Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

33
MANAJEMEN PERILAKU ANAK AUTIS Program Diklat : Diklat Layanan Pembelajaran Anak Autis Tk. Dasar Mata Tataran : Manajemen Perilaku Anak Autis Waktu : 8 Jam Pelajaran @ 45 menit Penyusun : Agus Irawan Sensus, M.Pd A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diklat mampu: 1. Menjelaskan pengertian perilaku individu 2. Menjelaskan karakteristik perilaku anak autis 3. Menjelaskan pendekatan Multidisipliner dalam mengelola perilaku anak autis 4. Menjelaskan penggunaan pendekatan ABA dalam mengelola perilaku anak autis B. Ruang Lingkup Materi Mata tataran Manajemen Perilaku Anak Autis ini menjelaskan pengertian perilaku anak autis, karakteristik perilaku anak autis, pendekatan multidisipliner dalam mengelola perilaku anak autis, dan langkah-langkah Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 1 Lembar Kerja

Transcript of Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Page 1: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

MANAJEMEN PERILAKU ANAK AUTIS

Program Diklat : Diklat Layanan Pembelajaran Anak Autis Tk. Dasar

Mata Tataran : Manajemen Perilaku Anak Autis

Waktu : 8 Jam Pelajaran @ 45 menit

Penyusun : Agus Irawan Sensus, M.Pd

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diklat mampu:

1. Menjelaskan pengertian perilaku individu

2. Menjelaskan karakteristik perilaku anak autis

3. Menjelaskan pendekatan Multidisipliner dalam mengelola perilaku anak

autis

4. Menjelaskan penggunaan pendekatan ABA dalam mengelola perilaku

anak autis

B. Ruang Lingkup Materi

Mata tataran Manajemen Perilaku Anak Autis ini menjelaskan pengertian

perilaku anak autis, karakteristik perilaku anak autis, pendekatan

multidisipliner dalam mengelola perilaku anak autis, dan langkah-langkah

penggunaan pendekatan ABA dalam mengelola perilaku anak autis.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 1

Lembar Kerja

Page 2: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

C. Prosedur Pembelajaran

Ice Breaker

Ice Breaker

D. Prosedur Pembelajaran

No. Tahap Kegiatan Uraian Kegiatan

1. Kegiatan Awal (25 menit)

- Kata Pembuka- Berdoa- Perkenalan dari fasilitator dilanjutkan

perkenalan dari peserta diklat.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 2

Kegiatan Awal

Kegiatan Awal

Kegiatan Inti

Sesi 1

Sesi 2

Sesi 3

Sesi 4

Kegiatan Akhir

Page 3: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

- Fasilitator menjelaskan garis besar topik materi Konsep Dasar Autis.

- Menyepakati skenario diklat, seperti input materi, diskusi kelompok, pemberian tugas, dan presentasi kelompok.

- Fasilitator mengajukan pertanyaan tentang pengetahuan peserta diklat yang berkaitan dengan konsep perilaku anak autis.

ICE BREAKER2. Kegiatan Inti (155

menit)Sesi 1 (20 menit)

Sesi 2 (30 menit)

Sesi 3 (30 Menit)

Input materi berupa penjeasan singkat tentang: - Pengertian perilaku anak autis- Studi kasus tentang pemahaman peserta

terkait dengan perilaku anak autis- Tanya jawab- Penguatan tentang perilaku anak autis

- Peserta diklat melaksanakan kerja kelompok untuk mengidentifikasi karakteristik perilaku anak autis, dengan menggunakan LK 01.

- Peserta diklat mendiskusikan dan mempersentasikan hasil kerja kelompok masing-masing di depan kelas.

- Tanya jawab

- Penguatan dari fasilitator tentang karakteristik perilaku anak autis

ICE BREAKER

Input materi berupa penjelasan singkat tentang: - Pendekatan multidisipliner dalam

mengelola perilaku anak autis

- Peserta diklat melaksanakan kerja kelompok untuk merumuskan penggunaan pendekatan multidisipliner dalam mengelola perilaku anak autis, dengan mengunakan LK-02.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 3

Page 4: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Sesi 4 (75 menit)

- Peserta diklat mendiskusikan dan mempersentasikan hasil kerja kelompok masing-masing di depan kelas.

- Tanya Jawab

- Fasilitator melaksanakan penguatan tentang langkah-langkah penggunaan pendekatan ABA dalam mengelola perilaku anak autis.

