BAHASA DISFEMIA DALAM TAYANGAN FILM...

159
BAHASA DISFEMIA DALAM TAYANGAN FILM REKONSTRUKSI DI TRANS 7: KAJIAN SEMANTIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Progam Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh PUTRI KURNIASARI NPM. 1502040082 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Transcript of BAHASA DISFEMIA DALAM TAYANGAN FILM...

  • BAHASA DISFEMIA DALAM TAYANGAN FILM REKONSTRUKSI

    DI TRANS 7: KAJIAN SEMANTIK

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

    Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Progam Studi

    Pendidikan Bahasa Indonesia

    Oleh

    PUTRI KURNIASARI

    NPM. 1502040082

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2019

  • i

    ABSTRAK

    Putri Kurniasari. NPM. 1502040082. Bahasa Disfemia dalam Tayangan Film

    Rekonstruksi di Trans 7: Kajian Semantik. Skripsi. Medan: Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra

    Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2019.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kebahasaan

    disfemia dalam tayangan film rekostruksi di trans7 menggunakan kajian semantik.

    Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dekskriptif dengan cara

    mengumpulkan data dan menganalisis data tersebut. Lokasi penelitian ini

    Tayangan Rekonstruksi di Trans7. Analisisnya hanya terfokus pada bentuk

    kebahasaan disfemia yang ada dalam tayangan rekonstruksi tersebut. Data

    penelitian ini adalah tayangan film rekonstruksi di trans7. Penelitian ini

    dilatarbelakangi oleh banyaknya penggunaan bahasa disfemia dalam tayangan

    film rekonstruksi di trans7. berupa kata, frasa dan klausa. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa bahasa disfemia bentuk kata dalam penulisan kata ialah

    “becus”. Disfemia bentuk frasa terdapat dalam penulisan frasa adalah “wanita

    jalang” dan bahasa disfemia dalam bentuk klausa terdapat dalam penulisan yaitu

    “ Mati kau” .

    Kata kunci : Bahasa Disfemia dalam Tayangan Film Rekonstruksi

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa menganugerahkan rahmat

    dan karunia-Nya berupa kesehatan, keselamatan, dan kelapangan waktu sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Shalawat serta salam kita ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad

    SAW yang telah memperjuangkan umat manusia ke alam yang penuh ilmu

    pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini dengan harapan semoga kita

    mendapat syafa’at di hari akhir nanti.

    Terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Ibunda

    Supiyah, S.Pd.I dan Ayahanda Legino, S.Pd.I yang menjadi motivasi,

    membantu penulis baik moril maupun materil serta do’a yang terus diberikan

    untuk penulis selama ini. Sungguh besar pengorbanan yang kalian berikan dan

    tidak terhitung jasa ibu dan bapak dalam keberhasilan anakmu ini.

    Dengan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Dr. Agussani, M.AP. Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera

    Utara.

    2. Dr. H. Elfrianto Nasution, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

    3. Dra. Hj Syamsuyurnita, M.Pd . Wakil dekan I Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

    https://1.bp.blogspot.com/-0zOa917iQ94/Ummc9yoEqBI/AAAAAAAABms/aYBOr0-3T7I/s1600/Bismillah+Skripsi.png

  • iii

    4. Dr. Mhd. Isman, M.Hum. Ketua Program Studi Pendiidkan Bahasa

    Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Sumatera Utara.

    5. Aisiyah Aztry, S.Pd.,M.Pd. Sekretaris Jurusan Program Studi Bahasa

    Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Sumatera Utara.

    6. Dr. Charles Butar-Butar, M.Pd. Dosen pembimbing yang telah

    memberikan ide, kritik, saran dan nasehat mulai dari proses penulisan

    hingga selesai skripsi ini.

    7. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Biro Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

    8. Terima kasih juga penulis ucapkan buat keluarga penulis yang sangat luar

    biasa, terutama kepada Abangda Suneko Kurniawan, S.Si. , Kakanda

    Dwi Kurniawati, S.Pd. , Kakanda Veri Rers, SKM. Terima kasih telah

    memberikan motivasi, bantuan material dan doa kepada peneliti dalam

    menyelesaikan skripsi ini .

    9. Terimakasih penulis ucapkan kepada yang teristimewa Abangda

    Muhammad Aripin Hasibuan,S.Pd. yang banyak membantu penulis

    selama di perantauan dan selalu memberikan motivasi penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    10. Terima kasih juga untuk para sahabat Juriah Nasution,S.Pd dan Nia

    Maisyarohma Tambunan, yang memberikan semangat penulis selam

    ini.

  • iv

    11. Terimakasih untuk semua teman baik seperjuanganku Dede Prihartini,

    Suri Kharimah, Ardiyanti Ritonga, May Syurah Saragih, Sri Meutia,

    Tiwi, Devi Talocha, Dessy Lestari dan Peni Safitri yang telah

    memberikan semangat, doa, saling menguatkan, bertukar ide serta

    menemani di kala susah maupun senang sehingga terselesainya

    penyusunan skripsi ini.

    12. Terima kasih buat teman-teman B pagi Pendidikan Bahasa Indonesia di

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Sumatera Utara yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

    Kepada semuanya, penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya

    untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa semoga Allah membalas

    semua amal kebaikan mereka serta selalu melimpahkan rahmat, karunia dan

    hidayah-Nya atas bantuan dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

    Akhirnya dengan segela kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya skripsi

    ini masih belum sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi peneliti khususnya pembaca pada umumnya, Aamiin.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    Medan, September 2019

    Penulis

    Putri Kurniasari

    1502040082

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ..................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. v

    DAFTAR TABEL...................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7

    C. Batasan Masalah........................................................................... 7

    D. Rumusan Masalah ........................................................................ 7

    E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

    F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

    BAB II LANDASAN TEORETIS .............................................................. 9

    A. Kerangka Teoretis ........................................................................ 9

    1. PengertianBahasa................................................................... 9

    2. Hakikat Semantik ................................................................. 11

    a. Pengertian Semantik....................................................... 11

    b. Jenis Semantik ................................................................ 13

    c. Manfaat Semantik .......................................................... 14

    3. Hakikat Gaya Bahasa ........................................................... 15

    a. Pengertian Gaya Bahasa ................................................. 15

  • vi

    b. Jenis Gaya Bahasa .......................................................... 17

    4. Pengertian Film Rekonstruksi .............................................. 20

    5. Hakikat Disfemia ................................................................. 21

    a. Pengertian Disfemia ....................................................... 21

    b. Bentuk Kebahasaan Disfemia ........................................ 22

    B. Kerangka Konseptual ................................................................. 25

    C. Pernyataan Penelitian ................................................................. 26

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 27

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 27

    B. Sumber data dan Data Penelitian ................................................. 28

    1.Sumber Data ............................................................................ 28

    2. Data Penelitian ....................................................................... 28

    C. Metode Penelitian ....................................................................... 28

    D. Variabel Penelitian ..................................................................... 29

    E. Definisi Variabel Penelitian ....................................................... 29

    F. Instrumen Penelitian................................................................... 30

    G. Teknik Analisis Data .................................................................. 31

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 32

    A. Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 32

    B. Analisis Data .................................................................................... 40

    C. Jawaban Pernyataan Penelitian ........................................................ 49

    D. Diskusi Hasil Penelitian ................................................................... 49

    E. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 49

  • vii

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 51

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 51

    B. Saran ................................................................................................. 51

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53

    LAMPIRAN ................................................................................................ 54

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Rencana Waktu Penelitian ........................................................... 27

    Tabel 3.2 Instrumen Penelitian .................................................................... 30

    Tabel 4.1 Data Penelitian.............................................................................. 32

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data Tayangan Rekonstruksi “Akibat Hubungan Terlarang”……..54

    Lampiran 2 Data Tayangan Rekonstruksi “Gadis dalam Kardus”…………......74

    Lampiran 3 Data Tayangan Rekonstruksi “Anak Punk Belagu”…………........ 95

    Lampiran 4 Data Tayangan Rekonstruksi “Kemarahan Istri yang Teraniaya”...102

    Lampiran 5 Data Tayangan Rekonstruksi “Bisnis Gelap Membakarku dan

    Keluargaku...........................................................................................................113

    Lampiran 6 Form K1…….……………………………………….....................132

    Lampiran 7 Form K2..........................................................................................133

    Lampiran 8 Form K3……………………………………………......................134

    Lampiran 9 Surat Keterangan……...........………………………………….....135

    Lampiran 10 Surat Pernyataan………………………………………................136

    Lampiran 11 Lembar Pengesahan Hasil Seminar Proposal …………………...137

    Lampiran 12 Surat Izin Riset……………………………………......................138

    Lampiran 13 Surat Balasan Riset.......................................................................139

    Lampiran 14 Surat Bebas Pustaka......................................................................140

    Lampiran 15 Berita Acara Bimbingan Skripsi...................................................141

    Lampiran 16 Berita Acara Skripsi......................................................................142

    Lampiran 17 Lembar Pengesahan Skripsi..........................................................143

    Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup...................................................................144

  • x

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Interaksi sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kita

    semua adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Interaksi sosial dapat

    membantu kita untuk saling berkomunikasi dengan baik dan mengutarakan

    maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dengan semua orang. Bahasa

    merupakan salah satu media yang digunakan saat berinteraksi, biasanya

    bahasa dilakukan secara lisan maupun tulisan.

    Bahasa merupakan alat atau sistem lambang bunyi yang digunakan untuk

    berinteraksi dari manusia dengan manusia lainnya. Kridalaksana (dalam Abdul

    Chaer 2007:32) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang

    arbiter, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi

    dan mengidentifikasikan diri.

    Melalui bahasa kita bisa saling berbicara, menegur, dan bisa saja berselisih

    paham karena bahasa mampu membuat seseorang mengekspresikan diri dari

    suatu keadaan hati yang dirasakan, diinginkan untuk diutarakan kepada orang

    lain, sebagaimana fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi sosial.

  • 2

    pemakai bahasa terkadang menggunakan berbagai ungkapan untuk

    mengekspresikan kemarahan, kekesalan, kekecewaan atau bahkan kebencian

    terhadap sesuatu hal. Keperluan-keperluan dalam menggunakan bahasa

    tersebut membuat munculnya gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bagian

    dari diksi ataupun pilihan kata yang menjadikan masalah cocok tidaknya

    pemakaian kata, frasa, atau ungkapan tertentu sesuai dengan situasi yang

    dihadapi.

    Pemakaian gaya bahasa dipilih secara tepat dalam menyusun informasi

    yang disajikan dalam sebuah berita melalui media massa. Biasanya gaya

    bahasa digunakan untuk menarik perhatian masyarakat terhadap informasi

    tersebut. Sebagai makhluk sosial, kita berkomunikasi juga terkadang

    menggunakan gaya bahasa kepada lawan tutur kita, baik itu secara sengaja

    ataupun tidak sengaja. Salah satunya adalah penggunaan gaya bahasa disfemia.

    Sejalan dengan hal ini, menurut (Kania Putri,dkk dalam jurnal Arkhais),

    disfemia dibagi menjadi dua bagian, yaitu bentuk kebahasaan disfemia dan

    nilai rasa yang terkandung dalam disfemia. Dalam jurnal tersebut juga

    dijelaskan bahwa pemakaian disfemia sering ditemukan, baik dalam artikel-

    artikel berita maupun opini di surat kabar.

    Abdul Chaer (2016:144) menyatakan bahwa disfemia merupakan

    kebalikan dari eufemisme, yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya

    halus atau biasa dengan kata yang maknanya kasar. Disfemia dipakai karena

  • 3

    berbagai alasan. Disfemia biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak

    ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan (Abdul Chaer, 2016:144).

    Difesmia sering ditemukan dalam informasi berita di media massa, salah

    satunya media massa elektronik, Setiap saat masyarakat bisa melihat dan

    mengetahui secara mudah semua kejadian dan peristiwa yang terjadi tanpa

    melihat secara langsung peristiwa yang sedang terjadi dengan melihat media

    massa seperti televisi. Televisi merupakan alat atau perlengkapan elektronis

    seperti gambar hidup yang terdapat gambar dan suara didalamnya. Televisi

    selalu menyediakan banyak program atau acara untuk disaksikan masyarakat,

    biasanya produser menciptakan jenis program yang berbeda. Baik dari jenis

    program hiburan, pendidikan atau informasi. Banyak berita ataupun informasi

    yang didapatkan masyarakat melalui tayangan yang di suguhkan oleh program-

    program televisi secara cepat terutama pada tayangan film rekonstruksi.

    Sehubungan dengan pendapat tersebut, menurut (R.Yusuf Sidiq Budiawan

    dalam Jurnal Lingua Scientia), berita tidak bisa terlepas dari peran penting

    bahasa. Dengan media bahasa, berita dapat disampaikan untuk memengaruhi

    dan mengarahkan opini publik. ada dua cara untuk melakukan hal tersebut,

    yaitu dengan menghindari kata-kata yang memiliki nilai rasa negatif untuk

    menghormati lawan tuturnya, hal ini dikenal dengan eufemisme, ataupun

    menggunakan cara kedua yaitu berita dapat dengan sengaja menggunakan kata-

    kata yang berkomponen semantis negatif dengan nilai rasa kurang sopan untuk

  • 4

    menyerang orang lain, hal ini dikenal dengan disfemia atau disfemisme. Sesuai

    dengan pembahasan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk memahami

    secara mendalam mengenai penggunaan gaya bahasa disfemia dalam tayangan

    film rekonstruksi di Trans7. Khususnya pada bentuk kebahasaan disfemia.

    Menurut Arsyad (2016:50), film atau gambar hidup merupakan kumpulan

    dari beberapa gambar yang berada di dalam frame, di mana frame demi frame

    diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar

    terlihat gambar itu menjadi hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    edisi kelima, rekonstruksi adalah penyusunan atau penggambaran kembali

    suatu kejadian. Dari penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa film rekonstruksi adalah memberikan penggambaran ulang terhadap

    suatu peristiwa yang telah terjadi secara utuh. Sebagai penerima berita,

    masyarakat berperan penting untuk menerima berita dan informasi serta

    mengetahui dan memahami makna maupun maksud yang terdapat dalam

    bahasa atau kata-kata yang digunakan dalam tayangan tersebut guna

    mempresentasikan informasi tersebut. Itulah sebabnya mengapa bentuk bahasa

    disfemia yang berkembang di media massa sampai saat ini mempunyai kaitan

    erat dengan perilaku ujaran masyarakat. Semakin besar porsi penggunaan

    disfemia yang ditampilkan di media massa maka semakin buruk pula perilaku

    bahasa yang berkembang di kalangan masyarakat. konsekuensi logis yang

    diterima dari kasarnya penggunaan bahasa maka masyarakat juga akan terbiasa

  • 5

    menggunakan kata istilah berdisfemia dalam berkomunikasi. Berdisfemia juga

    merupakan bahasa yang memberi kesan menguatkan, tegas, meremehkan,

    menunjukkan kejengkelan, ungkapan tidak sopan yang bersifat anarkis.

    Dalam tayangan film rekonstruksi di Trans7 banyak ditemukan

    penggunaan disfemia. Hal ini dapat dilihat pada kata becus yang terdapat pada

    kalimat “kamu gak becus ngurus rumah tangga” dalam film rekonstruksi

    episode “Istri yang Teraniaya”. Kata becus merupakan ungkapan disfemia yang

    bernilai rasa kasar bagi masyarakat. Ada pula contoh lain pada kata perkedel

    dalam kalimat “mental perkedel aja kok gabung kita” dalam film rekonstruksi

    episode “Anak Punk Belagu”. Kata Perkedel yang bermakna makanan yang

    biasanya bertekstur lembek itu di sebutkan untuk mental seseorang yang lemah

    dan itu bernilai rasa kasar . Ada hal buruk yang ditimbulkan dari pemakaian

    bentuk bahasa difesmia di tengah masyarakat yaitu menjadikan sesuatu yang

    diinformasikan terdengar lebih buruk. Sependapat dengan hal ini, ada pula

    contoh dari jurnal Lingua Scientia dalam judul “Penggunaan Disfemia pada

    Judul Berita Nasional di TV One dengan Pawartos Ngayogyakarta di Jogja

    TV” terdapat kata seruduk pada kalimat Judul “Bus mahasiswa Undip dan

    Unsoed Seruduk Rumah”. Sejalan dengan hal ini, bahwa pemakaian bentuk

    disfemia mampu merubah cara pola pikir masyarakat, mampu menarik simpati

    bahkan sampai mempengaruhi cara pandang masyarakat, lebih buruknya lagi

    pemakaian disfemia ini dapat membuat pola berbahasa masyarakat menjadi

  • 6

    kasar. Hal ini menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam

    masalah ini lebih lanjut. Penelitian ini akan menganalisis penggunaan bentuk

    kebahasaan disfemia dalam tayangan film rekonstruksi di Trans7 menggunakan

    kajian semantik.

    Charles (2016: 1), menjelaskan bahwa semantik mempelajari makna bahasa

    atau semantik mengkaji makna yang disampaikan melalui bahasa. Menurutnya,

    Pembatasan ini diperlukan karena makna bisa ditemukan di mana-mana. Kata

    Merah dalam KBBI bermakna ‘warna dasar yang serupa dengan warna darah’,

    tetapi dalam situasi lalu lintas bermakna ‘berhenti’, dalam hubungannya

    dengan sang saka bermakna ‘berani’, dalam situasi lainnya mungkin bermakna

    ‘bahaya’, ‘marah’, dan sebagainya. Oleh karena itu , kita harus lebih berhati-

    hati memakai kata bahasa, dalam bahasa Indonesia tampaknya kata bahasa

    menanggung beban makna yang cukup berat.

    Berdasarkan pemaparan di atas, menarik perhatian penulis untuk

    mengetahui penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan disfemia yang digunakan

    dalam film rekonstruksi yang ditayangkan dan penelitian ini juga belum pernah

    dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memilih dan menetapkan judul

    “Bahasa Disfemia dalam Tayangan Film Rekonstruksi di Trans7: Kajian

    Semantik”.

  • 7

    B. Identifikasi Masalah

    Identifikasi masalah sangat diperlukan sebagai pedoman bagi peneliti

    untuk memperoleh kemudahan proses pengujian dan menghindari

    kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pembahasan

    masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

    diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

    1. Adanya penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan disfemia dalam

    tayangan film rekonstruksi di Trans7

    2. Adanya nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan disfemia pada

    tayangan film rekonstruksi di Trans7.

    C. Batasan Masalah

    Untuk menjadikan kajian yang fokus dengan pokok persoalan, maka

    penulis membatasi masalah pada bentuk-bentuk kebahasaan disfemia hanya

    dalam lima tayangan film Rekonstruksi di Trans7 .

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis menbuat rumusan

    masalah ini ialah: Bagaimana bentuk-bentuk kebahasaan disfemia dalam

    tayangan film Rekonstruksi di Trans7 ?

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

    medeskripsikan bentuk-bentuk kebahasaan disfemia yang digunakan dalam

    tayangan film Rekonstruksi di Trans7.

  • 8

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik dan mencapai tujuan

    secara optimal. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini

    adalah :

    1. Manfaat Teoretis

    Manfaat teoretis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

    pengembangan ilmu semantik khususnya di bidang disfemia.

    b. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian

    selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan

    manfaat praktis sebagai berikut :

    a. penelitian ini dapat menentukan kebahasaan yang tepat sehingga dapat

    dipahami kalangan masyarakat dan menafsirkan dengan tepat makna

    yang terkandung dalam pemakaian disfemia.

    b. penelitian ini dapat membantu para pengguna bahasa untuk

    berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORETIS

    A. Kerangka Teoretis

    Kerangka teoretis merupakan hasil berpikir secara rasional yang dipaparkan

    secara teoretis dan terdiri dari berbagai aspek dalam masalah atau pendapat

    yang dikemukakan oleh para ahli. Penelitian ini memfokuskan kajian pada

    kata, frasa, dan klausa yang mengandung disfemia dalam tayangan film

    rekonstruksi di Trans7. Ada beberapa teori untuk mendukung dan membantu

    peneliti dalam mengakaji penelitian ini. Berikut ini adalah penjelasan dan

    penjabaran tentang teori-teori tersebut.

    1. Pengertian Bahasa

    Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh

    para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan

    mengidentifikasikan diri, Kridalaksana (dalam Chaer 2007:32). Bahasa juga

    merupakan sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang

    berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Leonie, 2010:11).

