Bab.2
-
Upload
indah-cynthia -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Bab.2
-
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
1. Penyakit jantung hipertensi
Definisi
Hypertensive heart disease (HHD) adalah penyakit komplikasi
jantung istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung
secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH) atau hipertrofi ventrikel kiri (HVK), aritmia jantung,
penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan
kerana peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. ( Braverman, E.R. 2009 )
Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri didefinisikan sebagai suatu penambahan
massa pada ventrikel kiri, sebagai respon miosit terhadap berbagai
rangsangan yang menyertai peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit
dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap peningkatan afterload.
Rangsangan mekanik dan neurohormonal yang menyertai hipertensi dapat
menyebabkan aktivasi pertumbuhan sel-sel otot jantung, ekspresi gen
(beberapa gen diberi ekspresi secara primer dalam perkembangan miosit
janin), dan hipertrofi ventrikel kiri. Sebagai tambahan, aktivasi sistem
renin-angiotensin melalui aksi angiotensin II pada reseptor angiotensin I
mendorong pertumbuhan sel-sel interstisial dan komponen matrik sel.
Jadi, perkembangan HVK dipengaruhi oleh hipertrofi miosit dan
ketidakseimbangan antara miosit dan struktur interstisium skeleton cordis.
( Braverman, E.R. 2009 )
Berbagai jenis pola hipertrofi ventrikel kiri telah dijelaskan,
termasuk remodelling konsentrik, hipertrofi ventrikel kiri konsentrik, dan
hipertrofi ventrikel kiri eksentrik. Hipertrofi ventrikel kiri konsentrik
adalah peningkatan pada ketebalan dan massa ventrikel kiri disertai
peningkatan tekanan dan volume diastolik ventrikel kiri, umumnya
-
ditemukan pada pasien dengan hipertensi. Bandingkan dengan hipertrofi
ventrikel kiri eksentrik, di mana penebalan ventrikel kiri tidak merata
namun hanya terjadi pada sisi tertentu, misalnya pada septum. Hipertrofi
ventrikel kiri konsentrik merupakan pertanda prognosis yang buruk pada
kasus hiperetensi. Pada awalnya proses hipertrofi ventrikel kiri merupakan
kompensasi perlindungan sebagai respon terhadap peningkatan tekanan
dinding ventrikel untuk mempertahankan cardiac output yang adekuat,
namun hipertrofi ventrikel kiri kemudian mendorong terjadinya disfungsi
diastolik otot jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi sistolik otot
jantung.( Braverman, E.R. 2009 )
Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan
seiring dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan
otot jantung. Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang
meningkat pada pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri membesar
dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac output)
berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat. (
Braverman, E.R. 2009 )
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama bagi penyakit
jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit
jantung iskemik ( menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga
menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari
peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang
menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding
pembuluh darah yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis
(peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh
darah). Hal ini juga meningkatkan risiko seangan jantung dan stroke.
Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian
akibat hipertensi. ( Ali, W. 1996 )
Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
-
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan
payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit
arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang
bertambah akibat penambahan massa miokard. ( Peter L. 2004 )
Gambaran radiologis
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat kerana
hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apeks jantung
membesar ke kiri dan bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai
klasifikasi. Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok (
pemanjangan aorta/elongasio aorta) ( Peter L. 2004 )
Gambaran klinik
Pada stadium dini hipertensi, tampak tanda-tanda akibat rangsangan
simpatis yang kronis. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi
hipersirkulasi yang mungkin sebagai akibat aktivitas neurohormonal yang
meningkat disertai dengan hipervolemia. Pada stadium selanjutnya, timbul
mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertorfi ventrikel kiri
yang difus, tahanan pembuluh darah perifer meningkat.
Gambaran klinik seperti sesak napas, salah satu dari gejala gangguan
fungsi diastolik, tekanan pengisisan ventrikel meningkat, walaupun fungsi
sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi yang
eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel, dan timbul gejala payah
jantung. Stadium ini kadangkala disertai dengan gangguan pada factor
koroner. Adanya gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah koroner
akan memperburuk kelainan fungsi mekanik/ pompa jantung yang selektif.
( Peter L. 2004 )
-
Diagnosa
Diagnosa penyakit jantung hipertensi didasarkan pada
riwayat,pengkuran tekanan darah, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan awal pasien hipertensif harus menyertakan
riwayat lengkap dan pemeriksaan fisis untuk mengkonfirmasi diagnosis
hipertensi, menyaring faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular lain,
menyaring penyebab-penyebab sekunder hipertensi, mengidentifikasi
konsekuensi kardiovaskular hipertensi dan komorbiditas lain, memeriksa
gaya hidup terkait-tekanan darah, dan menentukan potensi intervensi.
Pengukuran tekanan darah yang terpercaya tergantung pada perhatian
terhadap detail mengenai tekhnik dan kondisi pengukuran. Karena
peraturan terkini yang melarang penggunaan merkuri karena perhatian
mengenai toksisitas potensialnya, sebagian besar pengukuran dibuat
menggunakan instrumen aneroid. Akurasi instrumen pengukur tekanan
darah terotomatisasi harus dikonfirmasi. Pada pemeriksaan fisis, Habitus
tubuh, seperti tinggi dan berat badan, harus dicatat. Pada pemeriksaan
awal, tekanan harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik pada posisi
terlentang, duduk dan berdiri untuk mengevaluasi keberadaan hipotensi
postural. Pada pemeriksaan laboratorium meliputi Urinalisis mikroskopik,
ekskresi albumin, BUN atau kreatinin serum, Natrium, kalium, kalsium,
dan TSH serum, Hematokrit, elektrokardiogram, Glukosa darah puasa,
kolesterol total, HDL dan LDL, trigliserida. ( Peter L. 2004 )
Diagnosa Banding
Aterosklerosis Arteri Koroner
Permasalahan lain yang dapat diperkirakan:
Kardiomiopati hipertrofi
Jantung atlet
CHF karena penyebab lainnya
Fibrilasi atrium karena penyebab lainnya
Disfungsi diastolik karena penyebab lainnya
-
Prognosis
Risiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertrofi
ventrikel kiri. Semakin besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan
kompilkasi terjadi. Pengobatan hipertensi dapat mengurangi kerusakan
pada ventrikel kiri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-
obatan tertentu seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik
spinorolakton dapat mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan
memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung akibat
penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit jantung
hipertensi adalah penyakit yang serius yang memiliki risiko kematian
mendadak.( Peter L. 2004 )
Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi
dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi
dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah
kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit
ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas
jantung hipertensi.
Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi:
Pengaturan diet,
Olahraga teratur,
Penurunan berat badan, dan
Obat-obatan untuk hipertensi, gagal jantung sekunder karena
disfungsi diastolik dan sistolik, coronary artery disease, dan aritmia.
Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan
atau dengan obat-obatan yang menurunkan tekanan darah dapat
menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan:
-
1. Rendah garam, beberapa studi mennjukkan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pad pasien dengan hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
sistem renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2. Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya di mediasi oleh
nitric oxide pada dinding vaskular.
3. Diet kaya buah dan sayur mayur.
4. Diet rendah kolesterol, sebagai pencegah terjadinya penyakit jantung
koroner.
5. Tidak mengkonsumsi alkohol
Olahraga teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat
memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga dapat
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-
4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan
tekanan darah.
Penurunan berat badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penrunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus arena umumnya obat penurun berat
badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,sehingga
dapat memningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau
gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
-
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertesni. ( Djohan T.B.A.
2004 )
Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi: thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium
channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan
vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
tekanan darah yang diinginkan.
Penanganan LVH
LVH, tanda dari peningkatan risiko morbiditi dan mortalitas
kardiovaskuler dan harus ditatalaksana secara agresif. Walaupun
regeresi LVH belum secara jelas dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas tapi beberapa data dapat mendukung
hipotesis ini. Obat-obatan yang digunakan untuk menatalaksana
LVH adalah sama seperti penanganan hipertensi.
Penanganan disfungsi diastolik LV
Beberapa golongan antihipertensi ACE inhibitor, beta-
blocker, dan nondihydropyridine calcium channel blockers telah
membuktikan dapat memperbaiki parameter ekokardiographi pada
simptomatik dan asimptomatik disfungsi diastolik dan gejala gagal
jantung. ( Djohan T.B.A. 2004 )
Gambaran klinik seperti sesak nafas, salah satu dari gejala
gangguan fungsi diastolik, tekanan pengisian ventrikel meningkat ,
walaupun fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi
hipertrofi yang eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel, dan
timbul gejala payah jantung. Stadium ini seringkali disertai dengan
gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah koroner akan
memperburuk kelainan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif
(Arjatmo T, Hendra U. 2004)
-
Pemeriksaan penunjang untuk komplikasi hipertensi yang
menyebabkan penyakit jantung dapat digunakan pemeriksaan
radiologi, laboratorium, elektrokardiogram dan ekokardiografi. Pada
pemeriksaan radiologi rontgen posisi postero-anterior terlihat
pembesaran jantung ke kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang
kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium
payah jantung hipertensi. Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang
diperlukan adalah hematokrit, ureum dan kreatinin, untuk menilai
fungsi ginjal. Selain itu juga elektrolit untuk melihat kemungkinan
adanya kelainan hormonal aldosteron. Pemeriksaan penunjang
elektrokardiogram dan ekokardiografi akan memberikan gambaran
hipertrofi ventrikel kiri. ( Arjatmo T, Hendra.U. 2004 )
Penyebab hipertrofi ventrikel kiri antara lain hipertensi,
penyakit katup aorta, isufisiensi katup mitral, penyakit jantung
koroner yang lama, hipertrofi karena kelainan nutrisi, penyakit
jantung bawaan. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang normal
yang melakukan latihan berat, antara lain atlet dan pelari maraton.
Kriteria EKG yang menunjukan hipertrofi ventrikel kiri, sekaligus
sebagai diagnosa untuk penyakit jantung hipertensi adalah :
1) Sadapan prekordial
a. Tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm. Dalamnya
gelombang S di V1 + tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 35
mm.
b. Depresi segmen ST dan inversi gelombang T asimetris di V5
dan V6 (Ventricular Strain)
2) Sadapan ekstremitas
a. Jantung horizontal tinggi gelombang R di aVL > 11 mm
b. Jantung ventrikal: tinggi gelombang R di aVF > 20 mm.
Keadaan ini memiliki nilai diagnostik yang rendah karena
hasil ini dapat juga terjadi pada hipertrofi ventrikel kanan. (
Dharma.S. 2009 )
Gambaran atau kriteria ECHO untuk pasien penyakit jantung
hipertensi dan dapat membedakan tipe pembesaran ventrikel kiri
-
konsentrik, eksentrik atau ireguler adalah : Pengukuran dimensi
internal ventrikel kiri ( Left Ventricle Internal Dimension, LVID),
tebal septum interventrikuler ( interventicular Septal Wall Thickness,
SWT) dan tebal dinding posterior ( Posterior Wall Thickness, PWT)
diperoleh dari diagram M-mode yang diambil dari posisi mid
ventricular short-axis view pada sela iga IV dan V di parasternalis
kiri. LVIDd diambil antara sisi kiri septum interventrikuler dan
endokardium posterior ventrikel kiri pada akhir diastolis. Sesuai
metode Devereux didapatkan rumus pengukuran Left Vntricle Mass
Index/ LVMI ( g/m2) sebagai Berikut:
LVMI = (1,04 [ (SWT + PWT+LVID)3 (LVID)3] 14)/BSA
BSA = Body surface area ( luas permukaan tubuh), didapat dengan
rumus:
BSA= (0,0001) (71,84) (Wt 0,425 xHt 0,725 ).
Wt = Berat badan dalam kg, Ht = tinggi badan dalam cm (standar
Dubois). Dikategorikan LVH kalau LVMI >108 g/m2 untuk wanita
dan LVMI >131 g/m2 untuk pria (Efendi, 2003). Sedangkan menurut
Kim et al. (2008), dikatakan HVK bila LVMI > 95 g/ m2 pada wanita
dan > 115 g/m2 pada pria. ( Efendi 2003 ), klasifikasi lebih jauh dari
HVK berdasarkan tebal relatif dinding otot jantung ( RWT = Relative
wall thickness) sesuai dengan criteria American Society
ofEchocardiography dibedakan atas hipertrofi konsentrik jika RWT
lebih dari 0,45 dan hipertrofi eksentrik jika RWT kurang dari 0,45.
RWT diperoleh dari rumus berikut :
RWT = [ (2xPWT)/LVIDd ]
2. Pengaruh Obesitas Terhadap Penyakit Jantung Hipertensi
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadinya kelebihan
berat badan yang sangat berlebih. Obesitas ini dapat menjadi faktor
risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. Untuk menentukan
seseorang mengalami obesitas atau tidak dapat digunakan pengukuran
antropometri atau yang paling mudah dengan menggunakan IMT (
Indeks Massa Tubuh ).
-
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT (WHO)
Klasifikasi IMT (kg/m)
Kurang :
-
peningkatan perifer yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit
jantung hipertensi. ( Arjatmo T, Hendra U. 2001).
3. Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Penyakit Jantung
Hipertensi
Umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit jantung hipertensi, yang jika terus
menerus dibiarkan akan mengakibatkan terganggunya kerja jantung.
Pada umumnya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur
terutama setelah umur 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia
pada golongan umur dibawah 40 tahun masih berada kurang dari 10%,
tetapi di atas 50 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-
30%, sehingga sudah menjadi masalah yang serius untuk diperhatikan.
Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar, seperti Jakarta, Padang,
Bandung, Yogya, dan Makasar terhadap umur lanjut didapatkan
prevalensi penyakit jantung hipertensi sebesar 52,5% (Kamso, 2000).
Dengan bertambahnya umur akan menurunkan kemampuan elastisitas
pembuluh darah yang penting dalam menjaga hemodinamik tekanan
darah dalam tubuh. (Kamso. 2000)
Pria lebih banyak yang menderita penyakit jantung hipertensi
dibandingkan dengan wanita dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan darah
diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi penyakit jantung hipertensi
pada wanita meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun terjadinya
penyakit jantung hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. (Kamso. 2000)
-
II.2. Kerangka Teori
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat dibuat kerangka teori sesuai dengan variabel yang akan
diamati dalam penelitian ini, seperti yang terlihat dalam skema berikut :
Bagan.1. Kerangka teori
umur
Jenis kelamin
obesitas
Degenerasi sel2 jantung
Penurunan elastisitas vaskular
Hipertensi
Beban kerja jantung meningkat
Kerja jantung terus meningkat
memompa darah, menimbulkan
penyakit jantung hipertensi
Faktor risiko lain : DM, meroko,
genetik
-
II.3. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Bagan.2. Kerangka konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
II.4. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara umur dan penyakit jantung hipertensi
2. Terdapat hubungan antara obesitas dan penyakit jantung hipertensi
3. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan penyakit jantung
hipertensi
Umur
Jenis Kelamin
Obesitas
Penyakit Jantung Hipertensi
Merokok
DM
Genetik
Riwayat Hipertensi
-
II.5. Penelitian Sebelumnya
Dadang Hendrawan, Asmika, Darwatik, 2004. Hubungan Antara Umur
dan Jenis Kelamin dengan Tekanan Darah, Indeks massa tubuh (IMT) dan
Kadar Kolesterol Total pada Penderita Penyakit Jantung Hipertensi Yang
Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Jantung RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Periode Januari 2000-Desember 2003.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada penderita penyakit
jantung hipertensi didapatkan tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan dan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur. Indeks
massa tubuh (IMT) perempuan lebih tinggi daripada laki-laki dan
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur. Tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kadar
kolesterol total dan antara umur dengan kadar kolesterol total.
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang faktor risiko penyakit jantung hipertensi pada sampel yang lebih
besar sehingga lebih sempurna.