BBLR
-
Upload
mohammad-hafidz-ramadhan -
Category
Documents
-
view
1 -
download
2
description
Transcript of BBLR
REFRESHING
“BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)”
Pembimbing :
dr. Heka Mayasari, SpA.
Oleh :
Nama : M. Hafidz Ramadhan
NIDM : 2306.834.2011
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
KEPANITERAAN KLINIK RSUD CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Berat badan bayi lahir rendah didefinisikan oleh WHO sebagai berat
badan yang <2500 gram. Hal ini berdasarkan data yang menunjukkan bahwa
bayi dengan berat badan <2500 gram 20 kali lebih cepat meningkatkan angka
kematian bayi daripada bayi yang lebih >2500 gram. Lebih umumnya lagi,
berat badan dari bayi baru lahir dapat menggambarkan perkembangan
kesehatan suatu negara (UNICEF, 2004).
Seorang bayi yang cukup bulan pada umumnya lahir dengan berat
badan 2500 gram atau lebih, BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal, Angka kejadian dan kematian BBLR akibat komplikasi seperti
asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia masih tinggi.
Sekitar 40% kematian bayi tersebut terjadi pada bulan pertama
kehidupannya. Penyebab kematian pada masa perinatal/neonatal pada
umumnya berkaitan dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin
selama didalam kandungan dan proses pertolongan persalinan yang diterima
ibu/bayi yaitu asfiksia, hipotermia karena prematuritas/BBLR (Kepmenkes,
2005).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 2,0%-15,1% (Aisyah,dkk 2010).
Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Di Indonesia sendiri 29% kematian
bayi secara langsung dikarenakan BBLR (Proverawati & Ismawati, 2010)
Studi di Kuala lumpur memperlihatkan terjadinya 20% kelahiran prematur bagi
ibu yang tingkat kadar haemoglobinnya dibawah 6,5gr/dl (Amiruddin, dkk
2007).
Berbagai faktor yang dapat meyebabkan terjadinya BBLR diantaranya
adalah faktor genetik, faktor demografi dan psikososial, faktor obstetrik, faktor
nutrisi, penyakit bawaan ibu, paparan racun, faktor pemeriksaan kehamilan
(Kramer, 1987)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga
pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut.
2.2. PENYEBAB
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada
bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction). Dari kedua penyebab ini,
kehamilan prematur merupakan penyebab tersering yang dapat
mengakibatkan BBLR. Penyebab ini tidak tersendiri, tetapi ada beberapa
faktor yang mempengaruhinya seperti faktor janin, faktor ibu, dan faktor
plasenta.
Tabel 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Penyebab BBLR
Penyebab Faktor Janin Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor lainKehamilan Preterm
Gawat janin, gemeli, eritroblastosis
Usia saat hamil <20 atau > 40 tahun, multiparitas, pre-eklamsia, infeksi, konsumsi obat terlarang.
Penyakit vaskular, plasenta previa, abrusio plasenta.
Ketuban pecah dini, polihidramnion, iatrogenik
Dismaturitas
Gangguan kromosom, infeksi janin yang kronin, anomali kongenital, jejas radiasi, aplasia pankreas, kehamilan multiple.
Toksemia, penyakit hipertensi dan ginjal, hipoksemia, malnutirisi atau penyakit kronik, anemia sel sabit, obat-obatan.
Berat plasenta atau selularitas berkurang atau keduanya, luas permukaan berkurag, plasentitis vilosa, infark, tumor, pelepasan plasenta, sindrom transfusi.
-
Sumber: Nelson, 1999, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15 vol 1, hal 561.
3
2.3. KLASIFIKASI BBLR
Klasifikasi BBLR dibagi menjadi dua bagian, yaitu klasifikasi
berdasarkan berat lahir, dan klasifikasi berdasarkan masa gestasinya.
1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu
(Merenstein, 2002):
a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi 37 minggu dan berat badan sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah
persentil ke-10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco)
atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra
uterin Usher dan Mc. Lean).
2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gr.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gr.
c. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR), berat lahir < 1000
gr.
