Yahwe dengan bangsa-Nya dan karenanya mempersatukan umat.
Berdasarkan Kitab Keluaran 12: 21-27, Musa memanggil tua-tua Israel
dan menyuruh mereka untuk menyembelih anak domba paskah. Domba paskah
merupakan satu-satunya kurban santapan yang termasyur pada waktu itu.
Kurban disembelih di Bait Allah dan dimakan oleh keluarga di rumah dengan
mengingat pembebasan dari perbudakan di Mesir berkat kekuatan Allah pada
waktu paskah pertama. Namun pengertian kurban semacam ini ditentang oleh
Nabi Amos dan Nabi Yesaya. Kedua Nabi ini mengkritik cara dan sikap orang-
orang yang mempersembahkan kurban, karena menurut mereka kurban yang
sesungguhnya adalah syukur. Dalam Kitab Mazmur 50, 23 dikatakan bahwa
“Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, dia memuliakan Allah”
(Heuken, 2005: 96)
Pengertian kurban dalam Perjanjian Baru sama sekali berbeda dengan
pengertian kurban dalam Perjanjian Lama. Di sini kurban berarti pendekatan
Tuhan dengan manusia. Bukan manusia yang mendamaikan diri dengan Tuhan,
tetapi Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia dalam Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30
Sindhunata memaparkan bahwa tindakan kekerasan dalam kurban, baik
dalam hal pembunuhan binatang atau manusia, mirip dengan tindakan kekerasan
di luar ritus kurban. Dalam praktiknya, kurban harus mempunyai kemiripan
dengan apa yang digantikannya. Jika hal ini tidak ada, maka pelampiasan
kekerasan tidak terpuaskan karena merasa tidak menemukan sasarannya. Meski
begitu, kekerasan itu menyangkut manusia, maka kurban juga harus mempunyai
kategori-kategori “manusiawi” yang menjamin kemiripan dengan manusia yang
digantikannya. Tidak hanya kurban manusia, kurban binatang juga perlu
mempunyai kategori-kategori “manusiawi” (Sindhunata, 2006: 107-109).
Kehidupan dalam masyarakat selalu ada konflik keinginan dan
kepentingan antara kelas yang satu dan kelas yang lain, kelompok yang satu dan
kelompok yang lain, pribadi yang satu dan yang lainnya. Analisis R. Girard
memaparkan bahwa konflik itu berasal dari saingan antar manusia yang muncul
karena dalam diri manusia ada hasrat untuk meniru dan menjadikan model yang
mereka tiru itu sekaligus menjadi rival. Amarah yang membutakan rivalitas
memicu timbulnya kekerasan. Dan kekerasan ini tampak sebagai sesuatu yang
pantas ditiru sebagai tanda hidup yang berhasil (Banawiratma, 1986: 55-56).
Pada kehidupan masyarakat-masyarakat sederhana semula ada seseorang
yang menjadi kambing hitam, dibunuh sebagai peluapan kekerasan
seluruh kelompok. Melalui pengosongan kolektif tersebut kambing hitam
sekaligus menjadi sakral. Dia nampak sebagai yang terkutuk sekaligus
mendatangkan keselamatan. Dari kambing hitam itu muncul suasana
sakral yang menakutkan-mengerikan sekaligus menarik-mempesonakan.
Di sekitar kambing hitam itu lahirlah tabu dan tata sosial baru. Kambing
hitam yang asli itu selanjutnya menjelma dalam situasi kurban; yang
dikurbankan misalnya tawanan, budak, anak kecil atau binatang atau
barang-barang alam yang dirusak. Pengosongan kekerasan secara
kolektif yang pertama diulangi dalam kurban-kurban dengan kerangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31
ritual yang ketat. Dengan demikian, agresi timbal balik intern diluapkan
keluar dan dihindari kehancuran hidup bersama. Kurban hanya efektif
kalau mekanisme kambing hitam itu tetap tersembunyi, tidak disadari.
Begitu dalam masyarakat sederhana institusi kurban menjamin hidup
damai bersama. Dalam masyarakat modern dengan institusi-intitusi yang
kompleks kambing hitam dan kurban masih ada dan semakin kompleks
juga; selalu ada orang, kelompok, kelas tertentu, yang dijadikan kambing
hitam (dikambinghitamkan), dijadikan kurban, tempat meluapnya
penindasan dan kekerasan (Banawiratma, 1986: 56-57).
Kutipan di atas menerangkan bahwa kurban dapat muncul karena ia
dikambinghitamkan. Kambing hitam inilah yang nanti pada akhirnya akan
dikurbankan demi keselamatan masyarakat atau kelompok tertentu. Mekanisme
kambing hitam banyak muncul tidak hanya di lapisan masyarakat sederhana,
namun juga mencapai tingkatan yang tinggi (pemerintahan). Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa mekanisme kambing hitam dapat muncul di manapun.
D. Kristologi
Kristologi merupakan salah satu cabang dari Teologi Dogma yang
membahas apa dan siapa Allah itu, dan apa dan siapakah Yesus yang disebut
Kristus (Dister, 2007: 38).
Yesus
Dua puluh abad silam, Yesus dilahirkan di Betlehem pada zaman Raja
Herodes (Mat 2:1; Luk 2:4-7). Ia dibesarkan di desa Galilea daerah Palestina.
Dari sini muncullah dalam sejarah dunia, Yesus dari Nazaret. Segala peristiwa
tentang kelahiran Yesus memang serba Istimewa. Mulai saat Maria menerima
kabar gembira dari Malaikat Gabriel bahwa Ia akan mengandung dari Roh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32
Kudus. Dan meski mengadung, Maria tetaplah seorang perawan. Anak yang
akan dilahirkannya harus diberi nama Yesus, sebab Ia Penyelamat, anak Daud
karena Yusuf yang adalah tunangan Maria yang merupakan keturunan Daud
(Luk 1: 26-38).
Masa sebelum Yesus tampil di depan umum kurang begitu jelas
diperlihatkan oleh para penginjil. Namun jika dilihat dari konteks zaman masa
kanak-kanak Yesus, dapat diandaiakan Ia mendapat pendidikan yang lazim pada
zaman itu. Pertama-tama pendidikan itu merupakan tugas orang tua (Ams 1:8).
Demikian juga dengan Yesus, pertama-tama pendidikannya diperoleh dari Ibu
Nya, Maria. Kemudian ketika Yesus mulai tumbuh besar, pendidikan menjadi
tanggung jawab ayah-Nya, Yusuf. Oleh Yusuf, tampaknya Yesus diajari juga
bagaimana cara untuk mencari nafkah dan cara membawakan diri dalam
masyarakat. Dalam Injil juga diceritakan bahwa Yesus hidup tersembunyi di
Nazaret dan mencari nafkahnya sebagai tukang, sama seperti ayah-Nya (KWI,
1996: 256).
Awal karya Yesus dimulai dari pembaptisan-Nya di sungai Yordan oleh
Yohanes Pembaptis (Mat 3;13; Mrk 1:9). Dalam Injil Yohanes, Yesus diakui
oleh Allah sebagai pemimpin dan penebus semua orang yang berdosa. Peristiwa
pembaptisan ini bagaikan “pelantikan” Yesus dalam tugas perutusan-Nya.
Segera setelah pembaptisan, Yesus akan “memberitakan Injil Allah: Bertobatlah
dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Ia tampil sebagai “pengantara antara
Allah dan manusia” (1Tim 2:4) dengan menyatakan kesatuan dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33
berdosa dan penyerahan total dan radikal kepada kehendak Bapa (KWI, 1996:
259-260).
Yesus, seorang Pengkhotbah yang berkeliling hingga mempengaruhi
dunia sedemikian rupa. Ia menghabiskan sepanjang waktu hidupnya di jalanan
Palestina yang berdebu. Injil yang ditulis sesudah kematian-Nya menjadi bukti
akan keberadaan dan identitas diri-Nya. Namun, itu bukan satu-satunya sumber
untuk meyakini bahwa Yesus benar-benar ada (Zannoni, 2001: 1-2).
Flavius Josephus (± 37-100 M) menyebut nama Yesus dalam bukunya
Antiquites of the Jews, yang ditulis sekitar tahun 93-94 M. Josephus adalah
seorang Yahudi yang juga merupakan anggota Mahkamah Kerajaan Roma.
Josephus tak mungkin menerima kenyataan historis Yesus tanpa ada bukti-bukti
yang kuat. Ia menulis tentang kekacauan yang dilakukan orang Yahudi pada saat
Pontius Pilatus menjadi produkator Yudea (26-36 M). Ia menyebut Yesus
sebagai “Orang Bijak” dalam refleksinya (Zannoni, 2001: 2).
Suetonius (69 M), seorang sejarahwan dan ahli hukum Roma, menyusun
biografi beberapa kaisar Roma setelah tahun 120 M. Suetonus mengatakan
bahwa Claudius mengusir orang Yahudi dari Roma karena mereka terlibat
dalam pemberontakan melawan Christos. Meski belum ada kesepakatan, namun
para ahli pada umumnya menganggap Christos merujuk pada Kristus, nama
yang diberikan kepada Yesus oleh pengikut-Nya (Zannoni, 2001: 3).
Seorang sejarahwan Roma bernama Tacitus (55-117 M) menyebut Yesus
dalam tulisannya yang berjudul Annals. Ia menulis tentang pembakaran kota
Roma tahun 64 M di mana orang Kristen yang dituduh sebagai dalangnya oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34
Kaisar Nero. Tacitus memperlihatkan diri sebagai orang yang kurang simpatik
terhadap orang Kristen. Baginya, orang Kristen adalah orang yang menerima
nama mereka dari Kristus yang dihukum mati oleh Ponsius Pilatus pada masa
kekuasaan Tiberius (Zannoni, 2001: 3)
Lucien Samosota (120-180 M) adalah seorang pengajar dan bijak. Ia
berbicara tentang Yesus sebagai pemberi hukum pertama kepada orang Kristen
yang telah meyakinkan mereka bahwa mereka semua adalah saudara. Lucien
menyebut orang Kristen sebagai orang yang menyembah Yesus yang disalibkan
dan hidup seturut hidup-Nya.
Peristiwa-peristiwa historis yang riil akan kebenaran keberadaan Yesus
di masa lampau merupakan sebuah mantra yang mutlak diperlukan. Isi suatu
kisah bukanlah cerita suatu simbol tentang kebenaran historis, tetapi berdasarkan
sejarah yang terjadi di bumi ini. Menurut Ratzinger, mengenal Yesus secara
historis kritis memang penting, namun unsur iman tetap harus dipegang
(Ratzinger, 2008: xv). Zannoni juga menegaskan bahwa ada satu kenyataan
yang tidak dapat dijugagkiri jika kita ingin mengetahui tentang Yesus, kita harus
kembali kepada Kitab Suci, khususnya Injil (Zannoni, 2004: 4).
France (1996: 168-170) mendeskripsikan Yesus sebagai “seorang” yang
menarik dalam bukunya yang berjudul “Yesus Sang Radikal”. Menurutnya,
Yesus memiliki jiwa “kepemimpinan” yang tampak di dalam tindakan dan
pengajaran-Nya, dan jiwa ini lebih besar dari jiwa “kepemimpinan” seorang
panglima besar. Dalam pengajaran-Nya, Yesus banyak berbicara mengenai diri-
Nya sendiri dengan membuat berbagai pertanyaan yang mengejutkan. Wibawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35
Yesus tidak didasarkan hanya atas suatu kepribadian yang kuat, melainkan atas
pernyataan-Nya bahwa Ia mempunyai kedudukan yang unik. Yesus menekankan
bahwa wibawa-Nya berasal dari Allah, dan tanpa itu Ia tidak dapat berbuat apa-
apa. Dalam setiap tindakan Yesus selalu muncul ke permukaan tentang
hubungan-Nya yang khas dengan Allah, yang merupakan dasar kuasa-Nya.
Hubungan yang khas ini tampak jelas pada saat Yesus menyapa Allah. Ia
memanggil Allah dengan sebutan “Abba”, yang merupakan sapaan seorang anak
bagi ayahnya. Tidak ada Yahudi yang berani menyapa Allah dengan sapaan
seperti itu. Yesus mengajarkan agar murid-murid-Nya mempercayai Allah
seperti Bapa mereka, dan berdoa kepada-Nya sebagai anak kepada Bapa-Nya.
Hubungan Yesus dengan Bapa-Nya merupakan hubungan keluarga di antara
satu pribadi Ilahi dengan pribadi yang lainnya, antara Anak yang Tunggal
dengan Bapa-Nya.
1. Sejarah Yesus
Iman katolik mempercayai bahwa seluruh kehidupan Yesus merupakan
suatu misteri. Tak semua misteri hidup Yesus dapat ditemukan dalam Injil.
Kehidupan-Nya di Nazaret hampir tidak diberitakan, malahan mengenai
sebagian besar kehidupannya di muka umum tidak diberitakan apa-apa (KGK,
art. 514). Namun dengan bantuan Kitab Suci kita dapat melihat dan menemukan
kehidupan Yesus dan melihat karya-Nya di dunia.
Yesus datang ke dunia merupakan suatu kejadian dahsyat yang telah
disiapkan Allah selama berabad-abad. Segala ritus dan kurban, bentuk dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36
lambang “perjanjian pertama” (Ibr 9:15) diarahkan-Nya kepada Yesus. Para
Nabi memberitakan kedatangan Yesus secara susul-menyusul di Israel,
sementara Allah menggerakkan hati para kafir satu pengertian yang samar-
samar mengenai kedatangan Penyelamat ini (KGK art. 522).
Maka datanglah Putera. Ia diutus oleh Bapa, yang sebelum dunia terjadi
telah memilih kita dalam Dia, dan menentukan, bahwa kita akan
diangkat-Nya menjadi putera-putera-Nya. Sebab Bapa berkenan
membaharui segala-sesuatu dalam Kristus (lih Ef 1: 4-5 dan 10).
Demikian untuk memenuhi kehendak Bapa, Kristus memulai kerajaan
surga di dunia, dan mewahyukan rahasia-Nya kepada kita, serta dengan
ketaatan-Nya Ia melaksanakan penebusan kita (LG art. 3).
Konstitusi dogmatis Lumen Gentium Dokumen Konsili Vatikan II pada
artikel 3 (tiga) menerangkan bahwa kehadiran Yesus ke dunia merupakan utusan
dan kehendak Bapa. Kedatangan Yesus merupakan bentuk kasih Allah kepada
manusia. Wujud kasih Allah nampak dari perbuatan dan pewartaan Yesus
Kristus di dunia. Dengan penuh ketaatan, Ia mewahyukan rahasia Allah dan
mewartakan kerajaan surga agar manusia dapat diangkat juga menjadi anak-
anak Allah.
Kerajaan Allah merupakan tema pokok dari seluruh pewartaan Yesus. Ia
menyatakan bahwa kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat akan segera
terjadi dan ini merupakan ciri khas pewartaannya. Yesus menegaskan bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:15; 13:29; Mat 10:7) dan tidak akan ditunda
lagi. Bagi Yesus, kedatangan Kerajaan Allah sudah mendesak, karena
kemalangan manusia hampir tidak tertahankan lagi. Oleh karena itu, belas kasih
dan kerahiman Allah tidak dapat ditunda lagi. Yesus mengajak umat manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37
untuk bertobat karena itulah arti kemalangan pada zaman itu untuk-Nya.
Kemalangan menjadi tanda kedatangan Allah yang maharahim (KWI: 260-261).
Allah datang dalam diri Yesus (Luk 11:20 dsj.) lewat pewartaan-Nya
yang merupakan suatu bentuk pengharapan. Yesus sendiri adalah kerajaan yang
di maksud. Kerajaan surga bukanlah benda maupun wilayah kedaulatan duniawi
seperti layaknya kerajaan duniawi. Kerajaan itu adalah seorang pribadi dalam
diri Yesus. Dalam diri Yesus, Allah hadir di antara manusia (Ratzinger, 2008:
48-49). Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan dan
untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan (KWI: 261) yang
sebelumnya telah mendahului menguasai dunia ini. Kedatangan Kerajaan Allah
adalah kekalahan kerajaan setan (KGK art. 550). Dalam diri Yesus, kuasa
kerajaan setan dikalahkan.
Yesus tidak hanya berbicara tentang Kerajaan Allah namun Ia bersaksi
dengan perbuatan-perbuatan-Nya. Sabda-Nya Ia wujud nyatakan lewat tindakan-
tindakan yang menjadikan Sabda dan tindakan itu menjjadi satu unsur kesatuan.
Yesus menampakkan kebenaran akan Sabda-Nya dengan tindakannya itu.
Berbagai macam tanda-tanda dan mukjizat Ia kerjakan; Ia bergaul dengan siapa
saja baik itu kaum pendosa, orang miskin maupun wanita; Yesus juga
membebaskan manusia dari beban hukum (KWI: 265-269).
Sabda maupun tindakan-tindakan Yesus ini merupakan bentuk kasih dan
ketaatan-Nya akan tugas perutusan Allah. Ia memanggil semua orang untuk
masuk dalam Kerajaan Allah. Pertama-tama adalah anak-anak Israel, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38
seluruh bangsa. Mereka yang dapat masuk kerajaan surga adalah yang
mendengarkan Sabda Allah (KGK art. 543). Mereka yang ingin masuk dalam
kerajaan surga harus seperti anak-anak yang datang kepada Bapa-Nya (Mat 18:
4-5).
Kerajaan itu adalah milik kaum miskin dan kecil, artinya mereka yang
menerimanya dengan rendah hati. Yesus diutus, “untuk menyampaikan
kabar baik kepada orang-orang miskin” (Luk 4:18). Ia menyebut mereka
bahagia, karena “merekalah yang mempunyai Kerajaan surga (Mat 5:3).
Kepada orang kecil, Bapa hendak menyatakan apa yang Ia sembunyikan
bagi orang bijak dan orang pandai. Ia mengidentikkan Diri dengan segala
jenis orang miskin dan menetapkan cinta yang aktif kepada mereka
sebagai persyaratan untuk penerimaan di dalam Kerajaan-Nya (KGK art.
544).
Katekismus Gereja Katolik artikel 544, menegaskan bahwa Yesus datang
ke dunia dan berbaur dengan mereka yang miskin. Ia menekankan bahwa
kerajaan Allah adalah milik mereka yang miskin di hadapan Allah. Yesus
membawa kabar baik bagi orang-orang miskin dan kecil. Demi tercapainya
Kerajaan surga di dunia, Ia bahkan hidup berbaur bersama orang-orang miskin
dan kecil dan bentuk cinta yang aktif kepada mereka ini digunakan sebagai suatu
persyaratan dalam penerimaan manusia ke Kerajaan Surga.
Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan surga. Ia mengajak
manusia berdosa untuk bertobat. Tanpa pertobatan, orang tidak dapat masuk
dalam Kerajaan surga. Yesus menunjukkan kepada orang-orang melalui
perbuatan dan tindakan-Nya bahwa kasih Allah kepada manusia adalah kasih
yang tak terbatas dan membahagiakan. Seruan-Nya mengajak manusia untuk
bertobat adalah ajakan untuk masuk dalam Kerajaan surga (KGK art. 545)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39
kerena dosa menghalang-halangi manusia dalam panggilannya menjadi anak-
anak Allah dan membawa mereka dalam ketergantungan untuk terus berbuat
dosa (KGK art. 549).
Yesus yang diutus Bapa untuk mewartakan kerjaan Allah di dunia
melaksanakan karya-Nya dengan dikelilingi orang-orang yang mengikuti-Nya.
Secara historis, lama-lama banyak orang yang berkumpul di sekitar Yesus untuk
mendengarkan Sabda-Nya hingga membentuk suatu kelompok. Bagi Yesus,
Kerajaan Allah bukanlah pengudusan perorangan, melainkan milik semua
manusia yang saling berhubungan satu dan yang lain. Yesus yang tinggal
bersama manusia bertindak secara manusiawi juga. Ia hidup dan tinggal
bersama-sama dengan mereka (KWI 270).
Sekelompok murid menyertai Yesus dalam perjalanan-Nya. Di antara
para murid ini terdapat kelompok inti yang disebut duabelas rasul. Mereka
adalah orang-orang terpilih, yang rela meninggalkan milik mereka demi
menggikuti perjalanan karya keselamatan Yesus. Keberadaan keduabelas rasul
ini sangat penting dalam sejarah Yesus (KWI 270-271).
Yesus menyebut keduabelas murid-Nya “Rasul”. Keberadaan para Rasul
disekeliling Yesus tidak hanya sebagai “penonton” ataujuga pengikut saja. Lebih
dari itu, mereka mengambi bagian dalam hidup Yesus maupun dalam tugas-Nya.
Penginjil Markus menuliskan dalam Injilnya,: “Ia menetapkan duabelas orang
untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil. Kebersamaan
para Rasul sebagai murid Yesus adalah untuk belajar pada-Nya bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40
mengambil bagian dalam perutusan dan kekuasaan-Nya (Bergant, 2002: 87).
Yesus mengajarkan kepada mereka untuk menjadi bentara sebuah peristiwa dan
mereka juga diberi kuasa yang besar sebagai utusan Yesus. Meski begitu, para
Rasul yang diberi kuasa oleh Yesus tidak pernah menjadi Dia yang memberi
kuasa seperti yang tertulis dalam Injil Matius 23: 3-10 (Nico, 1987: 125-126).
Yesus mengalami perjalanan hidup yang tidak mudah. Sejak awal
kehidupan Yesus di muka umum, orang Farisi, dan pengikut Herodes bersama
para Imam dan Ahli Taurat bersepakat untuk membunuh Dia. Mereka menuduh
Yesus sebagai penghujat Allah. Mereka juga menyebut Yesus sebagai Nabi
palsu. Tuduhan ini dianggap sebagai bentuk kejahatan melawan agama,
sehingga Yesus akan dijatuhi hukuman mati dengan lemparan batu (KGK art.
574). Di usia-Nya yang kurang lebih 30 tahun, Yesus dijual oleh salah satu
murid-Nya seharga 30 keping perak. Kemudian Ia dibawa kepada Pilatus untuk
diadili. Pada akhirnya Pilatus memutuskan untuk membebaskan tahanan
bernama Barnabas dan sebagai gantinya Yesus akan disalibkan sesuai dengan
permintaan orang-orang yang mencekal Dia. Yesus disiksa dan akhirnya
disalibkan di gunung Golgota hingga wafat. Sesudah wafat-Nya, jenasah Yesus
diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh Yusuf dari Arimatea (KWI, 272-
276).
Setelah kematian-Nya di kayu salib, Yesus bangkit pada hari ketiga.
Misteri kebangkitan Yesus adalah suatu kejadian yang sesungguhnya secara
historis menurut Perjanjian Baru (KGK art. 639). Ia juga menampakkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41
kepada orang-orang setelah peristiwa kebangkitan-Nya. Pertama-tama kepada
Maria dari Magdala dan wanita-wanita saleh yang datang ke makam Yesus
untuk meminyaki jenazah-Nya. Kemudian Ia juga menampakkan diri-Nya
kepada para Rasul (KGK art. 642).
2. Yesus sebagai Manusia
Seorang perawan bernama Maria yang bertunangan dengan Yusuf dari
keluarga Daud mendapat kabar gembira dari seorang malaikat Allah bernama
Gabriel. Maria yang masih perawan akan mengandung dan melahirkan seorang
anak laki-laki yang harus dinamainya Yesus (Luk 1: 26-31). Yesus lahir pada
waktu Kaisar Agustinus mengeluarkan suatu perintah bagi seluruh penduduk
untuk mendaftarkan diri. Begitujuga dengan Yusuf dan Maria, tunangannya,
mendaftarkan diri mereka dari kota Nazaret di Galilea ke Bethlehem, Yudea.
Ketika mereka sampai di Bethlehem, tibalah waktu bagi Maria untuk melahirkan.
Ia melahirkan seorang anak laki-laki dan menempatkan anak itu di sebuah
palungan karena tidak ada penginapan bagi mereka (Luk 2: 1-6).
Kisah Kitab Suci di atas menggambarkan bahwa Yesus lahir dari seorang
perawan bernama Maria yang merupakan tunangan Yusuf, keturunan Daud.
Yesus lahir di Bethlehem, Yudea. Yesus tidak hadir begitu saja di dunia. Ia
datang dari rahim seorang perempuan bernama Maria. Kelahiran Yesus di sini
menggambarkan bahwa Ia sama seperti layaknya manusia di dunia yang lahir
dari seorang perempuan. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus benar-benar
Anak Manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42
Para pewarta Injil menyadari bahwa arti siapakah Yesus dan apa yang Ia
lakukan, tidak dapat diungkapkan sepenuhnya dengan sebuah gelar, sehingga
mereka menggunakan berbagai nama ketika mereka berbicara tentang Yesus.