    Adapun yang menjadi ciri-ciri hakikat bahasa yaitu, bahasa merupakan sistem

    lambang berupa bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan

    manusiawi. Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbiter itu mempunyai arti

  • 10

    antara hubungan lambang dengan yang dilambangkannya itu bersifat tidak

    wajib, jadi bisa saja berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang

    tersebut mengonsepi makna tertentu.

    Menurut pandangan linguistik umum yang melihat bahasa sebagai bahasa,

    terdapat beberapa ciri bahasa yang menjadi indikator hakikat bahasa seperti

    berikut. Pertama, bahasa bersifat produktif, yaitu dengan sejumlah unsur yang

    terbatas. Kedua, bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari

    berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Ketiga,

    bahasa itu beragam, meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu

    yang sama namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen

    dengan latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka kebahasaan itu

    menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, maupun

    pada tataran leksikon. Keempat, bahasa itu bersifat manusiawi, yaitu bahasa

    sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia, hewan tidak

    mempunyai bahasa, yang dimiliki hewan sebagai alat untuk berkomunikasi

    yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan tidak

    dinamis. Dari segi pandangan sosiolinguistik, bahasa itu juga mempunyai ciri

    sebagai alat interaksi sosial dan sebagai alat mengidentifikasi diri (Chaer dan

    Leonie, 2010:13-14).

  • 11

    2. Hakikat Semantik

    a. Pengertian Semantik

    Kata ‘semantik’ (dalam bahasa Inggris semantics) berasal dari bahasa

    Yunani ‘semainein’ yang berarti ‘bermakna’. Kata bendanya adalah

    ‘sema’ yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’, sedangkan kata kerjanya

    adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’ atau ‘memaknai’ (Charles,

    2016: 1).

    Menurut leech (dalam Charles 2016: 3), semantik adalah salah satu

    cabang linguistik, yaitu ilmu yang mengkaji bahasa. Bidang linguistik

    menggunakan kata semantik untuk istilah dalam mempelajari hubungan

    antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Lebih

    jelasnya, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti

    dalam bahasa.

    Dalam menganalisis semnatik harus disadari bahwa bahasa itu punya

    hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya dan

    unik. Maka dari itu, analisis semantik suatu bahasa hanya berlaku untuk

    bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain

    (Abdul Chaer, 2016: 4). Umpamanya, kata ikan dalam bahasa indonesia

    merujuk pada jenis binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan

    sebagai lauk; dan dalam bahasa inggris sepadan dengan fish. Tetapi kata

  • 12

    iwak dalam bahasa jawa bukan hanya berarti ‘ikan’ atau ‘fish’, melainkan

    juga berarti daging yang digunakan juga sebagai lauk, teman pemakan

    nasi, malah semua lauk seperti tempe dan tahu sering disebut iwak.

    Adapun Kesulitan lainnya dalam menganalisis makna adalah adanya

    kenyataan bahwa tidak selalu “yang menandai” dan “yang ditandai”

    berhubungan sebagai satu satu lawan satu, artinya, setiap tanda linguistik

    hanya memiliki satu makna. Umpamanya kata butuh dalam masyarakat

    Indonesia di Pulau Jawa berarti ‘perlu’, tetapi dalam masyarakat Indonesia

    di Sumatera Timur berarti ‘kemaluan laki-laki’. Kata babi dalam

    masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam memiliki makna yang

    berkonotasi negatif tetapi dalam masyarakat Indonesia yang nonIslam

    memiliki konotasi makna yang netral; atau juga berkonotasi positif, seperti

    dalam masyarakat suku-suku Irian (Abdul Chaer, 2016:6).

    Dari pemaparan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang arti atau

    makna suatu bahasa.

  • 13

    b. Jenis Semantik

    Abdul Chaer(2016: 7), semantik dibagi menjadi empat, yaitu sebagai

    berikut :

    1. Semantik Leksikal

    Pengertian Semantik leksikal yaitu mempelajari makna yang ada

    pada leksem atau kata dari sebuah bahasa. Istilah Leksem adalah yang

    sering digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan bahasa

    bermakna. Berbagai makna yang terdapat pada leksem-leksem itu

    yang disebut makna leksikal. Contohnya, sebagai satuan semantik,

    leksem dapat berupa sebuah kata seperti meja, makan dan lainnya,

    dapat juga berupa gabungan kata seperti meja hijau, dalam arti

    ‘pengadilan’, bertekuk lutut dalam arti ‘menyerah’.

    2. Semantik Gramatikal

    Makna-makna gramatikal dari tataran morfem, fonem, kata, farasa,

    klausa dan kalimat merupakan sesuatu yang dipelajari dari semantik

    gramatikal. Adapun tataran bahasanya yaitu, morfologi dan sintaksis.

    Morfologi adalah cabang dari linguistik yang mempelajari struktur

    intern kata,serta proses-proses pembentukannya; sedangkan sintaksis

    adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk

    satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Baik itu

  • 14

    proses morfologi dan proses sintaksis masing-masing memiliki

    makna. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah

    semantik yaitu yang disebut semantik gramatikal karena objek

    studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran tersebut.

    3. Semantik Sintaktikal

    Semantik sintaktikal merupakan segala sesuatu yang dipelajari

    dan berhubungan dengan sintaksis.

    4. Semantik Maksud

    Segala hal yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya

    bahasa seperti metafora, ironi, litotes, dan yang lainnya merupakan hal

    yang dipelajri dalam semantik maksud ini.

    Dalam penelitian disfemia ini termasuk dalam kategori semantik

    gramatikal karena mempelajari dan mencari makna yang muncul sebagai

    akibat berfungsinya sebuah kata, frase di dalam sebuah kalimat. Objek

    dalam kajian semantik adalah makna.

    c. Manfaat Semantik

    Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari mempelajari studi

    semantik tergantung padabidang yang kita hadapi dalam tugas kita

    sehari-hari. Bagi seorang wartawan atau reporter, studisemantik

    memudahkan pekerjaannya untuk memilih dan menggunakan kata

  • 15

    dengan makna yang tepat dalam menyampaikan sebuah informasi

    kepada masyarakat. Bagi yang aktif dan terbiasa dalam penelitian

    bahasa, seperti yang belajar di fakultas bahasa dan sastra, pengetahuan

    semantik akan banyak memberi bekal teoretis untuk dapat

    menganalisis bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan bagi

    seorang guru atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik, akan

    memberi manfaat teoretis , teorisemantik ini akan menolong untuk

    memahami dengan lebih baik “rimba belantara rahasia” bahasa yang

    akan diajarkannya itu. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya

    berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada

    murid-muridnya.

    3. Hakikat Gaya Bahasa

    a. Pengertian Gaya Bahasa

    Gaya bahasa merupakan suatu keunikan tersendiri dalam

    berbahasa. Semua pembicaraan manapun mempunyai ciri khas dalam

    menyampaikan suatu kabar atau bahan yang dibicarakan bersama orang

    lain. bhal itu bisa menimbulkan orang yang mendengarnya senang, seih,

    marah, galau, tertawa, dan menyesal. Ini merupakan kehebatan sebuah

    gaya bahasa.

    Menurut Tarigan (2009:4), gaya bahasa merupakan bentuk

    retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk

  • 16

    menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca. Sementara

    itu, (leech&short dalam Tarigan 2009:66), mengemukakan bahwa gaya

    bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh

    orang tertentu, untuk tujuan tertentu. Jika dilihat pada fungsi bahasa,

    penggunaan bahasa termasuk dalam fungsi puitik, maksudnya

    menjadikan pesan lebih tepat. Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai

    dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik

    perhatian penerima. Sebaliknya, jika penggunaannya tidak tepat, maka

    penggunaan gaya bahasa akan terlihat biasa saja dan sia-sia saja.

    Gaya bahasa atau style adalah cara mengungkapkan pikiran

    melalui bahasa yang khas memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.

    Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu

    kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Gorys Keraf, 2008:93).

    Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah diuraikan di atas,

    dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan penyimpangan makna

    dari kata yang sengaja ditulis dan dilakukan sehingga menimbulkan efek

    dan konotasi tertentu.

  • 17

    b. Jenis Gaya Bahasa

    Banyak pengggolongan gaya bahasa menurut para ahli dan

    sampai saat ini belum memiliki kesamaan persis, namun dalam

    penelitian ini, peneliti menggunakan jenis gaya bahasa yang

    dikemukakan oleh Gorys Keraf(2008:120) karena lebih luas dan jelas

    sebagai berikut :

    a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

    Dalam bahasa baku dapatlah dibedakan menjadi tiga, yaitu (1)

    gaya bahasa resmi, yaitu gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya

    bahasa yang dipergunakan dalamkesempatan-kesempatan resmi. (2)

    gaya bahasa tak resmi, yaitu gaya bahasa yang diprgunakan dalam

    bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang

    tidak formal atau kurang formal. (3) gaya bahasa percakapan, adalah

    yang pilihan katanya adalah kata-kata popular dan kata-kata

    percakapan.

    b. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

    Gaya bahasa berdasarkan nada dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1)

    gaya bahasa yang sederhana, yaitu gaya yang biasanya cocok untuk

    member intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. (2)

    gaya bahasa mulia dan bertenaga, yaitu gaya diarahkan kepada usaha

    untuk menimbulkan suasana senang dan damai, karena tujuannya

  • 18

    adalah menciptakan suasana yang damai, maka nadamya juga

    bersifat lemah-lembut, penuh kasih sayang dan mengandung humor

    yang sehat.

    c. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

    Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari gaya bahasa

    sebagai berikut :

    1. Gaya bahasa klimaks

    Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung

    urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat

    kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.

    2. Gaya bahasa anti klimaks

    Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur

    mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu

    acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting

    berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.

    3. Gaya bahasa paralelisme

    Gaya bahasa paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha

    mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang

    menduduki fungsi pragmatikal yang sama dalamsebuah kalimat

    atau klausa.

  • 19

    3. Gaya Bahasa Anitthesis

    Anitthesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung

    gagasan-gagasan yang bertentangan dengan memergunakan kata-

    kata atau kelompok kata yang berlawanan .

