Bahan b Indo

30
Pertalian makna Peyorasi-Ameliorasi dan Perluasan-Penyempitan Makna Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalamiperubahan makna, di antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian,perendahan, dan sebagainya. a. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada kata sebelumnya. Contoh: - kroni Kata sebelumnya bermakna sahabat, sedangkan makna baru berarti kawandari seorang penjahat. b. Ameliorasi, yaitu perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggidaripada asalnya. Contoh: - wanita Kata asalnya lebih rendah daripada perempuan, tetapi makna baru menjadilebih tinggi daripada perempuan. c. Perluasan Makna Hal ini terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari maknaasalnya. Contoh:

description

elanda

Transcript of Bahan b Indo

Page 1: Bahan b Indo

Pertalian makna

Peyorasi-Ameliorasi dan Perluasan-Penyempitan Makna

Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalamiperubahan makna, di antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian,perendahan, dan sebagainya.

a. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada kata sebelumnya.

Contoh:

- kroni

Kata sebelumnya bermakna sahabat, sedangkan makna baru berarti kawandari seorang penjahat.

b. Ameliorasi, yaitu perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggidaripada asalnya.

Contoh:

- wanita

Kata asalnya lebih rendah daripada perempuan, tetapi makna baru menjadilebih tinggi daripada perempuan.

c. Perluasan Makna

Hal ini terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari maknaasalnya.

Contoh:

- ibu

Makna asalnya berarti emak, sedangkan makna baru berarti setiapperempuan dewasa.

d. Penyempitan Makna

Hal ini terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripadamakna asalnya.

Page 2: Bahan b Indo

Contoh:

-sarjana

Makna asalnya berarti cendekiawan, sedangkan makna bari berarti gelar dari lulusan sebuah universitas.

3. Menentukan Makna Asosiasi dan Sinestesia

Selain keempat perubahan makna kata yang telah disebutkan di atas, masih

ada lagi jenis perubahan makna kata yang lain, yaitu sebagai berikut.

a. Asosiasi, yaitu perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat

Contoh:

- kata amplop

Makna kata asalnya berarti tempat untuk memberi uang, sedangkan makna

baru berarti suap.

b. Sinestesia, yaitu perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan

antara dua indra yang berlainan.

Contoh:

- berwajah manis

Makna asalnya berarti indra perasa, sedangkan makna baru berarti indra

penglihatan.

Pengertian Homograf

Homograf terdiri dari kata homo yang berarti sama  dan graf (graph) berarti tulisan. Homograf ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.Contoh kata homograf bisa kamu lihat pada kalimat di bawah ini :

2.  Pejabat teras (pejabat utama) itu duduk santai di teras (lantai depan rumah) sambil membaca berita di koran tentang pertanian di daerah teras(bidang tanah datar yang miring di perbukitan)

Page 3: Bahan b Indo

Pengertian homonim

Kata homonim berasal dari kata homo yang berarti sama dan nym berarti nama, homo dapat diartikan sama nama, sama bunyu, sebunyi, tetapi berbeda makna.Sebagai contoh :-  Syah = RajaSyah = kepala (pemimpin)- buku = ruasbuku = kitab- bandar = pelabuhanbandar = paritbandar = pemegang uang dalam perjudian

Pengertian Hipernim 

Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :• Hipernim : Hantu. Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.• Hipernim : Ikan. Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan sebagainya.• Hipernim : Odol. Hiponim : Pepsodent, ciptadent, siwak f, kodomo, smile up, close up, maxam, formula, sensodyne, dll.• Hipernim : Kue. Hiponim : Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.

Polisemi adalah Satu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.Contoh :a. Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani.b. Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik.c. Aku harus mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh dosen – dosenku, tentu saja diselingi dengan pekerjaan membantu ibu di dapur sebagai tanda cintaku padanya.