Salah satu gelar yang berasal dari zaman Yesus adalah gelar Yesus sebagai
“Putra Manusia”. Istilah Putra Manusia (Son of Man) berasal dari bahasa Ibrani
ben’adam atau bahasa Aram bar anesh yang berarti “manusia”. Dalam Kitab
Suci Ibrani, gelar ini memiliki dua arti. Pertama, dalam Kitab Yehezkiel, Kitab
Mazmur dan Kitab Ayub, Allah menyebut para nabi dengan gelar ini untuk
membedakan kemanusiaan nabi yang tidak kekal, utusan Allah, dari keilahian
Allah yang kekal yang memberikan pesan. Arti yang kedua ada dalam Kitab
Daniel di mana dalam Kitab ini berbicara tentang “Seorang Manusia” (Putra
Manusia” yang menghadap takhta “Yang Lanjut Usianya”. Mengikuti
interpretasi Kitab Daniel yang merupakan tulisan apokaliptik, maka “Putra
Manusia” berarti manusia istimewa yang mewakili bangsa Israel. Dalam
literatur Yahudi, gelar ini digunakan untuk hakim yang akan muncul pada akhir
zaman. Dalam Injil, hanya Yesus yang menggunakan „Putra Manusia” untuk
diri-Nya. Maksud penulis Injil memberikan Gelar “Putra Manusia” kepada
Yesus adalah untuk menunjukkan Yesus sebagai seorang manusia atau tokoh
akhir zaman yang akan datang mengadili orang hidup dan mati (Zannoni, 2004:
53-54).
Ratzinger (2008: 341) menuliskan tentang tiga kelompok kata tentang
anak manusia. Kelompok pertama terdiri dari kata-kata mengenai anak manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43
yang akan datang. Kelompok pertama menggunakan Kitab Daniel sebagai dasar
intepretasi untuk menggambarkan arti Putra Manusia. Dalam kelompok pertama
ini, “Putra Manusia” merujuk pada kedatanganNya mendatang. Kelompok
kedua dibentuk oleh kata-kata tentang karya Putra Manusia di bumi. Kelompok
ketiga bicara tentang derita dan kebangkitan-Nya.
Konstitusi Dogmatis Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam
dunia Modern, Gaudium et Spes pada artikel 22 menuliskan bahwa Ia (Yesus)
bekerja memakai tangan manusiawi, Ia berfikir memakai akal budi manusiawi,
Ia bertindak atas kehendak manusiawi, Ia mengasihi dengan hati manusiawi. Ia
telah lahir dari Perawan Maria, sungguh menjadi salah seorang di antara kita,
dalam segalanya sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Artikel ini
menunjukkan bahwa Yesus yang kita kenal adalah seorang manusia sama seperti
kita manusia. Yesus lahir dari seorang perempuan, Ia bekerja, berfikir, bertindak
dan mengasihi selayaknya manusia.
Jiwa manusiawi Yesus benar-benar dilengkapi dengan kemampuan
untuk mengetahui secara manusiawi. Kemampuan ini secara historis memiliki
batas ruang dan waktu. Karena itu, ketika Yesus menjadi manusia bertambah
juga “dalam kebijaksanaan dan usia dan rahmat” (KGK art. 472). Kodrat
manusiawi Putra Allah mengenal dan menyatakan dalam diri-Nya-bukan dari
diri sendiri, melainkan berdasarkan hubungan-Nya dengan Sabda. Sabda telah
menjadi manusia dalam ketaatan-Nya sebagai manusia terhadap Bapa-Nya
menghendaki segala sesuatu (KGK art. 473). Kehendak manusiawi Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44
adalah “patuh dan tidak melawan dan tidak menentang, tetapi menyesuaikan diri
dengan kehendak-Nya yang ilahi dan mahakuasa (KGK art. 475). Karena Sabda
menjadi manusia dan menerima kodrat manusia yang sesungguhnya, maka
Kristus “terbatas dalam tubuh”. Karena itu, wajah manusiawi Yesus dapat
dilukiskan dengan terang-terangan dalam gambar-gambar kudus (KGK art. 476).
3. Yesus yang Ilahi
Yesus memiliki salah satu gelar yang disebut “Kristus” yang berarti
“terurapi”. Kristus menjadi nama bagi Yesus karena Ia secara sempurna
memenuhi perutusan ilahi (KGK art 436). Tahbisan Yesus menjadi Mesias
menyatakan perutusan-Nya yang ilahi. Bapalah yang mengurapi, Putra yang
diurapi, dalam Roh, yang adalah urapan itu sendiri (KGK art. 473). Keilahian
Yesus juga tampak setelah peristiwa kebangkitanNya. Ia dinyatakan sebagai
Putra Allah dalam kekuasaaan-Nya sesuai dengan Roh kekudusan oleh
kebangkitan-Nya dari antara orang mati (KGK art. 445).
Kyrios yang berarti „Tuhan” merupakan terjemahan dalam bahasa Ibrani
untuk menyebut nama Allah (YHWH). Kata “Kyrios” merupakan ungkapan
paling kuat dalam bahasa Yunani untuk menegaskan keilahian Allah Israel
(Zannoni, 2004: 57-58). Bagi Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di
Korintus, pernyataan iman semacam ini memerlukan kuasa Roh Kudus (1Kor
12:3). Kalau diilhami oleh Roh Kudus, kelihatanlah dalam sapaan “Tuhan”
pengakuan akan misteri Ilahi Yesus (KGK art. 448). “Tuhan” menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45
kekuasaan penguasa ilahi. Mengakui Yesus sebagai Tuhan atau berseru kepada-
Nya berarti percaya kepada ke-Allah-an-Nya (KGK art. 455).
Perjanjian Baru mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah “Tuhan”
lewat berbagai cara. Yesus menyatakan keberadaan-Nya jauh sebelum Ia berada
dalam rahim Maria (bdk. Yoh 8:58b). Dengan menyebut diri-Nya “TELAH
ADA”, Yesus menyamakan diri-Nya dengan nama Allah dan karena itu Ia
bersama dengan Allah. Penulis surat kepada umat di Ibrani menggambarkan
Putra Allah sebagai Sabda.
1Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dalam pelbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, 2maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan
perantaraan Anak-Nya, yang telah ia tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam
semesta. 3Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah
dan penopang segala yang ada dengan firan-Nya yang penuh kekuasaan
(Ibr 1: 1-3a).
Kutipan di atas merupakan prolog Kitab Ibrani yang berisikan ungkapan
Allah (Allah telah berbicara). Memperhatikan isinya, beberapa ayat tersebut
bergerak dari penasiran singkat firman Allah dalam Perjanjian Lama kepada
ringkasan tentang apa yang terpenuhi dalam peristiwa Yesus Kristus. Gagasan
selanjutnya menunjukkan bahwa “firman” merupakan perwahyuan Allah kepada
manusia. Tema yang menjiwai seluruh khotbah dalam prolog ini adalah
bagaimana mendengar dan menjawab perwahyuan Allah. Sejak dulu, Allah
berbicara dengan berbagai cara dalam Alkitab; sekarang, pada akhir zaman Ia
telah memberi pesan baru dalam Putra-Nya, Yesus. Ayat 2 dan 3 bermaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46
menekankan hubungan ilahi yang akrab antara Putra dengan Allah Bapa, bahkan
juga pra ada-Nya dan peranan-Nya dalam penciptaan (Bergant, 2002: 417).
4. Pengorbanan Yesus
a. Alasan secara Historis
Yesus dikhianati oleh sahabat-Nya dengan ciuman. Ia dijual dan
ditangkap. Dihadapkan ke pengadilan agama dan didakwa secara bertubi-tubi.
Atas nama seluruh bangsa, para rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah
penjajah supaya diadili dan Yesus harus mati. Demi alasan politik dan stabilitas,
akhirnya Yesus dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu juga
berjalan mulus dan itulah akhir perjalanan Yesus (KWI, 2012: 272).
Alasan mengapa Yesus dihukum mati pada waktu itu pada akhirnya
harus dikatakan bahwa Yesus menjadi kurban kebencian dan permusuhan para
pemimpin agama Yahudi. Yesus disingkirkan atas nama hukum Allah. Dapat
dikatakan bahwa apa yang dialami Yesus ini merupakan suatu tindak
pembunuhan keagamaan. Perwataan Yesus merupakan dasar atas segala rencana
dan pelaksanaan pembunuhan ini. Para pemimpin agama Yahudi menganggap
pewartaan Yesus berbahaya bagi kedudukan dan kuasa mereka. Namun,
berdasarkan tulisan yang dipasang di papan salib Yesus (INRI) menunjukkan
bahwa alasan hukuman mati yang diterima Yesus dari Pilatus adalah alasan
politik. (KWI, 2012: 273-274).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47
Pengadilan di muka Pilatus berakhir dengan hasil hukuman mati dengan
cara disalib bagi Yesus dan pembebasan untuk Barnabas (Mrk 15:15; 27:26).
Yesus didera serta dimahkotai duri. Dilanjutkan dengan peristiwa “jalan salib”
dan penyaliban yang diceritakan dengan caranya sendiri oleh setiap pengarang
Injil. Sesudah wafat-Nya, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh
Yusuf dari Arimatea (KWI, 2012: 275-276).
Yesus dihukum mati dan disalibkan sebagai seorang “penjahat”. Meski
Yesus dimakamkan secara hormat seletah Ia wafat, namun hal itu tidak
menutupi hinaan dan kerendahan kematianNya di kayu salib. Salib merupakan
suatu penghinaan yang luar biasa karena menurut arti sosialnya, orang yang
disalibkan kehilangan semua kehormatan dan penghargaannya dalam
masyarakat. Penyaliban selalu memiliki arti sosial-politik. Peristiwa ini
menunjukkan kebencian dari para lawan Yesus yang luar biasa dalam dan ingin
membinasakan Yesus secara total. Bukan membinasakan Yesus sebagai pribadi
melainkan sebagai tokoh masyarakat (KWI, 2012: 276-277).
Melihat apa yang dilakukan oleh para pemuka agama maupun orang-
orang Yahudi terhadap Yesus, Gereja menganggap orang Yahudi secara kolektif
tidak bertanggung jawab atas kematian Yesus.
Kalau memperhatikan proses pengadilan Yesus yang berbelit-belit,
sebagaimana tampak jelas dalam cerita-cerita Kitab Suci, dan dosa
pribadi dari orang-orang yang terlibat dalam proses itu (Yudas, Majelis
Agung, Pilatus) yang hanya diketahui oleh Allah sendiri, maka kita tidak
dapat meletakkan tanggung jawab mengenai pengadilan itu pada
keseluruhan orang-orang Yahudi di Yerusalem, walaujuga ada teriakan
dari sekelompok orang yang direkayasa dan meskipun tuduhan semacam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48
itu termuat dalam seruan para Rasul untuk bertobat sesudah Pentakosta.
Yesus sendiri, ketika dari salib mengamjugai mereka, dan kemudian
Petrus, memaafkan baik orang-orang Yahudi di Yerusalem yang “tidak
tahu”, maupun para pemimpin mereka (Kis 3: 17). Lebih lagi kita tidak
dapat melimpahkan tanggung jawab kepada orang-orang Yahudi lainnya
dari zaman dan tempat-tempat lain, semata-mata didasarkan pada
teriakan khalayak: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas
anak-anak kami “ (Mat 27: 25), suatu rumusan untuk mensahkan satu
putusan pengadilan (KGK art. 597).
Kutipan dari Katekismus Gereja Katolik artikel 597 di atas menunjukkan
bahwa kita tidak dapat menyalahkan peristiwa penangkapan, penganiayaan,
penyaliban hingga wafat Yesus itu kepada seluruh bangsa Yahudi. Artikel
selanjutnya (KGK art. 598) menegaskan kembali bahwa semua orang berdosa
turut menyebabkan kesengsaraan Allah. Karena dosa semua oranglah yang
mengantar Kristus menuju ke penderitaan-Nya.
b. Alasan secara Ilahi
Kisah Para Rasul bab 2 ayat 23 menuliskan: “ Dia yang diserahkan Allah
menurut maksud dan rencana-Nya,...”. Kutipan ini memberi petunjuk bahwa apa
yang terjadi atas Yesus di dunia merupakan maksud dan rencana Allah. Inilah
misteri rencana Allah. Dari kutipan ini juga dapat dilihat bahwa mereka yang
telah “menyerahkan” Yesus hanya merupakan pelakon tidak bebas dari sebuah
skenario yang telah ditentukan oleh Allah (KGK art. 599).
Rencana ilahi untuk mendatangkan keselamatan melalui kematian keji
Yesus sudah dimaklumkan lebih dahulu dalam Kitab Suci, yaitu sebagai misteri
penebusan yang mencakup segala sesuatu, artinya sebagai tebusan, yang
membebaskan manusia dari perhambaan dosa. Wafat Yesus yang menebuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49
ini merupakan pemenuhan nubuat mengenai hamba Allah yang menderita (KGK
art. 601). Dengan menyerahkan Putera-Nya karena dosa kita, Allah
menunjukkan bahwa rencana-Nya untuk kita adalah satu keputusan cinta yang
penuh kebaikan dan kasih (KGK art. 604).
c. Makna Pengorbanan Yesus
Kisah sengsara adalah drama moral yang tidak akan pernah berarti jika
tidak diimani. Kisah sengsara adalah pergumulan antara kebaikan dan kejahatan.
Makna dari semua kisah ini adalah untuk mengalahkan kekuasaan amoral dan
kejahatan atas kehidupan. Yesus membunuh kematian dengan menghilangkan
kebuntuannya, bukan dengan menghilangkan kematian itu sendiri
(McBride,2003: 195).
Kematian Kristus adalah kurban Paska, di mana “Anak Domba Allah,
yang menghapus dosa dunia” melaksanakan penebusan umat manusia secara
defintif. Yesus adalah kurban Perjanjian Baru yang menempatkan kembali
manusia dalam persekutuan dengan Allah (KGK art. 613). Kurban Kristus ini
menyempurnakan dan mengakhiri segala kurban. Kurban itu merupakan satu
anugerah Allah Bapa sendiri. Bapa menyerahkan Putra-Nya supaya
mendamaikan kita dengan diri-Nya (KGK art. 614). Yesus menjadi Hamba
Allah yang menderita, yang sebagai ganti menyerahkan diri-Nya untuk kurban
pemulihan sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Allah. Yesus telah menebus
dosa-dosa kita dan memberi pemulihan kepada Allah Bapa untuk kita (KGK art.
615).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50
“Cinta sampai kepada kesudahannya” (Yoh 13:1) memberi nilai khusus
kepada kurban Kristus dan mengakibatkan bahwa Ia menebus dan
memperbaiki, mendamaikan dan menyilih. Pada waktu menyerahkan
kehidupan-Nya untuk kita, Yesus mengenal kita semua dan mencintai
kita semua. “Kasih Kristus menguasai kami, karena kami telah mengerti,
bahwa kalau satu orang sudah mati untuk semua orang, maka semua
sudah mati” (2 Kor 5: 14). Tidak seorang manusia, malahan orang kudus
terbesar sekalijuga, yang mampu menanggung dosa semua manusia dan
menyerahkan diri sebagai kurban untuk semua. Tetapi berkat Pribadi
Putera ilahi di dalam Kristus, yang melampaui semua pribadi manusiawi
dan sekaligus merangkulnya dan membuat Kristus menjadi kepala
seluruh umat manusia, maka kurban Kristus dapat menebus semua orang
(KGK art. 616).
Artikel di atas menunjukkan kepada kita bahwa sengsara dan kematian
Yesus merupakan wujud cinta Yesus kepada Allah. Kurban Yesus membawa
nilai khusus untuk manusia, yaitu kurban penebusan. Keilahian Yesus sebagai
Putera Allah mengakibatkan pengorbanan Yesus ini menjadi kurban
keselamatan untuk semua orang berdosa. Jadi makna pengorbanan Yesus itu
adalah bentuk cinta-Nya kepada Allah secara total dan sadar dengan
melaksanakan karya Keselamatan Allah hingga wafat demi menebus dosa
semua orang. Allah mengasihi manusia dan telah mengutus Anak-Nya sebagai
pendamaian bagi dosa-dosa manusia (1 Yoh 4: 10). Allah mendamaikan dunia
dengan diri-Nya oleh Kristus (2 Kor 5: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sastra dapat menjadi suatu media ekspresi pengalaman manusia dengan
Tuhan. Dalam upaya untuk menemukan makna yang terkandung dalam sebuah
karya sastra, dibutuhkan kerangka acuan atau sarana untuk menggali kekayaan
pengalaman religius atau pengalaman iman (Naben, 2006: 114). Novel sebagai
salah satu bentuk karya sastra dapat dibaca oleh orang-orang di berbagai daerah
dan zaman yang berbeda-beda. Hal ini tentu dapat menimbulkan banyak
interpretasi yang berbeda pula. Faktor penyebab timbulnya perbedaan ini
dikarenakan dalam suatu karya sastra jauh lebih banyak mengandung berbagai
keungkinan dari pada di dunia nyata, juga karena pada hakekatnya manusia
memiliki perbedaan pola pikir berdasarkan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi
maupun budaya. Penelitian diperlukan untuk menggali makna yang terkandung
dalam karya sastra agar pemaknaan tersebut lebih terarah dan berunsur ilmiah.
Sejauh yang penulis ketahui, telah ada penelitian dengan menggunakan
novel The Devil and Miss Prym ini. Namun penelitian itu berbeda dengan
penelitian yang akan penulis laksanakan. Penelitian itu menggunakan novel The
Devil and Miss Prym sebagai bahan untuk menemukan nilai-nilai kebenaran suara
hati (Sitepu, 2001: viii). Selain itu, ada pula penelitian yang membahas mengenai
pelabelan Chantal Prym sebagai penyimpangan akibat pengaruh keberadaan nilai-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52
nilai tradisi dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi
sastra dalam pembahasan (Yudita Larasatiningrum, 2008: xii).
Penelitian dalam skripsi ini merupakan suatu sarana untuk menemukan
makna teologis yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym” karya
novelis Brazil, Paulo Coelho. Penelitian ini sekaligus sebagai sarana untuk
menemukan relevansi atas keterkaitan antara teologi dan sastra. Ketika unsur
teologis dalam karya sastra ditemukan, maka penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai bahan dalam berkatekese.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menemukan makna teologis
tentang pengorbanan yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym”.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu keilmuan dan
kepraktisan. Dari segi keilmuan, penelitian ini bermanfaat untuk memperkuat teori
tentang teologi dalam sastra. Dari segi kepraktisan, penelitian ini bermanfaat
sebagai sarana untuk berteologi. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini akan
digunakan sebagai bahan untuk berkatekese dengan metode Shared Christian
Praxis (SCP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53
D. Metodologi Penelitian
1. Data
Penulis menggunakan dua sumber data pustaka dalam penelitian ini, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Judul : The Devil and Miss Prym
Penulis : Paulo Coelho
Alih Bahasa : Rosi L. Simamora
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan/ Tahun terbit : Pertama/ 2005
Tebal buku : 250 halaman
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian
ini berupa artikel-artikel dari internet dan buku-buku yang berhubungan dengan
objek penelitian.
2. Pendekatan
Dalam penelitian ini, penulis memilih pendekatan pragmatis untuk
menghampiri objek. Pendekatan Pragmatis merupakan pendekatan yang
memberikan perhatian utama terhadap pembaca. Dengan indikator pembaca dan
karya sastra, pendekatan pragmatis bertujuan untuk memberikan manfaat kepada
pembaca (Ratna, 2012: 71-72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54
3. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang dijadikan bahan penelitian
(Adi, 2001: 28). Dalam penelitian ini, populasinya adalah data primer yang berupa
sebuah novel karya Paulo Coelho dengan judul “The Devil and Miss Prym”.
4. Sampel
Sampel artinya keseluruhan objek yang memiliki ciri-ciri yang terkandung
pada keseluruhan (Adi, 2001: 28). Sampel dalam penelitian ini adalah tokoh
Pastor.
5. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode hermeneutika.
Pada dasarnya, medium pesan adalah bahasa, jadi penafsiran disampaikan lewat
bahasa. Karya sastra perlu ditafsikan karena di satu pihak karya sastra terdiri atas
bahasa dan di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi, atau dengan
sengaja disembunyikan. Metode hermeneutika tidak mencari makna yang benar,
melainkan makna yang paling optimal (Ratna, 2012: 45-46).
Penulis memilih hermeneutika sebagai metode dalam penelitian ini
berdasarkan pertimbangan bahwa metode ini merupakan metode yang paling tepat
untuk memahami unsur teologis dalam karya sastra. Teologi Kristiani merupakan
refleksi ilmiah orang kristen atas iman yang dihayati sebagai orang beragama
kristiani (Dister, 2007: 35), itu berarti isi iman kristiani tergantung pada agama
kristen itu sendiri. Agama dan sastra adalah bahasa, baik lisan maupun tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55
Jadi baik agama maupun sastra yang terdiri atas bahasa tidak dapat dibuktikan
karena ini menyangkut keyakinan dan imaginasi, tapi dapat (harus) ditafsirkan.
E. Landasan Teori
Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah (Adi Triyono,
2001: 29). Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori yang akan
penulis gunakan untuk menemukan makna teologis yang terkandung dalam novel
The Devil and Miss Prym. Teori-teori tersebut adalah teori hermeneutika Paul
Ricoeur dan teori hasrat segitiga (triangular desire) dan teori kambing hitam Rene
Girard.
1. Teori Hermeneutika
Hermeneutika secara umum dapat diartikan sebagai teori atau filsafat
tentang interpretasi makna. Kata hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani
“hermeneuein” yang berarti menafsirkan (Triatmoko, 1993: 61). Banyak filsuf
yang membahas mengenai teori atau filsafat ini, seperti Martin Heidegger, Hans
George Gadamer, sampai pada Paul Ricoeur. Dalam skripsi ini, penulis memilih
menggunakan teori atau filsafat Paul Ricoeur dengan alasan teori atau filsafat
Ricoeur sesuai dengan metodologi dalam penelitian.
Hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam
menafsirkan teks. Gagasan utama teori ini adalah pemahaman (understanding)
pada teks. Menurut Ricoeur, teks adalah wacana yang dibakukan lewat bahasa.
Apa yang dibakukan oleh tulisan adalah wacana yang dapat diucapkan, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56
wacana ditulis bukan karena tidak diucapkan, oleh karena itu teks berdiri secara
otonom (Ikhwan, 2010:151-152).
Ricoeur mengembangkan teks sebagai wacana dengan mengacu pada
dialektika antara peristiwa dan makna, yaitu peristiwa sebagai proposisi yang
dianggap sebagai fungsi predikatif yang digabung dengan identifikasi. Jadi,
wacana diaktualisasikan sebagai peristiwa; dan semua wacana dipahami sebagai
makna. Seperti dua fungsi sebagai identifikasi dan predikasi, makna atau sense
berarti menunjukkan pada isi proposisional. Penekanan dan pelampauan peristiwa
dalam makna inilah ciri utama wacana hermeneutika Paul Ricoeur (Ikhwan,
2010:153).
Makna teks ini mengacu pada apa yang dilakukan pembaca dan apa yang
dilakukan kalimat. Makna teks sebagai proposisi merupakan sisi “objektif” makna
ini. Penjelasan mengenai sisi objektif wacana dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dapat diartikan “apa”-nya wacana (sense) dan “tentang apa” wacana
(reference). Jika sense imanen terhadap wacana dan objektif dalam arti ideal,
dengan kata lain sense berkolerasi dengan fungsi identifikasi dan fungsi predikatif
dalam kalimat. Sedangkan reference mengungkap gerak ketika bahasa melampaui
dirinya sendiri, maka reference menghubungkan bahasa dengan dunia (Ikhwan,
2010: 153).
Dialektika sense dan reference memiliki kaitan dengan dialektika
peristiwa dan makna karena “mengacu” pada apa yang dituju kalimat dalam
situasi tertentu seperti apa yang dilakukan pembicara ketika ia menerapkan kata-
katanya dalam realitas. Peristiwa ujaran terjadi ketika seseorang mengacu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57
suatu waktu tertentu. Akan tetapi, peristiwa itu menerima strukturnya dari apa
makna sebagai sense yang dilewati oleh intensi yang mengacu pembicara. Ricoeur
membedakan arti reference setiap proposisi. Arti adalah objek ideal yang
dimaksudkan oleh proposisi sehingga bersifat imanen. Reference adalah nilai
kebenaran dari proposisi sehingga tuntunannya menjangkau kebenaran. Referensi
membedakan wacana dari bahasa sebagai language. Bahasa sebagai language
tidak memiliki kenyataan dan hanya dengan kata-kata leksikal belaka. Hanya
wacana yang memaksudkan kenyataan, menerapkan dirinya pada kenyataan, dan
menyatakan dunia (Ikhwan, 2010: 153-154).
Ricoeur menekankan kajian hermeneutikanya pada pemahaman teks
(otonomi semantik teks), yang interpretasinya didasarkan pada teks. Jadi konsep
ini tidak lagi berhubungan dengan psikologi pengarangnya karena tali-tali antara
pengarang dan karyanya telah diputuskan. Teks mempunyai dunianya sendiri
yang terlepas dari beban psikologis mental pengarangnya. Interpretasi bergerak
pada dua wilayah karena teks adalah bahasa tulis yang memenuhi dirinya sendiri.
Wilayah itu adalah “kedalam” sense yang berupa “penjelasan” (explanation)
terhadap dunia dalam teks yang bersifat objektivasi dan “keluar” reference yang
berupa pemahaman terhadap dunia luar yang diacu oleh teks yang bersifat
subjektivasi (Ikhwan, 2010: 154:155).
a. Pemikiran Ricoeur: dari simbol ke teks
Pemikiran Ricoeur tentang simbol-simbol sering dianggap sebagai titik
tolak analisis hermeneutikanya. Ricoeur mendefinisikan interpretasi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58
“usaha akal budi untuk menguak makna tersembunyi dibalik makna yang
langsung tampak, atau untuk menyingkap tingkat makna yang diandaikan dalam
makna harafiah”. Dari definisi ini, Ricoeur melihat struktur simbol sebagai
intensionalitas ganda, yaitu makna harafiah dan makna tersembunyi.