Input materi berupa penjelasan singkat tentang:- Langkah-langkah penggunaan pendekatan

ABA dalam mengelola perilaku anak autis

- Peserta diklat melaksanakan kerja kelompok untuk merumuskan penggunaan pendekatan ABA dalam mengelola perilaku anak autis, dengan mengunakan LK-02.

- Peserta diklat mendiskusikan dan mempersentasikan hasil kerja kelompok masing-masing di depan kelas.

ICE BREAKER

3. Kegiatan Akhir (45 menit)

- Peserta diklat dan fasilitator merumuskan kesimpulan hasil pembelajaran tentang manajemen perilaku anak autis.

- Peserta diklat melakukan evaluasi diklat- Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran .- Fasilitator memberikan motivasi untuk

kegiatan tindak lanjut di tempat tugas masing-masing peserta.

E. Evaluasi

1. Pretes (bersamaan dengan materi lainnya di awal diklat).

2. Lembar pengamatan partisipasi/ keaktifan.

3. Tugas kelompok.

4. Postes (bersama dengan materi lain di akhir diklat)

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 4

Page 5: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

F. Alat Bantu Pembelajaran

1. Transparan/ power point materi

2. Komputer / laptop dan LCD atau OHP

3. Lembar kerja 01, 02, 03, dan 04

4. Flip Chart

5. Kertas Koran

G. Daftar Bacaan

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. Washington DC : APA

Davison, Gerald C. 1998. Abnormal Psychology. New York : John Wiley and Sons. Inc

Handojo, Y. 2003. Autisma : Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Kendall, Philip C. 1998. Abnormal Psychology : Understanding Human Problems. Boston : Houghton Mifflin CompanyWorld Health Organization. 1992. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorder. Genewa : WHO.

http://www.autisme.or.id/berita/article.php?article_id=68

http://harry.sufehmi.com/archives/2006-10-17-1302/

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 5

Page 6: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

MANAJEMEN PERILAKU ANAK AUTISOleh: Agus Irawan Sensus, M.Pd.

A. Konsep Dasar Perilaku Individu

Konsep dasar perilaku manusia terdapat beberapa aliran pandangan,

antara lain yang dikenal sebagai paham holisme dan behaviorisme. Paham

holistik menekankan bahwa perilaku itu bertujuan (purpossive), yang berarti

aspek intrinsik (niat, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu

yang penting untuk melahirkan perilaku tertentu meskipun tanpa adanya

perangsang (stimulus) yang datang dari lingkungan (naturalistik). Sedangkan

pandangan behavioristik menekankan bahwa pola-pola perilaku itu dapat

dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan

mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik).

Dengan demikian, perubahan perilaku (behavior change) sangat mungkin terjadi.

Untuk konteks pendidikan, sebaiknya kedua dasar pandangan tersebut

dipertimbangkan sebagai hal yang komplementer (saling mengisi dan

melengkapi karena keduanya sama penting peranannya).

Atas dasar pandangan tersebut, mekanisme proses terjadi dan

berlangsungnya suatu perilaku dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

S ------ R atau S ---- O ------ R

S = Stimulus (perangsang); R = respons (perilaku, aktivitas); dan O =

organisme (individu manusia, berlaku juga bagi makhluk organik lainnya).

Karena S datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya,

gambaran visual tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

W ----- S ----- O ----- R ----- W

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 6

Lembar Informasi

Page 7: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Yang dimaksud dengan lingkungan (W) di sini dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Lingkungan obyektif yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan

secara potensial dapat melahirkan S

2. Lingkungan efektif, yaitu segala sesuatu yang aktual merangsang organisme

karena sesuai dengan dunia pribadinya, sehingga menimbulkan kesadaran

tertentu pada diri organisme (O) dan ia meresponsnya ( R ) terhadapnya.

Dengan demikian, perilaku secara lengkap dapat digambarkan sebagai

berikut:

W --- S --- OW ----- R ---- W

Kalau perilaku mencakup segenap pernyataan hidup organisme, betapa

banyaknya kata-kata yang harus digunakan untuk mendeskripsikannya. Dalam

konteks pendidikan, Bloom (1974) telah merinci dan sistematikanya disusun

secara meningkat, dalam rangka mengembangkan perangkat tujuan-tujuan

pendidikan yang berorientasi pada perilaku (behavioral objectives) yang dapat

diamati (observable) dan dapat diukur (measurable) secara ilmiah (scientific)

mengenai ketiga kategori atau domain perilaku tersebut.

