BBLR REFTA

68
1 Case report Gemeli BBLR BAB I LAPORAN KASUS ANAK I. Identitas Pasien Nama : Bayi Ny S II Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 8 hari BBL : 1500 gram A – S : 7 - 8` Tanggal Lahir : 9 Februari 2014 ; 22.18 WIB Identitas Ayah Identitas Ibu Nama : Tn P Nama : Ny SU Pekerjaan : Ojek Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Umur : 40th Umur : 37th Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA Alamat : Setia mekar RT 005/003 Tambun Selatan II. Keluhan Utama : Bayi lahir dengan berat badan rendah III. Riwayat Penyakit Sekarang : 1

Transcript of BBLR REFTA

Page 1: BBLR REFTA

1 Case report Gemeli BBLR

BAB I

LAPORAN KASUS ANAK

I. Identitas Pasien

Nama : Bayi Ny S II

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 8 hari

BBL : 1500 gram

A – S : 7 - 8`

Tanggal Lahir : 9 Februari 2014 ; 22.18 WIB

Identitas Ayah Identitas Ibu

Nama : Tn P Nama : Ny SU

Pekerjaan : Ojek Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Umur : 40th Umur : 37th

Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA

Alamat : Setia mekar RT 005/003 Tambun Selatan

II. Keluhan Utama :

Bayi lahir dengan berat badan rendah

III. Riwayat Penyakit Sekarang :

Bayi lahir di ruang bersalin RSUD Kota Bekasi dengan Bd. L dengan Partus

Spontan dengan indikasi gemeli dan letak sungsang. Bayi lahir tidak langsung menangis

dan ada kebiruan dengan berat badan lahir 1500gr. Apgar skor 1 - 5

IV. Riwayat Kehamilan Ibu :

Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang ketujuh. Ibu os biasa ANC di

puskesmas yang diperiksa oleh bidan. HPHT diakui oleh ibu os pada tanggal 9 mei 2014.

Selama hamil ibu 0s mengaku nafsu makan meningkat 1 hari makan 4x (nasi, lauk

pauk,ayam,ikan, daging) dr awal hamil, ibu os rutin minum susu kedelai 2x sehari slama

1

Page 2: BBLR REFTA

2 Case report Gemeli BBLR

hamil, vitamin rutin diminum tiap hari. Selama hamil, ibu os tidak pernah sakit atau pun

minum obat-obatan.

V. Riwayat Persalinan :

Persalinan dilakukan secara Partus spontan atas indikasi gemeli dan letak

sungsang, Ibu mengatakan sebelum melahirkan pasien merasa perutnya terasa kencang-

kencang. Riwayat keluar air-air dan darah tidak ada. Pasien dilahirkan dengan BBL 1500

gram. Tidak segera menangis setelah lahir, sianosis (+) dan menghilang setelah diberikan

oksigen

VI. Riwayat Keluarga

Penyakit keturunan

Tidak ada riwayat Hipertensi, DM, alergi, atau asam pada keluarga

VII. Pemeriksaan Fisik pada hari ke-8 di SCN I Perinatologi

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : tidak menangis

1. Tanda – Tanda Vital :

Suhu : 36,7 oC

DJJ : 133 x/menit

Respirasi : 40 x/menit

Tekanan Darah : Tidak dievaluasi

2. Menilai Pertumbuhan :

Berat Badan : 1500 gram

Panjang Badan : 40 cm

Lingkar Kepala : 30 cm

Lingka dada : 28 cm

3. Penampakan Umum :

2

Page 3: BBLR REFTA

3 Case report Gemeli BBLR

Warna Kulit : kemerahan

Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)

4. Kepala/leher :

Rambut : Rambut berwarna hitam, tipis, distribusi merata

Kepala : Normocephal, caput sucendaneum (-), dan cephal hematom (-)

Mata : konjungtifa anemis -/- ,sklera ikterik -/-

Telinga : bentuk sempurna rekoil cepat

5. Leher

Kaku kuduk (-) , headlag (+)

7. Thoraks

Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal.

Palpasi : gerakan diding dada simetris

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada

(+/+) subcostal, sianosis (-).

8. Jantung

S1S2 tunggal regular, mur – mur (-), gallop (-).

9. Abdomen

Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)

Auskultasi : bising usus Normal

Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.

Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen

11. Genitalia

Perempuan Tidak ada kelainan

3

Page 4: BBLR REFTA

4 Case report Gemeli BBLR

12. Neurologis

Reflek moro (+)

Reflek hisap (+) kuat

Rooting (+)

Reflek genggam (+)

Babynski (+)

13. Balard score

NM : 10

Phy : 18 +

28 sesuai kehamilan 34 – 36 minggu

Menurut kurva Lubscenco : Kecil Masa Kehamilan

14. Anus dan rektum

Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.