Intensionalitas inilah yang mengundang interpretasi. Hermeneutika, dengan
demikian menjadi suatu proses penguraian yang memunculkan arti dan makna
dari keadaan semula yang tersembunyi. Interpretasi atas simbol mengandaikan
bahwa simbol itu di satu pihak harus di mengerti atas dirinya dan di lain pihak
juga harus di pahami sebagai sesuatu yang mengatasi dirinya, karena simbolisme
berakar dalam fungsi simbolik yang umum untuk semua kata-kata, berakar dalam
fungsi universal dari bahasa (Triatmoko, 1993:70 dan 72).
Simbol-simbol memiliki arti lebih dari pada yang dikatakannya. Ekspresi
simbolik mengekspresikan (menandai) sekaligus mengindikasikan (menunjuk
pada) sesuatu itu. Sebuah ekspresi simbolik adalah sebuah fungsi ganda, yaitu apa
yang dimaksudkan subjek dan apa yang ditunjukkan simbol tersebut. Simbolisme
mengandaikan hermeneutika karena ia merupakan sebuah ekspresi bermakna-
ganda sementara hermeneutika adalah seni untuk menguraikan simbol-simbol.
Ekspresi bermakna ganda mendefinisikan sebuah simbol dengan struktur semantik
di mana makna pada tatanan pertama menunjuk pada makna tatanan kedua yang
dapat digapai pada makna tatanan pertama tadi. “Kekuatan pengungkap”
(revealing power) dari simbol-simbol itu adalah apa yang mengikat pada makna,
dan makna pada saya. Kita dapat turut berpartisipasi dalam simbol ketika kita
memahaminya, dengan kata lain, kita percaya bahwa sebuah simbol memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59
kemampuan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada kita. Pemahaman
merupakan sebentuk partisipasi karena untuk bisa memahami seseorang harus siap
untuk mempercayai. Keyakinan bahwa simbol memiliki kekuatan pengungkap
untuk menyampaikan dan memulihkan makna yang hilang atau tersembunyi
menghidupi hermeneutika, sehingga dalam pengertian ini, interpretasi adalah
sebuah ingatan akan makna (a recollection of meaning) (Kaplan, 2010: 30-31).
b. Appropriasi
Appropriasi menjadi tujuan utama dari semua hermeneutika. Ricoeur
melihat pendekatan struktural sebagai suatu kutub objektif dalam proses
interpretasi yang mempersiapkan kutub subjektif yang dinamakan appropiasi.
Pendekatan struktural dan pemahaman hermeneutik dilihat oleh Ricoeur secara
dialektik sebagai dua hal yang saling melengkapi. Teks memiliki struktur imanen
yang membutuhkan cara pendekatan struktural dan teks juga memiliki referensi
luar yang mengatasi bidang filsafat bahasa. Struktur imanen dari teks ini membuat
teks menjadi otonom oleh karena adanya proses distansi. Konsekuensi proses
distansi inilah yang menjadi lahan bagi proses appropriasi, sehingga appropriasi
berarti membuat apa yang asing menjadi milik sendiri lewat pembacaan kembali
teks yang membuka cakrawala/ dunia teks baru yang harus dimengerti dalam arti
esensial, yakni sebagai suatu cara baru untuk memahami realitas (Triatmoko,
1993:73-74).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60
2. Teori Hasrat Segitiga dan Teori Kambing Hitam
a. Teori Hasrat Segitiga
Hasrat segitiga merupakan teori fase pertama yang ditemukan oleh Rene
Girard berdasarkan hasil analisis novel karya Gustave Flaubert (1821-1880),
Stendhal (1783-1842), Marcel Proust (1871-1922), dan Fyodor Dostojevsky
(1821-1881) (Sindhunata, 2007: 22). Girard menolak adanya garis linear yang
menghubungkan secara langsung antara objek dengan subjek, melainkan karena
ada mediator hasrat (mediator of desire) yang memilihkan dan menentukan objek-
objek dari hasrat subjek. Jadi, subjek dan objek tidak berada dalam satu garis
linear langsung, melainkan dalam hubungan segitiga di mana mediator sebagai
titik tengahnya (Sindhunata, 2007: 19-21), model inilah yang disebut hasrat
segitiga (triangular desire).
Girard berpendapat bahwa semua pengetahuan manusia itu adalah
sistematik. Realitas manusia meskipun terlihat tidak menentu, irasional, dan tidak
sistematis, namun memiliki kekuatan untuk membentuk dirinya sebagai realitas
tertentu. Realitas manusia itu mempunyai logika untuk membentuk dirinya
sebagai realitas. Dalam artian inilah realitas manusia merupakan suatu sistem,
yaitu pandangan dasar tertentu dalam perilaku manusia, yang menghasilkan pola
hubungan antar manusia yang menentu pula. Pola hubungan ini berakibat pada
setiap aspek kehidupan, termasuk dalam karya sastra. Teori hasrat segitiga
merupakan pengetahuan sistematis yang eksplisit atas sistematika karya sastra.
Dengan teori hasrat segitiga dapat terlihat dengan jelas bagaimana pola hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61
manusia dalam masyarakat. Hasrat segitiga adalah sistem dari masyarakat itu
sendiri (Sindhunata, 2007: 21-22).
Girard menemukan bahwa hasrat segitiga itu selalu ada, tidak terelakkan,
karena mediator selalu hadir dalam setiap objek yang diinginkan subjek. Hasrat
segitiga bukanlah pola mati. Hasrat segitiga ini tidak dapat ditentukan dan dilihat
jelas pada suatu tempat, dan ia tampak tidak memiliki realitas. Ia adalah sistem
yang dikejar, dihayati, dan dihidupi oleh subjek. Dalam artian ini, subjek tidak
lagi menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi peniru mediator. Dari sini
terbukalah kenyataan dalam masyarakat yang kehidupannya berjalan berdasarkan
sistem tiru-meniru (Sindhunata, 2007: 22-23).
Girard menemukan adanya dua jenis mediasi berdasarkan hasil
penelitiannya, yaitu mediasi ekstern dan mediasi intern. Mediasi ekstern keadaan
di mana adanya jarak spiritual yang sangat jauh antara subjek dan mediator yang
membuat subjek merasa rendah diri padahal hatinya terbakar untuk meniru
mediator. Jarak spiritual yang dimaksud di sini adalah perbedaan derajat atau
pangkat. Sedangkan mediasi intern adalah keadaan di mana subjek dan mediator
berada pada lingkungan yang satu dan sama dan hampir tidak memiliki perbedaan
derajat. Subjek atau si peniru dapat mendekati objek yang dibela atau diinginkan
mediator, bahkan bisa merebutnya (Sindhunata, 2007: 25).
Mediasi intern ini pada akhirnya memunculkan rivalitas antara subjek dan
mediator. Hal ini terjadi karena baik subjek maupun mediator sama-sama
mengingkari peniruannya, menjaga gengsi keaslian dirinya, dan menyembunyikan
imitasinya. Subjek tidak mau dikatakan meniru mediator meskipun dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62
tindakannya terlihat ia meniru mesdiator. Sementara mediator yang dikagumi
penirunya itu lama-lama takut tersaingi, sehingga murid yang belajar padanya kini
dibencinya, jadi musuhnya. Kebencian mediator ini memecahkan perasaan subjek,
menjadi benci dan kagum terhadap mediator. Perasaan seperti ini disebut hatred,
dengki. Dalam kedengkian itu, yang pertama kali muncul adalah rasa kagum
terhadap mediator. Namun rasa kagum itu disembunyikan hingga berakibat subjek
hanya melihat mediator sebgai penghalang. Dengan demikian terjadi pembalikan
peran oleh subjek terhadap mediator yang tadinya sebagai panutan untuk ditiru
menjadi penghalang. Karena kedengkian ini pula, terjadi pembalikan proses
terjadinya hasrat. Bagi subjek, kini mediator adalah rival karena ia menghalangi
hasrat subjek yang menurutnya hasrat itu timbul asli dari dirinya, spontan, padahal
hasrat itu timbul dari dan karena mediator (Sindhunata, 2007: 25-26).
Menurut girard, fenomena kedengkian pada zaman modern ini mengarah
pada pengertian keirihatian. Hakikat keirihatian adalah kegagalan dan
kelumpuhan. Pengertian iri hati itu akan komplet jika kita tidak melupakan
mediasi intern dari hasrat segitiga yang menjadi sistem masyarakat modern.
Emosi-emosi yang melanda masyarakat modern kini adalah buah hasil vanity
(hasrat yang ikut-ikutan) (Sindhunata, 2007: 26-27).
Mencintai dengan mencemburu muncul kemudian setelah keirihatian.
Subjek menjadi budak orang yang ditirunya padahal orang yang ia tiru itu
dibencinya setengah mati. Mediator tidak disembunyikan lagi. Maka kebencian
dan keirihatian tidak tertutupi lagi (Sindhunata, 2007: 30-34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63
Hasrat segitiga itu satu, tapi ia bisa menciptakan dua ujung korban karena
mediasi ekstern dan mediasi intern. Hasrat segitiga adalah satu dan sama. Subjek
(peniru) yang menurunkan keirihatian, kesombongan, cinta dan cemburu, hingga
pada cinta dan benci. Kedengkian, iri hati, dan ketidakberdayaan diri adalah hasil
ilusi akan spontanitas individu yang sebenarnya ada dalam cengkraman tirani
mediator (Sindhunata, 2007: 37).
Hasrat segitiga adalah suatu sistem yang metafisik, karena ia merupakan
struktur dasar pengalaman manusia yang menjelma dalam gejala-gejala
pengalaman konkret yang satu sama lain sebenarnya satu dan seragam. Sistem itu
menentukan pola hubungan manusia yang diceritakan para novelis. Perbedaan
secara individual (watak, pribadi, kualitas para tokoh) maupun secara sosial-
historis (kehidupan para tokoh dalam masyarakat dan kurun waktu tertentu) tidak
bisa meniadakan kemiripan pola tingkah laku mereka, karena mereka
bersumberkan pada sistem metafisik yang satu dan sama, yaitu hasrat segitiga
(Sindhunata, 2007: 39).
Hasrat segitiga membuat orang mentransfigurasikan objek-objek yang
abstrak seakan-akan konkret. Dalam artian ini memaksa diri agar objek-objek itu
sungguh-sungguh ada secara konkrit. Mediator adalah surya yang memancarkan
cahaya misterius, yang membuat objek-objek bersinar terang. Padahal itu adalah
suatu bentuk hasutan dan tipuan moderator agar subjek menganggap keinginan
akan objek-objek itu adalah spontan yang orisinil (passion). Passion dapat muncul
juga dalam suatu novel, namun pasion itu mandul. Passion tidak pernah bisa
mengubah objek. Pada akhirnya karena desakan mediator, vanity menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64
berkuasa karena vanity muncul dari tokoh-tokoh yang disebut paling passionate
sehingga passion itu tidak dapat lagi disebut passion (Sindhunata, 2007: 41-43).
Hasrat segitiga Girard pada akhirnya dapat disebut sebagai teori literer
Rene Girard yang menjadi isi dari pengertian “mimesis”. Dalam karya-karya
Girard kemudian, ia tidak ragu-ragu lagi menyebut hasrat segitiga sebagai
mimesis. Dan teori hasrat segitiga atau mimesis Girard ini mengandung dua
pokok pikiran berikut:
Pertama, hasrat manusia itu tidak pernah otonom secara sempurna.
Mediator menjadi jalan bagi subjek untuk menuju kepada objek. Jadi, hasrat itu
mengikuti pola segitiga. Subjek menghasratkan objek lewat mediator. Kedua,
hasrat segitiga itu, mau tidak mau menyimpan rivalitas. Mediator yang semula
adalah model (untuk ditiru), lama-lama dianggap menjadi rival yang menghalangi
hasratnya. Hubungan subjek dan mediator sungguh kompleks dan ruwet. Ketika
persaingan mereka semakin ketat, makin model dianggap rival yang menghalangi,
makin subjek menginginkan rival yang penghalang itu jadi modelnya (Sindhunata,
2007: 85-86).
Teori Girard tentang mimesis adalah semacam structural geometry, yang
sangat rasional. Mimesis adalah suatu status metafisik yang dinamis, yang
mendahului individu dan masyarakat, dan menjerat individu, dan masyarakat.
Mimesis bisa dianggap irasional (negatif), tapi sebagai suatu status, ia sangat
sistematis dan rasional (positif). Mimesis Girard menyediakan dan mencakup
kemungkinan perpaduan antara model dan peniru. Girard tidak menghindarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65
kemungkinan konflik antara keduanya. Konflik itulah yang menjadi salah satu
unsur yang dinamis dalam mimesis (Sindhunata, 2007: 87-90).
b. Teori Kambing Hitam
Teori kambing hitam adalah fase kedua teori Girard setelah teori hasrat
segitiga atau mimesis. Girard memperluas rivalitas dalam teori mimesis yang
bersifat individual ke arah luar, yaitu rivalitas mengenai relasi-relasi sosial dalam
masyarakat. Di sinilah ia menemukan bahwa mimesis hasrat itu mau tidak mau
membuahkan mekanisme kambing hitam. Berikut adalah kilas balik
perkembangan pemkiran Girard, mulai dari teori mimesisnya sampai ke teori
kambing hitam dalam bentuk butir-butir ringkasan Raymund Schwager (dalam
Sindhunata, 2007: 204-205):
a) Hasrat manusia pada pokoknya tak terarahkan pada sebuah objek yang
spesifik. Hal ini karena adanya hasrat segitiga atau mimesis.
b) Hasrat yang lahir karena mimesis itu mau tak mau mengakibatkan konflik.
Makin hasrat meningkat, makin orang memfokuskan dirinya pada rival yang
harus dilawannya. Rivalitas ini mau tidak mau mengarah pada kekerasan
untuk memperjuangkan hasratnya dan mempertahankan hidupnya.
c) Karena semua manusia itu mencenderungi tindakan kekerasan, hidup damai
dalam masyarakat tidak dapat diandaikan akan terjadi dengan sendirinya. Akal
sehat maupun maksud baik tidak menjadi jaminan bagi kedamaian itu. Namun
peluang bagi kedamaian itu tetap ada dengan cara mengalihkan agresi yang
saling bermusuhan itu ke dalam kekerasan yang satu dan seragam, kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66
dari semua melawan satu. Maka semua orang lalu mengerahkan
permusuhannya dan kekerasan pada kambing hitam, yang dipilih mereka
secara sewenang-wenang. Sekarang kesalahan ada pada pihak kambing hitam,
bukan pada mereka. Itulah mekanisme kambing hitam.
d) Mimesis mengakibatkan hasrat mereka berbenturan satu sama lain
mengakibatkan konflik dan rivalitas, juga melahirkan kekerasan. Sedangkan
kambing hitam meredamkan rivalitas, menghilangkan konflik dan kekerasan,
dan masyarakat kembali ke dalam ketenangannya. Lewat pengosongan
kolektif terhadap hassrat mimetis yang saling menghancurkan itu, kambing
hitam yang tadinya dianggap jahat dan penyebab kekerasan, kini disakralkan
dan dianggap sebagai pembawa keselamatan. Karena dialah lahir kekerasan
sakral yang dipraktekkan dalam ritual.
e) Dalam praktik korban, kekerasan kolektif yang asali dialihkan menjadi
kekerasan pada kambing hitam. Hal itu diatur dan dikontrol dengan ketentuan
dan aturan ritus yang ketat dan keras. Dengan demikian, agresi internal
dikosongkan keluar , dan masyarakat dipulihkan dari kehancuran diri.
F. Teknik Analisis
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan teknik analisis hermeneutika
Paul Ricoeur sebagai acuan untuk melakukan analisis novel “The Devil and Miss
Prym”. Teknik analisis dengan menggunakan paradigma teori hermeneutika Paul
Ricoeur mencakup tiga langkah kerja analisisnya (dalam Ikhwan, 2010: 163-164),
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67
1. Langkah objektif
Langkah objektif (penjelasan), yaitu menganalisis dan mendeskripsikan
unsur-unsur pembangun karya sastra. Unsur-unsur pembangun sebuah karya
sastra terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri atas alur,
tokoh, dan latar. Sedangkan sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa
dan suasana, simbol-simmbol, imagi-imagi, dan cara-cara pemilihan judul.
Dalam penelitian ini, penulis tidak akan mendeskripsikan seluruh unsur-
unsur struktur pembangun novel “The Devil and Miss Prym” mengingat model
pendekatan yang penulis gunakan adalah resepsi sastra – postrukturalisme, maka
penulis akan menganalisis unsur struktur pembangun novel, yaitu analisis tokoh
dan penokohan.
2. Langkah Reflektif
Langkah Reflektif (pemahaman), yaitu menghubungkan dunia objektif teks
dengan dunia yang diacu (referrence).
3. Langkah Filosofis
Langkah Filosofis yaitu langkah pemahaman pada tingkat being atau keberadaan
makna itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
ANALISIS NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM”DENGAN TEKNIK
ANALISIS HERMENEUTIKA DAN CONTOH PERSIAPAN KATEKESE
UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI BENTUK
APLIKASI
Dalam bab ini, penulis akan membagi menjadi dua bagian utama. Pada
bagian pertama, penulis akan mendeskripsikan analisis novel “The Devil and Miss
Prym”. Sedangkan bagian kedua adalah contoh aplikasi atas analisis novel dalam
bentuk program katekesemodel Shared Christian Praxis (SCP).
A. Analisis Novel “The devil and Miss Prym” dengan Teknik Analisis
Hermeneutika
Analisis novel dengan menggunakan teknik analisis hermeneutika
bergerak dari langkah objektif (analisis unsur-unsur pembangun karya sastra), lalu
reflektif (menghubungkan dunia objektif teks dengan dunia yang diacu),
kemudian langkah filosofis (pemahaman pada tingkat keberadaan makna).
1. Langkah Objektif
Langkah objektif merupakan langkah awal dari analisis teks dengan teknik
analisis hermeneutika. Langkah objektif bekerja dengan cara menganalisis dan
mendeskripsikan unsur-unsur pembangun karya sastra. Unsur pembangun karya
sastra yang akan penulis analisis adalah tokoh dan penokohan pastor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69
Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif
(karya sastra). Pembicaraan mengenai tokoh dengan segala perwatakan dengan
berbagai citra jati dirinya, dalam banyak hal, menarik banyak perhatian orang.
Tokoh dan penokohan menjadi penting dan menarik karena tokohlah yang
diceritakan dalam suatu karya sastra, tokohlah yang melakukan sesuatu dan
dikenai sesuatu, tokohlah yang membuat konflik. Segala hal ini adalah urusan
tokoh dan penokohan (Nurgiyantoro, 2005: 164).
Tokoh „pastor‟ merupakan tokoh utama tambahan dalam novel ini. Tokoh
utama tambahan adalah tokoh yang tergolong penting dan memiliki kadar
keutamaan lebih banyak dari pada tokoh-tokoh tambahan yang lain namun tidak
sebanyak tokoh utama (yang) utama (Nurgiyantoro, 2005: 176-178). Tokoh pastor
tidak banyak muncul seperti halnya tokoh orang asing maupun Miss Prym, namun
tokoh pastor memiliki peranan penting dalam perkembangan plot novel ini.
Bahkan, Paulo Coelho juga menuliskan kisah tentang tokoh pastor ini dalam bab
tersendiri.
Nama „pastor‟ memiliki arti atau makna yang cukup jelas. English
Dictionary menuliskan Priest, a person authorized to perform sacred rites; ...
Roman Catholic clergyman ranking below a Bishop (1999, 335). Jadi, pastor
adalah seorang yang bekerja sebagai pendeta katolik dibawah uskup dan ia
berwenang melakukan ritual sakral/ keagamaan katolik.
(1) Sejak masih belia, ia telah disiapkan menjalani kehidupan pastor, dan
itulah panggilan hidupnya. Ketika usianya dua puluh satu tahun, ia
telah ditahbiskan sebagai pastor. Semua orang mengagumi talentanya
sebagai pastor pembantu. Ia mengucapkan doanya setiap malam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70
mengunjungi orang-orang sakit dan orang-orang yang dipenjara, serta
memberi makan orang yang kelaparan – seperti yang diperintahkan
Kitab Suci. Tak lama kemudian ketenarannya menyebar ke seluruh
wilayah dan sampai ke telinga uskup, orang yang terkenal bijaksana
dan adil. (Coelho, 2005: 185-186)
Kutipan teks di atas menunjukkan bahwa pastor adalah seorang katolik.
Pastor terkenal sebagai seorang yang cerdas dan beriman. Ia telah menjalani
kehidupan sebagai seorang pastor sejak kecil dan ini membantunya untuk menjadi
imam yang taat setelah ia ditahbiskan. Kecerdasan dan gaya hidupnya itu
terdengar sampai ke telinga Uskup.
Kata “Uskup” dalam kutipan tersebut menunjuk pada suatu jabatan dalam
susunan hierarki agama Katolik. Katekismus Gereja Katolik artikel 881
menuliskan, jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar
Gereja di bawah kekuasaan tertinggi (primat) Paus, wewenang itu dilanjutkan
oleh para Uskup.
Sebagai pastor muda, ia sangat menginginkan kebijaksanaan. Ia merasa
sudah bijaksana dengan semangat berderma dan kerendahan hati. Di Viscos pastor
menyadari bahwa kebijaksanaannya itu telah membawanya pada kesombongan.
(2) “Tidak,” sahut pastor, “aku hanya menginginkan kebijaksanaan”
(Coelho, 2005: 188)
(3) Sepuluh tahun berlalu. Pada akhir tahun ke sepuluh, pastor menyadari
kesalahannya: pencariannya terhadap kebijaksanaan telah menjadi
kesombongan. Ia begitu yakin terhadap keadilan ilahi, sehingga gagal
menyeimbangkannya dengan kemampuan diplomasi. (Coelho, 2005:
189)
Kehidupan sebagai seorang pastor tentu mempercayai kehadiran Tuhan
dalam setiap peristiwa kehidupan. Hal ini yang mendorong pastor untuk terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71
mencari kebijaksanaan. Mengingat bahwa sejak kecil pastor telah menjalani
kehidupan sebagai seorang pastor, menjadi pastor di usianya yang masih muda,
dan mampu menjadi pastor pembantu yang baik telah membuat pastor merasa
dirinya mampu mengubah masyarakat Viscos. Namun ketika dihadapkan pada
kehidupan masyarakat Viscos yang tidak membiarkan Tuhan hadir dalam hidup
mereka, pastor mulai menyadari bahwa pencariannya selama ini berubah menjadi
kesombongan.
Pastor terpengaruh oleh keadaan yang tidak berubahdari waktu ke waktu.
Ia mulai putus asa dan merasa hidupnya di Viscos menjadi sia-sia.
(4) Setelah dua puluh tahun, pada suatu malam ia terbangun dalam
keadaan putus asa: hidupnya benar-benar sia-sia. Ia tahu betapa besar
kemampuannya dan betapa sedikit yang telah dicapainya. Ia teringat
dua carik kertas yang selalu di simpannya di saku, dan sadar kini ia
selalu merogoh ke saku kanan. Ia ingin menjadi bijaksana, tapi tidak
memiliki kemampuan berpolitik. Ia ingin bersikap adil, namun tidak
memiliki kearifan. Ia ingin menjadi politikus, tapi tidak mempunyai
keberanian. (Coelho, 2005: 190)
Kutipan di atas semakin memperjelas karakteristik tokoh pastor dalam hal
kebijaksanaan dan keadilan. Pada saku kanan pastor, terdapat secarik kertas yang
bertuliskan “Aku bukan apa-apa selain debu dan abu” (Coelho, 2005:118).
Kalimat ini menunjuk pada kesadaran diri dan kepasrahan diri manusia sebagai
ciptaan Allah. Dasar dari sikap manusiawi adalah manusia itu sendiri. Menjadi
bijaksana tentu membutuhkan keseimbangan dalam pemikiran dan bersikap.
Sebagai seorang katolik yang taat, pastor percaya bahwa Tuhan telah
menjawab doa-doanya. Untuk mengembalikan Viscos sebagai desa yang religius,
pastor merelakan diri untuk menjadi alat jahat Tuhan. Pastor menunjukkan sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72
jahatnya untuk menjadikan dirinya baik di mata Tuhan. Itulah sifat rendah diri
pastor yang ditujukan untuk Tuhan.
