Bab.2

14
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Penyakit jantung hipertensi Definisi  Hypertensive heart disease  (HHD) adalah penyakit komplikasi  jantung istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH) atau hipertrofi ventrikel kiri (HVK), aritmia jantung,  penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. ( Braverman, E.R. 2009 ) Hipertrofi ventrikel kiri  Hipertrofi ventrikel kiri didefinisikan sebagai suatu penambahan massa pada ventrikel kiri, sebagai respon miosit terhadap berbagai rangsangan yang menyertai peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap peningkatan afterload. Rangsangan mekanik dan neurohormonal yang menyertai hipertensi dapat menyebabkan aktivasi pertumbuhan sel-sel otot jantung, ekspresi gen (beberapa gen diberi ekspresi secara primer dalam perkembangan miosit  janin), dan hipertrofi ventrikel kiri. Sebagai tambahan, aktivasi sistem renin-angiotensin melalui aksi angiotensin II pada reseptor angiotensin I mendorong pertumbuhan sel-sel interstisial dan komp onen matrik sel . Jadi, perkembangan HVK dipengaruhi oleh hipertrofi miosit dan ketidakseimbangan antara miosit dan struktur interstisium skeleton cordis. ( Braverman, E.R. 2009 ) Berbagai jenis pola hipertrofi ventrikel kiri telah dijelaskan, termasuk remodelling konsentrik, hipertrofi ventrikel kiri konsentrik, dan hipertrofi ventrikel kiri eksentrik. Hipertrofi ventrikel kiri konsentrik adalah peningkatan pada ketebalan dan massa ventrikel kiri disertai  peningkatan tekanan dan volume diastolik ventrikel kiri, umumnya

description

BAB 2 HHD PNEUMONIA

Transcript of Bab.2

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    II.1. Tinjauan Pustaka

    1. Penyakit jantung hipertensi

    Definisi

    Hypertensive heart disease (HHD) adalah penyakit komplikasi

    jantung istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung

    secara keseluruhan, mulai dari left ventricle

    hyperthrophy (LVH) atau hipertrofi ventrikel kiri (HVK), aritmia jantung,

    penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan

    kerana peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak

    langsung. ( Braverman, E.R. 2009 )

    Hipertrofi ventrikel kiri

    Hipertrofi ventrikel kiri didefinisikan sebagai suatu penambahan

    massa pada ventrikel kiri, sebagai respon miosit terhadap berbagai

    rangsangan yang menyertai peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit

    dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap peningkatan afterload.

    Rangsangan mekanik dan neurohormonal yang menyertai hipertensi dapat

    menyebabkan aktivasi pertumbuhan sel-sel otot jantung, ekspresi gen

    (beberapa gen diberi ekspresi secara primer dalam perkembangan miosit

    janin), dan hipertrofi ventrikel kiri. Sebagai tambahan, aktivasi sistem

    renin-angiotensin melalui aksi angiotensin II pada reseptor angiotensin I

    mendorong pertumbuhan sel-sel interstisial dan komponen matrik sel.

    Jadi, perkembangan HVK dipengaruhi oleh hipertrofi miosit dan

    ketidakseimbangan antara miosit dan struktur interstisium skeleton cordis.

    ( Braverman, E.R. 2009 )

    Berbagai jenis pola hipertrofi ventrikel kiri telah dijelaskan,

    termasuk remodelling konsentrik, hipertrofi ventrikel kiri konsentrik, dan

    hipertrofi ventrikel kiri eksentrik. Hipertrofi ventrikel kiri konsentrik

    adalah peningkatan pada ketebalan dan massa ventrikel kiri disertai

    peningkatan tekanan dan volume diastolik ventrikel kiri, umumnya

  • ditemukan pada pasien dengan hipertensi. Bandingkan dengan hipertrofi

    ventrikel kiri eksentrik, di mana penebalan ventrikel kiri tidak merata

    namun hanya terjadi pada sisi tertentu, misalnya pada septum. Hipertrofi

    ventrikel kiri konsentrik merupakan pertanda prognosis yang buruk pada

    kasus hiperetensi. Pada awalnya proses hipertrofi ventrikel kiri merupakan

    kompensasi perlindungan sebagai respon terhadap peningkatan tekanan

    dinding ventrikel untuk mempertahankan cardiac output yang adekuat,

    namun hipertrofi ventrikel kiri kemudian mendorong terjadinya disfungsi

    diastolik otot jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi sistolik otot

    jantung.( Braverman, E.R. 2009 )