3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan
(Wong, 2004) :
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah
persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara
persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas
persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.
4
2.4.PERMASALAHAN PADA BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai
permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan
kondisi tubuh yang belum stabil.
a. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C-
37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena
kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan
menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-
otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil,
sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak
coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur
suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding
berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
b. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu.
Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat
mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.
c. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal
melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena
pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan
antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan
sehingga bayi mudah menderita infeksi.
d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang
menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang
larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot
5
usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi
dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis).
Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat
badan bayi.
e. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin
menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga
mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase
sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin
darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke
hepar berkurang.
f. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar
gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah
dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama
dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang
belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan
hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan
melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru.
Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan
menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan
glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak
adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga
dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
2.5.TANDA DAN GEJALA KLINIS
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai
berikut :
1. Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada
30 Cm, lingkar kepala 33 Cm.
2. Masa gestasi 37 minggu (Merenstein, 2002).
6
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya
gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan,
banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit,
ubun-ubun dan sutura lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik
sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala
menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan
batuk belum sempurna (Wong, 2004).
2.6.DIAGNOSIS
Anamnesis
- Umur ibu
- Hari pertama haid terakhir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum
selama hamil
Pemeriksaan Fisik
- Berat badan <2500 gram
- Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Skor Ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
7
Gambar 1. Pemeriksaan Skor Ballard
2.7.PENATALAKSANAAN
1. Pemberian vitamin K1
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian; atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur
4-6 minggu).
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak ke kulit, kangoroo mother care,
pemancar panas, inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Tabel 2. Cara Menghangatkan Bayi
Cara PenggunaanKontak Kulit Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam wajtu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.
KMC Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawat berkelanjutan bayi dengan berat badan 1800g dan usia gestasi <34 minggu
Pemancar panas
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500g atau lebih Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi
8
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1500 gram yang tidak dapat dilakukan KMCUntuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Ruangan hangat
Untuk merawat bayi dengan berat <2500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas)
Tabel 3. Suhu inkubator yang direkomendasikan menurun berat badan
dan umur bayi
Berat bayiSuhu inkubator (oC) menurut umur
Hari
34 33 32<1500 gram 11 hari-3
minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 gram
1-10 hari 11 hari – 4 minggu >4 minggu
2100-2500 gram
1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu
>2500 gram 1-2 hari >2 minggu
3. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tanga dingin
4. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
Tabel 4. Pengukuran suhu tubuh
Keadaan bayi Bayi sakit Bayi kecil Bayi sangat kecil Bayi keadaan membaik
Frekuensi pengukuran
Tiap jam Tiap 12 jam Tiap 6 jam Sekali/hari
5. Pemberian minum
- ASI merupakan pilihan utama
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
- Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih
menginginkan dapat diberikan lagi.
- Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi
yang tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali
mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir <1800 gram.
9
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera
ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar
natrium serta glukosa normal.
PANDUAN PEMBERIAN MINUM BERDASARKAN BB :
1. Berat lahir <1000 g
- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian minum awal : ≤10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik: tambahan 0,5-1 ml, interval 1 jam, setiap ≥24 jam
- Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram
2. Berat lahir 1000-1500 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : ≤10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength pretemr formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik: tambaan 1-2 ml, interval 2 jam, setiap ≥24 jam.
- Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
sterngth preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 g.
3. Berat lahir 1500-2000 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : ≤10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik: tambahan 2-4 ml, interval 3 jam, setiap ≥12-24 jam.
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF/full strength preterm formula
sampai berat badan mencapai 2000 gram.
4. Berat lahir 2000-2500 gram
- Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral
- ASI perah/term formula
5. Bayi sakit :
- Pemberian minum awal ≤10 ml/kg/hari
10
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik: tambahan 3-5 ml, interval 3 jam, setiap ≥8 jam.
Suportif
- Jaga dan pantau kehangatan
- Jaga dan pantau patensi jalan napas
- Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
- Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul
(misalnya hipotermia, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dll)
- Berikan dukungan emosional ibu, dan anggota keluarga
- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
- Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat
apabila dimungkinkan.
2.8.KOMPLIKASI
Bayi berat lahir rendah berisiko untuk hipotermia, hipoglikrmia,
hiperbilirubinemia, respiratory distress syndrome, sepsis, problem
feeding, patent ductus arteriosus, enterokolitis nekrotikan, dan
perdarahan serebral. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko. Semua
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBSLR) harus dikirim ke perawatan
khusus atau unit neonatal.
a. Hipotermia
Hipotermia adalah pengukuran suhu aksilar dengan hasil kurang dari
36,0oC. Sedangkan suhu normal yang seharusnya pada bayi baru lahir
adalah 36,0 – 36,5oC atau 96,8 – 97,7oF, dan pada suhu basal (rektal) antara
36 ,5 – 37,5oC atau 97,7 – 99,5oC.
Klasifikasi hipotermia :
1. Hipotermia ringan (cold stress) : 36 – 36,5oC
2. Hipotermia sedang : 32 – 36oC
3. Hipotermia berat : <32oC
Faktor Risiko Hipotermia :
11
Prinsip suhu tubuh normal : produksi panas = hilanganya panas
- Bayi prematur dan bayi-bayi kecil;
- Kelainan bawaan;
- Gangguan saraf sentral, seperti perdarahan intrakranial, konsumsi
obat-obatan, dan asfiksia;
- Sepsis;
- Tindakan resusitasi yang lama;
- IUGR.
Tanda dan Gejala
- Akral dingin
- Bayi tidak mau minum
- Kurang aktif
- Kutis mamorata
- Takipneu/takikardia
Diagnosis
Pengukuran suhu aksila secara rutin dapat menunrunkan angka kejadia
hipotermia pada bayi baru lahir. Tetapi pengukuran suhu rektal lebih baik
pada saat bayi terlahir 24 jam pertama dan beguna juga untuk
mendeteksi anus imperforatus.
10 MANAJEMEN PROTEKSI THERMAL
Tujuan untuk menghindarkan terjadinya stress hipotermia serta menjaga suhu
tubuh bayi tetap dalam keadaan normal yaitu antara 36,5 – 37,5oC.
1. Persiapkan ruang melahirkan yang hangat;
2. Lakukan pengeringan segera setelah bayi lahir;
3. Lakukan metode kontak kulit dengan kulit;
4. Lakukan pemberian ASI segera atau IMD;
5. Tidak segera memandikan/menimbang bayi;
6. Berilah pakaian dan selimut bayi yang adekuat;
7. Lakukan rawat gabung bersama ibu;
8. Transportasi hangat;
9. Resusitasi hangat;
10.Dan lakukan pelatihan dan sosialisasi rantai berat.
12
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah
<45 mg/dl (2,6 mmol/dl)
Faktor predisposisi
- Prematuritas
- Hipotermia
- Hipoksia
- Diabetes ibu
- Infus glukosa pada ibu dalam persalinan
- IUGR.
Manifetasi klinis
1. Asimptomatik : lebih berbahaya;
2. Simptomatik
Gejala : kecemasan atau tremor, apati, episode sianosis, konvulsi,
serangan apneu intermitten atau takipneua, menangis lemah atau
dengan frekuensi tinggi, lemas atau lesu, sukar makan, dan mata
berputar, serta adanya episode berkeringat, pucat mendadak,
hipotermia, dan henti serta gagal jantung.
Terapi
Batasan gula darah :
<20 mg/dl (bayi prematur)
<30 mg/dl (bayi matur 72 jam setelah lahir)
<40 mg/dl (bayi matur >72 jam sesudah lahir)
<45 mg/dl (bayi dan anak)
Prinsip terapi
- Bila untuk anak sadar dan kooperatif berikan glukosa oral.
- Bila anak terdapat perubahan status mental berikan glukosa bolus
10%
Dengan kejang 2 ml/kgBB
Tanpa kejang 4 ml/kgBB
Dengan kecepatan 1 ml/menit
Maintenance : D 10% 8 mg/kgBB/menit
13
Loading dose
- Bila tidak terdapat akses iv dan anak tidak dapat diberi glukosa secara
oral maka berikan glukagon 0,5 – 1 mg sc atau im.
c. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin 2 SD atau
lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari
persentil 90. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulai bilirubin
indirek yang berlebih. Ikterus akan mulai pada bayi dengan kadar bilirubin
darah 5 – 7 mg/dl.