(5) Baru ketika miss Prym mengutarakan tentang tawaran itulah ia
menyadari doa-doanya telah terjawab. (Coelho, 2005: 192)
(6) “Kejahatan perlu mewujudkan dirinya agar penduduk Viscos mengerti
nilai kebaikan.” Sebagaimana pengkhianat di Alkitab memahami apa
yang telah dilakukannya segera setelah ia mengkhianati Yesus, orang-
orang di desa inipun akan menyadari perbuatan mereka. Mereka akan
merasa sangat menyesal, hingga satu-satunya tempat mereka mengadu
adalah Gereja. Dan setelah bertahun-tahun, Viscos sekali lagi akan
menjadi desa Kristiani. (Coelho, 2005: 192)
(7) Perannya adalah menjadi alat Jahat; itulah tindakan paling rendah hati
yang bisa dipersembahkannya kepada Tuhan. (Coelho, 2005: 192)
Kutipan pada nomor 5 mengacu pada peristiwa ketika Miss Prym
mengungkapkan tentang emas dan pembunuhan yang diinginkan tokoh pria asing
(Coelho, 2005: 98-103).Perlu diketahui, kedatangan pria asing ke Viscos adalah
untuk menemukan pencarian atas pertanyaan dalam dirinya tentang sifat dasar
manusia apakah baik atau jahat. Pria asing datang dengan membawa sebelas
batang emas sebagai imbalan bagi penduduk Viscos jika ada seorang penduduk
yang dikorbankan (dibunuh) (Coelho,2005: 18-33). Alasan inilah yang
memunculkan hasrat dalam diri pastor untuk menjadi alat jahat Tuhan.
Pastor adalah seorang hamba Tuhan yang sangat patuh pada agamanya. Ia
adalah seorang katolik yang taat dan mempercayai kisah pengorbanan Yesus
sebagai kisah penyelamatan umat manusia.
(8) “Satu-satunya yang kutahu adalah agamaku. Dalam agamaku,
pengorbanan satu orang manusia menyelamatkan seluruh manusia”
(Coelho, 2005: 139)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73
Kata “agamaku” dalam kutipan di atas jelas menunjuk pada agama katolik
yang dianut oleh pastor. Dalam agama katolik, “pengorbanan satu orang manusia”
yang dapat menyelamatkan seluruh manusia adalah pengorbanan Yesus (bdk.
KGK art 517).
Tokoh pastor ingin membuktikan keberadaannya sebagai orang yang saleh
di desa itu. Ia tetap mengadakan berbagai ritual keagamaan meski ia tahu bahwa
penduduk Viscos tidak benar-benar religius.
(9) Yang jelas, hanya sedikit yang mau repot-repot menghadiri misa yang
diadakan dua kali seminggu, satu pada hari Sabtu dan satu lagi hari
Minggu, keduanya dimulai pukul sebelas pagi. Meski demikian, pastor
selalu memastikan misa ini ini tetap diadakan, meski hanya sebagai
pembenaran atas keberadaannya di Viscos. Ia ingin memberi kesan
dirinya orang saleh yang sibuk. (Coelho, 2005: 161)
Pastor dapat melihat ketakutan penduduk desa, karena itu ia
memanfaatkan situasi tersebut untuk menunjukkan sifatnya sebagai seorang
pemimpin yang pandai berdiplomasi.
(10) “Biar aku saja yang memimpin pertemuan,” sahut pastor (Coelho,
2005: 193)
(11) “Lagi-lagi rasa takut,” pikir pastor. “kalau ingin mengendalikan
seseorang, kau hanya perlu membuat mereka takut,” (Coelho, 2005:
193)
Pastor tidak bisa mengatakan dengan terus terang siapa yang akan
dikorbankan meskipun ia telah memiliki korban itu sendiri. Ia mengusulkan tiga
nama termasuk dirinya. Pasor menyusun seolah-olah dia ingin mengorbankan
dirinya.
(12) Semua orang di desa ini memiliki seseorang yang akan merasa
kehilangan bila sesuatu terjadi kepada mereka, dan tak satupun dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74
kita ingin sesuatu menimpa orang-orang yang kita kasihi. Hanya tiga
orang yang tidur sendirian di desa ini: aku sendiri, Berta, dan Miss
Prym.” (Coelho, 2005: 177)
(13) “Apakah kau menawarkan dirimu sendiri untuk berkorban, pastor?
“
“ Jika itu demi kebaikan semua” (Coelho, 2005: 177)
(14) Hanya beberapa jam sebelumnya, ia menawarkan dirinya sendiri
untuk menjadi martir. Tindakan itu penuh resiko, tapi ia sudah
mempersiapkan diri nya kalau saja orang-orang itu berfikiran panjang
dan tidak mudah dimanipulasi. (Coelho, 2005: 185)
Cerdik adalah gambaran sifat yang dapat menjelaskan tokoh pastor dalam
kutipan di atas. Pastor memilih orang-orang yang tidak memiliki kerabat di desa
itu untuk dijadikan korban. Sebagai pastor, ia adalah orang asing yang datang
untuk melakukan pelayanan secara total kepada umat di Viscos. Dengan alasan ini,
ia menunjukkan kepada penduduk bahwa dirinya siap menjadi korban. Namun hal
ini hanyalah manipulasi belaka. Pastor tidak sungguh-sungguh ingin
mengorbankan dirinya. Jika ia mati maka ia tidak dapat menikmati eksistensinya
sebagai pastor. Terlebih lagi, ia tidak dapat mempertobatkan penduduk Viscos
seperti harapannya.
Pastor meyakinkan mereka bahwa membunuh hamba Tuhan adalah dosa
besar. Ia menginginkan Berta sebagai korban. Namun ia tidak bisa
mengusulkannya langsung hingga orang lain yang mengusulkannya dan ia
meyakinkan pilihan mereka itu. Dari sini muncullah sifat licik tokoh pastor,
bahkan ia menuduh Berta membiarkan Jahat masuk, maka Bertalah yang pantas
menjadi korban.
(15) “Aku tidak bisa melakukannya.” Ujar pastor. “Para martir
mengorbankan diri jika orang-orang ingin membunuh mereka. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75
tidak pernah mengusulkan kematian mereka sendiri, karena Gereja
mengatakan hidup ini adalah hadiah dari Tuhan. Kalianlah yang harus
menjelaskan kepada orang banyak.” (Coelho, 2005: 178)
(16) “Sebaliknya,” kata pastor, “seperti kata kalian, orang yang
membiarkan Jahat masuk, dia jugalah yang harus mengusirnya.”
(Coelho, 2005: 179)
Martirium adalah kesaksian teragung yang dapat diberikan orang untuk
kebenaran iman hingga mati. Seorang martir memberikan kesaksian untuk Kristus.
Ia memberikan kesaksian untuk kebenaran iman dan ajaran iman kristen dan
menerima kematian dalam kekuatan kristen (KGK art. 2473). Seorang martir
memang tidak bisa mengusukan kematiannya sendiri. Yesus pun tidak pernah
mengusulkan kematian-Nya di salib meskipun Ia sudah tahu apa yang akan terjadi
pada-Nya. Alasan ini dimanfaatkan oleh pastor untuk membebaskan dirinya
menjadi seorang korban.
Pastor dapat melihat ketakutan penduduk desa, karena itu ia
memanfaatkan situasi tersebut untuk menunjukkan sifatnya sebagai seorang
pemimpin yang pandai berdiplomasi.
(17) “Biar aku saja yang memimpin pertemuan,” sahut pastor (Coelho,
2005: 193)
(18) “Lagi-lagi rasa takut,” pikir pastor. “kalau ingin mengendalikan
seseorang, kau hanya perlu membuat mereka takut,” (Coelho, 2005:
193)
Hidup di Viscos selama dua puluh tahun membuat pastor merasa seperti
hidup dalam neraka. Ia merasa kecewa dan lelah terhadap penduduk Viscos,
karenanya ia menginginkan balas dendam. Peristiwa pengorbanan yang
diinginkan orang asing itu menjadi jawabannya. Pastor merasa menjadi orang baik
dengan berbuat jahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76
(19) “Belum. Tapi aku pernah ke neraka dan aku tahu betapa
mengerikannya tempat itu, seindah apapun kelihatannya dari luar.”
(Coelho, 2005: 219)
(20) “Memang terkutuk,” ujar pastor. “Selama lebih dari dua puluh
tahun aku berusaha memberkati desa ini, tapi tak seorang pun
mendengar seruanku. Selama dua puluh tahun ini aku mencoba
menanamkan kebaikan di dalam hati semua orang, sampai akhirnya
aku menyadari bahwa Tuhan memilihku untuk menjadi tangan kiri-
Nya dan menunjukkan kejahatan yang ada pada diri manusia. Mungkin
dengan cara ini penduduk Viscos akan takut, dan akhirnya mau
menerima kepercayaan itu.” (Coelho, 2005: 221)
Kutipan nomor 20 menunjukkan sikap pastor yang pantang menyerah.
Selama lebih dari 20 tahun ia berusaha untuk melayani penduduk Viscos sebagai
pastor. Namun ketika pastor sampai pada titik keputusasaan, ia memilih menjadi
alat jahat Tuhan sebagai cara untuk mewartakan keagungan Tuhan.
Berdasarkan analisis dari kutipan-kutipan diatas, penulis dapat
merangkumnya sebagai berikut:
Tokoh pastor digambarkan sebagai seorang katolik yang taat. Sejak kecil
ia sudah diarahkan untuk menjalani kehiduan seorang pastor, dan oleh karena itu
pula, di usianya yang masih muda ia sudah ditahbiskan menjadi seorang pastor.
Tokoh pastor terkenal sebagai seorang pastor yang pandai dan cerdas. Bahkan di
kisahkan ia pernah memimpin sebuah paroki penting. Sepanjang hidupnya, pastor
ingin mejadi seorang yang bijaksana. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang
dianggapnya membawa kepada kebijaksanaan, namun akhirnya ia menyadari
bahwa pencariannya itu membuatnya sombong.
Setelah tinggal di Viscos, pastor menyadari keberadaannya di sana sia-sia.
Pastor merasa dirinya gagal membawa penduduk Viscos untuk percaya kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77
Tuhan. Namun kegagalannya itu tidak membawanya lari dari Tuhan. Ia tetap
menjadi hamba Tuhan yang percaya hingga akhirnya Chantal Prym menceritakan
permainan yang dibuat oleh orang asing dan menganggap itu adalah jawaban dari
Tuhan atas dosa-dosanya. Pastor menggunakan kecerdasan dan kemampuannya
sebagai seorang pemimpin untuk mempengaruhi penduduk Viscos. Pastor ingin
memperlihatkan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan yang baik dengan berbuat
jahat.
Berdasarkan analisis di atas, tokoh pastor termasuk tokoh bulat atau
kompleks. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya (Nurgiyantoro,
2005: 183). Melihat pergulatan yang dialami tokoh pastor ini, penulis melihat
kekayaan yang terungkap dari sisi hidupnya. Bermula dari seorang pastor yang
pandai dan terkenal, berubah menjadi pastor yang putus asa. Tokoh pastor yang
ingin mencari kebijaksanaan, namun berubah menjadi seorang pastor yang
sombong. Tokoh pastor ini memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan
dan juga sering memberikan kejutan. Hal ini tampak dari sikap pastor menanggapi
tawaran orang asing dan sikap pastor yang menggunakan nama Tuhan untuk
berbuat jahat demi menunjukkan keberadaannya di Viscos.
2. Langkah Reflektif
Langkah kedua dalam teknik analisis hermeneutika adalah langkah
reflektif. Langkah reflektif atau pemahaman yaitu menghubungkan dunia objektif
teks dengan dunia yang diacu (reference). Dunia objektif teks merupakan hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78
yang terkandung dalam teks itu sendiri. Sementara dunia yang diacu (reference)
merupakan pemahaman yang mendalam mengenai hal-hal yang terkandung dalam
teks tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa langkah ini mencari tahu “tentang
apa” teks tersebut berbicara.
Dalam kutipan teks nomor 1, dituliskan bahwa pastor menyadari tujuan
hidupnya sejak ia masih belia. Kata “panggilan hidupnya” menunjuk pada suatu
kesadaran diri akan pilihan arah hidup yang bermakna. Sebagai seorang pastor, ia
telah menemukan makna dalam penghayatan hidupnya. Menjalani kehidupan
seorang pastor sejak masih usia belia membawa pengaruh besar dalam pemaknaan
pada panggilan hidupnya. Dengan kata lain, kehidupan sebagai seorang pastor
telah membudaya dalam dirinya. Poros kebudayaan tersebut adalah Tuhan,
melalui agama dan hatinya; kegiatannya dalam menjalani hidup sehari-hari; dan
akhirnya ia masih terus-menerus berkonfrontasi dengan dirinya sendiri karena ia
berkembang dalam ikatan kebudayaan itu (KWI, 4). Kemudian, penghayatan akan
panggilan hidupnya sebagai seorang pastor terwujud setelah ia benar-benar
ditahbiskan menjadi seorang pastor.
Hakikat hidup seorang pastor berdasar pada semangat perutusan Yesus
Kristus. Sebagai seorang pastor berarti turut mengeban tugas para rasul untuk
menjadi pelayan Yesus Kristus. Tujuan dari pelayanan ini maupun hidup pastor
adalah untuk kemuliaan Allah Bapa dalam Kristus. Hal ini dapat terlakasana jika
secara sadar, bebas, dan penuh syukur menerima karya Allah dan
menampakkannya melalui hidup mereka (PO art. 2). Maka, sikap pastor yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79
bersedia meluangkan waktu untuk berdoa dan sembah sujud, mewartakan sabda,
melayani orang miskin, berarti ia telah hidup seturut hakikat seorang pastor.
Kutipan teks nomor 2 dalam skripsi ini menyebutkan bahwa dalam
kehidupannya, pastor menginginkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan
sifat dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pemahaman, pengalaman,
akal sehat dan wawasan yang dalam. Kebijaksanaan dalam hidup seorang pastor
merujuk pada penghayatan dan aplikasi pesan Kitab Suci dalam kehidupan
sehari-hari. Kebijaksanaan menurut Kitab Suci selalu berasal dari Allah. Kitab
Suci merupakan sumber inspirasi, peneguhan, dan dorongan bagi orang Kristen
guna mengembangkan keterlibatan sosial atau aturan keadilan. Keadilan dalam
masyarakat dimulai dengan kejujuran dan cinta akan kebenaran, terutama dalam
relasi pribadi. Keadilan menuntut bahwa tidak semua ditentukan oleh orang di
puncak (KWI, 110-113).
Kutipan teks nomor 5 mengacu pada peristiwa ketika Miss Prym
mengungkapkan tentang emas dan pembunuhan yang diinginkan pria asing
(Coelho, 2005: 98-103). Pada kutipan selanjutnya, (nomor 6) hasrat segitiga mulai
terbentuk. Hasrat segitiga merupakan suatu pola yang terbentuk karena adanya
mediator yang menghubungkan subjek dan objek (Sindhunata, 2007: 21). Dalam
hal ini, pastor merupakan subjek dengan mediator pria asing dan objeknya adalah
pertobatan penduduk Viscos. Pola ini dibentuk berdasarkan pada kutipan teks
nomor 6 yang menyebutkan bahwa pastor merasa perlu untuk mewujudkan
kejahatan agar penduduk Viscos bertobat. Hal ini semakin diperjelas pada kutipan
teks nomor 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80
Pastor memutuskan menjadi alat jahat Tuhan bukan karena ia
menginginkan pertobatan penduduk Viscos (objek) bukan pula karena pastor
(subjek) menghasratkannya. Pastor menjadi alat jahat Tuhan karena pria asing
yang memberinya kesempatan untuk melakukannya. Mediator menentukan objek
bagi subjek. Kedatangan pria asing ke Viscos dengan rencananya memberikan
peluang bagi pastor untuk menunjukkan eksistensinya di desa itu.
Kedatangan pria asing ke Viscos adalah untuk menemukan pencarian atas
pertanyaan dalam dirinya tentang sifat dasar manusia apakah baik atau jahat. Pria
asing datang dengan membawa sebelas batang emas sebagai imbalan bagi
penduduk Viscos jika ada seorang penduduk yang dikorbankan (dibunuh)
(Coelho,2005: 18-33). Alasan inilah yang memunculkan hasrat dalam diri pastor
untuk menjadi alat jahat Tuhan.
Kisah pengorbanan Yesus berawal dari penghianatan yang dilakukan
Yudas Iskariot dengan cara menjual Yesus kepada tentara Romawi (bdk. Mrk
14:10). Pada kutipan teks nomor 7 dan 8, hasrat yang muncul dalam diri subjek
(pastor) dari mediator (pria asing) adalah menjadikannya (subjek-pastor) sebagai
alat jahat Tuhan. Alat jahat Tuhan inilah yang mengacu kepada sosok Yudas
Iskariot.
Sebagai seorang pastor, pemahaman akan peristiwa penderitaan dan wafat
Yesus tentu bukan hal yang baru. Alasan inilah yang memperkuat hasrat pastor
untuk merencanakan pembunuhan dengan alasan “pengorbanan”. Dengan adanya
korban, maka seluruh penduduk akan terlepas dari penderitaan ekonomi. Pastor
pun akan menunjukkan eksistensinya di desa itu sebagai penyelamat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81
Kutipan teks nomor 9 menunjukkan bahwa pastor menjalankan tugasnya
dengan baik. Pastor mengetahui bahwa tidak semua penduduk Viscos mau
merayakan perayaan ekaristi setiap minggunya, namun ia tetap menyiapkan dan
merayakannya. Presbyterorum Ordinis art. 5 menuliskan bahwa Allah
mentakdiskan imam supaya mereka secara istimewa ikut menghayati imamat
Kristus, dan dalam merayakan Ekaristi bertindak sebagai pelayan-Nya, yang
dalam Liturgi tiada hentinya melaksanakan tugas Imamat-Nya melalui Roh-Nya
demi keselamatan umat.
Dalam khotbahnya (bdk. Coelho, 2005: 163-166), pastor memberikan
dasar kitab suci tentang sifat manusia. Meski ia meragukan tafsirannya, tetapi
pastor tetap melanjutkan khotbahnya. Khotbah merupakan pewartaan keajaiban-
keajaiban Allah dalam sejarah keselamatan atau misteri Kristus, yang selalu hadir
dan berkarya di tengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan Liturgi (SC art.
35.2). Pastor memimpin perayaan ekaristi kudus dengan homili yang berisi
khotbah tentang sosok manusiawi Yesus (bdk. Luk 18: 18-19). Yesus menolak
dirinya sebagai orang yang baik dan hanya Allah yangMaha Baik. Pastor
menjadikan hal ini sebagai alasan yang ia gunakan untuk meyakinkan penduduk
Viscos dalam melakukan pembunuhan. Sisi manusiawi Yesus berarti
menampilkan sosok Yesus sebagai manusia. Sisi manusiawi inilah yang
memungkinkan manusia untuk berbuat jahat. Secara implisit, khotbah pastor telah
mengajak penduduk Viscos untuk berbuat kejahatan.
Kutipan teks nomor 12-14 menunjukkan kecerdikan pastor untuk
memanipulasi beberapa penduduk Viscos. Sebagai pastor, ia adalah orang asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82
yang datang untuk melakukan pelayanan secara total kepada umat di Viscos.
Dengan alasan ini, ia menunjukkan kepada penduduk bahwa dirinya siap menjadi
korban. Pastor tidak sungguh-sungguh ingin mengorbankan dirinya. Jika ia mati
maka ia tidak dapat menikmati eksistensinya sebagai pastor. Terlebih lagi, ia
tidak dapat mempertobatkan penduduk Viscos dan subjek hasratnya tak akan
terjadi.
Kalimat “Gereja mengatakan hidup ini adalah hadiah dari Tuhan” pada
kutipan teks nomor 15 sebenarnya mengacu kepada semua mahkluk hidup. Gereja
merupakan umat yang Allah himpun di seluruh dunia (KGK art 752). Jika
penduduk Viscos cermat, maka mereka dapat mengurungkan niat mereka untuk
melakukan pembunuhan setelah mendengar kata-kata pastor ini. Penduduk Viscos
yang akan dikorbankan, siapapun itu dan dengan alasan apapun, ia juga seorang
mahkluk hidup. Melakukan pembunuhan atasnya sama saja dengan tidak
mensyukuri pemberian Tuhan.
Kutipan selanjutnya mengungkapkan pendapat pastor tentang siapa yang
layak untuk dijadikan korban. Kutipan “Orang yang membiarkan masuk, dia
jugalah yang harus mengusirnya”, menunjuk pada orang pertama yang
mengetahui kedatangan pria asing ke Viscos. Orang tersebut adalah Berta (Coelho:
2005: 11-15). Dalam hal ini, sebenarnya Berta sama sekali tidak ada urusannya.
Namun, justru karena hal inilah Berta dipilih menjadi korban. Dari ketika pilihan
yang dianjurkan pastor, hanya Berta lah yang tidak akan menimbulkan resiko
pembalasan dendam. Jika diperhatikan, orang yang membiarkan “jahat” masuk ke
Viscos adalah pastor sendiri. Ia yang memanfaatkan kesempatan ini untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83
mencapai keinginannya. Merencanakan pembunuhan dengan alasan sebagai
korban dan menghasut penduduk Viscos agar tetap melakukannya.
Perihal mengenai ketakutan yang terdapat pada kutipan teks nomor 18
dapat diartikan sebagai suatu kecemasan yang realistis. Kecemasan ini muncul
sesuai dengan keadaannya. Secara umum, kecemasan ini berorientasi pada saat
sekarang dan memberitahukan kepada kita bahwa ada suatu ancaman di sini dan
saat ini (Bruno, 1998: 4-7). Menurut Freud, dalam Burger (Introduction to
personality, 2011: 124), reality anxiety is a response to a perceived threat in the
real world. In cases of reality anxiety, you are aware of the source of your
emosional reaction. Jika kalimat tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,
maka akan berbunyi seperti ini: kecemasan realistis merupakan suatu respon
terhadap ancaman yang dirasakan di dunia nyata. Dalam kasus ini, anda
menyadari sumber reaksi emosional anda. Pastor mengetahui bahwa kepala desa
memiliki kecemasan jenis ini sehingga ia memanfaatkan kecemasan tersebut
untuk melaksanakan hasratnya. Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan
kepala desa jika suatu saat nanti polisi mengungkap pembunuhan di Viscos
(Coelho, 2005: 193). Jika kepala desa yang mengungkapkan proses perencanaan
pembunuhan tersebut, maka ia yang akan disalahkan.
Dalam kutipan teks nomor 19, pastor menyebut neraka dalam
pembicaraannya. Neraka berarti keterpisahan dari Allah atau penolakan total
terhadap Allah. Dalam kehidupan manusia, keneradaan neraka menjadi tidak
mustahil. Manusia dapat menutup diri dari rahmat dan belas kasih Tuhan. Tanpa
Allah manusia tidak dapat hidup bahagia (KWI, 2012: 466-467). Pada kutipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84
nomor 22, pastor menggambarkan Viscos sebagai neraka. Sikap penduduk yang
lebih mempercayai tradisi leluhur dan peradaban Celticmembuat penduduk lupa
akan Tuhan. Mereka meninggalkan ajaran Tuhan. Tidak banyak orang yang mau
repot-repot datang dalam perayaan ekaristi setiap minggunya. Bahkan keberadaan
pastor di Viscos selama 20 tahun tidak dapat mengubah sikap religius penduduk
Viscos. Kalimat “seindah apapun kelihatannya dari luar” pada kutipan teks nomor
19 merujuk kepada kekayaan Alam di Viscos. Viscos dikenal sebagai desa kecil
tempat untuk beristirahat bagi para pemburu.
Kutipan nomor 20 mengungkapkan kekecewaan pastor pada dirinya
sendiri dan penduduk Viscos. Pastor kecewa pada diri sendiri karena ia tidak
mampu mengembangkan iman katolik penduduk Viscos. Sementara
kekecewaannya pada penduduk karena mereka tidak dapat menerima maksud baik
dari pastor yang telah menjadi pemimpin keagamaan di tempat itu selama 20
tahun. Jika diperhatikan, kegagalan pstor dalam mengembangkan iman penduduk
Viscos ini berujung kepada kemarahan dan hasrat untuk membalas dendam.
Penulis menggunakan kata balas dendam berdasarkan kepada sikap pastor yang
“memaksa” penduduk untuk melakukan pembunuhan. Perlu diingat, pastor
memilih untuk menjadi tangan kiri Tuhan berarti pastor menyadari dengan jelas
peran yang ia pilih tersebut. Ia mengajak penduduk Viscos untuk jatuh dalam dosa.
Setelah melakukan dosa yang berat, pastor ingin mengajak penduduk kembali
kepada Tuhan lewat pertobatan. Jika melihat dari tujuan akhirnya, sikap pastor ini
sangat mulia, yaitupertobatan dan kembali kepada Allah. Namun jika melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85
proses peristiwa ini secara keseluruhan, maka ini adalah dampak dari kekecewaan
dan kemarahan.
3. Langkah Filosofis
Langkah ketiga dalam teknik analisis hermeneutika adalah langkah
filosofis. Langkah Filosofis, yaitu langkah pemahaman pada tingkat being atau
keberadaan makna itu sendiri. Dalam langkah ini, penulis menggunakan unsur
teologi dalam sastra sebagai tekanan dalam mencapai tingkat keberadaan makna.
Novel The Devil and Miss Prym mengutip beberapa teks dan kisah Kitab
Suci sebagai acuan dalam pengembangan novel ini. Jika kita membuka novel ini,
maka kita akan menemukan kutipan Kitab suci dari Injil Lukas 18: 18-19 pada
halaman 5. Kutipan ayat tersebut berbunyi, “Ada seorang pemimpin bertanya
kepada Yesus, katanya: „Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?‟ Jawab Yesus: „Mengapa kau katakan aku baik?
Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja.‟”. Teks Kitab Suci tersebut
juga akan ditemukan kembali dalam novel halaman 162-163. Berdasarkan analisis
tokoh dan penokohan di atas, kutipan teks Kitab Suci tersebut digunakan oleh
pastor sebagai dasar untuk menghasut dan meyakinkan penduduk dalam
melakukan pengorbanan.
Sementara itu, dalam buku tafsir Alkitab tertulis bahwa Yesus enggan
disebut „yang baik‟ bukan karena untuk menununjukkan sisi manusiawi-Nya.
Sebutan itu digunakan Yesus untuk membedakan Allah dan diri-Nya. Yesus
datang untuk mencari kehormatan bagi Bapa. Bapa akan menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86
kehormatan bagi Anak, tetapi Yesus tidak pernah mencari kehormatan-Nya secara
langsung (Lembaga Biblika Indonesia, 1990: 94-95).
Jika melihat perbandingan pemaknaan teks Injil Lukas tersebut,terdapat
perbedaan yang sangat besar antara pemaknaan pastor dengan pemaknaan tafsir
Lembaga Biblika Indonesia. Hasrat pastor menginginkan adanya pertobatan
penduduk Viscos. Pertobatan tersebut menjadi hal yang dapat ia persembahkan
agar kehormatan Allah sebagai pengampun dapat terwujud. Pastor bersedia
menjadi alat jahat Tuhan dengan penuh kesadaran agar penduduk Viscos kembali
kepada Allah.
(21) “Bertahun-tahun saya merenungkan ayat ini, mencoba mengerti
apa yang dikatakan Tuhan kita: Bahwa Dia tidak baik? Bahwa seluruh
ajaran Kristen, dengan konsep mengasihi sesamanya, didasarkan pada
pengajaran orang yang menganggap diri-Nya tidak baik. Akhirnya,
saya mengerti maksud-Nya: Kristus, pada waktu itu sedang berbicara
mengenai sifat-Nya sebagai manusia. Sebagai manusia, Dia tidak baik,
namun sebagai Tuhan, Dia baik.” (Coelho, 2005: 163)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana pandangan pastor
mengenai Yesus. Pastor menafsirkan sikap Yesus yang “tidak baik” berasal dari
sifat manusiawi-Nya, sementara sikap Yesus yang baik berasal dari sifat ke-
Tuhanan-Nya. Untuk memperdalam makna kutipan tersebut, penulis menemukan
dua teks dari Katekismus Gereja Katolik sebagai dasar pembanding.
Pertama, teks dari Katekismus Gereja Katolik artikel 466. Dalam teks
tersebut, pandangan pastor mengenai sifat Yesus ini mengarah kepada pandangan
kaum Nestorian. Nestorian melihat pribadi dalam Kristus satu pribadi manusiawi
yang digabungkan dengan Pribadi Putera Allah yang ilahi. Pengertian ini penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87
perjelas dengan teks dari kamus Teologi Inggris-Indonesia halaman 223,
Nestorianisme adalah bidah Kristen abad ke-5, yang mengajarkan bahwa di dalam
oknum Kristus terdapat dua pribadi yang berbeda-beda, yaitu Allah dan manusia.
Dari sini cukup jelas bahwa pastor melihat sosok Yesus sebagai dua pribadi yang
berbeda. Pertama, sebagai seorang manusia yang memiliki sifat jahat, dan kedua
adalah pribadi ilahi Yesus yang memiliki sifat baik.
Teks kedua yang digunakan sebagai pembanding adalah artikel 475.
Dalam artikel ini tertulis, Gereja mengakui imannya bahwa menurut kodrat-
Nya,Kristus mempunyai dua macam kehendak dan tindakan – satu ilahi dan satu
manusiawi berdasarkan konsili ekumenis ke enam (Konsili Konstantinopel III
pada tahun 661). Kedua macam kehendak dan tindakan Yesus ini tidak
bertentangan satu sama lain, tetapi bekerja sama sedemikian, sehingga sabda yang
telah menjadi manusia taat terhadap Bapa-Nya. Kehendak manusiawi Kristus
patuh, tidak melawan, dan tidak menentang, tetapi menyesuaikan diri dengan
kehendak-Nya yang ilahi dan maha kuasa.
Kedua teks dari Katekismus Gereja Katolik tersebut sama-sama memiliki
kemungkinan untuk menjelaskan makna kutipan nomor 24. Baik teks pertama
maupun kedua sama-sama menjelaskan bahwa Yesus memiliki sisi manusiawi
dan ilahi. Namun, teks KGK yang pertama lebih tepat untuk memaknai kutipan
nomor 24 karena bidah Nestorian benar-benar menganggap Yesus memiliki dua
pribadi yang berbeda-beda (kepribadian ganda). Kalimat terakhir dalam kutipan
nomor 24-lah yang menegaskan pandangan pastor melihat Yesus memiliki dua
kepribadian, yaitu baik dan jahat. Teks KGK yang kedua tidak dapat memaknai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88
kutipan nomor 24 karena jelas tertulis bahwa kehendak dan tindakan Yesus tidak
bertentangan satu sama lain- manusia dan ilahi.
Selain kutipan dari Injil Lukas, terdapat juga kutipan dari kitab Ayub yang
tertuliskan secara eksplisit. Coelho tidak menuliskan pasal maupun ayat kutipan
yang di maksud, ia hanya menuliskan bahwa kutipan tersebut diambil dari bagian
awal kitab Ayub. Pastor menggunakan kutipan tersebut dengan maksud untuk
meyakinkan penduduk Viscos bahwa Tuhan pun menerima tawaran iblis, dan
ganjaran yang diterima Ayub karena telah melakukan dosa kesombongan dengan
percaya bahwa dirinya baik (Coelho, 2005: 164-165). Jika diperhatikan, khotbah
pastor yang berisi kutipan kitab Ayub ini mirip dengan pengalaman hidup pastor
sendiri. Pada kutipan nomor 3 dalam analisis tokoh dan penokohan, tertulis bahwa
pencarian pastor akan kebijaksanaan telah berubah menjadi kesombongan. Dari
sini penulis dapat mengaitkan bahwa isi khotbah pastor merupakan hasil refleksi
atas kehidupan yang ia alami.
J. Sidlow Baxter, dalam bukunya „Menggali Isi Alkitab‟(1999: 35-39),
memberikan kesimpulan yang menarik mengenai percakapan dalam awal kitab
Ayub. Dalam teks kitab Ayub, Iblis hadir ke hadapan Allah karena memiliki suatu
maksud terselubung. Pada hari-hari tertentu, Iblis harus memberikan
pertanggungjawaban tentang segala yang dilakukannya sebagai pemenuhan
kedaulatan perintah Kuasa Yang Mahatinggi. Iblis harus takluk kepada kedaulatan
kuasa Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89
Iblis berdiri di belakang segala kejahatan yang melaknati dunia. Allah
mengetahui rencana jahat yang tersembunyi dalam hati Iblis. Iblis menyatakan
bahwa ia sudah melakukan tipu dayanya untuk menyerang Ayub namun gagal
karena Allah sangat melindungi Ayub. Iblis tidak dapat berbuat suatu apapun jika
Tuhan tidak mengizinkannya. Segala gerak-geriknya senantiasa di bawah
pengawasan kuasa Yang Mahatinggi. Karena Iblis tidak dapat berbuat suatu apa
pun jika Tuhan tidak mengizinkannya, maka sering perbuatan Iblis itu dipakai
oleh Tuhan untuk mendatangkan hikmah dan kebajikan justru bagi orang-orang
yang hendak dibinasakan Iblis.
Setiap izin Tuhan selalu disertai batas tertentu. Iblis tidak dapat berbuat
sekehendak hatinya terhadap orang-orang saleh. Ia tidak dapat bertindak di luar
apa yang diizinkan Tuhan. Tuhan tidak pernah membiarkan umatnya sendirian,
terutama dalam masa sengsara dan pencobaan. Tuhan senantiasa menaruh Ayub
dalam hati-Nya. Sebutan „hamba-Nya‟ terhadap Ayub menyatakan bahwa Tuhan
memuji watak Ayub dan ibadatnya.
Berdasarkan kedua pemaknaan terhadap teks tentang kitab Ayub di atas,
penulis melihat bahwa sebagaimana Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub,
demikian pula Iblis hadir mencobai pastor. Iblis hadir, menguasai hati pastor
untuk menghasut penduduk Viscos melakukan pembunuhan. Meski begitu, kuasa
Allah Yang Mahatinggi pada akhirnya tidak pernah membiarkan Iblis menang.
Meskipun perencanaan pembunuhan sudah dilakukan dengan sangat rapi, bahkan
korban telah dipilih dan akan dieksekusi, namun pada akhirnya peristiwa
pembunuhan tersebut tidak pernah terjadi (bdk. Coelho: 2005: 233-243).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90
Kutipan teks nomor 8 dalam skripsi ini mengungkapkan pandangan agama
katolik mengenai kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus. Pengorbanan satu
orang manusia mampu menyelamatkan seluruh manusia, hal inilah yang menjadi
dasar bagi pastor untuk meyakinkan penduduk Viscos melakukan pembunuhan
dengan dalih pengorbanan. Pengorbanan seorang penduduk menyelamatkan
seluruh penduduk desa.
Korban dapat diartikan sebagai persembahan oleh para kaum Imam untuk
memulihkan hubungan denganTuhan. Dalam teologi kristiani, makna korban
berdasarkan Kitab suci Perjanjian Lama memiliki perbedaan dengan makna
korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Baru. Berdasarkan Kitab suci Perjanjian
Lama, korban merupakan penyerahan sesuatu hanya kepada Yahwe yang
berdaulat atas segala-galanya sebagai bentuk pendekatan diri manusia kepada
Tuhan (Heuken, 2005: 95-96). Sedangkan dalam Perjanjian baru, makna korban
berbanding terbalik dengan pemaknaan korban berdasarkan Perjanjian Lama.
Korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Baru merupakan pendekatan Tuhan
dengan manusia. Bukan manusia yang mendamaikan diri dengan Tuhan, tetapi
Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia dalam Kristus (KGK art 613).
Sementara itu, pengorbanan dalam Kristologi dimaknai sebagai
penyerahan diri secara total atas kehendak Allah. Persembahan tubuh Yesus
Kristus telah menguduskan manusia satu kali untuk selama-lamanya (Ibr 10:5-10).
Sejak pertama penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesus menghayati rencana
keselamatan ilahi mengenai perutusan-Nya sebagai penebus. Kerinduan untuk
menghayati rencana kasih penebusan dari Bapa, menjiwai seluruh kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91
Yesus (KGK art. 606-607). Yesus menyongsong kematiannya dengan kebebasan
penuh. Seperti yang tertuliskan dalam Yohanes 10:18, “Tidak seorang pun
mengambilnya dari pada-Ku, tetapi Aku memberikannya menurut kehendak-Ku
sendiri.
Dalam novel “The Devil and Miss Prym”, korban dimaknai sebagai
seorang terpilih yang pada akhirnya akan dibunuh sebagai ganti atas 10 batang
emas yang telah disiapkan oleh pria asing. Korban tidak datang atas kesadarannya
sendiri sebagai bentuk kebebasan pribadi, akan tetapi korban dipilih oleh beberapa
penduduk desa atas usulan pastor. Korban dalam novel ini merupakan kambing
hitam. Untuk menjelaskan makna korban di sini, penulis akan menguraikannya
dengan menggunakan teori kambing hitam Rene Girard.
Penulis akan memulai bagian ini dengan melihat kembali kutipan nomor 8
pada bagian analisis tokoh dan penokohan. Kutipan tersebut berbunyi: “Satu-
satunya yang kutahu adalah agamaku. Dalam agamaku, pengorbanan satu orang
manusia menyelamatkan seluruh manusia” (Coelho, 2005: 139). Pokok utama
yang akan penulis bahas pertama kali adalah kata “agamaku”. Sindhunata (2005:
97) menuliskan, Agama bukan hanya gejala adikodrati tapi juga gejala kodrati.
Sebagai institutio divina, agama tidak dapat diterangkan begitu saja secara ilmiah
dan rasional. Namun sebagai institutio humana, agama dapat juga dikupas dan
diterangkan secara ilmiah dan rasional.
Agama ada karena fenomena kekerasan yang mimetis, dan keberadaannya
dapat diterangkan secara rasional dari kekerasan yang mimetis itu. Ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92
hipotesis pokok Girard tentang asal usul agama dari mekanisme kambing hitam.
Agama memiliki hubungan yang erat dengan kekerasan. Dalam mempertahankan
eksistensinya, agama menggunakan satu praktek yang terpenting yaitu ritus
kurban (Sindhunata, 2007:97-98).
Sebagai seorang pastor, tentu maksud dari kata “agamaku” pada kutipan
tersebut adalah agama Katolik. Dalam agama Katolik, umat mengenal adanya
peristiwa penebusan dosa lewat kematian Yesus. Dalam peristiwa penebusan dosa
ini, terjadi dua tindakan yang saling berlawanan. Di satu pihak, wafat Yesus
sebagai suatu kewajiban suci, di lain pihak, wafat Yesus menjadi suatu tindakan
kriminal, karena Yesus menjadi korban pembunuhan demi kepentingan politik
Yahudi dan Romawi. Meski demikian, pada akhirnya, peristiwa kematian Yesus
ini menjadi ajakan bagi umat Kristiani untuk melakukan pertobatan.
Kalimat pastor pada kutipan nomor 8 ini mendasari seluruh rencana pastor
yang menginginkan adanya pengorbanan di Viscos. Kutipan sebelumnya, yaitu
kutipan nomor 5, 6, dan 7 menjelaskan dari mana asal keinginan tersebut.
Keinginan pastor untuk mengadakan pengorbanan muncul sebagai akibat dari
hasrat segitiga yang ia alami. Pastor menghasratkan pengorbanan karena pria
asing menghasratkan pengorbanan tersebut. Pastor meniru dan hasratnya
dihasratkan oleh orang lain yaitu penduduk desa. Hasrat yang lahir karena
mimesis ini mengakibatkan konflik antara penduduk desa dan pastor. Maka, kini
semua orang mengerahkan permusuhan dan kekerasan yang mencenderungi setiap
pribadi pada kambing hitam yang dipilih secara sewenang-wenang, yaitu Berta,
sebagai korban. Inilah mekanisme kambing hitam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93
Kehadiran Berta sebagai kambing hitam, mampu meredakan rivalitas
antara pria asing, pastor, dan penduduk desa. Lewat pengosongan kolektif
terhadap hasrat mimetis yang saling menghancurkan itu, Berta sebagai kambing
hitam yang tadinya dianggap jahat dan penyebab kekerasan, kini disakralkan dan
dianggap sebagai pembawa kedamaian. Hal ini diperjelas dengan kutipan nomor
19: “seperti kata kalian, orang yang membiarkan Jahat masuk, dia jugalah yang
harus mengusirnya.”(Coelho, 2005: 179). Mekanisme kambing hitam adalah
mekanisme yang menyembunyikan kekerasan yang nyata supaya mekanisme ini
bisa efektif. Jadi, dengan menjalankan ritus korban, orang-orang mengiyakan,
bahwa kambing hitam itu penyebab kekerasan, bukan masyarakat (Sindhunata,
2011: 206).
Pastor memanfaatkan ketidaktahuan penduduk untuk mengelabuhi mereka.
Ketidaktahuan di sini mengacu kepada pengetahuan iman umat akan makna
pengorbanan Yesus. Penulis mengungkap hal ini mengingat latar belakang
penduduk Viscos yang lebih mempercayai tradisi Ahab dan bangsa Celtic dan
tidak adanya kesadaran penduduk akan pentingnya mengikuti perayaan ekaristi.
Pengelabuhan ini terjadi dalam suatu transtendensi, dan transtendensi inilah yang
menyebabkan ritus korban bisa efektif. Maksud dari hal ini adalah keselamatan
penduduk desa dengan imbalan yang akan mereka terima, 10 batang emas.
Hal ini diperjelas dengan kutipan di bawah ini:
(22) “tapi ada satu hal yang harus aku katakan: hanya lewat
pengorbanan dan penitensi, kita bisa memperoleh keselamatan. Dan
sebelum ada yang menyela perkataanku lagi, yang kubicarakan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94
adalah pengorbanan satu orang, penitensi semua orang, dan
keselamatan seluruh desa ini.” (Coelho, 2005: 208)
Atas nama transtendensi itu, kekerasan yang tidak adil, tidak legal dan
tidak sah, serta kriminal bisa menjadi kekerasan yang adil, sah, legal dan suci.
Pengorbanan satu orang penduduk yang berarti pembunuhan atas Berta mampu
menyelamatkan penduduk Viscos. Keselamatan yang pertama adalah keselamatan
yang dihasratkan oleh pastor, yaitu pertobatan penduduk desa. Keselamatan yang
kedua adalah keselamatan seluruh desa secara ekonomis dari 10 batang emas yang
akan penduduk terima setelah pelaksanaan ritus korban.
Berdasarkan analisis di atas, makna korban yang terkandung dalam novel
“The Devil and Miss Prym”adalahkorban sebagai kambing hitam akibat dari
hasrat segitiga atau mimetis. Sementara itu, penulis memaknai pengorbanan yang
sering diungkapkan pastor dalam novel ini sebagai suatu tindakan kriminal dalam
bentuk pembunuhan. Pastor hendak menyamakan makna pengorbanan yang
diharapkannya sama dengan makna pengorbanan Yesus secara historis. Kedua hal
ini memiliki satu kesamaan, yaitu pembunuhan seorang manusia sebagai korban
politik.
B. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
(SCP) sebagai Bentuk Aplikasi
Katekese merupakan pembinaan iman yang pada khususnya mencakup
penyampaian ajaran Kristen, dan diberikan secara organis dan sistematis dengan
maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen.
Katekese bertujuan untuk membantu umat agar dapat percaya bahwa Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95
adalah Putera Allah, supaya dengan perantaraan iman itu mereka memperoleh
kehidupan dalam nama-Nya. Dengan demikian, katekese merupakan usaha Gereja
untuk menjadikan manusia menjadi murid-murid Kristus (KGK art. 4-5).
Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu alternatif katekese
yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif. Hal
ini bermaksud untuk mendorong peserta baik secara pribadi maupun bersama,
mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia.
Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis bermula dari pengalaman hidup
peserta, yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman
iman dan visi kristiani sehingga memunculkan motivasi pada keterlibatan baru
dengan penuh kesadaran (Sumarno, 2013: 14-15).
1. Latar Belakang Pemilihan Contoh Persiapan Katekese Umat Model
Shared Christian Praxis (SCP)
Sastra memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat dan kebudayaan.
Sastrawan yang merupakan bagian dalam masyarakat mampu memunculkan roh
kebudayaan yang lahir dari proses yang rumit dari kegelisahan sastrawan atas
kondisi masyarakat dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra berperan sebagai refleksi atau pantulan
kembali situasi masyarakatnya berdasarkan struktur sosial di mana pengarang
menghasilkan karyanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96
Teologi dipahami sebagai refleksi sistematis-ilmiah tentang wahyu Ilahi
yang diimani. Pengungkapan iman seseorang akan Allah dan bagaimana agama
membentuk jati diri dan keimanan seseorang menjadi pokok perhatian dalam
teologi.Demikian juga berbagai nilai dan penghayatan keagamaan dapat
ditemukan dalam karya sastra. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang
selalu menuntun pembacanya kepada sesuatu hal yang baik dan bermakna.
Disinilah letak kereligiositasan sebuah karya sastra.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang juga memiliki
kemampuan untuk menampilkan unsur teologis dalam sastra. Salah satu novelis
yang terkenal dalam menghasilkan karya-karya religius adalah Paulo Coelho.
Lewat analisis dari salah satu novelnya yang berjudul The Devil and Miss Prym,
penulis telah menemukan unsur teologisnya.
Melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini, penulis
berharap dapat membagikan hasil analisis yang penulis temukan atas novel
tersebut. Memanfaatkan teks dalam novel sebagai salah satu sarana dalam
katekese SCP diharapkan dapat memudahkan umat dalam memahami makna
pengorbanan Yesus. Dengan demikian, diharapkan umat semakin mendalami
imannya akan Yesus Kristus.
2. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan
Pokok utama dalam berkatekese ada pada diri Yesus Kristus. Yesus
sebagai pemenuhan perjanjian Allah dengan umat-Nya hadir ke dunia sebagai
penyelamat. Kehidupan Yesus sendiri merupakan suatu misteri yang rumit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97
dipahami tanpa iman. Oleh karena itu, umat perlu melakukan pendekatan khusus
untuk semakin mengenal dan memahami misteri Yesus Kristus.
Salah satu peristiwa terbesar dalam perjalanan hidup Yesus adalah kisah
sengsara hingga wafat-Nya. Yesus yang terlahir sebagai Putera Allah pada akhir
hidup-Nya mengalami penderitaan yang sangat berat hingga wafat di kayu salib.
Peristiwa ini dapat dimaknai lewat dua jalan, yaitu secara historis dan ilahi.
Namun, tidak semua umat menyadari pemaknaan ini.
Tema yang akan penulis angkat dalam program ini adalah pengorbanan
Yesus. Tema ini diangkat untuk menyegarkan dan meneguhkan kembali iman
umat kristiani akan pemaknaan kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus. Melalui
katekese model SCP ini, umat dapat berbagi pengalaman iman mereka dan saling
meneguhkan satu sama lain sehingga pemaknaan peristiwa kehidupan Yesus ini
dapat semakin meneguhkan iman mereka.
3. Contoh Persiapan Katekese
a. Identitas Katekese
1) Tema : Wafat Yesus Menyelamatkan
2) Tujuan Tema : Membantu umat untuk lebih mendalami makna kisah
sengasara dan wafat Yesus yang menyelamatkan, sehingga mampu membuat
umat lebih peka terhadap penderitaan sesama
3) Judul Pertemuan : Pengorbanan sejati membawa perdamaian
4) Tujuan Pertemuan : Bersama pendamping, peserta mau melakukan
tindakan pengorbanan sehingga membawa perdamaian dalam hidup bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98
5) Peserta: Mahasiswa IPPAK-USD semester 6
6) Tempat: Ruang sanggar kampus IPPAK-USD
7) Waktu: 18.00-20.00
8) Model: Shared Christian Praxis (SCP)
9) Metode: - Informasi
- Tanya jawab
- Diskusi kelompok
- Sharing kelompok
- Refleksi pribadi
10) Sarana: - Teks lagu
- Teks sinopsis novel “The Devil and Miss Prym”
- Teks Kitab Suci
- Salib
- Lilin
11) Sumber bahan: - Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 18-19
- Coelho, Paulo. (2005). The Devils and Miss Prym. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
- Skripsi ini halaman 42-43; 72-75; 81-85; 88-89
b. Pemikiran Dasar
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar kata “korban”.
Dalam berita-berita yang kita lihat atau dengar, terlebih dalam beberapa kasus
kriminal, kata “korban” pasti akan muncul. Korban pembunuhan, korban
pelecehan, korban pencurian, bahkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99
kriminal pun muncul, seperti “korban sinetron”. Korban selalu hadir dalam
masyarakat karena ia adalah bagian dari proses kehidupan. Kata korban ini
menunjuk pada orang atau kelompok tertentu yang dirugikan. Korban dapat
muncul karena ia di kambing hitamkan. Hasil akhir yang di dapat dari rujukan
kata “korban” ini selalu mengacu pada penderitaan. Sementara kita terlalu sering
mendengar kata “korban”, namun jarang sekali kita mendengar kata
“pengorbanan”. Meskipun berdiri dari satu suku kata yang sama, namun dua kata
ini memiliki perbedaan makna yang cukup besar.
Berkorban berarti bersedia dengan penuh kesadaran untuk merelakan atau
melakukan suatu perbuatan yang pada akhirnya membuat kita kehilangan sesuatu
yang sangat berharga demi orang lain. Tak jarang perbuatan berkorban ini
membawa penderitaan atau kepedihan bagi diri sendiri. Namun, berkorban
merupakan suatu bentuk perbuatan kasih sejati.
Dalam Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 18-19, Rasul Paulus mengungkapkan
cinta kasih dan kesetiaan Yesus kepada Allah Bapa dan manusia. Cinta kasih dan
kesetiaan Yesus dalam melaksanakan Karya Keselamatan Allah telah mebawa
perdamaian bagi Allah dan manusia. Perdamaian itu di dapat justru melalui kisah
penderitaan yang harus di alami oleh Yesus Kristus Putera Allah.
Dalam pertemuan kali ini, kita diajak untuk dapat melihat pengorbanan
sejati mampu membawa perdamaian bagi diri sendiri dan orang lain khususnya
bagi mahasiswa IPPAK-USD semester 6. Ketika kita sampai pada suatu titik di
mana harus menentukan suatu perbuatan pengorbanan, kita dapat memaknainya
dengan bijaksana dan menemukan kedamaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100
c. Pengembangan Langkah-Langkah
1) Pembukaan
a) Pengantar
Teman-teman yang terkasih, hampir setiap hari ketika kita melihat,
membaca atau mendengar berita dari televisi maupun surat kabar tentang suatu
kasus kriminalitas, seringkali kita mendengar kata korban di dalamnya. Seolah-
olah hampir setiap hari kita menerima kenyataan bahwa ada pihak tertentu yang
dirugikan karena perbuatan orang lain. Meski kita sering mendengar kata korban,
namun jarang sekali kita mendengar, membaca, ataupun melihat kata pengorbanan.