15. Ekstremitas

Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-),

VIII. Pemeriksaan Penunjang

9/2/14

GDS : 79 mg/dl

IX. Diagnosis Kerja

RDS e.c suspek HMD

BBLR

IUGR ( Dismaturitas / KMK )

X. Prognosis

4

Page 5: BBLR REFTA

5 Case report Gemeli BBLR

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad. Sanationam : Dubia ad bonam

Ad. Fungtionam : Dubia ad bonam

XI. Usulan/ saran

- Perawatan tali pusat

- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital

- Timbang berat badan setiap hari

- Pendidikan terhadap orang tua dan keluarga tentang imunisasi, ASI, dan kontrol

ke pusat pelayanan kesehatan

X. Rencana Terapi

Vit K inj 1mg IM

Rawat inkubator (jaga suhu 31,8-33,8 0C)

Oksigen

ASI/PASI 12x/24 jam 60cc/kgBB/hari

FOLLOW UP

Hari/ tgl S O A PI

9/02/2014 Menangi

s (=) Sesak

(+). Aktivitas

(+) Respon

(+) BAK (+) BAB (+)

Ku/ks : tss/ merintih RR: 44 x/m N: 141 x/m BB: 1500 g S : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

Inj Neo K 0.5 cc IVFD D 10% Gir 6

6 cc/jam Cefotaxime 2x75

mg Amikasin 11.25

mg/24 Jam Aminophilin 9 mg,

12 jam kemudian 2x3.75 mg

5

Page 6: BBLR REFTA

6 Case report Gemeli BBLR

(-/-),Cyianosis(-/-), CRT < 3’Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

II1

0/02/2014

Aktifitas (-)

Respon (+)

BAB + BAK +.

S : 79 mg/dlT : 36.8A : O2 -B : retraksi iga – Retraksi sternal –L : +Ku/ks: tss/ merintihRR: 40 x/mN: 120 x/mBB: 1500 gS : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

Balard Score :- NM : 10- Phy : 18

-------------- + 28

(maturing score 34 minggu)Kurva : KMK (IUGR,PJT)

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

IVFD NS + KCl + Cg : 6 cc/j

Cefotaxime 2x75 mg

Amikasin 11.25 mg/24 Jam

Aminophilin 2x3.75 mg

III1

2/02/2014

Aktifitas (-)

Respon (+)

S : 92 mg/dlT : 36.8A : O2 Nasal 1 l/m, SpO2 : 100%

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus

IVFD D 10% Gir 6 6 cc/jam

Cefotaxime

6

Page 7: BBLR REFTA

7 Case report Gemeli BBLR

BAB + BAK +.

B : CRT < 3’, HR : 147 x/mL : +Ku/ks: tss/ merintihRR: 44 x/mN: 140 x/mBB: 1500 gS : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

Spontan a/i gemeli sungsang.

2x75 mg Amikasin 11.25

mg/24 Jam Aminophilin 9

mg, 12 jam kemudian 2x3.75 mg

IV1

3/02/2014

Aktifitas (-)

Respon (+)

BAB + BAK + Minum

6.67 cc/kgBB

S : 231 mg/dlT : 36.8A : CPAP FiO2 30%, flow 7l, RR : 40x/m, Retraksi iga +, Retraksi sternal +, SpO2 : 100%B : CRT 4’, HR : 120 x/mL : +Ku/ks: tsb/ merintihRR: 44 x/mN: 140 x/mBB: 1500 gS : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembun

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

IVFD D 10% Gir 6 6 cc/jam

Cefotaxime 2x75 mg

Amikasin 11.25 mg/24 Jam

Aminophilin 9 mg, 12 jam kemudian 2x3.75 mg

7

Page 8: BBLR REFTA

8 Case report Gemeli BBLR

g (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

V14/02/201

4

Aktifitas (-)

Respon (+)

BAB + BAK + Minum

6.67 cc/kg BB

S : 92 mg/dlT : 36.8A : CPAP FiO2 29%, flow 7l, RR : 40x/m, Retraksi diafragma +, SpO2 : 99%B : CRT 2’, HR : 118 x/mL : +Ku/ks: tsb/ merintihRR: 44 x/mN: 140 x/mBB: 1500 gS : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

IVFD D 10% Gir 6 6 cc/jam

Cefotaxime 2x75 mg

Amikasin 11.25 mg/24 Jam

Aminophilin 9 mg, 12 jam kemudian 2x3.75 mg

VI15/02/201

4

Menangis (+)

Aktifitas (+)

Respon (+)

BAB + BAK + Minum

S : 66 mg/dlT : 36.8A : Nafas spontan, RR : 44x/mB : CRT 2’, HR : 134 x/mL : +Ku/ks: tss/ Menangis kuatRR: 44 x/mN: 140 x/mBB: 1500 g

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

IVFD D 10% Gir 6 6 cc/jam

Cefotaxime 2x75 mg

Amikasin 11.25 mg/24 Jam

Aminophilin 9 mg, 12 jam

8

Page 9: BBLR REFTA

9 Case report Gemeli BBLR

6.67 cc/kgBB

S : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

kemudian 2x3.75 mg

VII16/02/201

4

Menangis (+)

Aktifitas (+)

Respon (+)

BAB + BAK + Minum

10 cc/kgBB

S : 66 mg/dlT : 36.8A : Nafas spontan, RR : 44x/mB : CRT 2’, HR : 134 x/mL : +Ku/ks: tss/ Menangis kuatRR: 44 x/mN: 140 x/mBB: 1500 gS : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

BBLR dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

IVFD D 10% Gir 6 6 cc/jam

Cefotaxime 2x75 mg

Amikasin 11.25 mg/24 Jam

Aminophilin 9 mg, 12 jam kemudian 2x3.75 mg

VIII Menangis S : 66 mg/dl BBLR IVFD D 10%

9

Page 10: BBLR REFTA

10 Case report Gemeli BBLR

17/02/2014

(+) Aktifitas

(+) Respon

(+) BAB + BAK + Minum

10 cc/kgBB

T : 36.8A : Nafas spontan, RR : 44x/mB : CRT 2’, HR : 108 x/mL : +Ku/ks: tss/ Menangis kuatRR: 44 x/mN: 140 x/mBB: 1500 gS : 36,7 oCMata : CA(-/-),SI(-/-) simetrisTHT : Dalam batas normalLeher : KGB Tidak teraba membesar.Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 regular, murmur (-),gallop(-)Paru-paru : suara napas vesikular,Rh(-/-),Wh (-/-)Abdomen:Supel,datar,kembung (-/-),Bising usus (+)Ekstremitas atas:Akral hangat,ptechie(-/-),Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Extremitas : Akral hangat, Edem (-/-),Cyianosis(-/-)Genitalia: Perempuan t.a.k

dismaturitas, BKB, KMK, Partus Spontan a/i gemeli sungsang.