Klasifikasi Ikterus :
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologi adalah kadar bilirubun indirek pada minggu pertama >2
mg/dl;
2. Ikterus patologi
Adalah ikterus yang :
- Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan;
- Peningkatan atau akumulasi bilirubin >5 mg/dl/hari;
- Disertai dengan tanda-tanda penyakit yang mendasari pada
setiap bayi (muntah, letargi, malas menetk, penurunan berat
badan yang cepat, apneu, takipneu, atau suhu yang tidak stabil);
- Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi yang cukup bulan atau
setelah 14 hari pada bayi yang kurang bulan.
Tabel 6. Tanda-tanda Diagnostik Berbagai Tipe Ikterus Neonatorum
Diagnosis
Sifat reaksi Van den Bergh
IkterusKadar puncak bilirubin Angka
akumulasi bilirubin (mg/dl/hari)
KeteranganMuncul Hilang mg/dl
Umur dalam hati
Ikterus fisiologi Berhubungan dengan tingkat kematangan
Cukup bulan Indirek 2-3 hari 4-5 hari 10-12
2-3 <5
Prematur Indirek 3-4 hari 7-9 hari 15 6-8 <5Hiperbilirubinemia akibat faktor metabolik Hipoksia, kegawatan
pernapasan, tidak ada karbohidrat Pengaruh hormonal: kretinisme, hormon Faktor-faktor genetik: sindrom Crigler-Najjar,
Cukup bulan Indirek 2-3 hari Variasi >2 Minggu pertama
Prematur Indirek 3-4 hari Variasi >15 Minggu pertam
14
a hiperbilirubinemia familial sementaraObat-obatan: vitamin K, novobion
Status hemolitik dan hematoma
Indirek Dapat muncul pada 24 jam pertama
Variasi Tak terbatas
Variasi Biasanya >5
Ertiroblastoasis: Rh, ABO, status hemolitik kongenital: sferositosis dan nossferositosis.Infantil piknositosis.Obat-obatan: vitamin KPerdarahan terselubung-hematoma
Faktor-faktor campuran hemolitik dan hepatotoksik
Indirek dan direk
Dapat muncul 24 jam pertama
Variasi Tak terbatas
Variasi Biasanya >5
Infeksi : sepsis bakteri, pielonefritis, hepatitis, toksoplasmosis, penyakit inkusi sitomegali, rubela
Cedera hepatoseluler
Indirek dan direk
Biasanya 2-3 hari
Variasi Tak terbatas
Variasi Variabel biasanya >5
Obat-obatan: vit. K Atresis biliaris, galatosemia, hepatitis dan infeksi.
Sumber: Brown AK: Pediatric Clin North Am 9: 589, 1962 dalam Ilmu
Kesehatan Anak Nellson-2000
Faktor Risiko Hiperbilirubinemia Indirek
1. Diabetes pada ibu
2. Ras (Cina, Jepang, Korea, dan Amerika Asli)
3. Prematuritas
4. Obat-obatan (Vit. K3, Novobion)
5. Tempat yang tinggi
6. Polisitemia
7. Jenis kelamin laki-laki
8. Trisomi-21
9. Kehilangan berat bdan (dehidrasi atau kehabisan kalori)
10.Pembentukan feses lambat
11.Riwayat keluarga
Jadi proses metabolisme bilirubin dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pre-
hepatik, intra hepatik, dan pasca hepatik. Pada pre-hepatik, gangguan yang
terjadi biasanya akibat dari hemolisis eritrosit, sedangkan itrehepatik lebih
15
sering terjadi akibat adanya proses inflamasi seperti yang terjadi pada
hepatitis B, dan pada pasca hepatik terjadi akibat adanya obstruksi pada
kanalikuli hepatika akibat adanya batu atau tumor. pada bayi baru lahir
gangguan yang tersering terjadi adalah pada fase pre-hepatik, dimana pada
bayi baru lahir terjadi hemolisis eritrosit yang lebih cepat (70-90 hari)
sedangkan hepar belum berfungsi maksimal. Produksi bilirubin pada bayi
baru lahir adalah 8-10 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 3-4 mg/kgBB/hari.