    Etiologi

    Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan

    seiring dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan

    otot jantung. Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang

    meningkat pada pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri membesar

    dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac output)

    berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat. (

    Braverman, E.R. 2009 )

    Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama bagi penyakit

    jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit

    jantung iskemik ( menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga

    menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari

    peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang

    menebal.

    Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding

    pembuluh darah yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis

    (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh

    darah). Hal ini juga meningkatkan risiko seangan jantung dan stroke.

    Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian

    akibat hipertensi. ( Ali, W. 1996 )

    Patofisiologi

    Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi

    terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung

  • bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk

    meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding

    yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.

    Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung

    dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan

    payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis

    koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit

    arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang

    bertambah akibat penambahan massa miokard. ( Peter L. 2004 )

    Gambaran radiologis

    Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat kerana

    hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apeks jantung

    membesar ke kiri dan bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai

    klasifikasi. Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok (

    pemanjangan aorta/elongasio aorta) ( Peter L. 2004 )

    Gambaran klinik

    Pada stadium dini hipertensi, tampak tanda-tanda akibat rangsangan

    simpatis yang kronis. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi

    hipersirkulasi yang mungkin sebagai akibat aktivitas neurohormonal yang

    meningkat disertai dengan hipervolemia. Pada stadium selanjutnya, timbul

    mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertorfi ventrikel kiri

    yang difus, tahanan pembuluh darah perifer meningkat.

    Gambaran klinik seperti sesak napas, salah satu dari gejala gangguan

    fungsi diastolik, tekanan pengisisan ventrikel meningkat, walaupun fungsi

    sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi yang

    eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel, dan timbul gejala payah

    jantung. Stadium ini kadangkala disertai dengan gangguan pada factor

    koroner. Adanya gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah koroner

    akan memperburuk kelainan fungsi mekanik/ pompa jantung yang selektif.

    ( Peter L. 2004 )

  • Diagnosa

    Diagnosa penyakit jantung hipertensi didasarkan pada

    riwayat,pengkuran tekanan darah, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan

    laboratorium. Pemeriksaan awal pasien hipertensif harus menyertakan

    riwayat lengkap dan pemeriksaan fisis untuk mengkonfirmasi diagnosis

    hipertensi, menyaring faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular lain,

    menyaring penyebab-penyebab sekunder hipertensi, mengidentifikasi

    konsekuensi kardiovaskular hipertensi dan komorbiditas lain, memeriksa

    gaya hidup terkait-tekanan darah, dan menentukan potensi intervensi.

    Pengukuran tekanan darah yang terpercaya tergantung pada perhatian

    terhadap detail mengenai tekhnik dan kondisi pengukuran. Karena

    peraturan terkini yang melarang penggunaan merkuri karena perhatian

    mengenai toksisitas potensialnya, sebagian besar pengukuran dibuat

    menggunakan instrumen aneroid. Akurasi instrumen pengukur tekanan

    darah terotomatisasi harus dikonfirmasi. Pada pemeriksaan fisis, Habitus

    tubuh, seperti tinggi dan berat badan, harus dicatat. Pada pemeriksaan

    awal, tekanan harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik pada posisi

    terlentang, duduk dan berdiri untuk mengevaluasi keberadaan hipotensi

    postural. Pada pemeriksaan laboratorium meliputi Urinalisis mikroskopik,

    ekskresi albumin, BUN atau kreatinin serum, Natrium, kalium, kalsium,

    dan TSH serum, Hematokrit, elektrokardiogram, Glukosa darah puasa,

    kolesterol total, HDL dan LDL, trigliserida. ( Peter L. 2004 )