HIPERNIM & HOMONIM

Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnyaHiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :• Hipernim = Sepatu

Page 4: Bahan b Indo

Hiponim = High Heels, Wedges, Stilleto, Sneakers, Boot, Skate• Hipernim = MobilHiponim = SedanHomonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Contoh :• HakDia harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sebelum menuntut hak nya(Hak di sini bermakna sesuatu yang wajib diterima)Hak sepatunya patah ketika ia berjalan(Hak di sini bermakna telapak sepatu pd bagian tumit yg relatif tinggi), Chooper, SUV, Jeep, Minibus, Bus

Hiponim

Dalam semantik, hiponim adalah suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim atau hipernim. Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari hiperonimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut dengan kohiponim. Kucing, serangga, dan merpati adalah hiponim dari hewan;hewan adalah hiperonim dari kucing, serangga, dan merpati; serangga dan merpati adalah kohiponim dari kucing sebagai hewan.Hubungan makna hiponim-hiperonim dibedakan dengan hubungan makna meronim-holonim yang merupakan hubungan antara bagian dengan kesatuan.

Perubahan Makna

1. Pengertian

Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :

2. Macam-macam Perubahan Makna

a. menyempit/spesialisasiKata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.Contoh :Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).

Page 5: Bahan b Indo

b. meluas/generalisasiPenggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.Contoh :Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.

c. amelioratifPada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.Contoh :Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.

d. peyoratifMakna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.Contoh :Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.

e. asosiasiYang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar

f. sinestesiaPerubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.Contoh:Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Pertalian Makna

1. Kata-kata yang Bersinonim

Page 6: Bahan b Indo

Sinonim mengkaji kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya, tetapi bentuk katanya berbeda. Misalnya, makna kata saham sama denganandil, kata pintar bersinonim dengan pandai, meminang bersinonim denganmelamar.

a. Menggunakan Kata yang Berkonotasi Sopan

Faktor-faktor nonkebahasaan, seperti lingkungan sosial budaya, sangat perlu kita memilih kata-kata bersinonim.

Perhatikan pasangan kata dibawah ini!

istri = bini

meninggal = mati

hamil = bunting

b. Kata-kata yang Berkonotasi Baik dan Kurang Baik

Pemakaian kata babi misalnya, kata kata ini ditafsirkan sebagai suatu yang sangat buruk (najis) oleh umat Islam. Babi berkonotasi jelek daripada kata lainnya yang sejenis, seperti sapi atau pun kedelai. Sementara itu, bagi umat Hindu, kata sapi memiliki konotasi baik (suci) dibandingkan, misalnya, dengan unta.

2. Kata-kata yang Berantonim

Antonim adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang maknanya saling berlawanan atau bertentangan.

Ada tiga jenis antonim.

a. Jenis I, sebagaimana yang diperlihatkan oleh pasangan hidup-mati. Cirinya, bila salah satu disangkal, artinya sama dengan pasangannya itu.

b. Jenis II, sebagaimana diperlihatkan oleh pasangan kata pintar-bodoh. Cirinya, bila salah satu disangkal, belum tentu artinya sama dengan yang lain.

c. Jenis III, sebagaimana diperlihatkan oleh pasangan suami-istri. Ciri-cirinya, yang satu menjadi syarat bagi yang lainnya.

3. Kata-kata yang Berhomonim

Homonim adalah kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contohnya, kata genting dan jarak.

1) genting

Page 7: Bahan b Indo

a) Karena perang, kota itu tampak sangat genting. (genting = gawat)

b) Kakak sedang memperbaiki genting yang bocor. (genting = atap).

2) jarak

a) Ayah sedang menanam pohon jarak di belakang rumah. (jarak = pohon)

b) Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. (jarak = pohon)

Homonim

1. Suling :- Saya dapat main suling.- Zat tersebut disuling sehingga menjadi minyak kayu putih.2. Selang :- Ayah mencuci mobil menggunakan selang.- Tina mengerjakan PR Mat dalam selang waktu 2 jam.3. Kerah :- Kerajaan Fu mengerahkan pasukan ke Kerajaan La.- Saya membetulkan kerah baju saya.4. Palu :- Nenek berlibur ke palu.- Ayah memukul menggunakan palu.5. Sumbang :- Suara anak itu sumbang.- Saya menyumbang untuk dana bakti social.6. Peri :- Saya bermimpi bertemu peri yang cantik.- Penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan.7. Tabung :- Saya menabung uang di celengan.- Benda itu berbentuk tabung.8. Dodol :- Doni sangat dodol.- Saya suka makan dodol Garut.9. Malang :- Nenek berlibur ke Malang- Nasib anak itu sungguh malang.

