BAB V IKMM

download BAB V  IKMM

of 13

description

BZSDMKK

Transcript of BAB V IKMM

BAB VANALISIS PEMECAHAN MASALAH

A. Kemungkinan Penyebab Masalah1. Masalah Kesehatan :Kurangnya pencapaian balita dengan diare yang ditangani pada bulan Januari 2012 di Desa Tanjung yaitu sebesar 0% dari target dinkes 100%.2. Penyebab masalah Untuk mencari kemungkinan penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan sistem, maka dapat digunakan diagram Fish-Bone.

B. Kerangka Pikir Pemecahan MasalahMasalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel2. Dapat diukur3. Dapat diatasiUrutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:1. Identifikasi/inventarisasi masalah2. Penentuan penyebab masalah3. Memilih penyebab yang paling mungkin4. Menentukan alternatif pemecahan masalah5. Penetapan pemecahan masalah terpilih 6. Penyusunan rencana penerapan7. Monitoring dan evaluasi

C. Analisis penyebab masalah dengan pendekatan sistem Alur perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini :

Penentuan Penyebab MasalahMemilih Penyebab yang Paling MungkinMenentukan Alternatif Pemecahan MasalahMonitoring dan EvaluasiPenyusunan Rencana PenerapanPenetapan Pemecahan MasalahTerpilihMASALAH

Gambar 3. Alur pemecahan masalah

Setelah dilakukan analisis penyebab masalah melalui pengamatan dan hasil wawancara dengan koordinator P2 Diare dan bidan serta responden di Desa Tanjung, didapatkan kemungkinan penyebab masalah sebagai berikut:

Tabel 8. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah Tahap Analisis Pendekatan SistemKomponen KelebihanKekurangan

InputMan Terdapat dokter, perawat dan bidan yang mendiagnosis penyakit diare. Terdapat kader Kurangnya koordinasi antar dokter, perawat dan bidan

Money Tersedianya dana transport dari BOK untuk setiap kegiatan penyuluhan dan posyandu Dana pelaksanaan Posyandu dan PKD dari masyarakat tersedia Tidak terdapat dana khusus untuk penyuluhan diare

Metode Ada SOP penatalaksaan diare Terdapat metode Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Machine Tersedianya peralatan dasar untuk penanganan balita diare seperti stetoskop dan termometer Tersedia kertas panduan SOP penanganan Diare Terdapat buku panduan penatalaksanaan diare Telah tersedia Oralit, RL dan obat diare untuk penatalaksanaan di puskesmas Terdapat laboratorium untuk pemeriksaan feses

Tidak tersedianya leaflet, brosur dan poster penanganan diare baik di Puskesmas, Posyandu dan PKD

Material Tersedianya BP umum, PKD, posyandu yang dapat menjadi tempat penanganan balita diare

Tidak terdapatnya ruangan rawat inap untuk diare dengan dehidrasi derajat berat

Proses P1 Terdapat target pencapaian untuk program P2P Diare per tahun Terdapatnya penjadwalan kegiatan posyandu tiap dusun.

Tidak ada perencanaan khusus untuk penjaringan balita dengan Diare. Kegiatan terkadang digabung dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh program lain sehingga kadang tidak efektif dalam pelaksanaannya. Perencanaan kegiatan penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran pamflet ataupun brosur tentang Diare jarang ada.

P2 Pelaksanaan program P2 Diare di puskesmas dilakukan setiap hari di Balai Pengobatan, di PKD dilakukan seminggu sekali dan di posyandu dilakukan sebullan sekali.

Dalam pelaksanaan program banyak petugas kesehatan yang kurang mematuhi dan memahami tentang SOP Belum dibuatnya Peta daerah terjangkit untuk diare. Belum adanya pelatihan dan pemanfaatan kader untuk pencarian penderita maupun tindakan penanganan diare balita Penyuluhan yang dilakukan tidak menyeluruh di setiap dusun dan tidak rutin.

P3 Kepala Puskesmas melakukan pengawasan langsung terhadap petugas P2 Diare dan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap laporan bulanan yang diberikan oleh koordinator program.

Pengawasan hanya dilakukan di tingkat puskesmas, tidak sampai ke posyandu maupun PKD Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan Diare dari dokter dan bidan yang berpraktek. Evaluasi kegiatan dan tindak lanjut setelah penyuluhan tidak dilakukan

Lingkungan (Fisik dan non fisik) Sarana transportasi untuk menjangkau pelayanan kesehatan sangat mudah dan tidak begitu jauh (