Secara garis besar taksonomi perilaku dari Bloom itu sebagai berikut:

1. The Cognitive Domain (Kawasan Kognitif)

a. Knowledge (pengetahuan)

b. Comprehension (pemahaman)

c. Application (penerapan)

d. Analysis (penguraian)

e. Synthesis (memadukan)

f. Evaluation (penilaian)

2. The Affective Domain (Kawasan Afektif)

a. Receiving (penerimaan)

b. Responding (sambutan)

c. Valuing (penghargaan)

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 7

Page 8: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

d. Organization (pengorganisasian)

e. Characterization by Value or Value Complex (karakterisasi,

internalisasi, dan penjelmaan)

3. The Psychomotor Domain (Kawasan Psikomotor)

a. Gross Body Movement (gerakan jasmaniah biasa)

b. Finely Coordinated Movement (gerakan indah)

c. Nonverbal Communication Sets (komunikasi nonverbal)

d. Speech Behavior (Perilaku verbal)

Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu aktivitas yang bersifat normatif

(bersumber pada tugas-tugas perkembangan dan kriteria kedewasaan). Norma-

norma itu merupakan seperangkat pengetahuan, fakta, sistem nilai, prosedur

dan teknik, sikap-sikap, etis, estetis, sosial, ilmiah, religius, serta keterampilan

dan kemahiran gerakan, tindakan pembicaraan, dan sebagainya yang ruang

lingkup (scope) dan urutan (sequence)-nya disusun berdasarkan tahapan

perkembangan sesuai dengan konteks, jenis lingkungan pendidikan yang

bersangkutan dan sekaligus pula merupakan perangkat kriteria keberhasilannya.

Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam

konteks pandangan behaviorisme, kita dapat menyatakan bahwa praktik

pendidikan itu pada hakikatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan

seperangkat stimulus) yang diharapkan pula menghasilkan pola-pola perilaku

(seperangkat response) tertentu. Prestasi belajar (achievement) dalam istilah-

istilah pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan

(pengamalan) merupakan indikator-indikator atau manifestasi dari perubahan

dan perkembangan perilaku termaksud.

Apakah arah (positif, negatif atau meragukan) dari perubahan dan

perkembangan itu serta kualifikasinya (tinggi, sedang, rendah, atau gagal/

berhasil, memadai, tidak memadai, lulus/tidak lulus, memuaskan/tidak

memuaskan, dapat diterima atau tidak, berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan), jelas akan bergantung pada faktor S (conditioning, pendidikan) di

samping faktor O (siswanya, pelajar) itu sendiri.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 8

Page 9: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

B. Karakteristik Perilaku Anak Autis

Menurut Tjhin Wiguna (2204) anak Autisme mengalami gangguan yang

menetap pada pola interaksi social, komunikasi yang menyimpang dan pola

tingkah laku yang terbatas dan berulang (stereotipik) dan pada umumnya anak

dengan gangguan Autisme ini mempunyai fungsi di bawah rata-rata. Adapun

menurut Leo Kanner (1943), penyebab gangguan Autisme adalah adanya

pengaruh psikogenik sebagai penyebab terjadinya gangguan Autisme seperti

orangtua yang emosional, kaku, dan obsesif dalam mengasuh anak mereka.

Anak Autis mengalami gangguan perkembangan yang biasanya disebut dengan

istilah “Trias Autisme” atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah “Triad

Impairment yang meliputi :

1. Gangguan pada Kemampuan Interaksi Sosial, yang ditandai dengan

gejala-gejala sebagai berikut.

a. Kontak mata kurang, anak Autis bila diajak bicara tidak mau menatap

muka lawan bicara.

b. Tidak slalu menengok bila dipanggil lebih suka bermain sendiri, anak

Autis sulit berinteraksi dengan teman sebayanya dalam bermain.

c. Ekspresi wajahnya kurang hidup

d. Sering menolak bila dipeluk

e. Tidak tertarik pada mainan

f. Bermain dengan benda-benda yang bukan mainan anak-anak

g. Kadang-kadang anak ini suka melakukan ekspresi: menangis, tertawa

sendiri, marah-marah tanpa sebab.

2. Gangguan pada Kemampuan Berkmunikasi dan Berbahasa

Dalam perkembangan berbahasa anak Autis basanya menunjukkan

gejala-gejala sebagai berikut:

a. Kemampuan bicaranya terlihatterlambat disbanding anak seusianya

b. Bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti orang k\lain

c. Bila anak bia bicara sering tidak mengerti arti kata yang di ucapkannya

d. Sulit bila diajak berdialog

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 9

Page 10: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

e. Echolalia (meniru perkataan orang lain) atau membeo

f. Bila ank ingin sesuatu dia akan menarik tangan orang lain yang ada

didekatnya dan dirahkan pada apa yang diinginkan

g. Kemampuan bahasa isyaratnya tidak berkembang

h. Tata bahasanya kacau

3. Gangguan pada Kemampuan Perilaku dan Minat

Perilaku merupakan segala sesuatu yang diekspresikan melalui

perkataan dan perbuatan dan semuanya itu dapat kita lihat, rasakan, dan kita

dengar baik olr diri sendiri tau orang lain. Banyak perilaku Autisme yan berbeda

dari perilaku normal, di satu sisi ada perilaku yang berlebihan, disisi lain adalah

penatalaksanaan anak dengan gangguan Autisme secara terstruktur dan

berkesinambungan.

C. Pendekatan Multidisipliner dalam Menangani Perilaku Anak

Autis

Untuk mengurangi masalah perilaku dan untuk meningkatkan kemampuan

belajar dan perkebangan anak sesuai atau paling sedikit mendekati anak

seusianya dan bersifat multi disiplin yang meliputi:

1. Terapi prilaku berupa ABA(Applied Behaviour Analysis)

Terapi prilaku didasarkan atas proses belajar dan mempunyai tujuan

mengubah prilaku yang tidak diinginkan menjadi prilaku yang diinginkan. Pada

umumnya terapi prilaku ini ditujukan utuk dua hal yaitu :

a. Mengurangi atau menghilangkan perilaku yang berlebihan (mengamuk,

agresif, melukai diri sendiri, teriak-teriak, hiperaktif tanpa tujua an prilku lain

yang tidak bermanfaat);

b. Akan memunculkan perilaku yang masih berkekurangan yaitu belum bias

bicara, belum mereson bila diajak berbicara, kontak mata yang kurang , tidak

punya inisiatif, tidak berinteraksi wajar dengan lingkungannya/kurang mampu

bersosialisasi

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 10

Page 11: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Di beberapa tempat terapi di Indonesia, umumnya dilakukan terapi

perilaku yang menggabungkan berbagai metode menjadi suatu rumusan yang

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kasus anak. Yang umum dipakai

sebagai dasarnya adalah ABA yang dikembangkan oleh Dr. Ivar Lovaas dan

dilaksanakan dengan cara DDT (Discrete Trial Training). Kurikulum dibuat

secara sistematis oleh Catherine Murice yang ditulis dalam buku Behavioural

Intervention for Young Children with Autism. A Manual for Parents and

Professionals. Pro-Ed, Autism-Texas,1996.

Ada beberapa tahapn dalam kurikulm tsb diatas yaitu, tahap awal, tahap

menengah dan tahap akhir. Tiap-tiap tahap terdiridari enam kelompok

kemampuan, yaitu: mengikuti tugas/pekerjaan, imita/meniru, bahasa reseptif,

bahasa eksprisif, pre-akademik, dan Bantu diri. Untuk tahap mahir dimasukkan

kurikulum bahasa abstrak, akademik, serta keampuan sosialisasi kesiapan

masuk sekolah.

2. Terapi Biomedik

Berdasarkan temuan dari berbagai penelitian dalam bidang biologis, serta

bukti-bukti yang didapat dari pemeriksaan laboratorium, maka terjadi perubahan

paradigma dalam penanganan gangguan sprktrum Autisme. Paham yang sudah

banyak diakui saat ini adalah bahwa GSA adalah sindrom yang komplek yang

didsari atas adanya gangguan fisiolosis serta biokimia yang mempengaruhi hasil

akhir dalam gangguan kognitif, prilaku dan emosionalnya mak gangguan

biologisny harus dibenahi. Ini merupakan filosofi dari terapik biomedik

(Sasanti,2004:3).

Terapi biomedik meliputi:

a. Pemberian obat-obatan (sesuai dengan gejala-gejala klinis/

hasil laboratorium yag ditemuka). Juga bias diberikan: psikotropka, antibioik,

antit jamur, anti virus, anti parasit;

b. Pengaturan diet tanpa pengawet, tap pewarna buatan,

pengaturan makanan dengan cara eliminasi sementara dan rotasi, dll;

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 11

Page 12: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

c. Pemberian enzim pencernaan;

d. Pemberian vitamin dan mineral;

e. Asupan lain,misalnya asam lemak esensial, asam amino,

antioksidan, prebiotik,dll;

f. Perbaikan fungsi imunologi, sesuai dengan gangguannya;

g. Chelation(pengeluaran logam berat).

3. Terapi Tambahan lain

Yaitu, terapi wicara, terapi sensori integration, terapi musik, terapi diet,dll.

Adapun tujuan dari terapi Autisme adaah mengurangimasalah prilaku dan

meningkatkan kemapuan belajar serta meningkatkan perkembangan anak agar

sesuai atau paling sedikit mendekati anak seusianya.

Termasuk disini adalah terapi sensori integrasi, tepi musik, terapi wicara,

terapi okupasi, terapi seni, terapi relaksasi, akupuntur, dll. Pemilihan jenis terapi

tambahan yang diperlukan untuk masing-masing anak tentu harus

dipertimbangkan dengan seksama melihat dariklinis yang menonjol serta target

yang ingin dicapai.

Gejala autis mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun.

Penyebabnya adalah gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang

mengakibatkan terganggunya fungs otak. Secara medis, kelainan yang terdapat

di otk penyandang autsme ini tak dapat disembuhka, tetapi bila otak anak yang

sedang berkembang mendapat rangsangan secara intensif dan terpadu sedini

mungkain, maka fungsi sel yang rusak bias diambil alih oleh sel otak yang lai,

meski hasilnya tak sempurna. Inilah pentingnya mengetahui gejala autisme

sedini mungkin pada anak.

Pada prinsipnya, terapi untuk penyandang autisme dibagi menjadi tiga

kegiatan, bertujuan untuk menggali kemampuan potensial anak untuk mandiri

dan merancang pelatihan dan pendidikan berkelanjutan sesuai dengan

kewajaran pertumbuhan, sehingga anak dapat mengembangkan diri dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat berkarya atau bekerja secara mandiri.

Tiga kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 12

Page 13: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

a. Rehabilitasi Dasar

Cermati kelainan pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6-18 bulan,

adakah kelainan kelainan pada usia ini.Misal, apakah bayi bias bertatapan

mata dengan orang lain, adakah bagian kaki atau tabgan yang mngalami

kelainan sulit digerakkan, bagaimana kemampuannya menelengkup,

merangkak, ataupun berdiri. Bila ditenggarai bayi usia ini mengidap autisme,

maka lakukan perawatan dan pelatihan yang terpogram sesuai dengan target

pemulihan yang hendak dicapai. Misalnya, bila gerak kaki atau tangan tak

wajar, maka kegiatan perawatan dan pelatihan diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan anak menggerakkan kaki dan tangan sewajar dan

senormal mungkin. Tindakan perawtan dan pemulihan terarah pada otot yang

menglami kekakuan (spastic) atau pada otot yang sangat lemas (hypotonic),

atau pada otot yang gerakkannya tidak terkendali (athetoid).

Perhatikan juga kemampuan anak beraksi dan berinteraksi dengan

lingkungan, misalnya terhadap suara, sinar dan kemampuan memperhatikan

dan meniru ucapan atau panggilan.Umumnya pada usia 12-14 bulan anak

sudah mmpu berjalan dan bercakap-cakap, meski masih cadel. Ada kasus

dimana anak mengalami keterlmbatan berbicara, antara lain dikarenakan

gangguan pada ogan pendengaran dan mengalami kesulitan menelan.

Penanganan dini dan tepat mempermudah usaha rehabilitasi yang

memulihkan kesehatan anak sehingga terlepas dari kelainan kelainan fungsi

organ tubuh yang bila gagl dpat menimbulkan cacat permanen.

b. Rehabilitasi Fungsional

Program ini lanjutan dari program rehabilitasi dasar. Penekanannya lebih ke

perawatan dan pelatihan yang diselaraskan dengan jenis dan tingkat kelainan

serta perkembangan jiwa anak, terutama dalam masa pembentukan

kepribadian anak. Perawatan diarahkan untuk memulihkan kelemahan yang

belum teratasi pada program terdahulu. Pelatihan dikhususkan untuk

memulihkan kekurangwajaran gerakan fisik anak berusia 2-4 tahun yang

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 13

Page 14: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

disebabkan oleh kekakuan (spastic) atau kelemasan (hypotonic). Program

pelatihan mengarahkan pada keterampilan bermain olah raga, seni menari,

menyanyi, dan keterampilan bersosialisasi dalam kelompok. Prinsipnya,

tahap lanjutan ini meliputi pelatihan emosi kejiwaan peningkatan kecerdasan

dasar anak secara padu dalam kelompok bermain.

Pelatihan khusus diberikan pada anak yang mengalami kelainan fisik yang

berat, misalnya sindroma down atau penyandag kekakuan otot kaki dan

tangan (spactic quadriplegia) yang terserang virus rubella.Perawatan dan

pelatihan khusus lainnya diberikan pada anak yang mengalami kelainan saraf

atau organ wicara (sulit berbicara), kelainan saraf dan organ pendengaran

(kesulitan mendengar), dan yang paling parah bila mengalami gangguan

wicara dan pendengaran sekaligus.

Tantangan yang sangat berat , yaitu bagaimana memulihkan kondisi fisik

mental dan kecerdasan anak supaya terbebas dari belenggu kelainan fisik

dan ketertinggalan mental dan intelektual yang sangat menakutkan.Pada

tahaan ini diharapkan penyandang autisme dapat mengatasi kesuliatan

kesulitan yang dialami seperti kemampuan berbicara, berkomunikasi dengan

orang-orang terdekat, dan berinteraksi dengan lingkungan, sebagai persiapan

mengikuti program wajib belajar.

c. Antisipasi Masa Ketenangan Palsu

Dalam penelitian Dr. Andreas Rett (1966), diperkirakan adanya masa

kestabilan atau ketenangan palsu (plateau or psedudo stationary stage).

Biasanya terjadi pada anak usia 2-10 tahun.Pada tahapan ini, kelainan

perilaku anak kelihatan berkurang, emosinya kelihatan lebih stabil dn

terkendali.Namun perlu diwaspadai ancaman terus merosotnya kemampuan

saraf sensorik dan motoriknya. Pengamatan lanjut terhadap masa plateau ini

penting agar tidak terjadi “tahapan makin sulit bergerak”.

Pada tahapan ini perlu pengamatan cermat, terutama pada anak tahapan

pertama dan kedua memperlihatkan kemajuan yang meyakinkan agar tidak

terkecoh masa ketenangan palsu. Selain itu, perlu kewaspadaan pada

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 14

Page 15: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

pertumbuhan anak hingga berusia 24 bulan tergolong normal, tetapi setelah

itu mengalami penurunan kesehatan yang drastis. Secara awam, penyebab

kelainan pertumbuhan anak setelah berusia 24 bulan dapat disebabkan oleh

Sindroma Heller dan karena kecelakaan benturan kepala, terjatuh atau

terpukul, akibat demam panas tinggi, akibat salah makan dan minum,

termasuk akibat salah obat.

D. Pendekatan ABA dalam Mengelola Perilaku Anak Autis

1. Konsep Dasar Pendekatan ABA

Applied Behavior Analysis adalah ilmu tentang perilaku manusia, saat ini

dikenal sebagai terapi perilaku. Selama lebih dari 30 tahun, ribuan penelitian

yang mendokumentasikan tentang keefektifan pendekatan ini bagi banyak pihak

(anak-anak dan orang dewasa yang sakit mental, gangguan perkembangan

serta gangguan belajar).

Applied behavior analyisis adalah proses sistematis yang menerapkan

intervensi berdasarkan prinsip-prinsip teori belajar untuk meningkatkan "perilaku

sosial secara signifikan" sampai mencapai tingkat yang berarti, dan untuk

menunjukkan kalau intervensi yang diterapkan bertanggung jawab akan

perkembangan perilaku (Baer,Wolf & Risley, 1968; Sulzer-Azaroff & Mayer,

1991).

ABA berasal dari teori "Operant Conditioning" Ivan Pavlov seorang

psikolog Rusia dan Teori "Classical Conditioning" dari E.L Thorndike.Teori ini

dipergunakan pertama kali pada anjing percobaan dan prinisp teori ini

berkembang menjadi Antecedent (kejadian yang mendahului) Behavior (perilaku

yang diinginkan) dan Consequence (konsekuensi yang berupa hadiah atau

hukuman).Ole Ivaar Lovaas seorang psikolog UCLA yang pertama kali

menerapkan prinisp ABA pada manusia, kemudian dikenal sebagai metode

Lovaas.