10. Kali :- Adik suka membuang sampah di kali.- Adik mengali 2 dengan 2.12. Sari :- Nenek membeli kain sari di India.- Sari : Sari jeruk sangat baik untuk kesehatan.13. Bidang :- Persegi termasuk bidang datar.- Dada anak itu bidang.14. Sedang :- Saya sedang menyanyi.- Ukurannya sedang-sedang saja.15. Tanggal :- Giginya tanggal 2- Saya ulang tahun tanggal 12 Januari.16. Bulan :- Saya suka melihat bulan purnama.- Saya ulang tahun bulan Januari.17. Hak :- Saya memakai hak 10 cm.- Perbuatan Doni melanggar hak asasi manusia.18. Timbal :- Salah satu nama logam adalah timbal.- Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia denganlingkungan.

19. Arak :- Arak-arakan itu sungguh ramai.- Saya suka minum arak.20. Lima :- Nenek berlibur ke Lima, ibukota Peru.- Saya mempunyai lima permen.21. Paling :- Saya berpaling dari narkoba.- Dia paling suka menari22. Tambang :- Saya suka lomba tarik tambang.- Di Jawa terdapat banyak tambang logam.23. Seri :- Aku mempunyai komik Conan seri ke 20- Wajah anak kecil itu berseri-seri.24. Bisa :- Ular itu mengeluarkan bisa.- Saya bisa menari.25. Apel- Budi sangat suka makan buah apel.- Bila murid terlambat masuk sekolah harus melakukan apel pagi

Page 8: Bahan b Indo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dikuasai dalam seluruh tingkatan pendidikan termasuk di perguruan tinggi. Tujuan dari adanya pelajaran ini adalah agar para rakyat khususnya para pelajar dapat terampil berbahasa Indonesia yang meliputi terampil menyimak, berbahasa, membaca dan menulis. Agar dapat mencapapi tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah dibutuhkan. Selain mempunyai banyak kosakata, makna kata – kata tersebut juga harus dikuasai untuk lebih memperkaya kosa kata yang dimiliki. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai makna kata.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian makna kata?

2. Apa saja relasi makna kata?

3. Apa saja perubahan makna kata?

Page 9: Bahan b Indo

4. Apa saja jenis makna kata?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian makna kata.

2. Mengetahui relasi makna kata.

3. Mengetahui perubahan – perubahan makna kata.

4. Mengetahui jenis – jenis makna kata.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makna Kata

Makna adalah denotasi. Kadang – kadang “Makna” itu selaras dengan “Arti” dan kadak tidak selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti sesuatu itu, maka makna tersebut disebut Makna Laras (Explicit Meaning). Apabila maknanya tidak selaras dengan “Arti”, maka sesuatu itu disebut memiliki Makna Kandungan (Implicit Meaning) atau Makna Lazim (Necessary Meaning).

Sebagai contoh kata “Sapi”, ia memiliki arti dan makna. “Sapi” sudah memiliki arti sebelum kata tersebut dimasukan ke dalam kalimat, tapi ia belum memiliki makna, karena makna hanya akan terbentuk apabila kata itu sudah dimasukan kedalam kalimat.

Contoh Makna Laras:

Gara memukul sapi.

Page 10: Bahan b Indo

Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan artinya, yaitu sapi. Pengertian yang menyeluruh tentang sapi tersebut itulah yang disebut dengan Makna Laras (Explicit Meaning). Ketika Gara membeli sapi, tentu yang dibeli adalah keseluruhan tubuh sapi. Oleh karena itu, makna “Sapi” dalam kalimat tersebut adalah sama dengan arti “Sapi”, sehingga disebut memiliki Makna Laras.

Contoh Makna Kandungan:

Gara memukul sapi.

Yang dipukul oleh Gara adalah sebagian tubuh sapi itu, oleh karena itu “Sapi” dalam kalimat tersebut tidak selaras dengan artinya, melainkan hanya kandungan arti tersebut. Oleh karena itu “Sapi” dalam kalimat tersebut memiliki Makna Kandungan.

Contoh Makna Kata Lazim:

Gara Menarik sapi.

Kata “Sapi” dalam kalimat tersebut adalah memiliki Makna Lazim, karena ketika Gara menarik sapi, sebenarnya yang dipegang adalah talinya. Dia menarik tali itu secara tidak langsung menarik tubuh sapi. Kendatipun yang gara pegang dan dia tarik secara langsung adalah tali kedali sapi dan bukan sapinya secara langsung, tetapi sudah lazim dikatakan bahwa hal itu disebut menarik sapi. Itulah mengapa disebut Makna Lazim.

