KATA PENGANTAR -...

246
KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan” adalah salah satu rangkaian dari beberapa laporan yang harus dikerjakan oleh konsultan. Laporan ini pada hakekatnya telah menggambarkan data dan informasi dari lokasi studi yang telah dikaji, konsep rumusan naskah akademis pedoman di bidang transportasi penyeberangan, serta buku konsep tersebut. Konsep pedoman di bidang transportasi penyeberangan tersebut meliput; 1) Pedoman pemeliharaan/perawatan kapal penyeberangan 2) Pedoman berlalu lintas di alur penyeberangan 3) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan laut yang digunakan untuk angkutan penyeberangan 4) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan laut yang khusus digunakan untuk angkutan penyeberangan 5) Pedoman penentuan jumlah kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan komersial 6) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan sesuai daerah operasi 7) Pedoman Pengurusan izin pengoperasian kapal penyeberangan 8) Pedoman penanganan kecelakaan kapal penyeberangan pada saat operasi 9) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan perintis 10) Pedoman pengukuran jarak lintas antar pelabuhan penyeberangan pada lintas penyeberangan Konsultan masih menyadari, bahwa substansi Executive Summary Report ini masih belum sempurna seperti yang diharapkan oleh Tim Pengarah dan Tim Pendamping. Berkenaan dengan itu, konsultan mengharapkan adanya masukan yang sifatnya konstruktif tertutama dalam penyempurnaan laporan ini. Jakarta, November 2012 PT. Diksa Intertama Consultant

Transcript of KATA PENGANTAR -...

Page 1: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

KATA PENGANTAR

Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang

Transportasi Penyeberangan” adalah salah satu rangkaian dari beberapa laporan yang

harus dikerjakan oleh konsultan. Laporan ini pada hakekatnya telah menggambarkan

data dan informasi dari lokasi studi yang telah dikaji, konsep rumusan naskah akademis

pedoman di bidang transportasi penyeberangan, serta buku konsep tersebut. Konsep

pedoman di bidang transportasi penyeberangan tersebut meliput;

1) Pedoman pemeliharaan/perawatan kapal penyeberangan

2) Pedoman berlalu lintas di alur penyeberangan

3) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan laut yang

digunakan untuk angkutan penyeberangan

4) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan laut

yang khusus digunakan untuk angkutan penyeberangan

5) Pedoman penentuan jumlah kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan

komersial

6) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan sesuai daerah operasi

7) Pedoman Pengurusan izin pengoperasian kapal penyeberangan

8) Pedoman penanganan kecelakaan kapal penyeberangan pada saat operasi

9) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan

perintis

10) Pedoman pengukuran jarak lintas antar pelabuhan penyeberangan pada lintas

penyeberangan

Konsultan masih menyadari, bahwa substansi Executive Summary Report ini masih

belum sempurna seperti yang diharapkan oleh Tim Pengarah dan Tim Pendamping.

Berkenaan dengan itu, konsultan mengharapkan adanya masukan yang sifatnya

konstruktif tertutama dalam penyempurnaan laporan ini.

Jakarta, November 2012

PT. Diksa Intertama Consultant

Page 2: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant I - 1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan transportasi angkutan penyeberangan adalah merupakan salah

satu moda transportasi yang sangat dibutuhkan di negera Indonesia. Hal ini,

dikarenakan Negara Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang jumlahnya sekarang

ini mencapai 17.404 buah, yang tersebar di 32 provinsi ( http://id.wiki,2009). Jumlah

penduduk di pulau tersebut, relatif cukup banyak, dengan kegiatan sehari beraneka

ragam, beberapa di antaranya adalah bergerak di bidang pertanian dan perdagangan.

Untuk memenuhi kebutuhan primer penduduk tersebut sebagian besar di datangkan

dari pulau lainnya, yang sudah barang tentu membutuhkan transportasi, salah satu di

antaranya adalah angkutan penyeberangan. Angkutan penyeberangan merupakan

angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau

jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang

dan kendaraan beserta muatannya 1

Melihat relatif banyaknya pulau di Indonesia, sudah barang tertentu membutuhkan

berbagai moda transportasi, salah satu di antaranya adalah moda transportasi

angkutan penyeberangan. Dalam kondisi yang demikian, pemerintah tidak mungkin

memenuhi secara keseluruhan menyediakan angkutan penyeberangan. Berkenaan

dengan itu, , pemerintah memberikan peluang bagi pihak swasta untuk bergerak

dalam usaha angkutan penyeberangan. Jumlah kapal angkutan penyeberangan dalam

tahun 2007 mencapai 196 unit. Di antaranya memilik PT.ASDP Ferry Indonesia

sebanyak 80 unit, dan milik KSO dengan jumlah 2 unit serta milik swasta sebanyak

112 unit (www.hubdat.web.id//Perhubungan Darat Angka – Edisi IV-Maret , 2008 ).

Dalam operasi angkutan kapal penyeberangan perlu dilakukan pembinaan. Hal

ini dimaksudkan untuk menjamin kelencaran, kenyamanan dan keselamatan. Hal ini

telah ditegaskan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,

dimana dalam pembinaan pelayaran dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek

kehidupan masyarakat dan diarahkan untuk 2 ; a. memperlancar arus perpindahan

1 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pada Pasal 22 ayat (1)2 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pada Pasal 5 ayat (6) point a dan b

Page 3: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant I - 2

orang dan/atau barang secara massal melalui perairan dengan selamat, aman, cepat,

lancar, tertib dan teratur, nyaman, dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau

oleh daya beli masyarakat; b. meningkatkan penyelenggaraan kegiatan angkutan di

perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan

maritim sebagai bagian dari keseluruhan moda transportasi secara terpadu dengan

memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jenis angkutan di

perairan terdiri atas angkutan laut, dan angkutan sungai dan danau, serta angkutan

penyeberangan 3

Berkenaan dengan adanya penjelasan seperti telah disebutkan sebelumnya, maka

untuk menjamin adanya keselamatan, keamanan, dan kenyamanan para penumpang,

maka diperlukan adanya pedoman penyelenggaraan angkutan penyeberangan. Untuk

itu, diperlukan suatu kegiatan “ Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang

Transportasi Penyeberangan”.

Dari segi regulasi, dasar pelaksanaan kegiatan ‘Studi Penyusunan Konsep Pedoman

di Bidang Transportasi Penyeberangan adalah sebagai berikut;

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

2. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

3. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan

4. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian

5. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan

6. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.3 tahun 2005 tentang Lambung

Timbul Kapal

7. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.26 tahun 2011 tentang

Telekomunikasi Pelayaran

8. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.26 tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan

9. Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 Tahun 2002 tentang Tatanan

Kepelabuhanan

10. Keputusan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan

Pelabuhan Penyeberangan

3 Undang –Undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran pada Pasal 6

Page 4: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant I - 3

11. International Maritime Organization ( IMO )

12. Navguide IALA

B. Maksud dan Tujuan

a. Maksud kegiatan adalah melakukan studi penyusunan pedoman di bidang

transportasi penyeberangan

b. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari studi ini adalah merumuskan konsep pedoman di bidang

transportasi penyeberangan

C. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapka dari kegiatan ini adalah adanya tersusunnya pedoman di bidang

transportasi angkutan penyeberangan yang meliputi 10 (sepuluh) konsep pedoman,

yaitu:

1) Pedoman pemeliharaan/perawatan kapal penyeberangan

2) Pedoman berlalu lintas di alur penyeberangan

3) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan laut yang

digunakan untuk angkutan penyeberangan

4) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan

laut yang khusus digunakan untuk angkutan penyeberangan

5) Pedoman penentuan jumlah kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan

komersial

6) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan sesuai daerah operasi

7) Pedoman Pengurusan izin pengoperasian kapal penyeberangan

8) Pedoman penanganan kecelakaan kapal penyeberangan pada saat operasi

9) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan

perintis

10) Pedoman pengukuran jarak lintas antar pelabuhan penyeberangan pada lintas

penyeberangan

D. Lokasi Studi

a. Ambon

b. Medan

c. Kendari

d. Mataram

Page 5: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant I - 4

E. Ruang Lingkup Kegiatan

Pedoman di bidang transportasi penyeberangan adalah relative luas, karena itu

konsultan memfokuskan beberapa pedoman sesuai dengan ruang lingkup kegiatan

yang ditetapkan dalam TOR adalah sebagai berikut;

1) Pedoman pemeliharaan/perawatan kapal penyeberangan

2) Pedoman berlalu lintas di alur penyeberangan

3) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan laut yang

digunakan untuk angkutan penyeberangan

4) Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan

laut yang khusus digunakan untuk angkutan penyeberangan

5) Pedoman penentuan jumlah kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan

komersial

6) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan sesuai daerah operasi

7) Pedoman Pengurusan izin pengoperasian kapal penyeberangan

8) Pedoman penanganan kecelakaan kapal penyeberangan pada saat operasi

9) Pedoman Penempatan kapal penyeberangan pada lintas penyeberangan

perintis

10) Pedoman pengukuran jarak baring pada lintas penyeberangan

Page 6: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant I - 5

Page 7: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 1

BAB IIPEDOMAN DI BIDANG TRANSPORTASI PENYEBERANGAN

A. Pedoman Pemeliharaan Kapal Penyeberangan

1. Latar Belakang Penyusunan

Undang–Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 130, dan

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Pasal

91.

2. Tujuan penyusunan

Tujuannya adalah untuk menjamin kelaiklautan kapal selama beroperasi.

3. Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan konsep pedoman pemeliharaan

kapal penyeberangan adalah sebagai acuan kepada pengusaha/operator kapal,

nahkoda dan ABK serta pejabat pemeriksa kelaiklauatn kapal dalam kegiatan

pemeliharaan kapal.

4. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan konsep pedoman ini adalah panduan dan tanggung jawab

awak kapal terhadap semua bagian kapal termasuk permesinan dan kelengkapan

bantu kapal meliputi;

a. Manajemen Pemeliharaan ISM Code

b. Survei dan Pengujian Keselamatan Kapal

c. Pemeliharaan Bagian Kapal:

1) pemeliharaan pelat lambung

2) pemeliharaan ruang penumpang dan sanitary

3) pemeliharaan sarana tambat

4) pemeliharaan alat-alat keselamatan

5) pemeliharaan pemadam kebakaran

6) pemeliharaan ramp door

7) pemeliharaan alat navigasi

8) pemeliharaan mesin induk

9) pemeliharaan motor bantu

10) pemeliharaan pesawat bantu

Page 8: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 2

11) pemeliharaan departemen radio dan sipil

5. Objek atau arah pengaturan

a. Manajemen Pemeliharaan ISM Code

1) Pada Klausul 10.2 ISM Code menyebutkan: Perusahaan harus menjamin

bahwa setiap ketidaksesuaian telah dilaporkan dengan kemungkinan

penyebabnya apabila diketahui –dan tindakan perbaikan telah

dilaksanakan (Dalam konteks ini “ketidaksesuaian” harus diartikan sebagai

kekurangan teknis atau cacat atau kesalahan operasional daripada bagian

lambung kapal atau permesinan dan peralatannya/lihat klausul ISM Code).

Masalah-masalah yang ditemukan selama inspeksi teknis rutin atau

perbaikan, setelah terjadinya kerusakan atau pada kejadian lain harus

dilaporkan. Elemen elemen mendasar daripada proses investigasi

kerusakan dan kesalahan atau ketidaksesuaian –dapat dikaji pada diagram

berikut ini. Perlu diperhatikan bahwa tidaklah mudah untuk melakukan

tindakan korektif. Efektifitas tindakan tersebut harus dikaji terlebih

dahulu.Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Page 9: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 3

Gambar 2.1

BLOK DIAGRAM

PROSES TINDAKAN KOREKTIF

IDENTIFIKASI MASALAH

PASTIKAN PENYEBABNYA

RUMUSKAN USULAN SOLUSI

EVALUASI USULAN SOLUSI

PILIH SATU

USULAN

TOLAK SEMUA

USULAN

LAKSANAKAN USULAN

EVALUASI EFEKTIFITASNYA

EFEKTIF TIDAK EFEKTIF

S E L E S A I

2) Perusahaan pelayaran dalam mengembangkan atau meningkatkan prosedur

pemeliharaan –perbaikan diharuskan juga untuk memperhitungkan hal hal

tersebut dibawah ini: a) Rekomendasi produsen peralatan permesinan

mengenai perbaikan dan spesifikasinya.b) Riwayat peralatan dan

permesinan termasuk kelemahan, cacat dan kerusakan serta tindakan

Page 10: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 4

perbaikan yang pernah dilakukan.c) Hasil inspeksi pihak ketiga.d) Usia

kapal.e) Identifikasi peralatan permesinan serta sistem yang dinilai kritis.f)

Dampak kelemahan-kegagalan peralatan permesinan pada keselmatan

opersonil kapal.

3) Penetapan interval (jangka waktu) pemeliharaan-perbaikan. Interval

pemeliharaan dan perbaikan harus ditentukan berdasarkan berikut: a)

Rekomendasi produsen peralatan-permesinan dan spesifikasinya. b)

Prediksi dan determinasi teknik pemeliharaan dan perbaikan (misalnya:

analisa minyak lumas dan getaran).c) Pengalaman praktis dalam

pengoperasian dan pemeliharaan-perbaikan kapal dan permesinannya

termasuk kecenderungannya yang merupakan hasil inspeksi rutin dan

berdasarkan sifat sifat dan tingkat kegagalan yang pernah terjadi. d)

Tingkat pemakaian peralatan : kontinyu, sebentar sebentar, siaga (stand

by), atau darurat. e) Batasan operasional atau praktis misalnya:

pemeliharaan perbaikan yang harus dilaksanakan di atas dok.f) Interval

yang merupakan ketentuan Klasifikasi, konvensi, ketentuan pemerintah

dan ketentuan perusahaan dan g) Pengujian reguler untuk peralatan

permesinan yang harus selalu siaga (stand by\).

4) Spesifikasi jenis inspeksi dan peralatan ukur yang diperlukan serta tingkat

ketepatan dan ketelitiannya. Berikut ini adalah contoh jenis atau tipe

inspeksi dan pengujian yang perlu dilaksanakan yaitu: a) Visual.b)

Getaran. c)Tekanan. d) Suhutemperature. e) Elektrikal. f) Pembebanan. g)

Kekedapan (kedap air).

5) Penugasan personil yang tepat dan bertanggung jawab untuk kegiatan

inspeksi.

6) Penugasan personil yang tepat dan bertanggung jawab untuk kegiatan

pemeliharaan dan perbaikan.

17)Definisi yang jelas mengenai mekanisme dan persyaratan pelaporan.

Dalam hal ini cacatan harus disimpan dan dikelola sebagai bukti

terpenuhinya prosedur pemeliharaan – perbaikan serta efektifitasnya dapat

dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu: catatan yang diperoleh

dari pihak luar meliputi: a) Catatan dan laporan klasifikasi dan

sertifikatnya.b) Catatan dan laporan statutori dan sertifikatnya.c) Laporan

pemeriksaan pihak Pemerintah bendera kapal.d)Laporan organisasi terkait

Page 11: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 5

lainnya. Kedua adalah catatan yang berasal dari perusahaan sendiri yang

meliputi; a) catatan inspeksi rutin atas kapal. b) catatan pekerjaan

pemeliharaan perbaikan yang pernah dilaksanakan. c) catatan hasil

pengujian peralatan yang senantiasa tersedia dan kritis lainnya.d) catatan

hasil pengujian keadaan bahaya dan penghentian darurat.e) catatan

kunjungan superintenden dan hasil inspeksinya.f) laporan audit internal

dan pihak ketiga.g) laporan ketidaksesuaian, kecelakaan, dan kejadian

yang membahayakan, h) catatan mengenai implementasi dan verifikasi

pelaksanaan tindakan koreksi dan i) daftar permintaan suku cadang, surat

pesanan, pemberitahuan surat pengiriman dan lain lainnya.

18) Pada Klausul 10.3 ISM Code yang menyatakan : “Perusahaan harus

menyusun prosedur yang merupakan bagian dari SPPPK (SP-3-K) untuk

mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kegagalan operasional

mendadak (tidak terduga) pada peralatan dan sistem teknis yang dapat

menimbulkan keadaan bahaya. SP-3-K harus menyiapkan tindakan khusus

dan spesifik dengan tujuan menunjukkan kehandalan sebuah peralatan atau

system. Prosedur tersebut harus meliputi pengujian secara berkala seperti

halnya perlengkapan, permesinan dan sistem teknis yang harus berstatus

siaga serta yang tidak beroperasi secara kontinyu”

19) Apabila peralatan-perlengkapan sudah diidentifikasi, pengujian yang tepat

dan sesuai dan prosedur lainnya harus ditetapkan untuk menjamin

kehandalannya. Di atas kapal terdapat banyak perlengkapan-permesinan

dan sistem teknis dimana kegagalan operasionil mendadak dapat

menimbulkan keadaan berbahaya dan untuk itu, diperlukan tindakan yang

efektif didukung adanya peralatan yang sudah memadai. Tindakan yang

tepat harus dilaksanakan.

Lebih jelasnya daftar konrol manajemen sistem pemeliharaan dan

perbaikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 12: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 6

Tabel 2.2. DAFTAR KONTROL

MANAJEMEN SISTEM PEMELIHARAAN - PERBAIKAN

No. P E M E R I K S A A N Yes No

1

Apakah informasi yang baru/diperbarui mengenai statutory,peraturan klasifikasi, peraturan pelabuhan internasional/nasional,kode industry dan pedomannya selalu diterima tepat waktu danmemadai

2

Apakah pengawasan atau kontrol ditempat untuk menjaminkesesuaian peraturan yang bersifat wajib dan untuk menjaminbahwa kode yang sesuai pedoman dan standar telahdiperhitungkan

3Apakah tanggung jawab petugas dan otoritasnya, baik di kapaldan atau dikantor terlibat dalam pemeriksaan/inspeksi danaktifitas pemeliharaan-perbaikan telah dirumuskan

4 Apakah aktifitas inspeksi, pemeliharaan-perbaikan dilimpahkankepada petugas yang tepat terlatih dan berpengalaman

5Apakah telah dilakukan pemeriksaan atas tersedia atau tidaknyadokumen teknis maupun prosedur serta yang berlaku adalahterbitan terakhir apabila setiap saat dibutuhkan

6 Apakah telah dilakukan tindakan untuk menjamin agar dokumenyang sudah kedaluwarsa tidak digunakan secara tidak sengaja

7 Apakah sudah tersedia sistem untuk pelaporan dan analisa cacat,kecelakaan dan keadaan yang membahayakan

8 Apakah jenis dan besarnya cacat dan kecelakaan/kejadian telahdilaporkan secara jelas, lengkap dan benar

9 Apakah prosedur untuk implementasi tindakan korektif danverifikasi atas efektifitasnya telah tersedia

10

Apakah catatan pemeliharaan-perbaikan memungkinkan dipakaisecara tepat untuk monitoring kronologis pemeliharaan-perbaikankapal

11 Apakah interval inspeksi telah ditetapkan

12 Apakah metode, tipe dan ketelitian inspeksi dan akurasi peralatanyang akan dipakai telah dibakukan

13 Apakah criteria untuk penolakan & penerimaan sudahditetapkan/dibakukan

14 Apakah interval pemeliharaan-perbaikan telah ditetapkan

15

Apakah catatan hasil inspeksi dan pelaksanaan pemeliharaan-perbaikan telah tersimopan dengan baik untuk menunjukkankesesuaian dengan persyaratan perusahaan dan peraturan yangwajib

Page 13: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 7

16

Apakah seluruh perlengkapan peralatan dan sistem teknistermasuk yang harus selalu siaga dan jarang difungsikan, dimanadapat terjadi kesalahan operasional yang akan menimbulkankeadaan yang rawan atau berbahaya

17

Apakah prosedur periizinan untuk bekerja pada tempat yangdimasuki serta risiko yang akan terjadi sewaktu aktifitas inspeksidan pemeliharaan-perbaikan dan untuk menjamindilaksanakannya pengawasan yang memadai

18Apakah hasil analisa informasi pemeliharaan-perbaikan telahtersedia untuk diikutkan dalam pembahasan mengenai efektifitassistem manajemen oleh para pimpinan armada dan perusahaan

b. Survei dan Pengujian Keselamatan Kapal

Pengujian dan pemeliharaan-perbaikan perlengkapan peralatan siaga (stand by)

yang jarang dipergunakan harus menjadi bagian dari rencana pemeliharaan

perbaikan yang dipersiapkan oleh perusahaan. Berikut ini adalah contoh dari

instalasi yang harus diinspeksi dan diuji yaitu: a) Tanda bahaya dan perangkat

pemutusan pada keadaan darurat.b) Kehandalan sistem bahan bakar (terutama

dalam keadaan bahaya). c) Kehandalan sistem bongkar muat muatan.d) Peralatan

perlengkapan keselamatan (pemadam kebakaran dan detector CO-2 dan lainnya).

e) Pengujian perangkat sistem kemudi darurat pada saat tiba dan bertolak,

jenerator, pompa kebakaran darurat, peralatan komunikasi dan lainnya serta f)

Peralatan perlengkapan pemadam kebakaran dan pertolongan bagi menusia.

c. Survey Mempertahankan Kelas

Agar kapal dapat terus beroperasi maka sertifikat secara periodik harus

dipertahankan salah satunya adalah melalui : SURVEY MEMPERTAHANKAN

KELAS (SMK). Dokumen yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan SMK

adalah meliputi : a) Permohonan survey.b) Sertifikat Klasifikasi Lambung dan

Mesin. c) Sertifikat Instalasi Pendingin (apabila ada). d) Sertifikat Garis Muat.e)

Buku Instalasi Bongkar Muat (apabila ada).

Dalam rangka menjamin keselamatan, keamanan, kenyamanan dan atau

kelaiklautan kapal selama berlayar, salah satu kegiatan yang perlu dilakukan

adalah survey periodik dan pemeliharaan. Survey periodik terdiri 6 (enam)

Page 14: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 8

kategori yaitu 1: a.survey tahunan (annual survey), b.survey antara (intermediate

survey), c.survey pembaharuan klas (class renewal survey), d.survey pengedokan,

e.survey berkala dan pengujian dari sistem penggerak dan sistem pengemudian,

f.survey berkala dan uji masing-masing bagian instalasi. Untuk lebih jelasnya

masing-masing survey tersebut adalah sebagai berikut;

1) Survey Tahunan

Survey tahunan adalah survey periodik yang dilaksanakan setiap tahun sesuai

tanggal jatuh temponya dengan rentang waktu (time window) 3 bulan sebelum

dan sesudah tanggal jatuh tempo. Sementara Survey periodik untuk sistem

otomasi / kendali jauh seperti halnya sistem otomasi mesin penggerak

utama.Di lain pihak, pemeriksaan lambung adalah meliputi; a) Lambung di

atas garis air beserta alat penutupannya (geladk cuaca, ambang dan tutup

palkah, palkah kecil, b) Perlengkapan jangkar dan peralatan tambat.c) Semua

pintu kedap air pada sekat kedap air terutama rampa dan d) Efisiensi dari

sistem pengoperasian manual dan atau otomatis dari pintu anti kebakaran

terutama yang berhubungan dengan ruang penumpang’. Perlindungan terhadap

bahaya kebakaran dan jalan penyelamatan darurat. Khusus pemeriksaan dan

pengujian instalasi mesin dan listrik adalah meliputi: a) Mesin utama dan

perlengkapannya.b) Mesin bantu dan generator listrik.c) Kompresor, pompa,

peralatan pemindah panas dll. d) Sistem poros dan baling baling (poros

antara, poros baling baling dan sistem kekedapannya sejauh

memungkinkan).e) Katup katup laut.f) Jalan penyelamatan darurat. g) Semua

susunan pencegahan bahaya kebakaran dan peledakan. h) Semua peralatan

utama dan bantu dari kemudi termasuk perlengkapan fasn sistem kontrolnya.i)

Peralatan komunikasi antara anjungan, ruang kontrol kamar mesin dan ruang

mesin kemudi.j) Pemeriksaan eksternal terhadap bejana tekan termasuk katup

keamanan dan manometer (bila ada). k) Pemeriksaan eksternal terhadap ketel

uap dan perlengkapannya termasuk peralatan pengaman (bila ada). l) Sumber

tenaga listrik utama dan darurat, papan hubung dan peralatan listrik lainnya

(termasuk alat control dan peralatan pemindah). m) sistem pemadam

kebakaran, deteksi asap beserta perlengkapannya.

1 SOLAS, IMO edisi 2004

Page 15: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 9

Pemeriksaan peralatan pemadam kebakaran meliputi: a) Kendali jarak jauh

untuk penghentian kipas angin, instalasi mesin serta suplai bahan bakar

didalam kamar mesin. b) Alat penutup ventilasi, ruang cerobong gas buang,

jendela cahaya, koridor dan terowongan dan c) Sistem pemadam kebakaran,

deteksi asap beserta perlengkapannya.

2) Survay Antara

Survey Antara dapat dilaksanakan bersamaan dengan Survey Tahunan kedua

dan paling lambat pada Survai Tahunan Ketiga. Item survai antara pada

dasarnya sama dengan item survai tahunan namun ditambah dengan item

survai sebagai berikut:

a) Pemeriksaan Tangki Balas, meliputi: (1) Untuk kapal umur di atas 5 tahun

s/d 10 tahun. Pemeriksaan internal tangki yang dipilih yang digunakan

untuk ballast air laut. Bila pada pemeriksaan tersebut di atas tidak

ditemukan cacat pada konstruksi, pemeriksaan dapat dibatasi dengan

anggapan bahwa lapisan cat pelindung masih baik. (2) Untuk kapal yang

berumur di atas 10 tahun. Pemeriksaan internal seluruh tangki yang

digunakan untuk ballast air laut. Bila pada pemeriksaan tersebut di atas

tidak ditemukan cacat pada konstruksi, pemeriksaan dapat dibatasi dengan

anggapan cat pelindung masih baik. (3) Untuk tangki alas ganda. Bila

ditemukan kerusakan yang cukup berarti pada lapisan cat pelindung,

korosi atau cacat lainnnya pada tangki balas air laut atau apabila pada saat

kapal dibangun tidak digunakan lapisan cat pelindung, maka pemeriksaan

dapat diperluas ke tangki ballast lainnya yang sejenis. (3) Apabila

ditemukan lapisan cat pelindung rusak dan tidak diperbaiki atau apabila

tidak menggunakan lapisan cat pelindung saat kapal dibangun kelas kapal

dapat dipertahankan dengan catatan tangki tersebut harus diperiksa internal

dan diadakan pengukuran ketebalan pada setiap survai tahunan berikutnya.

b) Pemeriksaan Permesinan Dan Instalasi Listrik, meliputi; (1) Pengukuran

tahanan isolasi jaringan (hanya dilakukan pada saat kapal dalam keadaan

bebas gas). (2) Pengukuran simpangan poros engkol mesin induk.(3)

Pengukuran simpangan poros engkol mesin bantu (bila

Page 16: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 10

memungkinkan).(4)Pengukuran tahanan isolasi untuk generator,

elektromotor, papan hubung utama, alat alat listrik dan kabel.(5)

Pengukuran ruang main aksial bantalan tekan system poros.(6) Uji coba

generator darurat termasuk papan hubungnya (black out tes).(7) Uji coba

peralatan udara start dan kontrol botol angin dan (8) Uji operasi secara

umum dari instalasi mesin dan listrik

3) Survay Pembaruan Kelas

a) Komponen survay kelas

Survai pembaruan kelas dikenal dengan SS adalah survai yang dilaksanakan

dilaksanakan setiap lima tahun sekali (setiap berakhirnya masa berlaku

Sertifikat Klasifikasi) dan dilaksanakan dilates dok.Sementara Survai

periodik untuk system otomasi/kendali jauh seperti halnya sistem otomasi

sistem penggerak utama. Dalam pembaruan kelas akan dilakukan

pemeriksaan lambung yang meliputi: (1) Lambung di bawah garis air (pelat

alas, pelat sisi, linggi haluan dan linggi buritan, kotak laut berserta

kelengkapannya, daun kemudi, tongkat kemudi, pena kemudi, pengukuran

ruang main bantalan kemudi). (2) Lambung di atas garis air beserta alat

penutupannya (pelat sisi, geladak cuaca, ambang dan tutup palkah, rampa,

palkah kecil, pintu kedap cuaca dan jendela cahaya, pipa udara, pipa

duga,beserta penutupannya, kubu kubu, ventilasi udara beserta

penutupannya, kubu kubu berikut lubang pembebasan, pagar, tingkap sisi

dan jendela termasuk penutupannya, pintu muat dan bukaan lainnya yang

sejenis pada lambung, ruang muat, geladak kedua, ruang mesin dan lain lain,

skaper, pipa pembuangan dan katup, bangunan atas, rumah geladak dan alat

penutupannya, kondisi umum tiang agung, dudukan batang derek dan

pondasi kran).

b) Survay SS( side steel ) ke 4

Untuk SS (side steel) ke-4 dan seterusnya seluruh pelat kulit di atas dan

dibawah garis air termasuk pelat lunas dan sea chest, pelat penguat ambang

palkah dan tutup palkah, seluruh pelat geladak utama, tiga penampang

melintang 0.5 L pada tengah kapal, bagian dalam FPT dan APT, geladak

Page 17: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 11

bangunan atas terbuka yang dipilih (poop, bridge, dan forecastle deck)

harus diperiksa dengan alat Ultrasonic Test yang meliputi : (1) Peralatan

jangkar dan peralatan tambat. (2) Untuk jangkar dan rantai jangkar harus

dikalibrasi. (3) (4) Semua pintu kedap air termasuk rampa pada sekat

kedap air (bila ada).(5) Efisiensi dari sistem manual dan atau otomatis

dari pintu anti kebakaran (bila ada). (6) Perlindungan terhadap bahaya

kebakaran dan jalan penyelamatan darurat diperiksa.

c) Untuk kapal di atas 5 tahun s/d 10 tahun

Untuk kapal umur di atas 5 tahun s/d 10 tahun. Pemeriksaan internal untuk

dilakukan untuk semua tangki air (air tawar & air laut) dan tangku muatan.

Bila pada pemeriksaan tersebut di atas tidak ditemukan cacat pada

konstruksi, pemeriksaan dapat dibatasi dengan anggapan bahwa lapisan cat

pelindung masih baik, pressure test tangki dapat ditiadakan. Untuk tangki

bahan bakar (double bottom) bagian depan dan belakang bila hasil

pemeriksaan internal baik, pemeriksaan tangki lainnya dapat diabaikan.

Sementara untuk tangki bahan bakar tinggi (FO deep tank), tangki minyak

pelumas, dan feed water tank dapat dipilih salah satu tangki, bila hasil

pemeriksaan internal baik, tangki yang lainnya dapat diabaikan.

d) Untuk kapal berumur 10 tahun s/d 15 tahun

Untuk kapal yang berumur 10 tahun s/d 15 tahun. Pemeriksaan internal dan

pressure test seluruh tangki air (air tawar dan air laut). Untuk tangki bahan

bakar, minyak pelumas dan feed water tank diperiksa internal dan diuji

dengan max working pressure. Untuk semua tangki muatan diperiksa internal

dan diuji hidrolik (diisi air sampai bagian atas ambang tangki muatan) atau

uji tekan dengan udara (max 0.2 bar).

e) Untuk kapal yang berumur di atas 15 tahun

Untuk kapal yang berumur di atas 15 tahun semua tangki harus diperiksa

internal secara cermat dan dilaksanakan uji tekan sampai tinggi pipa limpah.

Kapal muatan kering umur dilates 15 tahun (berlaku juga untuk ferry).

Pemeriksaan internal ruang muat dalam hal kapal ferry ro ro pemeriksaan

geladak kendaraan dan rampa.

Page 18: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 12

f) Pemeriksaan mesin dan listrik

Pemeriksaan mesin dan instalasi listrik, meliputi: (1) Mesin utama dan

perlengkapannya harus dibuka lengkap dan diperiksa (uji coba mesin utama

berikut kelengkapannya setelah mesin utama selesai dirakit kembali). (2)

Mesin bantu dan generator listrik harus dibuka lengkap dan diperiksa (uji

coba mesin bantu dan generator listrik, setelah mesin bantu dan generator

listrik selesai dirakit kembali. (3) Kompressor, pompa, peralatan pemindah

panas dll (bagian bagian dari compressor, pompa, peralatan pemindah panas

dibuka diperiksa dan diuji coba). (4) Sistem poros dan baling baling

(pemeriksaan poros antara, poros baling baling dan sistem kekedapan sejauh

memungkinkan, pengukuran ruang main poros baling baling, poros baling

baling dicabut dan diperiksa dan pemeriksaan baling baling). (5) Katup katup

laut harus dibuka, dirawat dan diperiksa. (6) Pemeriksaan jalan

penyelamatan darurat.(7) Pemeriksaan susunan pencegahan bahaya

kebakaran dan peledakan. (8) Pemeriksaan semua peralatan utama dan bantu

(darurat) dari kemudi termasuk perlengkapannya dan system control. (9)

Pemeriksaan peralatan komunikasi antara anjungan, ruang control kamar

mesin dan ruang mesin kemudi. (10) Pemeriksaan eksternal & internal serta

uji hidrolik 1.5 x tekanan kerja bejana tekan termasuk katup keamanan dan

manometer. (11) Pemeriksaan eksternal terhadap ketel uap (apabila ada) dan

perlengkapannya termasuk perlengkapan pengaman. (12) Pemeriksaan

sumber tenaga listrik utama dan darurat, papan hubung dan peralatan listrik

lainnya. (13) Pemeriksaan mesin mesin geladak.

g). Pemeriksaan peralatan pemdam kebakaran;

Pemeriksaan peralatan pemadam kebakaran, meliputi: (1) Kendali jarak jauh

untuk penghentian kipas angin, instalasi mesin serta suplai bahan bakar

didalam kamar mesin. (2) Alat penutup ventilasi, ruang cerobong gas

buang, jendela cahaya, koridor dan terowongan. (3) Sistem pemadam

kebakaran, deteksin asap berserta perlengkapnnya.

Page 19: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 13

4) Survey Pengedokan

a) Periode Survay pengedokan

Dalam satu periode masa berlaku kelas (lima tahunan) kapal harus

melaksanakan 2 (dua) kali survai pengedokan yaitu : survai pengedokan I

(survai pengedokan antara) dan survai pengedokan II (survai pengedokan SS)

dan survai pengedokan II merupakan salah satu item pemeriksaan pembaruan

kelas. Khusus untuk kapal penumpang survey pengedokan merupakan salah

satu item pemeriksaan survai tahunan (berlaku untuk ferry ro-ro). Tujuan

survai pengedokan adalah: (1) Mengetahui kondisi teknis/konstruksi bagian

bawah air.(2) Memperpanjang umur pakai kapal.(3) Membersihkan tumbuhan

laut yang menempel di badan kapal agar kecepatan kapal tidak menurun.(4)

Memenuhi ketentuan dan peraturan tentang keharusan kapal diadakan

pengedokan (ketentuan pemerintah/badan klasifikasi).(5) Mengetahui kondisi

katup katup laut dan kerangan laut.(6) Mengetahui kondisi poros baling baling

dan tongkat kemudi berikut ruang mainnya (clearance).

Berdasarkan peraturan kelas, periode pengedokan adalah sebagai berikut: (1)

Kapal kelas A 100 setiap 24 bulan maksimal 30 bulan. (2) Kapal kelas A 90

setiap 18 bulan maksimal 24 bulan.(3) Kapal penumpang akomodasi > 12

penumpang setiap 12 bulan (kapal ferry ro-ro).

b) Lingkup Survai Pengedokan adalah:

1) Lambung, (survai alas) meliputi: (1) Pemeriksaan pelat alas dan pelat sisi,

termasuk beberapa komponen yang melekat, kotak laut, kemudi, tongkat

kemudi, pipa pembuangan dan pipa pengering air (water drain pipes),

termasuk juga penutupnya. Untuk SS ke 3 dan seterusnya semua pelat

kulit harus diukur ketebalannya. (2) Pemeriksaan sistem kemudi (steering

gear), meliputi pelat daun kemudi, flens kopling kemudi, baut pas

kemudi, tongkat kemudi, pena kemudi, bantalan dan ruang main kemudi.

Bila hasil pengukuran ruang main tongkat kemudi dan pena kemudi sudah

mendekati toleransi yang diijinkan atau bila dari hasil pemeriksaan

dicurigai adanya kerusakan, maka tongkat kemudi harus dicabut. Sistem

kemudi utama dan darurat harus diuji coba operasionalnya. (3)

Pemeriksaan perlengkapan yang menempel pada pelat kulit seperti

Page 20: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 14

misalnya bilge keel, shaft bracket jika ada. (4) Pemeriksaan kotak laut

dan saringannya berikut baut baut pengikatnya harus dibuka.(5)

Pemeriksaan bagian lainnya, seperti terowongan bow thruster (jika

dilengkapi). (6) Pemeriksaan jangkar berserta perlengkapan kapal (khusus

SS jangkar dan rantai jangkar harus dikalibrasi), tali tambat, pipa urlup

dan bak rantai jangkar.

2) Permesinan dan system propulsi

permesinan dan sistem propulsi meliputi pemeriksaan poros baling

baling, bantalan poros, baling baling, kopling flens. Untuk lebih detil

pelaksanaannya sebagai berikut: (1) Pengukuran ruang main bantalan

serta kekedapan perapat tabung poros. (2) Pemeriksaan kelurusan dan

keretakan pada poros baling baling. (3) Pemeriksaan baling baling untuk

memastikan tidak adanya kerusakan, keretakan atau korosi karena

adanya kavitasi pada daun baling baling. (4) Pemeriksaan kopling flens

dan baut baut pas.

3) Katup katup laut, katup isap dan katup katup buang yang berada

dibawah geladak lambung timbul, serta sambungan sambungan pada

sistem perpipaannya harus dibuka dan diperiksa dengan tujuan untuk

memastikan kondisi dan tingkat keausan katup dan pipa tersebut.

4) Dalam keadaan tertentu tidak bisa naik dok, dapat dilakukan survai

bawah air sebagai penundaan survai pengedokan atau usulan pengganti

survai pengedokan dengan persetujuan BKI. Survai bawah air harus

dilaksanakan pada daerah perairan yang cukup jernih, tenang serta

pencahayaan yang cukup, kapal dalam keadaan kosong, dan pelat kulit

dibawah garis air dalam keadaan bersih dari hewan dan tumbuhan laut.

Survai bawah air harus dilaksanakan oleh perusahaan jasa inspeksi

bawah air yang telah disetujui oleh BKI, dibawah pengawasan Surveyor

menggunakan kamera bawah air dengan monitor serta sistem

komunikasi dan pencatatan. Foto foto dan video hasil pemeriksaan

bawah air berikut laporan dari perusahaan jasa inspeksi bawah air

diserahkan ke Surveyor lapangan.

Page 21: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 15

c) Lingup Survay dibawah air:

1) Umum

Secara umum survay dibawah air adalah meliputi ; (1) Pemeriksaan

bagian bagian kapal di bawah garis air dibuat dalam interval 6 (enam)

bulan baik itu diluar jatuh tempo (secara normal setiap 30 bulan). (2)

Survai bawah air diusulkan untuk menunda survai pengedokan sebagai

pengganti survai pengedokan dan survai pembaruan kelas tidak melebihi

36 bulan.(3) Untuk kapal berumur kurang dari 15 tahun survai bawah air

dapat diusulkan sebagai pengganti survai pengedokan. (4) Foto foto

bawah air pada layar monitor harus memberikan informasi teknis yang

akurat sedemikian rupa agar surveyor dapat menetapkan bagian bagian /

lokasi yang harus diperiksa. (5) Dokumentasi yang sesuai untuk

reproduksi video termasuk suara harus tersedia untuk BKI. (6) Rencana

dan prosedur survai bawah air dikirim untuk pemeriksaan dan berisi foto

foto untuk mengidentifikasi daerah yang disurvai tingkat kebersihan

lambung, lokasi pengujian dan untuk pencatatan semua kerusakan yang

ditemukan.

2) Pemeriksaan tambahan

Pemeriksaan tambahan adalah meliputi ; (1) Dalam hal misalnya

diasumsikan bahwa terjadi kandas, maka surveyor dapat meminta agar

lambung dibawah garis air diperiksa dari dalam.(2) Dalam hal selama

pelaksanaan survai bawah air ditemukan kerusakan yang hanya dapat

diperiksa dilates dok atau memerlukan perbaikan segera, maka kapal

harus naik dok. (3) Bila cat lapis pelindung dari lambung dibawah air

dalam kondisi yang dapat menimbulkan kerusakan karena korosi yang

mempengaruhi kelas kapal sebelum pengedokan berikutnya, maka kapal

harus naik dok.

5) Survay Periodik

Survay periodik terdiri dari ; a) Survai kerusakan dan perbaikan Survai

kerusakan dan perbaikan terjadi saat lambung kapal, instalasi mesin atau listrik

kapal dan atau beberapa perlengkapan khusus yang dikelaskan mengalami

kerusakan yang akan mempengaruhi kelas, atau jika mengakibatkan kelas kapal

ditangguhkan. b) Survay modifikasi ( perombakan ) dilakukan untuk untuk

modifikasi lambung atau mesin kapal, survai dilaksanakan sesuai dengan

Page 22: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 16

ketentuan khusus yang relevan dalam hal prosedur mirip dengan survai

penerimaan kelas bangunan baru dengan persyaratan; (1) Permohonan

klasifikasi dimasukkan ke BKI dan menggunakan form yang telah disediakan

oleh BKI. (2) Gambar gambar agar disampaikan kepada BKI dalam rangkap 3

(tiga) termasuk gambar gambar komponen akan diinstall harus dikirim ke BKI

untuk mendapatkan persetujuan. (3) Untuk kepentingan pemeriksaan gambar,

BKI berhak memperoleh informasi tambahan. (4) BKI berhak menilai sarana

produksi dan prosedur galangan dan pabrik liannya, apakah memenuhi

persyaratan konstruksi. (5) Semua material, komponen, peralatan dan instalasi

harus memenuhi persyaratan dan diperiksa, bila tidak dapat diperiksa harus

disertai dengan sertifikat yang disetujui oleh BKI. (6) Setiap pemeriksaan harus

direncanakan dengan kantor BKI terdekat. (7) Untuk pelaksanaan pengujian

yang dipersyaratkan, galangan atau pabrik agar memberikan bantuan staf dan

peralatan yang memadai. (8) Lambung dan permesinan dan/atau perlengkapan

tertentu harus sesuai dengan gambar yang disetujui oleh BKI. (9) Semua

pengujian dan percobaan harus dilaksanakan dengan hasil baik dan semua

pekerjaan harus memenuhi standard engineering dan persyaratan kelas. (10)

Bagian bagian yang dilas harus dikerjakan oleh juru las yang qualified.

6) Survay Otomasi

Pemilik/operator kapal mengajukan permohonan survai otomasi terlebih dahulu

harus memastikan kondisi di bawah ini dalam keadaan baik. Survay otomasi

terdiri dari:

a) Pengujian otomasi berkaitan dengan Suplai Tenaga Listrik meliputi : (1)

Pengujian pada generator set cadangan, meliputi: (a) Genset cadangan, dapat

distart dan terhubung secara otomatis untuk memenuhi kebutuhan listrik

utama, apabila suplai listrik dari genset utama padam. (b) Genset cadangan

dapat distart dengan kontrol jarak jauh.(c) • Suplai listrik secara otomatis

telah terhubung dengan battery (aki). (d) Pengujian kelangsungan suplai

tenaga listrik yang dijaga dengan pengoperasian secara terus menerus

beberapa genset yang dirangkai secara parallel. (e) Terjadi pemutusan aliran

listrik secara otomatis dalam waktu 5 detik jika ada arus yang masuk dan ada

Page 23: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 17

peringatan pada nilai tertentu untuk generator, apabila penggunaan listrik tidak

terlalu diperlukan.

b) Pengujian otomasi berkaitan dengan motor motor bantu meliputi : (1) Pompa

minyak pelumas mesin induk. (2) Pompa minyak pelumas untuk camshaft.(3)

Pompa pendingin piston.(4) Pompa pendingin jacket silinder.(5) Pompa

sirkulasi untuk sistem pendinginan air tawar.(6) Pompa pendingin katup,

pendingin air laut, booster, bahan bakar, minyak pelumas untuk reduction

gear.(7) Pompa minyak untuk servo CPP, pendingin jaket, untuk mesin bantu,

pendingin air laut.(8)Kompresor udara start.(9)Pompa sirkulasi system

pemanas minyak (apabila ada),

c) Pengujian ini (butir a) s/d i) di atas harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

(1) Dilengkapi starting dengan kontrol jarak jauh.(2) Secara otomatis terhubung

dengan motor cadangan.(3) Dapat distart ulang setelah terjadi kegagalan dan

terdapat penerusan power.

d) Pompa hidrolis untuk sistem kemudi meliputi : (1) Dilengkapi starting secara

kontrol jarak jauh.(2) Dapat distart ulang setelah terjadi kegagalan dan terdapat

penerusan power.

e) Pompa utama pemadam kebakaran meliputi; (1) Dilengkapi starting secara

kontrol jarak jauh. (2) Pengujian sistim komunikasi. (3) Pengujian sistem

komunikasi dari brigde ke akomodasi.(4) Pengujian sistem alarm di kamar

mesin

7) Survay Poros Baling-Baling dan Tabung Poros

Survai yang umunya dilakukan dalam hal ini adalah: a) Pemeriksaan poros baling

baling, baut baut kopling poros dan tabung poros.b) Pemeriksaan NDT pada

bagian yang bersentuhan dari baling baling.c) Pengukuran ruang main/keausan

bantalan tabung poros (sebelum dicabut & setelah dipasang).d) Pemeriksaan

(dibuka) sistem kekedapan tabung poros (sealing devices).e) Untuk CPP, gigi

pengatur kisar dan bagian bagian yang bekerja dari perlengkapan baut baut daun

baling baling diperiksa dengan magnetic partikel test (uji partikel magnet).f) LO

tank low level alarm, pengukuran temperatur oli peralatan, sistem pipa LO dan

pompa sirkulasi LO.g) Gaya pemasangan poros baling baling tanpa pasak berikut

peralatannya.

Page 24: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 18

8) Survay Parsial (survai cicilan)/ survai penundaan (untuk penyesuaian

dengan survai pengedokan)

Beberapa survay yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah meliputi: a) Survai

penundaan (6 bulan untuk bantalan pelumasan air laut dan12 bulan untuk

bantalan pelumasan minyak) yang terdiri dari : (1) Pemeriksaan poros baling

baling visual dari dalam kamar mesin.(2) Catatan ruang main / keausan dari

bantalan tabung poros. (3) Pemeriksaan catatan perawatan dari sistem

kekedapan tabung poros.(4) Konfirmasi mengenai pengoperasian putaran motor

induk pada putaran yang berakibat getaran torsional.(5) Pemeriksaan sistem pipa

pendingin air laut untuk bantalan tabung poros. (6) Uji operasi (kerja) dari LO

low level alarm, temperatur oli peralatan, sistem pipa LO dan pompa sirkulasi

LO. (7) Survai parsial untuk poros dari jenis bantalan tabung poros pelumasan

minyak (penundaan 3 tahun dari tanggal selesai survai) meliputi:

(a) Pemeriksaan NDT dengan uji partikel magnet pada bagian fitting baling

baling.

(b) Ruang main/keausan bantalan tabung poros.

(c) Pemeriksaan (dibuka) sistem kekedapan tabung poros (sealing devices).

(d) LO low level alarm, peralatan pengontrol temperatur, sistem pipa LO dasn

pompa sirkulasi LO.

9) Survai parsial untuk poros dari jenis bantalan tabung poros pelumasan

minyak (penundaan 5 tahun dari tanggal selesai survai):

Beberapa survay yang dilakukan dalam hal ini adalah: a) Pemeriksaan seperti

semua persyaratan pada butir 2 dilates.b) Pengecekan “Catatan sistem

monitoring dari bantalan tabung poros dan peralatan sistem kekedapan minyak”.

10) Survay pembaruan Kelas bersampung ( CHS-CMS)

Ada dua jenis survai pembaruan kelas bersambung yaitu: a) Survai bersambung

lambung (Continuous Hull Survey/CHS), dan b) Survai bersambung mesin

(Continuous Machinery Survey/CMS). Survai bersambung lambung dan mesin

ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan survai jenis lainnya (survai

Page 25: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 19

mempertahankan kelas dan survai khusus). Jangka waktu antara dua survai yang

berurutan dari tiap bagian yang disurvai tidak boleh lebih dari 5 tahun.

Survai bersambung lambung (CHS) adalah item pemeriksaan survai pembaruan

klas lambung yang dilaksanakan secara bertahap sejak setelah melaksanakan SS

sampai SS berikutnya. CHS ini dapat diikuti oleh berbagai jenis kapal kecuali

kapal tanki minyak/produk minyak, kapal tangki kimia dan kapal curah dengan

notasi ESP.

Survai bersambung mesin (CMS) adalah item pemeriksaan pembaruan kelas

instalasi mesin yang dilaksanakan secara bertahap dan harus selesai dalam kurun

waktu 5 (lima) tahun. Instalasi sistem poros baling baling, ketel uap dan botol

angin tidak termasuk item survai CMS dan disurvai terpisah. Sebagian item CMS

pemeriksaan pada waktu dibuka lengkap dapat diwakili oleh KKM dengan ijasah

minimal ATT-II dan laporan pemeriksaan diserahkan kepada Surveyor pada saat

survai (survey confirmation) paling 3 (tiga) bulan setelah pemeriksaan. Sebagian

item CMS dapat diwakili kecuali pemeriksaan crank pin & bearing, crank-journal

& bearing, crosshead & bearing.

11) Enhanced Survay Programme (ESP)

Persyaratan kelas untuk Enhanced Survey Programme (ESP) telah diberlakukan

sejak tanggal 1 Juli 1993 untuk kapal tangki minyak dan kapal curah (termasuk

pengangkut bijih besi) dan sejak 1 April 1998 untuk kapal tangki kimia. Pada

survai berkala pemeriksaan internal, pemeriksaan jarak dekat (close-up survey),

pengukuran ketebalan dipersyaratkan sebagai tambahan. lebih jelasnya beberapa

pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 26: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 20

(1) pemeriksaan kapal dan kelengkapannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2.Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan Kapal dan Kelengkapannya

Item Kegiatan Periode Pelaksana Keterangan

Konstruksi Lambung

Bottom Plate

(Pelat Alas)

Survey Alas 1 Tahun Klas Saat Dok

Side Sheel (Pelat Sisi) Survey 1 Tahun Klas Saat Dok

Superstructure(Bangunan Atas)

Survey 2 Tahun Klas Saat Dok

Lower Deck Survey 5 tahun Klas Saat Dok

Main Deck

(geladak Utama)

(Geladak Kendaraan)

Survey 5 Tahun Klas Saat Dok

Sarana Tambat

Winchlass Survey 5 tahun Klas Saat Dok

Rantai dan Jangkar Survey 1 tahun Klas Saat Dok

Alat-alat Keselamatan

Sekoci dan dewi-dewiSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Life jacketSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

LifebouySurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

ILR (liferaft)Survey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Page 27: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 21

Pemadam PortableSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Instalasi FoamSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Permesinan

General OverhoulMesin Induk

Survey Max. 5tahun

Klas Saat Dok

Gear Box pada MesinInduk

Survey 5 tahun Klas Saat Dok

General OverhoulMesin Bantu

Survey 10000 Hs Klas Saat Dok

F.O Furifier survey 5 tahun Klas Saat Dok

LO St By Pump M/E& Gear Box

survey 5 tahun Klas Saat Dok

Pompa Sanitary danservice air tawar

survey 5 tahun Klas Saat Dok

Pompa Pemadam survey 5 tahun Klas Saat Dok

Blower Ventilasi survey 5 tahun Klas Saat Dok

Departemen Radio dan Sipil

Transceiver HF-SBBSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Alarm tone generatorSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Radio VHFSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Page 28: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 22

Battery/AccumulatorSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

SARTSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Portable life boat radioSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

EPIRBSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

Watch keeping 2182khz

Survey 1 tahun Syahbandar Tergantungmasa expiresertifikat

RadarSurvey 1 tahun Syahbandar Tergantung

masa expiresertifikat

(2) Kelengkapan pemeliharaan dan bangunan atas kapal dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 2.3.Pelaksanaan Pemeliharaan Lambung dan Bangunan Atas Kapal

ItemKegiatan

PemeliharaanPeriode Pelaksana Dokumentasi

Bottom Plate

(Pelat Alas)

Skrap, Meni, Cat 1 Tahun Dok/Galangan Laporan Dok

Ukur ketebalan 5 Tahun Dok/Galangan Laporan Dok

Side sheel(Pelat sisi)

Ketok, mani, cat 6 bulan Crew Lap.Perawatan

Soaping 1 bulan Crew Lap.Perawatan

Page 29: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 23

Superstructure(BangunanAtas)

Ketok, mani, cat 6 bulan Crew Lap.Perawatan

Soaping 1 minggu Crew Lap.Perawatan

Lower Deck Sweep, meni, cat 5 tahun Dok/Galangan Laporan Dok

Ketok, meni, cat 1 tahun Crew Lap.Perawatan

Pembersihan Harian C. Service Lap.Perawatan

Main Deck

(geladakUtama)

(GeladakKendaraan)

Sweep, meni, cat 5 Tahun Dok/Galangan Laporan Dok

Ketok, meni, cat 1 Tahun Crew Lap.Perawatan

Pembersihan Harian C. Service Lap.Perawatan

ForecastleKetok, meni, cat 6 bulan Crew Lap.

Perawatan

Poop DeckKetok, meni, cat 6 bulan Crew Lap.

Perawatan

Passenger Deck Ketok, meni, cat 6 bulan Crew Lap.Perawatan

Pembersihan Harian Crew Lap.Perawatan

Boat Deck Ketok, meni, cat 6 bulan Crew Lap.Perawatan

Pembersihan Harian C. Service Lap.Perawatan

DrainageLancarkan 3 Hari C. Service Lap.

Perawatan

Got-got lowerdeck

Bersihkan,keringkan

3 Hari C. Service Lap.Perawatan

Check saringan 3 Hari C. Service Lap.

Page 30: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 24

Perawatan

Nav. BridgeDeck

Ketok, meni, cat 6 bulan Crew Lap.Perawatan

Pembersihan Harian Mualim 2 Lap.Perawatan

(3) Pemeliharaan Ruang Penumpang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4.Pelaksanaan Pemeliharaan Ruang Penumpang dan Sanitary

ItemKegiatan

PemeliharaanPeriode Pelaksana Dokumentasi

Lantai Pembersihan Harian C. Service Lap. Perawatan

Dinding Soaping 3 Hari C. Service Lap. Perawatan

Langit-langit Soaping 1 Bulan C. Service Lap. Perawatan

Tempat duduk Ketok, mani, cat 6 bulan C. Service Lap. Perawatan

- Kaki

- Jok

Ganti kulit yangrusak

1 tahun C. Service Lap. Perawatan

SanitariPembersihan Harian C. Service Lap. Perawatan

Ketok, meni, cat 6 bulan C. Service Lap. Perawatan

Lebih jelasnya pemeliharaan sarana tambat kapal dapat dilihat pada tabel beikut.

Page 31: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 25

Tabel 2.5. Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana Tambat Kapal

ItemKegiatan

PemeliharaanPeriode

Pelaksana

Dokumentasi

Winchlass

Pelumasan &checkpengoperasiannya

1 bulan Crew Lap. Perawatan

Ketok, mani, cat 6 bulan Crew Lap. Perawatan

Fair leadPelumasan 1 bulan Crew Lap. Perawatan

Ketok, mani, cat 3 bulan Crew Lap. Perawatan

Bollard Ketok, mani, cat 3 bulan Crew Lap. Perawatan

Tali-tali Chek Setiap saat Crew Lap. Perawatan

Rantai danJangkar

Cat /Kalibrasi 5 tahun Galangan Lap. Docking

`

(1) Pemeliharaan Alat-Alat Keselamatan Yang dilakukan Mualim 3/ Mualim 4

Tabel 2.6. Pelaksanaan Pemeliharaan Alat Keselamatan Kapal

ItemKegiatan

PemeliharaanPeriode Pelaksana

Dokumentasi

Sekoci dandewi-dewi

Check Inventaris 1 tahun Crew ChecklistPemeriksaan sekociCat lambung/dewi-

dewi1 tahun Crew

Ganti air minum 1 bulan Crew

Check sumbat 1 bulan Crew

Coba motor 1 bulan Mualim 3 /4

Page 32: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 26

Check tali pengayut 1 bulan Crew

Check jacobs ladder 1 bulan Crew

Greased keepingblock

1 bulan Crew

Greased lopor 1 bulan Crew

Greased roller 1 bulan Crew

Test Winch 1 bulan Crew

LifejacketPeriksa kelengkapandan bersihkan

1 bulan Crew Check. alatkeselamatan

Lifebouy

Periksa tali dan lampu 1 bulan Mualim 3 /4

Check. alatkeselamatan

Cat kabel 6 bulan Mualim 3 /4

Check. alatkeselamatan

ILR

Service 1 Tahun Teknisi Lap. Service

Periksa tali penarik 1 minggu Mualim3 Check. alatkeselamatan

Periksa lashing 1 minggu Mualim3 Check. alatkeselamatan

Cat dudukan 6 bulan Crew Lap.Perawatan

Isyarat Cerawat/ asap

Periksa kondisi 1 bulan Mualim 3 Lap.Perawatan

Obat-obatanPeriksa kelengkapan,periksa expire date

1 bulan Mualim 2 Lap.Perawatan

Line throwPeriksa / rapikan 1 bulan Mualim 3 Lap.

Perawatan

Page 33: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 27

Tabel 2.7 Pelaksanaan Pemeliharaan Alat Pemadam Kebakaran Kapal

Jenis Kegiatan Periode Pelaksanaan Dokumentasi

Pemadamportable

Service ulang

Periksa tanggalinspeksi terakhir, testfungsi

1 tahun

1 bulan

Teknisi

Mualim 4

Catatan Service

LaporanPerawatan

Dry ChemicalPeriksa kondisi,tanggal inspeksiterakhir, test fungsi

1 bulan Mualim 4 LaporanPerawatan

HydrantPeriksa kondisi, testfungsi

1 bulan Mualim 4 Catatan Latihan

CO2

Periksa kondisi,periksa tanggalinspeksi terakhir, testfungsi

1 bulan Mualim 4 LaporanPerawatan

Slang +Nozzle

Periksa kondisi dankelengkapannya, testfungsi

1 bulan Mualim 4 LaporanPerawatan

Instalasi Foam

Test cairan 1 tahun Syahbandar Catatan Service

Test pompa 1 bulan Masinis 3 Catatan Latihan

Test sliding door 1 bulan Masinis 3 Catatan Latihan

Rawat Sliding door 1 bulan Masinis 4 LaporanPerawatan

Rawat Katup blower 1 bulan Crew Laporan Bulanan

W S door

Greased 1 bulan Crew LaporanPerawatan

Test buka tutup 1 bulan Crew LaporanPerawatan

Baju tahan apiPeriksa kondisi dankelengkapannya

1 bulan Mualim 4 LaporanPerawatan

Page 34: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 28

Kotak PasirPeriksa kondisi 1 bulan Mualim 4 Laporan

PerawatanCheck isi pasir 1 bulan Mualim 4

Tabel 2.8. Pelaksanaan Pemeliharaan Ramp door Kapal

Jenis Kegiatan Periode Pelaksanaan Dokumentasi

Keping Blok Greased 3 bulan Crew Lap. Bulanan

Wire Rope Greased 3 bulan Crew Lap. Bulanan

Plunger Greased 3 bulan Crew Lap. Bulanan

Engsel Greased 3 bulan Crew Lap. Bulanan

Seal / PackingCheckKondisi

Setiapdioperasikan

Crew Lap. Bulanan

Tabel 2.9. Pelaksanaan Pemeliharaan Alat-alat Navigasi Kapal

Peralatan Kegiatan Periode Pelaksanaan Dokumentasi

KompasStandar

Kalibrasi 1 tahun Kalibrator Catatan kalibrasi

Bersihkanreflektor

1 bulan Mualim 2 Lap. PerawatanBulanan

Periksa cairan 1 bulan Mualim2

Radar

Soaping Scanner 1 bulan Mualim 2 LaporanPerawatanBulananGreased motor 1 bulan Mualim 2

Check bautscanner

1 bulan Mualim 2

Cursordibersihkan

1 bulan Mualim 2

CRT bersihkan 1 bulan Mualim 2

Page 35: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 29

Echo Sounder

Check transciever 1 tahun Mualim 2 Lap. Perawatan

Bersihkan layar 1 bulan Mualim 2 LaporanPerawatan

Check kertas 1 bulan Mualim 2

Peta - petaDikoreksi Setiap

saatMualim2 Catatan Koreksi

Peta

Chrono meter

Koreksi Harian Perwiraradio

Catatan KoreksiChronometer

Check Batteray 1 bulan Mualim 2 Lap. Perawatan

BenderaPeriksa inventaris/bersihkan

1 bulan Mualim 2 Lap. Perawatan

Tabel 2.10. Pelaksanaan Pemeliharaan Mesin Induk Kapal

Jenis Kegiatan Periode Pelaksanaan Dokumentasi

Top Overhoul Survey 1500 jam Crew Berita Acara

Injector Test/set tekanan 3000 jam Crew Lap. Bulanan

Klep/katup Set clereance 1500 jam Crew Lap. Bulanan

LO. Charter

Check level Harian Crew Lap. Bulanan

Ganti LO baru 1000 jam Crew

Ganti LO filter 2000 Crew

Bosch PumpService / checktiming

6000 jam Crew Lap. Bulanan

Turbo Charger

Cuci filter 1 bulan Crew Buku harian

Ganti LO 1000 jam Crew Lap. Bulanan

Overhoul / survey 10000 Hs KKM/OS Lap. Survey

Crank ShaftCheck pelumas 1000 jam Crew Buku Harian

Check deflection 6000 jam Crew Berita Acara

Page 36: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 30

Govenor

Periksa shaft drive 1 bulan Crew Buku harian

Ganti LO 6000 jam Crew Lap. Bulanan

Kalibrasi 5 tahun Teknisi Berita Acara

Carn Shaft Periksa 1000 jam Crew Buku Harian

FO. FilterCuci 2 hari Crew Buku Harian

Ganti Baru 3000 jam Crew Lap. Bulanan

F.W PumpCek seal dantekanan

Tiap hari Crew Buku Harian

S.W PumpCek seal dantekanan

Tiap hari Crew Buku harian

IntercoolerDicuci & ditestpress

10000 Hs Crew/Dock Lap. Bulanan

PlummerBlock

Cek pelumas Tiap hari Crew Buku harian

Gear Box

Ganti LO 5000 jam Crew Lap. Bulanan

Cuci LO filter 1 bulan Crew Buku harian

Overhoul 1 tahun Kontraktor Berita Acara

LO Cooler Tubing pipe check 2 bulan Crew Buku harian

Tabel 2.11. Pelaksanaan Pemeliharaan Motor Bantu Kapal

Jenis Kegiatan PeriodePelaksanaa

nDokumentasi

GeneralOverhoul

Bongkar /pasangmes

10000 Hs Crew Berita Acara

Top OverhoulBongkar/pasangmes

10000 Hs Crew Berita Acara

Injector Kalibrasi 10000 Hs Teknisi Lap. Kalibrasi

LO. Carter Check LO level Harian Crew Buku Harian

Page 37: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 31

LO filter Ganti baru 1500 jam Crew Buku Harian

FO filterCuci 3 hari Crew Buku Harian

Ganti baru 1500 jam Crew Buku Bulanan

FW Cooler Bersihkan 2 bulan Crew Buku Harian

PT. PumpBersihkan filter 3 hari Crew Buku Harian

Kalibrasi 1 tahun Teknisi Berita Acara

SW Pump Dibersihkan 2 bulan Crew Buku Harian

FW Pump

Check Mechanicseal

Harian Crew Buku Harian

Check connection Harian Crew Buku Harian

AccuCheck level air accu Harian Crew Buku Harian

Check accu charger Harian Crew Buku Harian

Switch BoardCheckbeban/pararel

Harian Crew/Electricien

Buku Harian

Alternator

Bersihkan Exiter 1 minggu Electricien Buku Harian

Megger test 1 bulan Electricien Lap. Bulanan

Check Instalasikabel

1 minggu Electricien Lap. Harian

Check rectifier 1 minggu Electricien Lap. Harian

A/E DaruratPemanasan 1 minggu Crew /

ElectricienBuku Harian

Lebih jelasnya pelaksanaan pemeliharaan pesawat bantu kapal dapat dilihat dalam

tabel berikut

Page 38: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 32

Tabel 2.12. Pelaksanaan Pemeliharaan Pesawat Bantu Kapal

Jenis Kegiatan Periode Pelaksanaan Dokumentasi

MesinKemudi

Check Oil level Harian Crew Buku Harian

Check Electr System Harian Electricien Buku Harian

Check Hydraulic eq. Harian Crew Buku Harian

KompresorUdara

Check Oil level 4 jam Crew Buku Harian

Ganti Oli 1 bulan Crew Lap. Bulanan

Bersihkan klep-klep 1 bulan Crew Lap. Bulanan

Ganti bearing motor 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Air Condition

Check tekanan Freon 4 jam Crew Buku Harian

Sogok cooler 3 bulan Crew Lap. Bulanan

Ganti bearing motor 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Cici evaporator 6 bulan Crew Lap. Bulanan

Check inst. listrik Harian Electricien Buku Harian

Pompapendingin AC

Grease pompa pend. 1 minggu Crew Buku Harian

Ganti Bearing 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Ganti Mekanik seal 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Motor sekoci

Check RO level 1 minggu Crew Buku Harian

Check LO level 1 minggu Crew Buku Harian

Pemanasan motor 1 minggu Crew Buku Harian

Oil WaterSeparator

Check V. belt 1 minggu Crew Buku Harian

Ganti bearing motor 1 minggu Crew Buku Harian

Bersihkan saringan 1 minggu Crew Buku Harian

Pompa G/S,Ballast dan

Ganti karet kopling 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Cek mekanical seal 1 minggu Crew Lap. Bulanan

Page 39: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 33

Bilge Ganti bearing pompa 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Ganti bearing motor 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Check inst. listrik 1 bulan Electricien Lap. Bulanan

Ro roEquipment

Check Oil Level 2 hari Crew Buku Harian

Check Inst Listrik 1 minggu Electricien Buku Harian

Check Inst. pipa 1 minggu Crew Buku Harian

Cuci filter oli 1 bulan Crew Buku Harian

Ganti kopling pompa 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Ganti bearing motor 1 tahun Electricien Lap. Bulanan

Overhaul / survey 5 tahun Crew Berita Acara

F.O Furifier

Tiup pakai udarabertekanan

4 jam Crew Buku Harian

Check inst. Listrik 1 minggu Electricien Buku Harian

Ganti kopling motor 6 bulan Crew Lap. Bulanan

Cuci element 1 bulan Crew Lap. Bulanan

LO St ByPump M/E &Gear Box

Check Inst listrik 1 minggu Electricien Buku Harian

Ganti bearing motor 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Cuci saringan LO 1 bulan Crew Lap. Bulanan

PompaSanitary danservice airtawar

Check inst. listrik 1 minggu Electricien Buku Harian

Ganti Mecanic seal 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Ganti bearing motor 1 tahun Crew Lap. Bulanan

Cuci saringan hisap 1 bulan Crew Lap. Bulanan

PompaPemadam

Check inst. Listrik 1 bulan Electricien Lap. Bulanan

Check putaran 1 bulan Crew Lap. Bulanan

Stern Tube & Check Oil level 4 jam Crew jaga Buku Harian

Page 40: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 34

As Propeller Ganti seal 2 tahun Dock Berita Acara

Ukur clereance 5 tahun Dock Berita Acara

BlowerVentilasi

Check inst. Listrik 1 bulan Electricien Lap. Bulanan

Bersihkan saringan 1 minggu Crew Buku Harian

Lebih jelsnya pelaksanaan pemeliharaan pada Departemen radio dan Sipil lihat dalam

tabel berikut.