Terapi ABA bekerja melalui pengulangan dan pengajaran konsep dan ide-

ide sederhana. Metode telah ada selama beberapa waktu dan telah lama

perawatan yang paling efektif yang tersedia untuk autisme spektrum disorder.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 15

Page 16: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Terapi ABA mengajarkan keterampilan dan konsep tertentu sampai mereka

mengerti, sementara tujuan dasar dari terapi adalah untuk perlahan-lahan rewire

sinapsis saraf di otak untuk membantu belajar berpikir kritis dan untuk bereaksi

dengan cara yang sama seperti anak-anak lain. Kalau orangtua, guru, dan

terapis menggunakan pelatihan yang sama dan latihan yang sama, dapat

meningkatkan kenyamanan dan belajar untuk anak, menawarkan kesempatan

terbaik bagi kemajuan dan kesuksesan.

Studi menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang menemukan sukses

awal dengan terapi ABA mampu melaksanakan serta siswa-siswa lain di

lingkungan kelas standar. Anak-anak dengan autisme sering sangat cerah dan

banyak pergi untuk memimpin sangat biasa dan kehidupan luar biasa. Terapi

ABA membantu sekolah membuka potensi di dalam diri setiap anak dan dapat

membantu menciptakan keinginan untuk belajar dan satu set keterampilan yang

akan mengikuti mereka sepanjang tahun. Terapi ABA hanya bekerja dan itu

ditunjukkan waktu dan lagi untuk menjadi cara terbaik bagi sekolah untuk

mengajar dan memperlakukan anak-anak dengan gangguan spektrum autisme.

Pada akhir hari, setiap sekolah memerlukan suatu metode pengajaran khusus

bagi siswa dengan autisme. Sebagai meningkatkan tingkat diagnosis, perawatan

kebutuhan naik juga. Dengan program terapi ABA tepat, sistem sekolah anda

dapat memastikan bahwa semua siswa menerima pendidikan yang mereka

perlukan dan layak dan Anda dapat membekali mereka untuk dunia yang terletak

di luar sekolah. Jika Anda sedang mencari peluang pendidikan yang terbaik

mungkin bagi siswa autistik, terapi ABA tentu pilihan yang paling efektif.

Perilaku sosial signifikan" meliputi membaca, akademik,keterampilan

sosial,komunikasi dan keterampilan hidup adaptif. Keterampilan hidup adaptif

meliputi motorik kasar, motorik halus, makan dan mempersiapkan makanan,

BAK/BAB, berpakaian, kebersihan diri, keterampilan domestik, waktu dan

ketepatannya, uang dan nilainya,rumah dan orientasi komunitas, serta

keterampilan kerja.

Pendekatan ABA membantu penyandang autisme sedikitnya pada enam

hal yaitu:

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 16

Page 17: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

1. Untuk meningkatkan perilaku (misal prosedur reinforcement/pemberian

hadiah meningkatkan perilaku untuk mengerjakan tugas,atau interaksi sosial)

2. Untuk mengajarkan keterampilan baru (misal,instruksi sistematis dan

prosedur reinforcement mengajarkan keterampilan hidup fungsional,

keterampilan komunikasi atau keterampilan sosial)

3. Untuk mempertahankan perilaku (misal, mengajarkan pengendalian diri

dan prosedur pemantauan diri dan menggeneralisasikan pekerjaan yang

berkaitan dengan keterampilan sosial )

4. Untuk mengeneralisasi atau mentransfer perilaku atau respon dari suatu

situasi ke situasi lain (misal selain dapat menyelesaikan tugas di ruang terapi

anak juga dapat mengerjakannya di ruang kelas)

5. Untuk membatasi atau kondisi sempit dimana perilaku penganggu terjadi

(misal memodifikasi lingkungan belajar)

6. Untuk mengurangi perilaku penganggu (misal, menyakiti diri sendiri atau

stereotipik).

Evaluasi keefektifan intervensi individual adalah komponen penting dalam

program yang berdasarkan metodologi ABA. Proses ini meliputi:

1. Pemilihan perilaku penganggu atau defisit keterampilan perilaku

2. Identifikasi tujuan dan objektif

3. Penetapan metode pengukuran target perilaku

4. Evaluasi tingkat performance saat ini (baseline)

5. Mendisain dan menerapkan intervensi yang mengajarkan keterampilan

baru dan atau mengurangi perilaku penganggu.