    4. Gaya bahasa Repetisi

    Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian

    kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam

    sebuah konteks yang sesuai.

    d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna yang

    Terkandung di dalamnya

    Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam

    kata atau kelompok kata, maka gaya bahasa dapat dibedakan atas

    dua bagian, yaitu:

    1. Gaya Bahasa Retoris

    Gaya bahasa retoris terdiri dari aliterasi, asonasi, anastrof,

    apofasis atau preterisio, apostrof, asidenton, poliosodenton,

    kiasmus, elipsis, eufemisme, disfemisme, litotes, histeron,

    proteron, pleonasme, perifrasis, prolepsis, erotesis, silepsis,

    zeugma, paradoks, oksimoron dan hiperbola.

  • 20

    2. Gaya Bahasa Kiasan

    Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang dilihat dari

    segi makna tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan kata-kata yang

    membentuknya. Jenis gaya bahasa ini terdiri dari persamaan atau

    simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi, sinekdoke,

    satire, ironi, sinisme, inuendo dan sarkasme.

    Dalam beberapa jenis gaya bahasa tersebut, peneliti lebih

    memfokuskan ke gaya bahasa retoris, khususnya Disfemia atau

    disfemisme. Hal tersebut karena disfemismemerupakan salah satu jenis

    gaya bahasa yang paling banyak digunakan dalam penyampaian berita atau

    informasi dan sangat berkaitan sehingga fokus dengan judul penelitian ini.

    4. Pengertian Film Rekonstruksi

    Rekonstruksi masuk ke dalam film dokumenter. Menurut Himawan

    Pratista(2008: 4), kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta.

    Film dokumenter berhubungan dengan tokoh, peristiwa, dan lokasi yang

    nyata. Film rekonstruksi mencoba memberi gambaran ulang terhadap

    peristiwa yang terjadi secara utuh. Ada kesulitan sendiri dalam

    mempersentasikan kepada penonton sehingga harus dibantu dalam proses

    rekonstruksinya. Peristiwa yang dibuat rekonstruksinya adalah peristiwa

    kriminal, bencana dan lainnya.

  • 21

    5. Hakikat Disfemia

    a. Pengertian Disfemia

    Disfemia adalah ungkapan atau nilai rasa yang sifatnya

    memperkasar perasaan. Ungkapan ini dilakukan untuk mengganti kata

    yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang bermakna

    kasar. Dapat diartikan bahwa disfemia merupakan antonim dari

    eufemisme, yaitu mengubah ungkapan halus menjadi ungkapan kasar dan

    digunakan untuk mengungkapkan rasa tidak senang. Sebagai gaya bahasa,

    eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak

    menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk

    menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,

    menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak

    menyenangkan.

    Abdul Chaer (2016:144), menyatakan penggunaan disfemia

    sengaja dilakukan untuk mencapai efek pembicaraan menjadi lebih tegas.

    disfemia dipakai karena berbagai alasan, biasanya digunakan untuk

    menunjukkan kejangkelan atau dilakukan orang dalam situasi yang tidak

    ramah.

    Namun, banyak juga kata yang sebenarnya bernilai kasar tetapi

    sengaa digunakan untuk lebih memberi tekanan tetapi tanpa terasa

    kekasarannya. Misalnya kata menggondol yang biasa dipakai untuk

    binatang seperti anjing menggondol tulang; tetapi digunakan seperti dalam

  • 22

    kalimat Akhirnya regu bulu tangkis kita berhasil menggondol pulang piala

    Thomas Cup itu. Atau juga kata mencuri yang dipakai dalam kalimat

    Kontingen Suri name berhasil mencuri satu medali emas dari kolam

    renang; padahal sebenarnya perbuatan mencuri adalah suatu tindakan

    kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman penjara (Abdul Chaer,

    2016:144).

    Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    disfemia merupakan penggunaan kata-kata kasar dan bernilai rasa kurang

    sopan, menyakitkan dan tabu. Penggunaan kata-kata tersebut untuk

    mengganti ungkapan-ungkapan yang bernilai rasa lebih halus.

    b. Bentuk Kebahasaan Disfemia

    Menurut Kania Putri,dkk pada penelitiannya dalam jurnal Arkhais,

    Bentuk kebahasaan disfemia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kata, frase

    dan Klausa . Berikut penjelasannya:

    a. Kata

    Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Batasan kata

    ada dua hal, yakni setiap kata mempunyai susunan fonem yang

    urutannya tetap dan tidak berubah, serta tidak dapat diselipi fonem

    lain.

  • 23

    Jadi, kata merupakan satuan bahasa yang paling kecil dan memiliki

    satu pengertian,. Semua morfem yang menyatu jadi satu dengan kata

    lain maka bentuk jadiannya bisa disebut dengan kata.

    Charles (2016:198) mencontohkan bentuk pemakaian disfemia yang

    berupa kata sebagai berikut .

    - Pemuda UMNO mencaplok Kepulauan Riau dengan seenaknya

    Kata mencaplok merupakan disfemia untuk mengggantikan frasa

    mengambil dengan begitu saja

    - Setelah menduduki jabatan penting, dia dengan segera mendepak

    orang-orang yang tidak disukai

    Kata mendepak dipakai untuk mengganti kata mengeluarkan.

    b. Frase

    Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa

    gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut

    gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat

    (Abdul Chaer 2007:222).

    Menurut Ali Masri, dkk. (2001:73-77) dalam jurnal mahasiswa

    unesa. Ruri Aprilia Endarwati, Frasa terbagi menjadi tiga, yakni (1) frasa

    benda(nomina), (2) frasa kerja(verba), dan (3) frasa sifat (adjektival)

  • 24

    Contoh bentuk pemakai disfemia yang berupa frasa nomina

    sebagai berikut :

    Khasmir banjir darah 14 tewas. Frasa banjir darah dipilih sebagai kata

    disfemia dari kata kisruh.

    Contoh bentuk pemakai disfemia yang berupa frasa verbal sebagai

    berikut :

    Kedatangannya akan memperkeruh situasi pertandingan. Kata akan

    memperkeruh merupakan frasa verbal yang akan menggantikan kata

    mempersulit

    Contoh bentuk pemakai disfemia yang berupa frasa adjektival

    sebagai berikut :

    Dia sangat sembrono dalam mengerjakan sesuatu. Kata sangat sembrono

    merupakan frasa adjektival yang mengganti kata gegabah.

    c. Klausa

    Kosasih, E (2017:50), klausa merupakan kelompok kata yang

    terdiri atas subjek dan predikat. Klausa kedudukannya merupakan bagian

    dari suatu kalimat.

    Contoh pemakaian bentuk disfemia dalam klausa adalah sebagai berikut :

  • 25

    Dasar ya, urat malumu sudah putus. Klausa urat malu sudah putus

    merupakan bentuk disfemia . frasa urat malu berfungsi sebagai subjek dan

    frasa sudah putus berfungsi sebagai predikat. Klausa urat malu sudah

    putus merupakan bentuk disfemia dari klausa tidak punya malu.

    Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

    bentuk pemakaian disfemia dapat berupa kata, frasa dan Klausa.

    B. Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual adalah kerangka yang memuat generalisasi yang

    dapat dipakai untuk menentukan beberapa perencanaan yang saling

    berhubungan. Kerangka konseptual merupakan alat untuk menggambarkan

    fenomena tentang masalah penelitian dan kerangka teori yang digunakan.

    Kerangka konseptual ini bertujuan memberikan konsep dasar untuk penelitian

    mengenai permasalahan dalam analisis bahasa disfemia dalam tayangan

    rekonstruksi menggunakan kajian semantik.

    Disfemia merupakan suatu ungkapan dengan konotasi kasar atau

    menyakitkan hati mengenai sesuatu hal. Bentuk penggunaan disfemia banyak

    ditemukan di media massa khusunya media massa elektronik. Dengan

    demikian, bentuk pemakaian disfemia dapat di temukan dalam tayangan film

    Rekonstruksi di Trans7. Film Rekonstruksi ialah penggambaran ulang

  • 26

    terhadap peristiwa yang pernah terjadi secara utuh.Semantik dapat diartikan

    sebagai ilmu tentang arti atau makna.

    Berdasarkan penjelasan dalam kerangka teoretis yang telah

    menguraikan permasalahan dalam penelitian ini, kerangka konseptual

    bertujuan memberikan konsep dasar penelitian mengenal permasalahan dan

    menganalisis bahasa disfemia dalam tayangan film Rekonstruksi di Trans7:

    Kajian Semantik.

    C. Pernyataan Penelitian

    Pernyataan penelitian dibuat sebagai pengganti hipotesis penelitian.

    Penelitian ini membahas tentang Bahasa disfemia dalam tayangan film

    Rekonstruksi di Trans7: kajian semantik. Adapun pernyataan penelitian ini

    adalah adanya bentuk kebahasaan disfemia yang digunakan dalam tayangan

    film rekonstruksi di Trans7.

  • 27

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini merupakan studi kepustakaan sehingga tidak

    membutuhkan lokasi khusus tempat penelitian. Waktu penelitian ini

    direncanakan pada bulan Maret 2019 sampai dengan Agustus 2019.

    Tabel 3.1

    Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian

    No

    Kegiatan

    Bulan/Minggu

    Maret April Mei Juni Juli Agustus

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Penulisan

    Proposal

    2 Bimbingan

    Proposal

    3 Seminar

    Proposal

    4 Perbaikan

    Proposal

    5 Pengumpulan

    data

    6 Pengolahan

    data

    7 Penulisan

    Skripsi

    8 Bimbingan

    Skripsi

    9 Persetujuan

    Skripsi

    10 Sidang Meja

    Hijau

  • 28

    B. Sumber Data dan Data Penelitian

    1. Sumber Data

    Data merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian karena data

    inilah yang akan diolah serta dianalisis untuk mendapatkan hasil

    penelitian. Sumber data dari penelitian ini adalah sebuah tayangan film

    Rekonstruksi di Trans7.

    2. Data Penelitian

    Data penelitian ini adalah seluruh penggunaan bahasa disfemia

    dalam tayangan film Rekonstruksi di Trans7. Sementara itu data sekunder

    pada penelitian berupa data dari buku atau media cetak yang berhubungan

    dengan bahasa disfemia.

    C. Metode Penelitian

    Metode merupakan cara kerja yang diguanakan untuk mencapai sasaran

    dan tujuan yang dirumuskan. Upaya untuk membuktikan dan menentukan

    sesuatu dalam penelitian sepenuhnya tergantung pada metode yang digunakan.

    Untuk mencapai tujuan ini, peneliti menggunakan jenis metode deskriptif

    kualitatif.