    Diagnosa Banding

    Aterosklerosis Arteri Koroner

    Permasalahan lain yang dapat diperkirakan:

    Kardiomiopati hipertrofi

    Jantung atlet

    CHF karena penyebab lainnya

    Fibrilasi atrium karena penyebab lainnya

    Disfungsi diastolik karena penyebab lainnya

  • Prognosis

    Risiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertrofi

    ventrikel kiri. Semakin besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan

    kompilkasi terjadi. Pengobatan hipertensi dapat mengurangi kerusakan

    pada ventrikel kiri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-

    obatan tertentu seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik

    spinorolakton dapat mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan

    memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung akibat

    penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit jantung

    hipertensi adalah penyakit yang serius yang memiliki risiko kematian

    mendadak.( Peter L. 2004 )

    Penatalaksanaan

    Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi

    dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi

    dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah

    kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit

    ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas

    jantung hipertensi.

    Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi:

    Pengaturan diet,

    Olahraga teratur,

    Penurunan berat badan, dan

    Obat-obatan untuk hipertensi, gagal jantung sekunder karena

    disfungsi diastolik dan sistolik, coronary artery disease, dan aritmia.

    Pengaturan diet

    Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan

    atau dengan obat-obatan yang menurunkan tekanan darah dapat

    menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan LVH.

    Beberapa diet yang dianjurkan:

  • 1. Rendah garam, beberapa studi mennjukkan bahwa diet rendah garam

    dapat menurunkan tekanan darah pad pasien dengan hipertensi.

    Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi

    sistem renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti

    hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau

    setara dengan 3-6 gram garam per hari.

    2. Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi

    mekanismenya belum jelas. Pemberian potassium secara intravena

    dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya di mediasi oleh

    nitric oxide pada dinding vaskular.

    3. Diet kaya buah dan sayur mayur.

    4. Diet rendah kolesterol, sebagai pencegah terjadinya penyakit jantung

    koroner.

    5. Tidak mengkonsumsi alkohol

    Olahraga teratur

    Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

    bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat

    memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga dapat

    meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi

    katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-

    4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan

    tekanan darah.

    Penurunan berat badan

    Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan

    dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan

    adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

    Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.

    Penrunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu

    menjadi perhatian khusus arena umumnya obat penurun berat

    badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,sehingga

    dapat memningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau

    gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.

    Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan

  • MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau

    menggunakannya dengan obat antihipertesni. ( Djohan T.B.A.

    2004 )

    Farmakoterapi

    Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat

    menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi: thiazide,

    beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium

    channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan

    vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien

    memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai

    tekanan darah yang diinginkan.

    Penanganan LVH

    LVH, tanda dari peningkatan risiko morbiditi dan mortalitas

    kardiovaskuler dan harus ditatalaksana secara agresif. Walaupun

    regeresi LVH belum secara jelas dapat menurunkan angka

    morbiditas dan mortalitas tapi beberapa data dapat mendukung

    hipotesis ini. Obat-obatan yang digunakan untuk menatalaksana

    LVH adalah sama seperti penanganan hipertensi.

    Penanganan disfungsi diastolik LV

    Beberapa golongan antihipertensi ACE inhibitor, beta-

    blocker, dan nondihydropyridine calcium channel blockers telah

    membuktikan dapat memperbaiki parameter ekokardiographi pada

    simptomatik dan asimptomatik disfungsi diastolik dan gejala gagal

    jantung. ( Djohan T.B.A. 2004 )

    Gambaran klinik seperti sesak nafas, salah satu dari gejala

    gangguan fungsi diastolik, tekanan pengisian ventrikel meningkat ,

    walaupun fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi

    hipertrofi yang eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel, dan

    timbul gejala payah jantung. Stadium ini seringkali disertai dengan

    gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah koroner akan

    memperburuk kelainan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif

    (Arjatmo T, Hendra U. 2004)

