Austisme, Autism, Autis

58
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan anak merupakan proses kontinyu yang terjadi mulai dari konsepsi sampai dewasa. Namun ada kalanya terjadi penyimpangan dalam perkembangan anak tersebut. Penyimpangan perkembangan anak dapat diukur dengan menggunakan tolak ukur perkembangan motorik kasar, motorik halus, kepribadian sosial dan bahasa. Perkembangan kepribadian sosial anak dapat dilihat dari kemampuan anak berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga bila terdapat penyimpangan pada perkembangan kepribadian sosial anak maka anak akan mengalami gangguan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Istilah Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasif Development Disorders (PDD) atau Autism Spectrum Disorder (ASD) pertama kali digunakan pada tahun 1980 untuk mendeskripsikan suatu kelas penyakit, dimana kelas penyakit ini memiliki beberapa karakteristik umum seperti : gangguan pada interaksi sosial, aktifitas imajinatif, kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal serta pembatasan dalam minat dan kecendrungan aktifitas berulang atau repetitif. Dalam perkembangan selanjutnya, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV) ada 5 penyakit yang bisa dikategorikan dalam PDD, yaitu (1) Autistic Disorder, (2) Rett,s Disorder, (3) Childhood Disintegrative Disorder (PDD), (4) Asperger’s Disorder 1

description

Autisme adalah kumpulan kelainan perkembangan yang disebabkan oleh gangguan dalam sistem saraf pusat dan ditandai dengan adanya kesulitan dalam interaksi sosial, hambatan berkomunikasi baik verbal dan non-verbal, serta pola pengulangan dan stereotipik dari tingkah laku, minat dan aktivitas4. Menurut definisi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-IV), autisme ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan anak secara kualitatif dalam tiga kriteria yaitu interaksi sosial, kemampuan berbahasa khususnya yang digunakan dalam komunikasi sosial, serta ketidakmampuan anak dalam permainan simbolik atau bersifat imajinatif. Dalam DSM–IV, autisme dimasukkan dalam kelompok gangguan perkembangan pervasif (Pervasif Developmental Disorders / PDD) bersama – sama dengan pervasif developmental disorder-not otherwise specific (PDD-NOS), sindrom Asperger, sindrom Rett, dan gangguan disintegrasi masa kanak5.

Transcript of Austisme, Autism, Autis

Page 1: Austisme, Autism, Autis

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan anak merupakan proses kontinyu yang terjadi mulai dari konsepsi

sampai dewasa. Namun ada kalanya terjadi penyimpangan dalam perkembangan anak

tersebut. Penyimpangan perkembangan anak dapat diukur dengan menggunakan tolak

ukur perkembangan motorik kasar, motorik halus, kepribadian sosial dan bahasa.

Perkembangan kepribadian sosial anak dapat dilihat dari kemampuan anak

berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga bila terdapat

penyimpangan pada perkembangan kepribadian sosial anak maka anak akan

mengalami gangguan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Istilah Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasif Development

Disorders (PDD) atau Autism Spectrum Disorder (ASD) pertama kali digunakan pada

tahun 1980 untuk mendeskripsikan suatu kelas penyakit, dimana kelas penyakit ini

memiliki beberapa karakteristik umum seperti : gangguan pada interaksi sosial,

aktifitas imajinatif, kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal serta

pembatasan dalam minat dan kecendrungan aktifitas berulang atau repetitif.

Dalam perkembangan selanjutnya, menurut Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorder (DSM-IV) ada 5 penyakit yang bisa dikategorikan dalam PDD,

yaitu (1) Autistic Disorder, (2) Rett,s Disorder, (3) Childhood Disintegrative Disorder

(PDD), (4) Asperger’s Disorder dan (5) Pervasif Developmental Disorder Not

Otherwise Specified (PDD-NOS). Dimana semua penyakit tersebut memiliki

karakteristik yang hampir mirip.

Pervasif Developmental Disorder (PDD) ini biasanya dideteksi pada usia 3

tahun dan pada beberapa kasus bisa muncul lebih awal pada usia 18 bulan. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa banyak anak-anak secara akurat bisa diidentifikasi pada

usia 1 tahun bahkan lebih muda. Orang tua biasanya yang pertama kali

memperhatikan adanya perilaku yang tidak biasa pada anak mereka, bahkan pada

beberapa kasus orang tua menemukan anak mereka berbeda dari sejak lahir, tidak

berespon terhadap orang lain atau tidak memperhatikan suatu hal pada jangka waktu

yang lama. Gejala PDD juga bisa muncul pada anak yang awalnya mengalami

perkembangan yang normal. Anak-anak kemudian menjadi pendiam, menarik diri dan

membatasi diri dengan keadaan sosialnya.

1

Page 2: Austisme, Autism, Autis

Keadaan ini menyebabkan kekecewaan dalam keluarga dan mungkin anak tersebut

mengalami kehidupan yang tidak sempurna. Maka penting disini untuk mengenal

gejala-gejala dari gangguan ini sangat penting mengingat nilai sosial seorang anak

nantinya bisa dilihat dari bagaimana kemampuan penderita berinteraksi serta

berkomunikasi dengan lingkungannya.

2

Page 3: Austisme, Autism, Autis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF

Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi

sosial yang timbal balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang

terbatas, stereotipik, berulang-ulang. Kelainan kualitatif ini menunjukkan gambaran

yang pervasif dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi, meskipun dapat

berbeda dalam derajat keparahannya.1

2.2 AUTISM DISORDER

2.2.1 Definisi

Autisme adalah kumpulan kelainan perkembangan yang disebabkan oleh

gangguan dalam sistem saraf pusat dan ditandai dengan adanya kesulitan dalam

interaksi sosial, hambatan berkomunikasi baik verbal dan non-verbal, serta pola

pengulangan dan stereotipik dari tingkah laku, minat dan aktivitas4.Menurut definisi

dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-IV),

autisme ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan anak secara kualitatif

dalam tiga kriteria yaitu interaksi sosial, kemampuan berbahasa khususnya yang

digunakan dalam komunikasi sosial, serta ketidakmampuan anak dalam permainan

simbolik atau bersifat imajinatif. Dalam DSM–IV, autisme dimasukkan dalam

kelompok gangguan perkembangan pervasif (Pervasif Developmental Disorders /

PDD) bersama – sama dengan pervasif developmental disorder-not otherwise specific

(PDD-NOS), sindrom Asperger, sindrom Rett, dan gangguan disintegrasi masa

kanak5.

Autisme merupakan suatu gangguan spektrum artinya gejala yang tampak bisa

sangat bervariasi, setiap gejala atau sindrom yang memiliki latar belakang berbagai

faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu sama lain dan tidak sama untuk masing-

masing kasus sehingga tidak ada dua anak dengan diagnosis yang sama menunjukkan

pola dan variasi perilaku yang sama persis2.

2.2.2 Epidemiologi

Angka kejadian autisme menunjukkan peningkatan sejak tahun 1990. Fenomena ini

disebabkan oleh adanya perangkat diagnostik yang lebih baik, kesadaran masyarakat

3

Page 4: Austisme, Autism, Autis

yang semakin meningkat pada penyakit ini, dan adanya variasi kriteria diagnosis

untuk masing-masing negara. Menurut Centers for Disease Control (CDC),

prevalensi autisme sekitar 1 orang dari 150 anak. Pada tahun 2006, National Institute

of Mental Health ( NIMH) memperkirakan insiden autisme adalah 2-6 orang dari

1000 anak di Amerika Serikat6. Prevalensi gangguan spektrum autistik di dunia adalah

10-15 orang dari 10.000 penduduk dunia, serta lebih banyak laki-laki daripada

perempuan ( rasio penderita laki - dan perempuan 3-4 : 1)7.

Gambar 2.1. Grafik Peningkatan Kejadian Autisme tahun 1992-2003 di USA6

2.2.3 Etiologi

Penyebab autisme sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa teori

menyebutkan adanya hubungan antara autisme dengan trauma otak pre atau perinatal

akibat komplikasi saat melahirkan, infeksi ibu saat kehamilan (TORCH, mumps)7.

Autisme juga dapat dihubungkan dengan beberapa gangguan neurologis khususnya

kejang, tuberous sclerosis dan fragile X syndrome7,8. Beberapa penelitian juga

menunjukkan adanya pengaruh genetik yang kuat pada autisme. Orang tua yang sudah

memiliki 1 anak autis memiliki 2-9% peluang untuk kembali memiliki anak yang

menderita autisme. Resiko meningkat pada kembar monozigot dan usia ayah lebih

dari 40 tahun4,6. Penelitian lainnya menyebutkan hubungan autisme dengan paparan

toksin (zat pengawet dalam makanan, nikotin, dll) selama kehamilan. Autisme tidak

disebabkan oleh kesalahan pola asuh dalam keluarga dan tidak berhubungan dengan

vaksinasi measles-mumps-rubella (MMR)8.

4

Page 5: Austisme, Autism, Autis

2.2.4 Gejala Klinis

Manifestasi klinis autisme umumnya muncul sebelum anak berusia 3 tahun,

rata-rata pada umur 18 bulan namun ada juga yang terdeteksi pada usia 8 bulan.

Sekitar 20% orang tua melaporkan anaknya mengalami perkembangan normal sampai

usia 1-2 tahun kemudian mengalami keterlambatan atau penurunan secara tiba-tiba.

Jika keterlambatan perkembangan terjadi setelah usia 3 tahun harus dipertimbangkan

gangguan lain berupa sindrom Rett atau gangguan disintegrasi masa kanak1,8.

Perkembangan Sosial

Anak yang berkembang secara normal memiliki respon sosial yang adekuat

terutama menunjukkan perhatian pada wajah dan suara. Pada anak penderita autisme

cenderung mengabaikan interaksi sosial, seperti kurangnya kontak mata, jarang

menangis dan tidak berminat untuk menarik perhatian orang tua6. Menurut Simon

Baron – Cohen (1985), anak autistik mengalami kekurangan dalam apa yang disebut

theory of mind, yaitu status mental tentang pengetahuan, kepercayaan, kepura-puraan,

dan kemampuan berimajinasi yang saling berhubungan dengan aktivitas. Pada anak

normal berusia 5 tahun sudah mampu untuk menilai perasaan dan ekspresi wajah

orang lain, sedangkan anak autis tidak memiliki kemampuan ini sehingga mereka

tidak mampu memahami sikap dan minat orang lain7.

Gangguan Tingkah Laku

Anak autistik cenderung menampilkan perilaku yang aneh atau bisa juga gagal

menunjukkan sikap seperti yang diharapkan6. Pada penelitian autisme oleh National

Institute of Child Health and Human Development (NICHD) tahun 2005

menganjurkan para pengasuh atau keluarga yang sering dekat dengan anak agar

memperhatikan red flags, kumpulan gejala-gejala yang cenderung mengarah pada

autisme. Daftar red flags dapat dilihat pada tabel 2.11.

5

Page 6: Austisme, Autism, Autis

Tabel 2.1. Kemungkinan Red Flags untuk Autisme1

No. Red Flags untuk Autisme

1 Anak tidak merespon jika dipanggil namanya

2 Anak tidak dapat menjelaskan apa yang dia inginkan

3 Kemampuan berbahasa anak lambat berkembang atau mengalami keterlambatan

bicara

4 Anak tidak mau mengikuti anjuran / perintah orangtua

5 Kadang anak seperti tuli, kadang seperti bisa mendengar kadang tidak

6 Anak tidak bisa menunjuk atau melakukan daa-daa (bye-bye)

7 Sebelumnya anak mampu mengucapkan beberapa kata, sekarang tidak bisa

8 Anak sering melakukan kegiatan yang melukai diri seperti membenturkan kepala,

mengeretakkan gigi, menggoyangkan badan dengan keras berulang-ulang

9 Anak sering melakukan pola gerakan yang aneh

10 Anak cenderung terlalu aktif, tidak koperatif, atau resisten

11 Anak tidak tahu caranya bermain dengan mainan

12 Anak tidak ikut tersenyum saat kita tersenyum kepadanya

13 Anak tidak punya/jarang melakukan kontak mata

14 Anak sering melakukan hal yang sama terus menerus dan tidak berpindah

melakukan hal lain

15 Anak lebih memilih bermain sendiri, setiap barang dipeganngnya untuk diri sendiri

16 Anak anak terlalu independen bila dibandingkan dengan umurnya

17 Anak terlihat berada dalam dunianya sendiri,.orang lain tidak diizinkan masuk

18 Anak tidak tertarik dengan anak lain

19 Anak sering berjalan dengan jari kakinya

20 Anak memperlihatkan ketertarikan yang tidak biasa pada mainan, obyek atau

urutan tertentu (misalnya memakai kaos kaki sebelum memakai celana)

21 Anak sering menghabiskan waktu lama untuk menggaris-garis sesuatu atau

menyusun benda-benda dalam urutan tertentu

6

Page 7: Austisme, Autism, Autis

Gambar 2.2 Seorang anak autis dan susunan mainan yang dibuatnya6

Gangguan Berbahasa

Anak autis dapat memiliki kemampuan kognitif yang cukup tinggi namun

memiliki kekurangan dalam kemampuan komunikasi dan berinteraksi dengan orang

lain. Kemampuan berbahasa dapat terlambat perkembangannya sampai usia remaja.

Saat ini kekurangan tersebut dapat diatasi dengan berbagai alat komunikasi seperti

chat room di internet atau pada acara-acara sosial komunitas autis6.

Jenis gejala yang muncul dan tingkat keparahannya sering berubah seiring

dengan waktu, walaupun demikian anak dengan autisme tetap menunjukkan gangguan

yang berkelanjutan. Pubertas bisa menyebabkan perbaikan maupun perburukan dari

gejala. Kemampuan berbahasa dan IQ merupakan prediktor terbaik untuk fungsi

jangka panjang. Pasien dengan kemampuan berbahasa yang lebih baik akan lebih

mampu hidup mandiri8.

2.2.5 Diagnosis

Ada beberapa instrumen screening untuk autisme: 5,6,7,9

1. CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), dikembangkan

oleh Eric Schopler pada awal 1970an, berdasarkan pengamatan terhadap

perilaku. Di dalamnya terdapat 15 nilai skala yang mengandung penilaian

terhadap hubungan anak dengan orang, penggunaan tubuh, adaptasi

terhadap perubahan, respon pendengaran, dan komunikasi verbal.

2. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) digunakan untuk screening

autisme pada usia 18 bulan. Dikembangkan oleh Simon Baron-Cohen pada

awal 1990an untuk melihat apakah autisme dapat terdeteksi pada anak

umur 18 bulan. alat screening ini menggunakan kuesioner yang terbagi 2

7

Page 8: Austisme, Autism, Autis

sesi, satu melalui penilaian orang tua, yang lain melalui penilaian dokter

yang menangani. Contoh pertanyaan dapat dilihat pada lampiran 1.

3. The Autism Behaviour Checklist (ABC), daftar berisi 57 pertanyaan yang

dibagi menjadi 5 kategori : sensoris, penggunaan tubuh dan obyek, bahasa,

social, cara membantu diri sendiri. Metode ini memiliki sensitivitas yang

rendah dan hanya dipakai untuk penelitian pemantauan suatu hasil

intervensi.

4. The Gilliam Autism Rating Scale, berisi daftar pertanyaan untuk orang tua

berdasarkan kriteria diagnostik DSM-IV, dibagi dalam 3 kategori yaitu

perkembangan sosial, komunikasi dan tingkah laku stereotipik, dipakai

untuk anak berusia lebih dari 3 tahun.

2.2.6 Kriteria Diagnosis

Adapun untuk menegakkan diagnosis autisme dapat digunakan kriteria

diagnostik menurut DSM IV, seperti yang tertera dibawah ini.5,6,7,9

A. Harus ada 6 gejala atau lebih dari 1, 2 dan 3 di bawah ini:

a) Gangguan kualitatif dari interaksi sosial (minimal 2 gejala)

Gangguan pada beberapa kebiasaan nonverbal seperti

kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, sikap tubuh dan

pengaturan interaksi sosial

Kegagalan membina hubungan yang sesuai dengan tingkat

perkembangannya

Tidak ada usaha spontan membagi kesenangan,

ketertarikan, ataupun keberhasilan dengan orang lain (tidak

ada usaha menunjukkan, membawa, atau menunjukkan

barang yang ia tertarik)

Tidak ada timbal balik sosial maupun emosional

b) Gangguan kualitatif dari komunikasi (minimal 1 gejala)

Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa

yang diucapkan (tidak disertai dengan mimik ataupun sikap

tubuh yang merupakan usaha alternatif untuk kompensasi)

8

Page 9: Austisme, Autism, Autis

Pada individu dengan kemampuan bicara yang cukup.

terdapat kegagalan dalam kemampuan berinisiatif maupun

mempertahankan percakapan dengan orang lain.

Penggunaan bahasa yang meniru atau repetitif atau bahasa

idiosinkrasi

Tidak adanya variasi dan usaha untuk permainan imitasi

sosial sesuai dengan tingkat perkembangan

c) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari

perilaku, minat dan aktivitas (minimal 1 gejala)

Kesibukan (preokupasi) dengan satu atau lebih pola

ketertarikan stereotipik yang abnormal baik dalam hal

intensitas maupun fokus

Tampak terikat kepada rutinitas maupun ritual spesifik yang

tidak berguna

Kebiasaan motorik yang stereotipik dan repetitif (misalnya

mengibaskan atau memutar-mutar tangan atau jari, atau

gerakan tubuh yang kompleks)

Preokupasi persisten dengan bagian dari suatu obyek

B. Keterlambatan atau fungsi yang abnormal tersebut terjadi sebelum

umur 3 tahun, dengan adanya gangguan dalam 3 bidang yaitu: interaksi

sosial; penggunaan bahasa untuk komunikasi sosial; bermain simbol

atau imajinasi.

C. Kelainan tersebut bukan disebabkan oleh penyakit Rett atau gangguan

disintegratif (sindrom Heller)

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi semua disiplin

ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurolog, dokter rehabilitasi

medik) dan non medis (tenaga pendidik, psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik,

pekerja sosial). Tujuan terapi pada autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku

dan meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam

penguasaan bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan dilakukan manajemen

9

Page 10: Austisme, Autism, Autis

multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu, diharapkan dapat tercapai hasil yang

optimal dari perkembangan anak dengan autisme.2

Salah satu aspek paling penting dalam penatalaksanaan anak dengan autisme

adalah dukungan orang tua. Keluarga khususnya orang tua perlu diberikan edukasi

tentang penyakit anaknya, meliputi gejala klinis, tingkat keparahan penyakit,

gangguan tingkah laku dan intelegensia sampai ke prognosis. Jika memungkinkan

orang tua dapat dipertemukan dengan orang tua dari anak lain dengan penyakit yang

sama sehingga mereka dapat saling bantu dalam memahami penyakit autisme ini5.

Manajemen multidisiplin dapat dibagi menjadi dua yaitu non medikamentosa

dan medika mentosa3,5,7,9.

1. Non medikamentosa

a. Terapi edukasi

Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan

sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Terdapat berbagai metode

penganjaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education of

Autistic and related Communication Handicapped Children), metode

ini merupakan suatu program terstruktur yang mengintegrasikan

metode klasikal yang individual, metode pengajaran yang sistematik

terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus8.

b. Terapi perilaku

Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun

metodenya sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin

yang dilakukan terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak

dipakai adalah ABA (Applied Behaviour Analisis) dimana

keberhasilannya sangat tergantung dari usia saat terapi itu dilakukan

(terbaik sekitar usia 2 – 5 tahun)7,9.

c. Terapi wicara

Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan,

mengingat tidak semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi

secara verbal. Terapi ini harus diberikan sejak dini dan dengan intensif

dengan terapi-terapi yang lain3,5.

10

Page 11: Austisme, Autism, Autis

d. Terapi okupasi/fisik

Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme dapat melakukan

gerakan, memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur

sesuai kebutuhan saat itu8.

e. Sensori integrasi

Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan,

sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran) untuk

menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang ada

otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan

sekitarnya, sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi3,5.

f. AIT (Auditory Integration Training)

Pada intervensi autisme, awalnya ditentukan suara yang mengganggu

pendengaran dengan audimeter. Lalu diikuti dengan seri terapi yang

mendengarkan suara-suara yang direkam, tapi tidak disertai dengan

suara yang menyakitkan. Selanjutnya dilakukan desentisasi terhadap

suara-suara yang menyakitkan tersebut7.

g. Intervensi keluarga

Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik

perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat

tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak, mandiri

dan dapat bersosialisai dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan

keluarga yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota

keluarga) dan saling mendukung. Oleh karena itu pengolahan keluarga

dalam kaitannya dengan manajemen terapi menjadi sangat penting,

tanpa dukungan keluarga rasanya sulit sekali kita dapat melaksanakan

terapi apapun pada individu dengan autisme5,9.

2. Medikamentosa

Individu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana yang tegang

bagi lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru atau terapisnya.

Kondisi ini seringkali memerlukan medikasi dengan medikamentosa

yang mempunyai potensi untuk mengatasi hal ini dan sebaiknya

diberikan bersama-sama dengan intervensi edukational, perilaku dan

sosial7.

11

Page 12: Austisme, Autism, Autis

a) Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen

terbaik adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi

dapat juga dengan agonis alfa adrenergik dan antagonis reseptor

beta sebagai alternatif7,9.

Neuroleptik

Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat

menurunkan agresifitas dan agitasi.

Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat

menurunkan agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan

stereotipik.

Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan

dalam hubungan sosial, atensi dan absesif.

Agonis reseptor alfa adrenergik

Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas,

impulsifitas dan hiperaktifitas.

Beta adrenergik blocker

Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas

terutama yang disertai dengan agitasi dan anxietas.

b) Jika perilaku repetitif menjadi target terapi

Neuroleptik (Risperidon) dan SSRI dapat dipakai untuk mengatasi

perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri, resisten terhadap

perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas tinggi7,9.

c) Jika inatensi menjadi target terapi

Methylphenidat (Ritalin, Concerta) dapat meningkatkan atensi dan

mengurangi destruksibilitas7.

d) Jika insomnia menjadi target terapi

Dyphenhidramine (Benadryl) dan neuroleptik (Tioridazin) dapat

mengatasi keluhan ini7.

e) Jika gangguan metabolisme menjadi problem utama

Gangguan metabolisme yang sering terjadi meliputi gangguan

pencernaan, alergi makanan, gangguan kekebalan tubuh, keracunan

logam berat yang terjadi akibat ketidak mampuan anak-anak ini

untuk membuang racun dari dalam tubuhnya. Intervensi biomedis

dilakukan setelah hasil tes laboratorium diperoleh. Semua

12

Page 13: Austisme, Autism, Autis

gangguan metabolisme yang ada diperbaiki dengan obat-obatan

maupun pengaturan diet. 3,9

f) Diet

Intervensi diet pada penderita autisme adalah untuk menanggulangi

alergi makanan dan suplementasi vitamin dan mineral. Diet yang

dianjurkan adalah gluten – free, casein – free diet. Sedangkan

menurut beberapa penelitian suplementasi vitamin yang dapat

diberikan adalah vitamin B6 bersama magnesium. Suplementasi

lain yang juga masih diteliti efektivitasnya adalah sekretin7,9.

2.2.8 Prognosis

Intervensi dini yang tepat dan program pendidikan terspesialisasi serta

pelayanan pendukung mempengaruhi hasil pada penderita autisme. Autisme tidak

fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup normal. Penderita autis yang dideteksi

dini serta langsung mendapat perawatan dapat hidup mandiri tergantung dari jenis

gangguan autistik apa yang diderita dan berapa umurnya saat terdeteksi dan ditangani

sebagai penderita autis. 2

Prognosis yang lebih baik berhubungan dengan tingkat intelegensia yang lebih

tinggi, kemampuan berbahasa yang lebih baik, serta tingkat keganjilan gejala dan

tingkah laku yang lebih rendah8.

2.3 RETT’S DISORDER

Rett’s Disorder atau Sindrom Rett terjadi akibat kelainan genetik yang

mempengaruhi perkembangan otak. Sindrom ini terjadi secara eksklusif pada anak

perempuan. Gangguan ini mirip sekali dengan gangguan autis, sehingga sindrom Rett

juga dikenal sebagai gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorders; ASDs).

Banyak bayi dengan sindrom Rett berkembang secara normal pada awalnya, tetapi

perkembangannya sering terhambat pada saat mencapai usia 18 bulan. Seiring waktu,

anak-anak dengan sindrom Rett fungsi motorik untuk menggunakan tangan, berbicara,

berjalan, mengunyah dan bernapas mereka tidak normal. Prevalensi kejadian Sindrom

Rett secara statistik diperoleh perbandingan 1:10.000 sampai 1:23.000 wanita di

seluruh dunia.

2.3.1 Etiologi

13

Page 14: Austisme, Autism, Autis

Penyebab utama gangguan ini tidak diketahui secara pasti, namun banyak kasus

yang terdeteksi disebabkan oleh mutasi dari gen MECP2, merupakan gen yang terlibat

dalam pembuatan protein untuk perkembangan otak secara normal. Gen MECP2

terbentuk dari kromosom X, satu dari dua kromosom sebagai pembeda jenis kelamin

seseorang.

Pada wanita terdapat 2 kromosom X dalam setiap sel, mutasi gen disebabkan oleh

ketidakmampuan sel-sel dalam tubuh untuk bekerja atau tidak berfungsinya salah satu

kromosom tersebut. Sehingga sel-sel tersebut gagal memutasikan dirinya untuk

memiliki 2 kromosom yang sama setiap selnya. Sekitar 20% wanita yang memiliki

sindrom Rett mengalami gangguan mutasi gen MECP2. Menurut penelitian

ditemukan perbedaan dalam setiap sel yang ada. Perbedaan antar sel ini masih dalam

penelitian para ahli.

Berbeda halnya pada anak laki-laki yang memiliki kromosom X dan Y. Gangguan

disebabkan oleh tidak berfungsinya kromosom X, sehingga anak laki-laki memiliki

dampak yang lebih parah dibandingkan anak perempuan, kebanyakan dari mereka

(anak laki-laki) meninggal lebih dahulu pada masa perkembangan kehamilan atau

awal-awal kelahiran.

Beberapa anak laki-laki dengan sindrom Rett yang dapat bertahan hidup karena

memiliki mutasi gen MECP2 dengan kromosom X lebih. Sangat sedikit dari anak

laki-laki dapat memutasikan gen tersebut hanya beberapa sel saja, diantaranya dapat

bertahan hingga usia dewasa.

Sindrom Rett merupakan penyimpangan genetik, sangat sedikit kasus yang

muncul akibat faktor turunan, mutasi genetik tersebut sifatnya random dan terjadi

dengan spontan saat konsepsi terjadi.

2.3.2 Kriteria Diagnostik Sindrom Rett (DSM-IV)

A. Semua hal berikut :

(1) Normal pada saat perkembangan prenatal dan perkembangan perinatal.

(2) Perkembangan psikomotor yang normal selama 5 bulan pertama setelah

kelahiran.

(3) Mempunyai lingkar kepala yang normal saat lahir.

B. Onset (semua hal setelah periode perkembangan normal), yaitu :

(1) Penurunan pertumbuhan kepala antara usia 5 sampai 48 bulan.

14

Page 15: Austisme, Autism, Autis

(2) Kehilangan kemampuan tangan tertentu yang telah dikuasai sebelumnya

antara usia 5 sampai 30 bulan dengan diikuti oleh perkembangan gerakan

tangan stereotyped (seperti meremas-remas atau mencuci).

(3) Kehilangan keterikatan social pada perkembangan awal (meskipun

interaksi sosial sering berkembang kemudian).

(4) Menunjukkan kelemahan terkait dengan koordinasi atau pergerakan tubuh.

(5) Mengalami gangguan berat pada perkembangan penerimaan bahasa

maupun pengekspresian bahasa dengan retardasi psikomotorik berat.

2.3.3 Tahapan Gangguan pada Sindrom Rett

Gejala kemunculan adanya sindrom Rett sifatnya sangat bervariatif antara satu

anak dengan anak yang lainnya. Beberapa bayi kadang secara langsung menunjukkan

adanya gangguan pada awal kelahiran, sementara lainnya beberapa bayi dapat

diketahui adanya gangguan dikemudian hari.

Gangguan Rett atau Sindrom Rett terdiri dari beberapa tahap gangguan;

1) Tahap I

Gejala gangguan ini dimulai pada usia 6 sampai 18 bulan usia bayi. Pada tahap

ini bayi mulai menghindari kontak mata dan kehilangan minat pada benda-benda

mainan. Pada tahap ini bayi mengalami keterlambatan dalam merangkak dan

duduk.

2) Tahap II

Gejala gangguan dimulai pada usia 1-4 tahun. Beberapa gangguan yang

muncul

- Kehilangan kemampuan untuk berbicara.

- Mengulang-ulang perbuatan yang sama.

- Suka menggerakan tangan seperti sedang mencuci.

- Menangis atau menjerit tanpa adanya provokasi.

- Hambatan atau kesulitan dalam berjalan.

3) Tahap III

Gejala gangguan dimulai berkisar antara usia 2-10 tahun. Meskipun gangguan

gerak terus berlanjut, anak dengan sindrom Rett masih mengalami perkembangan

perilaku. Beberapa gangguan lain pada tahap ini :

- Sering menangis atau menjerit tanpa sebab yang jelas.

- Perilaku waspada

15

Page 16: Austisme, Autism, Autis

- Permasalahan atensi

- Hambatan dalam komunikasi nonverbal

4) Tahap IV

Tahap gangguan ini merupakan lanjutan dari stage sebelumnya, gejala yang

muncul pada usia relatif terutama pada ebilitas (kemampuan) mobilitas diri.

Gangguan yang muncul berupa gangguan komunikasi, kesulitan dalam memahami

bahasa, gangguan psikomotorik pada tangan. Penderita gangguan Rett terlihat

lemah dan beberapa diantaranya didiagnosa mengidap scoliosis. Beberapa fakta,

pada tahap ini terjadinya penurunan perilaku mengulang bermain-main jari-jari

tangan seperti mencuci.

Banyak pasien dengan sindrom Rett meninggal secara tiba-tiba pada saat tidur.

Diperkirakan adanya kerusakan saraf otak yang berhubungan dengan sistem

pernafasan, kondisi ini disebut dengan sudden infant death syndrome (SIDS).

Rata-rata usia pasien dengan sindrom Rett dapat bertahan hidup 40-50 tahun.

Hampir keseluruhan hidup pasien membutuhkan pertolongan dari orang lain.

2.3.4 Diagnosis

Diagnosa Sindrom Rett dilakukan dengan hati-hati, observasi perkembangan dan

pertumbuhan juga di dalam catatan medis serta latar belakang keluarga perlu

dilakukan. Anak juga diharuskan mengikuti beberapa tes sebagai studi banding dari

beberapa gejala yang hampir serupa.

Disebabkan karena gangguan sindrom Rett ini mulai tampak pada usia awal-awal

kelahiran, orang tua mestilah memperhatikan tanda-tanda yang tidak lazim yang

tampak pada anak seusianya. Setidaknya orangtua mengetahui pola-pola

perkembangan anak baik secara fisik maupun mental. Anak yang mengidap sindrom

Rett juga perlu mengikuti tes darah dan urine, pemetaan susunan saraf dan uji

imajinasi anak dengan CT Scan dan MRI serta beberapa tes lainnya untuk diagnosa

yang lebih tepat.

Beberapa diagnosa bandingnya antara lain :

- Petunjuk perkembangan normal untuk usia 6 bulan

- Perkembangan otak normal pada usia 3-4 bulan

- Penggunaan bahasa

- Kebiasaan pergerakan tangan

- Gerakan kerangka badan

16

Page 17: Austisme, Autism, Autis

- Cara berjalan

- Bentuk tubuh

- Kesulitan tidur

- Kesulitan dalam pernapasan

- Uji genetik, seperti MECP2

2.3.5 Terapi dan Komplikasi

Sejauh ini belum diketemukan terapi yang dapat menyembuhkan sindrom Rett,

dalam keseharian anak dengan sindrom Rett memerlukan bantuan dalam melakukan

tugas-tugas rutin, hampir semua pekerjaan anak memerlukan bantuan dari orang lain

seperti makan, berjalan dan menggunakan kamar mandi. Banyak orangtua merasa

tertekan dan mengalami stres sepanjang harinya dalam anak dengan gangguan ini.

Dibutuhkan biaya sangat besar untuk perawatan anak dengan sindrom Rett

sehingga kebanyak anak dengan sindrom Rett lebih banyak dirawat di rumah.

Orangtua haruslah memonitor anak secara lengkap dengan bantuan para ahli; dokter

anak, ahli saraf dan ahli perkembangan anak.

Medikamentosa

Tidak ada obat untuk Sindrom Rett. Terapi untuk gangguan ini terfokus pada

manajemen gejala yang ada dan membutuhkan pedekatan dari multidisiplin ilmu.

Terapi memfokuskan pada tujuan untuk memperlambat kerusakan motorik dan

meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

Obat dibutuhkan untuk kesulitan bernafas, kesulitan motorik, dan antiepilepsi.

1. L-Dopa adalah bentuk sintetis dari dopamine. Ini ditemukan untuk mengurangi

kekakuan selama tahap kemunduran motorik (tahap 4), tetapi sebaliknya gagal

untuk menyediakan peningkatan pada basis yang konsisten.

2. Naltrexone (Revia) adalah lawan dari opium, biasanya untuk mengurangi

kecanduan obat. Penggunaan neltraxone dalam dosis rendah atau tinggi mungkin

bermanfaat dalam control nafas yang tidak teratur dan kejang, dan mengurangi

teriakan-teriakan. Ini mungkin ada kaitannya dengan efek obat penenang.

Namun terdapat efek lain yaitu kehilangan nafsu makan.

3. Bromokriptin (Parlodel) adalah obat yang meningkatkan fungsi system

dopamine di otak. Satu obat yang diuji coba menunjukkan peningkatan awal

dalam komunikasi, berkurangnya kegelisahan dan berkurangnya gerak tangan di

17

Page 18: Austisme, Autism, Autis

tahap pertama, namun ketika obat berhenti, gejala akan muncul lagi, dan

pengenalan kembali pada obat tidak membawa kembali pada peningkatan awal.

4. Tirosin (dopamine dan noradrenalin) dan triptophan (serotonin) adalah asam

amino yang biasanya mendorong level transmitter. Studi menunjukkan tidak ada

perbedaan dalam penampilan klinis atau pola EEG. L-Carnitin adalah turunan

dari asam amino esensial lisin.

Terapi Fisik

Terapi fisik dimaksudkan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan berjalan

dan keseimbangan, mempertahankan jauhnya jangkauan gerak paling tidak

mempertahankan fungsi gerak dan mencegah kecacatan.

Tujuan dari terapi fisik adalah untuk menjaga atau meningkatkan keterampilan

motorik, mengembangkan keahlian transisional, mencegah atau mengurangi

kecacatan, mengurangi ketidaknyamanan dan kegelisahan serta meningkatkan

kemandirian. Terapi fisik dapat memperbaiki dan meningkatkan pola duduk dan

berjalan serta memonitor perubahan sepanjang waktu.

Terapi fisik digunakan untuk: mengurangi apraxia, menstimulasi penggunaan

tangan untuk mendukung mobilitas, mencapai keseimbangan yang lebih baik,

meningkatkan koordinasi, mengurangi ataxia, meningkatkan body awareness,

memberikan jangkauan gerakan yang lebih baik, mengurangi sakit pada otot, menjaga

dan meningkatkan mobilitas, melawan kejang-kejang,dan meningkatkan respon

protektif. Contoh terapi fisik yaitu menggunakan kolam bola, tempat tidur air, atau

trampoline.

Terapi Wicara

Terapi bahasa dan bicara dilatih pada anak dengan Sindrom Rett bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa dan mengenal komunikasi nonverbal.

Dukungan Gizi

Disamping itu anak dengan Sindrom Rett juga mendapatkan diet makanan yang

sehat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak meningkat

kemampuan sosial dan sehat secara fisik dan mental. Beberapa anak dengan sindrom

Rett mendapatkan kebutuhan makanan bergizi melalui suntikan infus melalui selang

sepanjang hidupnya.

Komplikasi

Kebanyakan anak dengan gangguan Rett memiliki permasalahan dalam makan,

sehingga anak dengan gangguan ini memiliki berat badan dibawah rata-rata anak

18

Page 19: Austisme, Autism, Autis

normal. Untuk mendapatkan makanan bergizi, beberapa anak harus mendapatkan

makanan melalui infus.

Beberapa komplikasi anak dengan sindrom Rett :

1. Perubahan bentuk tubuh kurang normal dibandingkan anak / orang

seusianya

2. Gangguan pernafasan (cardiac dysrhythmias)

3. Rapuh tulang

4. Scoliosis

2.4 GANGGUAN DISINTEGRATIF ANAK

Chilhood Disintegrative Disorder (CDD) atau Gangguan Disintegrasi Anak

merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan terlambatnya (>3 tahun)

perkembangan bahasa, fungsi sosial dan keterampilan motorik. Gangguan ini dikenal

juga sebagai sindroma Heller dan psikosis disintegratif, dijelaskan pertama kali pada

tahun 1908. Para peneliti belum menemukan penyebab dari gangguan ini. CDD

terkadang memiliki kesamaan dengan autisme, dan terkadang dianggap sebagai

bentuk yang berfungsi rendah, tetapi periode normal sering di catat sebagai

serangkaian regresi dalam keterampilan. Banyak anak yang terlambat untuk terdeteksi

mengalami gangguan ini, karena belum jelasnya tanda-tanda yang di alami. Usia

dimana regresi ini terjadi berbeda-beda, mulai dari usia 2-10 tahun. Regresi ini bisa

sangat mendadak. Beberapa anak memperlihatkan reaksi terhadap halusinasi.

Kejadian kira-kira 1 dari 100.000 anak laki-laki. Rasio laki-laki : perempuan adalah 4-

8 : 1

2.4.1 Etiologi

Penyebab pasti dari gangguan disintegrasi masa kanak-kanak masih belum

diketahui. Terkadang Gangguan ini muncul dalam beberapa hari atau minggu, namun

kasus lainnya gangguan ini muncul pada periode waktu yang lama. Sebuah laporan

Mayo Clinic menunjukkan: "Komprehensif pemeriksaan medis dan neurologis pada

anak-anak didiagnosis dengan gangguan disintegrasi masa kanak-kanak jarang

mengungkap penyebab medis atau neurologis yang mendasari Meskipun terjadinya

epilepsi lebih tinggi pada anak dengan gangguan disintegrasi masa kanak-kanak, para

ahli tidak tahu apakah epilepsi berperan dalam menyebabkan gangguan itu ". CDD

juga telah dikaitkan dengan kondisi tertentu lainnya, khususnya sebagai berikut:

19

Page 20: Austisme, Autism, Autis

- Lipid Storage Diseases, Kondisi ini terjadi karena adanya penumpukan

racun dari kelebihan lemak (lipid) terjadi di otak dan sistem saraf.

- Subacute Sclerosing Panencephalitis, kronis infeksi otak oleh bentuk virus

campak penyebab panencephalitis sclerosing subakut. Kondisi ini

menyebabkan radang otak dan kematian sel-sel saraf.

- Tuberous Sclerosis (TSC), gangguan genetik. Dalam gangguan ini, tumor

dapat tumbuh di otak dan organ vital lainnya seperti ginjal, jantung, mata,

paru-paru, dan kulit. Non-kanker (jinak) tumor, hamartomas, tumbuh di

dalam otak.

2.4.2 Kriteria Diagnosis (DSM-IV)

A. Pertumbuhan yang tampaknya normal selama sekurangnya dua tahun pertama

setelah lahir seperti yang ditunjukkan oleh adanya komunikasi verbal dan non

verbal yang sesuai dengan usia, hubungan sosial, permainan dan perilaku

adaptif.

B. Kehilangan bermakna secara klinis keterampilan yang telah dicapai

sebelumnya (sebelum usia 10 tahun) dalam sekurangnya bidang berikut:

(1) Bahasa ekspresif atau reseptif

(2) Keterampilan sosial atau perilaku adaptif

(3) Pengendalian usus atau kandung kemih

(4) Bermain

(5) Keterampilan motorik

C. Kelainan fungsi dalam sekurangnya dua bidang berikut:

(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial (misalnya, gangguan dalam

perilaku non verbal, gagal untuk mengembangkan hubungan teman sebaya,

tidak ada timbal balik sosial atau emosional).

(2) Gangguan kualitatif dalam komunikasi (misalnya, keterlambatan atau tidak

adanya bahasa ucapan, ketidak mampuan untuk memulai atau

mempertahankan suatu percakapan, pemakaian bahasa yang stereotipik dan

berulang, tidak adanya berbagai permainan khayalan).

(3) Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik,

termasuk stereotipik dan manerisme motorik.

D. Gangguan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan perkembangan pervasif

spesifik lain atau oleh skizofrenia.

20

Page 21: Austisme, Autism, Autis

2.4.3 Gejala Klinis

Seorang anak yang mengalami gangguan distegrasi anak menunjukkan

perkembangan normal (umumnya sampai usia 2 tahun) dan memperoleh

perkembangan komunikasi verbal dan nonverbal, hubungan sosial serta motorik

sesuai dengan usia. Namun, antara usia 2-10 tahun beberapa dari perkembangan-

perkembanga itu hampir sepenuhnya hilang.

- Keahlian bahasa

- Keterampilan reseptif bahasa

- Keterampilan sosial & keterampilan perawatan diri

- Kontrol atas usus dan kandung kemih

- Keterampilan bermain

- Keterampilan motorik

Kurangnya fungsi normal atau penurunan juga terjadi di setidaknya dua dari

tiga bidang berikut:

- Interaksi social

- Komunikasi

- Perilaku berulang

2.4.4 Terapi

Tidak ada obat yang permanen untuk CDD, hilangnya bahasa dan keterampilan

yang berkaitan dengan interaksi sosial dan perawatan diri agak serius. Pengobatan

CDD melibatkan kedua terapi perilaku dan pengobatan.

Terapi Perilaku (Behavior Therapy)

Tujuannya adalah untuk mengajarkan anak untuk belajar bahasa kembali,

perawatan diri dan keterampilan sosial. Program yang dirancang dalam hal ini

"menggunakan sistem penghargaan (rewards) untuk memperkuat perilaku yang

diinginkan dan mencegah perilaku masalah. Terapi perilaku digunakan oleh sejumlah

personil perawatan kesehatan dari berbagai bidang seperti psikolog, terapis bicara,

terapis fisik dan terapis okupasi. Pada saat yang sama, orang tua, guru dan perawat

juga menggunakan terapi perilaku. Sebuah pendekatan konsisten oleh semua hasil

yang bersangkutan menjadi perlakuan yang lebih baik.

Medikamentosa

Tidak ada obat yang tersedia untuk mengobati CDD secara langsung.

Antipsikotik obat yang digunakan untuk mengobati masalah perilaku yang parah

21

Page 22: Austisme, Autism, Autis

seperti sikap agresif dan pola perilaku repetitif, Antikonvulsi obat yang digunakan

untuk mengontrol kejang.

2.5 ASPERGER DISORDER

Asperger Disorder atau dikenal juga dengan Asperger Sindrom merupakan suatu

gejala kelainan perkembangan saraf otak yang namanya diambil dari seorang dokter

Austria, Hans Asperger pada tahun 1944. Penyakit ini merupakan gangguan

perkembangan yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan sosial, kesulitan

dalam membina hubungan sosial, lemahnya koordinasi dan konsentrasi serta

keterbatasan dalam minat. Namun penderita masih memiliki intelegensi yang normal

dan kemampuan berbahasa yang cukup pada area vocabulary dan grammar. Asperger

Disorder mempunyai onset yang lebih lambat daripada Autistik disorder. Kejadian

penyakit ini terjadi 1 diantara 10.000 orang dan laki-laki mempunyai resiko 10 kali

lebih tinggi mendapatkan penyakit ini dibandingkan perempuan.

2.5.1 Etiologi

Sampai saat ini diperkirakan penyebabnya adalah faktor turunan dan pada beberapa

kasus dihubungkan dengan kelainan mental seperti depresi dan bipolar disorder, serta

ada kemungkinan faktor lingkungan juga mempengaruhi. Untuk mendiagnosis

Asperger Disorder sangat sulit, karena biasanya memiliki aspek kehidupan yang

sangat baik. Para ahli kesehatan mental menilai penting untuk melakukan intervensi

awal. Intervensi ini melibatkan pelatihan pendidikan dan kemampuan sosial yang

dilakukan saat otak anak masih berkembang.

2.5.2 Kriteria Diagnosis (DSM-IV)

A. Gangguan Kualitatif dalam Interaksi Sosial, minimal harus ada 2 manifestasi :

(1) Hendaya dalam perilaku non verbal, seperti : kontak mata sangat

kurang, ekspresi muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh

dalam interaksi sosial.

(2) Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan

perkembangannya.

(3) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

(4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional.

22

Page 23: Austisme, Autism, Autis

B. Suatu Pola yang Dipertahankan dan Diulang-ulang dalam Perilaku, Minat dan

Kegiatan, minimal harus ada 1 manifestasi :

(1) Mempertahankan 1 kegiatan atau lebih dengan cara yang sangat khas

dan berlebihan.