Baik itu korban maupun pengorbanan, keduanya cenderung berakhir pada suatu
penderitaan, pelepasan, atau sesuatu yang mengakibatkan kerugian bagi diri
sendiri maupun orang lain.
Dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus, ia mengajak kita untuk
meninjau kembali makna pengorbanan lewat peristiwa pengorbanan Yesus.
Belajar dari Yesus yang menderita dan wafat, Paulus mengajak kita untuk berfikir
bahwa tindakan pengorbanan dapat membawa sukacita bagi diri sendiri dan
orang-orang di sekitar kita.
Teman-teman yang terkasih, untuk memulai pertemuan kita hari ini,
marilah kita menyanyikan lagu “Kasih setia-Mu ya Tuhan”.
b) Lagu pembukaan : “Kasih setia-Mu ya Tuhan”
c) Doa pembukaan
Allah Bapa yang Maha Baik, kami bersyukur atas berkat yang selalu
Engkau berikan kepada kami. Terimakasih karena pada kesempatan ini Engkau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101
telah mengizinkan kami berkumpul di tempat ini untuk kembali mengenang cinta
kasih Mu yang besar kepada Putera dan umat-Mu. Bapa, dalam kehidupan kami
sehari-hari kami selalu mendengar banyak korban karena ulah manusia, namun
jarang sekali kami mendengar pengorbanan bagi sesama kami manusia. Bapa, kini
kami menghadap-Mu untuk belajar tentang arti pengorbanan sejati yang kau
ajarkan kepada kami melalui Putera-Mu Yesus Kristus. Bantulah kami untuk
mampu melihat bahwa dibalik pengorbanan sejati Putera-Mu, terdapat
perdamaian yang telah menanti. Bantulah kami untuk dapat belajar dari Putera-
Mu. Doa ini kami haturkan kepada-Mu lewat perantaraan Tuhan Kami Yesus
Kristus. Amin.
2) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman hidup peserta
a) Mengajak peserta untuk membaca kutipan sinopsis novel “The Devil and
Miss Prym” (Lampiran)
b) Intisari Cerita
Pastor mengetahui panggilan hidupnya dan telah menjalani kehidupan
sebagai seorang pastor sejak usianya masih belia. Ia ditahbiskan saat usianya
masih sangat muda, dan banyak orang mengakui dan mengagumi kecerdasannya
sebagai seorang pastor. Salah satu orang yang mengagumi kepiawaiannya adalah
seorang Uskup terkenal hingga akhirnya ia di tempatkan untuk berkarya pada
suatu paroki dan mendapatkan posisi yang penting.
Setelah Uskup tersebut wafat, pastor ditempatkan di suatu desa bernama
Viscos oleh Uskup yang baru. Dengan penuh semangat dan kerendahan hati, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102
mulai berkarya di desa itu. Namun hingga tahun yang ke 20, ia mendapati
usahanya sia-sia. Hingga pada suatu hari salah seorang penuduk desa
mengungkapkan suatu permainan yang diajukan oleh seorang pria asing. Pada
saat itulah pastor merasa seluruh doa dan penantiannya terjawab. Ia bersedia
menjadi alat jahat Tuhan untuk membawa perdamaian dan pertobatan bagi seluruh
penduduk desa.
c) Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami cerita
tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan
- Ceritakan pengorbanan apa yang akan dilakukan pastor dalam kisah tersebut!
- Ceritakan pengalaman pengorbanan yang pernah saudara-saudari lakukan!
d) Suatu Contoh Arahan Rangkuman
Dalam kutipan sinopsis novel yang telah teman-teman baca, kita telah
menemukan tokoh seorang pastor yang cerdas dan melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik. Namun karena sikap iri hati seorang Uskup baru,
ia di pindahkan di tempat di mana Tuhan tidak begitu di percaya. Karyanya
selama puluhan tahun tidak menghasilkan apapun hingga suatu hari terdapat
tawaran yang ia rasa merupakan jawaban atas pencariannya. Pada akhirnya, pastor
memutuskan untuk menjadi alat jahat Tuhan, demi perdamaian dan keselamatan
penduduk di sana. Pastor yang menjadi korban iri hati Uskup baru tersebut
memiliki suatu pemikiran bahwa untuk mendapatkan suatu kedamaian dalam
masyarakat, maka pengorbanan itu perlu. Pastor rela menjadi alat jahat Tuhan
supaya peristiwa pengorbanan dapat terlaksana dan penduduk mendapatkan
perdamaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103
Dalam kehidupan kita sehari-hari tentu kita pernah dihadapkan pada
situasi di mana kita harus memutuskan suatu keutusan penting dan tak jarang
keputusan itu memerlukan suatu pengorbanan dari diri kita. Begitu pun dalam
kehidupan bermasyarakat. Pengorbanan sejati memerlukan tanggung jawab dan
pemikiran yang tajam, terlebih pada dampak yang akan terjadi. Dampak atau
pengaruh itu buka hanya untuk kita pribadi, melainkan juga untuk masyarakat luas.
3) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
a) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas
dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
- Mengapa pengorbanan sejati itu diperlukan dalam hidup bemasyarakat?
b) Dari jawaban yang telah di ungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
arahan rangkuman singkat, misalnya:
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, terkadang pengorbanan
diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Pengorbanan ini sebagai bentuk kasih kita
kepada Tuhan dan sesama. Allah telah memberikan suatu contoh nyata dalam diri
Putera-Nya. Yesus sebagai teladan bagi kita telah mengajarkan suatu pengorbanan
sejati sebagai bentuk kesetiaan dan cinta-Nya.
4) Langkah III: Menggali Pengalaman Kristiani
a) Salah seorang peserta diminta untuk membacakan perikop Kitab Suci, 2
Korintus 5: 15; 18-19 dari teks yang dibagikan.
b) Masing-masing peserta diberi kesempatan untuk hening sejenak,
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu
beberapa pertanyan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104
- Ayat mana yang menunjukkan bahwa pengorbanan sejati membawa
perdamaian?
- Perdamaian seperti apa yang didapatkan lewat pengorbanan Yesus?
c) Pendamping memberi tafsiran dari perikop Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 18-
19
Ayat 15: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang
hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan
telah di bangkitkan untuk mereka”, perikop ini merupakan suatu ajakan bagi umat
untuk hidup bagi Yesus. Hidup bagi Yesus berarti hidup dengan murni. Kita di
ajak untuk senantiasa bertobat. Kematian Kristus bagi dosa-dosa kita juga
merupakan suatu janji bahwa bersama-Nya semua sungguh akan dibangkitkan.
Ayat 18: “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus
telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan
pelayanan perdamaian itu kepada kami.” Perikop ini mengajak kita untuk
merenungkan kembali kisah sengsara dan wafat Yesus dari sudut pandang ilahi.
Umat di Korintus pada waktu itu menilai Kristus dan orang lain dari sudut
pandang manusiawi. Kemudian Santo Petrus mengajak kita untuk melihat dari
sudut pandang rohani di mana segala peristiwa yang dialami Yesus Kristus
merupakan rencana Allah. Dalam Kristus semua menjadi baru. Allah yang sama,
yang menciptakan dari ketiadaan, jelas mampu menciptakan kembali dan
membuat kita ambil bagian dari karyanya.
Ayat 19 “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105
berita pendamaian itu kepada kami.” Pada perikop ini, menuliskan bahwa Allah
merukunkan dunia dengan diri-Nya dalam Kristus. Dalam Kristus, Allah
mengalahkan halangan dari pelanggaran-pelanggaran sehingga kita mampu
menjadi mitra kerja dalam pelayanan. Makna kalimat “Allah mendamaikan dunia
dengan diri-Nya oleh Kristus” menuju kepada kebesaran cinta kasih Allah kepada
manusia. Manusia jauh dari Allah karena dosa, dengan wafat Kristus kita diajak
kembali untuk bersatu dengan-Nya. Perdamaian ini mengarah ke pertobatan
manusia.
Hal yang ingin ditekankan dari perikop-perikop di atas adalah bahwa kasih
Allah kepada manusia sungguh besar. Allah mengutus putera tunggal-Nya untuk
menderita dan wafat demi menghapus dosa-dosa mausia. Segala hal yang terjadi
pada diri Yesus Kristus bukan karena kehendak-Nya sendiri melainkan karena
rencana Allah. Pengorbanan Yesus ini membawa perdamaian bagi manusia dan
Allah lewat pertobatan. Manusia diajak untuk bertobat, dengan demikian perasaan
damai itu mengarungi hidup manusia. Manusia terbebas dari belenggu dosa.
Manusia hidup kembali dalam Allah sebagaimana Yesus Kristus bangkit dari
kematiannya.
5) Langkah IV: Menerapkan Iman dalam Situasi Konkret Peserta
a) Pengantar
Teman-teman, dalam sharing kita tadi, kita sudah mendalami kutipan
sinopsis dari novel “The Devil and Miss Prym”. Kita juga telah mendalami teks
Kitab Suci dari Surat Rasul Paulus yang ke dua kepada jemaat di Korintus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106
Kita sering mendengar kata korban namun jarang mendengar kata
pengorbanan. Kita telah mendengar bersama bahwa tindakan pengorbanan sejati
mampu membawa perdamaian, sebagaimana Allah mendamaikan diri-Nya dengan
manusia. Peristiwa ini dapat menjadi modal teladan bagi kita sebagai calon
pewarta.
Sebagai bahan refleksi agar kita bisa menciptakan perdamaian dalam
pengorbanan, mari kita merenungkan pertanyaan ini:
- Sejauh mana pengorbanan yang telah teman-teman lakukan mampu
membawa perdamaian dalam diri teman-teman dan orang lain?
b) Saat hening diiringi dengan musik instrumental dari laptop. Kemudian peserta
diberi kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan hasil permenungannya.
c) Arahan rangkuman
Peristiwa pengorbanan tidak lepas dari suatu kesedihan, oleh karena itu
orang cenderung enggan mendengarnya. Namun tidak demikian. Pengorbanan
sejati mampu memberikan kedamaian dalam diri kita dan orang lain. Allah telah
memberikan suatu gambaran kepada kita lewat kisah putera-Nya, Yesus Kristus.
Ketegaran dan menyerahkan hidup kita secara penuh kepada rencana Allah
mampu membawa kedamaian dalam diri kita. Dengan demikian, kita mampu
membawa kedamaian bagi orang-orang di sekitar kita.
6) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
a) Pengantar
Teman-teman yang terkasih, kita telah menggali pengalaman lewat teks
resensi novel “The Devil and Miss Prym”. Kita telah melihat bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107
pergulatan seorang pastor hingga akhirnya memilih menjadi alat jahat Tuhan.
Allah tidak pernah menyuruh manusia untuk berbuat demikian. Pengorbanan
sejati dilakukan dengan tulus dari dalam diri tiap pribadi. Kita juga telah sharing
pengalaman peristiwa pengorbanan yang pernah kita lakukan. Kita mendengar
bermacam-macam kisah yang telah teman-teman alami. Selanjutnya, kita juga
telah mendengar bacaan Kitab Suci dari surat rasul Paulus kepada umat di
Korintus. Santo Paulus menekankan kembali bahwa Allah mendamaikan dunia
dengan diri-Nya lewat putera-Nya, Yesus Kristus. Pengorbanan Yesus merupakan
bentuk cinta kasih Allah kepada manusia. Mendamaikan di sini berarti pertobatan.
Pertobatan mampu membawa perdamaian dan hidup baru bagi umat. Dalam
kehidupan kita, kita juga menyadari bahwa suatu pengorbanan mampu membawa
perdamaian dalam diri kita dan sesama.
b) Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita
lakukan sehingga kita dapat dengan yakin mau melakukan tindakan
pengorbanan sehingga menciptakan perdamaian untuk diri kita dan sesama.
Selanjutnya pendamping memberikan waktu bagi peserta untuk merenung
dalam suasana hening selama 3 menit untuk memikirkan sendiri niat-niat yang
akan di lakukan dengan panduan pertanyaan:
- Niat apa saja yang dapat dilakukan untuk menciptakan perdamaian dalam
suatu pengorbanan?
c) Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan bersama untuk kemudian menemukan niat bersama yang
konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108
7) Penutup
a) Setelah itu, pendamping mempersiapkan salib dan menyalakan lilin.
b) Kesempatan doa umat spontan yang diawali oleh pendamping. Setelah itu doa
umat disusul secara spontan oleh peserta yang lain. Kemudian semua doa
tersebut disatukan dengan doa Bapa kami. Akhirnya doa ditutup dengan doa
spontan dari pendamping.
c) Doa penutup
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterimakasih atas
penyertaan-Mu pada pertemuan hari ini. Kami telah bersama-sama belajar dari
novel “The Devil and Miss Prym”. Kami menemukan bahwa pergulatan dalam
diri kami terkadang membawa kami dalam suatu dosa. Kami juga telah belajar
dari surat rasul Paulus kepada umat di Korintus. Dari sanalah kami diyakinkan
bahwa pengorbanan sejati mampu membawa perdamaian. Kami juga diyakinkan
bahwa Engkau sangat mengasihi kami dan seluruh rencana-Mu adalah baik
adanya. Dan kini, kami telah menentukan niat pribadi dan niat bersama.
Berkatilah apa yang telah kami sepakati dalam pertemuan ini sehingga kami dapat
mewujudkannya dalam kehidupan kami secara pribadi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat sebagai calon pewarta. Amin
d) Sesudah itu, pertemuan diakhiri dengan menyanyikan lagu “betapa hatiku”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Novel sebagai salah satu bentuk karya fiksi mampu menyuguhkan
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan Tuhan. Salah satu novelis ternama
dengan ke-khasan spiritualitas karyanya adalah Paulo Coelho. Novelis asal Brazil
ini mampu memberikan inspirasi bagi pembacanya terutama dalam semangat
spiritualitas. Salah satu karya Paulo Coelho yang terkenal adalah “The Devil and
Miss Prym”. Novel ini menarik karena pembaca membahas tentang
kecenderungan utama dalam jiwa manusia, yaitu baik dan jahat. Dalam novel ini
pula pembaca diajak untuk melihat bagaimana memaknai suatu kurban.
Setelah melakukan analisis atas novel tersebut, penulis menemukan bahwa
korban dalam novel tersebut merupakan kambing hitam. Pastor menjadikan Berta
sebagai korban untuk dibunuh secara sewenang-wenang. Alasan mengapa Berta
adalah kambing hitam terungkap setelah penulis menemukan adanya hasrat
segitiga dalam diri pastor.
Hasrat segitiga pastor muncul dengan pria asing sebagai mediatornya.
Pastor menjadi alat jahat Tuhan bukan karena ia menginginkan adanya pertobatan
penduduk Viscos, namun karena pria asing memberinya kesempatan untuk itu.
Dengan menjadi alat jahat Tuhan, ia memutuskan untuk merencanakan suatu
pembunuhan dan memilih Berta sebagai korban. Berta dipilih karena ia satu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110
satunya penduduk yang tidak memiliki potensi pembalasan dendam mengingat
hidupnya sebatang kara.
Berdasarkan analisis pula, penulis dapat menyimpulkan bahwa pastor
menyamakan dirinya dengan Yudas Iskariot. Ia merencanakan pembunuhan dan
memilih korbannya sebagaimana Yudas menghianati Yesus. Dari hasil analisis
pula, penulis menemukan bahwa dalam novel tersebut, Pengorbanan Yesus
dimaknai secara historis sebagaimana Yesus dijadikan kambing hitam oleh bangsa
Yahudi. Yesus sebagai korban pembunuhan. Yesus dibunuh sebagai korban
politik.
Penulis merasa perlu mengungkapkan unsur teologi dalam sastra ini
sebagai media referensi untuk semakin mengenal Yesus. Proses interaksi antara
manusia dengan Tuhan yang dikemas dalam bentuk novel dapat dijadikan sebagai
sarana dalam berkatekese. Untuk mengoptimalkan hal ini, maka katekese model
Shared Christian Praxis (SCP) menjadi model katekese yang paling optimal.
Sinopsis atas novel ini digunakan sebagai sarana dalam katekese SCP untuk
mengungkapkan pengalaman hidup peserta. Dengan hadirnya novel ini sebagai
sarana dalam katekese SCP, diharapkan mampu membantu umat untuk semakin
memahami pengorbanan Yesus. Selain itu, umat juga diharapkan mampu untuk
menafsirkan makna teks secara optimal. Dengan demikian, pemahaman ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk melakukan tindakan pengorbanan sejati dalam
kehidupan bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memiliki beberapa saran yang
dapat dimanfaatkan bagi perkembangan studi pustaka bagi mahasiswa IPPAK,
Universitas Sanata Dharma.
1. Perlunya metodologi dalam skripsi studi pustaka
Kehadiran metodologi dalam studi pustaka mampu memberikan
gambaran pertanggungjawaban ilmiah dalam sebuah skripsi. Dengan demikian,
proses penulisan skripsi lebih logis dan terarah.
2. Mahasiswa IPPAK, Universitas Sanata Dharma
Melakukan analisis atas suatu teks adalah tindakan yang sewaktu-waktu
dapat dilakukan oleh siapapun. Salah satunya adalah mahasiswa IPPAK sebagai
calon pewarta. Mengingat bahwa umat mengenal Yesus dari teks Kitab Suci,
maka akan lebih baik bagi calon pewarta untuk mampu menafsirkan teks dengan
baik. Teks tersebut tidak hanya sebatas Kitab Suci, namun teks-teks lain yang
mengandung unsur teologis.
Selain itu, dalam proses analisis novel The Devil and Miss Prym, penulis
menemukan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai bahan acuan penulisan
skripsi. Hal-hal tersebut adalah:
a. Moral dalam Kitab Suci. Hal ini penulis temukan berdasarkan kutipan teks
dalam novel yang diambil dari Injil Lukas 18:18-19 tentang kisah Yesus dan
orang kaya. Pergulatan antara baik dan jahat selalu dijumpai siapapun dan di
mana pun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112
b. Pergulatan batin pria asing dalam menemukan jati diri manusia dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menggali semangat spiritualitas Kristiani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Adi Triyono. (2001). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Prasetia
Widya.
Bambang Triatmoko. (1993). “Hermeneutika Fenomenologis Paul Ricoeur”
dalam Hakikat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Banawiratma, J.B. (1986). Kristologi dan Allah Tritunggal. Yogyakarta:
Kanisius.
Baxter, Sidlow J. (1999). Menggali Isi Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/ OMF.
Burger, Jerry M. (2011). Introduction to Personality (8th Edition).Belmont:
Wadsworth Cengage Learning.
Burhan Nurgiyantoro. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Coelho, Paulo. (2005). The Devil and Miss Prym: Iblis dan Miss Prym. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Collins, Harper. http:
//wisdomwithinconsultancy.files.wordpress.com/13579108642
accesed on March 18, 2014.
Dianne Bergant, CSA. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Dister, Nico Syukur . (1987). Kristologi : Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius.
__________.(1991). Pengantar Teologi. Yogyakarta: Kanisius.
Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra : Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
France, R.T. (1996). Yesus Sang Radikal. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Heuken, Adolf. (2004). Ensiklopedi Gereja-Jilid IV: J-Ke. Jakarta: Yayasan
Cipta Loka Caraka.
__________. (2005). Ensiklopedi Gereja-Jilid V: Ko-M. Jakarta: Yayasan Cipta
Loka Caraka.
Ikhwan Rosyidi, dkk. (2010). Analisis Teks Sastra : Mengungkap Makna, Estetika, dan
Ideologi dalam Perspektif Teori Formula, Semiotika, Hermeneutika dan
Strukturalisme Genetik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jabrohim. (2001) Metodologi Penelitian SastraI. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.
Kaplan, David M. (2013). Teori Kritis Paul Ricoeur. Yogyakarta: Pustaka
Utama.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Jakarta: Obor
Konsili Vatikan II. (2008). Dokumen Konsili Vatikan II. Cetakan 9. Jakarta:
Obor.
Lembaga Biblika Indonesia. (1990). Tafsir Perjanjian Baru 1: Injil Matius.
Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114
__________. (1991). Tafsir Perjanjian Baru 1: Injil Lukas. Yogyakarta:
Kanisius.
Macdonald, A. M. (1974). Chambers Essential English Dictionary. London: Pan
Books Ltd.
Mangunwijaya, Yusuf Bilyarta. (1982). Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar
Harapan.
McBride, Alfred. (2003). Images of Jesus: Menyelami 10 Rahasia Pribadi
Yesus. Jakarta: Obor.
Naben. (2006). “Teologi, Sastra, dan Hermeneutika” dalam Seri Buku Vox.
Maumere: STFK Ledalero.
Naoel, Henk Ten. (2009). Kamus Teologi Inggris-Indonesia. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Ratna Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratzinger, Joseph. (2008). Yesus dari Nazaret. Jakarta: Gramedia.
Sindhunata. (2007). Kambing Hitam, Teori Rene Girard. Jakarta: Gramedia.
Sitepu, Apridawati BR. (2011). “Memanfaatkan Kisah Miss Prym pada Buku
Paulo Coelho The Devil and Miss Prym bagi Pembinaan Novis
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) Medan dalam
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Suara Hati” Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Sumarno Ds., M. (2013). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk
Mahasiswa Semester VI, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
________. (2013). Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah
Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester IV,
Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Yudita Larasatiningrum, Agnes . (2008). “Deviant Character of Chantal Prym as
Seen in Paulo Coelho’s The Devil and Miss Prym” Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
Zannoni, Arthur. (2004). Jesus of the Gospels. Jakarta: Obor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1)
Lampiran 1: Sinopsis Novel “The Devil and Miss Prym”
Viscos, desa kecil yang dihuni oleh 281 orang terletak di pegunungan
yang cukup jauh dari kota. Penduduk di sana tahu bahwa mereka hidup di dunia
yang nyaris hancur. Desa-desa lain di daerah itu sudah hancur karena telah
dijual kepada perusahaan multinasional kemudian dijadikan resort sky. Namun
Viscos dapat bertahan dengan semangat tradisi yang dipegang penduduknya.
Jauh sebelum hari ini tiba, Viscos merupakan tempat pelarian bagi para
penjahat. Di sanalah tempat tinggal perampok, pelacur, penipu kelas kakap
bahkan pembunuh yang sedang beristirahat sebelum membunuh lagi. Desa itu
dikuasai oleh seorang penjahat yang sangat kejam dan memungut pajak yang
sangat tinggi kepada petani. Namanya Ahab. Bertahun-tahun lalu seorang yang
dikenal dengan nama St. Savin tinggal di gua dekat desa itu. Suatu hari St. Savin
meninggalkan gua dan tiba dirumah Ahab. Ia memohon untuk menginap satu
malam di rumah orang terjahat di desa itu. Mereka sempat bercakap-cakap
sebelum St. Savin tertidur. Keesokan paginya St. Savin menemukan Ahab
menangis di sisinya. Untuk pertama kali sepanjang hidup Ahab ada orang yang
berani tidur disampingnya. St. Savin tidak takut dan tidak menghakiminya.
Keramahan nya membuat Ahab percaya bahwa ia bisa berbuat baik. Semenjak
kejadian itu Ahab bertobat dan menjadi seorang katolik. Viscos tidak lagi
menjadi sarang penjahat. Viscos menjadi pusat perdagangan penting di
perbatasan antar dua negara.
Berta seorang wanita tua yang selalu duduk di luar pintu rumahnya
selama lima belas tahun terakhir melihat seorang laki-laki asing menapaki lereng
curam menuju satu-satunya hotel di desa Viscos, tempat tinggalnya. Apa yang
diakukan Berta dengan duduk di luar pintu rumahnya setiap hari itu bukan tanpa
alasan. Ia memiliki suatu misi tertentu. Dia menanti. Dan dia menemukan apa
yang dinantikannya pada hari itu, hari ketika orang asing itu datang ke Viscos.
Ia melihat Iblis dalam wujud manusia dan berpakaian musafir. Alam telah
meyakinkannya meski ia tidak terlalu percaya takhayul maupun peradaban
Celtic yang sangat berpengaruh di Viscos.
Orang asing itu dengan hati-hati membaca formulir yang harus diisinya
di hotel. Dari aksennya, orang akan tahu bahwa ia berasal dari Negara Amerika
Selatan. Pada kolom alamat ia menuliskan Colombia Street, Argentina dan pada
kolom nama ia menuliskan nama Carlos, nama seorang teroris terkenal. Dalam
waktu singkat, seluruh penduduk tahu bahwa orang asing itu bernama Carlos
dan tinggal di Buenos Aires. Wisatawan yang mengunjungi Viscos di luar
musim berburu pasti menarik perhatian penduduk, dan itulah yang diinginkan
pendatang itu.
Carlos naik ke kamarnya, mengeluarkan isi ranselnya yang berupa
beberapa pakaian, peralatan bercukur, sepasang sepatu, vitamin penangkal pilek
dan sebelas batang emas masing-masing seberat dua kilogram. Setelah selesai
membereskan semua nya, ia tertidur karena kelelahan. Keesokan harinya ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)
memasukkan sebelas batang emasnya ke ransel dan pergi ke gunung di sebelah
timur desa. Sesampainya di hutan, ia hanya berdiri tanpa melakukan apapun
hampir selama satu jam. Setelah ia merasa tidak seorangpun ada di sana, ia
mengali lubang di dekat tanah berbatu berbentuk huruf Y dan menanam satu
batang emasnya di sana. Kemudian ia naik lagi ke atas, berdiam diri seperti
orang yang sedang bermeditasi selama satu jam. Kemudian ia menemukan tanah
berbatu lainnya yang terlihat seperti burung elang dan menggali di sana. Kali ini
ia menanam ke sepuluh batang emasnya di sana.
Ketika ia turun dan akan kembali ke desa, orang pertama yang dilihatnya
adalah seorang perempuan muda yang sedang membaca buku di tepian sungai.
Gadis itu terlihat acuh, namun Carlos menyapanya. Gadis itu memperkenalkan
diri, namanya Chantal Prym dan dia bekerja di bar di hotel tempat Carlos
menginap. Carlos akan mengajak Chantal ke suatu tempat. Namun Chantal
menolak dengan sopan, dengan alasan ia lebih banyak mengenal Viscos dari
pada orang asing itu.
Chantal terlihat terkejut ketika pria itu mengaku bahwa namanya bukan
Carlos dan data yang ditulisnya di formulir hotel itu palsu. Ia datang bukan
untuk melihat-lihat Viscos, namun untuk memperlihatkan sesuatu yang belum
pernah dilihat perempuan itu sebelumnya. Chantal mengancam akan melaporkan
pria itu ke polisi jika ia tidak mengaku siapa dia sebenarnya. Namun pria itu
meyakinkan Chantal bahwa ia akan mengaku siapa dia sebenarnya jika Chantal
mau ikut dengannya. Dengan semangat petualangannya akhirnya Chantal
mengikuti pria itu.
Pria itu berjalan ke batu berbentuk huruf Y, menudingkan jari ke
gundukan tanah yang terlihat seperti habis digali dan meminta Chantal untuk
menggalinya. Dengan patahan dahan pohon Chantal menggali tanah itu. Sekitar
lima menit ia menggali, ia melihat sesuatu berwarna kuning mengkilat dan ia
yakin itu emas. Pria yang bersamanya membenarkan anggapan Chantal bahwa
itu memang emas dan dialah pemiliknya. Setelah menutup lubangnya kembali,
pria itu mengajak Chantal ke tanah berbatu yang berbentuk elang dan meminta
Chantal untuk melakukan hal yang sama.
Chantal heran kenapa pria itu menunjukkan emas-emasnya kepadanya.
Berbagai pertanyaan keluar dari bibir Chantal namun pria itu seolah acuh.
Chantal jadi berfikir kalau sebenarnya pria itu menginginkan seks darinya. Ia
panik sekaligus senang karena ia akan dihargai emas sebanyak itu. Sebisa
mungkin Chantal mengulur waktu dengan mengatidakan hal-hal yang
sebenarnya dia sendiri ragu. Ia berkata bahwa ia pernah membaca seluruh
Alkitab dan dia tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dilakukan hawa.
Ia merasa tinggal di Viscos sudah seperti di surga.
Dengan beberapa umpan yang dilemparkan Chantal, pria itupun mulai
bercerita. Dia adalah seorang pengusaha kaya raya yang merasa hidup diantara
surga dan neraka. Kedatangannya ke Viscos memang bukan untuk menikmati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)
keindahan pegunungan di sana. Ia datang untuk mencari “kebenaran” tentang
sifat manusia atas teori yang ditemukannya tetapi tidak pernah ia praktekkan.
Dia ingin menciptakan permainannya sendiri dengan datang ke desa kecil di
mana penduduknya memandang kehidupan dengan perasaan bahagia, damai dan
penuh kasih sayang.
Dengan seksama pria itu menjelaskan kepada Chantal tentang permainan
yang dibuatnya. Pria itu meminta Chantal untuk memberitahukan kepada
seluruh penduduk desa bahwa ada emas di pegunungan sebelah timur desa. Dan
secara otomatis akan menjadi milik penduduk jika mereka dapat melakukan
sesuatu hal yang belum pernah mereka bayangkan. Melanggar salah satu dari
sepuluh perintah Allah, ayat yang menyebut tentang “pembunuhan”. Jika dalam
waktu satu minggu ada salah seorang penduduk yang meninggal, satu batang
emas itu akan menjadi milik Chantal dan ke sepuluh batang emas itu akan
menjadi milik penduduk desa.
Kisah satu manusia adalah kisah seluruh umat manusia. Pria itu
memikirkan dirinya sendiri atas segala pergulatan batinnya tentang sifat manusia,
yang pada dasarnya baik atau jahat. Bahwa hal apapun yang dihadapinya
sekarang maupun yang dihadapi Chantal merupakan rencana Tuhan. Dan jika
mereka terlarut dalam sebuah pencobaan berarti Tuhan lah yang menyeret
mereka dalam kegelapan. Chantal terkejut dan ketakutan. Ia bisa saja kabur.
Namun pria itu mengancamnya lebih dahulu bahwa ia akan memberitahukan
kepada penduduk desa tentang apa yang terjadi hari ini dan kemungkinan yang
terjadi adalah Chantal sendiri yang akan dijadikan korban oleh penduduk.
Penduduk mulai terbiasa dengan rutinitas orang asing itu. Mereka tahu
bahwa orang asing itu akan menetap di sana selama tujuh hari dan telah
memesan tiket pesawat menuju Afrika setelah kunjungannya ke Viscos. Pria itu
juga telah melunasi biaya penginapan dan makanan yang telah dan akan ia
makan. Ia membayarnya tunai. Ia berbincang dengan beberapa penduduk di bar
dan mentraktir minum seluruh pengunjung bar.
Dua hari telah lewat semenjak kejadian di hutan siang itu. Hari demi hari
dilewati Chantal dengan penuh kebingungan. Kadang ia ditemani si baik,
kadang ia ditemani si jahat. Suatu kali ia ke gunung ke tempat di mana sebatang
emas di tanam pada tumpukan batu berbentuk huruf Y. Ia menggali tempat di
mana emas itu ditanam, dikeluarkannya emas itu dan betapa terkejutnya ia
mendapati berat emas itu dalam genggamannya. Chantal mulai panik dan
menimbang-nimbang berbagai kemungkinan yang akan dilakukannya terhadap
emas itu. Ia merasa lemas, putus asa dan takut. Akhirnya ia memutuskan untuk
menanam kembali emas yang dari tadi dipeluknya lalu kembali ke desa.
Lewat satu hari setelah kepergiannya ke gunung itu, Chantal benar-benar
merasa putus asa. Pada malam ketiga ia merasa benar-benar ditemani si jahat.
Dengan lembut jahat membelai pipinya. Ia tahu bahwa baik dan jahat memiliki
wajah yang sama. Kemudian ketika ia akan pergi ke bar hotel tempatnya bekerja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)
ia melewati rumah Berta dan wanita tua itu memintanya untuk singgah sejenak.
Mereka berbincang mengenai kedatangan orang asing itu juga tanda-tanda alam
yang membawa perubahan pada desa itu seperti yang dirasakan Berta. Chantal
tergoda untuk menceritakan tentang keberadaan emas itu pada Berta, namun
diurungkannya niat itu. Kemudian Berta bercerita tentang Ahab, pahlawan desa
Viscos. Bagaimana Ahab bisa melihat bahwa tindakan paling sepele sekalipun
tujuannya baik dapat menghancurkan segalanya. Berta juga menceritakan kisah
kematian suaminya yang merupakan pemburu terbaik di desa itu. Suatu hari
ketika memberikan pelajaran menembak kepada salah seorang muridnya, ia
berkata bahwa untuk mencapai sesuatu, bukalah mata lebar-lebar, pusatkan
pikiran, dan pastikan apa yang benar-benar diinginkan karena tidak seorangpun
dapat membidik sasaran dengan mata terpejam. Dan ketika ia meletakkan kaleng
diatas batu, ia tertembak oleh muridnya yang mencoba untuk membidik sasaran
dengan mata tertutup. Setelah berbincang selama beberapa waktu, Chantal
berpamitan.
Malam itu Chantal mendapat secarik kertas dari pria asing ketika pria itu
membayar minuman yang diminumnya bersama beberapa pengunjung bar.
Chantal memasukkan pesan itu ke saku celananya dan membaca surat itu ketika
ia telah di kamar tidur dalam rumahnya. Dalam pesannya, pria asing itu meminta
Chantal untuk menemuinya di tempat pertama kali mereka bertemu. Ia ingin
berbicara empat mata dengan Chantal, namun ia tidak keberatan jika Chantal
kesana bersama orang banyak. Chantal merasa terancam dengan isi surat itu.
Tapi ia tidak memperdulikannya dan ia tertidur.
Hari berikutnya Chantal menemui pria itu ditempat mereka pertama kali
bertemu. Chantal membawa senjata dengan alasan untuk jaga diri dari serigala
buas. Chantal mengajak pria asing itu ke tenda tempat para pemburu beristirahat
karena hujan turun dan mereka basah. Mereka berbincang tentang yang baik dan
yang jahat. Pria itu mengira Chantal akan membunuhnya karena ia melihat
Chantal memasukkan beberapa peluru di senapannya. Namun ia keliru. Chantal
memberikan senapannya ke pria asing itu dan memintanya untuk membunuh
Chantal. Selayaknya pemburu profesional, pria asing itu mengarahkan
senapannya ke Chantal tanpa berkedip. Lama mereka berdiri dengan posisi
seperti itu. Hingga pria asing itu menurunkan senapannya dan berkata bahwa ia
dapat mencium bau ketakutan Chantal.
Chantal berkata bahwa pria asing itu adalah seorang pengecut yang
membiarkan orang lain memainkan peran untuk menemukan jawaban yang
dicarinya. Namun pria itu menyangkal dengan bersumsi bahwa seorang filsuf
Jerman pernah berkata: “Bahkan Tuhanpun memiliki neraka, yaitu kasih-Nya
pada umat manusia”. Kemudian pria asing itu melanjutkan bicaranya dengan
menceritakan siapa dia sebenarnya. Seorang pria katolik yang jujur, patuh akan
hukum dan selalu mematuhi perintah Allah. Ia menjadi direktur sebuah
perusahaan senjata yang memproduksi berbagai macam jenis senjata untuk
berbagai negara. Ia juga menceritakan bagaimana istri dan anaknya tewas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)
ditembak dengan senjata yang dibuatnya oleh beberapa teroris. Dan kejadian
itulah yang membuat hidupnya beruabah hingga menjadi seperti sekarang. Pria
yang berjalan di atas bumi dengan Iblis di sisinya. Dan untuk mengusir atau
menerima Iblis itu sekali dan selamanya, ia membutuhkan Chantal untuk
membantunya mengetahui jawaban atas beberapa pertanyaan tertentu.
Seluruh pandangan menuju kepada Chantal Prym ketika ia mengetuk
gelas anggur beberapa kali di bar pada jumat malam itu. Hal yang tidak pernah
terjadi sebelumnya. Ketika ia memulai berbicara, orang asing itu memberi
interupsi dan memohon untuk merekam apa yang diucapkan Chantal. Tanpa
berkata apapun Chantal melanjutkan ceritanya tentang Salib besar yang terletak
di tengah desa itu. Dahulunya, Salib besar yang terdapat di tengah-tengah desa
itu adalah tiang gantungan yang lengkap dengan tali dan pintu perangkap. Ahab
tidak mengatidakan sepatah katapun tentang tiang gantungan itu. Ia hanya
mengatidakan tentang peraturan-peraturan baru di Viscos. Selama sepuluh tahun
tiang gantungan itu di sana, tidak pernah sekalipun digunakan. Keberadaannya
di sana cukup untuk mengubah keberanian menjadi rasa takut, rasa percaya
menjadi curiga, dan omong besar menjadi bisikan menyerah. Kemudian Ahab
meminta bantuan beberapa tukang kayu untuk membongkar tiang gantungan itu
dan menggunakan kayu nya untuk membuat salib.
Tidak ada suara sedikitpun di bar itu kecuali tepuk tangan tamu asing itu.
Ia terlihat terkesan dengan cerita Chantal dan mengatidakan bahwa Ahab benar-
benar mengetahui sifat manusia. Bukan keinginan untuk patuh pada hukum yang
membuat orang berperilaku seperti yang dituntut masyarakat, melainkan rasa
takut pada hukuman. Tiap manusia membawa tiang gantungannya masing-
masing.
Chantal melanjutkan ceritanya dengan alasan atas permintaan orang
asing yang mengaku bernama Carlos. Chantal menceritakan tentang keberadaan
emas dan memberitahukan pula tentang pembunuhan yang harus dilakukan
untuk mendapatkan emas-emas itu. Chantal Prym telah menegakkan kembali
tiang gantungan di tengah desa. Namun kali ini, tiang gantungan itu di sana
bukan untuk mencegah kejahatan melainkan supaya seorang manusia tidak
berdosa digantung sehingga pengorbanannya membawa kemakmuran pada
Viscos. Semua orang menoleh pada orang asing itu. Ia mematikan alat
perekamnya seraya berkata bahwa Chantal Prym menceritakan kisah yang bagus.
Keadaan bar hening setelah Chantal menceritakan apa yang ada di
kepalanya. Satu per satu orang keluar dari bar hingga menyisakan dua orang saja
di sana, Chantal dan orang asing itu. Akhirnya Chantal memungut jaket dan
tasnya. Sebelum beranjak, ia menoleh ke orang asing itu dan berkata bahwa Iblis
yang menemaninya telah tersenyum. Dari caranya menyusun rencana ini, hanya
jahat-lah yang akan menang. Jika tidak ada yang dibunuh, baik hanya akan
mendapat pujian. Chantal juga berkata bahwa sebenarnya pria asing itu tidak
sedang mencari jawaban. Ia sangat ingin menegaskan bahwa pada dasarnya
semua manusia itu jahat. Ekspresi wajah pria itu tidak berubah, namun suara nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)
bergetar ketika menanyakan apa maksud Chantal sebenarnya. Chantal
menginginkan sepuluh emas itu tetap menjadi milik penduduk Viscos walaupun
ada atau tidak orang yang dibunuh. Dan bagian Chantal tetap menjadi bagian
Chantal. Setelah meyakinkan bahwa Chantal tidak akan kabur, pria asing itu
menyetujui permintaan Chantal ini. dan Chantal pun pergi meninggalkan pria
asing itu sendiri di bar.
Keesokan harinya, pria itu merasa bahwa Iblis didalam tubuhnya terusik
oleh perkataan Chantal semalam. Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun,
ia merasa Iblis dalam dirinya melemah. Ia tahu bahwa Iblis itu tidak pergi jauh.
Ia jadi teringat ketika pertama kali mendapatkan Iblis itu dalam dirinya. Baik itu
tidak ada. Kalau manusia menyadari hal itu, mereka akan sadar bahwa dunia ini
hanya lelucon kecil yang dimainkan Tuhan atasnya. Iblis menunjukkan pada
orang asing itu bahwa ketakutan ada di setiap diri manusia. Hidup adalah teror
di bawah bayang-bayang pisau gagal. Entah bagaimana perkataan Iblis ini dapat
menghiburnya. Seolah-olah penderitaan orang lain dapat meringankan
penderitaannya sendiri. Mulai dari sanalah ia terbiasa ditemani Iblis dalam hari-
harinya.
Iblis enggan berbicara tentang dirinya. Orang asing itu menutuskan
untuk mencari berbagai referensi yang dapat ditemuinya mengenai neraka. Ia
menemukan hampir semua agama memiliki sesuatu yang disebut “tempat
penghukuman”. Dan dari sekian banyak referensi yang dibacanya, ia tertarik
dengan keberagaman neraka yang dipercayai orang-orang Cina. Hanya orang-
orang Cina yang menawarkan penjelasan meyakinkan mengenai asal-usul Iblis.
Mereka jahat karena mereka memiliki pengalaman pribadi mengenai jahat, dan
sekarang mereka ingin meneruskan kepada sesama mereka dalam lingkaran
balas dendam. Orang asing itu merasa bahwa inilah yang mungkin terjadi
padanya. Untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun, ia menyebut nama
Tuhan. Namun ia menghujatnya. Ia merasa tidak layak mengalami semua ini.
Jika Tuhan yang melakukan semua ini padanya, maka ia juga bisa melakukan itu
pada sesamanya. Itulah keadilan untuknya.
Chantal meyakinkan dirinya bahwa penduduk Viscos tidak mungkin
sanggup membunuh demi uang. Ia bahkan membayangkan dirinya sendiri
sebagai pahlawan yang membawa perubahan pada Viscos. Pagi ketika ia
membeli roti, tidak seperti biasanya penduduk terlihat diam. Salah seorang
penduduk berkata bahwa keanehan yang terjadi di sini adalah kesalahan Chantal.
Mereka beranggapan bahwa Chantal lah yang harus disalahkan karena
menerima tawaran untuk memainkan peran seperti yang diinginan orang asing
itu. Chantal tercekam rasa takut, ngeri dan teror. Tanpa pikir panjang, ia pergi ke
gunung.
Dalam perjalanan, Berta yang duduk di depan rumahnya memanggil
Chantal untuk singgah. Awalnya Chantal enggan memenuhi keinginan wanita
tua itu, tapi ia sadar satu-satunya orang yang tetap bersikap baik padanya setelah
kejadian malam itu adalah Berta. Mereka berbincang tentang apa yang terjadi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)
desa. Berta yakin bahwa orang-orang tahu bahwa ini bukan sepenuhnya
kesalahan Chantal tapi mereka perlu orang untuk disalahkan. Kemudian Berta
bercerita tentang surga dan neraka yang dikisahkan Ahab bertahun-tahun yang
lalu. Surga adalah tempat di mana orang-orang mempertahankan sahabatnya.
Sedangkan neraka, adalah tepat di mana orang dapat meninggalkan sahabatnya
demi sesuatu. Berta mengisyaratkan pada Chantal bahwa penduduk sedang
mencari orang untuk dijadikan korban. Chantal tidak percaya. Penduduk desa
tidak mungkin melakukan itu. Berta memeluk Chantal cukup lama, kemudian ia
berkata bahwa Chantal perlu menjernihkan pikirannya.
Di waktu yang bersamaan, tuan tanah mengajak orang-orang
berpengaruh di Viscos untuk berkumpul di sankristi gereja. Mereka adalah
pastor, kepala desa dan istrinya, wanita pemilik hotel, dan tukang besi. Mereka
membincangkan tentang apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Wanita
pemilik hotel mengusulkan untuk menghubungi polisi. Tetapi usulan itu tidak
disetujui oleh tuan tanah. Tuan tanah berpikir untuk masa depan Viscos. Yang
mereka butuhkan saat ini adalah membuat seluruh penduduk diam, tentang hal
mengerikan yang mungkin akan mereka lakukan. Wanita pemilik hotel meminta
pendapat pastor. Dna menurut pastor, satu-satunya hal yang diketahui dalam
agamanya adalah pengorbanan satu manusia dapat menyelamatkan seluruh
manusia. Keheningan merebak. Setelah cukup lama mereka terdiam, pastor
memecah keheningan karena akan menyiapkan misa. Ia telah menemukan
kotbah yang bagus dan meminta mereka untuk mengajak penduduk mendatangi
misa hari itu.
Chantal pergi ke tempat di mana sebatang emas yang akan menjadi
miliknya ditanam. Ia menggali tanah itu dan akan mengambilnya. Ia tahu segala
resiko yang akan diterimanya, tapi ia tidak peduli. Belum selesai ia menggali,
serigala ganas menghampirinya. Ia ketakutan dan panik hingga tidak dapat
bergerak. Tidak disangka, orang asing yang mengaku bernama Carlos itu
menolongnya. Mereka lolos dari maut. Namun ia juga melihat apa yang akan
dilakukan Chantal tadi. Mereka memutuskan untuk kembali ke desa. Dalam
perjalanan kembali ke desa, pria asing itu membenarkan apa yang diucapkan
Chantal di bar sebelum ia pergi. Ia juga mengungkit kembali soal pertemuan
kedua mereka di mana pria asing itu berkata tentang filsuf Jerman tentang Tuhan.
Filsuf itu mengatidakan sesuatu yang lain, katanya: “untuk mencapai yang
terbaik dalam dirinya, manusia membutuhkan yang terburuk dari dirinya”.
Chantal tidak mengerti apa maksud pria itu maupun arti dari ucapan filsuf itu.
Pria itu menjelaskan kepada Chantal bahwa selama ini yang ada dipikirannya
hanyalah balas dendam. Ia merasa terlalu lelah untuk melihat dari sudut pandang
yang lebih positif : bahwa ia gagal. Namun sekarang ia merasa memiliki
keberanian; ia telah sampai pada titik terendah dan di sana pun ada cahaya. Kini
ia merasa bahwa apa yang menimpanya ini memang seharusnya terjadi. Ia
pantas mendapatkannya karena ia jahat. Pria asing itu ingin membuktikan bahwa
Tuhan itu adil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)
Chantal terlihat tidak banyak bicara. Tetapi ketika pria asing itu
menanyakan pendapat Chantal tentang keadilan Tuhan, gadis itu menceritakan
tentang kisah Ahab. Melihat situasi Viscos yang dulunya dikenal sebagai desa
para penjahat, Ahab menjadi sangat cemas akan kedatangan seorang pastor di
desa. Meski Viscos telah di Kristenkan oleh St.Savin, namun dengan keberadaan
pastor dan ancaman dosanya justru akan membawa penduduk kembali menjadi
penjahat. Ahab tidak kehilangan akal. Ia melakukan sesuatu yang dilakukan oleh
orang Yahudi, yaitu hari raya perdamaian. Sekali dalam setahun semua
penduduk akan berdiam diri di rumah dan membuat dua macam daftar. Daftar
pertama berisikan uraian dosa yang pernah mereka lakukan. Sedangkan daftar
yang ke dua adalah uraian dosa yang dilakukan Tuhan. Setelah kedua daftar itu
dibacakan, mereka menutup ritual dengan berkata: “aku telah bersikap tidak adil
kepada Engkau, dan Engkau telah bersikap tidak adil terhadapku. Tapi karena
ini Hari Raya Perdamaian, kita akan saling melupakan kesalahan-kesalahan kita
dan kita melanjutkan kebersamaan kita satu tahun lagi”. Orang asing yang
berjalan disebelah Chantal merasa kurang sependapat dengannya, terutama
dalam hal “memaafkan Tuhan”.
Sementara itu, keadaan Gereja di Viscos terihat tidak seperti biasanya.
Seluruh penduduk datang untuk menghadiri misa siang itu, kecuali Chantal
Prym dan Berta tua. Pastor tahu Viscos bukanlah tempat yang benar-benar
religius. Biasanya hanya sedikit orang yang mau repot-repot datang untuk
merayakan misa yang diadakan dua kali dalam seminggu itu. Namun yang
terjadi hari ini benar-benar membuat pastor terkejut. Bahkan ia harus
mengijinkan umat duduk di undagan Altar karena selurung bangku sudah penuh.
Pastor memulai liturgi sucinya dengan khidmat. Kemudian ia memulai
khotbahnya yang sesuai dengan bacaan Injil pilihannya, Lukas. Ada seorang
pemimpin yang bertanya kepada Yesus, “Guru yang baik, apa yang harus aku
perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. Dan betapa mengejutkannya
jawaban Yesus kemudian: “mengapa kau katakan Aku baik? Tidak ada seorang
pun yang baik selain Allah saja.”
Selama bertahun-tahun, pastor merenungkan ayat ini hingga ia
menemukan jawabannya. Tuhan tidak menyebut dirinya “baik” karena ia sedang
berbicara mengenai sifat-Nya sebagai manusia. Sebagai manusia sifat-Nya
“tidak baik”, namun sebagai Allah sifta-Nya “baik”. Sebenarnya pastor sedang
membohongi dirinya sendiri karena sampai sekarang ia pun belum mengerti apa
maksud perkataan Yesus itu. Isi khotbah pastor kemudian adalah bahwa menjadi
manusia adalah menerima sifat yang tidak baik dari dalam diri, dan tahu bahwa
satu-satunya alasan sifat manusia yang tidak baik ini tidak membuat kita jatuh
dalam hukuman abadi adalah karena Yesus mengorbankan diri-Nya sendiri
untuk menyelamatkan umat manusia. Pengorbanan satu orang manusia
menyelamatkan semuanya. Kemudian pastor menutup khotbahnya dengan
mengangkat kisah Ayub. Bagaimana Allah menerima tantangan Iblis untuk
mencobai Ayub, hambanya yang paling setia. Dan ketika Ayub jatuh dalam
penderitaan, ia mulai memberontak dan menghujat Allah. Setelah itu, Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)
mengembalikan apa yang dimiliki Ayub kembali. Pastor mengaitkan kisah
Ayub dengan kehancuran Viscos yang lambat-laun telah terjadi. Allah telah
memaksa Ayub bertindak sejauh, itu artinya waktu untuk Viscos melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan Ayub, memberontak. Allah ingin
menunjukkan bahwa pada hakikatnya Ayub tidak baik. Ayub melakukan dosa
kesombongan karena ia merasa dirinya baik oleh karena itu ia menderita. “Tidak
ada yang baik”, kata Tuhan. Pastor mengajak umatnya untuk berhenti bersikap
pura-pura baik. Jika suatu hari kelak mereka harus menerima tantangan Iblis,
biarlah mereka ingat bahwa Bapa di surga melakukan hal yang sama demi
menyelamatkan jiwa hamba-Nya, Ayub. Setelah khotbah selesai pastor
melanjutkan liturgi sucinya dan berharap penduduk Viscos menangkap baik-
baik pesan yang disampaikannya dalam khotbah siang itu.