Tabel 2.13. Pelaksanaan Pemeliharaan pada Departemen Radio dan Sipil Kapal

Peralatan Kegiatan Periode Pelaksana Dokumentasi

TransceiverHF-SBB

Bersihkan Antena 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Check Battery 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Kemampuan &Penggunaan freg 1 bulan Perwira Radio

Jurnal

Alarm tonegenerator

Bersihkan Antena 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Check Battery 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Radio VHF

Bersihkan Antena 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Kemampuan freg 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Check Battery 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Battery/accumulator

Bersihkan 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Check cairan 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Check voltage 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Portable lifeBoat Radio Kemampuan freg 1 bulan Perwira Radio

Jurnal

EPIRBCheck Battery 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Kemampuan freg 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Page 41: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 35

Watch keeping2182 KHZ

Check batteray 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Kemampuan freq 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Test tone 1 bulan Perwira Radio Jurnal

Survey tahunan TeknisiLaporanSurvey

Radar

Bersihkan antenna 1 bulan

Perwira Radiodan Mualim 2

Dibantu ABKdeck danCleaningservice

Lap.Perawatan

Kemampuan jarak 1 bulan

Magneton 1 bulan

Klystron 1 bulan

Tuning 1 bulan

Bersihkan CRT 1 bulan

Echo Sounder

Periksa kertas 1 bulan

Perwira Radiodan Mualim 2

Lap.Perawatan

Kemampuansounding 1 bulan

Stykes 1 bulan

Bersihkan layer 1 bulan

Check Transeiver Tahunan

Sarana Hiburanvideo, VCDPlayer, LD

Antena 1 bulan

Perwira Radiodibantu C.Service

Lap.Perawatan

Booster 1 bulan

Kemampuanpenerimaan 1 bulan

Bersihkan 1 bulan

Dapur / salonmakan

Bersihkan Harian Koki/pelayanLap.Perawatan

Semprot anti insectMingguan Koki/pelayan

GangAkomodasi

Bersihkan

Soaping dinding

Harian

1 Bulan

PelayandibantuCleaning

Lap.Perawatan

Page 42: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 36

Kabin perwira

Kabin VIP

Service

Kamar mandi

WC Perwiradan VIP

Bersihkan Harian PelayandibantuCleaningService

Lap.Perawatan

Sikat lantai 1 bulan

Cat 1 tahun

B. Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan

Laut Untuk Kepentingan Penyeberangan

1. Latar Belakang Penyusunan

Dilatarbelakangi oleh Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pada

Pasal 72 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 75 ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan ayat (6), Pasal

76 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 77, Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009

tentang Kepelabuhanan pada Pasal 17, 18, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan Pasal 36,

serta Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 52 Tahun 2004 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan, Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13,

diperlukan adanya tindak lanjut penyusunan Konsep Pedoman Penetapan Daerah

Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Laut Untuk Kepentingan

Penyeberangan.

2. Tujuan Penyusunan

Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan

penyeberangan bertujuan untuk menyusun panduan penetapan daerah lingkungan

kepentingan pelabuhan penyeberangan di luar perairan daerah kerja pelabuhan

untuk kenyamanan bagi pengguna pelabuhan penyeberangan.

3. Sasaran Yang Diwujudkan Dalam Penyusunan

Sasaran yang diharapkan dari studi ini adalah tersusunnya Pedoman Penetapan

Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan penyeberangan adalah adanya

Page 43: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 37

acuan bagi pemerintah daerah dalam memberikan rekomendasi dalam penggunaan

DLKp.

4. Jangkauan Penyusunan

Ruang lingkup penyusunan pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan

(DLKp) adalah menetapkan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan

penyeberangan yang meliputi: a. Menentukan ukuran luas pelabuhan termasuk

koordinat geografis. b.Menentukan ukuran alur pelayaran dari dan ke pelabuhan

Menentukan ukuran luas keperluan keadaan darurat.d. Menentukan ukuran luas

pengembangan pelabuhan jangka panjang. e.Menentukan ukuran luas percobaan

berlayar dikaitkan dengan jumlah dan ukuran kapal yang melakukan percobaan

berlayar. f. Menentukan ukuran luas fasilitas pembangunan serta pemeliharaan dan

perbaikan kapal untuk mengantisifasi apabila terjadi kecelakaan kapal atau

musibah kapal lainnya. g. Menentukan ukuran luas sarana bantu navigasi pelayaran

5. Objek atau Arah Pengaturan

a.Daerah Lingkungan Kepentingan ( DLKp )

Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah

lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin

keselamatan pelayaran 2. Untuk kepentingan angkutan penyeberangan, maka

pelabuhat laut maupun pelabuhan sungai dan danau harus menyediakan areal

khusus untuk kepentingan pelayanan angkutan penyeberangan.

Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan

ditetapkan dengan koordinat geografis untuk menjamin kegiatan kepelabuhanan.

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan merupakan perairan pelabuhan di

luar Daerah Lingkungan Kerja perairan yang digunakan untuk alur-pelayaran dari

dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka

panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan,

2 Undang-undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1

Page 44: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 38

fasilitas pembangunan, dan pemeliharaan kapal. Daerah Lingkungan

Kepentingan pelabuhan merupakan perairan pelabuhan di luar Daerah

Lingkungan Kerja perairan, dan digunakan untuk 3:

a) alur pelayaran dari dan ke pelabuhan;

b) keperluan keadaan darurat;

c) penempatan kapal mati;

d) percobaan berlayar;

e) kegiatan pemanduan kapal;

f) fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal; dan

g) pengembangan pelabuhan jangka panjang.

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan perlu ditetapkan dalam rangka

untuk memberikan rekomendasi untuk penetapan lokasi pelabuhan,

sebagaimana halnya DLKp pelabuhan. Penetapan DLKp adalah oleh: a)Menteri

untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul; b) gubernur untuk pelabuhan

pengumpan regional; atau b) bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal

serta pelabuhan sungai dan danau.

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya menetapkan

batas-batas DLKp pelabuhan penyeberangan selambat-lambatnya 14 (empat

belas) hari kerja sejak hasil penelitian diterima. 4 Dalam penetapan batas

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan sebagaimana paling sedikit

memuat 5:

1) luas perairan yang digunakan sebagai Daerah Lingkungan Kepentingan

pelabuhan; dan 2) titik koordinat geografis sebagai batas Daerah Lingkungan

Kepentingan pelabuhan

3 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, Pasal 314 Ibid, Pasal 12 ayat (5)5 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, Pasal 33

Page 45: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 39

b. Menetapkan ukuran DLKP wilayah perairan

Fasilitas daerah lingkungan kepentingan di pelabuhan penyeberangan yang

akan diukur adalah sebagai berikut 6: 1) Alur pelayaran dari dan ke pelabuhan,

Fasilitas keperluan keadaan darurat, 2) Pengembangan pelabuhan jangka

panjang, 3) Percobaan berlayar, dan 4) Fasilitas pembangunan serta

pemeliharaan dan perbaikan kapal. Untuk memperoleh ukuran daerah

lingkungan kepentingan wilayah perairan yang digunakan untuk penyediaan

fasilitas tersebut adalah dengan pendekatan sebagai berikut

1) Area Alur Pelayaran

Alur pelayaran adalah sarana untuk keluar masuk kapal dari dan keluar

pelabuhan. Untuk menentukan ukuran alur pelayaran maka harus diketahui

variabel lebar kapal maksimum yang beroperasi di pelabuhan

penyeberangan. Besarnya ukuran lebar alur pelayaran ditentukan dari

sembilan kali lebar kapal maksimum yang beroperasi di pelabuhan

penyeberangan ditambahkan dengan 30 meter. Secara matematis dapat

dilihat pada formula berikut 7:

W = 9B + 30

Keterangan:

W = Lebar alur pelayaran

B = Lebar kapal maksimum

2) Area Keperluan Keadaan Darurat

Untuk mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kapal atau musibah kapal

lainnya maka diperlukan area yang memadai. Musibah tersebut adalah

berupa kecelakaan kapal, kebakaran kapal, kapal kandas dan lain-lain.

Variabel yang harus diketahui sebelum menentukan ukuran keperluan

darurat adalah variabel luas areal pindah labuh kapal. Penentuan ukuran area

salvage diperkirakan luasnya 50% dari luas areal pindah labuh kapal.

6 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan PelabuhanPenyeberangan, Pasal 10 ayat (4)

7 Ibid, Lampiran II

Page 46: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 40

Artinya luas ukuran keperluan darurat adalah setengah dari luas arela pindah

labuh kapal, secara matematis dapat dilihat dari rumus berikut 8:

Ad = 0,5 * A

atau

Ad = 0,5 * N * π * R2

dimana

R = L + 6D + 30

Keterangan:

Ad = Area keperluan keadaan darurat

A = Luas areal berlabuh

N = Jumlah kolam putar

π = Konstanta (3,14)

R = Jari-jari areal untuk berlabuh per kapal

L = Panjang kapal yang berlabuh

D = Kedalaman air

3) Area Pengembangan Pelabuhan Jangka Panjang

Penetapan rencana area pengembangan suatu pelabuhan tentunya disesuaikan

dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi daerah yang dilayani. Pertumbuhan

ekonomi yang pesat akan memicu mobilitas penduduk dan juga mobilitas

barang dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Mobilitas orang dan

barang tersebut tentunya akan membutuhkan ruang lebih di tempat-tempat

pelayanan jasa tidak terkecuali di pelabuuhan penyeberangan. Pelaksana

teknis pelabuhan sebagai penanggung jawab kegiatan operasional di

pelabuhan penyeberangan setidaknya menyiapkan dua kali luas eksisting

pelabuhan yang ada untuk rencana pengembangan pelabuuhan ke depan.

8 Ibid, Pada Lampiran II

Page 47: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 41

4) Area Percobaan Berlayar

Dalam hal menetapkan ukuran area percobaan berlayar maka faktor utama

yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal rencana yang akan berlayar di

pelabuhan penyeberangan. 9

5) Area Pembangunan serta pemeliharaan dan perbaikan kapal

Sama halnya dengan penentuan ukuran area percobaan berlayar, dalam hal

menetapkan ukuran fasilitas pembangunan serta pemeliharaan dan perbaikan

kapal maka faktor utama yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal

maksimum yang akan dibangun atau diperbaiki. 10

6) Menentukan titik koordinat geografis sebagai batas DLKp

Setelah ukuran DLKp berhasil dirumuskan dan dihitung, maka langkah

selanjutnya adalah dengan mengukur atau mengeplotkannya ke dalam areal

atau rencana lokasi pelabuhan. Untuk itu diperlukan gambaran atau data secara

in situ (fakta di lapangan) tentang kondisi geografis lahan daratan dan perairan

agar dapat menjamin kelancaran, keamanan, ketertiban dan keselamatan

pelayanan penyeberangan. Data tersebut meliputi data topografi daratan,

bathimetri perairan, oceaongrafi, cuaca, termasuk peruntukan lahan sesuai

RTRW setempat.

Penggambaran secara geografis untuk pemetaan DLKp harus menyertakan

titik-titik yang menjelaskan lokasi batas paling luar dari DLKp dari setiap

fasilitas pokok maupun penunjang pelabuhan. Selain penyebutan titik-titk

koordinat dalam Bujur dan Lintang, juga harus disertakan penjelasan secara

fisik daerah batas-batas alam atau keadaan yang telah ada, misalnya sungai,

batu karang, mercusuar, dan bangunan lainnya. Secara jelas harus juga

diuraikan bagaimana titik-titik koordinat batas dihubungkan satu sama lain

sehingga membentuk suatu area/daerah. Hal ini mutlak dikarenakan peta

dibuat sebagai sarana penyajian grafis ari bentuk ruang dan hubungan

keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili.

9 Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang PenyelenggaraanPelabuhan Penyeberangan

10 Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang PenyelenggaraanPelabuhan Penyeberangan

Page 48: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 42

Sebagai contoh adalah Batas-batas DLKp Wilayah perairan Pelabuhan

Penyeberangan Ketapang sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor KM.53

tahun 2003.

Gambaran titik-titik kordinat geografis tersebut dalam sebuah peta DLKp

pelabuhan. Penggambaran peta wajib memenuhi kaidah atau standar

kartografi dalam pemetaan. Dalam kaidah kartografi, biasanya ukuran peta

didasarkan pada: a.Peta kadastral/hak milik, dengan skala ≥ 1 : 5.000; b.Peta

skala besar, 1 : 5.000 – 1 : 25.000; c.Peta skala medium, 1 : 25.000 – 1 :

500.000; d.Peta skala kecil, 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000; dan e.Peta umum, <

Page 49: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 43

1 : 1.000.000 11. Sumber peta sebai peta dasar dalam penggambaran objek

(dalam hal ini lokasi pelabuhan) dapat diperoleh dari lembaga yang dipercaya

(misalnya Bakosurtanal), atau juga dari peta satelit langsung, kemudian baru

diregistrasi sesuai titik-titik koordinatnya. Selanjutnya dari peta dasar ini akan

digunakan untuk penggambaran peta tematik lokasi pelabuhan dan batas-

batas DLKp. Peta tematik ini akan menggambarkan tentang penggunaan

lahan wilayah daratan (tata guna lahan) di lokasi pelabuhan sesuai dengan

fasilitas pokok dan fasilitas penunjang serta lahan wilayah perairan.

Peta harus diplot dengan skala yang cukup sehingga seluruh batas-batas

DLKp dapat tercantum dalam peta tersebut. Dalam keterangan gambar perlu

juga ditampilkan insert peta yang berupa lokasi pelabuhan dalam suatu

wilayah administrasi propinsi atau kabupten/kota tertentu sehingga mudah

dalam pencarian lokasi tersebut.

Gambar 5.2.Contoh Peta DLKp Pelabuhan

Lebih jelasnya alir penetapan DLKP pelabuhan laut untuk angkutan

penyeberangan dapat dilihat pada diagram berikut.

11 Sariyono dan Nursa’ban, Kartografi Dasar, UNY, 2010

Page 50: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 44

Gambar Diagram 2.3.Alir Penetapan DLKp Pelabuhan Laut untuk Kepentingan

Angkutan Penyeberangan

Data dukung:- RTRW

Propinsi/Kabupaten/Kota- Data Ukuran DLKp Perairan- Peta Lokasi Pelabuhan dengan

batas-batas KoordinatGeografis

Penelitian berkaspermohonan oleh

Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

DITERIMA

DITOLAK

Melengkapiberkas

Kriteria:- Kesesuaian dengan RTRW

Propinsi/Kabupaten/Kota- Kesesuaian Luas DLKp

perairan- Kesesuaian titik koordinat

geografis

Penetapan olehMenteri/Gubernur/Bupati/Walikota

Permohonan dariPemerintah/Pemda

yang tergabungdalam kesatuan

Permohonan LokasiPelabuhan

Hasil penelitianDITERIMA/ DITOLAKmaksimal waktu 30 harisetelah semua berasLENGKAP

Penetapan maksimalwaktu 14 hari setelah

hasil penelitian diterima

Page 51: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 45

C. Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DKr) Pelabuhan Laut

Untuk Kepentingan Penyeberangan

1. Latar Belakang Penyusunan

Dilatarbelakangi oleh Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

pada Pasal 72 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 75 ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan ayat

(6), Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 77, Peraturan Pemerintah No. 61

Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan pada Pasal 17, 18, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan

Pasal 36, serta Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 52 Tahun 2004

tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan, Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal

13, diperlukan adanya tindak lanjut penyusunan Konsep Pedoman Penetapan

Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Laut Untuk Kepentingan

Penyeberangan.

2. Tujuan Penyusunan

Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan penyeberangan

bertujuan untuk menyusun panduan penetapan daerah lingkungan kerja baik

wilayah perairan maupun wilayah daratan sehingga dapat memberikan jaminan

keamanan dan kenyamanan bagi pengguna pelabuhan penyeberangan.

3. Sasaran Yang Diwujudkan Dalam Penyusunan

Sasaran yang diharapkan dari penyusuna konsep Pedoman Penetapan Daerah

Lingkungan Kerja (DLKr) Pelabuhan Laut untk Kepentingan Penyeberangan ini

adalah sebagai pedoman dalam menentukan ukuran DLKr terutama darata.

4. Jangkauan Penyusunan

Pedoman ini disusun untuk menjadi pegangan dalam penetapan daerah lingkungan

kerja (DLKr) pelabuhan penyeberangan. Ruang lingkup penyusunan pedoman

Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah menetapkan daerah

lingkungan kerja pelabuhan penyeberangan dan penggunaannya.

Page 52: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 46

5. Objek atau Arah Pengaturan

Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada

pelabuhan yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan 12. Dalam hal

untuk kepentingan angkutan penyeberangan. Penggunaan wilayah daratan dan

perairan tertentu sebagai lokasi pelabuhan yang ditetapkan oleh Menteri yang harus

sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional wajib disertai dengan Rencana

Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan

Kepentingan (DLKp) pelabuhan 13. Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah

Lingkungan Kepentingan pelabuhan ditetapkan dengan koordinat geografis untuk

menjamin kegiatan kepelabuhanan. Daerah Lingkungan Kerja pelabuhan tersebut,

terdiri atas 14: a) wilayah daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok

dan fasilitas penunjang; dan b) wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan

alur-pelayaran, tempat labuh, tempat alih muat antarkapal, kolam pelabuhan untuk

kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan

kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan untuk

pelabuhan laut untuk kepentingan angkutan penyeberangan ditetapkan oleh 15: a)

Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul setelah mendapat

rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota akan kesesuaian dengan tata ruang

wilayah provinsi dan kabupaten/kota; dan b) gubernur atau bupati/walikota untuk

pelabuhan pengumpan.

Rencana peruntukan wilayah daratan dalam DLKr disusun untuk penyediaan

fasilitas dalam melayani kegiatan angkutan penyeberangan, yaitu 16; 1) fasilitas

poko yang terdiri dari: a) Fasilitas pokok meliputi : b) terminal penumpang;b)

penimbangan kendaraan bermuatan (angkutan barang); c) jalan penumpang

keluar/masuk kapal (gang way); d) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan

pelayanan jasa; e) fasilitas bunker; f) instalasi air bersih, listrik, dan

telekomunikasi; g) akses jalan dan/atau jalur kereta api; h) fasilitas pemadam

12 Undang-undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 113 Ibid, Pasal 7214 Ibid, Pasal 7515 Ibid, Pasal 7616 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, Pasal 26

Page 53: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 47

kebakaran; dan dan i) tempat tunggu (lapangan parkir) kendaraan bermotor

sebelum naik ke kapal. 2) Fasilitas penunjang meliputi: a) kawasan perkantoran

untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan; b) tempat

penampungan limbah; c) fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan

penyeberangan; d) areal pengembangan pelabuhan; dan e) fasilitas umum lainnya.

Lebih jelasnya penetapan dan ukuran DLKPr

a. Menetapkan ukuran DLKr wilayah daratan

Untuk memperoleh ukuran daerah lingkungan kerja wilayah daratan yang

digunakan untuk penyediaan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, adalah

dengan pendekatan sebagai berikut.

1). Menetapkan Area Terminal Penumpang

Untuk menentukan luas area terminal adalah dengan cara menjumlahkan luas

areal ruang tunggu, luas areal ruang kantin/kios, luas areal ruang administrasi,

luas areal ruang utilitas, dan luas areal ruang publik. Secara matematis untuk

menentukan ruang areal terminal penumpang ada sebagai berikut 17:

A = a1 + a2 + a3 + a4 + a5

Keterangan:

A = Luas total areal gedung terminal (m2)

a1 = Luas areal ruang tunggu (m2)

a2 = Luas areal ruang kantin/kios (m2)

a3 = Luas areal ruang administrasi (m2)

a4 = Luas areal ruang utilitas (m2)

a5 = Luas areal ruang publik (m2)

Penetapan luas areal ruang tunggu (a1) diperoleh dari hasil perkalian antara luas

area yang dibutuhkan untuk satu orang dengan jumlah penumpang dalam satu

kapal yang direncanakan beroperasi di pelabuhan penyeberangan dan jumlah

17 Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan PelabuhanPenyeberangan, Lampiran II

Page 54: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 48

kapal yang datang/berangkat pada saat yang bersamaan serta rasio konsetrasi dan

rata-rata fluktuasi. Secara matematis dapat ditunjukan dengan formula berikut 18:

a1 = a * n * N * x * y

Keterangan:

a1 = Luas areal ruang tunggu

a = Luas area yang dibutuhkan oleh satu orang (1,2 m2 per orang)

n = Jumlah total penumpang dalam satu kapal

N = Jumlah kapal yang datang/berangkat pada waktu bersamaan

x = Rasio konsentrasi (1,0 - 1,6)

y = Rata-rata fluktuasi (1,2)

Luas area ruang kantin (a2) diperoleh dari 15% total luas area ruang tunggu (15%

* a1). Sementara luas areal administrasi (a3) juga diperoleh dari 15% total luas

area ruang tunggu (15% * a1). Sedangkan luas areal ruang utilitas (a4) diperoleh

dari 25% dari total jumlah luas areal ruang tunggu, luas areal kantin/kios, dan luas

areal ruang administrasi (25% * [a1 + a2 + a3]). Terakhir luas areal ruang publik

(a5) diperoleh dari 10% dari total jumlah luas areal ruang tunggu, luas areal

kantin/kios, luas areal ruang administrasi, dan luas areal ruang utilitas (10% * [a1

+ a2 + a3 + a4]). 19

2). Area Penimbangan Kendaraan Bermuatan

Jembatan timbang adalah tempat untuk menimbang kendaraan beserta muatannya.

Untuk mengetahui kapasitas timbangan akan digunakan berdasarkan Jumlah Berat

Diperbolehkan (JBB) dan juga berdasarkan Muatan Sumbu Terberat (MST) .

Besarnya angka JBB dan MST tergantung jenis kapal yang beroperasi. Di

Indonesia kemampuan kapal terbesar yang beroperasi untuk mengangkut

kendaraan yang memiliki JBB baru sebatas 40 ton sementara untuk angka MST

baru sebatas 10 ton. Sehingga disain jembatan timbang yang akan dipakai di

18 Ibid, Lampiran II19 Ibid, Lampiran II

Page 55: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 49

pelabuhan penyeberangan minimal harus mampu mengukur JBB 40 ton dan MST

10 ton. 20

3). Area Jalan penumpang keluar/masuk (gang way)

Jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way) adalah tempat untuk

memisahkan akses penumpang dan akses kendaraan dengan menggunakan

jalan/jembatan. Untuk menentukan ukuran panjang jalan keluar/masuk penumpang

maka harus mengetahui variabel panjang dermaga dan jarak antara ruang tunggu

dan area dermaga. Sementara untuk lebar jalan penumpang keluar/masuk adalah

harus mampu mengakomodasi pejalan kaki tiga orang penumpang berderet. Oleh

karena itu, jalan penumpang keluar/masuk kapal minimal memiliki panjang dari

total penjumlahan panjang dermaga dan jarak antara ruang tunggu dengan

dermaga, sementara lebar gang way minimal mampu mengakomodasi tiga orang

penumpang jalan berderet.

4).Area Perkantoran Untuk Kegiatan Pemerintahan dan Pelayanan Jasa

Untuk menentukan besarnya luas areal perkantoran digunakan 15% dari luas ruang

tunggu. Artinya adalah 0,15 kali dari luas ruang tunggu penumpang. secara

matetamatis dapat ditunjukkan dengan formula berikut 21:

a3 = 0,15 * a1

atau

a3 = 0,15 * a * n * N * x * y

Keterangan:

a3 = Luas area perkantoran

a1 = Luas areal ruang tunggu

a = Luas area yang dibutuhkan oleh satu orang (1,2 m2 per orang)

n = Jumlah total penumpang dalam satu kapal

N = Jumlah kapal yang datang/berangkat pada waktu bersamaan

x = Rasio konsentrasi (1,0 - 1,6)

y = Rata-rata fluktuasi (1,2)

20 Lampiran III Ditektur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 73/AP005/DRJD/2003 TentangPersyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan Menyangkut Persyaratan PelayananPemuatan Kendaraan di Kapal Penyeberangan

21 Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang PenyelenggaraanPelabuhan Penyeberangan

Page 56: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 50

5). Area Fasilitas Penyimpanan Bahan Bakar (Bunker)

Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu diketahui variabel jenis dan jumlah

kapal yang beroperasi di pelabuhan penyeberangan. Secara matematis dapat

ditunjukkan dengan formula berikut 22:

V = D1 + D2 + D3 + ... + Dn

Keterangan:

V = Volume bungker (tanki)

D1 = Kebutuhan (demand) bahan bakar minyak kapal pertama

D2 = Kebutuhan (demand) bahan bakar minyak kapal kedua

D3 = Kebutuhan (demand) bahan bakar minyak kapal ketiga

Dn = Kebutuhan (demand) bahan bakar minyak kapal-kapal selanjutnya

6). Area Instalasi Penyediaan Air Bersih

Untuk mengetahui besarnya fasilitas penyediaan air bersih dapat diukur dari

perkalian besarnya kebutuhan air perorang per hari dengan total penumpang dan

pegawai yang ada di pelabuhan penyeberangan. Secara matematis dapat

ditunjukkan dengan formula berikut 23:

V = d * (P + W)

Keterangan:

V = Volume tangki air bersih

d = Kebutuhan air per orang per hari untuk di terminal/perkantoran

(25 liter)

P = Jumlah rata-rata penumpang per hari di terminal penyeberangan

W = Jumlah pegawai di terminal penyeberangan

7). Area Fasilitas Listrik dan Telekomunikasi

Instalasi listrik adalah fasilitas untuk memasok tenaga listrik guna mendukung

kegiatan bongkar muat di pelabuhan sementara fasilitas telekomunikasi adalah

22 Ibid, Pada Lampiran II23 Sutrisno. T., Suciastuti. E. Teknologi Penyediaan Air Bersih, 2002, Rineka Cipta

Page 57: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 51

fasilitas untuk memudahkan komunikasi intern dan ekstern di pelabuhan. Ukuran

fasilitas listrik dan telekomunikasi di pelabuhan penyeberangan dikonfersikan

dari besarnya ruang yang dibutuhkan untuk menempatkan sumber pembangkit

listrik (generator) serta server alat komunikasi yang dipakai. Jadi kebutuhan areal

untuk generator didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasilitas listrik

seluas 150 m2. Sementara untuk fasilitas telekomunikasi membutuhkan area

seluas 60 m2. 24

8). Area Akses Jalan dan/atau Jalur Kereta Api

Kebutuhan ruang stasiun diperoleh berdasarkan perkalian dari kebutuhan ruang

per orang penumpang dikalikan dengan jumlah penumpang tiap gerbong, jumlah

gerbong yang datang/pergi secara bersamaan, rasio konsentrasi dan rata-rata

fluktuasi. Secara matematis dapat ditampilkan sesuai formula berikut 25:

A = a * n * N * x * y

Keterangan:

A = Luas areal ruang tunggu

a = Luas area yang dibutuhkan oleh satu orang (0,6 m2 per orang)

n = Jumlah total penumpang dalam satu gerbong

N = Jumlah gerbong yang datang/berangkat pada waktu bersamaan

x = Rasio konsentrasi (1,0 - 1,6)

y = Rata-rata fluktuasi (1,2)

9). Area Fasilitas Pemadam Kebakaran

Fasilitas pemadam kebakaran adalah fasilitas untuk menanggulangi bahaya

kebakaran dapat berupa hydrant, tabung kebakaran, dan alarm pendeteksi

kebakaran dan unit mobil pemadam kebakaran. Ukuran fasilitas mobil pemadam

kebakaran dapat diperoleh dari perkalian kebutuhan ruang tiap mobil pemadam dan

24 Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang PenyelenggaraanPelabuhan Penyeberangan

25 Ibid, Pada Lampiran II

Page 58: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 52

total mobil yang disediakan di lokasi pelabuhan penyeberangan. Secara matematis

dapat dilihat dari formula berikut 26:

A = a * n

Keterangan:

A = Total kebutuhan ruang parkir mobil pemadam kebakaran

a = Kebutuhan ruang untuk satu mobil pemadam kebakaran (60 m2)

n = Jumlah mobil pemadam kebakaran yang tersedia di lokasi pelabuhan

10). Area Tempat Tunggu Kendaraan Bermotor Sebelum Naik Kapal.

Untuk menentukan besarnya area tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik

kapal dapat ditentukan dari perkalian antara luas areal yang dibutuhkan untuk satu

unit kendaraan, jumlah kendaraan dalam satu kapal, jumlah kapal yang datang/pergi

secara bersamaan, rata-rata pemanfaatan dan rasio konsentrasi. Secara matematis

dapat dilihat pada formula berikut 27:

A = a * n * N * x * y

Keterangan:

A = Luas total areal parkir untuk kendaraan menyeberang

a = Luas areal yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan, dimana:

Truk 8 Ton = 60 m2

Truk 4 Ton = 45 m2

Truk 2 Ton = 25 m2

Kendaraan Penumpang = 25 m2

n = Jumlah kendaraan dalam satu kapal

N = Jumlah kapal datang / berangkat pada saat bersamaan

x = Rata-rata pemanfaatan

y = Rasio konsentrasi

26 Lampiran III Ditektur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 73/AP005/DRJD/2003 TentangPersyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan Menyangkut Persyaratan PelayananPemuatan Kendaraan di Kapal Penyeberangan

27 Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang PenyelenggaraanPelabuhan Penyeberangan

Page 59: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 53

b. Fasilitas Penunjang DLKp

Beberapa fasilitas penunjang daerah lingkungan kerja di area darat untuk pelabuhan

penyeberangan adalah sebagai berikut 28:

a) Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa

kepelabuhanan,

b) Tempat penampungan limbah

c) Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan

d) Areal pengembangan pelabuhan,

e) Fasilitas umum lainnya meliputi:

(1) Tempat peribadatan

(2) Area taman

(3) Area jalur hijau

(4) Tempat pelayanan kesehatan

(5) Area parkir kendaraan antar/jemput

1). Area Kawasan Perkantoran Untuk Menunjang Kelancaran Pelayanan Jasa

Kepelabuhanan

Kawasan perkantoran yang dimaksud dalam hal ini adalah kawasan pelayanan

jasa pendukung untuk melayani penumpang di lokasi pelabuhan penyeberangan.

Kebutuhan ruang untuk kawasan perkantoran disubsitusi dari kebutuhan ruang

untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi 250 orang penduduk pendukung.

Jadi berdasarkan hal tersebut maka luas kawasan yang dibutuhkan untuk

membangun kawasan perkantoran diperoleh dari perkalian kebutuhan ruang untuk

satu kantor dengan jumlah kantor yang akan dibangun. Secara matematis dapat

dilihat dari formula berikut 29:

A = a * n

Keterangan:

A = Total luas kawasan perkantoran

a = Luas untuk satu ruang perkantoran (60 m2)

n = Jumlah seluruh kantor yang akan dibangun

28 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK.2681/AP.005/DRJD/2006, Pasal 5 ayat(3)

29 Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan PelabuhanPenyeberangan, Lampiran II

Page 60: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 54

2). Area Tempat Penampungan Limbah

Penampungan limbah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah limbah cair

domestik dan limbah padat (sampah) yang dihasilkan dari aktivitas pelabuhan.

Untuk menentukan besarnya penampung limbah cair domestik diperoleh dari

variabel kebutuhan air rata-rata per hari di terminal, sedangkan untuk menentukan

besarnya penampungan limbah padat (sampah) dapat diperoleh dari besarnya

volume timbulan sampah per orang per hari. Oleh karena itu, besarnya volume

limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelabuhan diperoleh dari 25% dikalikan

dengan besarnya kebutuhan air bersih per hari di pelabuhan. Artinya besarnya

limbah yang dihasilkan adalah 0,25 dari total kebutuhan air di pelabuhan. Secara

matematis dapat dilihat dari formula berikut 30:

V = 0,25 * D

Keterangan:

V = Volume air limbah yang dihasilkan di pelabuhan penyeberangan

D = Kebutuhan total air bersih di pelabuhan penyeberangan

Sedangkan untuk menentukan besarnya volume limbah padat (sampah) dapat

diperoleh dari perkalian timbulan sampah per orang per hari dari penumpang

dengan jumlah total penumpang dan pegawai di pelabuhan, secara matematis

dapat dilihat dari formula berikut 31:

V = t * (P + W)

Keterangan:

V = Volume timbulan sampah total di pelabuhan penyeberangan

t = Timbulan sampah per orang penumpang per hari (0,15 m3)

P = Jumlah total penumpang per hari di pelabuhan penyeberangan

W = Jumlah pegawai di pelabuhan penyeberangan

30 Darmasetiawan. M, Sarana Sanitasi Perkotaan, 2004, Ekamitra Engineering31 Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan

Penyeberangan, Lampiran II

Page 61: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 55

3). Area Fasilitas Usaha Yang Menunjang Kegiatan Pelabuhan

Penyeberangan

Fasilitas usaha yang dimaksud dalam hal ini adalah kawasan perdagangan untuk

melayani penumpang di lokasi pelabuhan penyeberangan. Kebutuhan ruang untuk

kawasan perdagangan disubsitusi dari kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan

fasilitas sosial bagi 250 orang penduduk pendukung. Jadi berdasarkan hal tersebut

maka luas kawasan yang dibutuhkan untuk membangun kawasan perdagangan

diperoleh dari perkalian kebutuhan ruang untuk satu tempat usaha dengan jumlah

total tempat usaha yang akan dibangun. Secara matematis dapat dilihat dari

formula berikut 32:

A = a * n

Keterangan:

A = Total luas kawasan perdagangan

a = Luas untuk satu ruang tempat usaha (60 m2)

n = Jumlah seluruh tempat usaha yang akan dibangun

4). Area Pengembangan Pelabuhan

Penetapan rencana area pengembangan suatu pelabuhan tentunya disesuaikan

dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi daerah yang dilayani. Pertumbuhan

ekonomi yang pesat akan memicu mobilitas penduduk dan juga mobilitas barang

dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Mobilitas orang dan barang tersebut

tentunya akan membutuhkan ruang lebih di tempat-tempat pelayanan jasa tidak

terkecuali di pelabuuhan penyeberangan. Pelaksana teknis pelabuhan sebagai

penanggung jawab kegiatan operasional di pelabuhan penyeberangan setidaknya

menyiapkan dua kali luas eksisting pelabuhan yang ada untuk rencana

pengembangan pelabuuhan ke depan.

5). Area Fasilitas Umum Lainnya

Fasilitas umum lainnya yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai berikut 33:

(a). Tempat peribadatan

32 Ibid, Lampiran II33 Ibid, Lampiran II

Page 62: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 56

Kebutuhan ruang untuk fasilitas peribadatan disubsitusi dari kebutuhan ruang

untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi 250 orang penduduk

pendukung. Jadi besarnya ruang yang dibutuhkan berdasarkan hal tersebut

adalah 60 m2.

(b).Area taman

Besarnya areal taman dikonfersikan dari besarnya ruang utilitas yaitu 15% dari

luas ruang tunggu, artinya 0,15 dikalikan dengan luas ruang tunggu

penumpang.

(c). Area jalur hijau

Sama halnya dengan area taman, besarnya areal jalur hijau juga dikonfersikan

dari besarnya ruang utilitas yaitu 15% dari luas ruang tunggu, artinya 0,15

dikalikan dengan luas ruang tunggu penumpang.

(d).Tempat pelayanan kesehatan

Sama hanya dengan tempat peribadatan, kebutuhan ruang untuk fasilitas

kesehatan juga disubsitusi dari kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan

fasilitas sosial bagi 250 orang penduduk pendukung. Jadi besarnya ruang yang

dibutuhkan berdasarkan hal tersebut adalah 60 m2.

(e). Area parkir kendaraan antar/jemput

Untuk menentukan besarnya kebutuhan ruang untuk area parkir kendaraan

antar/jemput, maka harus diketahui beberapa variabel yang mempengaruhi

kebutuhan lahan yaitu:

(1) Luas areal yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan

(2) Jumlah penumpang dalam satu kapal

(3) Jumlah penumpang dalam satu kendaraan

(4) Jumlah kapal datang / berangkat pada saat bersamaan

(5) Rata-rata pemanfaatan

(6) Rasio konsentrasi

(7) Rata-rata pemanfaatan

Jadi untuk menentukan besarnya lahan perkir yang dibutuhkan diperoleh dari

perkalian antara luas area yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan, jumlah

dalam satu kapal, jumlah kapal datang/berangkat pada saat bersamaan, rata-rata

pemanfaatan, rasio konsentrasi, dan rata-rata pemanfaatan serta dikalikan

Page 63: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 57

dengan satu per jumlah penumpang dalam satu kendaraan. Secara matematis

dapat dilihat dalam formula berikut 34:

A = a * n1 * N * x * y * z * 1/n2

Keterangan:

A = Luas total area parkir untuk kendaraan antar/jemput

a = Luas areal yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan (25 m2)

n1 = Jumlah penumpang dalam satu kapal

n2 = Jumlah penumpang dalam satu kendaraan (8 penumpang per kendaraan)

N = Jumlah kapal datang / berangkat pada saat bersamaan

x = Rata-rata pemanfaatan (1,0)

y = Rasio konsentrasi (1,0 - 1,6)

z = Rata-rata pemanfaatan (1,0 : Seluruh penumpang meninggalkan terminal

dengan kendaran)

c. Menetapkan ukuran DLKr wilayah perairan

Selanjutnya, untuk menetapkan ukuran daerah lingkungan kerja wilayah perairan

yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh, tempat alih muat

antarkapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal,

kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan

kebutuhan, dengan pendekatan sebagai berikut:

1). Area Alur Pelayaran

Alur pelayaran adalah sarana untuk keluar masuk kapal dari dan keluar pelabuhan.

Untuk menentukan ukuran alur pelayaran maka harus diketahui variabel lebar

kapal maksimum yang beroperasi di pelabuhan penyeberangan. Besarnya ukuran

lebar alur pelayaran ditentukan dari sembilan kali lebar kapal maksimum yang

beroperasi di pelabuhan penyeberangan ditambahkan dengan 30 meter. Secara

matemati dapat dilihat pada formula berikut 35:

34 Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan PelabuhanPenyeberangan, Lampiran II

35 Keputusan Menteri Perhubungan No; KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan PelabuhanPenyeberangan, Lampiran II

Page 64: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 58

W = 9B + 30

Keterangan:

W = Lebar alur pelayaran

B = Lebar kapal maksimum

2). Area Sandar Kapal

Fasilitas sandar kapal adalah sarana untuk sandar kapal dalam rangka bongkar muat

kapal termasuk untuk naik turun kendaraan beserta muatannya. Fasilitas sandar

kapal yang dimaksud di sini juga termasuk dermaga. Untuk menentukan panjang

fasilitas sandar kapal dan panjang dermaga harus diketahui variabel panjang kapal

maksimal yang beroperasi di pelabuhan penyeberangan. Jadi panjang dermaga yang

dibutuhkan di suatu pelabuhan penyeberangan sebesar 1,3 kali panjang kapal

maksimum yang beroperasi di pelabuhan penyeberangan, sedangkan luas area yang

sandar kapal diperoleh dari 1,8 panjang kapal maksimum dikalikan dengan 1,5

panjang kapal maksimum. Secara matematis dapat dilihat pada formula berikut 36:

Ad = 1,3 * L

dan

A = 1,8L * 1,5L

Keterangan:

Ad = Panjang dermaga/tempat sandar kapal

A = Luas perairan tempat sandar untuk satu kapal

L = Panjang kapal maksimal

3) Area Tempat Labuh

Perairan tempat labuh adalah area perairan yang digunakan untuk lego jangkar

kapal yang sedang istirahat, docking ringan atau sedang menunggu antrian

sebelum masuk kolam pelabuhan. Dalam hal penentuan ukuran perairan tempat

labuh kapal, maka harus diketahui beberapa variabel, variabel-variabel tersebut

adalah jumlah kolam putar yang ada di pelabuhan penyeberangan, jari-jari areal

untuk berlabuh per kapal, panjang kapal yang berlabuh, dan kedalaman air di

36 Ibid, Lampiran II

Page 65: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 59

pelabuhan penyeberangan. Jadi untuk menentukan ukuran perairan yang

digunakan untuk tempat berlabuh kapal diperoleh dengan cara perkalian antara

jumlah kolam putar yang ada dengan konstanta (π) serta kuadrat jari-jari areal

untuk berlabuh per kapal, sementara jari-jari areal untuk berlabuh per kapal

didapat dari total penjumlahan panjang kapal berlabuh dan enam kali kedalaman

air serta ditambahkan 30 meter. Secara matematis dapat dilihat dari rumus berikut37:

A = N * π * R2

dimana

R = L + 6D + 30

Keterangan:

A = Luas areal berlabuh

N = Jumlah kolam putar

π = Konstanta (3,14)

R = Jari-jari areal untuk berlabuh per kapal

L = Panjang kapal yang berlabuh

D = Kedalaman air

4) Area Kolam Pelabuhan Untuk Kebutuhan Sandar dan Olah Gerak Kapal

Penentuan kedalaman kolam pelabuhan diperoleh dari menambahkan minimal 1

meter dari tinggi beban muatan penuh (full load draft) sebagai kelonggaran

kedalaman. Sedangkan penentuan areal kolam putar diperoleh dengan cara

perkalian antara jumlah kolam putar dengan konstanta (π) serta kuadrat diameter

areal kolam putar dibagi dengan empat. Secara matematis dapat dilihat dari rumus

berikut 38:

37 Ibid, Lampiran II38 Ibid, Lampiran II

Page 66: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 60

d = 1 + f

dan

A = N * π * D2/4

dimana

D = 3 * L

Keterangan:

d = Kedalaman kolam pelabuhan

f = Beban muatan penuh (full load draft)

A = Luas areal kolam putar

N = Jumlah kolam putar rencana

π = Konstanta (3,14)

L = Panjang kapal yang berlabuh

D = Diameter areal kolam putar

5) Menentukan titik koordinat geografis sebagai batas DLKr

Setelah ukuran-ukuran dari DLKr berhasil dirumuskan dan dihitung, maka langkah

selanjutnya adalah dengan mengukurkan atau mengeplotkannya ke dalam areal

atau rencana lokasi pelabuhan. Untuk itu diperlukan gambaran atau data secara in

situ (fakta di lapangan) tentang kondisi geografis lahan daratan dan perairan agar

dapat menjamin kelancaran, keamanan, ketertiban dan keselamatan pelayanan

penyeberangan. Data tersebut meliputi data topografi daratan, bathimetri perairan,

oceaongrafi, cuaca, termasuk peruntukan lahan sesuai RTRW setempat.

Penggambaran secara geografis atau pemetaan DLKr tersebut harus menyertakan

titik-titik yang menjelaskan lokasi batas paling luar dari DLKr dari setiap fasilitas

pokok maupun penunjang pelabuhan. Selain penyebutan titik-titk koordinat

tersebut dalam Bujur dan Lintang, juga harus disertakan penjelasan secara fisik

daerah tersebut dengan batas-batas alam atau keadaan yang telah ada, misalnya

sungai, batu karang, mercusuar, dan bangunan lainnya. Secara jelas harus juga

diuraikan bagaimana titik-titik koordinat batas tersebut dihubungkan satu sama lain

sehingga membentuk suatu area/daerah. Hal ini mutlak dikarenakan peta dibuat

sebagai sarana penyajian grafis ari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara

berbagai perwujudan yang diwakili.

Page 67: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 61

Sebagai contoh adalah Batas-batas DLKr dan DLKp Pelabuhan Penyeberangan

Ketapang sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor KM.53 tahun 2003.

Page 68: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 62

Selanjutnya adalah penggambaran titik-titik kordinat geografis tersebut dalam

sebuah peta DLKr pelabuhan. Penggambaran peta wajib memenuhi kaidah atau

standar kartografi dalam pemetaan. Dalam kaidah kartografi, biasanya ukuran

peta didasarkan pada: a.Peta kadastral/hak milik, dengan skala ≥ 1 : 5.000; b.Peta

skala besar, 1 : 5.000 – 1 : 25.000; c.Peta skala medium, 1 : 25.000 – 1 : 500.000;

d.Peta skala kecil, 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000; dan e.Peta umum, < 1 : 1.000.00039. Sumber peta sebai peta dasar dalam penggambaran objek (dalam hal ini lokasi

39 Sariyono dan Nursa’ban, Kartografi Dasar, UNY, 2010

Page 69: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 63

pelabuhan) dapat diperoleh dari lembaga yang dipercaya (misalnya

Bakosurtanal), atau juga dari peta satelit langsung, kemudian baru diregistrasi

sesuai titik-titik koordinatnya, baru kemudian didigitasi sehingga dapat

ditampilakan secara giografis. Selanjutnya dari peta dasar ini digunakan untuk

penggambaran peta tematik lokasi pelabuhan tersebut dan batas-batas DLKr. Peta

tematik ini akan menggambarkan tentang penggunaan lahan wilayah daratan (tata

guna lahan) di lokasi pelabuhan sesuai dengan fasilitas pokok dan fasilitas

penunjang serta lahan wilayah perairan.

Lebih jelasnya diagram alir penetapan DLKr pelabuhan laut untuk kepentingan

angkutan penyeberangan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar Diagram 2.4.Alir Penetapan DLKr Pelabuhan Laut Untuk Kepentingan

Angkutan Penyeberangan

Data dukung:- RTRW

Propinsi/Kabupaten/Kota- Data ukuran DLKr daratan- Data Ukuran DLKr Perairan- Peta Lokasi Pelabuhan

dengan batas-batasKoordinat Geografis

Penelitian berkaspermohonan oleh

Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

DITERIMA

DITOLAK

Melengkapi berkas

Kriteria:- Kesesuaian dengan RTRW

Propinsi/Kabupaten/Kota- Kesesuaian Luas DLKr

daratan- Kesesuaian Luas DLKr

perairan- Kesesuaian dengan titik

koordinat geografisPenetapan oleh

Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

Permohonan dariPemerintah/Pemda

yang tergabungdalam kesatuan

PermohonanLokasi Pelabuhan Hasil penelitian

DITERIMA/ DITOLAKmaksimal waktu 30 harisetelah semua berasLENGKAP

Penetapan maksimalwaktu 14 hari setelahhasil penelitianditerima

Page 70: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 64

D. Pedoman Berlalulintas di Alur Penyeberangan

1. Latar Belakang

Dilatarbelakangi penetapan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terutama pada Pasal 188 ayat (3), dan Pasal 193, Peraturan Pemerintah

No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian pada Pasal 8 dan Pasal 17, serta

Peraturan Menteri Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut

pada Pasal 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,

36, dan Pasal 37, laut diperlukan adanya tindak lanjut penyusunan Konsep

Pedoman Berlalulintas di Alur Penyeberangan.

2. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan Konsep Pedoman Berlalulintas di Alur Penyeberangan adalah

untuk menjamin ketertiban, kelancarana, keselamatan dan keamanan pelayaran di

alur penyeberangan.

3. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Berlalulintas di

Alur Penyeberangan adalah adanya acuan atau Pedoman Berlalulintas bagi

Nahkoda pada suatu alur pelayaran.

4. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Berlalulintas di Alur Penyeberangan

adalah:

a. Berlalu lintas memasuki pelabuhan

b. Berlalu lintas meninggalkan pelabuhan

c. Berlalu lintas di Alur penyeberangan

d. Sistem Perambuan

e. Ruang Bebas Alur penyeberangan

5. Objek atau arah pengaturan

Pemerintah, sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang, dalam

penyelenggaraan alur-pelayaran berkewajiban untuk 40: a.menetapkan alur-

pelayaran; b.menetapkan sistem rute; c.menetapkan tata cara berlalu lintas; dan

d.menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya. Nakhoda semua

40 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 188 ayat (3)

Page 71: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 65

kapal dalam pelayarannya, wajib mematuhi ketentuan yang berkaitan dengan 41:

a.tata cara berlalu lintas; b.alur-pelayaran; c.sistem rute; d.daerah-pelayaran lalu

lintas kapal; dan e.Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran, serta

pada wilayah tertentu wajib melaporkan semua informasi melalui Stasiun Radio

Pantai (SROP) terdekat.

a. Berlalu lintas memasuki pelabuhan

Pemilik, operator kapal, atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana kedatangan

kapalnya di pelabuhan kepada Syahbandar dengan mengirimkan telegram radio

Nakhoda (master cable) kepada Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara

Pelabuhan, atau Syahbandar melalui stasiun radio pantai dengan tembusan kepada

perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat

puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan. Pemberitahuan kedatangan

kapal oleh Nakhoda dengan mengirimkan telegram radio Nakhoda (master cable)

disampaikan kepada Syahbandar melalui stasiun radio pantai. Pemberitahuan

kedatangan kapal yang telah diterima oleh stasiun radio pantai disampaikan kepada

Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara Pelabuhan, atau Syahbandar dan

perusahaan angkutan laut atau agen umum dengan menggunakan sarana telepon,

faksimili, surat elektronik (e-mail), radio, dan/atau ordonan (caraka) 42. Telegram

radio Nakhoda (master cable) birisikan : a).nama kapal; b).tanda panggilan

(callsign); c).Maritime Mobile Services Identities (MMSI); d).tanggal dan waktu

pelaporan; e).posisi pada saat pelaporan; dan f).pelabuhan asal dan pelabuhan

tujuan 43.