(2) Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada gunanya.

(3) Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang.

(4) Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.

C. Hendaya Tersebut Menyebabkan Gangguan yang Sangat Bermakna Pada

Bidang Sosial, Pekerjaan Atau Fungsi Penting Lainnya

D. Tidak Ada Keterlambatan Bahasa

E. Tidak Ada Keterlambatan Perkembangan Kognitif

F. Tidak Memenuhi Kriteria Untuk Gangguan Perkembangan Pervasif Spesifik

Lainnya atau Skizofrenia.

2.5.3 Gejala Klinis

Anak yang menderita Asperger Disorder tidak mengalami keterlambatan

perkembangan bahasa yang signifikan, namun penderita mengalami kesulitan dalam

memahami suatu percakapan seperti suatu ironi dan humor. Penderita tidak bisa

mengartikan bahasa tubuh seperti senyum, mata melotot atau ketika harus bergembira.

Kemampuan mengartikan bahasa juga terbatas sehingga sering mengulang-ngulang

kata atau memberikan komentar yang tidak relevan dengan lawan bicaranya. Jadinya

terlihat sangat kaku dan formal, kadang suka memotong pembicaraan orang, berdiri

terlalu dekat atau memandang lawan bicaranya terlalu lama. Itu terjadi karena

penderita Asperger Disorder tidak memahami gerakan-gerakan atau ekspresi wajah

lawan bicaranya dan sulit untuk bicara ke topik lain.

Selain itu, anak dengan Asperger Disorder tidak menunjukkan retardasi

mental, penderita memiliki tingkat kecerdasan rata-rata ataupun normal sehingga

kadang-kadang Asperger Disorder disebut “high-functioning autism”. Walaupun

memiliki tingkat kecerdasan yang normal, penderita memiliki gangguan pada

keterampilan sosial yaitu tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain

dan memiliki koordinasi yang buruk.

Gejala yang dialami oleh penderita Asperger Disorder seringkali sulit

dibedakan dengan masalah perilaku yang lain. Karakteristik yang paling menonjol

23

Page 24: Austisme, Autism, Autis

adalah memiliki interaksi sosial yang buruk, obsesi, pola bicara yang aneh serta

perilaku aneh lainnya.

2.5.4 Terapi

Terapi yang ideal untuk Asperger Disorder adalah yang bisa

mengkoordinasikan ketiga gejala utama dari penyakit ini. Banyak ahli yang

berpendapat bahwa semakin awal dilakukan intervensi, maka semakin bagus hasilnya

dan tidak ada terapi tunggal terbaik untuk mengatasi penyakit ini. Terapi sebaiknya

dalam bentuk program, antara lain :

- Latihan kemampuan sosial untuk menumbuhkan interaksi interpersonal

yang lebih efektif

- Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk mengatasi managemen stress

yang berhubungan dengan kecemasan dan emosi yang meledak-ledak dan

untuk mengurangi keinginan obsesif dan perilaku repetitif

- Medikamentosa untuk kondisi-kondisi yang menyertai, seperti major

depresif disorder dan anxiety disorder

- Terapi okupasi atau terapi fisik untuk membantu kurangnya integrasi

sensori dan koordinasi motorik

- Intervensi komunikasi sosial, khususnya terapi wicara untuk membantu

kemampuan fragmatik sehingga bisa bercakap-cakap secara normal

- Latihan dan dukungan dari orang tua sangat mendukung keberhasilan

terapi ini

Medikamentosa

Tidak ada obat-obatan yang secara langsusng mengobati gejala Asperger

Disorder. Walaupun penelitian tentang efektifitas intervensi medikamentosa untuk

penyakit ini sangat terbatas, namun sangat penting untuk mendiagnosis dan mengatasi

kondisi komordid yang menghambat proses penyembuhan penyakit ini. Kurangnya

identifikasi emosi ataupun kemampuan mengobservasi perilaku orang lain

menyebabkan anak dengan Asperger disorder menemukan dan mencari penngobatan

yang cocok. Terapi medikamentosa akan lebih efektif bila dikombinasi dengan

intervensi perilaku dan intervensi lingkungan untuk mengatasi kondisi komorbid

seperti anxiety disorder, major depresif disorder, inatensi dan agresifitas. Antipsikotik

atipikal seperti Risperidon dan Olanzapine dikatakan mampu mengatasi kondisi

tersebut. Risperidon bisa mengurangi perilaku repertitif dan membahayakan diri

24

Page 25: Austisme, Autism, Autis

sendiri, perilaku agresif dan impulsivitas. Obat-obatan antidepresan golongan

Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) seperti flouxetine, fluvoxamine dan

sertraline efektif mengatasi minat dan perilaku repetitif.

Dalam menggunakan terapi medikamentosa juga perlu berhati-hati dan

memperhatikan efek samping obat yang mungkin muncul. Abnormalitas dalam

metabolisme, konduksi jantung dan meningkatkan resiko Diabetes Melitus Tipe 2

merupakan salah satu resiko yang perlu diperhatikan. SSRI bisa menyebabkan

peningkatan perilaku impulsif, agresi dan menyebabkan gangguan tidur. Penambahan

berat badan adalah efek samping umum darui Risperidon, yang bisa juga

meningkatkan resiko Sindrom Ekstrapiramidal seperti Distonia dan meningkatkan

serum Prolaktin. Sedasi dan penambahan berat badan adalah efek umum dari

Olanzapine, dan bisa berhubungan dengan Diabetes juga. Efek samping sedatif pada

anak-anak sekolah bisa menurunkan kempuan belajar anak di kelas. Jadi terapi

medikamentosa tidak secara langsung bisa mengatasi gejala Asperger Disorder, hanya

membantu mengatasi kondisi komorbidnya dan perlu diperhatikan pula efek samping

yang mungkin timbul.

2.6 PERVASIF DEVELOPMENTAL DISORDER-NOT OTHERWISE

SPECIFIED (PPD-NOS)

Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat

dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan tetapi

terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya.

PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang

komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada

Autisme Masa kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-

kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan

masih bisa diajak bergurau.

Observasi anak menunjukkan bahwa banyak kasus yang menunjukkan

manifestasi klinis Gangguan Autisrtik yang cenderung tidak begitu khas, gejala lebih

sedikit atau lebih ringan dan intelegensi yang lebih baik. Kasus-kasus ini jelas

menunjukkan gangguan tetapi tidak memenuhi kriteria Gangguan Autistik. Keadaan

ini disebut sebagai PDD-NOS (Pervasif Developmental Disorder not Otherwise

Specified) atau Atypical Autism, Pervasif Developmental Disorder unspecified PDD

NOS dianggap mempunyai prognosis yang lebih baik.

25

Page 26: Austisme, Autism, Autis

Perbedaan gejala tersebut bukan hanya dalam 2 dimensi (lebih ringan atau

lebih berat) tetapi bersifat multidimensi, sebagian gejala dapat lebih ringan, sebagian

gejala dapat lebih berat.

Karena gangguan autistik dan PDD-NOS menunjukkan gejala yang sangat

bervariasi baik jenis maupun beratnya, para ahli tampaknya telah sepakat untuk

menggolongkan semua gejala dalam suatu spektrum yang disebut sebagai Autistic

Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).

Anak-anak yang masih dalam fase perkembangan, hanya menunjukkan

gangguan sangat ringan dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta masih

menunjukkan kemampuan interaksi emosi timbal balik dengan orang tuanya

dimasukkan dalam PDD-NOS. Lagipula anak-anak yang masih dalam fase

perkembangan dini tersebut dapat menunjukkan perubahan ke arah yang baik atau

yang buruk sesuai bertambahnya umur.

Terapi

Sama dengan gangguan autistik. PDD-NOS mempunyai komukasi dan kesadaran diri

yang lebih bagus. Oleh itu, mereka merupakan golongan yang memberi respons yang

lebih baik terhadap psikoterapi.

Tabel 2.2 Perbedaan Masing-masing Gangguan Perkembangan Pervasif

AUTISM

Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun mempunyai

daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik

(aneh).

Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas yang

terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat

normal atau diatas normal. Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTISM :

1. Kegagalan untuk mengembangkan kehidupan sosial normal

2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi

3. Abnormal Relationships to Objects and Events

4. Respon tidak normal terhadap stimulasi sensoris

5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan perkembangan

6. Dimulai selama usia bayi atau anak

RETT’S DISORDER

Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif, ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah

(progresif). Hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan

keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik khususnya kehilangan kemampuan

26

Page 27: Austisme, Autism, Autis

menggunakan tangan yang kemudian berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang (seperti

mencuci tangan) mulai pada umur 1 hingga 4 tahun.

Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18 bulan :

1. Pertumbuhan kepala lambat

2. Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan tangan

3. Berkembang seperti gejala khas autism

CHILDHOOD DISINTEGRATIVE DISORDER (CDD)

Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan kemampuan yang

sebelumnya telah dikuasai dengan baik.

Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun pertama (seperti : kemampuan komunikasi, sosial,

bermain dan perilaku), namun secara bermakna kemampuan itu terganggu sebelum usia 10 tahun, yang

terganggu diantaranya adalah kemampuan :

1. Bahasa

2. Kemampuan sosial

3. Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di toilet

4. Bermain

5. Kemampuan motorik

Gejala tambahan, menunjukkan fungsi abnormal sedikitnya dua hal dari :

1. Interaksi sosial

2. Komunikasi

3. Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas

ASPERGER’S DISORDER

Asperger Disorder gejala khas yang timbul adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala

keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan dan aktifitas. Mempunyai gangguan kualitatif

dalam interaksi sosial, sedikitnya dua gejala dari :

1. Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa komunikasi non verbal (mata, pandangan,

ekspresi wajah, sikap bada, gerak isyarat)

2. Tidak bisa bermain dengan anak sebaya

3. Gangguan dalam menikmati minat atau keberhasilan

4. kurangnya hubungan sosial dan emosional

PERVASIF DEVELOPMENT DISORDER-NOT OTHERWISE SPECIFIED

(PPD-NOS)

Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak tidak

memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa

perilakunya.

27

Page 28: Austisme, Autism, Autis

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Nama : Agung Putra Wahyu Sedana

Umur : 6 tahun 9 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : I Ketut Sukadarna

Nama Ibu : Chesryani

Alamat : Br Dauh Rurung Pantai Tedung, Belalang, Kediri, Tabanan

Tanggal pemeriksaan : 19 Mei 2011

3.2 Heteroanamnesis

Keluhan utama : tidak kontak bila diajak bicara

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien dikeluhkan oleh ibunya tidak bisa kontak bila diajak berbicara. Keluhan ini

mulai disadari oleh Ibu pasien sejak pasien berusia 2 tahun, dimana pada saat itu

pasien tidak mau mendengar bila dipanggil tiap kali diajak berbicara, tidak peduli

dengan orang yang mengajaknya berbicara dan tampak sibuk sendiri tanpa mau

menatap lawan bicaranya. Pasien hanya bisa berkata satu kata seperti “Mama, Papa”

tanpa bisa membentuk kalimat kadang-kadang pasien juga suka berbicara kacau tanpa

arti. Pasien juga dikeluhkan sangat aktif, suka berlari-lari dalam rumah dan bila keluar

rumah suka berjalan begitu saja tanpa memperhatikan kendaraan di sekitarnya. Pasien

juga suka mencoret-coret tembok rumahnya dan menggambar gambar-gambar yang

tidak jelas, bila dilarang maka pasien akan marah.

Dari keterangan yang didapat dari ibu pasien, diketahui bahwa pada awalnya

ibu pasien belum menyadari bahwa anaknya menderita Autis, karena kurangnya

informasi maka Ibu pasien sempat membawa pasien berobat beberapa kali ke dukun

namun tidak ada perubahan. Karena dirasa perkembangan anaknya semakin tidak

sesuai dengan anak seusianya, pada usia 5 tahun pasien dibawa berobat ke Puskesmas

Tabanan lalu dari sana dirujuk ke bagian THT RS Tabanan karena dicurigai adanya

gangguan pendengaran. Kemudian saat itu juga pasien dibawa berobat ke THT dan

ternyata tidak ada kelainan lalu disarankan untuk berobat ke poli Tumbuh Kembang

RSUP Sanglah. Kemudian pasienpun dibawa berobat ke poli tumbuh kembang RSUP

28

Page 29: Austisme, Autism, Autis

Sanglah saat usia 5 tahun dan dari sana baru didiagnosa menderita Autis serta dokter

di poli heran kenapa baru membawa pasien berobat setelah 3 tahun tidak ada

perubahan. Setelah itu pasien terus kontrol ke poli tumbuh kembang tiap bulan dan

rutin melakukan rehabilitasi medis ke bagian URM RSUP Sanglah dan menjalani,

terapi okupasi dan terapi wicara. Saat ini pasien dikatakan masih tidak ada kontak

mata dengan orang lain yang mengajaknya bicara namun pasien sudah bisa

mengulang sedikit kata-kata yang diucapkan orang tuanya.

Aktifitas pasien saat kunjungan normal, nafsu makan dan minum baik. BAB

dan BAK juga seperti biasa. Keluhan muntah tidak ada, sesak nafas tidak ada.

Riwayat Pengobatan :

Dari poli tumbuh kembang RS Sanglah pasien mendapatkan beberapa obat

(Risperidon 0,3 mg, Vit B6 1/2 Tab, Asam Folat 1/2 Tab, Piracetam 150 mg) dan

dikonsulkan ke bagian Rehabilitasi Medis RS Sanglah untuk mendapatkan terapi

wicara dan terapi okupasi. Sampai saat kunjungan pasien masih meminum obat secara

teratur dan menurut ibu pasien selama melakukan terapi wicara pasien sedikit

mengalami kemajuan dalam hal berbicara. Selain pasien mendapat terapi wicara ibu

pasien juga diajarkan bagaimana cara merangsang pasien untuk berbicara.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak memiliki riwayat kejang, trauma kepala ataupun dirawat di rumah sakit

karena suatu penyakit, penyakit yang sering diderita hanya batuk pilek dan biasanya

hilang dengan obat.

Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien serta tidak ada yang

memiliki riwayat keterlambatan bicara.

Riwayat Kehamilan

Saat masa kehamilan tidak pernah mengalami kelainan apa – apa, perkembangan

janin dalam kandungan normal dan kondisi ibu selama hamil baik. Selama hamil, ibu

pasien melakukan ANC di dokter spesialis secara teratur. Ibu pasien tidak pernah

mengalami demam, keputihan dan penyakit yang lain selama kehamilan. Selain itu

ibu juga tidak minum obat-obatan, merokok ataupun minum alkohol saat hamil.

29

Page 30: Austisme, Autism, Autis

Riwayat Persalinan

Ibu pasien melahirkan secara SC karena letak sungsang di RS Tabanan ditolong oleh

SpOG dengan berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan 50 cm, langsung

menangis, kelainan tidak ada dan anus positif.

Riwayat Nutrisi

Pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir sampai umur 2,5 tahun dan pasien tidak

pernah diberikan susu formula. Pasien mulai mendapatkan makanan tambahan berupa

bubur susu sejak usia 6 bulan sampai 9 bulan, bubur nasi dari usia 9 bulan sampai 2

tahun, lalu makanan dewasa dari usia 2 tahun sampai sekarang.

Riwayat Tumbuh Kembang

- Menegakkan kepala : 3 bulan

- Berbalik : 5 bulan

- Duduk : 6 bulan

- Merangkak : 8 bulan

- Berdiri dgn bantuan : 1 tahun

- Berjalan : 1 tahun 2 bulan

- Tumbuh gigi pertama : 7 bulan

- Bicara : 1 tahun

Riwayat Imunisasi

Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap. Jadwal imunisasi yang

sudah didapatkan pasien yaitu: BCG sebanyak 1 kali, DPT dan polio sebanyak 4 kali,

campak sebanyak 1 kali dan hepatitis B sebanyak 3 kali. Pasien diimunisasi di

puskesmas Tabanan.

Riwayat Sosial

Saat ini pasien tinggal dengan kedua orang tuanya, pasien adalah anak tunggal.

Ayah pasien sendiri merupakan seorang pegawai di kantor Kepala Desa dengan

penghasilan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari hanya di rumah

mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

30

Page 31: Austisme, Autism, Autis

Menurut ibu pasien, pasien jarang bermain dengan teman sebaya, hubungan

dengan tetangga pun dikatakan tidak akrab. Saat ini pasien bersekolah di SLB.

Kegiatan sehari-hari pasien adalah bermain sendiri, bernyanyi-nyanyi sendiri dan

mencoret-coret tembok.

3.3 Pemeriksaan Fisik :

St. Present :

KU : baik

Kesadaran : E4V5M6

Nadi : 88 x/mnt

Reguler, isi cukup

Tax : 36,8 oC

BB : 20,5 Kg

BBI : 22,5 Kg

PB : 120 cm

LK : 52 cm

LLA : 18,5 cm

Waterlow : 91,1 % (Gizi baik)

CDC : BB/U : antara persentil 10 hingga 25

TB/U : antara persentil 20 hingga 50

BB/TB : antara persentil 5 hingga 10

Status general

Kepala : Inspeksi : LK : 52 cm

(Skala Nellhaus → terletak di mean)

Lingkar kepala : Normocepali

Palpasi : ubun – ubun besar tertutup

Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, RP +/+ isokor

Strabismus -/-, nystagmus -/-, dev conjugee -/-

THT

Telinga : inspeksi : dalam batas normal

Jika penderita dipanggil → tidak mau menoleh

Hidung : Inspeksi : sekret (-), nafas cuping hidung (-), cyanosis (-)

Tenggorokan : Inspeksi : faring hiperemi (-), tonsil T1/T1 hiperemi (-)

Mukosa Bibir : Inspeksi : pucat (-), sianosis

31

Page 32: Austisme, Autism, Autis

Leher : Inspeksi : Benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)

Palpasi : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)

Thorax

Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak nampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV MCL kiri

Kuat angkat (-), thrill (-)

Perkusi : tidak dievaluasi

Auskultasi : S1S2 normal, reguler, murmur (-)

Pulmo: Inspeksi : gerakan dada simetris saat statis dan dinamis,

retraksi (-)

Palpasi : fokal fremitus N/N

Perkusi : Tidak dievaluasi

Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Aukultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : hepar/lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Ekstrimitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-)

Refleks fisiologis : TPR (+/+) BPR (+/+) KPR (+/+) APR

(+/+)

Refleks patologis : Babinski (-/-)

Kernig sign (-), Brudzinski I/II (-)

3.4 Skrining Autisme

Skrining autism pada pasien ini dilakukan menggunakan childhood autism rating

scale (CARS) dengan penilaian subyektif terhadap pasien melalui pengamatan

tingkah laku. Masing-masing dari ke 15 pertanyaan diberikan penilaian dengan

kriteria di bawah ini :

1. Normal sesuai dengan usia anak

2. Abnormal ringan

3. Abnormal sedang

4. Abnormal berat

Penilaian dengan midpoint seperti 1.5, 2.5 dan 3.5 juga dapat digunakan

32

Page 33: Austisme, Autism, Autis

Penilaian CARS berkisar dari 15 hingga 60 dengan skor minimal 30 dianggap sebagai

cutoff diagnosa autism. Skor 30-37 mengindikasikan autism derajat ringan-sedang,

skor antara 38-60 dan memiliki nilai 3 atau lebih sebanyak 5 kali pada subskala

penilaian mengindikasikan autism derajat berat.