Gir 6 6 cc/jam

Cefotaxime 2x75 mg

Amikasin 11.25 mg/24 Jam

Aminophilin 9 mg, 12 jam kemudian 2x3.75 mg

BAB II

10

Page 11: BBLR REFTA

11 Case report Gemeli BBLR

ANALISA KASUS

Pada pasien ini diagnosis ditegakkan BBLK, BKB, KMK berdasarkan atas :

- Anamnesa :

@ BBLK (berat badan lahir kurang)

Berat badan lahir rendah <2500. Terjadi berat bdan lahir rendah karena janin

gemeli

@KMK (kecil masa kehamilan)

Berdasarkan keterangan HPHT ibu tanggal 9 mei 2013 artinya umur kehamilan

ibu 28 minggu Dan berat bayi 1500 g

- Pemeriksaan fisik

Balard score : 28

balard score usia kehamilan ibu seharusnya 34 – 36 minggu yang seharusnya

berat badan bayi > 2500 g. Tetapi berat badan bayi ini 1500 g dan pada kurva

Lubscenco termasuk KMK IUGR

- Pemeriksaan Lab

Dari hasil pemeriksaan Lab, tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi yang

terjadi pada pasien. Dan tidak ada proses twin to twin transfusion.

Komplikasi yang dapat terjadi

- Perdarahan otak

Dikarenakan ketidak matangan system saraf pusat dan pembuluh darah di otak

dapat meningkatkan resiko perdarahan di otak bayi

Tatalaksana : Sehingga pada bayi premature harus di lakukan USG kepala

secara rutin dalam periode tertentu.

- Apneu of prematurity

- HMD

- NEC

- Sepsis neonatus

11

Page 12: BBLR REFTA

12 Case report Gemeli BBLR

Kesimpulan

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan

terhadap pasien maka diagnosa akhir adalah BBLR, BKB, KMK, Sc atas indikasi

gemeli + sungsang

12

Page 13: BBLR REFTA

13 Case report Gemeli BBLR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa tahun belakangan kehamilan kembar atau lebih dari satu sedang

meningkat. Antara tahun 1980 dan 1997, jumlah kelahiran kembar meningkat 52% dan

jumlah kelahiran triplet serta kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi

melonjak hingga 40,4 persen.1 Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan

teknologi reproduksi dalam penatalaksanaan infertilitas. Selain itu kehamilan kembar

juga dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan

riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil KB

dan juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan atau genetik kembar.1,2,3,4

Sejak diperkenalkannya assisted reproductive technology, insidensi kehamilan

kembar (kehamilan multipel) meningkat. Pemeriksaan ultrasonografi pada awal

kehamilan juga telah mengidentifikasi lebih banyak kehamilan kembar, tetapi separuh

dari yang teridentifikasi tersebut terdapat satu janin mati dan menghilang pada paruh

kedua kehamilan, sehingga disebut “kembar yang menghilang”.1,3,4,5,6

Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik,

obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna,

juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya, jika indung telur bisa

memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur, maka sel telur yang matang pada saat

bersamaan bisa banyak, bahkan sampai lima dan enam. Karena obat progesteron dan

kontrasepsi kombinasi mengurangi motilitas tuba, diperkirakan bahwa tertundanya

13

Page 14: BBLR REFTA

14 Case report Gemeli BBLR

transportasi tuba dan implantasi meningkatkan risiko terjadinya kembar pada kehamilan

yang pembuahannya terjadi dekat dengan pemakaian kontrasepsi.1,6

Peningkatan luar biasa kehamilan multijanin ini merupakan masalah kesehatan

masyarakat. Keadaan ini berhubungan dengan peningkatan insiden komplikasi obstetrik

pada ibu, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Para

bayi yang dilahirkan dari kehamilan kembar ini lebih kecil kemungkinannya untuk

bertahan hidup dan lebih sering mengalami kecacatan jangka panjang akibat kelahiran

preterm. Meskipun dengan kemajuan terkini pelayanan obstetrik, mortalitas perinatal

pada kehamilan kembar mencapai 4-6 kali lebih tinggi dan morbiditas neonatal dua kali

lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal.1,8

DEFINISI

Kehamilan multipel terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi

(dizigotik) atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk

dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (monozigotik).1

Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum selanjutnya ketika janin

telah berada di dalam uterus. Pada superfetasi terdapat interval selama satu atau lebih

siklus ovulatorik di antara dua fertilisasi.1,8

Superfekundasi adalah fertilisasi ovum melalui suatu inseminasi yang dilakukan

sesudah satu ovum telah difertilisasi. Superfekundasi mengacu kepada pembuahan dua

ovum dalam jangka waktu yang pendek, tetapi bukan pada waktu koitus yang sama dan

tidak harus oleh sperma dari pria yang sama.1,8

14

Page 15: BBLR REFTA

15 Case report Gemeli BBLR

ETIOLOGI

Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua ovum yang berbeda, yaitu

kembar ovum ganda, dizigotik, atau fraternal. Sekitar sepertiga janin kembar berasal dari

satu ovum yang dibuahi, kemudian membelah menjadi dua struktur serupa, masing-

masing berpotensi berkembang menjadi individu terpisah, yaitu kembar ovum tunggal,

monozigotik, atau identik. Salah satu atau kedua proses tersebut mungkin berperan dalam

pembentukan kehamilan multijanin lainnya. Sebagai contoh, kembar empat (kuadruplet)

dapat berasal dari satu sampai empat ovum.1

Kejadian kembar monovular tampak tidak bergantung pada pengaruh genetik.

Kehamilan poliovular lebih sering terjadi sesudah kehamilan kedua, pada wanita yang

lebih tua, dan dalam keluarga dengan riwayat kembar poliovular. Kembar ini mungkin

terjadi akibat maturasi simultan banyak folikel ovarium, tetapi folikel yang mengandung

dua ovum telah diuraikan sebagai sifat genetik yang menyebabkan kehamilan kembar.

Wanita yang berkecenderungan hamil kembar mempunyai kadar gonadotropin yang lebih

tinggi. Kehamilan poliovular banyak terjadi pada banyak wanita yang diobati untuk

infertilitasnya.1,8

Kembar siam mungkin terjadi akibat dari pemisahan monovular yang relatif

lambat, seperti adanya dua embrio yang terpisah dalam satu kantung amnion. Keadaan

yang terakhir ini mempunyai angka fatalitas tinggi yang disebabkan oleh obstruksi

sirkulasi sekunder akibat hubungan tali pusat antar kembar.1,12

15

Page 16: BBLR REFTA

16 Case report Gemeli BBLR

FAKTOR RESIKO1-3

Faktor utama yang meningkatkan kemungkinan terjadinya bayi kembar adalah terapi

infertilitas, disamping terdapat faktor-faktor lainnya. Ras, usia, hereditas, atau riwayat

terdapat kehamilan kembar dalam keluarga tidak meningkatkan kemungkinan memiliki

bayi kembar identik, namun meningkatkan kemungkinan memilki bayi kembar tidak

identik. Terapi infertilitas meningkatkan kemungkinan memilki bayi kembar, baik identik

maupun non-identik.

1. Ras

Angka kejadian kembar mendekati 1 dari 90 kehamilan di Amerika Utara. Insidennya

lebh tinggi lagi di Afrika, dengan angka kejadian 1 dari 20 kelahiran di Nigeria.

Kembar jarang terjadi di Asia. Di Jepang, misalnya, kembar hanya terjadi sekali pada

setiap 155 kelahiran.

2. Hereditas

Riwayat kembar pada kelurga ibu lebih signifikan dibanding riwayat kembar dari

keluarga ayah. Wanita kembar non-identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1

dari 60 kelahiran. Sebaliknya, seorang ayah yang memiliki kembar non-identik

memberikan kemungkinan bayi kembar hanya 1 dari 125 kelahiran.

3. Usia Maternal dan Riwayat Kehamilan

Frekuensi kembar meningkat dengan usia maternal dan jumlah kehamilan. Wanita

berusia antara 35-40 tahun dengan empat atau lebih anak, kemungkinan memilki anak

16

Page 17: BBLR REFTA

17 Case report Gemeli BBLR

kembar adalah tiga kali lipat dibanding wanita berusia kurang dari 20 tahun yang

belum memiliki anak.

4. Tinggi dan Berat Badan Ibu

Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi

dibandingkan pada wanita yang bertubuh lebih kecil. Hal ini mungkin lebih terkait

dengan status gizi dibanding ukuran tubuh itu sendiri. Selama Perang Dunia II,

insidensi kembar non-identik menurun di Eropa saat terjadi kekurangan pangan.

5. Obat-obat Penyubur dan Kemajuan Teknologi Reproduksi

Kehamilan multipel lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi obat-obatan

fertilitas selama menjalani induksi ovulasi atau superovulasi. Wanita yang

mendapatkan kehamilan dengan menggunakan clomiphene citrate, memiliki

kemungkinan kehamilan kembar antara 5-12%, dan kurang dari 1% memperoleh

kehamilan kembar triplet atau lebih. Hampir 20% kehamilan akibat gonadotropin

merupakan kehamilan kembar multiple. Meskipun kebanyakan kembar tersebut

merupakan kembar dua, lebih dari 5% merupakan kembar triplet atau lebih. Di lain

pihak, prosedur ART seperti In Vitro Fertilization (IVF) juga memberikan kontribusi

yang besar dalam peningkatan angka kejadian kelahiran kembar. Resiko terjadinya

kehamilan kembar seiring dengan peningkatan jumlah transfer embrio. Superovulasi

bertanggungjawab terhadap sejumlah besar kehamilan kembar.

17

Page 18: BBLR REFTA

18 Case report Gemeli BBLR

MORBIDITAS DAN MORTALITAS

Kehamilan kembar merupakan salah satu kehamilan dengan risiko tinggi. Angka

mortalitas janin kehamilan kembar empat kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan

tunggal. Angka mortalitas neonatus kehamilan kembar enam kali lebih tinggi

dibandingkan kehamilan tunggal. Semakin banyak jumlah janin yang dikandung dalam

kehamilan, maka angka mortalitas akan semakin meningkat.3

Tingginya prevalensi bayi berat lahir rendah, berhubungan dengan kelahiran

preterm dan intrauterine growth retardation (IUGR) yang merupakan komplikasi yang

berhubungan dengan kehamilan kembar, menambah permasalahan yang harus

diperhatikan pada kehamilan kembar. Kehamilan kembar meningkatkan frekuensi

kelainan kongenital, plasenta previa, abrupsio plasenta, preeklampsia, malpresentasi, juga

meningkatkan kejadian asfiksia perinatal, infeksi Streptococcus group B, dan hyalin

membrane disease (HMD).

Dari semua kelahiran kembar siam, diyakini tak lebih dari 12 pasangan kembar

siam yang hidup di dunia. Saat dilahirkan kebanyakan kembar siam sudah dalam keadaan

meninggal, yang lahir hidup hanya sekitar 40 persen. Dari mereka yang lahir hidup, 75

persen meninggal pada hari-hari pertama dan hanya 25 persen yang bertahan hidup.

Itupun seringkali disertai dengan kelainan kongenital.12

PROSES TERJADINYA KEHAMILAN KEMBAR

Secara garis besar, kembar dibagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal

dari satu telur dan dizigot, kembar yang berasal dari dua telur. Kembar dizigotik dalam

18

Page 19: BBLR REFTA

19 Case report Gemeli BBLR

arti sebenarnya bukanlah kembar sejati karena mereka berasal dari pematangan dan

pembuahan dua ovum selama satu siklus ovulatorik. Kembar monozigotik atau identik

juga biasanya tidak identik. Proses pembelahan satu zigot yang sudah dibuahi menjadi

dua tidak selalu menghasilkan pembagian materi protoplasma yang setara. Lebih lanjut,

proses pembentukan kembar monozigotik merupakan suatu proses teratogenik dan

kembar monozigotik memperlihatkan peningkatan insiden malformasi struktural. Bahkan,

kembar dizigotik atau fraternal dari jenis kelamin yang sama mungkin tampak lebih

identik saat lahir daripada kembar monozigotik, sementara pertumbuhan janin kembar

monozigotik kadang tidak seimbang.

PATOGENESIS

1. Kehamilan kembar MONOZYGOTIK

Kehamilan kembar yang terjadi dari fertilisasi sebuah ovum dari satu sperma.

Biasanya memiliki jenis kelamin sama.

Perkembangan tergantung pada saat kapan terjadinya divisi preimplantasi

Umumnya memiliki karakteristik fisik sama ( bayangan cermin) ; namun dengan sidik jari yang berbeda.

2. Kehamilan kembar DIZYGOTIK

Kehamilan kembar yang berasal dari dua buah ovum dan dua sperma.

Kehamilan kembar dizyogitic dapat memiliki jenis sex berbeda atau sama.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya kembar dizygotic :

o Ras (lebih sering pada kulit berwarna)

o Angka kejadian di Jepang 1.3 : 1000 ; di Nigeria 49 : 1000 dan di USA

12 : 1000

19

Page 20: BBLR REFTA

20 Case report Gemeli BBLR

o Cenderung berulang.

o Menurun dalam keluarga (terutama keluarga ibu).

o Usia (sering terjadi pada usia 35 – 45 tahun).

o Ukuran tubuh ibu besar sering mempunyai anak kembar.

o Golongan darah O dan A sering mempunyai anak kembar.

o Sering terjadi pada kasus yang segera hamil setelah menghentikan oral

kontrasepsi.

o Penggunaan klomifen sitrat meningkatkan kejadian kehamilan kembar

monozygotic sebesar 5 – 10% .

20

Page 21: BBLR REFTA

21 Case report Gemeli BBLR

KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada janin yang dilahirkan pada

kehamilan kembar diantaranya adalah:

1. Prematuritas

Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan kebanyakan

memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit (NICU). Sekitar 50 persen

kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan

akan semakin pendek dengan bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar

20% bayi dari kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.1,5,8,13

2. Hyalin Membrane Disease (HMD)

Penyakit Membran Hialin atau Hyaline membrane disease (HMD), juga

disebut respiratory distress syndrome (RDS), merupakan penyakit pernapasan yang

terutama mempengaruhi bayi kurang bulan. Keadaan ini terjadi pada kira-kira 25%

bayi yang lahir pada usia kehamilan 32 minggu dan insidensinya meningkat sejalan

dengan makin mudanya periode kehamilan. Semua faktor yang terlibat dalam

perubahan fisiologis yang terjadi pada RDS tidak sepenuhnya dipahami tetapi

disfungsi primer yang terjadi adalah sintesis surfaktan yang berkurang.

Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali lebih

sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang dilahirkan pada usia

kehamilan yang sama. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar

monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi dari

sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih cenderung

menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama.3

21

Page 22: BBLR REFTA

22 Case report Gemeli BBLR

3. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas Perinatal

Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi untuk mengalami

asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan berbagai sebab. Prolaps tali

pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri dapat terjadi dan menyebabkan asfiksia janin.

Kejadian cerebral palsy 6 kali lebih tinggi pada bayi kembar dua dan 30 kali lebih

sering pada bayi kembar tiga dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada

kehamilan kembar memiliki risiko asfiksia saat lahir/dpresi napas perinatal lebih

tinggi.3,8

4. Infeksi Streptococcus group B

Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah adalah 5

kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan tunggal dengan berat

badan yang sama.3

5. Vanishing Twin Syndrome

Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan dilakukannya studi

sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan bahwa insiden kembar trimester

pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat lahir. Kehamilan kembar

sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di antara semua konsepsi spontan, tetapi

hanya 14 persen di antaranya yang bertahan sampai aterm. Pada sebagian kasus,

seluruh kehamilan lenyap, tetapi pada banyak kasus, satu janin yang meninggal atau

22

Page 23: BBLR REFTA

23 Case report Gemeli BBLR

sirna (vanish) dan kehamilan berlanjut sebagai kehamilan tunggal. Pada 21-63%

konsepsi kembar meninggal atau sirna (vanish) pada trimester kedua. Keadaan ini

dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan neurologik/defek neural tube pada

janin yang tetap bertahan hidup.

6. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada Janin Kembar (twin

reverse-arterial-perfusion/TRAP)

Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya tergabung, kadang-

kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada plasenta monokorionik dapat dari

arteri ke arteri, vena ke vena, atau arteri ke vena. Biasanya cukup berimbang dengan

baik sehingga tidak ada salah satu janin yang menderita.1,8

Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang biasanya diikuti

dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada salah satu kembar mengalahkan

yang lain, yang kemudian mengalami pembalikan aliran darah dari kembarannya.

Darah arteri yang sudah terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir

ke pembuluh-pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian bawah tubuh

dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian atas.1

Gangguan atau kegagalan pertumbuhan kepala disebut akardius asefalus.

Kepala yang tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat diidentifikasi disebut

akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan semua struktur disebut akardius

amorfosa.1

23

Page 24: BBLR REFTA

24 Case report Gemeli BBLR

7. Twin-to-twin Transfusion Syndrome

Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam vena kembaran

lainnya (resipien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi anemik dan

pertumbuhannya terganggu, sementara resipien menjadi polisitemik dan mungkin

mengalami kelebihan beban sirkulasi yang bermanifestasi sebagai hidrops fetalis.

Menurut ketentuan, terdapat perbedaan hemoglobin 5 g/dl dan 20% berat badan pada

sindrom ini.1,8,9

Kematian kembar donor dalam uterus dapat mengakibatkan trombus fibrin di

seluruh arteriol yang lebih kecil milik kembar resipien. Hal ini kemungkinan

diakibatkan oleh transfusi darah yang kaya tromboplastin dari janin donor yang

mengalami maserasi. Kembar yang bertahan hidup mengalami koagulasi

intravaskular diseminata.8

8. Kembar Siam

Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah dan kantung

amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan cakram mudigah tidak

sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar dempet. Terdapat beberapa jenis

kembar siam, yaitu

- Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%). Jantung selalu

terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan atau

tanpa operasi adalah rendah.

24

Page 25: BBLR REFTA

25 Case report Gemeli BBLR

- Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%). Umumnya masing-

masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi kembar siam ini biasanya

hanya memiliki satu hati, sistem pencernaan, dan organ-organ lain.

- Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.

- Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).

- Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan tubuh terpisah.

9. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)

Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah satu atau kedua

janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang terbentuk, maka

kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.13

25

Page 26: BBLR REFTA

26 Case report Gemeli BBLR

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Definisi

Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun

1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR).

Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan

sesuai untuk masa kehamilan.

Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang

baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari

bayinya sendiri.

Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor

utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

26

Page 27: BBLR REFTA

27 Case report Gemeli BBLR

serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka

kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu

berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR

dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka

BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada

sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR

(1) Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan

antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

b. Usia ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multigravida

yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 – 35

tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi

terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi

yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang Demikian pula kejadian

prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih tinggi

bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

d. Sebab lain

ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

2. Faktor janin.

Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom

3. Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi, sosial ekonomi dan zatzat racun.

27

Page 28: BBLR REFTA

28 Case report Gemeli BBLR

PATOFISIOLOGI

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir

cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi

karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan

oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

keadaankeadaan

lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak

mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit,

dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan

melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang

sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan

bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu

menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah

normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi

selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi

sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.

Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai

di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan

kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi

yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian

perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat

dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan

melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

28

Page 29: BBLR REFTA

29 Case report Gemeli BBLR

MANIFESTASI KLINIS

1. Fisik.

Bayi kecil

Pergerakan kurang dan masih lemah

Kepala lebih besar dari pada badan

Berat badan < 2500 gram

2. Kulit dan kelamin

Kulit tipis dan transparan

Lanugo banyak

Rambut halus dan tipis

Genitalia belum sempurna

3. Sistem syaraf

Refleks moro

Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna.

4. Sistem muskuloskeletal

Axifikasi tengkorak sedikit

Ubun ubun dan satura lebar

Tulang rawan elastis kurang

Otototot masih hipotonik

Tungkai abduksi

Sendi lutut dan kaki fleksi

5. Sistem pernafasan

Pernafasan belum teratur sering apnoe

Frekwensi nafas bervariasi

Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

o Hipotermia

o Hipoglikemia

o Gangguan cairan dan elektrolit

o Hiperbilirubinemia

29

Page 30: BBLR REFTA

30 Case report Gemeli BBLR

o Sindroma gawat nafas

o Paten duktus arteriosus

o Infeksi

o Perdarahan intraventrikuler

o Apnea of Prematurity

o Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain :

o Gangguan perkembangan

o Gangguan pertumbuhan

o Gangguan penglihatan (Retinopati)

o Gangguan pendengaran

o Penyakit paru kronis

o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

1). Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :

o Umur ibu

o Riwayat hari pertama haid terakir

o Riwayat persalinan sebelumnya

o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

o Kenaikan berat badan selama hamil

o Aktivitas

30

Page 31: BBLR REFTA

31 Case report Gemeli BBLR

o Penyakit yang diderita selama hamil

o Obat-obatan yang diminum selama hamil

2). Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

o Berat badan <2500gram

o Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tulang rawan telinga belum terbentuk.

Masih terdapat lanugo.

Refleks masih lemah.

Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium

minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

o Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Tidak dijumpai tanda prematuritas.

Kulit keriput.

Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang

o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

o Pemeriksaan skor ballard

o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit

dan analisa gas darah.

o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom

gawat nafas.

o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi

31

Page 32: BBLR REFTA

32 Case report Gemeli BBLR

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah :

-Suhu Tubuh

-Pusat pengatur napas badan masih belum sempurna

-Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah

-Otot bayi masih lemah

-Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan

-Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat badan lahir

rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat

dipertahankan.

-Pernapasan

-Fungsi pengaturan pernapasan belum sempurna

-Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna

-Otot pernapasan dan tulang iga lemah

Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membrane, mudah infeksi paru-paru dan gagal

pernapasan.

-Alat pencernaan makanan

Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah / kurang baik

Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna , sehingga pengosongan

lambung berkurang

-Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia

-Hepar yang belum matang (immatur)

-Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi

hyperbilirubinemia (kuning) samai ikterus

-Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna

sehingga mudah terjadi oedema

-Perdarahan dalam otak

Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh dan mudah pecah

-Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan

dalam otak

32

Page 33: BBLR REFTA

33 Case report Gemeli BBLR

-Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi

-Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan

nekrosis

PERAWATAN BBLR

Dengan memperhatika gambaran klinis diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat

terjadi pada bayio BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada

pengaturan panas badan, menghindari infeksi, pemberian makanan bayi dan pernapasan.

Pengaturan Suhu Tubuh BBLR

Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan

yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang realtif lebih

luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnyua jaringan lemak dibawah kulit,

dan kekurangan lemak coklat (Brown Fat). Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakan

lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen

paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator,

maka suhunya untuk nayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35 0C dan

untuk bayi dengan BB 2000 gram sampai 2500 gram 34 0C, agar ia dapat

mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 0C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50 –

60 persen. Kelembaban yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan syndroma

gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat diturunkan 1 0C per minggu untuk bayi

dengan berat badan 2000 gram dan secara berangsur – angsur ia dapat diletakkan didalam

tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 0C-29 0C. Bila inkubator tidak ada,

pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat

disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau

dengan menggunakan metode kanguru. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi

sekitar 36 0C - 37 0C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti

pada bayi didalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas

karena radiasi. Akhir-akhir ini telah dimulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan

alat temperatur sensor (Thermistor probe). Alat ini ditempelkan dikulit bayi. Suhu

inkubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat

dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat

33

Page 34: BBLR REFTA

34 Case report Gemeli BBLR

untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.

Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan

pengawasan mengenai keadan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan,

kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan

tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya.

Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba.

Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi

nosokomial. Kerentanan terhadapa infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulinserum

pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit

juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.

Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapat

ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayisering

merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara laian : malas menetek, gelisah,

letargi, suhu tyubuh meningkat, frekwensi pernapasan meningkat, muntah, diare, berat

badan mendadak turun.

Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi.

Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk

apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali

pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan antiseptic alat-alat yang

digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur

kunjungan, menghindari perawatan yang yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia

dan pemberian antibiotic yang tepat.

Pengaturan Intake

Pengaturan intake adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian

yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.

ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga

dapat dikeluaekan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak

ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu Formula

34

Page 35: BBLR REFTA

35 Case report Gemeli BBLR

yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusu bayi BBLR.

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk

mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam

incubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur incubator harus diangkat

dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan

dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisap dan

sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikam

melalui NGT. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan

bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat

Badan lebih rendah

PERNAPASAN

Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,

bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan napas

akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak

dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat

lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan

defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang

sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan

jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,

merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal,

dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan

selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah

sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10

hari, dan umur 4-6 minggu)

35

Page 36: BBLR REFTA

36 Case report Gemeli BBLR

2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap

sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil

yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan

cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi

menghisap paling kurang sehari sekali.

o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Bayi Sehat

o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;

setiap 2 jam) bila perlu.

o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit

o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat.

o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda

siap untuk menyusu.

36

Page 37: BBLR REFTA

37 Case report Gemeli BBLR

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan

nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar

berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila

keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk

menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat

o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak

dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke

dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat

menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun

ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

IV secara perlahan.

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi

sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

37

Page 38: BBLR REFTA

38 Case report Gemeli BBLR

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

o Beri ASI peras melalui pipa lambung

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.

38

Page 39: BBLR REFTA

39 Case report Gemeli BBLR

o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

o Ukur suhu tubuh dengan berkala

o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

o Jaga dan pantau patensi jalan nafas

o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)

1). Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

39

Page 40: BBLR REFTA

40 Case report Gemeli BBLR

o Pantau berat badan bayi secara periodik

o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat

lahir <1500

o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar

jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian

ASI hingga 200 ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap

minggu.

a. Early Feeding untuk mencegah penurunan berat badan lebih dari 10 %,

hypoglycemia, hyperbilirubinemia ( pedoman: puasa 2 jam, dextrose 5 % )

- frekuensi minum :

berat badan 1.250 gram: 24 X/24 jam

berat badan 1.250 – 2.000 gram : 12 X / 24 jam

berat badan lebih dari 2.000 gram : 8 X / 24 jam

- Jumlah cairan.

Hari pertama 60 cc / Kg BB / hari

Hari kedua 90 cc / Kg BB / hari

Hari ketiga 120 cc / Kg BB / hari

Hari keempat 150 cc / Kg BB / hari

Hari seterusnya 180 - 200 cc / Kg BB / hari

- Jumlah kalori : 110 –140 cal / Kg BB / hari

- Jumlah protein 3 – 6 gram / Kg BB / hari

- Jumlah Karbohidrat : 10 – 15 gram / Kg BB / hari

- Jumlah lemak : 5 – 7 gram / Kg BB / hari

40

Page 41: BBLR REFTA

41 Case report Gemeli BBLR

- Macam nutrisi : ASI dan ASS ( Air Susu Sapi )

- Cara pemberian:

Oral: menghisap sendiri, dengan sendok, NGT, gastrik drip ( cek residu

lambung )

Parenteral

b. cegah pneumonia aspirasi

- saat minum posisi kepala 30

- bersihkan sisa susu di mulut.

- Minumkan sedikit sedikit, penambahan susu tidak melebihi 30 ml/ hari

- Sendawakan setelah minum.

2). Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang

sebagai berikut :

o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

o Hitung umur koreksi.

o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

o Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis

akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena

komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,

hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

Pencegahan

41

Page 42: BBLR REFTA

42 Case report Gemeli BBLR

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga

berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus

cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang

lebih mampu

o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung

dengan baik

o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

sehat (20-34 tahun)

o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan

akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Tanda kecukupan pemberian ASI:

o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.

o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.

o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes

dari payudara yg lain.

Indikasi bayi BBLR pulang:

o Suhu bayi stabil.

o Toleransi minum oral baik terutama ASI.

o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

Cara menghangatkan bayiCara Petunjuk penggunaan

Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain

42

Page 43: BBLR REFTA

43 Case report Gemeli BBLR

tidak mungkin dilakukan.KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama

direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.

Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat

merawat bayinya.Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.

Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC.

Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.

Tidak untuk bayi sakit berat.

Suhu inkubator menurut berat dan umur bayi

UmurBerat badan (gram)

<1200 1201-1500 1501-2500 >2500gr / >36mgg

0-24 jam 34-35,4 0C 33,3-34,4 0C 31,8-33,8 0C 31-33,8 0C24-48 jam 34-35 0C 33-34,2 0C 31,4-33,6 0C 30,5-33,5 0C48-72 jam 34-35 0C 33-34 0C 31,2-33,4 0C 30,1-33,2 0C72-96 jam 34-35 0C 33-34 0C 31,1-33,2 0C 29,8-32,8 0C4-14 hari - 32,6-34 0C 31-33,2 0C 29-32,6 0C2-3 mgg - 32,3-34 0C 30,5-33 0C -3-4 mgg - 31,6-33,6 0C 30-32,7 0C -4-5 mgg - 31,2-33 0C 29,5-32,2 0C -5-6 mgg - 30,6-32,3 0C 29-31,8 0C -

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)

Berat (g)Umur (hari)

1 2 3 4 5+>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150

Jumlah cairan intravena (IV) dan ASI untuk bayi sakit berat 1750-2500 gram

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Kecepatan cairan IV (ml/jam atau mikro/mnt) 5 4 3 2 0 0 0Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali) 0 6 14 22 30 35 38

43

Page 44: BBLR REFTA

44 Case report Gemeli BBLR

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1500-1749 gram

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 12 18 22 26 30 33 35

Jumlah cairan intravena (IV) dan ASI untuk bayi sakit berat 1500-1749 gram

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Kecepatan cairan IV (ml/jam atau mikro/mnt) 4 4 3 2 2 0 0Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali) 0 6 13 20 24 33 35

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

Jumlah cairan intravena (IV) dan ASI untuk bayi sakit berat 1500-1749 gram

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Kecepatan cairan IV (ml/jam atau mikro/mnt) 3 3 3 2 2 0 0Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali) 0 6 9 16 20 28 30

Jumlah cairan intravena (IV) dan ASI untuk semua bayi berat <1250 gram

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Kecepatan cairan IV (ml/jam atau mikro/mnt) 4 4 3 3 2 2 0Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali) 0 0 3 5 8 11 15

44

Page 45: BBLR REFTA

45 Case report Gemeli BBLR

DAFTAR PUSTAKA

1. Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan

Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

2. Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta

3. Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan

Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.

4. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

5. Anestherita, fithri, dr. Dkk. 2000. Kumpulan kasus pediatri. Media Dika. Jakarta.

6. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Janin dan bayineonatus. Dalam: Ilmu

Kesehatan Anak Nelson. Vol 1. Ed 15. Jakarta: EGC, 1999. 556-568

7. http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/28/14343231/

Vanishing.Twin..Kembar.yang.Hilang

8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15597/1/mkn-des2005-

%20(8).pdf

45