  • 29

    D. Variabel Penelitian

    Sugiyono (2016:38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya

    adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi hal tersebut, kemudian ditarik

    kesimpulannya. Pada penelitian ini ada variabel yang harus dijelaskan agar

    pembahasan lebih teratur dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.

    Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa disfemia dalam

    tayangan film Rekonstruksi di Trans7: Kajian Semantik.

    E. Definisi Operasional Variabel

    1. Disfemia merupakan suatu ungkapan kasar. Ungkapan ini dilakukan untuk

    mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata

    yang bermakna kasar. Dapat diartikan bahwa disfemia merupakan antonim

    dari eufemisme, yaitu mengubah ungkapan halus menjadi ungkapan kasar

    dan digunkan untuk mengungkapkan rasa tidak senang.

    2. Tayangan Rekonstruksi termasuk ke dalam film dokumenter, yang

    biasanya film rekonstruksi ini adalah penggambaran ulang terhadap

    sesuatu secara utuh .

    3. Menurut leech (dalam Charles 2016: 3), semantik adalah salah satu cabang

    linguistik, yaitu ilmu yang mengkaji bahasa. Kata semantik ini kemudian

    disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang

    mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

  • 30

    di tandainya. Dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang

    mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

    F. Instrumen Penelitian

    Menurut Arikunto (2014:203), pemilihan instrumen penelitian sangat

    ditentukan oleh beberapa hal, yaitu objek penelitian, sumber data, waktu dan

    dana yang tersedia, jumlah peneliti dan teknik yang digunakan untuk

    mengolah data apabila sudah terkumpul. Instrumen yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah media elektronik berupa telepon genggam dan televisi

    untuk mempermudah proses pengambilan data dalam Tayangan Rekonstruksi

    di Trans7. Selanjutnya, alat tulis berupa pulpen dan kertas yang berfungsi

    untuk mencatat data yang diperoleh.

    Tabel 3.2

    Instrumen Penelitian

    No

    urut

    Data

    Bentuk

    Disfemia

    Data Sumber Data

  • 31

    G. Teknik Analisis Data

    Sugiyono (2016:244) mengatakan analisis data adalah proses mencari dan

    menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

    lapangan, dan dokumentasi. Teknilk analisis data dalam penelitian ini

    dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut.

    a. Peneliti menyaksikan atau menonton tayangan film Rekonstruksi , sambil

    merekam film yang sedang berlangsung .

    b. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh melalui pencatatan dan

    rekaman.

    c. Data tersebut kemudian di transkipkan ke bentuk tulisan, lalu

    dikelompokkan atau diklasifikasikan

    d. Data tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa disfemia yang

    terkandung dalam tayangan film Rekonstruksi di Trans7.

    e. Dari semua data yang dikelompokkan sebelumnya diidentifikai, dianalisis

    satu persatu.

    f. Menarik kesimpulan.

  • 32

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Data Penelitian

    Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu

    menonton sebuah tayangan rekonstruksi dan mencatat setiap bahasa disfemia

    yang terdapat dalam tayangan tersebut. Kemudian, peneliti melakukan

    pengumpulan data dari tayangan film rekonstruksi tersebut menggunakan

    tabel data penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti mudah untuk

    menganalisis bahasa disfemia dalam tayangan film rekonstruksi di Trans 7:

    kajian Semantik serta peneliti mudan untuk mengklasifikasikannya ke dalam

    bentuk-bentuk disfemia yang terdiri dari kata, frasa dan klausa. Deskripsi data

    penelitian yang di peroleh adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1

    Data Penelitian

    No Urut

    Data

    Bentuk

    Disfemia

    Bahasa Disfemia

    Sumber Data

  • 33

    Data 1 Kata Heh kamu, jangan kurang ajar

    sama perempuan ya

    Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” Pada

    durasi 10:08

    Data 2 Kata dan

    Frasa

    Dah sikat, banyak bacot Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 10:08

    Data 3 Frasa Dasar wanita mudah dikibulin Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang “ pada

    durasi 13:47

    Data 4 Kata Aahh (sambil menampar) Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 22:41

    Data 5 Klausa Oh, rupanya ini biang keladinya Film rekonstruksi

  • 34

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 25:57

    Data 6 Frasa Dasar laki-laki mesum, gak malu

    cium perempuan lain di depan

    umum

    Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 2:04

    Data 7 Frasa Kamu wanita jalang, sini Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 29:16

    Data 8 Kata Kamu pelakor ya Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 29:17

    Data 9 Klausa Kamu perempuan jalang, jangan

    dekati suamiku lagi.

    Film rekonstruksi

    “Akibat

  • 35

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 30:21

    Data 10 Kata Laki-laki gatal. Ayo kita pulang Film rekonstruksi

    “Akibat

    Hubungan

    Terlarang” pada

    durasi 30:32

    Data 11 Kata Kau jangan macam-macam

    samaku ya

    Film rekonstruksi

    “Gadis dalam

    Kardus” pada

    durasi 49:18

    Data 12 Kata Ah, gak usah nipu kau ah Film rekonstruksi

    “Gadis

    dalamKardus”

    pada durasi 49:24

    Data 13 Klausa Kau udah salah, nyolot pulak kau Film rekonstruksi

    “Gadis dalam

    Kardus” pada

    durasi 53:39

    Data 14 Kata Di sini tu, kamu gak becus ngurus Film rekonstruksi

  • 36

    rumah tangga “ Kemarahan Istri

    yang Teraniaya”

    pada durasi 28:00

    Data 15 Klausa Mau aku bunuh kau ha Film rekonstruksi

    “Kemarahan Istri

    yang Teraniaya”

    pada durasi 28:37

    Data 16 Kata Berani juga anak ini ya, kurang

    ajar

    Film rekonstruksi

    “Anak Punk

    Belagu” pada

    durasi 27:07

    Data 17 Frasa Biar kamu jadi gelandangan Film rekonstruksi

    “Anak Punk

    Belagu” pada

    durasi 28:03

    Data 18 Kata Alah, sama anak kucing aja kalah,

    jangan hidup di jalan mending

    pulang

    Film rekonstruksi

    “Anak Punk

    Belagu” pada

    durasi 35:51

    Data 19 Frasa Mental perkedel aja kok gabung

    kita

    Film rekonstruksi

    “Anak Punk

  • 37

    Belagu” pada

    durasi 35:58

    Data 20 Kata Aaahh, jadian kok sama anak

    tikus

    Film rekonstruksi

    “Anak Punk

    Belagu” pada

    durasi 37:58

    Data 21 Klausa Dikasih hati malah minta jantung,

    kurang ajar

    Film rekonstruksi

    “Anak Punk

    Belagu” pada

    durasi 43:41

    Data 22 Kata Polisi pun berhasil meringkus

    tersangka pertama.

    Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 11:35

    Data 23 Kata Lantas bagaimana seorang

    narapidana yang mendekam di

    lapas menjadi otak pembakaran

    rumah korban.

    Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 14:31

    Data24 Kata Eh, apa-apaan ini Film rekonstruksi

  • 38

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 16:43

    Data 25 Kata Jangan pura-pura bodoh kau Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 17:07

    Data 26 Frasa Kau minta waktu apa minta ku

    hajar?

    Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 20:43

    Data 27 Klausa Kalau kau sampai gak balik, ku

    habisin kau

    Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 34:09

    Data 28 Klausa Apa? Gila kau, bisa-bisa aku mati Film rekonstruksi

  • 39

    sama mereka “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 37:48

    Data 29 Kata Kau sudah dapat si anak ingusan

    itu?

    Film

    rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku “pada

    durasi 41:27

    Data 30 Frasa Dengar, kau mau bayar pakai

    uang atau pakai nyawa

    Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 44:16

    Data 31 Klausa Mati kau ! Film rekonstruksi

    “Bisnis Gelap

    Membakarku dan

    Keluargaku” pada

    durasi 52:40

  • 40

    B. Analisis Data

    Analisis data dalam tayangan film rekonstruksi ini merupakan

    kegiatan menganalisis data-data yang telah terkumpul dengan

    menggunakan kajian semantik dalam bentuk kata, frase dan klausa. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat dari analisis data berikut ini :

    1. Disfemia Bentuk Kata

    Data 1

    “1.Heh kamu, jangan

    2.kurang ajar sama perempuan ya”

    Kata 1.Heh merupakan kata spontan yang keluar untuk menegaskan

    sesuatu kepada seseorang saat mengalami keadaan terancam. Kata

    2.Kurang ajar yang digunakan pada kalimat ini untuk memberi kesan

    kasar dan mempertegas bahwa seseorang untuk tidak melakukan

    kejahatan pada perempuan.

    Data 2

    “Dah sikat, banyak bacot”

    kata sikat merupakan kata yang menyatakan sebuah perbuatan. Sikat

    yang merupakan verba aktif yang maknanya untuk melukai seseorang.

    Hal ini bernilai rasa kasar untuk seseorang.

    Data 3

    “Aahh”(sambil menampar)

  • 41

    Kata “aahh” memiliki makna yang keluar secara spontan saat

    seseorang merasa marah dan kesal dalam konteks keadaan yang

    bernilai rasa kasar.

    Data 4

    “Kamu pelakor ya“

    Bahasa disfemia pada kata “pelakor” merupakan ungkapan emosi

    negatif yang berbentuk singkatan dari “perebut laki orang” alias

    mengambil suami orang lain.

    Data 5

    “laki-laki gatal, ayo kita pulang”

    Kata “gatal” adalah kata adjektiva yang mencerminkan sebuah sifat

    dari subyek. Pada konteks maknanya Laki-laki yang sudah mempunyai

    istri tetapi masih selingkuh dengan perempuan lain.

    Data 6

    “kau jangan macam-macam samaku ya”

    Kata “macam-macam” adalah adjektivqa yang merupakan bentuk kata

    ulang dari “macam” bentuk perulangan itu menunjukkan sebuah

    ancaman untuk seseorang. Sehingga bermakna negatif dalam konteks

    kalimatnya.

  • 42

    Data 7

    “1.Ah, gak usah

    2.nipu kau

    3.ah”

    Pada kata “ah” yang ditunjukkan oleh kata 1dan 3 memiliki makna

    kata spontan untuk menunjukkan kekesalan. Jadi, pada konteks kata

    “nipu” yang ditunjukkan pada nomor 3 bermakna kata gak usah

    “bohong” dan bernilai rasa kasar.

    Data 8

    “Di sini tu, kamu gak becus ngurus rumah tangga”

    kata “becus” pada kalimat “kamu gak becusngurus rumah tangga”.

    Pada konteks yang terjadi dalam tayangan tersebut menjelaskan

    seorang suami yang meremehkan pekerjaan seorang istri. Jadi, kata

    “becus” merupakan ungkapan disfemia yang bernilai rasa kasar.

    Data 9

    “Berani juga anak ini ya, kurang ajar”

    Pada data ini, bahasa disfemia “kurang ajar” merupakan proses

    pemaemukan yaitu dua kata yang memiliki makna dari unsur

    pembentuknya. Pada konteksnya disfemia “kurang ajar” merupakan

    ucapan dari kekesalan yang digunakan untuk mengumpat seseorang

    dan bernilai rasa kasar.

    Data 10

    “Alah, sama anak kucing aja kalah, jangan hidup di alan mending

    pulang”

  • 43

    Kata “Anak kucing” bukanlah konteks yang sebenarnya yang

    menjelaskan bahwa itu adalah binatang. Tetapi “anak kucing” pada

    kata tersebut berupa hinaan untuk seorang manusia.

    Data 11

    “Aaahh, jadian kok sama anak tikus”

    Disfemia pada kata “anak tikus” dipergunakan untuk menghina anak

    manusia dan memberikan nilai rasa yang sangat kasar.

    Data 12

    “Polisi pun berhasil meringkus tersangka pertama”

    Kata “meringkus” pada data ini masih bernilai rasa kasar. Adapun

    makna dari kata tersebut merupakan “menangkap”.

    Data 13

    “Lantas bagaimana seorang narapidana yang mendekam di lapas

    menjadi otak pembakaran rumah korban”

    Kata disfemia “otak” pada kalimat digunakan untuk menggantikan

    kata “pikiran”. Berdasarkan konteks kalimatnya, kata “otak” dan

    “pikiran” keduanya merupakan kata benda yang maknanya ditujukan

    kepada ide pikiran tersangka pembakaran.

    Data 14

    “Eh, apa-apaan ini”

    Data “apa-apaan” merupakan disfemia berupa kata ulang yang kasar

    karena pada konteksnya seseorang melawan pada perlakuan yang

  • 44

    dilakukan kepadanya. Kata tersebut bermakna seseorang pura-pura

    tidak mengetahui kesalahannya dan membentak kepada orang lain dan

    itu bernilai rasa kasar bagi masyarakat.

    Data 15

    “Jangan pura-pura bodoh kau”

    Disfemia pada data ini merupakan kata ulang yang bermakna kasar.

    Karena seseorang memberi penegasan pada orang lain atas tindakan

    kejahatan yang dilakukannya.

    Data 16

    “kau sudah dapat sama si anak ingusan itu?”

    Kata “anak ingusan” pada data ini bermakna “anak yang masih kecil”

    tetapi pada konteks dalam tayangan tersebut memiliki makna yang

    berbeda,yaitu sebutan untuk mencela seseorang.

    2. Disfemia Bentuk Frasa

    Data 1

    “Dah Sikat, Banyak bacot”

    Pada data ini, Banyak bacot menyatakan suatu tindakan yang

    bermakna “Banyak bicara”. Jadi, kalimat ini bernilai rasa kasar

    (disfemia) untuk seseorang.

    Data 2

    “Dasar wanita mudah dikibulin”

  • 45

    Pada data ini, bahasa disfemia berkategori nomina dan adjektiva.

    Disfemia berbentuk frasa yang dibangun oleh kata “Dasar” ditambah

    disfemia “Dikibulin” yang bermakna bahwa seorang wanita mudah

    untuk dibohongi.

    Data 3

    “Dasar laki-laki mesum, gak malu cium perempuan lain di depan

    umum”

    Bahasa disfemia yang juga berkategori nomina dan adjektiva. Frasa

    yang dibantu kata “Dasar” dan kata “mesum” bermakna kotor dan

    tidak senonoh, dijelaskan pada kalimat setelahnya bahwa mencium

    perempuan lain di depan umum.

    Data 4

    “Kamu wanita jalang, sini”

    Pada data ini, frasa dengan atributif makian berkategori adjektiva .

    pada kata “wanita” sebagai unsur pusat sedangkan kata “jalang”

    sebagai atribut frasa berkategori nomina. Wanita jalang bermakna

    wanita yang nakal.

    Data 5.

    “Biar kamu jadi gelandangan”

    Disfemia berbentuk frasa ini memberikan kiasan atau perumpamaan

    yang maknanya kasar dari kata “gelandangan” yang pada konteksnya

    membiarkan seseorang hidup di jalan dan tidak berdaya.

  • 46

    Data 6

    “Mental perkedel aja kok gabung kita”

    Frase “mental perkedel” merupakan bentuk disfemia dari frase mental

    payah. Makna dari perkedel sendiri merupakan sebuah makanan yang

    bertekstur lembek. Jadi, frase “mental perkedel” memiliki nilai rasa

    kasar yang maknanya merendahkan mental seseorang.

    Data 7

    “Kau minta waktu apa minta ku hajar?”

    Pada data ini merupakan disfemia bentuk frasa yang mengandung

    kiasan dan bermakna untuk mengancam dan manyakiti seseorang.

    Data 8

    “Dengar, kau mau bayar pakai uang atau pakai nyawa”

    Kalimat pada data ini berupa frasa yang mengandung sebuah kiasan.

    Kalimat ini bermakna untuk mengancam seseorang dengan

    memberikan pilihan antara uang atau nyawa.

    3. Bentuk Disfemia berupa Klausa

    Data 1

    “Oh, rupanya ini biang keladinya “

    Bahasa disfemia berbentuk klausa “biang keladinya” pada kalimat oh,

    ini rupanya biang keladinya memiliki makna bahwa “pelaku

    kejahatan”. Jadi, makna yang terkandung oleh klausa “biang

  • 47

    keladinya” sebenarnya menyebutkan “oh, ini rupanya pelaku

    kejahatannya” dan bernilai rasa halus dibandingkan kalusa “biang

    keladinya” yang bernilai rasa kasar.

    Data 2.

    “kamu perempuan jalang, jangan dekati suamiku lagi”

    Pada data ini, kamu sebagai subjek yang menekankan sosok

    “perempuan jalang” yang bermakna “perempuan yang nakal” dan

    memberikan sebuah penegasan “jangan dekati suamiku lagi” kalimat

    itu yang lebih menjelaskan makna tersebut.

    Data 3

    “Kau udah salah, nyolot pulak kau”

    Pronomina dibelakang bahasa disfemia dimaksudkan untuk

    memberikan penekanan kepada bentuk bahasa disfemia pada data ini

    yaitu kalimat “nyolot pulak kau” pada kata “nyolot” bermakna

    menantang seseorang yang ditegaskan “kau udah salah, nyolot pulak

    kau” berarti seseorang sudah melakukan kesalahan tapi masih berani

    menantang.

    Data 4

    “Mau aku bunuh kau ha”

    Bahasa disfemia dalam bentuk klausa ini memberikan nilai rasa kasar

    yang mengancam untuk menyakiti seseorang.

  • 48

    Data 5

    “Dikasih hati malah minta jantung, kurang ajar”

    Bahasa disfemia berbentuk klausa pada data ini memberikan

    penekanan pada kalimat “Dikasih hati malah minta jantung” yang

    bermakna “seseorang yang sudah diberi sesuatu tetapi meminta lebih

    dan tidak tau diri” ditutup dengan kata “kurang ajar” yang menegaskan

    kepada seseorang dan menunjukkan suatu kejengkelan.

    Data 6

    “kalau kau sampai gak balik, ku habisi kau”

    Dalam data klausa banyak data yang diakhiri dengan bentuk

    pronomina. Pada kata “ku habisin kau” bermakna untuk menyakiti dan

    mengancam seseorang.

    Data 7

    “Apa? Gila kau, bisa-bisa aku mati sama mereka”

    Pada data “gila kau” dapat diketahui bahwa bahasa disfemia berbentuk

    klausa yaitu berbentuk frasa dan kata yang diikutioleh pronomina di

    belakang kata disfemia yang bermakna nilai rasa kasar untuk

    seseorang.

    Data 8

    “Mati kau!”

  • 49

    Disfemia kalusa pada data ini memberikan pronomina dibelakangnya.

    “mati kau” pada konteksnya memberikan makna yang kasar karena

    mencela dan memberikan penekanan ingin membunuh orang lain.

    C. Jawaban Pernyataan Penelitian

    Sesuai dengan pernyataan penelitian, maka peneliti memberikan

    jawaban atau pernyataan sebagai berikut :

    Dalam Tayangan Film Rekonstruksi di Trans7, banyak terdapat

    bahasa disfemia dalam bentuk Kata, Frasa dan Klausa.

    D. Diskusi Hasil Penelitian

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Tayangan Film

    Rekonstruksi di Trans7 terdapat tiga bentuk disfemia yaitu disefmia

    bentuk Kata, Frasa dan Klausa. Bahasa disfemia dalam bentuk kata

    terdapat dalam penulisan kata “Kurang Ajar”. Bahasa disfemia dalam

    bentuk frasa terdapat dalam penulisan frasa “Wanita Jalang” dan Bahasa

    Disfemia dalam bentuk Klausa terdapat dalam penulisan Klausa “Mati

    kau”.

    E. Keterbatasan Penelitian

    Saat melaksanakan penelitian ini tentunya penulis masih

    mengalami keterbatasan dalam berbagai hal. keterbatasan dari penulis

    sendiri yaitu keterbatasan dalam bidang ilmu pengetahuan, kemampuan

    moril maupun material yang penulis hadapi saat memulai menggarap

  • 50

    proposal sehingga menjadi skripsi, saat mencari buku yang relevan sebagai

    penunjang terlaksananya penelitian, merangkai kata demi kata sehingga

    menjadi kalimat yang sesuai dan mencari literatur atau daftar pustaka yang

    berhubungan dengan skripsi. Walaupun keterbatasan terus timbul tetapi

    berkat usaha dan kemauan yang tinggi akhirnya keterbatasan tersebut

    dapat penulis hadapi hingga akhir penyelesaian sebuah karya ilmiah.