Manifestasi Klinis
Sklea, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, dan ekstremitas berwarna
kuning.
PENATALAKSAAN HIPERBILIRUBINEMIA
Tujuan terapi adalah mencegah kadar bilirubi indirek dalam darah mencapai
kadar neurotoksisitas. Terapi dapat dilakukan dua cara, yaitu fototerapi atau
transfusi tukar. Hal ini dapat dilakukan jika sesuai dengan indikasi.
Tabel 7. Indikasi Fototerapi dan Transfusi Ganti Berdasarkan Berat
Badan
Berat badan (g)
Terapi
<1000 Fototerapi Transfusi ganti jika bilirubin 10-12 mg/dl
1000-1500 Fototerapi jika bilirubin 7-9 mg/dlTransfusi ganti jika 12-15 mg/dl
1500-2000 Fototerapi jika bilirubin 10-12 mg/dlTransfusi ganti 15-18 mg/dl
2000-2500 Fototerapi jika bilirubin 13-15 mg/dlTransfusi ganti jika 18-20 mg/dl
>2500 dan bayi sakit
Fototerapi jika 12-15 mg/dlTransfusi ganti jika 18-20 mg/dl
d. Necrotizing Enterocolitis (NEC)
Penyakit saluran cerna yang serius pada bayi yang baru lahir dan
ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada mukosa atau
submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya dihubungkan
16
denga umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang penting
yang terjadi pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai
penyebab kematian neonatal.
Tanda dan gejala umum EKN :
- Distensi abdomen dan nyeri tekan;
- Toleransi minum buruk;
- Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui pipa lambung;
- Darah pada feses (+).
Gangguan sistemik :
- Apneu
- Terus mengantuk atau tidak sadar
- Demam atau hipotermia.
Cara mendiagnosis :
1. Rontgen abdomen yang akan terlihat gambaran dilatasi usus, paucity
of gas, fixed loop, pneumatosis intestinal, portal venous gas, dan
pneumoperitoneum.
2. USG : berfungsi untuk mendeteksi adanya komplikasi.
Tiga stadium berdasarkan tanda klinis :
1. Apnea, bradikardi, letargi, distensi abdomen, dan muntah;
2. Pneumatosis intestinal + tanda-tanda di stadium I;
3. Penurunan tekanan darah, bradikardi, asidosis, DIC, dan anuria.
PENATALKSANAAN
Pengelolaan dasar
Menghentikan nutrisi per.oral
Dekompresi saluran cerna dengan pipa nasogastrik
Observasi tanda-tanda vital, perdarahan saluran cerna, masukan/keluaran
cairan, elekterolit, dan tanda sepsis.
Antibiotik kombinasi
- Ampisilin p.o, im, atau iv
Usia ≤7 hari 50 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
Usia >7 hari 75 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
- Gentamisin i.m atau i.v
Usia ≤7 hari
17
BB <1000 g dan usia kehamilan <28 mgg, 2,5 mg/kgBB/hari
dosis
tunggal
BB <1500 g dan usia kehamilan <34 mgg 2,5
mg/kgBB/dosis/18 jam
BB >1500 g dan usia kehamilan ≥34 mgg 2,5 mg/kgBB/dosis/12
jam
Usia > 7 hari
BB <1200 g 2,5 mg/kgBB/dosis/18-24 jam
BB ≥1200 g 2,5 mg/kgBB/dosis/8 jam
Foto Abdomen serial (setiap 6-8 jam)
Stadium I
Nutrisi p.o dihentikan dan pemberian minum dapat diberikan sesudah 3 hari
perbaikan
Antibiotik diberikan selama 3 hari
Stadium II
Nutrisi p.o dihentikan selama 2 mgg. Pemberian minum dapat mulai diberikan
7-10 hari sesudah pemeriksaan radiologis tidak tampak pneumatosis.