Berikut ini hasil skrining CARS pada pasien :

relationship to people 3

imitation 2

emotional response 2

body use 2

object use 2

adaptation to change 2

visual response 2

listening response 2

taste-smell-touch response and use 2

fear and nervousness 1

verbal communication 4

non-verbal communication 3

activity level 3

level and consistency of intellectual response 3

general impressions 2

Skor Total 34

Pada pasien ini memiliki skor 34 dimana mengindikasikan adanya autism ringan-

sedang

3.5 Hasil Pemeriksaan Berdasarkan DSM-IV

Pada saat kunjungan didapatkan bahwa pasien mengalami gangguan kualitatif

dari interaksi sosial meliputi, terdapat kelainan dalam berbagai prilaku non-verbal,

seperti kontak mata, ekspresi wajah, sikap dan isyarat dalam melakukan interaksi

sosial, tidak mampu bermain dengan teman sebaya, tidak mampu melakukan

hubungan sosial dan emosional timbal balik. Untuk kriteria ketidakmampuan dalam

berbagi secara spontan dengan orang lain dalam hal kesenangan, minat dan prestasi

dengan orang lain (tidak ada usaha menunjukkan, membawa, atau menunjukkan

33

Page 34: Austisme, Autism, Autis

barang yang ia tertarik) pada pasien tampak tidak mau membagi mainannya dengan

orang lain.

Terdapat gangguan kualitatif dari komunikasi meliputi; terdapat keterlambatan

dalam berbicara dimana pada usia 2 tahun hanya bisa mengucapkan kata, belum bisa

membentuk kalimat dan bicara pasien tidak begitu jelas. Dimana untuk anak

seumuran pasien secara normal sudah dapat berbicara menggunakan kalimat dengan

3-5 kata dan 80% - 90% pembicarannya dapat dimengerti oleh orang asing. Selain itu

pasien juga sering menggunakan bahasa yang aneh yang diulang-ulang. Menurut

informasi dari ibu pasien pasien tidak dapat bermain imitasi sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Sedangkan untuk gejala seperti asyik dengan satu kegiatan atau

lebih yang terbatas dan diulang-ulang, yang abnormal baik dalam intensitas maupun

yang menjadi pusat perhatiaannya, demikian pula dengan terpaku pada satu kegiatan

yang ritualitas atau rutinitas yang tidak ada gunanya dan sangat asyik dengan bagian-

bagian dari benda tertentu didapatkan pada pasien yaitu pasien suka mencoret-coret

tembok.

Keterlambatan atau fungsi yang abnormal dari interaksi sosial, penggunaan

bahasa untuk komunikasi sosial dan permainan bermain simbol atau imajinasi ini

terjadi pada usia dibawah 3 tahun dan saat ini pasien berada pada usia 6 tahun 9

bulan .

Pada pasien tidak didapatkan adanya penyakit lain yang dapat menyebabkan

autis seperti penyakit Rett atau gangguan disintegratif (sindrom Heller).

Dari hasil pemeriksaan diatas dapat disimpulkan terdapat 12 gejala yang

positif pada pasien berdasarkan DSM-IV yaitu 4 gejala positif pada gangguan

interaksi sosial, 4 gejala positif pada gangguan komunikasi, 2 gejala positif pada

gangguan prilaku, minat dan aktivitas, gejala diatas terjadi saat usia pasien dibawah 3

tahun dan gejala tersebut tidak disebabkan oleh penyakit Rett atau gangguan

disintegratif (sindrom Heller).

Berdasarkan DSM-IV pasien ini dapat didiagnosis dengan Autisme, dimana

bila berdasarkan DSM-IV harus ada lebih dari 6 gejala yang positif seorang anak baru

dapat didiagnosis dengan Autisme.

3.6 Diagnosis Kerja

Autisme (Berdasarkan DSM-IV)

34

Page 35: Austisme, Autism, Autis

3.7 Terapi

3.7.1 Terapi Medikamentosa

Risperidon 0,3 mg (2 x 1)

Trihexypenidil 1 mg (2 x 1)

Vit B6 2 x 1/2 Tab

Asam Folat 2 x 1/2 Tab

Piracetam 100 mg (2 x 1)

Bexce syrup (2 x cth 1)

3.7.2 Terapi Non Medikamentosa

Terapi wicara

Terapi okupasi

\

35

Page 36: Austisme, Autism, Autis

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari hasil responsi kasus yang dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Dari aspek biologi:

a. Pertumbuhan : berdasarkan CDC, Waterloss, Nellhaus, pasien termasuk dalam

kategori gizi baik. Pasien mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan gigi

pertamanya ( baru tumbuh diusia 7 bulan).

b. Perkembangan: pasien mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan

berkomunikasi dengan orang lain.

2. Dari aspek sosial-psikologis :

Saat ini pasien tidak mendapatkan perhatian cukup dari kedua orang tuanya,

dikarenaka pasien hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya dan Ibunya

selalu diam di rumah mengurus pasien. Pasien tidak memiliki teman bermain

yang sebaya dengan dirinya.

3. Dari aspek ekonomi:

Orang tua pasien mempunyai kondisi perekonomian yang baik dimana kedua

orang tua pasien memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

4. Berdasarkan parameter diagnostik DSM-IV, pasien didiagnosis dengan autisme.

4.2 Saran

Adapun saran yang bisa kami berikan melalui makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pasien sebaiknya dibawa ke rumah sakit di bagian poli tumbuh kembang anak

atau dokter ahli tumbuh kembang untuk memantau sejauh mana tumbuh

kembang dari pasien.

2. Rutin ke ahli terapi wicara agar kemampuan bicara anak meningkat.

3. Meminta orang tua untuk memantau efek samping selama pemberian obat.

4. Perhatian orang tua terhadap perkembangan pasien perlu ditingkatkan, dimana

orang tua harus lebih waspada bila ada penyimpangan-penyimpangan dalam

perkembangan anaknya.

36

Page 37: Austisme, Autism, Autis

5. Pasien tetap di sekolahkan di SLB agar mendapoatkan kesempatan

bersosialisasi dengan teman-temannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim.(2005, May-last update). Autism Overview: What We Know.

Available:http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/upload/autism_overvie

w_2005.pdf . Accessed: 2011, Mei 15.

2. Anonim. (2006-last update). NINDS Autism Information Page. Available:

http://www.ninds.nih.gov/disorders/autism/autism.htm#What_is. Accessed:

2011, Mei 15.

3. Anonim. (2005-last update). Living with Autism. Available from:

http://www.autism-society.org/site/PageServer?pagename=allaboutautism

Accessed: 2011, Mei 15.

4. Hay WW, et all. Autistic Spectrum Disorders. In: Hay WW, Hayward AR,

Levin MJ, Sondheimer JM (eds). Current Pediatric Diagnosis & Treatment.

16th ed. USA : McGraw-Hill. 2003. pp.97-98.

5. Sandler AD. (2001, May 5-last update). Technical Report : The Pediatrician

Role in the Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder in

Children. Available from: http://www.aap.org/healthtopics/autism.cfm

Accessed: 2011, Mei 15.

6. Anonim. (2010, Oktober- last update). Childhood Autism Rating Scale.

Available from http://en.wikipedia.org/wiki/cars. acessed :2011, Mei 21

7. Anonim. (2007, April 18-last update). Autism. Available from :

http://en.wikipedia.org/wiki/autism. Accessed: 2011, Mei 15.

8. Brasic JR. (2006, July 31-last update). Pervasif Developmental Disorder:

Autism. Avalaible from: www.emedicine.com/ped/topic180.htm - 234k

Accessed: 2011, Mei 15.

9. Dalton R, Forman MA, Boris NW. Autistic Disorder. In: Behrman RE,

Kliegman RM, Jenson HB (eds). Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed.

Philadelphia : Elsevier Saunders. 2004. pp. 93-94.

10. Anonim. (2007 - last update). Autisme Spectrum Disorders. Available from :

http://www.nimh.nih.gov/publicat/autism.cfm. Accessed: 2011, Mei 15.

37