13. Autism, Rm, Adhd

29
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dijaga,dirawat, dan diberi bekal sebaik-baiknya bagaimanapun kondisi anak tersebutketika dilahirkan. Orang tua akan merasa senang dan bahagia apabila anak yangdilahirkan memiliki kondisi fisik dan psikis yang sempurna. Sebaliknya, orang tuaakan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yangtidak sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. Setiap anak yang terlahir di dunia ini rentan mengalami masalah yang berkaitan dengan proses pertumbuhan, bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berkelanjutan pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak secara optimal. Adanya berbagai masalah tersebut maka penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat. Beberapa hambatan perkembangan yang dialami anak adalah autisem, retardasi mental, dangan gangguan sulit untuk memusat kanperhatian (Attention Deficit Hyperactivity

description

13. Autism, Rm, Adhd

Transcript of 13. Autism, Rm, Adhd

19

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dijaga,dirawat, dan diberi bekal sebaik-baiknya bagaimanapun kondisi anak tersebutketika dilahirkan. Orang tua akan merasa senang dan bahagia apabila anak yangdilahirkan memiliki kondisi fisik dan psikis yang sempurna. Sebaliknya, orang tuaakan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yangtidak sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

Setiap anak yang terlahir di dunia ini rentan mengalami masalah yang berkaitan dengan proses pertumbuhan, bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berkelanjutan pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak secara optimal. Adanya berbagai masalah tersebut maka penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.Beberapa hambatan perkembangan yang dialami anak adalah autisem, retardasi mental, dangan gangguan sulit untuk memusat kanperhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder [ADHD]). Beberapa fenomena menunjukkan bahwa kejadian anak yang mengalami hambatan perkembangan masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagikeluarga dan masyarakat. Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah autisme dan retardasi mental yang terjadi pada anak.1.2 Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan tujuan penulisan dari makalah ini, di antaranya:

1.2.1 untuk mengetahui pengertian autisme;

1.2.2 untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika autisme;

1.2.3 untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari autisme;

1.2.4 untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari autisme;

1.2.5 untuk mengetahui pengertian retardasi mental;

1.2.6 untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika retardasi mental;

1.2.7 untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari retardasi mental;

1.2.8 untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari retardasi mental.

1.2.9 untuk mengetahui pengertianAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD);

1.2.10 untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD);

1.2.11 untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD);

1.2.12 untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Autisme

2.1.1 Contoh Kasus

Ratna 25 tahun tak pernah menduga akan dikaruniai anak autis. Tapi apa daya, ia pun hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Hanya usaha yang bisa ia lakukan agar kelak putranya itu bisa hidup layaknya anak normal. Fempi adalah adalah anak pertama pernikahan Ratna dengan Anton Simbolon. Kini usianya beranjak 5 tahun. Kelainan pada bocah lelaki kelahiran Bandung, 1 Oktober 2009 ini mulai nampak ketika ia berusia dua tahun. Di usia itu ia belum bisa bicara dengan jelas. Sebelumnya ia tampak normal responnya pun masih normal. Jika dipanggil misalnya, ia akan menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya itu. Cara bicara Fempi yang lambat dan tidak jelas sebelumnya dianggap Ratna dan keluarga hanyalah masalah keterlambatan pertumbuhan saja. Mereka yakin, Fempi pasti bisa berbicara layaknya anak normal seiring dengan pertumbuhan usianya nanti. Fempi pun sempat mengikuti sekolah playgroup dengan sesama anak normal lainnya. Namun hingga enam bulan kemudian anggapan itu tenyata keliru Fempi belum menampakkan perubahan. Bahkan, perilaku Fempi tampak semakin tidak seperti biasanya. Hal inilah yang akhirnya menyadarkan Ratna bahwa ia perlu memeriksakan apa sebenarnya yang terjadi pada anaknya itu. Bagi Ratna, menerima kenyataan memiliki anak menderita autis awalnya sangatlah tidak mudah. Apalagi Fempi adalah putra pertamanya dari perkawinan mudanya. Rasa minder pun sering dialaminya. Tapi perasaan itu justru menyadarkannya bahwa ia harus menerima Fempi bagaimanapun ia adanya.