  • 51

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Setelah penulis melakukan hasil penelitian dan menganalisis

    temuan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa dalam tayangan film

    rekonstruksi di Trans7 banyak menggunakan bahasa disfemia. Pada

    tayangan film rekonstruksi terdapat tiga bentuk kebahaasaan disfemia

    yaitu kata, frasa dan klausa. Bentuk kata terdapat pada kata terdapat dalam

    penulisan kata “becus”. Disfemia bentuk frasa terdapat dalam penulisan

    frasa “wanita jalang” dan bahasa disfemia dalam bentuk klausa terdapat

    dalam penulisan “ Mati kau” .

    B. Saran

    Berdasarkan hasil temuan peneliti di atas, maka yang menjadi

    saran penelitian ini adalah :

    1. Bagi peneliti yang tertarik dan ingin melakukan penelitian lanjutan,

    sebaiknya dapat menganalisis bahasa disfemia di media yang lain

    dengan menggunakan pendekatan dan kajian linguistik yang lainnya.

  • 52

    2. Bagi semua pembaca, bahasa disfemia yang muncul pada tayangan

    film dapat berdampak buruk dan mempunyai nilai rasa yang sangat

    kasar .oleh karena itu pandailah dalam mendengar dan menerima

    informasi dalam tayangan film ataupun media lainnya juga kurangi

    penggunaan bahasa disfemia dalam berinteraksi sehari-hari dan

    menggantinya dengan kata-kata yang terdengar lebih halus.

    3. Bagi pengajar, untuk meningkatkan kualitas pengajar bahasa terkhusus

    dalam segi EBI. Sudah saatnya kita mempelajari dari segi penulisan

    dan pengungkapan yang baik dan benar.

  • 53

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

    Arsyad, Azhar.2016. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka

    Butar-butar, Charles. 2016. Semantik Teori dan Praktek. Medan: Perdana

    Publishing

    Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

    Chaer, Abdul 2016. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

    Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

    Jakarta: Rineka Cipta

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima. Tahun 2016 .

    Kania Putri, dkk. 2016. Disfemia dalam Berita Utama Surat Kabar Bus Kota dan

    Radar Bogor. Jurnal Arkhais. Vol 07. No 01. Halaman 47-51

    Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

    Utama

    Kosasih, E.2017. Ketatabahasaan dan kesusastraan. Bandung: CV. YramaWidya.

    Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

    Ruri Aprilia Endarwati. Disfemia pada Tuturan Ceramah Mamah dan AA Indosiar

    dan Islam itu Indah Trans TV. Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya.

    Diunduh pada Tanggal 14 Mei 2019.

    R. Yusuf Sidiq Budiawan. 2016. Penggunaan Disfemia pada Judul Berita Nasinal

    di TV One dengan Pawartos Ngayogyakarta di Jogja TV. Jurnal Lingua

    Scientia. Volume 08. Nomor 02.

    Sugiyono. 2016.Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. Bandung: PT. Alfabet.

    Tarigan, Henry Guntur . 2009.Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkas

  • 54

    Lampiran 1

    Dialog Naskah Tayangan Film Rekonstruksi “Akibat Hubungan Terlarang”.

    Durasi 53:43

    Pembawa Acara : Pada tanggal 18 Maret 2018 sekitar pukul 11:30

    siang WIT, jasad perempuan ditemukan ditengah

    Area Bukit Cinta. Kecematan Kupang Tengah.

    Daerah Kabupaten Kupang NTT. Jasad itu pertama

    kali ditemukan oleh Arjeni Sofani bersama anaknya

    saat mencari kayu bakar.

    Iptu Simson Sedli Branos Amalo: Sejak November 2017, korban menjalin cinta

    dengan tersangka, jadi saat itu juga malam itu juga

    tim kami kembali membawa orang yang diduga ini,

    dia belum menjadi tersangka, dia dilakukan

    pemeriksaaan tidak ngaku.

    Pembawa Acara : Adrianus Tabun alias Riko, diamankan oleh buser

    polres kupang. Apakah pelaku langsung mengakui

    perbuatannya? Tentu tidak, walaupun barang bukti

    telah diamankan polisi dan cukup mentapkan riko

    sebagai tersangka pembunuhan ibu muda dengan

    satu orang anak tersebut.

  • 55

    -Reka Adegan-

    (Hutan Gamal, Lokasi Penghijauan Area Bukit Cinta, Penfui Timur, Kecamatan

    Kupang Tengah, Kabupaten Kupang)

    Arjeni(Saksi/Pencari kayu bakar): Le, nanti kamu tolongin bapak cari kayu

    sebelah sana ya

    Anak arjeni : Toloong..Bapak.....tolongg pak !

    Arjeni : Tole, kamu di mana le?

    Anak Arjeni : Sini pak..tooloongg

    Arjeni : kenapa kamu teriak? Ada ular ?

    Anak Arjeni : bukan pak, tapi ada siapa itu pak ?

    Iptu Simson Sedli Barus Amalo : Awalnya kan ada seorang warga bernama

    Arjeni Sofani mencari kayu bakar diseputaran TKP,

    disana ada menemukan maya.t

    Arjeni : Astaga, le, kayaknya sudah gak bernyawa, yok lapor polisi

    aja.

    Anak Areni :iya pak

    Pembawa Acara : Bukit cinta yang terknal dengan indahnya kini ternodai

    dengan penemuan mayat yang mengenakan jaket dan

  • 56

    celana berwarna merah muda yang tertelungkup tak lagi

    bernafas.

    Iptu Simson Sedli Barus Amalo: Kemudian, dia melaporkan ke pospol yang

    berada di bundaran bandara.

    Pembawa Acara :Mendapat laporan dari warga, polisi pun bergerak menuju

    tempat penemuan mayat untuk melakukan oalah TKP.

    Inilah kali pertama hutan gamal, area penghijauan menjadi

    tempat kejadian perkara sebuah kasus pembunuhan.

    Komandan :Bapak yang menemukan mayat itu?

    Arjeni :Ya betul pak dan sama anak saya tadi.

    Komandan :Apa ada orang lain di dekat area pada saat itu?

    Arjeni : Saya rasa tidak ada pak karena saya tadi langsung melihat

    dan takut. Langsung lapor polisi pak

    Komandan :Apa ada benda-benda lain yang mencurigakan di dekat

    mayat ?

    Arjeni : Tidak ada pak

    Iptu Simson Sedli Barus Amelo: Itu Cuma sebatang kayu, sudah kami amankan

    yaitu sebatang kayu yang dipukul sampai kayu patah.

  • 57

    Polisi :Lapor ndan, ada bekas pukulan memar dan luka di

    kepalanya seperti dianiaya

    Komandan : Sepertinya mayat ini belum lama meninggal, apa ada bukti

    dan petunjuk lain?

    Polisi : Ada ndan, saya menemukan barang ini.

    Komandan : ATM ini bisa kita jadikan penunjuk untuk mengejar

    pelaku. Bawa segera jenazah ke rumah sakit untuk diotopsi.

    Polisi :Siap komandan !

    Pembawa Acara : Berkat barang bukti yang ditemukan di TKP berupa ATM,

    aparat kepolisian pun mulai melakukan investigasi.

    Siapakah nama jasad yang meregang nyawa di bukit cinta

    ini, apa motifnya dan siapakah pelakunya?

    (Rumah Orang Tua Korban)

    Polisi : Selamat Malam, apa benar ini rumah ibu yuliana?

    Yulia : Iya benar pak, saya yulia

    Polisi : Maaf, kami minta ibu ikut kami ke rumah sakit karena ini

    ada kaitannya dengan anak ibu

  • 58

    Yulia : Ada apa dengan anak saya pak ? kenapa anak saya ? apa

    anak saya sakit ?

    Polisi : Biar nanti kami jelaskan saja disana, sekarang ibu ikut

    kami.

    Pembawa Acara : Malam itu yuliaba tidak sama sekali menyangka akan

    dijemput oleh aparat kepolisisan bukan karena sebuah

    kesalahan yang dilakukannya namun untuk menerima

    kenyataan anaknya merry Faun akan disiapkan batu nisan.

    (Reka Adegan, di pasar kamis, kota So’e, Kabupaten Timur Tengah Selatan)

    Merry (Korban Pembunuhan) : Hari ini kamu mau masak apa rina ?

    Rina(Teman Meri) : itu dia mer, aku suka bingung kalau ke pasar bawaannya

    pengen dibeli semuanya gitu.

    Preman 1 : Halo nona cantik, mau kemana sih ? ayok abang antarkan

    Rina : heh kamu, jangan kurang ajar sama perempuan ya. Kalian

    tu ya, pagi-pagi udah mabok bukannya kerja malah

    gangguin orang kalian !

    Preman 2 : Ssst... mau kemana sih buru-buru amat.

  • 59

    Rina : Eh, inget ya saya laporin polisi kamu mau ha ? kalian mau

    saya laporin polisi ?

    Merry : Toloong... tolongg!!

    Riko Tabun (Tersangka): Woyyy....

    Preman 2 : Pahlawan kesiangan

    Riko : Biarkan mereka pergi, jangan bikin onar di sini kalian.

    Preman 1 : Dah sikat, Banyak bacot!

    Merry :Kamu gak kenapa-kenapa kan?terimakasih ya udah

    nolongin kita

    Riko : iya, tenang aja, makannya jangan lewat sini. Sini tu rawan

    orang jahat.

    Rina : dah yok mer, ntar keburu tutup lagi warungnya.udah siang

    ini.

    Riko : emang kalian mau beli apa ?

    Merry : Mau beli ayam sama sayuran.

    Riko : Kebetulan, yang jual sayuran itu temen aku, gima kalau

    aku kenalin kalian sama temen aku

  • 60

    Pembawa Acara : Perjumpaan Merry dan Riko bagai hubungan cinta yang

    direka ulang oleh penulis cerpen singkat, namun penuh

    dengan cerita yang memikat.

    Riko : Tuh kan, kalau belanja samaku pasti dikasi murah

    Merry : Makasih ya, berarti bisa sering diantarin kesini dong

    Riko : Tentu aja bisa, apalgi untuk si cantik ini

    Pembawa Acara :Selama belasan tahun menikah, baru bebrapa bulan ini

    riko menjadi sosok yang berbeda. Ia lebih sering merawat

    diri dan tak dapat lepas dari handphone miliknya, inikah

    namanya cinta?.

    Veni(Istri Riko) : Eh papa udah pulang?

    Riko :Eh mama bikin kaget aja

    Veni : Katanya ada proyek

    Riko : Iya papa kerja, tapi papa pusing jadinpulang duluan

    Veni : Terus titipan mama dibeliin gak?

    Riko : Emang mama nitip apa? Oh iya, papa lupa karena pusing

    Veni : Aduh pa, masih muda kali pa udah lupa. Asalkan gak lupa

    sama istrinya aja ya

  • 61

    Riko : Ya gak lah ma, masak papa lupa sama istrinya, udah ya

    ma papa istirahat dulu ya

    Veni :Terus ngapain papa senyum-senyum? Emang ada apa di

    handphone itu?

    Riko :Enggak, ini ada temen papa tadi ngirim foto di group, lucu

    aja . Hehe.. Dasar wanita mudah dikibulin!

    (Rumah Riko)

    Lala(Anak Riko) :Ma, udah sore gini papa kok belum pulang ya

    Veni : Iya ih gak tau, katanya ada proyek, mungkin lembur kali

    la. Ha, ini papa pulang

    Lala : Hay papa

    Riko : Hallo, ada apa sayang? Kangen ya sama suami tercinta ini

    Veni : Ih papa, tumben banget manggil sayang, ini loh lala

    nanyain dari tadi papa kok gak pulang-pulang.

    Riko :Kan mama tau sendiri papa kerjanya lembur

    Veni : Papa bawa apa tu? Coba lihat! Wah parfum, pasti buat

    mama ya

    Riko : Iya dong!

  • 62

    Veni : Makasih ya pa

    Riko :Eh lala, nagapain la?

    Lala : Aku Cuma mau main game pa, masak gak boleh

    Veni : Ada apa sih ribut-ribut. Papa juga anak minjam

    handphone aja gak boleh, biasa juga dibiarin

    Riko : Hp papa lowbet ma, ntar rusak

    (Malam hari di jalan)

    Rina : Loh mer, kamu mau kemana?

    Merry :Aku mau ketemu sama si riko

    Rina :Riko?cowo itu lagi, mau ngapain lagi sih kamu ?

    Merry :Iya, aku udah terlanjur janji sama dia

    Rina : Tapi ini udah malam loh, ngapain sih ngurusin orang kek

    gitu

    Merry : Yaudah, aku pergi dulu ya

    Pembawa Acara :Setelah sekian lama merajut asmara lewat dunia maia,

    Riko memutuskan untuk menemui pujaan hatinya, menatap

    mata dengan mata, menggenggam jari.

  • 63

    Riko :Kamu kenapa nanya gitu?

    Merry :Gak kenapa, aku Cuma pengen hubungan ini berlanjut,

    kakak jawab yang jujur aja

    Riko : Iya, kakak akan jawab dengan jujur, kakak memang sudah

    menikah, tapi gak lama lagi, kakak akan ceraikan istri

    kakak.

    Merry : Sepertinya laki-laki semua egois

    Pembawa Acara :Korban diketahui telah berpacaran dengan pelaku sejak

    bulan november, selama 5 bulan pelaku dengan korban

    masing-masing telah memiliki pasangan yang sah. Akan

    tetapi hubungan gelap mereka serta merta tak membuat

    riko menjadi tersangka.

    AKBP Indera Gunawan: Kami sebagai penegak hukum berupaya secepat-

    cepatnya untuk mencari alat bukti yang lain.

    Pembawa Acara :Aparat Kepolisian masih harus bekerja keras untuk

    menemukan barang bukti yang terkait dengan Riko.

    Cinta membutakan mata, membuat tuli telinga dan

    menghapus fungsi nalar pada otak. Itulah yang dirasakan

  • 64

    oleh sejoli yang menjalim asmara, meskipun merry sudah

    bersuami namun riko tetap melanjutkan hubungan mereka.

    Veni :Nelfon siapa kamu pa?

    Riko :Eh mama, papa harus kembali ke tempat kerja lagi ya ma,

    barusan bos papa telfon pengen ketemu sama papa

    Veni : Oh gitu, tapi papa gak bohong kan ?

    Riko : Ya gak lah ma, yaudah papa berangkat ya

    (Rumah Merry)

    Merry :Eh papa, udah pulang ya? Kok gak ngomong dulu

    Suami Merry :Ngomong? Gimana ngabarin kamu, ditelfon aja gak bisa.

    Kamu telfonan sama siapa ?

    Merrry :kok kamu jadi marah gitu? Kamu dengerin dulu

    penjelasanku

    Suami Merry :Alah udahlah penjelasan apalagi, kamu ini ya, selama ini,

    akhir-akhir ini, aku perhatiin kamu jarang dirumah, kamu

    pergi ke mana ?

    Merry :Eh, yang jarang di rumah itu siapa? Aku atau kamu? Kamu

    gak pernah kasih duit belanjaan buat aku, kamu gak mikirin

  • 65

    nasib aku, nasib anak kita atau jangan-jangan kamu mikirin

    wanita lain yang kamu temuin kemarin kan ?

    Oktavianus(Kepala Desa):Sepengetahuan saya, Merry ini sifatnya peramah,

    prang ngomong didengerin, diikutin saja.

    Suami Merry :Wanita siapa? Dia bos aku, jadi wajarlah ku temuin dia

    Merry ::Banyak alasan kamu, ngeles aja.

    Suami Merry :Aaahhh(Sambil Menampar)

    Pembawa Acara :Hati wanita memang tidak bisa dibohongi, bagaimanapun

    bau bangkai itu ditutupi, suatu saat pasti akan tercium

    juga, Veni sudah lama mencurigai gerak gerik suaminya.

    Akhirnya, memiliki kesempatan untuk membongkar

    kebohongan suaminya.

    Veni :Rumah bos suamiku kan belok kiri, kenapa dia belok ke

    kanan? Wah curiga ni, aku harus mmebuntuti si Riko

    Riko :Wah, Ngapain dia mengikuti ku di belakang. Gak boleh

    dibiarin, aku gak boleh ketahuan.

    Merry :Kakak kok lama sekali, aku sudah menunggu lama

  • 66

    Riko :Maaf, istriku sudah tau tentang hubungan kita, tadi dia

    mengikuti di belakang. Tapi sepertinya dia gak tau kita ada

    di sini.

    Merry :Oh ya, terus kita gimana?

    Riko :Sudahlah gauk usah dipikirkan, oh ya kamu ada apa?

    Merry :Itu loh , suamiku kasar samaku, padahal aku sebagai istri

    hanya berkeluh kesah karena kekurangan inilah, uang

    belanjalah, dia malah ngamuk samaku.

    Riko :Sudahlah, gak usah dipikiri lagi. Ini aku ada sedikit uang

    buatmu.

    Veni :Oh, rupanya ini biang keladinya, pantas uang bulanan ku

    berkurang, ternyata dibagi dengan perempuan lain.

    Riko ”Hubungan ada empat kali di So’e. Sampai dia pergi mengaku di rumah

    bilang dia ada hamil cerita di istri, habis gitu istri pukul saya terus”.

    Veni :Stop. Apa-apaan ini. Dasar laki-laki mesum, gak malu

    kamu ya cium perempuan lain di depan umum.

    Riko :Kamu tenang dulu ma, biar aku jelasin.

  • 67

    Veni :Gak ada yang perlu dijelasin,kamu wanita jalang, sini.

    Kamu pelakornya ya, kamu rebut suamiku ya.

    Pembawa Acara :Pertengkaran pun tak bisa dihindari, keributan yang

    dipicu masalah orang ketiga itu pun pecah. Akan tetapi,

    siapakah yang akan mendapatkan riko?

    Suami Merry :Eh, berhenti. Apa-apaan ini, kamu apakan istri saya ‘

    Veni :Jadi ini istri kamu, tolong kamu ajari agama ya, biar dia

    tau ngerebut suami orang itu dosa. Dia cium-cium suami

    aku tau gak, di bukit cinta aku ngikutin sampai sini.

    Suami Merry :Ma, apa benar kata dia? Jangan diam aja

    Veni :Kamu Riko, ini terakhir kali kamu selingkuhin aku dan

    kamu perempuan jalang,jangan dekati suamiku lagi

    Suami Merry :Kak..kak.. sudah. Kita bisa bicarakan baik-baik,kalau

    memang istri saya salah, saya minta maaf.

    Veni :Laki-laki gatal. Ayo kita pulang.

    Riko”Keluarga, tetangga situ bawa dia jalan supaya dia nanti tidak dipukul

    samai mati di sini”.

  • 68

    Suami Merry : Jadi selama ini, kamu nuduh aku selingkuh ternyata kamu

    sendiri yang selingkuh, Bagus! Masuk. Buat malu aja.

    Pembawa Acara :Tak lagi merasa nyaman serumah dengan suaminya,

    merry pun memutuskan untuk pergi dari rumah.

    Oktavianus :Yang saya tau, masalahnya cemburu karena suaminya si

    Merry ini kan kerjanya di Kupang, istri disini. Tetapi ketika

    suami kembali ke sini, timbullah kecemburuan sosial antara

    suami dan istri.

    (Rumah Riko)

    Riko :Ma, papa mau berangkat lagi ya

    Veni :Mau kemana lagi pa?

    Riko :Kerja, mau gantikan ada yang sakit.

    Veni :Jangan macam-macam lagi loh pa

    (Di tempat kerja Merry)

    Merry :Kamu gak apa-apa pulang sendiri din?

    Dina(Teman kerja) :Gak apa-apa, udah biasa.

    Merry :Maaf ya, soalnya hari ini aku dijemput

  • 69

    Dina :Yaudah hati-hati mer

    Merry : Kirain kamu gak jadi datang

    Riko :Jadi dong, ini udah di sini

    Merry :terus, motor kaka mana?

    Riko : Naik bis, nanti istri kakakcuriga. Udahlah kita jalan aja

    yuk

    Merry :Kita mau ke mana?

    Riko :Biasalah, ke bukit cinta, kan malam gini sepi.

    Pembawa Acara :Suasana sepi saat malam tiba dan minimnya penerangan

    menjadikan bukit cinta lokasi yang pas bagi merry dan riko

    untuk melakukan hubungan terlarang.

    Merry :Kak, kayaknya aku hamil kak

    Riko :Selamat ya, suamimu pasti senang.

    Merry :Ini itu anak kamu, kamu harus bertanggung jawab.

    Riko :Ah, gak mungkin

    Merry :aku udah cek dan hasilnya positif, aku gak pernah lagi

    berhubungan dengannya.