Enam orang berkumpul di sakristi hari itu juga. Mereka adalah Tuan
tanah, pastor, kepala desa dan istrinya, wanita pemilik hotel dan tukang besi.
Tuan tanah merasa diyakinkan lewat khotbah pastor dalam misa tadi. Semua
sepakat bahwa mereka akan melakukan pembunuhan, namun pastor lebih
senang menyebutnya dengan “mempersembahkan pengorbanan”. Mereka
berlutut dan berdoa bersama. Meskipun dengan rasa enggan karena mereka
semua tahu tidak ada gunanya memohon ampun pada Tuhan atas dosa yang
dilakukan dengan menyadari sepenuhnya kejahatan yang terkandung dalam
perbuatan itu. Setelah itu, istri kepala desa bangkit berdiri dan mengajak mereka
mendiskusikan hal-hal praktisnya, yaitu siapakah yang akan dijadikan korban.
Tuan tanah memilih Chantal Prym, karena ia merasa Chantal Prym lah yang
membawa iblis itu ke Viscos. Tiga orang setuju dengan usul tuan tanah. Tapi
istri kepala desa tidak setuju dengan alasan bahwa Chantal Prym lah yang
mengetahui keberadaan harta karun itu.
Pastor tidak ingin mengusulkan siapa-siapa, tapi ia tahu siapa yang
seharusnya menjadi korban. Ia hanya perlu memastikan bahwa semua setuju.
Pastor memulai pembicaraannya, ia menyadari bahwa semua orang di Viscos
memiliki keluarga yang akan merasa kehilangan jika terjadi sesuatu pada salah
satu kluarganya. Hanya ada tiga orang yang tidur sendirian di Viscos, yaitu
Chantal Prym, Berta dan dirinya sendiri. Wanita pemilik hotel menangkap
pembicaraan pastor ini sebagai pengorbanan diri. Pastor akan mengorbankan
dirinya sebagai korban untuk menyelamatkan desa. Semua orang yang di
sankristi merasa lega. Tapi pastor mengatidakan ada masalah lain jika ia yang
dikorbankan. Kelima orang itu harus meyakinkan penduduk bahwa membunuh
hamba Tuhan bukanlah suatu dosa besar. Pastor tidak mungkin mengumbar
pengorbanannya pada penduduk Viscos. Bagaimanapun juga para martir tidak
pernah mengusulkan kematian mereka. Lalu, satu-satunya orang yang tersisa
adalah Berta. Ketegangan yang hening dirasakan oleh orang-orang yang ada di
sankristi itu, kecuali satu orang. Pastor memecah keheningan di sana. Ia berkata
bahwa Berta pasti sangat menderita hidup sendirian selama bertahun-tahun.
Yang dikerjakannya hanyalah duduk di depan pintu rumahnya bahkan terkadang
ia terlihat sedang berbicara sendiri. Kemudian mereka mengingat-ingat kembai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)
keadaan Berta saat ini. Kesepian, menderita dan selalu menunggu di depan pintu
rumahnya. Akan lebih baik jika Berta cepat bertemu dengan suaminya yang
telah meninggal. Lagi-lagi semua orang di sankristi diam. Mereka tahu korban
telah dipilih, permasalahannya sekarang adalah bagaimana caranya. Pastor
memberikan suatu usulan, ia mengusulkan untuk mengadakan pertemuan di
lapangan pada pukul 09.00 malam. Pastor memiliki suatu rencana, namun ia
ingin seluruh penduduk mengetahuinya. Dan selama pertemuan malam nanti
berlangsung, pastor ingin agara ada dua orang wanita pergi ke rumah Berta dan
membuatnya terus berbicara. Ia tidak ingin mengambil resiko apapun.
Chantal tiba di bar tempat ia bekerja malam itu. Tidak ada siapapun di
sana kecuali wanita pemilik hotel dan dirinya. Menurut wanita pemilik hotel,
para pria sedang mengadakan pertemuan di lapangan. Chantal tidak
mengatidakan apapun tentang itu. Ia justru berkata bahwa penduduk harus
memastikan emas-emas itu sebelum mereka melaksanakan rencana mereka.
Awalnya wanita pemilik hotel itu tidak setuju, tapi ia menjadi ragu dan merasa
tidak ada salahnya jika ia mendengarkan perkataan gadis itu. Ia pergi ke kamar
pria asing pemilik emas-emas itu, dan pria asing itu setuju menunjukkan emas-
emasnya. Wanita pemilik hotel itu kembali ke bar tempat Chantal berada. Ia
memancing Chantal dengan beberapa percakapan tentang hal-hal yang mungkin
akan dilakukan para pria di lapangan. Wanita pemilik hotel itu ingin melihat
reaksi Chantal. Tapi Chantal tidak menunjukkan reaksi apapun.
Pastor duduk sendirian di salah satu bangku gereja sembari menunggu
kepala desa yang akan datang beberapa menit lagi. Ia menekuri dinding-dinding
putih, Altar dan barang-barang seni lain dalam gereja yang dibawa oleh para
santo yang dulu pernah tinggal di sana. Tapi pennduduk Viscos melupakan
semua itu dan malah berkonsentrasi pada Ahab, pada bangsa Celtic, pada
takhayul yang usia nya berabah-abad, dan gagal memahami bahwa untuk
memperoleh keselamatan hanya butuh satu tindakan: yaitu menerima Yesus
sebagai satu-satunya Penyelamat manusia.
Beberapa jam sebelumnya, ia menawarkan dirinya sebagai martir.
Tindakan yang penuh resiko, namun ia sudah mempersiapkan diri jika orang-
orang itu tidak berpikir panjang dan tidak mudah dimanipulasi. Lewat sikap
diam dan kata-kata cerdik mereka berhasil membuat pastor mengatidakan apa
yang ingin mereka dengar: pengorbanan yang membebaskan, korban yang
menyelamatkan, kematian yang diubah menjadi kemuliaan. Ia membiarkan
dirinya diperalat oleh orang-orang itu, namun sebenarnya ia mengatidakan hal-
hal yang benar-benar diyakininya.
Sejak masih belia, ia disiapkan untuk menjalani kehidupan pastor, dan
itulah panggilan hidupnya. Ia ditahbiskan pada usia dua puluh satu tahun. Semua
orang mengagumi kepandaian dan khotbahnya. Cerita tentangnya sampai pada
telinga Uskup dan Uskup mengundangnya untuk makan bersama pastor-pastor
muda lainnya. Ketika Uskup menawarkan minum kepada mereka yang hadir
dalam makan malam itu, hanya dialah yang menerima tawaran uskup. Salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)
seorang dari pastor-pastor itu mencela perbuatan pastor muda ini. Tapi uskup
justru merasa bahwa hanya pastor muda inilah yang mengijinkan Baik bekerja
atas dirinya. Setelah kejadian itu, uskup dan pastor muda ini teman baik. Pastor
muda ini juga ditempatkan di paroki yang penting sebagai pastor kepala.
Beberapa tahun kemudian, uskup yang bijaksana ini wafat. Betapa terkejutnya
pastor muda ini ketika mendapati bahwa orang yang menggantikan uskupnya
adalah pastor yang mencela perbuatannya tentang air pada waktu makan
bersama beberapa tahun silam. Pastor muda ini dipanggil dan dipindahkan ke
desa kecil bernama Viscos. Ia dapat melihat sikap iri hati pada uskup barunya.
Namun karena ia ingin mendapatkan “kebijaksanaan” diri, maka ia tetap
menerima apapun yang diutuskan uskup baru itu kepadanya.
Ia berangkat ke Viscos dengan penuh semangat dan kerendahan hati. Ini
adalah tantangan baru yang harus dihadapinya. Namun setelah lima tahun dia
tinggal di sana, ia belum berhasil menambah umatnya. Penduduk lebih percaya
kepada Ahab dari pada Tuhan. Setelah sepuluh tahun berlalu, ia menyadari
kesalahannya. Pencarian terhadap kebijaksanaan berubah menjadi kesombongan.
Limabelas tahun kemudian, ia menyadari bahwa ia tidak akan meninggalkan
Viscos. Sedangkan uskup yang mengutusnya pindah itu telah menjadi seorang
kardinal penting, yang bekerja di Vatikan. Ia tidak mungkin menyebarkan cerita
bahwa dirinya telah disingkirkan karena perasaan iri dan serakah. Dari kejadian
yang menimpanya ini, ia mulai mempertanyakan kemurahan hati Tuhan. Ia ingin
meminta kesempatan sekali lagi pada-Nya. Ia membuka Alkitab secara acak
untuk mencari jawaban. Ia membuka bagian yang mengisahkan tentang
perjamuan terakhir, ketika Kristus berkata kepada penghianat untuk
menyerahkan diri-Nya kepada prajurit Romawi yang mencari-cari-Nya. Berjam-
jam lamanya pastor memikirkan apa yang dibacanya. Mengapa Yesus meminta
si penghianat untuk melakukan dosa? Yesus takkan melakukan itu. Sebenarnya,
penghianat itu adalah korban, seperti layaknya Yesus sendiri. Jahat harus
mewujudkan diri dan melakukan perannya, supaya pada akhirnya Baik datang
dan menang. Jika tidak ada penghianatan, tidak akan ada salib, kata-kata dalam
Kitab Suci tidak akan digenapi, dan pengorbanan Yesus tidak bisa menjadi
teladan. Keesokan harinya, orang asing tiba di Viscos. Tapi ia tidak menganggap
penting hal itu. Baru ketika Chantal Prym mengutarakan tentang tawaran itulah
ia menyadari doa-doanya dijawab. Jika Baik ingin menggerakkan hati orang-
orang ini, jahat perlu mewujudkan diri terlebih dahulu. Pastor ingin
mengkristenkan kembali desa ini dan untuk itu ia perlu memerankan perannya
dengan baik, sebagai alat Jahat. Itulah pekerjaan paling rendah hati yang bisa
dipersembahkannya kepada Tuhan.
Kepala desa tiba sesuai janji. Kepala desa ingin tahu apa yang akan ia
katakan kepada penduduk dari rencana pastor. Tapi pastor ingin berkata
langsung kepada penduduk. Meski kepala desa merasa itu bukan tindakan yang
bagus, namun pastor berhasil membuatnya takut sehingga pada akhirnya
pastorlah yang memimpin pertemuan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)
Kedua wanita itu tiba di rumah Berta, beberapa menit sebelum
pertemuan di lapangan dilakukan. Berta sedang menyulam di ruang tamunya
yang kecil. Berta mengatidakan bahwa hari ini berbeda dari hari-hari biasanya,
termasuk kenapa dua wanita itu mengunjunginya. Kedua wanita itu, istri kepala
desa dan wanita pemilik hotel mayakinkannya bahwa mereka hanya berkunjung.
Meski begitu, terlihatnya Berta tahu apa yang akan mereka lakukan. Kedatangan
Iblis, pertemuan rahasia, pengorbanan konyol dan kematian. Berta berbicara
seolah ia mengetahui semua rencana pastor. Hal ini membuat wanita pemilik
hotel dan istri kepala desa cemas. Setelah meyakinkan bahwa dirinya baik-baik
saja, Berta meminta kedua wanita itu berjaga di luar pintu rumahnya, hawatir
jika sewaktu-waktu serigala ganas datang ke rumahnya.
Pertemuan di lapangan dimulai. Pastor berdiri di atas kursi agar semua
orang dapat melihatnya. Ia mengawali bicaranya dengan mengatidakan sesuatu
tentang gereja. Namun ada penduduk yang memotong pembicaraan pastor dan
berkata bahwa mereka butuh kepastian masa depan Viscos, bukan untuk
mendengar soal gereja. Kepala desa menyela percakapan itu dan mulai
mengambil alih pertemuan. Ia mengatidakan bahwa pria asing itu akan
menunjukkan emas-emasnya esok pagi dan mereka akan bertindak setelah
melihat emas-emas itu. Kepala desa mulai mengatidakan janji-janji kemakmuran
dengan emas-emas itu, juga tentang siapa yang akan dijadikan korban. Tidak
ada protes dari penduduk ketika nama Berta di ucapkan. Tapi pastor berpikir
panjang. Diam tidak selalu berarti setuju. Oleh karena itu pastor ingin kepastian
mereka dan satu persatu penduduk berkata setuju.
Setalah semua orang mengutarakan bahwa mereka setuju, pastor
melanjutkan dengan rencana pembunuhan yang akan mereka lakukan. Pastor
meminta penduduk untuk membawa sebuah senapan berisi satu peluru ke
sankristi esok pagi. Dengan tidaktik regu tembak menjalankan tugasnya, begitu
pula mereka akan melaksanakan rencana pembunuhan itu. Delapan puluh tujuh
senapan akan dikosongkan, sedangkan delapan puluh enam senapan tetap
dibiarkan terisi. Semua senapan akan diledakkan serempak, tapi tidak
seorangpun akan mengetahui siapa yang memegang senapan berisi peluru.
Dengan begitu, semua penduduk bisa beranggapan mereka semua tidak bersalah.
Kecuali satu, pastor memastikan bahwa senapannya tetap terisi. Ia juga
mengtidakan bahwa ia tidak akan mengambil emas bagiannya karena ia
memiliki alasan lain. Pastor menunjuk tiga orang sukarelawan bertubuh besar
untuk membawa korbannya. Kepala desa merasa posisinya akan terancam
dengan rencana pastor ini, maka ia menyela pembicaraan itu dan berkata bahwa
ialah yang pantas untuk menentukan tempat dilaksanakannya pengorbanan itu.
Ia memilih tugu Celtic, pada waktu malam hari seperti pertemuan kali ini
sebagai tempat untuk melaksanakan segala rencana itu. Pastor turun dari
kursinya dan pertemuan selesai. Semua kembali kerumah mereka masing-
masing dan pastor menghabiskan malam itu dengan berdoa di gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)
Hari telah berganti, Chantal menyantap sarapan paginya dan melihat para
pria berjalan membawa senapan menuju sankristi dan pulang tanpa membawa
apapun. Ia merasa cemas karena masih ada kemungkinan dirinyalah yang akan
menjadi korban. Namun ia merasa sedikit lega ketika ia bertemu wanita pemilik
hotel ketika ia bekerja sore harinya. Wanita pemilik hotel itu menceritakan
tentang hasil pertemuan semalam dan siapa yang akan dikorbankan. Wanita
pemilik hotel itu juga berkata bahwa pagi tadi orang asing itu pergi ke hutan
dengan membawa ransel kosong. Ia akan mengambil emas-emasnya dan
menunjukkan nya pada penduduk desa.
Berta sedang memperhatikan matahari tenggelam ketika pastor dan tiga
orang bertubuh besar datang mendekat ke rumahnya. Pastor menyapa Berta, dan
masuk ke beranda rumahnya sementara tiga orang bertubuh besar lainnya
menunggu ditempat yang agak jauh. Pastor dan Berta mulai bercakap-cakap.
Berta tahu segala rencana pastor dan pastor tidak mengelak bahwa ia juga ikut
menyusun segala rencana ini. Pastor merasa tidak perlu lagi berpanjang-lebar
membahas sesuatu. Ia mengeluarkan beberapa butir pil tidur. Berta menolak pil-
pil itu, kemudian pastor mengundang ketiga pria bertubuh besar itu dan
meminumkan pil-pil yang dibawanya dengan paksa. Berta mulai merasa lemas
dan tiga orang bertubuh besar itu membawanya pergi.
Tugu Celtic itu jauhnya setengah jam perjalanan kaki dari Viscos. Dua
ratus delapan puluh satu nyala api berbaris dalam gelap berarak menuju tugu itu.
Semua berjalan kaki kecuali Berta yang tertidur pulas di tandu yang diangkat
dengan susah payah oleh dua orang tukang kayu. Sesampainya di tugu tempat
pengorbanan akan dilakukan, para tukang kayu meletakkan tubuh Berta di atas
batu yang bentuknya menyerupai meja itu dengan posisi berlutut membelakangi
penduduk yang berdiri membentuk setengah melingkar. Seratus tujuh puluh
empat senapan dikokang serentak. Secara naluriah, para wanita mundur dan para
pria mengarahkan senapannya ke tubuh tua Berta.
Ketika kepala desa bersiap memberikan aba-aba, terdengar suara
perempuan menyela, Chantal Prym. Ia bertanya apakah penduduk telah melihat
emas-emas itu. Dan saat itu pula pria asing yang menjadi pelaku utama segala
rencana ini berjalan ke depan kerumunan, meletakkan tasnya dan mengeluarkan
emas-emasnya. Chantal bersama Sembilan orang penduduk wanita memeriksa
emas-emas itu sementara para pria kawatir kalau salah satu senapan meletus.
Istri kepala desa meyakinkan penduduk bahwa batangan yang dipegang di
tangannya itu adalah benar-benar emas. Chantal meminta istri kepala desa untuk
tetap memegang emas itu sementara ia akan berbicara. Tapi kepala desa tidak
setuju dengan tindakan Chantal ini dan menyuruh mereka menyingkir karena
para pria akan menyelesaikan rencana ini.
Chantal Prym geram, seluruh tubuhnya gemetar, matanya membelalak
dengan kebencian mendalam. Penduduk menyadari situasinya dan rasa takut
merekapun bertambah, perasaan bersalah mereka merebak, perasaan malu mulai
menguasai, tangan mereka turut gemetar dan mereka mencari-cari alasan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)
mengubah keadaan. Ketika Chantal mendapatkan ketenangannya kembali, ia
mulai berbicara tentang ketakutan yang dirasakannya ketika ia akan mencuri
emas di gundukan batu berbentuk huruf Y untuk pertama kalinya. Chantal
mengungkapkan hal-hal yang mungkin terjadi jika nantinya emas-emas itu
ditukarkan di bank. Terjadi percakapan sengit antara Chantal, tuan tanah dan
kepala desa. Bahkan kepala desa berjanji akan rela dipenjara jika asal-usul
keberadaan emas itu dipertanyakan. Terdengar suara senapan diletakkan, dan
begitulah seterusnya. Kini hanya tersisa dua senapan, satu di tangan kepala desa
sedangkan satu senapan lain ditangan pastor. Kedua senapan itu diarahkan pada
dua target yang berbeda, pada tubuh roboh Berta, dan satunya pada tubuh
Chantal Pyrm. Dengan cepat, salah satu dari tukang kayu yang tadinya
mengangkat tubuh Berta mendekati kepala desa dan pastor. Ia melucuti senjata
kedua orang itu dengan mudah. Chantal Prym benar: mempercayai orang lain
sangat berbahaya. Terlihatnya orang-orang di sana juga mempercayai hal itu.
Akhirnya, seorang demi seorang pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke
desa tanpa suara. Hanya tiga orang dan dua obor yang tersisa di tanah itu, yaitu
Chantal Pyrm, Berta dan orang asing yang mengaku bernama Carlos.
Setelah beberapa waktu, orang asing itu memecah keheningan dan
berkata bahwa emas-emas itu menjadi milik desa. Tapi Miss Pyrm mengelak,
dan berkata bahwa emas-emas itu termasuk emas yang ditanam di tanah berbatu
berbentuk huruf Y itu adalah miliknya. Chantal mengatidakan bahwa ia tahu
sifat manusia, dan ia telah mendapatkan jawaban atas pertanyaan orang asing itu.
Pria asing itu tentu tidak akan melakukan apa yang diminta Chantal, tapi orang
asing itu ingin mendengar perkataan Chantal. Chantal mengungkapkan apa yang
ada dikepalanya sembari melepaskan tali yang mengikat tubuh Berta. Chantal
menceritakan tentang kisah pertemuan pertama Ahab dan St. Savin. Yang
diceritakannya kali ini adalah percakapan antara Ahab dan St. Savin sebelum ia
pergi tidur. Konon percakapan itu memiliki peran penting dalam menjadikan
Ahab penganut katolik. Chantal tidak perlu menjelaskan kisah itu karena ia
yakin orang asing itu mengerti. Ahab dan St. Savin memiliki naluri yang sama-
Baik dan Jahat bertarung di hati mereka. Ketika Ahab menyadari Savin tidak
berbeda darinya, ia pun menyadari dirinya tidak berdaya dengan Savin.
Semuanya hanya masalah pengendalian diri.
Begitulah akhirnya. Pria asing itu mengurus semua dokumen yang
menyatidakan bahwa emas-emas itu menjadi milik Chantal Pyrm. Chantal
mengunjungi Berta dan berbincang sejenak dengannya. Berta berkata bahwa
hidup bisa terasa amat panjang atau sangat singkat, tergantung bagaimana
dijalaninya. Chantal tersenyum dan mengecup perempuan tua itu. Ia pergi
meninggalkan Berta dan Viscos untuk selamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)
Lampiran 2 : Kutipan sinopsis sebagai bahan SCP
Sejak masih belia, ia disiapkan untuk menjalani kehidupan pastor, dan
itulah panggilan hidupnya. Ia ditahbiskan pada usia dua puluh satu tahun. Semua
orang mengagumi kepandaian dan khotbahnya. Cerita tentangnya sampai pada
telinga Uskup dan Uskup mengundangnya untuk makan bersama pastor-pastor
muda lainnya. Ketika Uskup menawarkan minum kepada mereka yang hadir
dalam makan malam itu, hanya dialah yang menerima tawaran uskup. Salah
seorang dari pastor-pastor itu mencela perbuatan pastor muda ini. Tapi uskup
justru merasa bahwa hanya pastor muda inilah yang mengijinkan Baik bekerja
atas dirinya. Setelah kejadian itu, uskup dan pastor muda ini teman baik. Pastor
muda ini juga ditempatkan di paroki yang penting sebagai pastor kepala.
Beberapa tahun kemudian, uskup yang bijaksana ini wafat. Betapa terkejutnya
pastor muda ini ketika mendapati bahwa orang yang menggantikan uskupnya
adalah pastor yang mencela perbuatannya tentang air pada waktu makan
bersama beberapa tahun silam. Pastor muda ini dipanggil dan dipindahkan ke
desa kecil bernama Viscos. Ia dapat melihat sikap iri hati pada uskup barunya.
Namun karena ia ingin mendapatkan “kebijaksanaan” diri, maka ia tetap
menerima apapun yang diutuskan uskup baru itu kepadanya.
Ia berangkat ke Viscos dengan penuh semangat dan kerendahan hati. Ini
adalah tantangan baru yang harus dihadapinya. Namun setelah lima tahun dia
tinggal di sana, ia belum berhasil menambah umatnya. Penduduk lebih percaya
kepada Ahab dari pada Tuhan. Setelah sepuluh tahun berlalu, ia menyadari
kesalahannya. Pencarian terhadap kebijaksanaan berubah menjadi kesombongan.
Limabelas tahun kemudian, ia menyadari bahwa ia tidak akan meninggalkan
Viscos. Sedangkan uskup yang mengutusnya pindah itu telah menjadi seorang
kardinal penting, yang bekerja di Vatikan. Ia tidak mungkin menyebarkan cerita
bahwa dirinya telah disingkirkan karena perasaan iri dan serakah. Dari kejadian
yang menimpanya ini, ia mulai mempertanyakan kemurahan hati Tuhan. Ia ingin
meminta kesempatan sekali lagi pada-Nya. Ia membuka Alkitab secara acak
untuk mencari jawaban. Ia membuka bagian yang mengisahkan tentang
perjamuan terakhir, ketika Kristus berkata kepada penghianat untuk
menyerahkan diri-Nya kepada prajurit Romawi yang mencari-cari-Nya. Berjam-
jam lamanya pastor memikirkan apa yang dibacanya. Mengapa Yesus meminta
si penghianat untuk melakukan dosa? Yesus takkan melakukan itu. Sebenarnya,
penghianat itu adalah korban, seperti layaknya Yesus sendiri. Jahat harus
mewujudkan diri dan melakukan perannya, supaya pada akhirnya Baik datang
dan menang. Jika tidak ada penghianatan, tidak akan ada salib, kata-kata dalam
Kitab Suci tidak akan digenapi, dan pengorbanan Yesus tidak bisa menjadi
teladan. Keesokan harinya, orang asing tiba di Viscos. Tapi ia tidak menganggap
penting hal itu. Baru ketika Chantal Prym mengutarakan tentang tawaran itulah
ia menyadari doa-doanya dijawab. Jika Baik ingin menggerakkan hati orang-
orang ini, jahat perlu mewujudkan diri terlebih dahulu. Pastor ingin
mengkristenkan kembali desa ini dan untuk itu ia perlu memerankan perannya
dengan baik, sebagai alat Jahat. Itulah pekerjaan paling rendah hati yang bisa
dipersembahkannya kepada Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)
Lampiran 3: Teks Kitab Suci
2 Korintus 5: 15; 18-19
15. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah di
bangkitkan untuk mereka
18. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
perdamaian itu kepada kami.
19. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI