Bantuan hukum perdata

14
DAFTAR ISI Daftar Isi………………………………………………………….. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………… 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pemberian Bantuan Hukum………………………………. 3 B. Dasar Pemberian Bantuan Hukum………………………. 3 C. Tujuan bantuan Hukum…………………………………… 4 D. Perbedaan Hukum Acara Pidana dengan Perdata............... 5 E. Syarat-Syarat Lembaga Penyedia Jasa Bantuan Hukum....... 5 F. Mekanisme Penyelenggaraan Bantuan Hukum perdata........ 5 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................... .............................. 19 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 10 1

description

makalah ni menjelaskan secara detail mengenai bantuan hukum dalam kasus perdata baik dari permohonannya maupun peraktek peradilannya.

Transcript of Bantuan hukum perdata

Page 1: Bantuan hukum perdata

DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………….. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemberian Bantuan Hukum………………………………. 3

B. Dasar Pemberian Bantuan Hukum………………………. 3

C. Tujuan bantuan Hukum…………………………………… 4

D. Perbedaan Hukum Acara Pidana dengan Perdata............... 5

E. Syarat-Syarat Lembaga Penyedia Jasa Bantuan Hukum....... 5

F. Mekanisme Penyelenggaraan Bantuan Hukum perdata........ 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 10

1

Page 2: Bantuan hukum perdata

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu telah berlangsung

sejak tahun 1980 hingga sekarang Dalam kurun waktu tersebut, banyak hal yang

menunjukkan bahwa pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu sangat

diperlukan, dan diharapkan adanya peningkatan atau intensitas pelaksanaan bantuan hukum

dari tahun ke tahun.

Sebagaimana diketahui, bahwa penegakan hukum melalui lembaga peradilan tidak

bersifat diskriminatif. Artinya setiap manusia, baik mampu atau tidak mampu secara sosial-

ekonomi, berhak memperoleh pembelaan hukum di depan pengadilan. Untuk itu diharapkan

sifat pembelaan secara cuma-cuma dalam perkara pidana dan perdata tidak dilihat dari aspek

degradasi martabat atau harga diri seseorang, tetapi dilihat sebagai bentuk penghargaan

terhadap hukum dan kemanusiaan yang semata-mata untuk meringankan beban (hukum)

masyarakat tidak mampu.

Lembaga Bantuan Hukum atau Advokat sebagai pemberi bantuan (pembelaan) hukum

dalam Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu, diharapkan kesediaannya

untuk senantiasa membela kepentingan hukum masyarakat tidak mampu, walaupun

Mahkamah Agung RI cq. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum hanya menyediakan

dana yang terbatas.

2

Page 3: Bantuan hukum perdata

BAB II

PEMBAHASAN

BANTUAN HUKUM DALAM HUKUM PERDATA

A. Pengertian bantuan Hukum

Bantuan yang dimaksud dalam Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak

Mampu, adalah bantuan jasa berupa1 :

1. Memberikan nasehat atau advis hukum bagi masyarakat yang membutuhkannya;

2. Bertindak sebagai pendamping atau kuasa hukum, untuk menyelesaikan

perselisihan tentang hak dan kewajiban (perdata) seseorang di depan Pengadilan;

3. Bertindak sebagai pendamping dan pembela, terhadap seseorang yang

disangka/didakwa melakukan tindak pidana di depan Pengadilan.

B. Dasar Pemberian Bantuan Hukum

Program pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu dilakukan

berdasarkan ketentuan-ketentuan di bawah ini :

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

Pasal 13 (1) tentang : Organisasi , administrasi , dan finansial Mahkamah Agung

dan badan peradilan yang berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.

Pasal 37 tentang : Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperloleh bantuan

hukum.

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana :

Pasal 56 (1) tentang : Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa

melakukan tindak pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau

bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih

yang tidak mempunyai penaeihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada

semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum

bagi mereka.

Pasal 56 (2) tentang : Setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.

1 T. Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, LP3ES, jakarta, 1986, hal. 63

3

Page 4: Bantuan hukum perdata

3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (HIR/RBG) Pasal 237 HIR/273

RBG tentang :

“Barangsiapa yang hendak berperkara baik sebagai penggugat maupun sebagai

tergugat, tetapi tidak mampu menanggung biayanya, dapat memperoleh izin untuk

berperkara dengan cuma-cuma.

4. Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M 01-UM.08.10 Tahun 1996, tentang

Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Yang Kurang

Mampu Melalui Lembaga Bantuan Hukum.

5. Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M 03-UM.06.02 Tahun 1999, tentang

Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Yang Kurang

Mampu Melalui Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara.

6. Surat Edaran Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha

Negara No. D.Um.08.10.10 tanggal 12 Mei 1998 tentang JUKLAK Pelaksanaan

Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat Yang Kurang Mampu Melalui LBH.

C. TUJUAN BANTUAN HUKUM

1. Aspek Kemanusiaan

Dalam aspek kemanusiaan, tujuan dari program bantuan hukum ini adalah untuk

meringankan beban (biaya) hukum yang harus ditanggung oleh masyarakat tidak

mampu di depan Pengadilan. Dengan demikian, ketika masyarakat golongan tidak

mampu berhadapan dengan proses hukum di Pengadilan, mereka tetap memperoleh

kesempatan untuk memperolah pembelaan dan perlindungan hukum.

2. Peningkatan Kesadaran Hukum

Dalam aspek kesadaran hukum, diharapkan bahwa program bantuan hukum ini

akan memacu tingkat kesadaran hukum masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Dengan demikian, apresiasi masyarakat terhadap hukum akan tampil melalui sikap

dan perbuatan yang mencerminkan hak dan kewajibannya secara hukum.

4

Page 5: Bantuan hukum perdata

D. Perbedaan Hukum Acara Pidana Dengan Hukum Acara Perdata

Perbadaan hukum acara perdata dengan hukum acara pidana adlah sebagai berikut:2

1. Inisiatif melakukan acara perdata datang dari pihak-pihak yang berkepentingan,

sedangkan acara pidana perkara datang dari negara (Jaksa Penuntut).

2. Dalam acara perdata pemeriksaan dilakukan dalam persidangan yaitu dalam acara

dimuka hakim. Acara perdata tidak mengenal pengusutan dan atau penyelidikan

permulaan.

3. Dalam acara pidana hakim bertindak memimpinsedangkan dalam acara perdata

hakim menunggu saja.

4. Saat ini setiap pengadilan negeri melaksanakan peradilan anak yang tidak hanya

bersifat acara perdata tetapi juga acara pidana.

E. Syarat-Syarat Lembaga Penyedia Jasa bantuan Hukum

a. Syarat-syarat Lembaga Penyedia Jasa Bantuan Hukum dari Organisasi Profesi

Advokat adalah3 :

1) Memiliki izin pendirian sesuai ketentuan perundang-undangan.

2) Memiliki kantor dengan alamat yang jelas

3) Memiliki struktur kepengurusan yang jelas.

4) Berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan atau

berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tinggi setempat.

b. Syarat-syarat administratif Lembaga Penyedia Jasa Hukum dari Lembaga Swadaya

Masyarakat, adalah :

1) Memiliki ijin pendirian sesuai ketentuan perundang-undangan.

2) Memiliki kantor dengan alamat yang jelas

3) Memiliki struktur kepengurusan yang jelas

4) Berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan atau

berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tinggi setempat.

F. Mekanisme Penyelenggaraan Bantuan Hukum Perdata

Adapun mekanisme penyelenggaraan bantuan hukum dalam perdata adalah sebagai

berikut4:

2 Prof. Muljatno, S.H., Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, jakarta, 2008, hal 233 Keputusan Direktur jendral badan Peradilan Umum No: 1/DJU/OT.01.03/I/2012, Tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran A Perkara Perdata

4 Keputusan Direktur jendral badan Peradilan Umum No: 1/DJU/OT.01.03/I/2012, Tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran A Perkara Perdata

5

Page 6: Bantuan hukum perdata

1. Permohonan berperkara secara prodeo yang dibiayai Dana Bantuan Hukum untuk

Perkara Perdata Gugatan maupun Permohonan, diajukan oleh Penggugat atau

Pemohon yang tidak mampu secara ekonomi melalui Meja I, dengan

melampirkan ;

a. Surat Gugatan atau Surat Permohonan.

b. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/Kepala Desa setempat,

atau Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga

Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu

Progran Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau

Surat pernyataan tidak mampu yang ditandatangani pemohon bantuan hukum

dan diketahui Ketua Pengadilan Negeri.

2. Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas permohonan beracara secara prodeo

pada angka 1 tersebut, dicatat dalam Buku Register Permohonan Prodeo, diajukan

kepada Ketua Pengadilan Negeri melalui Panitera/Sekretaris untuk penunjukan

Hakim dan Panitera Pengganti yang memeriksa permohonan prodeo tersebut.

3. Majelis Hakim/Hakim yang ditunjuk memerintahkan Jurusita melalui Panitera

Pengganti untuk memanggil para pihak yang ada dalam gugatan tanpa biaya dan

kepada pihak lawan diberi kesempatan di dalam persidangan untuk menanggapi

permohonan prodeo secara tertulis dan dicatat dalam berita acara, yang

selanjutnya Hakim memberikan putusan sela tentang dikabulkan atau ditolak

permohonan beracara secara prodeo.

4. Apabila permohonan berperkara secara prodeo ditolak, Penggugat diperintahkan

membayar biaya perkara dalam jangka waktu 14 hari setelah dijatuhkannya

Putusan Sela, apabila tidak dipenuhi maka gugatan tidak didaftar.

5. Untuk perkara perdata permohonan yang tidak terdapat pihak Termohon atau

pihak lawan, Hakim dapat langsung memeriksa permohonan beracara secara

prodeo tersebut dengan memeriksa syarat-syarat kelengkapannya seperti pada

angka 1a dan 1b di atas, kemudian membuat penetapan mengabulkan beracara

secara prodeo.

6. Putusan Sela/Penetapan yang mengabulkan permohonan beracara secara prodeo

tersebut diserahkan kepada Meja I oleh Pemohon dengan dilengkapi persyaratan

untuk mengajukan gugatan atau permohonan dilanjutkan dengan penaksiran

panjar biaya perkara yang dituangkan dalam SKUM.

6

Page 7: Bantuan hukum perdata

7. Salinan Putusan Sela/Penetapan pada angka 5 di atas dan SKUM panjar biaya

perkara diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk diterbitkan

Surat Keputusan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) yang menyatakan bahwa biaya perkara dibebankan kepada

DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Aggaran) Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

8. Berdasarkan Surat keputusan KPA / PPK tersebut, Bendahara Pengeluaran

menyerahkan bantuan panjar biaya perkara kepada kasir yang jumlahnya sesuai

SKUM, besarannya tidak boleh melebihi dengan besarnya satuan perkara untuk

dana bantuan hukum yang telah ditentukan dalam POK (Petunjuk Operasional

Kegiatan DIPA tahun berjalan), dengan kwitansi.

9. Bantuan panjar biaya perkara tersebut dapat langsung dipertanggungjawabkan

sebagai pengeluaran akhir (final) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara (KPPN) dengan melampirkan persyaratan yang ditentukan.

10. Kasir setelah menerima uang dari Bendahara Pengeluaran mencatat dalam buku

jurnal dan memberikan nomor perkara kemudian dicatat dan didaftar dalam

register induk perkara gugatan atau perkara permohonan.

11. Kemudian Kasir mencatat penggunaan/pengeluaran bantuan panjar biaya perkara

tersebut sesuai perintah Ketua Majelis/Hakim. Apabila panjar biaya perkara

tersebut tidak mencukupi, Ketua Majelis/Hakim memerintahkan kepada Pemohon

bantuan hukum yang bersangkutan dalam bentuk penetapan, agar memohon

tambahan panjar biaya Perkara kepada KPA.

12. KPA memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk menyetor tambahan biaya

perkara tersebut yang jumlahnya sesuai dengan perintah Ketua Majelis

Hakim/Hakim, disetor kepada Kasir sepanjang Dana yang disediakan DIPA belum

melampaui limit.

13. Dalam hal perkara tersebut telah diputus terdapat sisa anggaran perkara prodeo,

sisa tersebut oleh kasir dikembalikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk

selanjutnya dikembalikan ke kas negara.

14. Dalam hal persediaan dana bantuan hukum dalam DIPA yang bersangkutan

sudah habis, sedangkan perkara masih memerlukan proses lebih lanjut, Kasir

melaporkan kepada KPA.

15. Berdasarkan laporan Kasir tersebut, Kuasa Pengguna Anggaran atau Pejabat

Pembuat Komitmen membuat surat keterangan bantuan biaya proses perkara

telah habis untuk disampaikan kepada Majelis Hakim/Hakim.

7

Page 8: Bantuan hukum perdata

16. Majelis Hakim/Hakim selanjutnya membuat penetapan yang memerintahkan

Panitera agar proses perkara tersebut dilaksanakan secara prodeo murni.

17. Apabila perkara telah diputus maka buku jurnal ditutup dan jumlah biaya perkara

yang tercantum dalam buku jurnal tersebut dicantumkan dalam amar putusan.

18. Amar putusan prodeo yang menggunakan Dana Bantuan Hukum tentang

pembebanan biaya perkara adalah sebagai berikut: “Biaya yang timbul dalam

perkara ini sejumlah Rp. ..... dibebankan kepada negara.”

19. Batas maksimal bantuan panjar biaya perkara permohonan 1 (satu) perkara

Rp.400.000 (empat ratus ribu rupiah), dengan komponen terdiri dari :

Biaya tetap :

a. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

- Redaksi

- Pencatatan

b. Materai

c. Biaya Proses

Biaya tidak tetap :

- Panggilan Pemohon

20. Batas maksimal bantuan panjar biaya perkara gugatan 1 (satu) perkara Rp.

1.500.000(satu juta lima ratus ribu rupiah), dengan komponen terdiri dari :

Biaya tetap :

a. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

- Redaksi

- Pencatatan

b. Materai

c. Biaya Proses

Biaya tidak tetap :

- Panggilan untuk pengugat

- Panggilan untuk tergugat

- Pemberitahuan putusan

- Pemeriksaan setempat

BAB III

PENUTUP

8

Page 9: Bantuan hukum perdata

A. Kesimpulan

Setiap Orang Berhak Mendapatkan bantuan hukum , agar terciptanya rasa keadilan

didalam masyarakat Indonesia. Lembaga Bantuan Hukum atau Advokat sebagai pemberi

bantuan (pembelaan) hukum dalam Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak

Mampu, diharapkan kesediaannya untuk senantiasa membela kepentingan hukum masyarakat

tidak mampu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Moeljatno, S.H.,Asas-Asas Hukum Pidana, jakarta, Rineka Cipta, 2008

9

Page 10: Bantuan hukum perdata

2. T. Lubis Mulya, Bantuan Hukum dan Kemiskinan struktural, Jakarta, LP3ES, 1986

3. Keputusan Direktur jendral badan Peradilan Umum No: 1/DJU/OT.01.03/I/2012,

“Tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran A Perkara Perdata, Pos Bantuan

Hukum”, Dan ZITTING PLAATS, 2012

4. http/:goggle.com

10