6. Pengukuran target perilaku secara terus-menerus untuk menentukan

keefektifan intervensi dan

7. Evaluasi keefektifan intervensi yang sedang berlangsung, dengan

modifikasi seperlunya untuk mempertahankan atau meningkatkan keefektifan

dan efesiensi intervensi.

Table top activities adalah aktivitas yang dilakukan pada metode ini yaitu

anak didudukan di kursi berhadapan dengan terapis, dan materi yang akan

diajarkan diletakkan di atas meja.Bagi anak yang baru memulai terapi akan

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 17

Page 18: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

didampingi oleh prompter (terapis pembantu) yang bertugas untuk memandu

anak. Mengingat anak belum familiar dengan pendekatan ini serta anak belum

memiliki eye contact/kontak mata dan compliance/kepatuhan. Materi yang

diajarkan berbentuk kartu bergambar atau visual support, karena anak autis

kesulitan untuk menangkap pesan secara auditori. Latihan secara konsisten,

terus-menerus akan membuahkan hasil, karena metode ini tidak bersifat instant

diperlukan kerja keras dan kesabaran yang ekstra agar anak mendapatkan

kemajuan yang signifikan.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 18

Page 19: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

A. Petunjuk Umum

1. Kerjakan tugas-tugas dalam lembar kerja (LK ) yang sudah

disediakan!

2. Setiap LK dikerjakan dalam kelompok masing-masing.

3. LK terdiri atas 2, yakni LK -01 dan LK-02

4. Hasil penyusunan LK tersebut hendaklah dipresentasikan di depan

kelas, peserta yang manilla boleh memberikan masukan untuk

penyempurnaan LK tersebut.

B. Jenis LK

1. LK 01- Tugas mengidentfikasi karakteristik perilaku anak autis

2. LK 02- Tugas mengidentifikasi langkah-langkah penanganan

masalah perilaku anak autis.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 19

Lembar Tugas Manajemen Perilaku Anak Autis

Page 20: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Waktu: 30 menit

Langkah-langkah kegiatan:

A. Fasilitator

1. Fasilitator membagi peserta diklat ke dalam 3 kelompok;

2. Mengidentifikasi karakteristik perilaku anak autis,

didasarkan pada pengalaman kasus-kasus pembelajaran anak autis

B. Peserta Diklat

1. Peserta diklat dalam kelompoknya bekerja untuk

mengidentifikasi karakteristik perilaku anak autis.

2. Peserta diklat bekerja dengan menggunakan format

identifikasi masalah dan menyalin ke dalam kertas koran.

3. Perwakilan setiap kelompok menyajikan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan media flipchart.

4. Setelah semua kelompok selesai melaporkan hasil

kerjanya, fasilitator bersama-sama dengan peserta diklat menyimpulkan

kegiatan tersebut.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 20

LK- 01: Karakteristik Autis

Page 21: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Waktu: 30 menit

Langkah-langkah Kegiatan:

A. Fasilitator

1. Fasilitator membagi peserta diklat ke dalam 3 kelompok;

2. Mengidentifikasi langkah penanganan perilaku anak autis

B. Peserta Diklat

1. Peserta diklat dalam kelompoknya bekerja untuk

mengidentifikasi langkah-langkah penanganan perilaku anak autis;

2. Peserta diklat bekerja dengan menggunakan format

langkah-langkah penanganan perilaku anak autis.

3. Perwakilan setiap kelompok menyajikan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan media flipchart.

4. Setelah semua kelompok selesai melaporkan hasil

kerjanya, fasilitator bersama-sama dengan peserta diklat menyimpulkan

kegiatan tersebut.

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 21

LK 02- Penanganan Masalah Perilaku Autis

Page 22: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

FORMAT IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AUTIS

KOMPONEN KARAKTERISTIK SOLUSI

Cara Berkomunikasi

Cara Berinteraksi

Sosial Emosional

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 22

Page 23: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 23

Page 24: Bahan Ajar Manajemen Perilaku -Autis

MANAJEMEN PERILAKU ANAK AUTIS

BAHAN AJAR DALAM DIKLAT LAYANAN PEMBELAJARAN AUTIS

TINGKAT DASAR

Penulis:Agus Irawan Sensus, M.Pd.

NIP. 132 302 310

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALDIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK

DAN TENAGA KEPENDIDIKANPUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK

DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAKDAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2009

Manajemen Perilaku Anak Autis/P4TK TK&PLB/Agus Irawan Sensus, M.Pd/Juni 2009 24