  • Pemeriksaan penunjang untuk komplikasi hipertensi yang

    menyebabkan penyakit jantung dapat digunakan pemeriksaan

    radiologi, laboratorium, elektrokardiogram dan ekokardiografi. Pada

    pemeriksaan radiologi rontgen posisi postero-anterior terlihat

    pembesaran jantung ke kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang

    kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium

    payah jantung hipertensi. Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang

    diperlukan adalah hematokrit, ureum dan kreatinin, untuk menilai

    fungsi ginjal. Selain itu juga elektrolit untuk melihat kemungkinan

    adanya kelainan hormonal aldosteron. Pemeriksaan penunjang

    elektrokardiogram dan ekokardiografi akan memberikan gambaran

    hipertrofi ventrikel kiri. ( Arjatmo T, Hendra.U. 2004 )

    Penyebab hipertrofi ventrikel kiri antara lain hipertensi,

    penyakit katup aorta, isufisiensi katup mitral, penyakit jantung

    koroner yang lama, hipertrofi karena kelainan nutrisi, penyakit

    jantung bawaan. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang normal

    yang melakukan latihan berat, antara lain atlet dan pelari maraton.

    Kriteria EKG yang menunjukan hipertrofi ventrikel kiri, sekaligus

    sebagai diagnosa untuk penyakit jantung hipertensi adalah :

    1) Sadapan prekordial

    a. Tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm. Dalamnya

    gelombang S di V1 + tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 35

    mm.

    b. Depresi segmen ST dan inversi gelombang T asimetris di V5

    dan V6 (Ventricular Strain)

    2) Sadapan ekstremitas

    a. Jantung horizontal tinggi gelombang R di aVL > 11 mm

    b. Jantung ventrikal: tinggi gelombang R di aVF > 20 mm.

    Keadaan ini memiliki nilai diagnostik yang rendah karena

    hasil ini dapat juga terjadi pada hipertrofi ventrikel kanan. (

    Dharma.S. 2009 )

    Gambaran atau kriteria ECHO untuk pasien penyakit jantung

    hipertensi dan dapat membedakan tipe pembesaran ventrikel kiri

  • konsentrik, eksentrik atau ireguler adalah : Pengukuran dimensi

    internal ventrikel kiri ( Left Ventricle Internal Dimension, LVID),

    tebal septum interventrikuler ( interventicular Septal Wall Thickness,

    SWT) dan tebal dinding posterior ( Posterior Wall Thickness, PWT)

    diperoleh dari diagram M-mode yang diambil dari posisi mid

    ventricular short-axis view pada sela iga IV dan V di parasternalis

    kiri. LVIDd diambil antara sisi kiri septum interventrikuler dan

    endokardium posterior ventrikel kiri pada akhir diastolis. Sesuai

    metode Devereux didapatkan rumus pengukuran Left Vntricle Mass

    Index/ LVMI ( g/m2) sebagai Berikut:

    LVMI = (1,04 [ (SWT + PWT+LVID)3 (LVID)3] 14)/BSA

    BSA = Body surface area ( luas permukaan tubuh), didapat dengan

    rumus:

    BSA= (0,0001) (71,84) (Wt 0,425 xHt 0,725 ).

    Wt = Berat badan dalam kg, Ht = tinggi badan dalam cm (standar

    Dubois). Dikategorikan LVH kalau LVMI >108 g/m2 untuk wanita

    dan LVMI >131 g/m2 untuk pria (Efendi, 2003). Sedangkan menurut

    Kim et al. (2008), dikatakan HVK bila LVMI > 95 g/ m2 pada wanita

    dan > 115 g/m2 pada pria. ( Efendi 2003 ), klasifikasi lebih jauh dari

    HVK berdasarkan tebal relatif dinding otot jantung ( RWT = Relative

    wall thickness) sesuai dengan criteria American Society

    ofEchocardiography dibedakan atas hipertrofi konsentrik jika RWT

    lebih dari 0,45 dan hipertrofi eksentrik jika RWT kurang dari 0,45.

    RWT diperoleh dari rumus berikut :

    RWT = [ (2xPWT)/LVIDd ]

    2. Pengaruh Obesitas Terhadap Penyakit Jantung Hipertensi

    Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadinya kelebihan

    berat badan yang sangat berlebih. Obesitas ini dapat menjadi faktor

    risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. Untuk menentukan

    seseorang mengalami obesitas atau tidak dapat digunakan pengukuran

    antropometri atau yang paling mudah dengan menggunakan IMT (

    Indeks Massa Tubuh ).

  • Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT (WHO)

    Klasifikasi IMT (kg/m)

    Kurang :

  • peningkatan perifer yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit

    jantung hipertensi. ( Arjatmo T, Hendra U. 2001).

    3. Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Penyakit Jantung

    Hipertensi

    Umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh

    terhadap terjadinya penyakit jantung hipertensi, yang jika terus

    menerus dibiarkan akan mengakibatkan terganggunya kerja jantung.

    Pada umumnya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur

    terutama setelah umur 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia

    pada golongan umur dibawah 40 tahun masih berada kurang dari 10%,

    tetapi di atas 50 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-

    30%, sehingga sudah menjadi masalah yang serius untuk diperhatikan.

    Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar, seperti Jakarta, Padang,

    Bandung, Yogya, dan Makasar terhadap umur lanjut didapatkan

    prevalensi penyakit jantung hipertensi sebesar 52,5% (Kamso, 2000).

    Dengan bertambahnya umur akan menurunkan kemampuan elastisitas

    pembuluh darah yang penting dalam menjaga hemodinamik tekanan

    darah dalam tubuh. (Kamso. 2000)

    Pria lebih banyak yang menderita penyakit jantung hipertensi

    dibandingkan dengan wanita dengan rasio sekitar 2,29 untuk

    peningkatan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan darah

    diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

    meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun,

    setelah memasuki menopause, prevalensi penyakit jantung hipertensi

    pada wanita meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun terjadinya

    penyakit jantung hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan

    dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. (Kamso. 2000)

  • II.2. Kerangka Teori

    Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan pada bab

    sebelumnya, dapat dibuat kerangka teori sesuai dengan variabel yang akan

    diamati dalam penelitian ini, seperti yang terlihat dalam skema berikut :

    Bagan.1. Kerangka teori

    umur

    Jenis kelamin

    obesitas

    Degenerasi sel2 jantung

    Penurunan elastisitas vaskular

    Hipertensi

    Beban kerja jantung meningkat

    Kerja jantung terus meningkat

    memompa darah, menimbulkan

    penyakit jantung hipertensi

    Faktor risiko lain : DM, meroko,

    genetik

  • II.3. Kerangka Konsep

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Bagan.2. Kerangka konsep

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    II.4. Hipotesis Penelitian

    1. Terdapat hubungan antara umur dan penyakit jantung hipertensi

    2. Terdapat hubungan antara obesitas dan penyakit jantung hipertensi

    3. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan penyakit jantung

    hipertensi

    Umur

    Jenis Kelamin

    Obesitas

    Penyakit Jantung Hipertensi

    Merokok

    DM

    Genetik

    Riwayat Hipertensi

  • II.5. Penelitian Sebelumnya

    Dadang Hendrawan, Asmika, Darwatik, 2004. Hubungan Antara Umur

    dan Jenis Kelamin dengan Tekanan Darah, Indeks massa tubuh (IMT) dan

    Kadar Kolesterol Total pada Penderita Penyakit Jantung Hipertensi Yang

    Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Jantung RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

    Periode Januari 2000-Desember 2003.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada penderita penyakit

    jantung hipertensi didapatkan tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada

    perempuan dan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur. Indeks

    massa tubuh (IMT) perempuan lebih tinggi daripada laki-laki dan

    mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur. Tidak

    didapatkan perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kadar

    kolesterol total dan antara umur dengan kadar kolesterol total.

    Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

    tentang faktor risiko penyakit jantung hipertensi pada sampel yang lebih

    besar sehingga lebih sempurna.