Nutrisi parenteral 90-110 kal/kgBB/hari
Oksigen
Antibiotik selama 7-10 hari
Na bikarbonat 2 mEq/kgBB jika terjadi asidosis mtabolik
Dopamin 2-4 μg/kgBB/mnt memperbaiki sirkulasi darah usus.
Stadium III
Sesuai stadium II, disertai ventilator mekanik jika dibutuhkan.
Pembedahan dilakukan bila keadaan kilinis meburuk, tidak memberikan
respon terhadap pengobatan di atas, sentinel loop menetap selama 24 jam,
massa abdomen kuadran bawah, eritena dinding abdomen (tanda peritonitis),
dan perforasi usus spontan.
e. Respiratory Distress syndrom
Dikenal juga sebagai respiratory distress sydrom yang idiopatik, hyaline
membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama ditemukan pada
18
bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi
dengan usia gestasi dibawah 32 yang mempunyai berat dibawah 1500 gram.
Kira – kira 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.
Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi
respirasi normal. Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada
masing-masing bayi. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfactan
memadai. Surfactan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli,
mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja respirasi dengan
menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan, tegangan
permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya
komplians paru, yang mana akan mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga
terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan acidosis respiratory. Reduksi
pada ventilasi akan menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi paru menjadi
buruk, menyebabkan keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan dan acidosis
metabolik terjadi berhubungan dengan atelektasis dan kegagalan pernafasan
yang progresif.
RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi
prematur, biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support
ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.
Etiologi
a) Prematuritas dengan paru – paru yang imatur (gestasi dibawah 32
minggu) dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactan.
b) Bayi prematur yang lahir dengan operasi Caesar.
c) Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur
atau prematur.
Patofisiologi
Pada bayi dengan RDS, dimana adanya ketidakmampuan paru untuk
mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur
menyebabkan gagal pernafasan karena imaturnya dinding dada, Parenchyma
paru, dan imaturnya endothelium kapiler yang menyebabkan kolaps paru
pada akhir ekspirasi.
19
Pada bayi RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau
perubahan kualitatif surfaktan, dengan demikian menimbulkan
ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadi perubahan tekanan intra
extra thoracic clan menurunnya pertukaran udara.
Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24 – 48 jam. Sel yang rusak
akan diganti. Membran hyaline, berisi debris dari sel yang nekrosis yang
tertangkap dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein), di
fagosit oleh makrofag. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak
dan epithelium jalan nafas, kemudian terjadi perkembangan selo kapiler baru
pada alveolar. Sintesis surfaktan memulai lagi clan kemudian membantu
perbaikan alveoli untuk pengembangan.
Manifestasi Klinis
a. Takipneu
b. Retraksi interkostal dan sterna
c. Pernapasan cuping hidung
d. Sianosis
e. Penurunan daya komplain paru
f. Penurunan suara nafas, Ronchi +
g. Tachicardi pada saat terjadi asidosis dan
h. Hipoksemia
Pemeriksaan Penunjang
a. Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma
dengan overdistensi duktus alveolar.
b. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
c. Analisa gas darah
d. Imatur lecithin / sphingomyolin (L/S)
Penatalaksanaan
a. Pemberian oksigen
b. Pertahankan nutrisi adekuat
c. Pertahankan suhu lingkungan netral
20
d. Diet 60 kal/hari (sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino
yang mencukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis
endogenous
e. Pertahankan PO2 dalam batas normal
f. Intubasi bila perlu dengan tekanan ventilasi positif
Komplikasi
a. Ketidakseimbangan asam basa
b. Pneumothoraks, hipotensi, asidosis
c. Pneumodiastinum, PDA, BPD.
d. Sianosis
e. Penurunan daya komplain paru
f. Hipotensi sistemik
g. Penurunan keluaran urine
h. Penurunan suara nafas, Ronchi +
i. Tachicardi pada saat terjadi asidosis dan
j. Hipoksemia
f. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan menimbukan karbon
dioksida yang dapat menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan yang lebih
lanjut. Semua tipe BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan
keterampilan resusitasi.
Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi kecil masa kehamilan,
karena bayi ini tidak mendapatkan nutrisi dari plasenta secara adekuat hingga
akhir masa intra uteri. Sehingga tidak ada makanan glukosa dari ibu,
persediaan karbohidrat rendah, dan oksigenasi terbatas. Asfiksia ini
berhubungan dengan gangguan perkembangan lebih lanjut pada bayi kecil
masa kehamilan.
21
g. Perdarahan Intrakranial
Intraventrikular hemorrhage, perdarahan intrakranial (otak) pada
neonatus. Bayi mengalami masalah neurologis, seperti gangguan
mengendalikan otot (cerebral palsy), keterlambatan perkembangan dan
kejang
h. Sepsis
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis
dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa
pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam
waktu 24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003). Sepsis neonatal adalah
merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat
menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007). Sepsis neonatorum
adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran.
(Mochtar, 2005)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya sepsis :
a) Faktor maternal terdiri dari:
Ruptur selaput ketuban yang lama
Persalinan prematur
Amnionitis klinis
Demam maternal
Manipulasi berlebihan selama proses persalinan
Persalinan yang lama
b) lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis,
tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik
perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai
pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan pemberian
susu formula.
c) Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat
badan lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari
22
penjamu. (Wijayarini,2005)
Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui
beberapa cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab
infeksi adalah
virus yang dapat menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes,
sitomegalo,
koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria,
sipilis, dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina
dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis
dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi.
Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati
jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia,
candida albicans, gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah
kelahiran, terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim
(misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi
juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi, 2003)
Faktor predisposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu
maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap
kemungkinan terjadinya sepsis.
23
Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit yang di derita ibu selama
kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita
eklamsia, diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak higiene,
partus lama, partus dengan tindakan; Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat
bawaan. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada
neonatus; Tidak menerapkan rawat gabung. Sarana perawatan yang tidak
baik, bangsal yang penuh sesak. Ketuban pecah dini, amnion kental dan
berbau; Pemberian minum melalui botol, dan pemberian minum buatan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik.Tanda dan gejala sepsis neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum
meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak
ada tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda dan gejala pada
saluran pernafasan meliputi dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot
pernafasan,merintih, mengorok, dan pernafasan cuping hidung; Tanda dan
gejala pada system kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit lembab, pucat dan
sianosis; Tanda dan gejala pada saluran pencernaan mencakup distensi
abdomen, malas atau tidak mau minum, diare; Tanda dan gejala pada sistem
saraf pusat meliputi refleks moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleksia,
fontanel anterior menonjol, pernafasan tidak teratur; Tanda dan gejala
hematology mencakup tampak pucat, ikterus, patikie, purpura, perdarahan,
splenomegali.
Pencegahan
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu,
asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang
dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat
pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang
artinya dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan
24
aseptik. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan
(bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan
dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan
tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka
umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir
dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan
sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti
disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel
yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang
berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat
mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono,
2004)
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau
ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai
hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200
mg/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3
atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali
pemberian; Eritromisin 500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.
(Surasmi,2003)
2.9 PENCEGAHAN BBLR
25
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim,
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga
2.10 PROGNOSIS BBLR
• Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram
adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih
mempunyai angka kematian yang tinggi.
• BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama
akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan
dengan berat sesuai masa gestasi. Pada BBLR , makin imatur dan
makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi
kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik
26
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Kliegman, Behrman. 2000. Nelson –Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15.
Jakarta: EGC
Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta
Dicky Pribadi Herman. 2007. Pediatri Praktis, edisi 3. Bandung: Catatan
Pediatri
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Henry Garna, dan Heda Melinda Nataprawira. 2012. PEDOMAN Diagnosis
dan Terapi-ILMU KESEHATAN ANAK, edisi ke-4. Bandung:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta
Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya
Medika. Jakarta
Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC.
Jakarta
WHO Indonesia. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS-
Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.
Jakarta : WHO Indonesia
27