2.1.2 Pengertiana. Autisme mengacu pada problem dengan interaksi sosial, komunikasi, dan bermain imajinatif, yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah 3 tahun. Mereka mempunyai keterbatasan pada level aktivitas dan interest. Hampir 75% dari anak autis mengalami beberapa derajat Retardasi Mental. Autisme biasanya muncul sejak tiga tahun pertama kehidupan seorang anak (Priyatna, 2010).Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan pada anak pada anak yang ditandai munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya. b. Autisme merupakan kelainan perilaku yang penderitanya hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri. Autis dapat terjadi di semua kalangan masyarakat (Veskarisyanti, 2008).c. Autis adalah Suatu keadaan dimana seseorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berpikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio-ekonomi mapan maupun kurang, anak atau dewasa dan semua etnis (Yatim, 2007).d. Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia dua setengahtahun dan ditandai dengan gangguan padawicara dan bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal.(Speer,KathleenMorgan. 2007). 2.1.3 Psikopatologi/PsikodinamikaEtiologi autisme pada anak diantaranya disebabkan oleh :a. Faktor Genetik

Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan kromosom yang disebutkan syndrome fragile x (ditemukan pada 5-20% penyandang autis).b. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)

Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.

c. Faktor Kelahiran dan Persalinan

Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.Menurut Huzaemah (2010), autis disebabkan multifactor yaitu:a. Kerusakan jaringan otak

Gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan, atau pada saat kelahiran bayi. Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan penyelidikan terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi yang normal mempunyai kadar protein tinggi, yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein tinggi ini berkembang menjadi autis dan keterbelakangan mental.

b. Terlalu banyak vaksin Hepatitis B

Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B bisa mengakibatkan anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal.

c. Kombinasi makanan atau lingkungan yang salah

Autis disebabkan kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar, yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis. Beberapa teori yang didasarkan oleh beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis.

2.1.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

a. Diagnose MedisAutisme

b. Diagnosa keperawatan1) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan harga diri

2) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan responsivitas yang tidak konsisten2.1.5 Penatalaksanaana. Penatalaksanaan medis

Menurut (Ginanjar, 2006), penatalaksanaan klien autisme secara medikamentosa diberikan karena adanya abnormalitas anatomi dan kimia otak pada penyandang autisme. Terapi obat ditujukan untuk mengurangi hiperaktifitas, stimulasi diri, menarik diri, agresifitas, gangguan tidur. Pemberian antipsikotik dalam dosis rendah dapat membantu.b. Penatalaksanaan keperawatan

DiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan harga diri

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan anak mampu mengonunikasikan kebutuhannnya dengan kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidakmampuan berbicara2. Mampu manajemen kemampuan fisik yang dimiliki3. Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan social

1. Dorong anak untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan2. Anjurkan keluarga secara teratur untuk memberikan stimulus komunikasi pada anak3. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.

4. Bantu anak menggunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, dll untuk memfasilitasi komunikasi dua arah yang optimal5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk kebutuhan terapi wicara

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan responsivitas yang tidak konsistenSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dengan criteria hasil :

1. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya2. Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan1. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal2. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil pada anak3. Dorong anak untuk melakukan sosialisasi dengan kelompok4. Menciptakan suasana dan ligkungan yang aman dan nyaman5. Mendorong asupan makanan dan cairan tinggi kalium pada anak.

2.2 Retardasi Mental 2.2.1 Contoh kasus

Anak H adalah anak kedua dari pasangan Tn.D dan Ny. F. Anak H didiagnosa mengalami retardasi mental sehingga perkembangan anak H terhambat. Tn.D dan Ny.F tidak menyekolahk anak H dan hanya merawatnya di rumah. Hal ini dikarenakan Tn.D dan Ny. F khawatir jikalau anak H marah dan merusak barang-barang bahkan menyakiti orang lain. Ny. E senantiasa sabar untuk merawat anak H meskipun an.H tidak dapat berbicara dengan jelas, sering marah-marah dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Tetangga dan sanak saudara pun jarang dating kerumah dikarenakan takut apabila bertemu dengan an.H karena kondisinya tersebut.2.2.2 Pengertian

Retardasi mental merupakan kelemahan mental yang tidak mencukupi sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Adapun definisi retardasi mental dari beberapa sumber antara lain.a. Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005 dalam Kuntjojo, 2009).

b. Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan /dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (Muttaqin, 2008).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan kelemahan mental dengan inteligensi yang kurang (subnormal) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat karena adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan timbul pada masa perkembangan /dibawah usia 18 tahun.2.2.3 Psikopatologi/PsikodinamikaEtiologi dari retardasi mental adalah infeksi pada kandungan, gangguan metabolisme pada anak usia kurang dari 6 tahun, bayi prematur, depresi berat, penyakit otak, keracunan/intoksikasi saat ibu hamil, kelainan kromosom, genetik, dan trauma otak. Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif: berbicara dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak (Lusmilasari, 2002).2.2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa medisRetardasi mental

b. Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien retardasi mental diantaranya adalah: 1) Hambatan komunikasi verbal

2) Hambatan interaksi sosial

3) Isolasi sosial

4) Defisit perawatan diri

5) Resiko cedera (Carpenito-Moyet, 2006).

2.2.5 Penatalaksanaana. Penatalaksanaan medis

Menurut (Ginanjar, 2006), penatalaksanaan klien autisme secara medikamentosa diberikan karena adanya abnormalitas anatomi dan kimia otak pada penyandang autisme. Terapi obat ditujukan untuk mengurangi hiperaktifitas, stimulasi diri, menarik diri, agresifitas, gangguan tidur. Pemberian antipsikotik dalam dosis rendah dapat membantu.b. Penatalaksanaan keperawatan

DiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Hambatan komunikasi verbal

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan klien mampu mengonunikasikan kebutuhannnya, yang ditandai dengan:

Kriteria Hasil

a. Klien mampu menggunakan kata-kata sederhana dan konkretb. Klien mampu menggunakan bahasa tubuh yang sederhana dan konkret1. Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian

2. Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan dan orang/benda-benda disekitarnya.

3. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.

4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti, memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat konsentrasi.

5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk anak dengan gangguan pusat konsentrasi.

Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengan kriteria hasil:

1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi;

2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya;

3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.1. Ciptakan lingkungan yang aman.

2. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

3. Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal

4. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil

5. Berikan instruksi berulang dan sederhana

6. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak7. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok.

2.3 ADHD

2.3.1 Contoh kasus

Seorang ibu dengan anak berusia 8 tahun yang kini menginjak bangku SD mendapatkan laporan dari guru wali kelasnya. Menurut guru wali kelasnya, anak tersebut bertingkah tidak eperti teman-temannya yang lain. Sebut saja namanya B. Anak B tidak dapat mengikuti pelajaran di kelas dengan focus. Seringkali ia berjalan-jalan bahkan berlari-lari dikelas ketika gurunya menerangkan pelajaran. Bahkan pernah ketika ditengah pelajaran, ia tiba-tiba mengganggu teman-temannya sehingga ditegur oleh guru kelasnya. Ibu anak B menjelaskan bahwa ia juga tidak tahu mengapa anaknya berbuat demikian. Tidak hanya di sekolah, anak B dirumah juga demikian. Misalnya saja ketika bermain bersama teman-temannya ia tiba-tiba pergi dan beralih pada permainan lain.2.3.2 PengertianADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif), dan Hyperactive (hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009). Attention Deficit Hyperaktivity Disorder(ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Gambaran ADHD adalah sebagai berikut:

1. Perhatian yang pendek

2. Menurunnya daya ingat jangka pendek3. Gangguan motoric dan koordinasi4. Gangguan dalam mengatur dan mengorganisir kegiatan5. Terdapat gangguan impulsivitas6. Kesulitan untuk menyesuaikan diri7. Gangguan memiliki ketidakstabilan emosi, baik watak maupun suasana hati.2.3.3 Psikopatologi/Psikodinamikaa. PsikopatologiADHD terdiri dari tiga masalah pokok yaitu kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. masalah-masalah lain seperti kesulitan memaauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan. Beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat.b. Psikodinamikaa) Faktor predisposisi1) Faktor biologi

Penelitian menunjukan bahwa predisposisi genetika terhadap ADHD kemungkinan berperan. Bila orang tua menderita ADHD, kemungkinan sebagian anaknya akan mengalami gangguan tersebut. Mengenai apa yang diturunkan dalam keluarga sampai saat ini belum ditemukan, namun studi baru-baru ini menunjukan bahwa ada perbedaan fungsi dan struktur otak pada anak ADHD dan anak yang tidak ADHD.2) Faktor psikologiTeori diathesis-stres mengenai ADHD mengemukakan bahwa hiperaktifitas terjadi bila suatu predisposisi terhadap gangguan dipasangkan dengan pola asuh orang tua yang otoritarian. Pembelajaran juga dapat berperan dalam ADHD. Seperti halnya orang tua anak yang hiperaktif mungkin memberi lebih banyak perintah dan memiliki interaksi negatif dengan mereka.3) Faktor lingkunganZat-zat adiktif pada makanan mempengaruhi kerja system saraf pusat pada anak-anak hiperaktif. Nikotin, merupakan racun lingkungan yang dapat berperan dalam terjadinya ADHD.b) Faktor presipitasiFaktor biologi : Disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.2.3.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

a. Diagnose Medis

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).b. Diagnosa keperawatan1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kesulitan pemusatan konsentrasi.

2. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.2.3.5 Penatalaksanaana. Penatalaksanaan MedisPengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain :1. Metilfenidat (Ritalin): Dosis 10-60 dalam 2 4 dosis yang terbagi. 2. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall): Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. 3. Pemolin (Cylert): Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Menurut Permadi (2007) kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal.b. Penatalaksanaan Keperawatan

DiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Gangguan proses pikir berhubungan dengan kesulitan pemusatan konsentrasi.Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau benda- benda disekitarnya dengan kriteria hasil :

1. Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.

2. Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu

3. Berespon dengan baik terhadap stimulus.6. Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian

7. Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan dan orang/benda-benda disekitarnya.

8. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.

9. Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti, memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat konsentrasi.

10. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk anak dengan gangguan pusat konsentrasi.

Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengan kriteria hasil:

4. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi;

5. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya;

6. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan.

2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan yang membahayakan dirinya.

3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri.

4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.

5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak

6. Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan

Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia dua setengahtahun dan ditandai dengan gangguan padawicara dan bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal.(Speer,KathleenMorgan. 2007). Autisme merupakangangguan perkembangan pervasif pada anakyang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang koqnitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi social.Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2005).

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif), dan Hyperactive (hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

3.2 Saran

Asuhan keperawatan bukan hanya diberikan pada klien dengan gangguan fisik, tetapi lebih holistic lagi yakni padagangguan psikologi. Salah satunya adalah anak dengan autism, retardasi mental, dan ADHD. Perawat sebaiknya mengetahui benar bagaimana dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikologi tersebut. Selain itu, perawat sebaiknya mampu membedakan asuhan keperawatn yang diberikan pada klien dengan gangguan fisik dan psikologi.DAFTAR PUSTAKA

Ann, Isaacs. (2005).KeperawatanKesehatanJiwa & Psikiatrik Edisi 3.Jakarta: EGC.Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: UniversitasTerbuka.Hamid A.Y. 2008. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.Kuntjojo. 2009. Psikologi Abnormal. Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri. [Serial online] http://www. psikoterapis .com/ files/download- ebook-psikologi-abnormal-gratis.pdf. Diambil tanggal 13 februari 2014.Maramis. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.NANDA. (2006).Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.Speer, Kathleen Morgan. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.Wilkinson, Judith M. (2006). BukuSaku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.Yatim. 2007. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.