B. Relasi Makna Kata

Di dalam Bahasa Indonesia, banyak ditemukan suatu kata yang memiliki hubungan atau relasi semantik dengan kata lain, seperti kesamaan makna, lawan kata, kegandaan kata, ketercakupan makna, kelainan makna, dan sebagainya. Di bawah ini akan dijelaskan macam-macam relasi makna tersebut.

1. Sinonim

Page 11: Bahan b Indo

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma yang berarti “Nama”, dan syn yang berarti “Dengan”. Maka secara harfiah kata sinonim berarti “Nama lain untuk benda atau hal yang sama” (Chaer, 1990:85). Sinonim atau bisa disebut kegandan makna dapat diartikan sebagai dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Dikatakan hampir sama karena meskipun dua kata tersebut sama, kata tersebut tidak dapat atau kurag tepat bila menggantikan kata yang lain dalam sebuah kalimat. Contohnya seperti di bawah ini :

Tikus itu mati diterkam kucing.

Tikus itu meninggal diterkam kucing.

Dalam dua kalimat di atas, kita dapat menemukan dua kata yang bersinonim, yaitu mati dan meninggal. Namun kata “Meninggal” pada kalimat kedua tidak dapat menggantikan kata “Mati” pada kalimat pertama. Hal ini karena kata “Mati” dapat digunakan pada semua makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, sedangkan kata “Meninggal” hanya digunakan pada manusia.

2. Antonim

Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti “Nama”, dan anti yang berarti “Melawan”. Maka secara harfiah antonim berarti ‘nama lain untuk benda lain pula’(Chaer, 1990:85). Kata antonim atau sering disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua kata yang memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan. Misalnya, hidup-mati, diam-gerak dan sebagainya.

3. Homonim, homofon, homograf

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti “Nama” dan homo yang artinya “Sama”. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai “Nama sama untuk benda atau hal lain” (Chaer, 1990:85). Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata “Bisa” dapat diartikan dua makna, yakni “Bisa” yang berarti “Dapat” dan “Bisa” yang berarti “Racun”.

Homofon (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah dua kata atau lebih yang memiliki lafal yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya, kata “Bang” dan “Bank”. Homograf (homo berarti sama, grafi berarti tulisan) adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama namun memiliki lafal dan makna yang berbeda. Misalnya, “Tahu” (baca “Tahu”) bermakna salah satu produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata “Tahu” (baca “Tau”) bermakna mengetahui.

4. Hiponim dan hipernim

Page 12: Bahan b Indo

Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma berarti “Nama” dan hypo berarti “Di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “Nama yang termasuk di bawah nama lain” (Chaer, 1990:85). Hipomimi dan hipermimi berhubungan satu sama lain, hipomimi merujuk pada kata yang lebih khusus yang merupakan subordinat dari hipermimi. Misalnya, kata “Tongkol” dan “Ikan”, kata “Tongkol” merupakan hiponim dari kata “Ikan” sedangkan kata “Ikan” merupakan hipernim dari kata “Tongkol”.

5. Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa (bisa kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya pada kalimat di bawah ini :

Kepalaku sakit sejak kemarin.

Kepala sekolah menemui para murid di kelas

Kata “Kepala” yang pertama bermakna bagian tubuh yang berada di atas leher sedangkan kata “Kepala” yang kedua bermakna pemimpin.

C. Perubahan Makna Kata

Pengertian

Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :

Macam-macam Perubahan Makna

a. Menyempit/spesialisasi

Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.

Contoh :

Page 13: Bahan b Indo

Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “Lulusan perguruan tinggi”).

b. Meluas/generalisasi

Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.

Contoh :

Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.

c. Amelioratif

Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.

Contoh :

Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.

d. Peyoratif

Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.

Contoh :

Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.

e. Asosiasi

Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”

Page 14: Bahan b Indo

Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar

f. Sinestesia

Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.

Contoh:

Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.

D. Jenis Makna Kata

Makna di dalam sastra Bahasa Indonesia ditentukan dalam beberapa kriteria atau jenis dan juga sudut pandang. Jenis makna dalam Bahasa Indonesia sangat banyak diantaranya: Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.

