bahan lbm 3

8
Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit- langit (Fitri Purwanto, 2001). Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005). Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001). Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit- langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio. Klasifikasi : Celah bibir (Labichisis) 1. Celah bibir satu sisi a) Celah bibir satu sisi tidak lengkap Terjadi pada satu sisi dan terlihat sebagai suatu celah kecil pada bibir b) Celah bibir satu sisi lengkap 2. Celah bibir dua sisi a) Celah bibir dua sisi tidak lengkap Hanya terkena bibir saja b) Celah bibir dua sisi lengkap Celah langit-langit (palatochisis) a) Celah langit-langit tidak lengkap Bagian langit-langit lunak b) Celah langit-langit lengkap Terjadi di daerah palatum sampai dengan foramen insicivus Celah bibir dan celah langit-langit (Labio-palatoschisis) a. Unilateral : cacat celah bibir dan celah langit-langit yang hanya di satu sisi kiri atau kanan pasien saja. b. Bilateral : cacat celah bibir dan langit-langit yang ada di dua sisi kiri dan kanan pasien. c. Campuran : Labiogenatoschisis, terjadi di daerah bibir, langit-langit dan hidung terbelah. B. ETIOLOGI

description

lbm 3

Transcript of bahan lbm 3

Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001).Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio.

Klasifikasi :Celah bibir (Labichisis)1.Celah bibir satu sisia)Celah bibir satu sisi tidak lengkapTerjadi pada satu sisi dan terlihat sebagai suatu celah kecil pada bibirb)Celah bibir satu sisi lengkap2.Celah bibir dua sisia)Celah bibir dua sisi tidak lengkapHanya terkena bibir sajab)Celah bibir dua sisi lengkapCelah langit-langit (palatochisis)a)Celah langit-langit tidak lengkapBagian langit-langit lunakb)Celah langit-langit lengkapTerjadi di daerah palatum sampai dengan foramen insicivusCelah bibir dan celah langit-langit (Labio-palatoschisis)a.Unilateral : cacat celah bibir dan celah langit-langit yang hanya di satu sisi kiri atau kanan pasien saja.b.Bilateral : cacat celah bibir dan langit-langit yang ada di dua sisi kiri dan kanan pasien.c.Campuran : Labiogenatoschisis, terjadi di daerah bibir, langit-langit dan hidung terbelah.

B.ETIOLOGIFaktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :1.HerediterPatten mengatakan bahwa pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :a. Mutasi genb. Kelainan Kromosom2.Faktor lingkungana.Faktor usia ibub.Obat-obatanc.Nutrisid.Daya pembentukan embrio menurune.Penyakit infeksif.Radiasig.Stress Emosionalh.TraumaC.PATOFISIOLOGIEtiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan defisiensi vitamin B6.Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin dengan pendekatanteam-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja. Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan mencapai 10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulanSecara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :1.HerediterBrophy (1971) beberapa kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatal yang terdapat pada beberapa generasi. Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah bibir Unilateral dan Bilateral.Pada beberapa contoh, tampaknya mengikuti Hukum Mendel dan pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan.Schroder mengatakan bahwa 75% dari factor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat dominan.

Patten mengatakan bahwa pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :a)Mutasi gen-Ditemukan sejumlah sindroma/gejala menurut hukum Mendel secaraotosomal,dominant,resesif dan X-Linked.-Pada otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama.-Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal.-X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan inib)Kelainan KromosomCelah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam sindroma akibat penyimpangan dari kromosom, misalnya Trisomi 13(patau), Trisomi 15, Trisomi 18(edwars) dan Trisomi 21.

2.Faktor lingkungana)Faktor usia ibuDengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan menurun.Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi.Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama hidupnya.Jika seorang wanita umur35 tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun.Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.b)Obat-obatanObat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi hampir janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat.Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir.Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi [rifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen dan penisilamin,diazepam,kortikosteroid.Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit.Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat ini pada binatang.c)NutrisiInsidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi.d)Daya pembentukan embrio menurunCelah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai anak banyak.e)Penyakit infeksiPenyakit sifilis dan virus rubella dapat menyebabkan terjadinya cleft lips dan cleft palatef)RadiasiEfek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.g)Stress Emosionala.Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebihb.Pada binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortisonyang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palateh)TraumaCelah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika wajah, tetapi juga dapat menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan, pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta orang tuanya. Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum, pengawasan gizi dan infeksi.Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan (congenital). Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan.Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio. Gangguan pertumbuhan ini tidak saja menyulitkan penderita, tetapi juga menimbulkan kesulitan pada orangtua, terutama ibu. Tidak saja dalam hal pemberian mak an, tetapi juga efek psikologis karena mempunyai anak yang tidak sempurna.Beberapa teori yang menggambarkan terjadinya celah bibir :a.Teori FusiDisebut juga teori kalsik. Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa kehamilan, processus maxillaries berkembang kearah depan menuju garis median, mendekati processus nasomedialis dan kemudian bersatu.Bila terjadi kegagalan fusi antara processus maxillaries dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan terjadi.b.Teori Penyusupan MesodermalDisebut juga teori hambatan perkembangan. Mesoderm mengadakan penyusunan menyebrangi celah sehingga bibir atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyebrangi celah bibir akan terbentuk.c.Teori Mesodermal sebagai Kerangka Membran BrankhialPada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memrlukan jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.d.Gabungan Teori Fusi dan Penyusupan MesodermalPatten, 1971, pertama kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya fusi processus maxillaris dan penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak akan membentuk bibir bagian tengah.

A.DAMPAK YANG DITIMBULKANAdanya celah pada bibir dan langitGangguan mengisap atau makanOMP/ISPA yang dapat mengakibatkan tuli.Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkantelinga tengah dengan kerangkaSuara sengau : Hypernasal resonance karena gangguan fonasi bicaraPertumbuhan gigi tergangguPsikologis orangtua dan anak~ Orangtua merasa berdosa~ Anak merasa kurang percaya diriGangguan nutrisi/gizi Sering disertai infeksi pada mulutGangguan berbicara disebabkan karena otot-otot yang digunakan berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celahWajah yang tidak normal :-Lubang hidung asimetris-Gigi tumbuh abnormal dan tidak teratur-Pertumbuhan tulang muka asimetris

B.PENATALAKSANAANBibir sumbing dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Ada 3 tahap penanganan bibir sumbing yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu operasi dan tahap setelah operasi.

a. Tahap sebelum operasiPada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi :- berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg- Hb lebih dari 10 gr %- Usia lebih dari 10 mingguJika bayi belum syarat tersebut sebaiknya pemberian minum harus dengan dot khusus yaitu lubang tidak terlalu besar yang membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup. Atau dilakukan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak. Celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga gusi tidak menonjol kearah depan (protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium. Jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan kurang sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.

b. Tahapan Operasi- Usia optimal adalah usia 3 bulan, mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna- Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 - 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah- Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8-9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi

c. Tahap setelah operasiPenatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi.Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.

C.MASALAHKEPERAWATAN1.Masalah keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari tubuhMonitor nutrisia.BB dalam batas normalb.Monitor adanya penurunan berat badanc.Monitor interaksi anak atau orang tua selama makand.Monitor lingkungan saat makane.Monitor turgor kulitf.Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi2.Masalah keperawatan Resiko infeksiInfeksi kontrola. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah tindakanb. Berikan terapi anti biotik jika perluc. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat3.Masalah keperawatan Nyeri akutManajemen nyeria.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor krepitasi.b.Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.c.Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.d.Ajarkan tehnik non farmakologie.Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri