BAB IV SISTEM TRANSPORTASI WILAYAHelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010...Gambar 4. 2....
Transcript of BAB IV SISTEM TRANSPORTASI WILAYAHelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010...Gambar 4. 2....
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-1
BAB IV
SISTEM TRANSPORTASI WILAYAH
A. Sistem Transportasi Kota Medan
1. Jaringan Jalan Raya Kota Medan
Pada tahun 2010, 75,09% kondisi jalan di kota Medan berada
pada kondisi relatif baik. Kondisi jalan rusak yang perlu segera
ditangani sebagian besar berada dikawasan pinggir kota
terutama di kawasan utara Kota Medan. Kedepannya
pembangunan jalan diarahkan ke wilayah untuk mewujudkan
wilayah tersebut sebagai salah satu pusat pelayanan kota.
Gambar 4. 1. Kondisi Jalan Kota Medan tahun 2010 (km)
Gambar 4. 2. Persentase Panjang Jalan Kota Medan Dalam
Kondisi Baik
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-2
Seiring dengan meningkatnya kemampuan keuangan daerah,
maka kondisi jalan baik di kota Medan, menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Tren persentase panjang jalan
kota dalam kondisi baik dalam kurun waktu 4 tahun terakhir
menunjukan peningkatan, dimana pada tahun 2007 jalan kota
Medan dalam kondisi baik sebesar 66,10% an pada tahun 2010
diperkirakan telah mencapai 75,09%.
Secara umum jaringan jalan di Kota Medan merupakan jaringan
jalan perkotaan yang membentuk kombinasi pola jaringan grid
dan pola jaringan radial. Karakteristik dasar jaringan grid adalah
adanya lintasan rute yang secara paralel mengikuti ruas jalan
yang ada. Pola ini umumnya terbentuk di pusat kota dimana
terjadi campuran aktifitas pemerintahan, komersial dan
perumahan penduduk. Sementara pola jaringan radial terbentuk
sebagai akibat pertumbuhan kota yang cenderung bersifat
evolutif dan mengembang dari pusat kota ke pinggiran kota
secara radial.
Dari beberapa studi lalu lintas kota Medan terdahulu diperoleh
gambaran umum kondisi volume dan kinerja kecepatan di
beberapa ruas jalan kota Medan sebagaimana dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. 1. Volume lalu lintas pada ruas jalan utama di Kota Medan
No Lokasi Volume Lalu Lintas
(smp/jam)
1 Jl. Gatot Subroto Km 17
(Gatot Subroto – Pusat Kota)
2.828
2 Jl. Binjai Km 10 Kp. Ilalang (Binjai –
Gatsu)
2.415
3 Ruas Aksara - Pringadi 3.122
4 Ruas Kamp Baru - Juanda 3.326
5 Ruas Simalingkar – Pusat Kota 3.570
6 Ruas Belawan – Medan 3.601
7 Ruas Amplas – Tugu 4.166
8 Jl. Kapten Sumarsono 3.849
9 Jl. Jamin Ginting 3.566
10 Jl. Iskandar Muda 2.735
11 Jl. Gatot Subroto 3.431
12 Jl. Jenderal AH. Nasution 3.172
13 Jl. Putri Hijau 4.058
14 Jl. Brigjen Katamso 4.240 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2009)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-3
Tabel 4.2. Data Kecepatan Tempuh Ruas Jalan
di Kota Medan (km/jam)
No Nama Jalan
Kec. Perjalanan, Vt Kec. Lari, Vr
Jam Puncak Jam Puncak
(km/jam) (km/jam)
1 Pinang Baris 18.28 21.63
2 Gatot Subroto 27.72 32.72
3 Iskandar Muda 24.96 24.96
4 Gajah Mada 19.77 19.77
5 S Parman 17.32 22.83
6 M Lubis/Raden Saleh 26.19 28.97
7 Balai Kota 17.45 18.07
8 Guru Patimpus 11.75 26.89
9 Brigjen Katamso 18.19 22.07
10 Sultan Makmun Al Rasyid 15.69 26.78
11 Pemuda 18.99 20.15
12 Ahmad Yani 18.26 18.26
13 Puteri Hijau 25.63 27.33
14 Yos Sudarso 19.68 23.69
15 Puteri Merah Jingga 26.28 26.28
16 Perintis Kemerdekaan 22.38 24.42
17 Gaharu 7.98 14.71
18 HM Yamin 18.94 22.35
19 Kereta Api 23.17 23.17
20 MT Haryono 10.88 10.88
21 Cirebon 10.57 17.22
22 Irian Barat 26.96 30.33
23 SM Raja 19.56 21.87
24 Sp. Terminal Amplas 15.46 17.92
25 Pandu 8.22 8.22
26 Palang Merah 15.26 15.26
27 Letda Sujono 17.10 19.14
28 Medan - Batang Kuis 27.48 27.48
29 Batang Kuis - K. Namu 26.27 26.27
30 Imam Bonjol 22.04 24.42
31 Zainul Arifin 17.10 19.79
32 Jamin Ginting 28.14 32.53
33 Sudirman
34 Diponegoro 16.01 34.84
35 Asrama 24.63 30.37
36 Kapt. Sumarsono 32.46 34.05
37 Helvetia By Pass 23.20 23.20
38 Pertempuran 26.53 26.53
39 Pertahanan 28.91 44.13
40 Cemara 10.27 11.98
41 Willem Iskandar 20.56 20.56
42 Kol Bejo 26.43 26.43
43 TB. Simatupang 35.58 39.26
44 Sakura Raya 39.51 39.51
45 Flamboyan Raya 34.03 36.89
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-4
No Nama Jalan
Kec. Perjalanan, Vt Kec. Lari, Vr
Jam Puncak Jam Puncak
(km/jam) (km/jam)
46 Melati Raya 36.40 46.35
47 Ngumban Surbakti 26.41 36.72
48 Karya Jasa 16.18 26.65
49 AH Nasution 15.19 17.98 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Beberapa ruas jalan yang berperan sebagai jalan utama di
koridor dalam kota adalah Jalan Thamrin, Jalan Pandu, Jalan
Sutomo, Jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota,
Jalan Haryono MT, Jalan Cirebon, Jalan Raden Saleh, Jalan
Guru Patimpus, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan HM
Yamin.
Untuk koridor luar ruas jalan berperan untuk menghubungkan
pusat kota dengan daerah pinggiran dan ke daerah sekitar kota
Medan. Untuk kawasan bagian Utara - pusat kota dihubungkan
oleh ruas Jl. Yos Sudarso - Jl. Putri Hijau. Untuk kawasan
bagian Timur - pusat kota dihubungkan oleh ruas Jl. Letda
Sujono – Jl. Prof. HM. Yamin – Jl. Perintis Kemerdekaan.
Untuk kawasan bagian Selatan - pusat kota dihubungkan oleh
ruas Jl. Sisingamangaraja - Jl. Cirebon – Jl. Irian Barat –
Jl. Perintis Kemerdekaan, ruas Jl. Brigjend. Katamso –
Jl. Pemuda – Jl. Ahmad Yani dan ruas Jl. Jl. Letjend. Jamin
Ginting- Jl. Letjend. S. Parman. Untuk kawasan bagian Barat -
pusat kota dihubungakan oleh ruas Jl. Jend. Gatot Subroto.
Untuk kawasan bagian Utara - Timur dihubungkan oleh ruas
Jl. Yos Sudarso - Jl. Pertahanan – Jl. Cemara – Jl. Kol. Bejo –
Jl. Pancing – Jl. Letda Sujono. Untuk kawasan bagian Barat –
Utara dihubungkan oleh ruas Jl. Jend. Gatot Subroto –
Jl. Asrama– Jl. Kapt. Sumarsono– Jl. Helvetia Bypass –
Jl. Pertempuran - Jl. Yos Sudarso. Ruas jalan Jl. Kapt.
Suamrsono merupakan jalan lingkar luar Utara. Untuk kawasan
bagian Selatan - Barat dihubungkan oleh ruas Jl. Letjend.
Jamin Ginting – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot
Subroto atau ruas jalan Jl. Brigjend. Katamso - Jl. Karya Jasa –
Jl. Pintu Air - Jl. Bunga Sedap Malam – Jl. Mawar Merah –
Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot Subroto atau ruas
Jl. Sisingamangara – Jl. Asrama II – Jl. Suka Elok –
Jl. Sukosopan – Jl. Karya Jasa – Jl. Pintu Air – Jl. Bunga Sedap
Malam – Jl. Mawar Merah – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal –
Jl. Jend. Gatot Subroto. Disamping itu, terdapat jaringan jalan
lingkar luar Selatan yaitu Jl. Jl. Tritura, Jl. Karya Jasa dan
Jl. Ngumban Surbakti. Terdapat jalan Tol Belmera yang
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-5
menghubungkan kawasan bagian Utara (Belawan) - Selatan
(Tanjung Morawa) melalui kawasan Timur Kota Medan.
2. Angkutan Umum Kota Medan
Rasio jumlah angkutan darat dan jumlah penumpang angkutan
darat di Kota Medan pada Tahun 2010 adalah sebesar 2,39%.
Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota
Medan berjumlah 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 sampai
tahun 2009 menunjukkan kenaikan 23,82 % per tahun.
Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor
dengan rata-rata pertumbuhan 31, 23 % per tahun.
Tabel 4. 3. Jumlah sarana angkutan (umum dan pribadi)
tahun 2004-2009
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Angkutan umum yang beroperasi pada trayek tetap di Kota
Medan terdiri atas mobil penumpang umum (angkutan kota),
bus kecil, bus sedang dan bus besar. Untuk angkutan umum
yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi, becak dan becak
bermesin.
Tabel 4. 4. Trayek Angkutan Kota Medan (Jenis Bus)
No Nama Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
Armada
Plafon Realisasi
1 CV. Desa Maju 45 Letda Sujono / Batas Kota - Jln. Gaperta . PP 30 16
2 PT. Mars
13 P. Mandala / Batas Kota - Tj. Gusta Sukadono. PP 40 27
65 Tembung / Batas Kota - Bagan Deli / Belawan. PP 100 100
70 P. Mandala / Batas Kota - T. P Baris. PP 60 60
71 Tj. Gusta - Tembung / Batas Kota. PP 45 -
127 B. Katamso / Batas Kota - Pasar V / Batas Kota. PP 40 -
128 Jln. Letda Sujono / Batas Kota-Belawan/Gabion. PP 50 27
129 Jln. B. Katamso / Bts Kota - Belawan / Gabion. PP 60 48
130 Tj. Selamat / Bts Kota - Belawan / Gabion. PP 50 50
131 Jln. Jamin Ginting / Bts Kota – Gabion. PP 90 80
133 Tj. Selamat / Bts Kota – P. Pasar / Bts Kota. PP 50
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-6
No Nama Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
Armada
Plafon Realisasi
3 CV. Mitra
Transport
141 Pancur Batu / Bts Kota - P. Mandala / Bts Kota. PP 70 46
142 Pancur Batu / Bts Kota - Gabion Belawan. PP 30 -
143 Tembung Psr X / Bts Kota - Tj. Anom / Bts Kota. PP 30 -
144 Desa Martoba / Desa Kelambir V / Bts Kota. PP 30 -
145 Tj. Anom / Bts Kota - Tembung Psr X/Bts Kota. PP 30 -
146 Rsu. Adam Malik - Hamparan Perak / Bts Kota. PP 30 -
4 PT. Nasional
Medan Transport
K 04 P. Simalingkar - Sp. Bw / Bts Kota. PP. 65 38
25 Tj. Selamat / Bts Kota - Veteran / P Psr . PP 40 27
M27/31 T. Morawa / Bts Kota - Tj. Selamat / Bts Kota. PP 100 100
M 28 P Iii Simalingkar - Jl. R. Saleh - Veteran / P Psr. PP 55 37
M 29 Sp. Selayang - Letda Sujono / Bts Kota. PP 65 45
5 PT. Povri
04 Perum Indah / Eka Rasmi - Ikip Baru/Bts Kota. PP 30 -
05 Deli Tua / Bts Kota - Veteran / P. Psr . PP 32 17
15 Titi Kuning / Bts Kota - Tembung/Bts Kota. PP 66 66
23 P. Simlingkar B - Kapt.M.Jamil Lbs/Bts Kota. PP 35 22
25 T. Amplas - Jl. Sm. Raja - Tembung / Bts Kota. PP 30 -
6 CV. Hikma 26 Desa Terjun / Bts Kota - T. Amplas. PP 80 55
62 T. Amplas - Desa Terjun / Bts Kota. PP 35 -
63 T. Belawan - P. Batu / Bts Kota. PP 50 -
7 CV. Kobun
03 Sp. Tuntungan / Bts Kota - Jl. Veteran / P. Psr. PP 22 15
07 Tembung / Bts Kota - Veteran / P. Psr. PP 22 -
62 Tuntungan / Bts Kota . T. Amplas. PP 10 -
63 Kedai Durian / Bts Kota - T. P Baris. PP 30 -
8 PT. Rahayu Medan
Ceria
41 Tembung / Bts Kota - Rsu. Adam Malik. PP 170 142
42 RSU.A.Malik - Komp.IKIP/M.Estate/Bts Kota. PP 130 82
43 P. Simalingkar / Bts Kota - P. Mandala / Bts Kota. PP 155 146
54 Desa Simalingkar/Bts Kota-Komp.IKIP/M.Estate PP 130 121
58 Tj. Anom / Bts Kota - Tembung / Bts Kota. PP 80 -
9 CV. Laju Deli
Sejahtera
01 Desa Martoba/Bts Kota - T. Belawan. PP 50 23
02 Tembung / Pasar X Batas Kota - T. P Baris. PP 50 -
04 P. Batu / Bts Kota - Tembung Psr X / Bts Kota. PP 25 -
10 CV. Medan Bus
11 T. Morawa / Bts Kota - Belawan – Gabion. PP 75 -
36 Jl. Karya Wisat - Tembung / Bts Kota. PP 60 36
45 T. P Baris - Tembung / Bts Kota . PP 60 19
47 T. P Baris - P. Mandala / Bts Kota . PP 50 -
56 Tj. Morawa / Ts Kota - Belawan – Gabion. PP 75 -
135 T. Morawa / Bts Kota - P. Martubung. PP 135 135
TOTAL 48 Trayek 2.847 1.580
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-7
Tabel 4. 5. Trayek Angkutan Kota Medan (Jenis MPU)
No. Nama Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
Armada
Plafon Realisasi
1 P.T.U. Morina
75 Batas Kota / Ikip Unimed - Bagan Deli - PP 50 33
80 Perumnas Martubung – Tj. Selamat / Bts Kota – PP 60 50
139 Letda Sujono / Batas Kota - Terminal Belawan – PP 30 -
140 Terminal Pinang Baris - Letda Sujono / Bts Kota – PP 85 -
143 Simalingkar B - Tembung / Batas Kota – PP 50 -
2 PT. Rahayu Medan
Ceria
103 Ikip / Medan Estate - Pancur Batu – PP 200 186
105 Terminal Amplas - Komplek Uka Terjun – PP 95 72
106 Terminal Amplas – Perumnas Mandala – PP 42 41
107 Pancur Batu - Perumnas Mandala – PP 75 -
120 T. Pinang Baris – Tembung / Bts Kota – PP 150 133
3 CV. Wampu Mini
108 P. Simalingkar - Klambir V / Batas Kota – PP 110 97
109 T. Morawa / Batas Kota – Tj.Selamat / Bts Kota – PP 50 3
110 Kolam Renang Morina - Klumpang / Bts Kota – PP 155 127
123 Medan Permai / Bts Kota - Perum G.Martubung – PP 163 114
136 T. Pinang Baris - Sei Rotan / Batas Kota – PP 50 5
137 T. Morawa / Bts Kota – Tj Anom / Batas Kota – PP 50 -
168 Jln. B. Katamso / Bts Kota - Belawan – PP 80 18
4 FA. Mekar Jaya 116 Pasar V / Batas Kota - Terjun / Batas Kota – PP 25 -
5 KPUM
03 Ikip / Pasar V - Desa Martoba / Batas Kota – PP 190 173
04 Patumbak – UMA – PP 81 81
05 B. Katamso / Bts Kota - Tj. Gusta / Batas Kota – PP 40 27
07 T. Amplas - Letda Sujono / Batas Kota – PP 120 119
08 B. Katamso / Bts Kota - Pancing Bw / Bts Kota – PP 130 130
10 P. Simalingkar - Pancing / Batas Kota – PP 110 87
13 Tuntungan / Bts Kota - Rs. Mina / UMA – PP 40 29
14 Tembung - Tj. Selamat / Batas Kota – PP 80 71
17 Jln. Karya Jasa / B. Kota - Belawan – PP 60 60
18 Tj. Selamat / Bts Kota - P. Mandala PP 50 27
23 T. Pinang Baris - B. Katamso / Bts Kota – PP 110 95
27 Metrologi - Marendal / Batas Kota – PP 50 -
28 Letda Sujono / Bts Kota – Gabion – PP 90 62
33 Tuntungan / Batas Kota - R Potong – PP 20 -
35 Jln. Tb Sihombing / Bts Kota - T.Pinang Baris – PP 20 -
37 Johor / Pasar V / Bts Kota - T.Belawan – PP 15 -
38 Rs. Adam Malik - Desa Martoba / Bts Kota – PP 40 -
39 T. P.Baris - Pertiwi / SMU XI / Bts Kota – PP 20 13
40 Kelambir Lima / Bts Kota - P. Mandala – PP 100 97
45 Desa Simalingkar B – Letda Sujono / Bts Kota – PP 75 34
46 Tj. Selamat - Letda Sujono / Bts Kota – PP 115 107
47 T. Pinang Baris - Letda Sujono / Bts Kota – PP 60 33
50 T. Pinang Baris - Jermal XI / Bts Kota- PP 15 -
51 T. Pinang Baris - Desa Jambu / Bts Kota – PP 60 -
54 Pasar VII Tj. M. Hilir - Tuntungan / Bts Kota – PP 70 50
55 T. Amplas - Letda Sujono / Bts Kota – PP 40 -
56 Tj. Selamat - Lau Dendang / Bts Kota – PP 30 -
57 Tj. Selamat / Bts Kota - P. Mandala – PP 80 63
59 P. Mandala - B. Katamso / Bts Kota – PP 70 65
60 P. Simalingkar Martoba / Bts Kota – PP 70 56
65 Kelambuir V / Bts Kota - T. Pinang Baris – PP 120 114
68 Kelambir V / Bts Kota - Petiwi / SMU XI - PP 50 35
72 Simpang Bw / Bts Kota – T. Pinang Baris – PP 20 -
81 P. Simalingkar - Tembung / Bts Kota – PP 40 -
84 SMU XI Pertiwi - Tj. Selamat / Bts Kota – PP 40 -
86 T. Pinang Baris / Sentis / Bts Kota - PP 40 -
87 Denai Ujung Bts Kota - Belawan – PP 40 -
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-8
No. Nama Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
Armada
Plafon Realisasi
90 Belawan - Delitua – PP 35 -
91 Sentis Bw / Batas Kota - T. Amplas – PP 35 -
92 Pasar V Johor - Jln.Tb Sihombing/Bts Kota – PP 40 -
6 PU. Gajah Mada
TR 96 Martubung - Tuntungan / Bts Kota – PP 80 7
TR 97 Pasar Petisah - Tj. Selamat Ujung / Bts Kota – PP 5 -
TR 98 T. Pinang Baris - Namo Gajah / Bts Kota – PP 10 -
T O T A L 61 Trayek 4.126 2.514
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Gambar 4. 3. Jaringan Angkutan Umum Eksisting Kota Medan
(Eksisting 2009)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-9
Tabel 4.6. Data Kecepatan Tempuh Ruas Jalan di Kota Medan
(km/jam)
No Nama Jalan
Kec. Perjalanan, Vt Kec. Lari, Vr
Jam Puncak Jam Puncak
(km/jam) (km/jam)
1 Pinang Baris 18.28 21.63
2 Gatot Subroto 27.72 32.72
3 Iskandar Muda 24.96 24.96
4 Gajah Mada 19.77 19.77
5 S Parman 17.32 22.83
6 M Lubis/Raden Saleh 26.19 28.97
7 Balai Kota 17.45 18.07
8 Guru Patimpus 11.75 26.89
9 Brigjen Katamso 18.19 22.07
10 Sultan Makmun Al Rasyid 15.69 26.78
11 Pemuda 18.99 20.15
12 Ahmad Yani 18.26 18.26
13 Puteri Hijau 25.63 27.33
14 Yos Sudarso 19.68 23.69
15 Puteri Merah Jingga 26.28 26.28
16 Perintis Kemerdekaan 22.38 24.42
17 Gaharu 7.98 14.71
18 HM Yamin 18.94 22.35
19 Kereta Api 23.17 23.17
20 MT Haryono 10.88 10.88
21 Cirebon 10.57 17.22
22 Irian Barat 26.96 30.33
23 SM Raja 19.56 21.87
24 Sp. Terminal Amplas 15.46 17.92
25 Pandu 8.22 8.22
26 Palang Merah 15.26 15.26
27 Letda Sujono 17.10 19.14
28 Medan - Batang Kuis 27.48 27.48
29 Batang Kuis - K. Namu 26.27 26.27
30 Imam Bonjol 22.04 24.42
31 Zainul Arifin 17.10 19.79
32 Jamin Ginting 28.14 32.53
33 Sudirman
34 Diponegoro 16.01 34.84
35 Asrama 24.63 30.37
36 Kapt. Sumarsono 32.46 34.05
37 Helvetia By Pass 23.20 23.20
38 Pertempuran 26.53 26.53
39 Pertahanan 28.91 44.13
40 Cemara 10.27 11.98
41 Willem Iskandar 20.56 20.56
42 Kol Bejo 26.43 26.43
43 TB. Simatupang 35.58 39.26
44 Sakura Raya 39.51 39.51
45 Flamboyan Raya 34.03 36.89
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-10
No Nama Jalan
Kec. Perjalanan, Vt Kec. Lari, Vr
Jam Puncak Jam Puncak
(km/jam) (km/jam)
46 Melati Raya 36.40 46.35
47 Ngumban Surbakti 26.41 36.72
48 Karya Jasa 16.18 26.65
49 AH Nasution 15.19 17.98 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Beberapa ruas jalan yang berperan sebagai jalan utama di
koridor dalam kota adalah Jalan Thamrin, Jalan Pandu, Jalan
Sutomo, Jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota,
Jalan Haryono MT, Jalan Cirebon, Jalan Raden Saleh, Jalan
Guru Patimpus, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan HM
Yamin.
Untuk koridor luar ruas jalan berperan untuk menghubungkan
pusat kota dengan daerah pinggiran dan ke daerah sekitar kota
Medan. Untuk kawasan bagian Utara - pusat kota dihubungkan
oleh ruas Jl. Yos Sudarso - Jl. Putri Hijau. Untuk kawasan
bagian Timur - pusat kota dihubungkan oleh ruas Jl. Letda
Sujono – Jl. Prof. HM. Yamin – Jl. Perintis Kemerdekaan.
Untuk kawasan bagian Selatan - pusat kota dihubungkan oleh
ruas Jl. Sisingamangaraja - Jl. Cirebon – Jl. Irian Barat –
Jl. Perintis Kemerdekaan, ruas Jl. Brigjend. Katamso –
Jl. Pemuda – Jl. Ahmad Yani dan ruas Jl. Jl. Letjend. Jamin
Ginting- Jl. Letjend. S. Parman. Untuk kawasan bagian Barat -
pusat kota dihubungakan oleh ruas Jl. Jend. Gatot Subroto.
Untuk kawasan bagian Utara - Timur dihubungkan oleh ruas
Jl. Yos Sudarso - Jl. Pertahanan – Jl. Cemara – Jl. Kol. Bejo –
Jl. Pancing – Jl. Letda Sujono. Untuk kawasan bagian Barat –
Utara dihubungkan oleh ruas Jl. Jend. Gatot Subroto –
Jl. Asrama– Jl. Kapt. Sumarsono– Jl. Helvetia Bypass –
Jl. Pertempuran - Jl. Yos Sudarso. Ruas jalan Jl. Kapt.
Suamrsono merupakan jalan lingkar luar Utara. Untuk kawasan
bagian Selatan - Barat dihubungkan oleh ruas Jl. Letjend.
Jamin Ginting – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot
Subroto atau ruas jalan Jl. Brigjend. Katamso - Jl. Karya Jasa –
Jl. Pintu Air - Jl. Bunga Sedap Malam – Jl. Mawar Merah –
Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot Subroto atau ruas
Jl. Sisingamangara – Jl. Asrama II – Jl. Suka Elok –
Jl. Sukosopan – Jl. Karya Jasa – Jl. Pintu Air – Jl. Bunga Sedap
Malam – Jl. Mawar Merah – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal –
Jl. Jend. Gatot Subroto. Disamping itu, terdapat jaringan jalan
lingkar luar Selatan yaitu Jl. Jl. Tritura, Jl. Karya Jasa dan
Jl. Ngumban Surbakti. Terdapat jalan Tol Belmera yang
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-11
menghubungkan kawasan bagian Utara (Belawan) - Selatan
(Tanjung Morawa) melalui kawasan Timur Kota Medan.
Dari hasil studi “Perencanaan Angkutan Umum Massal
Berbasis Jalan (Bus Rapid Transit) Di Mebidang (Medan -
Binjai- Dell Serdang), 2007”. fokus penentuan alternatif awal
koridor-koridor BRT MEBIDANG lebih difokuskan pada
koridor-koridor di dalam kota Medan, yang teridentifikasi
sebanyak 7 (tujuh) koridor. Sedangkan 2 (dua) koridor lainnya
merupakan pengembangan/ekstensi dari keluar kota Medan,
yaitu yang menuju ke kota Binjai maupun menuju kota Lubuk
Pakam.
Dalam kegiatan“Studi Sistem Angkutan Umum Massal (Saum)
Kota Medan”, pemerintah Kota Medan melakukan modifikasi
lintasan koridor yang dilalui agar pelayanan yang diberikan
menjadi lebih maksimal dengan jangkauan yang lebih jauh
sesuai dengan kebutuhan dari pengguna transportasi di Kota
Medan, pertimbangan lainnya dalam modifikasi lintasan koridor
adalah adanya perubahan arah arus lalu lintas Kota Medan yang
mulai diberlakukan pada bulan November tahun 2010.
Khusus untuk Koridor 2 (Brigjend Katamso – Yos Sudarso)
panjang koridor diperpanjang mulai dari Deli Tua/Batas Kota
Medan hingga Terminal Bus Belawan. Mengingat panjang
lintasn koridor yang mencapai kurang lebih 30 km, maka
Koridor 2 dibagi menjadi dua seksi yaitu:
a) Koridor 2 Seksi 1: Deli Tua/Batas Kota – Lapangan
Merdeka
b) Koridor 2 Seksi 2: Lapangan Merdeka – Terminal Bus
Belawan
Koridor yang mengalami modifikasi oleh karena perubahan
arah arus lalu lintas adalah Koridor 3 (Amplas – Irian Barat),
Koridor 4 (Perintis Kemerdekaan – Kuala Namu) dan Koridor 5
(Jamin Ginting – Raden Saleh).
Jalan diseputaran Lapangan Merdeka di Pusat Kota Medan
yaitu Jl. Bukit Barisan, Jl. Stasiun Kereta Api dan Jl. Pulau
Pinang akan menjadi pusat pertemuan 5 koridor BRT yaitu
Koridor 1 (Terminal Pinang Baris – Guru Patimpus), Koridor 2
Seksi 1 (Deli Tua/Batas Kota Medan – Lapangan Merdeka),
Koridor 2 Seksi 2 (Lapangan Merdeka – Terminal Busa
Belawan), Koridor 3 (Terminal Amplas – Irian Barat), Koridor
4 (Perintis Kemerdekaan – Kuala Namu) dan Koridor 5 (Jamin
Ginting – Raden Saleh).
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-12
Tabel 4. 7. Rute BRT Kota Medan
No Koridor
Nama Koridor Lintasan Rute
Panjang Koridor
(km)
Arah Pergi
Arah Pulang
Koridor 1 Pinang Baris – Guru Patimpus
Pergi
T.Pinang Baris - Jl. TB. Simatupang - Jl. Binjai Raya - Jl. Gatot Subroto - Jl. Iskandar Muda - Jl. Gajah Mada - Jl. S.Parman - Jl. Kapt M Lubis/Raden Saleh - Jl. Bukit Barisan - Sta Kereta Api
10,5
Pulang
Sta. Kereta Api - Jl. Pulau Pinang - Jl. A Yani - Jl. Balai Kota - Jl Guru Patimpus - Jl. Gatot Subroto - Jl. Binjai Raya - Jl. TB Simatupang - T.Pinang Baris
9,6
Koridor 2
Brigjen Katamso – Yos Sudarso (Seksi 1)
Pergi
Deli Tua/Batas Kota Medan - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Pemuda - Jl. Achmad Yani - Jl. Bukit Barisan
8,95
Pulang
Jl. Bukit Barisan - Sta. Kereta Api - Jl. Palang Merah - Jl. Cirebon - Jl. Pandu - Jl. Sultan Makmun Al Rasyid - Jl. Brigjen Katamso - Batas Kota Medan/Deli Tua
9,2
Brigjen Katamso – Yos Sudarso (Seksi 2)
Pergi
Jl. Pulau Pinang - Jl. Balai Kota - Jl. Puteri Hijau - Jl. Yos Sudarso - Jl. Simp Pelabuhan 2 - Jl. Pelabuhan - T. Belawan
23,4
Pulang
T. Belawan - Jl. Pelabuhan - Jl. Simp. Pelabuhan 2 - Jl. Puteri Hijau - Jl. Puteri Merah Jingga - Jl. Gaharu - Jl. M Yamin - Sta Kereta Api - Jl. Pulau Pinang
24,3
Koridor 3 Amplas – Irian Barat
Pergi
T. Amplas - Jl. Sisingamangaraja - Jl. Pandu - Jl. Pemuda - Jl. A Yani - Jl Bukit Barisan
9,0
Pulang
Jl. Bukit Barisan - Sta. Kereta Api - Jl. Pulau Pinang - Jl. Balai Kota - Jl. M Yamin - Jl. Gudang - Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Gaharu - Jl. Irian Barat - Jl. MT Haryono - Jl. Cirebon - Jl. Sisingamangaraja - T. Amplas
8,9
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-13
No Koridor
Nama Koridor Lintasan Rute
Panjang Koridor
(km)
Arah Pergi
Arah Pulang
Koridor 4
Perintis kemerdekaan – Kuala Namu
Pergi
Jl. Pulau Pinang - Jl. Balai Kota - Jl. M Yamin - Jl. Gudang - Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Letda Sujono - Jl. Besar Tembung/Batas Kota
8,1
Pulang
Jl. Besar Tembung/Batas Kota - Jl. Letda Sujono - Jl. M Yamin - Sta. Kereta Api - Jl. Pulau Pinang
7,0
Koridor 5 Jamin Ginting – Raden Saleh
Pergi
Sta. Kereta Api - Jl. Palang Merah - Jl. Cirebon - Jl. Pandu - Jl. R Suprapto - Jl. Jend Sudirman - Jl. S. Parman - Jl. Jamin Ginting/Batas Kota
16,6
Pulang
Jl. Jamin Ginting/Batas Kota – Jl. S Parman – Jl. Maulana Lubis – Jl. Raden Saleh - Jl. Bukit Barisan - Sta. Kereta Api
16,8
Koridor 6 Asrama – Kol. Bejo
Pergi
T.Pinang Baris - Jl. TB Simatupang - Jl. Amal – Jl. Gagak Hitam - Jl. Asrama – Jl. Kapten Sumarsono – Jl. Helvetia (By Pass) – Jl. Pertempuran – Jl. Pertahanan – Jl. Cemara
15,5
Pulang
Jl. Cemara - Jl. Pertahanan - Jl. Pertempuran - Jl. Helvetia (By Pass) - Jl. Kapten Sumarsono - Jl. Asrama - Jl. Binjai Raya - Jl. TB Simatupang - T. Pinang Baris
15,5
Koridor 7 AH Nasution – T. Pinang Baris
Pergi
T. Amplas - Jl. Sisingamangaraja - Jl. AH Nasution – Jl. Karya Jasa - Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Melati Raya - Jl. Flamboyan Raya – Jl. Sakura Raya – Jl. TB Simatupang – T. Pinang Baris
19,8
Pulang
T. Pinang Baris - Jl. TB Simatupang - Jl. Sakura Raya - Jl. Flamboyan Raya – Jl. Melati Raya – Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Karya Jasa - Jl. AH Nasution - Jl. Sisingamangaraja - T. Amplas
20,3
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-14
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Gambar 4. 4. Koridor BRT Kota Medan
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-15
B. Sistem Transportasi Kota Palembang
1. Jaringan Jalan Kota Palembang
Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran
penting khususnya untuk transportasi darat, pemerintahan
daerah kota Palembang telah membangun jalan sepanjang
797.031 km jalan kabupaten/kota dan 97.270 km jalan provinsi.
Dari total panjang jalan yang ada, 81 persen sudah diaspal,
sementara sisanya (19 persen) belum diaspal.
Sementara panjang jalan tidak mengalami kenaikan yang berarti,
jumlah kendaraan bus sedang di Kota Palembang mengalami
kenaikan dalam jumlah yang cukup besar dari sekitar 460 pada
tahun 2008 menjadi 488 pada tahun 2009. Sementara penurunan
terjadi pada kendaraan angkutan umum.
Sumber: BAPPEDA Kota Palembang (2009)
Gambar 4. 5. Peta Jaringan Jalan Kota Palembang
Jaringan jalan di Kota Palembang diidentifikasikan memiliki
pola radial dan pola grid, dimana pergerakan lalu lintas
cenderung menuju ke satu titik yangmerupakan daerah pusat
kota. Kedua pola ini secara manajemen lalu lintas, memiliki
kecenderungan menyebabkan kemacetan. Hal ini disebabkan
arus lalulintas makin ke pusat makin padat dan jarak tempuh
antar dua kawasan menjadi makin jauh karena tidak adanya
jaringan jalan yang langsung menghubungkan kedua kawasan
tersebut (pola radial) sedangkan di pusat kota merupakan pola
grid, dimana merupakan pola yang terlalu banyaknya
persimpangan. Jaringan jalan di Palembang terbagi menurut
hirarkinya sebagaimana dijelaskan dalamTabel 4. 8.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-16
Tabel 4. 8. Hirarki Jaringan Jalan Utama Kota Palembang
HIRARKI
JALAN JARINGAN/RUAS JALAN
PANJANG
(m)
ARTERI
PRIMER
ROW Rencana:
60 m
- Jl. Ki Merogan: Batas Kota (KM 14) –
Simpang Musi II
5.700
- Jl. Parameswara (Musi II) 9.900
- Jl. Lingkar Barat: Parameswara – Simpang
Tanjung Api-api
8.400
- Jl. Kol. Barlian: Simpang Tanjung Api-api –
Batas Kota
3.800
- Jl. Ke Tg. Api-api: Simpang Tg. Api-api –
Batas Kota
4.500
- Jl. SMB II (ke Bandara SMB II) 2.400
- Jl. Demang Lebar Daun – Jl. Basuki Rahmad
– Jl. Sukamto – Jl. Residen Rozak (Patal
Pusri) – Jl. Mayor Zen (ke P. Sei Lais)
16.800
- Jl. Martadinata – Jl. Yos Sudarso – Jl.
Brigjen M. Dani (ke Pelabuhan Boom Baru)
3.300
- Jl. Lingkar Selatan via Jembatan Ogan III
(Simpang Musi II – Desa Sungai Pinang)
13.200
KOLEKTOR
PRIMER
ROW Rencana:
30 m
- Jl. Kapten Abdulah, sampai Batas Kota
(Talang Putih)
3.200
- Jl. Kol. Barlian (Simpang Tj. Api-api – KM
5)
4.500
- Jl. Jend. Sudirman 6.800
- Jl. (Poros) Jakabaring 8.700
ARTERI
SEKUNDER
ROW Rencana:
40 m
- Jl. Ki Merogan sampai Simpang Musi II 3.900
- Jl. KHA. Wahid Hasyim 2.550
- Jl. Pangeran Ratu 600
- Jl. Jend. A. Yani 3.000
- Jl. DI. Panjaitan 2.700 Sumber: BAPPEDA Kota Palembang (2009)
Jembatan-jembatan utama yang ada di Kota Palembang adalah :
a) Jembatan Ampera (Musi I), pada poros jalan Sudirman;
b) Jembatan Musi II, pada poros jalan lingkar Barat;
c) Jembatan Keramasan, di jalan lingkar Barat, berdekatan
dengan Jembatan Musi II;
d) Jembatan Ogan I dan Ogan II, di jalan KHA Wahid Hasyim
di Kertapati;
e) Jembatan Komering, di Jl. Antara Plaju – sungai Gerong;
f) Jembatan Ogan III, di jalan lingkar Selatan di luar wilayah
Kota Palembang.
Dari hasil survai ”Studi Sistem Angkutan Massal Kota
Palembang, 2009” diperoleh karakteristik perjalanan kendaraan
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-17
pribadi di kota palembang sebagaimana disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 4. 9. Karakteristik Pengguna Kendaraan Pribadi
Sumber: BAPPEDA Kota Palembang (2009)
2. Angkutan Umum Kota Palembang
Angkutan umum kota di Kota Palembang terdiri dari Angkutan
Bus, Angkot (mini van), Ojeg (taksi sepeda motor) dan taksi.
Bulan Februari 2010, di Kota Palembang mulai dioperasikan
bus angkutan massal atau Bus Rapid Transit (BRT) yang diberi
nama Trans Musi dengan armada bus baru sebanyak 25 buah,
yang mempunyai lantai tinggi dan ber-AC.
Tiga koridor (3, 4, dan 5) Bus Trans Musi mulai beroperasi pada
tahun 2011, sementara tiga koridor lagi (6, 7, dan 8) mulai
dioperasikan sebelum tahun 2013.
Selain kendaraan bermotor, terdapat juga moda angkutan umum
tidak bermotor yang menjadi sarana transportasi di Kota
Palembang yaitu kendaraan roda tiga (becak), bertempat duduk
dua orang, sepeda dan pejalan kaki.
Untuk skala regional, dalam melakukan pergerakan, penduduk
Kota Palembang umumnya memanfaatkan fasilitas bus antar
kota yang berada di terminal regional Karya jaya. Tujuan dan
arah pergerakannya melalui Terminal Bus Karya Jaya yang
memiliki 16 trayek angkutan lokal maupun regional. Moda
angkutan yang melayani pergerakan penduduk Kota Palembang
mencakup kendaraan pribadi dan angkutan umum yang berupa
angkutan bus maupun non bus yang mempunyai beberapa
trayek angkutan guna melayani pergerakan penduduk baik ke
No Item Jenis Moda Angkutan
Mobil Pribadi Sepeda Motor
1 Jarak perjalanan 6.82 km 7,06 km
2 Waktu perjalanan 22.22 menit 21,90 menit
3 Biaya BBM per hari Rp. 42.257/hari Rp 7.564 /hari
4 Biaya parkir per hari Rp. 7.979/hari Rp 3.704 /hari
6 Total Biaya per hari Rp. 50.236/hari Rp. 11.268/hari
7 Total biaya per trip Rp.25.118/trip Rp. 5.634/trip
8 Kecepatan perjalanan 18 km/jam 19,35 km/jam
9 Biaya perjalanan satuan Rp. 3.683 /km(tidak termasuk perjalanan
non-utama)
Rp. 798/km (tidak termasuk perjalanan
non-utama)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-18
dalam maupun ke luar. Jumlah angkutan kota di Kota
Palembang terdiri dari 25 trayek dengan jumlah armada
sebanyak 2995 unit. Jumlah trayek terpadat adalah armada
dengan rute pelayanan Ampera-Km 5 dengan jumlah 321 unit,
sedangkan yang terkecil adalah Jaka Baring–TOP yang hanya
terdiri dari 12 unit.
Tabel 4.10. Jumlah Kendaraan Per Trayek Kota Palembang
No JENIS KENDARAAN TRAYEK JUMLAH
1 Mobil Penumpang Umum Ampera-Sekip 210
2 Mobil Penumpang Umum Ampera-Lemabang 300
3 Mobil Penumpang Umum Ampera-Tg. Buntung 117
4 Mobil Penumpang Umum Ampera-Pakjo 185
5 Mobil Penumpang Umum Ampera-Bukit 120
6 Mobil Penumpang Umum Ampera-KM.5 321
7 Mobil Penumpang Umum P. Kuto-Perumnas 200
8 Mobil Penumpang Umum P.Kuto-Kenten Laut 102
9 Mobil Penumpang Umum Sayangan-lemabang 175
10 Mobil Penumpang Umum Way hitam-Tl betutu 100
11 Mobil Penumpang Umum Sp.RRI-Musi II 25
12 Mobil Penumpang Umum Sp.Jaka Baring-TOP 12
13 Mobil Penumpang Umum Sp. Jaka Baring-OPI 30
14 Mobil Penumpang Umum Ampera-Pasar Induk 30
15 Bus Kecil Ampera-TKJ 200
16 Bus Kecil Ampera-Plaju 200
17 Bus Kecil Ampera-Perumnas 115
18 Bus Kecil Lemabang - Sei Lais 84
19 Bus Sedang/Bus Kota TKJ-KM 12 129
20 Bus Sedang/Bus Kota TKJ-Pusri 34
21 Bus Sedang/Bus Kota TKJ- Perumnas 63
22 Bus Sedang/Bus Kota Plaju-KM 12 115
23 Bus Sedang/Bus Kota Plaju-Pusri 61
24 Bus Sedang/Bus Kota Plaju-Perumnas 30
25 Bus Sedang/Bus Kota Bukit Besar-J. Baring 37
TOTAL 2,995 Sumber: BAPPEDA Kota Palembang (2009)
Jenis angkutan umum yang ada di Kota Palembang saat ini
adalah menggunakan angkutan kota dengan kapasitas 12 dan 27
tempat duduk. Jaringan rute maupun pola pergerakan angkutan
kota di Kota Palembang, baik pada kondisi eksisting maupun
dengan jaringan trayek, menurut SK Walikota Palembang
No 516 Tahun 2002 sebagian besar menuju pusat kota (CBD).
Ruas-ruas jalan yang dilalui oleh rute angkutan umum dalam
Kota Palembang memperlihatkan kecendrungan hanya melalui
jalan-jalan utama. Beberapa trayek melalui rute pada ruas jalan
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-19
yang sama dan saling tumpang tindih, yang mengakibatkan
terakumulasinya jumlah kendaraan angkutan umum pada ruas
jalan utama tersebut.
C. Sistem Transportasi DKI Jakarta
1. Jaringan Jalan DKI Jakarta (Jabodetabek)
Total panjang jalan di DKI Jakarta kurang lebih 10% dari total
panjang jalan di Jawa. Perbandingan antara panjang jalan dan
total area di wilayah DKI Jakarta hanya 6 %, dimana idealnya
untuk kota sebesar Jakarta adalah 10 – 15 %.
Tabel 4. 11. Panjang, Luas dan Status Jalan Menurut
Jenisnya, 2011
Tabel 4. 12. Panjang Jalan Menurut Kota Administrasi,
dan Jenis Status Jalan, 2011
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-20
Jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi atau kelas
administratifnya sesuai dengan undang-undang, peraturan
nomor 34. Terdapat empat klasifikasi fungsional jalan yaitu:
Jalan Tol, Jalan Primer, Jalan Sekunder, dan Jalan lainnya;
sedangkan berdasarkan otoritas/administratifnya: Jalan Nasional
(Tol), Jalan Nasional (Non-Toll), Jalan Provinsi, dan Jalan Lain-
Lain (Jalan Kabupaten dan lain-lain).
Wilayah Jabodetabek memiliki sistem jaringan jalan lingkar dan
radial. sistem jaringan jalan lingkar yaitu lingkar luar (outer ring
road) yang juga merupakan jaringan jalan arteri primer, jaringan
radial yang melayani kawasan di luar outer ring road menuju
kawasan di dalam outer ring road.
Sistem Jaringan jalan eksisting berbentuk jaringan radial dan
circumferensial yang terdiri dari:
Koridor Timur : Jalan Bekasi Raya dan Jalan tol DKI
Jakarta Cikampek
Koridor Barat : Jalan Daan Mogot dan Jalan tol DKI
Jakarta Merak
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-21
Koridor Selatan : Jalan Raya Bogor, Jalan tol Jagorawi, Jalan
Raya Cinere, Jalan Raya Ciputat
Kearah Utara : Jalan Pluit Raya, Jalan RE Martadinata dan
Jalan tol Harbour
Sumber: BSTP (2009)
Gambar 4. 6. Jaringan Jalan Jabodetabek (termasuk
arahan sistem transportasi Bopuncur)
Sistem Transportasi di wilayah DKI Jakarta pada dasarnya
didominasi oleh sistem jalan raya yang mencakup 90% dari total
pasokan yang melayani kebutuhan perjalanan, sedangkan
sisanya merupakan sistem jalan rel. Sebagai konsekuensi logis
dari situasi ini, pelayanan kebutuhan angkutan umum
didominasi oleh sistem angkutan umum jalan raya. Kondisi ini
sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
melakukan investasi di bidang transportasi yang
menitikberatkan investasi pada pengembangan sistem jaringan
jalan.
Panjang jalan di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2009 adalah
sebesar 6.724,2 km atau 49% dari total panjang jaringan jalan di
wilayah Jabodetabek yaitu 13.720 km,sebesar 51% atau sisanya
6.996,3 berada di wilayah Bodetabek.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-22
Tabel 4.13. Panjang Jalan Berdasarkan Wilayah
Wilayah
Panjang Jalan (km) Luas (km2)
Penduduk (ribu) Tol Nasional Provinsi
Lain-Lain
Total
DKI Jakarta
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
21.9 37.2
6.4 12.9 34.6
50.2 31.5 13.6 39.1 29.4
312.1 335.4 233.7 254.6 194.5
1,273.7 1,058.0
628.9 1,206.7
949.8
1,657.9 1,462.1
882.5 1,513.2 1,208.3
141.3 188.3
48.1 129.5 146.7
2,062 2,694
903 2,282 1,646
Total 113.0 163.8 1,330.3 5,116.9 6,724.0 653.9 9,587
Bodetabek
Kota Bogor Kabupaten Bogor*1 Kota Depok Kota Tangerang Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang Kota Bekasi Kabupaten Bekasi
*2
*2
“2
*2
*2
*2
23.7 *2
34.2 121.5
14.3 16.2
9.2 27.9 13.6 29.7
26.8 130.0
19.2 22.0 45.8
114.4 13.3 26.1
677.1 1,506.6
469.8 1,287.5
137.8 990.6 312.3 927.0
738.1 1,758.1
503.2 1,325.7
192.7 1,133.0
362.9 982.7
111.7 2,663.8
199.4 164.6 150.8 959.6 210.5
1269.5
950 4,772 1,739 1,799 1,290 2,834 2,335 2,630
Total 23.7 266.5 397.5 6,308.5 6,996.3 5,729.9 18,349
JABODETABEK 136.7 430.3 1,727.8 11,425.5 13,720.2 6,383.9 27,936
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Sumber : JICA (2012)
Gambar 4.7. Kepadatan Jalan Berdasarkan Luas dan
Penduduk
Road Length per thousand population
0.70
0.77
0.37
0.29
0.74
0.15
0.40
0.15
0.37
0.49
0.0 2.1
DKI Jakarta
Kota Bogor
Kab. Bogor
Kota Depok
Kota Tangerang
Kota Tang-Sel.
Kab. Tangerang
Kota Bekasi
Kab. Bekasi
Total
Road Length per square kilometer
10.3
6.6
2.5
8.1
1.3
1.2
1.7
0.8
2.1
0.7
0 2 4 6 8 10 12
DKI Jakarta
Kota Bogor
Kab. Bogor
Kota Depok
Kota Tangerang
Kota Tang-Sel.
Kab. Tangerang
Kota Bekasi
Kab. Bekasi
Total
(km) (km)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-23
Jakarta Pusat memiliki kepadatan jalan tertinggi berdasarkan
luas dan populasinya, sebagaimana memang kawasan tersebut
adalah kawasan bisnis utama di Jabodetabek. Perlu dicatata pula
bahwa kawasan Jakarta Barat memiliki tingkat kepadatan jalan
yang cukup tinggi berdasarkan luas dengan tingkat populasinya
yang justru paling tinggi di Jabodetabek. Di luar DKI Jakarta
(Bodetabek), kota-kota seperti Kota Tangerang Selatan dan Kota
Bekasi memiliki tingkat jalan yang relatif kurang jika
dibandingkan dengan populasinya.
Pengembangan jaringan jalan Bebas Hambatan untuk
mendukung kinerja sistem transportasi di DKI Jakarta antara
lain:
a) Jaringan jalan Bebas Hambatan yang telah berfungsi:
1) Cawang – Tomang;
2) Cawang – Tanjung Priok (North South Link);
3) Tanjung Priok – Pluit (Harbour Road);
4) Pluit – Cengkareng (Harbour Road);
5) Tangerang – Kebon Jeruk – Tomang;
6) Jati Asih – Rambutan – Veteran (JORR I);
7) Kebon Jeruk – Kapuk Muara (JORR I);
8) Cikunir – Cakung – Cilincing – Rorotan (JORR I);
9) Serpong – Pondok Aren.
b) Jaringan jalan Bebas Hambatan dalam proses persiapan dan
pelaksanaan pembangunan
1) Bekasi Timur – Kampung Melayu (Sepanjang Kali
Malang);
2) Veteran – Kebon Jeruk – Sedyatmo (JORR I);
3) Rorotan – Tanjung Priok (JORR I);
4) Akses Tanjung Priok.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-24
Sumber: BSTP (2009)
Gambar 4.8. Jaringan Jalan Tol Eksisting dan Rencana Penyelesaian
Sementara itu rencana umum sistem jaringan jalan Tol
Jabodetabek terdiri dari:
a) Jaringan Jalan Tol Regional:
1) Jagorawi (DKI Jakarta - Bogor - Ciawi Toll Road);
2) Jalan Tol DKI Jakarta - Merak;
3) Jalan tol DKI Jakarta – Cikampek.
b) Jalan Tol Lingkar Dalam DKI Jakarta (DKI Jakarta Intra
Urban Tollway);
c) Jalan Tol Lingkar Luar DKI Jakarta (DKI Jakarta Outer
Ring Road);
d) Jalan Tol 6 Ruas DKI Jakarta;
e) Bogor Ring Road;
f) Depok – Antasari;
g) Bekasi – Cawang – Kp. Melayu (Becakayu);
h) Jalan Tol Lingkar Luar DKI Jakarta 2 (DKI Jakarta Outer
Outer Ring Road).
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-25
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.9. Rencana Umum Jaringan Jalan Tol Jabodetabek
2. Angkutan Umum DKI Jakarta (Jabodetabek)
Jaringan angkutan umum Jabodetabek dilayani oleh bus besar
dan bus sedang untuk antar wilayah kota/kabupaten, sedangkan
wilayah internal tiap wilayah dilayani bus sedang. DKI Jakarta
sebagai pusat aktifitas nasional memiliki daya tarik kuat
sehingga terjadi lebih dari satu juta bangkitan perjalanan
komuter menuju DKI Jakarta dari wilayah sekitar (Bodetabek).
Secara jaringan, jaringan angkutan umum yang ada sudah
menghubungkan antar wilayah Jabodetabek namun kendala-
kendala yang ada mengakibatkan jumlah kapasitas yang ada
jauh dari mencukupi bahkan setiap tahunnya terjadi penurunan.
Jaringan angkutan umum merepresentasikan jaringan trayek,
jumlah trayek pada jaringan jalan, frekuensi bus yang beroperasi
pada jaringan jalan dan kapasitas sistem bus pada ruas jalan.
Secara keseluruhan menunjukan bahwa cakupan pelayanan bus
besar bersifat lintas wilayah, sedangkan cakupan pelayanan bus
sedang cenderung bersifat lokal. Cakupan pelayanan dari bus
besar adalah jarak jauh meliputi Kota Jakarta dan daerah
penyangga DKI Jakarta, sedangkan untuk bus sedang pada
umum adalah jarak menengah sedangkan bus kecil memiliki
rute jarak pendek pada umumnya.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-26
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.10. Jaringan Trayek Bus Besar
Dari studi JAPTraPIS (JICA, 2012), tingkat keterisian rata-rata
angkutan umum untuk bus besar adalah sebesar 51,4
penumpang, bus sedang sebesar 22,3 penumpang dan bus kecil
adalah 7,7 penumpang.
Karakteristik struktur trayek bus saat ini dapat dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut:
a) Tidak ada struktur hirarkis rute seperti sistem rute trunk dan
feeder dalam operasi (karena perencanaan jaringan rute bus
tidak cukup);
b) Konsentrasi yng berlebihan/ duplikasi rute bus antara
daerah DKI Jakarta, wilayah CBD dan pinggiran kota
Bodetabek;
c) Tidak cukupnya cakupan layanan bus, terutama di daerah
pinggiran kota;
d) Ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan bus
akibat praktek operasional yang tidak efisien dan
pemantauan yang tidak cukup dan kurangnya kontrol.
Pasar MingguPasar MingguPasar MingguPasar MingguPasar MingguPasar MingguPasar MingguPasar MingguPasar Minggu
Kampung MelayuKampung MelayuKampung MelayuKampung MelayuKampung MelayuKampung MelayuKampung MelayuKampung MelayuKampung Melayu
ManggaraiManggaraiManggaraiManggaraiManggaraiManggaraiManggaraiManggaraiManggarai
Pulo GadungPulo GadungPulo GadungPulo GadungPulo GadungPulo GadungPulo GadungPulo GadungPulo Gadung
CiledugCiledugCiledugCiledugCiledugCiledugCiledugCiledugCiledug
KalideresKalideresKalideresKalideresKalideresKalideresKalideresKalideresKalideres
Tanah AbangTanah AbangTanah AbangTanah AbangTanah AbangTanah AbangTanah AbangTanah AbangTanah Abang
Blok MBlok MBlok MBlok MBlok MBlok MBlok MBlok MBlok M
Lebak BulusLebak BulusLebak BulusLebak BulusLebak BulusLebak BulusLebak BulusLebak BulusLebak Bulus Pinang RantiPinang RantiPinang RantiPinang RantiPinang RantiPinang RantiPinang RantiPinang RantiPinang Ranti
KlenderKlenderKlenderKlenderKlenderKlenderKlenderKlenderKlender
Rawa MangunRawa MangunRawa MangunRawa MangunRawa MangunRawa MangunRawa MangunRawa MangunRawa Mangun
SenenSenenSenenSenenSenenSenenSenenSenenSenen
Muara AngkeMuara AngkeMuara AngkeMuara AngkeMuara AngkeMuara AngkeMuara AngkeMuara AngkeMuara AngkeTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung Priok
Kp. RambutanKp. RambutanKp. RambutanKp. RambutanKp. RambutanKp. RambutanKp. RambutanKp. RambutanKp. Rambutan
GrogolGrogolGrogolGrogolGrogolGrogolGrogolGrogolGrogolRawa BuayaRawa BuayaRawa BuayaRawa BuayaRawa BuayaRawa BuayaRawa BuayaRawa BuayaRawa Buaya
KotaKotaKotaKotaKotaKotaKotaKotaKota
PulogebangPulogebangPulogebangPulogebangPulogebangPulogebangPulogebangPulogebangPulogebang
LEGENDA
Bis Besar PatasAC
Bis Besar Patas
Bis Besar Reguler
Region
Bis Kecil/Angkot
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-27
Tabel 4.14. Karakteristik Pelayanan Angkutan Umum di Jabodetabek
Sumber: JICA(2012)
Salah satu bentuk implementasi dari sistem BRT adalah
pengembangan jalur khusus bus (busway). Busway adalah jalur
yang digunakan khusus untuk bus, yang benar-benar terpisah
dari jalur kendaraan lain. Buswaydidesain sedemikian rupa
sehingga memungkinkan bus berjalan di jalur khusus tanpa
adanya gangguan dari lalu lintas lain sehingga kecepatan
operasional bus dapat dipertahankan.
Tabel 4.15. Koridor Busway Eksisting Tahun 2012
Sumber : Puslitdat (2012)
Keterangan Bus Sedang Bus Kecil
Patas AC Patas Non-AC Bus Regular
Jenis Pelayanan
Cepat (Pemberhentian
terbatas) dan
menggunakan AC
Cepat (Pemberhentian
terbatas) dan tidak
menggunakan AC
Normal dan Tidak
menggunakan AC
Tambahan pelayanan
angkutan umum pada
jalan sekunder
Layanan pengumpan
untuk mencapai rute
bus utama, terminal
Area Pelayanan
DKI Jakarta dan 3 kota
sekitarnya (tangerang,
depok, bekasi)
jangkauan pelayanan
lebih luas dari Patas-
AC, diperpanjang
sampai dengan jalan
radial utama
Sebagian besar di DKI
Jakarta dan melayani
permintaan perjalanan
antar perkotaan
Sebagian besar di DKI
Jakarta dan beberapa
rute terhubung dengan
daerah sub perkotaan
Cakupan pelayanan
meliputi seluruh area
biasanya untuk
perjalanan jarak
pendek
fleet size (seats) 50 50 50 24 9-14
Pendingin Udara (AC) AC Non-AC Non-AC Non-AC Non-AC
Operator utama (DKI
Jakarta)
Perum PPD, PT.
Mayasari Bhakti ( 61%
jumlah kendaraan)
Perum PPD, PT.
Mayasari Bhakti (79%
jumlah kendaraan)
Perum PPD, PT.
Mayasari Bhakti (81%
jumlah kendaraan)
PT. Metro Mini, Kopaja
(sharing 92% in terms of
vehicle number)
Operator kecil dan
gabungan (mikrolet,
KWK, APK, APB, etc)
Jumlah armada
terdaftar di DKI
Jakarta 2010 673 782 128 2,465 12,943
Rata-rata panjang
perjalanan (km/min)
tahun 2002 6.2/53 3.9/37
Rata-rata okupansi
tahun 2002 (SITRAMP) 22.3 penumpang 7.7 penumpang
Sistem pembayaran Di bus oleh kondektur Di bus oleh kondektur Di bus oleh kondektur Di bus oleh kondektur Di bus oleh kondektur
Tarif (Rp) 6000 4000 (pelajar 1000) 4000 (pelajar 1000) 4000 (pelajar 1000) 1000-3000 (pelajar 1000)
Bus Besar
13.3/80
51.4 penumpang
No Koridor Tgl Operasi Panjang (km) Jml Stop Waktu (mnt) Interval Stasiun (km) Kec Rata2 (km/j)
1 Blok M - Kota 1-Feb-04 12.9 20 43 0.68 18
2 Puli Gadung - Harmoni 15-Jan-06 14.3 23 48 0.65 18
3 Kalideres - Harmoni 15-Jan-06 19.0 14 63 1.46 18
4 Pulo Gadung - Dukuh Atas 27-Jan-07 11.5 15 38 0.82 18
5 Ancol - Kp. Melayu 27-Jan-07 13.5 15 45 0.96 18
6 Ragunan - Kuningan 27-Jan-07 13.3 19 44 0.74 18
7 Kp. Rambutan - Kp. Melayu 27-Jan-07 12.8 14 43 0.98 18
8 Lebak Bulus - Harmoni 21-Jan-09 26.6 23 89 1.21 18
9 Pluit - Pinang Ranti 31-Des-10 28.8 29 96 1.03 18
10 Tanjung Priok - Cililitan PGC 31-Des-10 19.4 20 65 1.02 18
11 Pulo Gebang - Kp. Melayu 28-Des-11 12.0 16 50 0.75 18
1-Jan-12 184.1 208 0.89Jumlah Operasional jaringan 2012
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-28
Sumber : Puslitdat (2012)
Gambar 4.11. Jumlah Penumpang menurut Station (2009)
Dengan beroperasinya Transjakarta, beberapa perumahan besar
di sekitar DKI Jakarta menyediakan shuttle bus yang menempuh
rute dari perumahan tersebut menuju pusat kota DKI Jakarta
pulang-pergi. Shuttle bus dari berbagai kawasan pemukiman
tersebut juga berfungsi sebagai bus pengumpan (feeder) busway
walaupun secara fisik dan sistem masih belum terintegrasi. Bus-
bus tersebut tidak bisa menaikan penumpang di sepanjang
perjalanan. Penumpang hanya bisa naik dari halte di perumahan
yang menyediakan bus penghubung itu atau sebaliknya dari
halte tujuan menuju perumahan. Biasanya, sebagian besar
penggunanya adalah warga perumahan bersangkutan. Selain
tempat naik-turun penumpang yang tetap, angkutan ini
dioperasikan secara terjadwal. Berikut beberapa angkutan
pemukiman yang ada di Jabodetabek:
a) Trans Bintaro
b) Trans BSD City
c) Trans Citra Raya
d) Trans Lippo Karawaci
e) Trans Summarecon
f) Trans Galaxy Bekasi
g) Trans Kota Wisata
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-29
Selain sistem angkutan umum jalan raya, angkutan umum di
Jabodetabek juga didukung angkutan umum berbasis rel. Sistem
jalan kereta Jabodetabek, memiliki panjang rel mencapai 160
km yang mencakup tujuh jalur pelayanan yaitu; jalur timur,
tengah, Bekasi, Tanjung Priok, Serpong dan Tangerang. Lima
jalur pelayanan membentuk sistem radial dan sisanya
membentuk pola lingkaran. Walaupun demikian, terlihat juga
pola grid dimana banyak terdapat jalan-jalan utama yang
bersifat paralel.Jalur-jalur ini memiliki rel ganda kecuali jalur
Tangerang dan Serpong. Pada jalur tengah sepanjang 19 km dari
Manggarai ke DKI Jakarta Kota, jalur rel ini telah dilayangkan.
Sumber : Puslitdat (2012)
Gambar 4.12. Peta Jaringan Kereta Jabodetabek
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-30
D. Sistem Transportasi Kota Bandung
1. Jaringan Jalan Kota Bandung
Dari Studi Masterplan Jaringan Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Algomerasi Bandung Raya, pada ruas-ruas jalan utama
menunjukkan bahwa pergerakkan pada jam-jam puncak
mencapai volume di atas 1500 smp/jam per arah. Bahkan pada
ruas jalan utama seperti ruas jalan Soekarno – Hatta
menujukkan pergerakan yang terjadi mencapai 4500 smp/jam
pada jam puncak pagi.
Secara umum, pola pergerakan yang tejadi pada ruas-ruas yang
diamati menunjukkan adanya jam puncak pagi antara jam 6.00 –
9.00. Sedangkan jam puncak sore terjadi pada jam 16.00 –
18.00. Pergerakan pada siang hingga menuju sore cenderung
terdistribusi secara merata.
Sumber: BAPPEDA Kota Bandung (2009)
Gambar 4.13. Volume Jam Puncak Ruas Jalan Bandung
Hasil analisa dalam studi “Analisis Tingkat Kebutuhan Sarana
Angkutan Umum Massal Di Kota Bandung (BAPPEDA)”
diperoleh gambaran karakteristik perjalanan dengan
menggunakan kendaraan pribadi di kota Bandung sebagaimana
terlampir dalam Tabel 4.16.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-31
Tabel 4.16. Karakteristik Perjalanan Kendaraan Pribadi
No Item Jenis Moda Angkutan
Mobil Pribadi Sepeda Motor
1 Jarak perjalanan 16,01 km 13,23 km
2 Waktu perjalanan 51 menit 34 menit
3 Biaya BBM per hari Rp. 50575/hari Rp 18059 /hari
4 Biaya parkir dll per hari Rp. 10923/hari Rp 2938 /hari
5 Total Biaya per hari Rp. 61498/hari Rp. 20997/hari
6 Total biaya per trip Rp. 30749/trip Rp. 10499/trip
7 Kecepatan perjaianan 18,84 km/jam 23,35 km/jam
8 Biaya perjalanan satuan Rp. 1920,6 /km Rp. 793,6/km
Sumber:BAPPEDA Kota Bandung (2009)
Beberapa permasalahan jaringan jalan kota Bandung yang
terekam dalam studi “Master Plan Transportasi Kota Bandung”
adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan kapasitas jalan;
Pertumbuhan panjang jalan di kota Bandung mulai tahun
2003 hingga data tahun 2010 hanya sebesar 0.81%. Jauh di
bawah pertumbuhan jumlah kendaraan yang mencapai 7% -
10% setiap tahun. Kondisi ini mengakibatkan terjadi
disutilitas jalan dimana kapasitas yang ada jauh dibawah
kebutuhan. Kondisi kapasitas ini semakin diperparah
dengan kondisi pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan
lain (parkir, pasar kaki lima/pasar tumpah dan kondisi
permukaan jalan yang kurang baik).
b) Konfigurasi sistem jaringan dan fungsi jalan;
Konfigurasi jaringan jalan Kota Bandung sulit dipadankan
dengan konsep teoretis dalam UU 38/2004 tersebut.
Pemisahan fungsional antara jalan primer dengan jalan
sekunder sulit diterapkan. Sebagai contoh jalan Sukarno-
Hatta, jalan Ujung Berung, jalan Sukajadi, jalan Setiabudi
dan jalan Kiara Condong yang secara fungsi adalah jalan
arteri/kolektor primer lebih banyak digunakan untuk
lalulintas perkotaan dan komuter. Untuk jalan sekunder
perbedaan fisik maupun operasional antara jalan lokal
sekunder, kolektor sekunder, dan arteri sekunder juga
belum jelas (contoh: banyak sekali jalan perumahan yang
digunakan untuk lalulintas menerus).
c) Kondisi fisik jalan;
Terdapat sekitar 12,23% dari panjang jalan yang ada di kota
Bandung masuk dalam kategori rusak/tidak mantap.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-32
Kondisi ini akan mengganggu kinerja pelayanan. Selain
besarnya volume kendaraan perlu adanya manajemen
pembatasan dan pengawasan beban kendaraan pada ruas
tertentu serta mempersiapkan konstruksi jalan yang sesuai
dengan batas beban yang diijinkan.
d) Persyaratan teknis ruas jalan.
Perlunya pemenuhan persyaratan teknis ruas jalan meliputi:
(1) lebar badan jalan minimum;
(2) kapasitas jalan yang harus lebih besar dari volume
lalulintas, atau V/C<1;
(3) lalulintas cepat dipisahkan dengan lalulintas
lambat; dan
(4) pengaturan simpang yang sesuai.
Tabel 4.17. Titik Kemacetan Kota Bandung
No. Titik
Kemacetan Sebab Akibat
1 Jl. Asia Afrika Adanya titik temu dari arah Jl Asia Afrika dan Alun-alun
Penumpukan Kendaraan
Arus lalulintasnya besar Terjadi Kemacetan
2 Jl. Dewi Sartika Adanya PKL Penumpukan Angkutan Umum
Agkutan Umum yang berhenti sembarangan Terjadi Kemacetan
Adanya titik temu dari arah Jl Kepatihan dan Dewi Sartika
3 Jl. Kepatihan Adanya PKL yang tumpah ke tepi jalan Penumpukan Angkutan Umum
Agkutan Umum yang berhenti sembarangan Terjadi Kemacetan
4 Jl. Dalem Kaum Ruas jalan bagian tepi di jadikan lahan parkir serong
Penumpukan Kendaraan
Banyak PKL yang berjualan d tepi jalan
5 Jl. Moch Ramdhan
Terdapat kegiatan pasar ancol Terjadi penumpukan kendaraan
Pertemuan arus dari arah gurame dan Moh. Ramdhan
Terjadi kemacetan
Arus Lalu lintas besar
6 Jl. Otto Iskandardinata
Arus Kendaraan yang besar Terjadi penumpukan kendaraan
Adanya Kendaraan yang parkir di pinggir jalan
Terjadi kemacetan
7 Jl. Pasirkoja Arus Lalu lintas besar Terjadi penumpukan kendaraan
Ruas jalan kecil terjadi kemacetan
terdapat kendaraan yang parkir di sisi ruas jalan
8 Jl. Pungkur Pertemuan arus lalu lintas dari Moh. Toha dan Pungkur
Arus lalu lintas jadi tersendat
9 Jl. Ahmad Yani Arus lalulintas besar Kemacetan lalulintas
(Pasar Kosambi) Tepi jalan di jadikan tempat parkir
10 jl. Astana Anyar Terdapat PKL yang berjualan di tepi jalan Kemacetan lalu lintas
11 jl. Buah Batu Besarnya LHR pada waktu tertentu Terjadi PenumpukanKendaraan di Ruas jalan Buah Batu Terjadi kemacetan yang cukup panjang 12 Jl. Cibaduyut Kawasan Sentra sepatu kulit Terjadi Kemacetan
Arus lalulintas yang besar Arus lalulintas jadi tersendat
Lebar jalan kecil yaitu 7 m
Parkir mobil di pinggir jalan
13 Jl. Jakarta Arus lalulintas besar Terjadi penumpukan kendaraan pada simpang Antapani Terjadi Kemacetan
14 Jl. Iskandar Aji Adanya Pasar Kiaracondong Terjadi penumpukan kendaraan
(bawah Jembatan)
Adanya PKL yang tumpah ke ruas jalan Terjadi Kemacetan sepanjang ruas jalan
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-33
No. Titik
Kemacetan Sebab Akibat
adanya perlintasan Kereta Api Arus lalulintas jadi terhambat
15 Jl. Muhamad Toha
Adanya pusat perbelanjaan ITC Terjadi kemacetan
Adanya angkutan Umum yang mengetem
16 Jl. Soekarno Hatta
Besarnya Arus Lalu lintas pada simpang Buah batu
Terjadi penumpukan Kendaraan
Tidak disiplinnya pengguna kendaraan bermotor
Terjadi kemacetan
17 Jembatan Pasopati
Pertemuan Arus di Persimpangan tiga Gasibu
Terjadi penumpukan kendaraan
Terjadi Kemacetan hingga fly over Pasupati 18 Jl. Abdurahman
Saleh Adanya perlintasan Kereta Api Terjadi penumpukan Kendaraan di
ruas Jl. Abdurahman Saleh Tidak disiplinnya pengguna kendaraan bermotor
Terjadi Kemacetan
19 Jl. Jamika Simpang 3 pertemuan arus lalu lintas dari terjadi penumpukan kendaraan pada simpang jamika Arus dari arah Jend. Siedirman besar terjadi kemacetan hingga pasar andir 20 Jl. Pasirkaliki Agkutan Umum yang berhenti sembarangan Terjadi Penumpukan kendaraan
Jam Waktu pulangnya anak sekolah Terjadi Kemacetan
21 Jl. Jenderal Soedirman
Angkutan Umum yang mengetem Terjadi Kemacetan
Kecilnya ruas jalan menuju Kota Cimahi
22 Pasar Andir Pasar tumpah ke jalan Kendaraan tidak bisa melewati ruas jalan
23 Jl. Ahmad Yani Besarnya Arus Lalu lintas pada simpang Ahmad Yani - BKR
Terjadi penumpukan kendaraan
Terjadi antrian mobil yang panjang
24 Jl. Sunda Adanya perlintasan Kereta Api Terjadi penumpukan Kendaraan di ruas Jl. Abdurahman Saleh Tidak disiplinnya pengguna kendaraan
bermotor Terjadi Kemacetan
25 Jl. Ahmad Yani (Cicadas)
Adanya pertemuan arus dari arah cicaheum dengan dari kosambi
Penumpukan Kendaraan pad simpang Jl. Jakarta adanya persimpangan Jl. Jakarta Terjadi kemacetan di cicadas
26 Jl. Ahmad Yani Simapang 3 pertemuan antara arus dari Surapati dan Ahmad Yani
Penumpukan Kendaraan di depan terminal cicaheum (Cicaheum) Terjadi kemacetan
27 Jl. Cibiru Terdapat angkutan umum yang berhenti dan menunggu penumpang
Arus jadi tersendat
Terjadi kemacetan
28 Jl. Ciwastra Simpang 3 kecil di pasar kordon Terjadi Penumpukan kendaraan
Aktifitas pasar kordon Terjadi Kemacetan
Volume kendaraan cukup besar
Ruas jalan kecil
29 Jl. Jenderal Sudirman
Adanya pasar tumpah Terjadi penumpukan kendaraan
(Pasar Andir) Terjadi Kemacetan
30 Jl. Gatot Soebroto
Adanya aktifitas pasar binong Terjadi Kemacetan
(Pasar Binong) adanya pasar tumpah
Adanya simpang tiga kecil yang menuju ke sentra rajutan
31 Jl. Merdeka Arus Kendaraan yang besar Terjadi Penumpukan Kendaraan
32 Jl. Dr. Djundjunan Arus Kendaraan yang besar Terjadi Penumpukan Kendaraan
Adanya perputaran jalan di depan BTC Terjadi Kemacetan Sumber: BAPPEDA Kota Bandung (2009)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-34
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.14. Peta Lokasi Titik Rawan Kemacetan
Tabel 4.18. Volume, Kapasitas dan Kecepatan Rata-rata di ruas jalan
Kota Bandung
No Ruas jalan Status
jalan
Volume
(smp/jam) Kapasitas
V/C
ratio
Kecepatan
rata-rata
(km/jam)
1. Jl. Kopo Propinsi 2.845,5 3179 0,89 12,32
2. Jl. A. Yani Nasional 3.065,5 4179,5 0,73 14,21
3. Jl. Raya Ujung
Berung
Nasional 1662,5 1.731,78 0,95 10,34
4. Jl. Dalem Kaum Kota 1.976,6 2064,48 0,96 11,08
4. Jl. Tamansari Kota 2.045,92 2.423,52 0,84 13,36
6. Jl. Raya Cibiru Nasional 1.638,45 1.812,7 0,90 10,16
7. Jl. Wastu Kancana Kota 3.273,24 3.835,28 0,85 14,34
8. Jl. Otista Kota 2.939,8 3.096,72 0,95 13,21 Sumber: Puslitdat (2012)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-35
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.15. Volume Lalu Lintas Kota Bandung (2009)
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.16. Kinerja Kecepatan Jaringan Hari Kerja (2009)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-36
2. Angkutan Umum Kota Bandung
Di Kota Bandung terdapat sejumlah terminal yang terdiri dari
terminal, sub terminal, dan pangkalan. Terminal hanya terdapat
1 buah yaitu Terminal Leuwi Panjang yang berfungsi sebagai
terminal angkutan umum AKDP dan AKAP. Sub Terminal di
Kota Bandung terdapat 9 buah yaitu :
a) Sub Terminal Cicaheum;
b) Sub Terminal Abdul Muis;
c) Sub Terminal Ciroyom;
d) Sub Terminal St. Hall;
e) Sub Terminal Dago;
f) Sub Terminal Ujung Berung;
g) Sub Terminal Gede Bage;
h) Sub Terminal Moh. Toha;
i) Sub Terminal Ledeng.
Tabel 4.19. Identifikasi Terminal Di Kota Bandung
No. Nama terminal Tipe Luas (m2) Instansi pengelola
1. Leuwi Panjang A 40.000 Dishub Kota Bandung
2. Cicaheum A 11.000 Dishub Kota Bandung
3. Ledeng B 2.350 Dishub Kota Bandung
4. Ciroyom B 1.253 Dishub Kota Bandung
4. Stasiun Hall C 4.236 Dishub Kota Bandung
6. Dago C 2.449 Dishub Kota Bandung
7. Ujung Berung C 1.675 Dishub Kota Bandung
8. Antapani C 3.200 Dishub Kota Bandung
9. Abdul Muis C 500 Dishub Kota Bandung
10 Tegal Lega C 3.000 Dishub Kota Bandung
11. Sadang serang C 3.000 Dishub Kota Bandung
12. Gedebage C 2.000 Dishub Kota Bandung
13. Cibaduyut C 700 Dishub Kota Bandung
14. Ciwastra C 3.200 Dishub Kota Bandung
14. Sederhana C 500 Dishub Kota Bandung
Sumber: BAPPEDA Kota Bandung (2009)
Jumlah trayek angkutan umum resmi di Kota Bandung
berjumlah 38 trayek dan 4.695 kendaraan. Angkutan kota yang
beroperasi di Kota Bandung beberapa tahun terakhir belum
pernah mengalami penambahan baik dari sisi jumlah kendaraan
maupun jumlah trayek. Hal ini tidak sejalan dengan
perkembangan kota dan pertumbuhan demand yang cukup
pesat. Dampaknya adalah tumbuhnya angkutan tidak resmi
serta ojeg khususnya pada daerah-daerah yang baru
berkembang.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-37
Dari data yang dikumpulkan dari dinas terkait didapatkan
angka yang berbeda antara SK Walikota serta operasi di
lapangan. SK Walikota menunjukkan jumlah ijin trayek
angkutan kota sebesar 4.436 ijin sementara dari jumlah ijin
trayek yang dikeluarkan tersebut hanya sekitar 4.695 kendaraan
yang beroperasi di lapangan.
Tabel 4.20. Trayek Angkutan Kota Bandung
No Trayek Panjang
Trayek (km)
Jumlah Kendaraan
Koperasi SK Wali kota Beroperasi
1 Abdul Muis - Cicaheum via
Binong 32 427 325 Kobanter Baru
2 Abdul Muis - Cicaheum via Aceh 22 100 86 Kobanter Baru
3 Abdul Muis – Dago 22 275 244 Kobanter Baru
4 Abdul Muis – Ledeng 26 245 223 Kobanter Baru
5 Abdul Muis – Elang 20 101 91 Kobanter Baru
6 Cicaheum – Ledeng 30 214 159 Kobanter Baru
7 Cicaheum – Ciroyom 30 206 191 Kobanter Baru
8 Cicaheum - Ciwastra – Derwati 34 200 169 Kobutri
9 Cicaheum – Cibaduyut 36,8 150 110 Kobutri
10 Stasiun Hall – Dago 22 52 43 Kobanter Baru
11 Stasiun Hall – Sadang Serang 18 150 108 Kobanter Baru
12 St. Hall - Ciumbuleuit via
Eyckman 18 53 49 Kobutri
13 St.Hall-Ciumbuleuit via
Cihampelas 16 30 27 Kobutri
14 Stasiun Hall – Gede Bage 42 200 173 Kobanter Baru
15 Stasiun Hall – Sarijadi 15,4 60 54 Kopamas
16 Stasiun Hall – Gunung Batu 16 40 37 Kopamas
17 Margahayu Raya – Ledeng 46 125 117 Kobanter Baru
18 Dago - Riung Bandung 42 201 173 Kobanter Baru
19 Pasar Induk Caringin – Dago 44 125 107 Kobanter Baru
20 Panghegar P. – Dipati Ukur –
Dago 37.8 155 149 Kobanter Baru
21 Ciroyom – Sarijadi 24 88 79 Kobutri
22 Ciroyom - Bumi Asri 18 115 96 Kobanter Baru
23 Ciroyom – Cikudapateuh 30 125 120 Kobanter Baru
24 Sederhana – Cipagalo 27,8 275 256 Kobanter Baru
25 Sederhana – Cijerah 16 62 53 Kobutri
26 Sederhana – Cimindi 18 45 42 Kopamas
27 Ciwastra - Ujung Berung 35,8 27 26 Kobutri
28 Cisitu – Tegallega 21,4 82 71 Kobanter Baru
29 Cijerah - Ciwastra – Derwati 40 200 188 Kobanter Baru
30 Elang – Gede Bage - Ujung
Berung 44 100 86
Kobanter Baru
& Kobutri
31 Abdul Muis – Mengger 12 25 19 Kobanter Baru
32 Cicadas – Elang 38 300 255 Kobanter Baru
33 Antapani – Ciroyom 30 150 137 Kobanter Baru
Sumber: BAPPEDA Kota Bandung (2009)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-38
Saat ini yang dapat dikatakan sebagai angkutan massal di Kota
Bandung hanya KA commuter Cicalengka-Bandung-
Padalarang dengan total kapasitas pelayanan mencapai 25,000
orang per hari. Trans Metro Bandung (TMB) yang dioperasikan
September 2009 di jalur Soekarno Hatta dengan jumlah armada
10 bus sedang, maksimal hanya mampu mengangkut 5000-
6000 orang per hari.
Selain itu perlu upaya restrukturisasi trayek angkutan umum
eksisting. Saat ini diperkirakan kapasitas angkut seluruh moda
angkutan umum di Kota Bandung hanya sekitar 1,53- 1,87 juta
penumpang per hari. Jika diperkirakan tingkat permintaan
perjalanan di Kota Bandung Tahun 2008 saja mencapai 3 juta
orang per hari, maka kapasitas tersebut harus ditingkatkan
hingga dua kali lipat untuk dapat mengakomodasi lebih dari 2/3
permintaan perjalanan di tahun 2030. Tentu saja target
kapasitas angkutan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan moda-
moda angkutan eksisting saat ini.
Survai yang dilakukan Bappeda Kota Bandung (2008)1
menunjukkan secara umum bahwa untuk perjalanan door-to-
door: biaya transportasi menggunakan angkutan umum masih
sangat mahal Rp. 6918/trip, waktu perjalanan rata-rata masih
lama (hampir 1 jam) mencapai 53,4 menit untuk jarak sekitar
4,31 km, dengan kecepatan perjalanan sekitar 4,84 km/jam.
Angka tingkat pelayanan tersebut tidak berimbang dengan
kinerja sepeda motor: dimana biaya perjalanannya hanya
sekitar Rp 1498/trip dan kecepatan perjalanan mencapai 23,35
km/jam.
Tabel 4.21. Harapan masyarakat terhadap kinerja
angkutan umum di masa datang
No Item Harapan/Keinginan
1. Jarak maksimum untuk mencapai fasilitas
pemberhentian busway/halte/stasiun
663,6 meter
2. Biaya maksimum yang sanggup dikeluarkan
jika menggunakan angkutan umum
Rp. 2205/trip
3. Waktu maksimum untuk menempuh
perjalanan
17,73 km/jam
4. Waktu maksimum untuk menunggu 5,55 menit
5. Kenyamanan apa saja yang diinginkan di
dalam angkutan umum
• Keamanan dan
keselamatan
1 Bappeda Kota Bandung (2008) Analisis Tingkat Kebutuhan Sarana Angkutan
Massal di Kota Bandung
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-39
No Item Harapan/Keinginan
• AC (bebas asap rokok)
• Tidak berdesakan dan
semua duduk
• Tidak ada pengamen
• Tidak ngetem
• Nyaman, bersih dan rapi
• Waktu cepat dan tepat
Salah satu yang menghambat masyarakat untuk menggunakan
moda angkutan umum adalah diharuskannya dilakukan
perpindahan moda (setidaknya berjalan kaki) untuk mencapai
tujuan perjalanan. . Umumnya moda pra dan purna angkutan
yang digunakan adalah ojek, becak (selain jalan kaki).
Berdasarkan hal tersebut, biaya pra/purna angkutan sangat
mahal, sehingga penyediaan angkutan umum bertrayek yang
mampu menjangkau kawasan perumahan perlu diprioritaskan.
Permasalahan lain, adalah penyediaan fasilitas terminal, halte
dan fasilitas pejalan kaki, saat ini jumlah trotoar hanya 10%
dari total panjang jalan, jumlah terminal 15 buah (1 tipe A, 4
tipe B, dan 10 tipe C), halte yang tersedia di Kota Bandung
hanya sekitar 89 lokasi.
Dengan jumlah simpul angkutan umum yang terbatas tersebut,
menyulitkan masyarakat untuk mengakses angkutan umum.
Bahkan di sekitar simpul-simpul moda lain (bandara, stasiun
KA) umumnya tidak tersedia halte angkutan umum, ini
menandakan integrasi antar moda masih menjadi permasalahan
yang perlu dituntaskan di kota Bandung.
Peningkatan kinerja sistem pelayanan prasarana dan sarana
angkutan umum, terdiri dari:
a) Peremajaan moda angkutan umum
b) Penerapan laik fungsi kendaraan angkutan umum dengan
uji emisi gas buang
c) Penertiban dan Pengendalian Angkutan Lingkungan (ojeg
dan becak)
d) Peningkatan kinerja operasional taksi dengan mengatur
jumlah taksi yang beroperasi sesuai dengan demand
e) Program sertifikasi pengemudi angkutan kota
f) Pemenuhan kebutuhan prasarana terminal
g) Penertiban dan peningkatan fungsi halte
h) Penertiban pergerakan angkutan AKAP (Angkutan Kota
Antar Propinsi) dan AKDP (Angkutan Kota Dalam
Propinsi).
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-40
Penerapan angkutan massal saat ini perlu diintegrasikan satu
sama lain sehingga adanya keterpaduan bagi sistem trasnportasi
yang ada. Penggunanan tipe dan jenis angkutan umum sangat
ditentukan oleh kondisi geografi dan lebar jalan yang ada.
E. Sistem Transportasi Kota Semarang
1. Jaringan Jalan Kota Semarang
Pergerakan suatu daerah sangat dipengaruhi tata guna lahan di
kawasan tersebut. Tata guna lahan menimbulkan bangkitan dan
tarikan pergerakan setempat. Pola bangkitan dan tarikan
pergerakan inilah yang menimbulkan pola supply and demand
transportasi. Penggunaan dan penataan lahan suatu kawasan
menentukan sekali besaran aktifitas pergerakan penduduk.
Pengelompokan yang kaku, pada suatu kawasan, akan
menciptakan kawasan-kawasan berkepadatan rendah, tingkat
pemanfaatan lahan yang rendah juga, dan akhirnya
meningkatkan jumlah perjalanan.
Pergerakan orang dan barang di Kota Semarang, masih
didominasi oleh pergerakan menggunakan kendaraan pribadi.
Selain itu, pergerakan baik dalam kota maupun antar kota,
didominasi pergerakan menggunakan moda transportasi darat.
Hal ini dikarenakan tersedianya prasarana yang lebih memadai
dibandingkan matra yang lain (laut, udara, pipa,
penyeberangan). Baik dari sisi kondisi, keterjangkauan, maupun
biaya untuk pengadaan dan perjalanannya.
Aksesibilitas transportasi jalan yang ada di Kota Semarang pada
pergerakan eksternal memiliki pola radial dengan empat poros
jaringan utama yang terpusat pada Pusat Kota Semarang
(Simpang Lima). Selain pergerakan eksternal itu terdapat
pergerakan lokal, yaitu antara kecamatan-kecamatan yang ada di
Kota Semarang yang terakses jaringan jalan penghubung untuk
dapat mengakses pada jaringan utama tersebut.
Jalur utama jalan raya di Kota Semarang meliputi jalur dari arah
perbatasan Kendal-Mangkang – Siliwangi – Tugu Muda-
Simpang Lima – Pedurungan – Perbatasan Mranggen. Jalur ini
merupakan poros inti tengah. Pada poros Timur di perbatasan
Kecamatan Sayung (Kabupaten Demak) - Kaligawe – Pasar
Johar – Kawasan Simpang Lima, dan pada poros tegak (selatan)
mulai perbatasan Kota Ungaran – Pudak payung – Banyumanik
– Kaliwiru – Simpanglima.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-41
Panjang jalan yang menghubungkan wilayah yang ada di Kota
Semarang merupakan pengukuran aksesibilitas transportasi jalan
yang ada. Tahun 2005 panjang jalan di Kota Semarang
mencapai 2.762,621 kilometer, yang terdiri dari jalan kota
sepanjang 2.673,971 kilometer, jalan provinsi 28,890 kilometer
dan jalan nasional sepanjang 59,760 kilometer.
Kondisi jalan utama sudah baik, memenuhi standar yang
diminta dalam PP tentang Jalan, namun sasaran dalam Peraturan
Menteri Perhubungan tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas di Jalan, masih sulit untuk dicapai.
Jaringan jalan lokal berfungsi sebagai penghubung antar pusat
satuan-satuan permukiman terkecil (kampung/lingkungan)
dengan kota atau daerah yang memiliki jenjang wilayah lebih
tingi. Jalan lokal tersebar merata di seluruh Kota Semarang di
wilayah lingkungan permukiman.
Selain kinerja jalan seperti diatas, suatu jalan harus dilihat juga
dari sisi penggunaan. Angka kecelakaan, resiko kemacetan
menjadi salah satu tolok ukur bagi penggunaan jalan.
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.17. Sistem Transportasi Kota Semarang Eksisting 2011
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-42
2. Angkutan Umum Kota Semarang
Kota Semarang saat ini tercatat memiliki lima terminal angkutan
penumpang dengan porposi satu buah terminal tipe A, dua
terminal tipe B dan dua terminal tipe C. Terminal tersebut yaitu
Terminal Tipe A Terboyo, Terminal Tipe B Penggaron,
Terminal tipe B Mangkang, Terminal tipe C Cangkiran dan
Terminal Banyumanik. Selain itu juga terdapat Terminal
Gunung pati sudah beralih fungsi dan terminal angkot yang ada
di Sendawa Pasar johar. Namun dengan tuntutan terhadap lahan
terminal, terdapat beberapa lahan yang difungsikan sebagai
terminal seperti di Ngalian dan Pasar Johar sebagai
pemberhentian Bis Perum DAMRI, wilayah Pudak Payung dan
juga Panjangan.
Kode trayek dan jurusan masing-masing Angkutan Umum dan
Angkudes di Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.22. Trayek Angkutan Umum Bus Sedang dan BRT di Kota
Semarang
Kode
Trayek Jurusan
Kode
Trayek Jurusan
B.01A T.boyo-Pmda-Pd.pyng B.35A T.boyo-Bonjol-Cngkrn
B.01B Pd.pyng -T.boyo-Pmda B.35B Cngkrn -Bonjol- T.boyo
B.06A Johar-B.manik B.36A T.boyo-Pmlsh-Cngkrn
B.06B B.manik - Johar B.36B Cngkrn -Pmlsh- T.boyo
B.09A T.boyo-Cipto-Cngkran B.38A Penggaron-S5-T.boyo
B.09B Cngkran -Cipto- T.boyo B.38B T.boyo -S5- Penggaron
B.10A T.boyo-Cipto-G.pati B.39A T.boyo-Rowosari
B.10B G.pati -Cipto- T.boyo B.39B Rowosari -T.boyo
B.12A T.boyo-Genuk-Elzbet B.40A T.boyo-S-Hata-Pnggrn
B.12B Elzbet -Genuk- T.boyo B.40B Pnggrn -S-Hata- T.boyo
B.13A T.boyo-Cipto-Pd.pyng B.41A Tg.Mas-S.Hata-Pnggrn
B.13B Pd.pyng -Cipto- T.boyo B.41B Pnggrn -S.Hata- Tg.Mas
B.14A Tulus harapan-PRPP B.42A T.boyo-Cipto-Pnggrn
B.14B PRPP -Tulus harapan B.42B Pnggrn -Cipto- T.boyo
B.15A T.boyo-Cipto-Psdena B.43A T.boyo-Bonjol-Py.mas
B.15B Psdena -Cipto- T.boyo B.43B Py.mas -Bonjol- T.boyo
B.16A T.boyo-Xsari-Pd.pyng B.44A Kuasenrejo-T.boyo
B.16B Pd.pyng -Xsari- T.boyo B.44B T.boyo -Kuasenrejo
B.17A T.boyo-Cipto-G.pati B.45A Mulyo-Gajah-T.boyo
B.17B G.pati -Cipto- T.boyo B.45B T.boyo -Gajah- Mulyo
B.18A B.Kencana-Maerokoco B.46A Rwsari-S.Hata-T.boyo
B.18B Maerokoco -B.Kencana B.46B T.boyo -S.Hata- Rwsari
B.19A T.boyo-Cipto-B.kncna B.47A T.boyo-Pd.payung
B.19B B.kncna -Cipto- T.boyo B.47B Pd.payung -T.boyo
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-43
Kode
Trayek Jurusan
Kode
Trayek Jurusan
B.20A T.boyo-Gedawang B.51A T.boyo-Tn.mas-Mngkng
B.20B Gedawang- T.boyo B.51B Mngkng -Tn.mas- T.boyo
B.22A T.boyo-Cipto-Cngkran B.52A T.boyo-Srwjy-Cngkrn
B.22B Cngkran- T.boyo-Cipto B.52B Cngkrn -Srwjy- T.boyo
B.23A T.boyo-Kudu-Johar BRT.1A Mangkang-Penggaron
B.23B Johar -Kudu- T.boyo BRT.1B Penggaron -Mangkang
B.25A Pd.pyng-Pmlsh-Mngkng Bb.02A Johar-B.manik
B.25B Mngkng -Pmlsh- Pd.pyng Bb.02B B.manik -Johar
B.28A Pd.pyng-Penggaron
B.28B Penggaron- Pd.pyng Sumber: Puslitdat (2012)
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.18. Jaringan Trayek Angkutan Bus Kota
Semarang
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-44
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.19. Jaringan Trayek Angkutan MPU Semarang
Kondisi angkutan umum saat ini di Kota Semarang dapat dievaluasi
dari berbagai sisi. Antara lain dari sisi penumpang sebagai user dan
stakeholder utama, dari sisi pengemudi, dari sisi operator / pemilik,
maupun dari sisi masyarakat dan dari sisi pemerintah.
a) Dari Sisi Penumpang 1) Kenyamanan yang rendah;
2) Kualitas kendaraan yang rendah;
3) Citra dan penampilan yang buruk;
4) Kualitas pelayan yang rendah (tidak dapat diandalkan,
volume melampaui kapasitas nyaman kendaraan);
5) Tarif tidak sesuai peraturan;
6) Kecepatan rendah;
7) Kualitas perjalanan di bis (dan di terminal) yang rendah ;
8) Tidak sesuai trayek yang ditentukan (tidak memenuhi,
dipindah antar trayek).
b) Dari Sisi Pengemudi 1) Tekanan untuk menutupi setoran, walaupun pendapatan
harian bervariasi;
2) Tidak ada pengamanan masa depan atau bantuan
kesehatan dsb;
3) Tidak ada manajemen yang profesional dan modern
mengakitbatkan tidak adanya pelatihan pengemudi.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-45
c) Dari Sisi Operator/Pemilik
1) Keuntungan yang rendah karena pembatasan tarip dan
biaya-biaya yang meningkat; tidak ada kepastian kelaikan
usaha;
2) Efisiensi yang rendah disebabkan penundaan lama di
terminal;
3) Operasi dibatasi oleh sistem perizinan, beberapa operator
pada satu trayek, dan berbagai pungutan liar;
4) Hampir tidak ada ruang untuk prakarsa-prakarsa, trayek-
trayek baru, atau jenis-jenis pelayanan yang baru;
5) Yang disebut operator sebenarnya adalah penyewa bis,
bukan operator bis;
6) Keuntungan yang menurun karena peningkatan
kemacetan;
7) Ketidakberpihakan pemerintah atas angkutan umum;
8) Operator, karena mengejar setoran, menjadi terlalu
memanjakan penumpangnya. Operator mengejar sedekat
mungkin calon penumpang, bahkan di tengah
persimpangan jalan, dan menurunkan penumpang
dimanapun yang diinginkan penumpang, bahkan di tengah
jalan yang macet sekalipun.
d) Dari Sisi Masyarakat
1) Porsi perjalanan dengan angkutan umum yang menurun
tarif angkutan yang tidak kompetitif ; dengan demikian
penggunaan kendaraan pribadi meningkat; pencemaran,
kemacetan,
2) Banyak angkot yang kecil, tua, dan mencemari dan
memacetkan jalan,
3) Kinerja lingkungan yang buruk dari kendaraan angkutan
umum, yang justru melewati daerah-daerah padat
penduduk,
4) Kualitas udara perkotaan yang rendah; dampak terhapdap
kesehatan umum,
5) Mobilitas yang terbatas bagi mereka yang tergantung pada
angkutan umum,
6) Penurunan dan bahkan kehilangan pelayanan pada
berbagai trayek akibat ketidakuntungan pengusaha,
7) Masyarakat yang kurang terdidik untuk menggunakan,
memelihara, fasilitas-fasilitas transportasi yang disediakan
pemerintah. Menyebabkan perilaku berperjalanan yang
tidak tertib, pelanggaran aturan-aturan lalulintas.
e) Dari Sisi Pemerintah
Aspek Pengaturan Lalulintas
1) Terlalu banyak operator pada setiap trayek, yang
membuat pengendalian rumit;
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-46
2) Penumpang naik dan turun tidak di halte, difasilitasi oleh
pengemudi;
3) Pembagian trayek antar beberapa operator, dan sistem
setoran, mengakibatkan tiadanya yang bertanggung-jawab
atas pelayanan yang disediakan pada trayek;
4) Basis data dan perolehan informasi yang kurang, yang
menghambat perencanaan, pengaturan;
5) Pengaturan antara tingkat Provinsi Jawa Tengah, Kota
Semarang, dan Kabupaten disekitarnya.
Pengaturan dan Perizinan
1) Setiap kendaraan diizinkan untuk satu trayek selama 5
tahun;
2) Beberapa operator pada satu trayek: sulit menyetujui
perubahan;
3) Trayek-trayek yang terikat pada terminal, dan ruas jalan
tertentu;
4) Terlalu banyak kategori kendaraan, tingkat pelayanan,
perijinan trayek yang dibawah wewenang-wewenang
yang berbeda;
5) izin trayek melekat pada kendaraan bukan pada lembaga
penyelenggara;
6) Kendaraan dimiliki oleh operator kecil (atau sendiri-
sendiri untuk angkot);
7) Pengelola, pemilik, pengemudi, pengguna berkepentingan
berbeda-beda.
Sarana dan Prasarana
1) Tidak cukup banyak halte, dan tidak ada informasi
samasekali;
2) Terminal, halte yang ada, lokasi, fasilitas, pelayanan tidak
mengakomodasi sepenuhnya kepentingan dan perilaku
penggunanya (terutama operator dan penumpang);
3) Keberadaan terminal dan halte ditentukan sangat kaku
oleh peraturan perundangan;
4) Jarang ada fasilitas pejalan kaki yang memadai seperti
trotoar, lampu penyebrang pelikan atau tempat median
jalan yang lebar;
5) Kondisi trotoar yang sulit untuk pejalan kaki, dan
hambatan di trotoar seperti pedagang kaki-lima dll;
6) Kondisi di terminal yang tidak nyaman bagi penumpang
(tidak tertib).
Trayek dan Jaringan
1) Masalah utama: sistem satu arah di beberapa ruas jalan.
Sistem ini sangat tidak ramah terhadap pengguna
angkutan umum;
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-47
2) Peningkatan kendaraan-kendaraan angkutan umum yang
kecil pada jalan-jalan utama, dan tidak adanya
pengembangan jaringan trayek bis kota (massal);
3) Pengembangan jaringan trayek angkot dan bis tidak
lentur, dan mengikuti pertumbuhan kota;
4) Tumpang tindihnya hirarki (tingkatan) trayek (utama –
cabang – ranting) , trayek utama seharusnya melayani
pergerakan antar pusat-pusat kegiatan / pertumbuhan /
BWK – Bagian Wilayah Kota, trayek cabang
menghubungkan kawasan – kawasan kegiatan menuju
pusat-pusat kegiatan, dan trayek cabang bergerak di
daerah pemukiman dan kawasan-kawasan kegiatan.
F. Sistem Transportasi Kota Surabaya
1. Jaringan Jalan Kota Surabaya
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW
Nasional, Kota Surabaya yang merupakan bagian dari Kawasan
Perkotaan Gerbangkertosusila ditetapkan sebagai kawasan yang
berfungsi sebagai PKN di Propinsi Jawa Timur. Selain itu, Kota
Surabaya merupakan kawasan andalan dari Propinsi Jawa Timur
dengan sektor unggulan berupa pertanian, perikanan, industri
dan pariwisata.
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di
darat dan salah satu aksespenghubung daerah yang satu ke
daerah yang lain. Lancarnya arus lalu lintas akansangat
mempengaruhi perekonomian daerah. Pola jaringan jalan utama
di Surabayapada dasarnya berbentuk linier yang
menghubungkan kawasan utara dan selatan(Tanjung Perak-
Waru). Namun saat ini telah terjadi pergeseran dari arah yang
liniercenderung berbentuk sistem radial persegi panjang seiring
dengan meningkatnyaperkembangan pembangunan di kawasan
barat-timur Surabaya serta meningkatnyapenggunaan jalan tol
Surabaya – Malang.
Sistem jaringan jalan kota Surabaya terdiri dari sistem jaringan
jalan primer dansekunder. Sistem jaringan jalan primer
merupakan sistem jaringan yangmenghubungkan antara pusat-
pusat kegiatan primer, dimana sistem jaringan jalan ini akan
menghubungkan antar kota-kota ataupun simpul-simpul
transportasi yang digunakan sebagai penghubung pergerakan
antar kota seperti pelabuhan laut danbandar udara. Sedangkan
sistem jaringan jalan sekunder menghubungkan antara pusat-
pusat kegiatan dalam kota. Adapun hirarki kedua sistem
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-48
jaringan jalan tersebut sama, yaitu jaringan jalan arteri, kolektor
dan lokal.
Dinas Perhubungan Kota Surabaya-a (2012)
Gambar 4.20. Sistem Jaringan Eksisting Jalan Kota Surabaya
Tabel 4.23. Lebar Beberapa Ruas Jalan di Surabaya
Ruas Jalan Lebar (m)
jumlah lajur
Lebar Lajur (m) median
Raya Kertajaya Indah 31.8 6.0 3.30 12.0
Manyar Kertoarjo 33.6 6.0 3.60 12.0
Kertajaya 39.0 6.0 3.20 15.6
Darmawangsa 20.5 4.0 3.50 1.0
Prof. Moestopo 26.0 6.0 3.30 1.0
Gubeng Pojok 24.0 8.0 3.00 -
Pemuda 17.5 4.0 3.25 -
Panglima Sudirman 20.8 6.0 3.00 0.6
Urip Sumoharjo 25.9 6.0 3.15 0.7
Dr. Soetomo 28.0 6.0 3.00 6.0
Diponegoro 38.0 6.0 3.70 9.6
Banyu Urip 7.8 2.0 3.70 -
Raya Tandes 10.9 4.0 2.70 -
Raya Darmo Permai 28.0 6.0 3.00 10.3
Bukit Darmo Boulevard 32.1 6.0 3.30 12.2
Lingkaran Dalam 39.3 6.0 3.30 16.0
Basuki Rahmat 15.0 4.0 4.30 -
Gubernur Suryo 15.0 6.0 3.30 -
Yos Sudarso 15.0 6.0 3.30 -
Walikota Mustajab 14.3 4.0 3.00 - Dinas Perhubungan Kota Surabaya-a (2012)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-49
2. Angkutan Umum Kota Surabaya
Saat ini di Kota Surabaya dilayani 58 trayek bemo/mikrolet dan
22 trayek biskota. Dari keseluruhan trayek bemo/mikrolet dan
bis kota tidak membentuksatu pola tertentu. Untuk pelayanan
trayek bemo/mikroletmengumpul pada 3 (tiga) kawasan, yakni
Terminal Joyoboyo, TerminalBratang dan Jembatan Merah
Plaza (JMP). Selain itu ada trayekbemo/mikrolet yang sifatnya
cross-city, contohnya lyn E, W, Q, LMK.
Tabel 4.24. Rute Bis Kota Surabaya
Kode Rute C Purabaya - Darmo - Indrapura - Demak E Purabaya - Damo - Tambak Oso Wilangun E1 Purabaya - Joyoboyo F Purabaya - Kupang - Raden Saleh - Indrapura - Tambak Oso Wilangun L Ujung Baru - Rajawali - Tambak Oso Wilangun P1 Purabaya - Darmo - Indrapura - Perak / Patas P2 Purabaya - Darmo - Indrapura - Tambak Oso Wilangun / Patas P3 Sidoarjo - Dupak - Rajawali - Semut Patas P4 Purabaya - Dupak - Perak / Patas P6 Purabaya - Tambak Oso Wilangun / Patas P7 Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas P8 Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas KAMAL Kamal - Bangkalan - Burneh CAD Cadangan JND Juanda – Bungurasih / Mini AC PAC 1 Purabaya - Darmo - Indrapura - Perak / Patas AC PAC 2 Purabaya - Darmo - Indrapura - Tambak Oso Wilangun / Patas AC PAC 4 Purabaya - Dupak - Perak / Patas AC PAC 8 Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas AC
Dinas Perhubungan Kota Surabaya-a (2012)
Tabel 4.25. Rute MPU/Mikrolet Kota Surabaya
Kode Rute C Pasar Loak - Sedayu - Karang Menjangan PP D Joyoboyo - Pasar Turi - Sidorame PP E Petojo - Tanjungsari - Balongsari PP F Joyoboyo - Pegirian - Endrosono PP G Joyoboyo - Karang Menjangan / Lakarsantri / Karang Pilang PP H2 Pasar Wonokromo - Pagesangan PP H2P Pasar Wonokromo - Terminal Menanggal PP I Kupang - Benowo PP K Ujung Baru - Kalimas Barat / Pasar Loak PP L2 Ujung Baru - Sasak - Petojo PP M Joyoboyo - Dinoyo - Kayun - Kalimas Barat PP N Kalimas Barat - Menur - Bratang PP O Tambak Wedi - Petojo - Keputih PP O1 Kalimas Barat - Keputih PP O2 (WK) Tambak Oso Wilangun (Depan SPBU) - Petojo PP / Tambak Wedi -
Keputih - Bratang PP
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-50
Kode Rute P Joyoboyo - Gebang Putih - Kenjeran / Petojo - Ketintang /
Joyoboyo - Karang Menjangan - Kenjeran PP Q Kalimas Barat - Bratang PP R Kalimas Barat - Kapasan - Kenjeran PP S Joyoboyo - Bratang - Kenjeran PP T1 Margorejo - Joyoboyo - Sawahan - Pasar Loak PP T2 Joyoboyo - Mulyosari - Kenjeran PP U Joyoboyo - Rungkut - Wonorejo / Joyobekti PP V Joyoboyo - Tambakrejo PP W Dukuh Kupang - Kapas Krampung - Kenjeran PP Y Joyoboyo - Demak PP Z Kalimas Barat - Benowo PP TV Joyoboyo - Citra Raya / Manukan Kulon / Banjar Sugihan DP Kalimas Barat / Petekan - Manukan Kulon PP Z1 Benowo - Ujung Baru PP J Joyoboyo - Kalianak PP BK Bangkingan - Karang Pilang PP DA Kalimas Barat - Citra Raya JTK Joyoboyo - Tambak Klanggri PP JTK2 Joyoboyo - Medokan Ayu PP R1 Kalimas Barat - Nambangan - Kenjeran PP WLD Wonoarum - Pasar Loak - Dukuh Kupang PP WLD2 Bulak Banteng - Dukuh Kupang PP RT Rungkut - Pasar Turi PP LMJ Lakarsantri - Manukan Kulon - Kalimas Barat PP BM Bratang - Perumnas Menanggal PP JBMN Joyoboyo - Gunung Anyar PP LK Manukan Kulon - Pasar Loak - Kenjeran PP GL Pasar Loak - Gadung PP JK Joyoboyo - Kalijudan - Kenjeran PP IM Benowo - Simokerto WB Wonosari - Bratang PP DKM Dukuh Kupang - Menanggal PP DKB Dukuh Kupang - Benowo PP BJ Benowo - Kalimas Barat PP RDK Dukuh Kupang - Benowo PP UBB Ujung Baru - Bratang PP UBK Ujung Baru - Kenjeran PP JMK Kenjeran - Kalimas Barat PP KIP1 Kutisari Indah - Petojo PP (Lewat Tengah) PP KIP2 Kutisari Indah - Petojo PP (Lewat Timur) PP GS Gunung Anyar - Sidorame PP RBK Rungkut Barata - Kenjeran PP DWM Balongsari - Pangkalan Karah PP
Dinas Perhubungan Kota Surabaya-a (2012)
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-51
Dinas Perhubungan Kota Surabaya-a (2012)
Gambar 4.21. Jaringan Trayek Mikrolet Kota Surabaya
Eksisting 2012
Dinas Perhubungan Kota Surabaya-a (2012)
Gambar 4.22. Jaringan Trayek Bus Kota Surabaya
Eksisting 2012
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-52
G. Sistem Transportasi Kota Makassar
1. Jaringan Jalan Kota Makassar
Sesuai dengan pola perkembangan fisik kota, kepadatan lalu
lintas di Kota Makassar cenderung terkonsentrasi pada ruas-ruas
jalan utama di sekitar pusat kota dimana beban yang cukup
tinggi pada jam puncak (awal dan akhir jam kerja)
mengakibatkan kemacetan. Dari kondisi yang ada terdapat
beberapa potensi dan permasalahan jaringan transportasi kota
Makassar, antara lain :
a) Kepadatan lalu lintas terjadi pada jalan-jalan poros utama
dan jalan-jalan alternatif antar kawasan dalam kota yang
menghubungkan area pusat kota dengan kawasan-kawasan
permukiman utama di Makassar;
b) Jalan utama dianggap terlalu jauh memutar sehingga orang
memilih jalur alternatif yang relatif sempit yang akhirnya
menyebabkan kemacetan;
c) Jaringan jalan di pusat kota rawan terhadap kemacetan
karena pola parkir belum memadai dan kurangnya sistem
manajemen transportasi yang tegas dalam mengatur
pergerakan moda transportasi lalu lintas sehingga masih
ada moda angkutan berat yang memasuki area pusat kota
pada jam sibuk serta banyak angkutan kota yang mangkal
membentuk ”terminal bayangan”;
d) Penataan manajemen jalur belum memenuhi kebutuhan
optimum dari masing-masing kepentingan kawasan
menyebabkan ketidakseimbangan volume lalu lintas;
e) Sistem traffic yang belum terintegrasi baik antar jalur
pejalan kaki - becak - motor - mobil - bus - truk – monorel;
f) Adanya ketimpangan mendasar dari hirarki pergerakan
transportasi kota barat - timur (bisnis dan pekerjaan) dan
transportasi utara – selatan (bisnis dan perdagangan).
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-53
Tabel 4.26. Survey Volume Lalu Lintas Pada Beberapa
Jalur Utama Pada Waktu Puncak Di Kota Makassar
No. Nama Jalan Mobil Motor Angkot Taksi Truk Bus Becak Gerobak Sepeda
1 Jl. Perintis Kemerdekaan 1326 5695 1095 104 84 7 24 4 29
2 Jl. SultanAlauddin 1306 4173 1293 136 409 32 238 1 570
3 Jl. Rappocini 440 1516 5 53 66 0 192 2 97
4 Jl. Abd. Dg. Sirua 816 2804 634 84 153 1 2 1 10
5 Jl. A. Yani 1090 1836 654 - 5 2 22 1 31
6 Jl. Veteran Selatan 843 2363 7 112 117 0 244 7 143
Sumber: Puslitdat (2012)
2. Angkutan Umum Kota Makassar
Moda transportasi umum di Kota Makassar sebagian besar
dilayani oleh Angkutan Kota “pete-pete” (kendaraan minibus),
selain beberapa bis kota DAMRI dan taksi. Untuk jarak dekat
sampai menengah masyarakat menggunakan moda transportasi
umum ojek, becak motor, dan becak. Angkutan umum yang ada
terdiri dari 16 trayek yang melayani angkutan ke wilayah-
wilayah di Kota Makassar. Untuk pengangkutan barang
menggunakan kendaraan berupa truk dan mobil pick-up yang
merupakan mobil khusus angkutan barang. Sedangkan untuk
lokasi terminal Kota Makassar ada dua terminal angkutan kota
yang berfungsi, yaitu:
a) Terminal Regional Daya yang berlokasi di area Pusat Niaga
Daya (Jalur utama Jl. Perintis Kemerdekaan);
b) Terminal Malengkeri yang berlokasi di Jl. Dg. Tata. (Jalur
utama Jl. S. Alauddin).
Permasalahan sistem angkutan umum kota Makassar secara
umum adalah sebagai berikut (sumber: RTRW Makassar 2010-
2030):
a) Tidak tertatanya dengan baik wilayah pelayanan moda
transportasi darat menjadi salah satu penyebab terjadinya
kesemrawutan sistim transportasi di Makassar;
b) Belum tersedianya fasilitas transportasi massa dalam kota,
yang menyebabkan beban transportasi kota semakin berat;
c) Karakter pola pergerakan “pete-pete” dan volume yang
tidak terkendali salah satu penyebab utama kemacetan lalu
lintas di Makassar;
d) Kecepatan, pola pergerakan, dan ketidakdisiplinan “becak”
juga menjadi penyebab utama kesemrawutan lalu lintas
dalam kota.
Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan
yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi
BAB IV – Sistem Transportasi Wilayah IV-54
Sumber: Puslitdat (2012)
Gambar 4.23. Jaringan Trayek Angkutan Umum Kota
Makasar
Sedangkan permasalahan terminal dan halte adalah:
a) Sistem persinggahan transportasi mulai dari halte - terminal
pembantu – terminal induk, belum sesuai dengan kebutuhan
kawasan ruang kota;
b) Kuantitas dan kualitas halte/ terminal yang tidak artistik dan
memadai dalam standar keamanan dan kenyamanan;
c) Tidak terkoneksinya secara baik halte dengan jaringan
pedestrian dari pusat-pusat kegiatan kota.
Jaringan trayek eksisting terkonsentrasi di kawasan pusat kota
Makassar. Selain itu, masih banyak trayek yang masih saling
tumpang tindah hingga mencapai 16 trayek dalam satu segmen.
Secara teori, situasi ini bukanlah hal yang menguntungkan bagi
semua pihak yang terkait, apa lagi dengan model operasional
sistem setoran, Sebagaimana di kota lainnya yang terjadi adalah
perang untuk memperebutkan penumpang antar trayek yang
berhimpitan maupun antara armada dalam trayek yang sama.