1. Makna Lesikal dan Makna Gramatikal

Leksikal merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Dengan kata lain makna lesikal adalah makna unsur-unsur bahasa (leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan lain-lain. Seperti kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus.

Biasanya makna leksikal dipertentangkan dengan makna gramatikal. Jika makna leksikal berkenaan dengan makna leksem, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh

Page 15: Bahan b Indo

adik, melahirkan makna “Dapat”, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal “Tidak sengaja”.

2. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja termasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “Meja”. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen, jadi kata karena termasuk kata yang bermakna nonreferensial.

3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif atau konseptual adalah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau obyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat obyektif, karena langsung menunjuk obyeknya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut sebagai ’makna sebenarnya.

Seperti dalam kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna yang sama, yaitu “Manusia dewasa bukan laki-laki”.

Makna konotatif merupakan lawan dari makna denotatif. Jika makna denotatif mencakup arti kata yang sebenarnya, maka makna konotatif sebaliknya, yang juga disebut sebagai makna kiasan. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik. Seperti dalam kalimat “Rumah itu dilalap si jago merah”. Kata “Si jago merah” dalam kalimat tersebut bukanlah arti yang sebenarnya, melainkan kata kiasan yang bermakna “Kebakaran”. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti “Cerewet”, tetapi sekarang konotasinya positif.

4. Makna Kata dan Makna Istilah

Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut

(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.

Page 16: Bahan b Indo

(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

6. Makna Idiomitikal dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”Diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah bentuk membanting tulang dengan makna “Bekerja keras”, meja hijau dengan makna “Pengadilan”. Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”Asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang bermakna “Dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur”. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersama memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.

7. Makna Kias

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti “Bulan”, raja siang dalam arti “Matahari”.

BAB III

KESIMPULAN

Page 17: Bahan b Indo

Di dalam Bahasa Indonesia, makna kata sangat penting dipelajari. Pengetahuan tentang makna kata mempengaruhi pemahaman terhadap suatu kalimat. Dalam makna kata, dipelajari pengertian makna kata, relasi makna kata, jenis makna kata dan perubahan makna kata. Ada beberapa kata yang memiliki makna yang berhubungan atau memiliki relasi, seperti sinonim, antonim, dan lain sebagainya. Ada pula satu kata yang makna dulunya berbeda dari makna sekarang, seperti spesialisasi, ameliorasi dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

-----------------------. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta :

Rineka Cipta.

Chaer, Drs. Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka

Cipta.

(Eneng Herniti, M. Hum dkk). 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Pokja

Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Keraf, Dr. Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.

Flores : Nusa Indah.

Parera, J. D. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Tarigan, Prof. Dr. Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung :

Angkasa.

Tim Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah

Malang. 2010. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang : UMM

Press.

Widyamartaya. 1995. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta : Kanisius

PERUBAHAN MAKNA

Page 18: Bahan b Indo

Pernyataa tentang makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula egertian bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Berikut ini akan dibcarakan sebab – sebab perubahan itu serta wujud atau macam perubahannya.

Sebab – sebab perubahan

Banyak factor yang menyebabkan terjadinya erubah makna sebuah kata, diantaranya ada

Perkembangan Dalam Ilmu dan Teknologi

Pekembangan dalam bidang IPTEK menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata.Disini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana , tetap digunakan walaupun konsep yan dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat perkembangan teknologi.

Contoh pada kata “ perahu “, walaupun kini sebaga akibat perkembangan teknologi, sudah berganti atau mnggunakan istilah “ kapal “ memang masih ada orang ysng masih menggunakan perahu tapi khususnya di desa- desa.Contoh lain kata telepon sekarang sudah berganti menjadi HP ( hand phond ) sebagai akibat dari perkembangan teknologi tapi juga masih ada tersedia telepon umum biasanya digunakan untuk umum yang disebut wartel atau telepon rumah.

Kata computer sekarang sudah diganti dengan laptop atau notebook sbagai akibat dari perkembangan teknologi ,tapi masih ada juga yang menggunakan computer misalnya saja jasa warnet.

Perkembangan Sosial dan Budaya

Perkembangan dalam bidang social kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sama seperti yang terjadi sebagai akiba dari erkembangan teknologi.

Contoh

Page 19: Bahan b Indo

Perbedaan Bidang Pemakaian

Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan ada kata – kata dokter , suster, perawat , apotik, obat, opnam diagnosa, infus, koma,penyakit, rumah sakit , pasien. Dalam bidang olah raga ada kata – kata alit, renang, berlari , melempar, senam lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak bola, Voli, basket, melompat ,

Adanya Asosiasi

Kata – kata yan digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih behubungan maknanan dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada perbedaan dengan perubahan aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang yang lain,disini makna baru yang muncul adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkeaan dengan kata tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang inidimaksud adalah isinya yaitu uang,

Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu, misalnya perayaan 21 april maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada tanggal 21 april. Dengan kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di maksud ialah peristiwanya.

Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan tempat yang ada di desa ceheng.

Pertukaran tanggapan indra

Alat indra yang kita miliki ada lima dan sudah mempunyai tugasnya masing-masing. Akan tetapi yang kita bahas ialah tentang pertukaran antar indra. Misalnya : Suaranya sangat merdu dan enak didengar. Pada contoh ini, pertukaran yang terjadi ialah antara inda pendengaran dengan perasa.

Contoh lain yaitu : kue ini terlihat sangat enak sekali. Ini terjadi perubahan dari indra penglihatan dengan perasa. Kedengarannya gadis itu terlihat sangat cantik. Ini mengalami perubahan dari indra pendengaran menjadi penglihatan.

Page 20: Bahan b Indo

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, banyak sekali terjadi senestisi ini seperti dalam frase coklat tua dengan merah muda yang menggabungkan secara warna (merah dengan coklat) dengan usia (tua dan muda) yang terjadi b ukan gejala sinestesia melainkan gejala perbandingan.

Perbedaan tanggapan

Setiap unsure leksikal atau kata sebenarnya secara sinkrons telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dari masyrakat, maka banya kata yang memiliki nilai rasa yang rendah maupun nilai rasa yang tinggi. Hal ini sering di sebut juga peyoratif dan amelioratif.

Contoh kata bunting, dewasa ini dianggap peyoratif. Namun kata hamil adalah amelioratif. Kata mati dianggap peyoratif namun kata meninggal dunia sebagai amelioratif.

Adanya penyingkatan

Dalam bahasa Indonesia banyak sekali kata, baik yang diucapkan maupun di tulis. Namun tanpa disadari secara keseluruhan, setiap orang pasti memiliki paham atau maksud tersendiri tentang sebuah kata.

Contoh kata ortu, setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa yang dimaksud ialah orang tua. Kata puskesmas, maksudnya ialah pos pelayanan masyarakat.

Proses gramatikal

Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang memiliki makna perubahan kata dapat berpengaruh dengan perubahan makna. Akan tetapi bukan perubahan makna yang menjadikan hal seperti itu, melainkan bentuk kata yang sudah menjadi hasil proses gramatikal.

Perkembangan istilah

Upaya dalam membentuk atau mengembangkan istilah baru ialah dengan memnfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru.contoh kata bahan yang semula bermakna kain, kini menjadi bermakna baju.

Page 21: Bahan b Indo

Jenis perubahan

Perubahan kata ada yang bersifat halus maupun kasar yang bertujuan baik menyempitkan ataupun memperluas. Hal ini akan diperjelas lagi sebagai berikut.

a) Meluas

Adalah perubahan makna secara meluas, misalnya : kata beliau yang semula digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, kini juga bisa digunakan untuk orang yang lebih tua atau orang yang lebihtinggi derajatnya.

b) Menyempit

Adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang biasanya digunakan untuk orang yang pandai atau cendekiawan. Namun kini digunakan untuk penemu atau professor.

c) Perubahan secara total

Terjadi perubahan makna secara total. Misalnya kata pandai dan pintar. Kini menjadi kata cerdas. Kata sigapdan rajin kini menjadi terampil.

d) Penghalusan (ufemia)

Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata maling kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dan lain sebagainya.

e) Pengkasaran

Page 22: Bahan b Indo

Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar. Misalnya kata menendang yang sebenarnya mengeluarkan.

Link:

http://tspartanm.blogspot.co.id/2015/02/pertalian-makna.html

http://arismunandar2012.blogspot.co.id/2012/12/makalah-makna-kata-dalam-bahasa.html

https://khaerulsobar.wordpress.com/makalah/makalah-tentang-perubahan-makna-semantik/