Kapal yang akan memasuki pelabuhan harus mendahulukan kapal lain yang akan

keluar pelabuhan, terutama jika area berlabuh yang terbatas, atau akan sandar pada

dermaga yang sama. Untuk selalu diingat, saat memasuki pelabuhan, alur yang

disyaratkan adalah ditandai dengan rambu suar di sebelah kiri dengan warna merah

dan sebelah kanan dengan warna hijau. Sesaat sebelum memasuki pelabuhan atau

sebelum sandar, ABK harus mengingatkan para penumpang untuk tidak terburu-

buru berebutan keluar kapal, karena bisa mengakibatkan ketidak seimbangan kapal

karena penumpang berkumpul pada satu titik. Kapal harus dipastikan telah diikat

41 Ibid, Pasal 19342 Ibid, Pasal 82 ayat (1)43 Peraturan Menteri No. PM 26 tahun 2011 tentang Telekomunkasi Pelayaran, Pasal 52 ayat (3)

Page 72: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 66

sempurna dengan dermaga sebelum penumpang dan kendaraan diperbolehkan

meninggalkan kapal. Penumpang orang hendaknya didahulukan dalam proses

bongkar, baru kemudian kendaraan.

Gambar 2.5. Panduan Perambuan Kapal Memasuki Pelabuhan

Berdasarkan IALA ( International Of Association Of Marine Aid to Navigation

Lighthouse Authorities ) setiap kapal yang memasuki pelabuhan harus

memperhatikan perambuan dengan nama, warna, huruf serta tanda yang juga

dapat digunakan pada pelabuhan penyeberangan sebagai berikut.

Page 73: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 67

Page 74: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 68

Gambar 2.6

b. Berlalu lintas meninggalkan pelabuhan

Setiap kapal yang meninggalkan pelabuhan harus secepatnya memberitahukan

kepada stasiun radio pantai atau stasiun-stasiun terkait bahwa jam dinas stasiunnya

akan dibuka kembali sepanjang diizinkan oleh peraturan yang berlaku, namun

stasiun yang tidak mempunyai jam dinas tetap, pemberitahuan dilakukan ketika

pertama kali dinas stasiunnya dibuka setelah berangkat dari pelabuhan 44.

Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar (Port

Clearance) yang dikeluarkan oleh Syahbandar setelah kapal memenuhi persyaratan

kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya. Untuk memperoleh Surat Persetujuan

44 Peraturan Menteri No. KM. 01 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat PersetujuanBerlayar, Pasal 3

Page 75: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 69

Berlayar (Port Clearance), pemilik atau operator kapal mengajukan permohonan

secara tertulis kepada Syahbandar, dengan melampirkan 45:

a) surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari Nakhoda (Master Sailing

Declaration); dan

b) dokumen muatan serta bukti-bukti pemenuhan kewajiban kapal lainnya,

meliputi : 1) bukti pembayaran jasa kepelabuhanan; 2) bukti pembayaran

jasa kenavigasian; 3) bukti pembayaran penerimaan uang perkapalan; 4)

persetujuan (clearance) Bea dan Cukai (jika ada); 5) persetujuan (clearance)

Imigrasi (jika ada); 6) persetujuan (clearance) Karantina kesehatan (jika ada);

dan/atau, 7) persetujuan (clearance) Karantina hewan dan tumbuhan (jika

ada);

Berkas permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)

diserahkan kepada Syahbandar setelah semua kegiatan di atas kapal selesai dan

kapal siap untuk berlayar yang dinyatakan dalam surat pernyataan kesiapan kapal

berangkat dari Nakhoda (Master Sailing Declaration). Penyerahan permohonan

dapat dilakukan dengan cara : a).menyerahkan ke loket pelayanan satu atap pada

Kantor Syahbandar; atau b).mengirimkan secara elektronik (upload) melalui

Inaportnet pada pelabuhan yang telah menerapkan National Single Window

(NSW).

Selanjutnya, berdasarkan permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port

Clearance), pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal melakukan pemeriksaan

kelaiklautan kapal, meliputi: a).administratif; dan b).fisik di atas kapal.

Pemeriksaan administratif kelaiklautan kapal, dilakukan untuk meneliti

kelengkapan, dan masa berlaku atas:

a) surat-surat dan dokumen yang di lampirkan pada saat penyerahan surat

permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance);dan

b) sertifikat dan surat-surat kapal yang telah diterima oleh Syahbandar pada saat

kapal tiba di pelabuhan.

45 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Pasal 82 ayat (2)

Page 76: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 70

Berdasarkan hasil pemeriksaan, pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal membuat

kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan persyaratan administratif dengan

menggunakan daftar pemeriksaan yang telah disiapkan.

Pemeriksaan fisik kelaiklautan, dilakukan oleh pejabat pemeriksa kelaiklautan

kapal di atas kapal guna meneliti: a).kondisi nautis-teknis dan radio kapal; dan

b).pemuatan dan stabilitas kapal; sesuai dengan keterangan yang disebutkan dalam

surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari Nakhoda (Master Sailing

Declaration). Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ini, pejabat pemeriksa

kelaiklautan kapal membuatkan kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan

persyaratan teknis kelaiklautan kapal dengan menggunakan daftar pemeriksaan

yang telah disiapkan. Kekurangan persyaratan teknis kelaiklautan kapal, wajib

disampaikan kepada pemilik atau operator kapal untuk dilengkapi.

Selanjutnya Syahbandar mengeluarkan Surat Persetujuan Berlayar (Port

Clearance) berdasarkan hasil kesimpulan atau resume pemenuhan persyaratan

administratif dan teknis kelaiklautan kapal yang telah terpenuhi semua. Surat

Persetujuan Berlayar (Port Clearance) yang telah ditandatangani oleh Syahbandar,

segera diserahkan kepada pemilik atau operator kapal atau badan usaha yang

ditunjuk mengageni kapal untuk diteruskan kepada Nakhoda kapal. Setelah Surat

Persetujuan Berlayar (Port Clearance) diterima di atas kapal, Nakhoda kapal wajib

segera menggerakkan kapal untuk berlayar meninggalkan pelabuhan sesuai dengan

waktu tolak yang telah ditetapkan. Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)

berlaku 24 (dua puluh empat) jam dari waktu tolak yang ditetapkan dan hanya

dapat digunakan untuk 1 (satu) kali pelayaran. Dalam keadaan tertentu, dalam hal

kondisi cuaca pada perairan yang akan dilayari kapal dapat membahayakan

keselamatan berlayar, Syahbandar dapat menunda pemberangkatan kapal.

Penundaan keberangkatan kapal yang melebihi 24 (dua puluh empat) jam dari

waktu tolak yang telah ditetapkan, pemilik atau operator kapal atau badan usaha

yang ditunjuk menjadi agen kapal wajib mengajukan surat permohonan ulang

penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) kepada Syahbandar.

Sesaat sebelum melepas sauh dari dermaga, atau sesaat setelah meninggalkan

pelabuhan atau pada saat maneuver, ABK harus memperagakan pemakaian baju

Page 77: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 71

pelampung untuk keadaan darurat, serta memberitahu dimana penempatan baju

pelampung tersebut. Pada saat maneuver meninggalkan dermaga, nahkoda harus

memastikan tidak ada halangan yang bisa mengganggu maneuver kapal. Nahkoda

harus memastikan berlayar meninggalkan pelabuhan dengan kecepatan aman, serta

memastikan alur yang dialui adalah benar dengan selalu memperhatikan rambu

penuntun yang ada di pelabuhan. Untuk selalu diingat, saat keluar dari kolam

pelabuhan, alur yang disyaratkan adalah ditandai dengan rambu suar di sebelah kiri

dengan warna hijau dan sebelah kanan dengan warna merah.

c. Berlalu lintas di alur penyeberangan

Selama dalam pelayaran, Nakhoda wajib memberitahukan posisi tengah hari (noon

positioning) dengan mengirimkan telegram radio tidak berbayar dan/atau hubungan

komunikasi dari kapal ke stasiun radio pantai terdekat. Telegram radio dan

hubungan komunikasi tersebut berisi koordinat posisi, haluan kapal dari dan tujuan

kapal, kondisi kapal, serta kondisi awak kapal pada posisi tengah hari (noon

positioning). Stasiun radio pantai setelah menerima pemberitahuan posisi tengah

hari kemudian meneruskan berita posisi tengah hari (noon positioning) tersebut

kepada Syahbandar setempat 46.

Selama dalam pelayaran, kapal harus mematuhi tata cara berlalu lintas di alur

penyeberangan sesuai dengan peraturan yang berlauku ataupun peraturan

internasional. Tata cara berlalu lintas di alur penyeberangan harus

mempertimbangkan : a.kondisi alur-pelayaran; b.kepadatan lalu lintas; c.kondisi,

ukuran dan sarat (draught) kapal; d.arus dan pasang surut; dan e.kondisi cuaca. Pada

alur-pelayaran yang lalu lintasnya padat dan sempit, perlu dilakukan pengaturan lalu

lintas kapal melalui sistem rute kapal (ship's routeing system) yang meliputi 47:

1) bagan pemisah lalu lintas (traffic separation scheme);

2) rute dua arah (two way routes);

3) jalur yang direkomendasikan (recommended tracks);

4) area yang harus dihindari (areas to be avoided);

2) daerah lalu lintas pantai (inshore traffic zones);

3) daerah putaran (roundabouts);

46 Ibid, Pasal 8347 Peraturan Menteri No. PM.68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, Pasal 24.

Page 78: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 72

4) daerah perhatian khusus (precaution areas);

5) rute air dalam (deep water routes).

d. Tata cara berlalu lintas di alur-pelayaran diantaranya meliputi :

1). kecepatan aman;

Dalam menentukan kecepatan aman harus memperhitungkan faktor-faktor

sebagai berikut: a)keadaan penglihatan; b)kepadatan lalu lintas, termasuk

pemusatan kapal atau kapal lain apapun; c)kemampuan olah gerak kapal dengan

acuan khusus pada jarak henti dan kemampuan berputar dalam keadaan yang ada;

d)pada malam hari adanya bahaya latar belakang seperti yang berasal lampu-

Iampu darat atau hambur-pantul dari penerangan-penerangan sendiri; e)keadaan

angin, laut dan arus, serta adanya bahaya-bahaya navigasi di sekitarnya; f)sarat

(draught) kapal sehubungan dengan kedalaman air yang ada 48. Kapal-kapal

penyeberangan didesain dengan kecepatan dinas 10 knot dan 15 knot.

2) tindakan untuk menghindari tubrukan;

Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika keadaan

mengizinkan, harus tegas dan segera dilakukan dalam waktu yang cukup lapang

dan benar-benar memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik. Setiap

perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari tubrukan, jika keadaan

mengizinkan, harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain

yang sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan radar, dengan catatan

serangkaian perubahan kecil dari haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari.

Jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan saja mungkin merupakan

tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi saling mendekati

terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu yang

cukup dini, bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi

saling mendekati terlalu rapat.

Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan waktu yang lebih

banyak untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau

48 Ibid, Pasal 27.

Page 79: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 73

menghilangkan kecepatannya sarna sekali dengan memberhentikan atau

menjalankan mundur sarana penggeraknya 49.

3) alur-pelayaran sempit;

Kapal yang sedang berlayar menyusuri alur-pelayaran sempit, harus berlayar

sedekat mungkin dengan batas luar alur-pelayaran atau air pelayaran yang terletak

di sisi kanannya, bilamana hal itu aman dan dapat dilaksanakan. Kapal yang

panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh merintangi jalan

kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur-pelayaran sempit.

Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal lain

yang sedang berlayar di dalam alur-pelayaran sempit. Kapal tidak boleh

memotong alur-pelayaran sempit jika pemotongan demikian merintangi jalan

kapal yang hanya dapat berlayar dengan amandi dalam alur-pelayaran sempit.

Kapal yang merasa dihalang-haloangi oleh gerakan memotong kapal lain, boleh

menggunakan isyarat bunyi yang ditentukan di dalam COLREG, jika ragu-ragu

terhadap maksud kapal yang memotong itu.

Pada alur-pelayaran sempit jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika kapal yang

disusul itu harus melakukan tindakan untuk memungkinkan pelewatan dengan

aman, maka kapal yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan maksudnya

dengan memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam

COLREG, kapal yang akan disusul itu, jika menyetujui, harus memperdengarkan

isyarat yang sesuai yang ditentukan di dalam COLREG dan mengambil langkah

untuk melewatinya dengan aman. Jika ragu-ragu, kapal itu boleh

memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam COLREG. Kapal yang

sedang mendekati tikungan atau daerah alur-pelayaran sempit yang di tempat itu

kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus berlayar dengan kewaspadaan

khusus dan berhati-hati serta harus memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan

yang ditentukan di dalam COLREG. Setiap kapal, jika keadaan mengizinkan,

harus menghindarkan dirinya berlabuh jangkar di dalam alur-pelayaran sempit 50.

49 Ibid, Pasal 28.50 Ibid, Pasal 29.

Page 80: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 74

4).bagan pemisah lalu lintas;

Kapal yang sedang menggunakan bagan pemisah lalu-lintas harus; 1) berlayar di

dalam jalur lalu-lintas yang sesuai denganarah lalu-lintas umum untuk jalur itu; 2)

sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu-lintas; 3)

jalur lalu-lintas dimasuki atau ditinggalkan pada umumnya dari ujung jalur, tetapi

bilamana tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu

sisi, tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sebuah

sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah arus lalu-lintas umum.

Kapal sedapat mungkin, harus menghindari memotong jalur-jalur lalu lintas, tetapi

jika terpaksa melakukannya, harus memotong arah arus lalu lintas umum dengan

sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah arus lalu-lintas umum. Zona-zona lalu-

lintas dekat pantai pada umumnya tidak boleh digunakan oleh lalu-lintas umum

yang dengan aman dapat menggunakan jalur lalu-lintas yang sesuai di dalam

bagan pemisah yang berbatasan, tetapi kapal-kapal yang panjangnya kurang dari

20 meter dan kapal-kapal layar dalam segala keadaan boleh berada di dalam zona-

zona lalu-lintas dekat pantai. Kapal yang sedang memotong atau kapal yang

sedang memasuki atau sedang meninggalkan jalur, tidak boleh memasuki zona

pemisah atau memotong garis pemisah, kecuali: 1)dalam keadaan darurat untuk

menghindari bahaya mendadak; 2)untuk menangkap ikan di dalam zona pemisah.

Kapal yang sedang berlayar di daerah-daerah dekat ujung bagan pemisah lalu-

lintas harus berlayar dengan sangat hati-hati. Kapal sedapat mungkin, harus

menghindarkan dirinya berlabuh jangkar di dalam bagan pemisah lalu-lintas atau

di daerah dekat ujung-ujungnya. Kapal yang tidak menggunakan bagan pemisah

lalu-lintas harus menghindarinya dengan ambang batas selebar-lebarnya. Kapal

yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal lain yang

sedang mengikuti jalur lalulintas, demikian juga kapal yang panjangnya kurang

dari 20 meter atau kapal layar. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,

bilamana sedang melakukan operasi untuk merawat sarana keselamatan

pelayaran di dalam bagan pemisah lalu-lintas, atau sedang operasi untuk

meletakkan, memperbaiki atau mengangkat pipa dan kabel laut, di dalam bagan

Page 81: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 75

pemisah lalu-lintas, dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini

karena pentingnya penyelenggaraan operasi itu 51.

5) penyusulan;

Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal lain dari arah

yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang arah melintang, yakni dalam

suatu kedudukan sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu

pada malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi tidak

satupun dari penerangan-penerangan lambungnya. Bilamana kapal dalam

keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu

harus beranggapan bahwa demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu.

Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian tidak akan

mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam pengertian aturan-aturan ini

atau membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang

disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali 52.

6) situasi berhadap-hadapan;

Bilamana dua kapal sedang bertemu dengan haluan-haluan berlawanan atau

hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-

masing harus, mengubah haluannya ke kanan sehingga masing-masing akan

berpapasan di lambung kirinya. Situasi demikian itu harus dianggap ada

bilamana kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada malam

hari kapal itu dapat melihat penerangan-penerangan tiang kapal lain tersebut

terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua penerangan lambung serta

pada siang hari kapal itu mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal

lain tersebut. Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya situasi

demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai

dengannya 53.

51 Ibid, Pasal 30.52 Ibid, Pasal 32.53 Ibid, Pasal 33.

Page 82: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 76

7). situasi memotong;

Bilamana dua kapal sedang berlayar dengan haluan saling memotong sedemikian

rupa sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, kapal yang mendapati kapal

lain di sisi kanannya harus menghindar, dan jika keadaan mengizinkan, harus

menghindarkan dirinya memotong di depan kapal lain itu.

8).tindakan kapal yang menghindari;

Setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain, sedapat mungkin

melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama sekali.

9) tanggung jawab antar kapal;

Kapal yang sedang berlayar harus menghindari: 1).kapal yang tidak terkendalikan;

2).kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; 3).kapal yang sedang

menangkap ikan; 4).kapal layar. Setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat

dikendalikan atau kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan

mengizinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman sebuah kapal

yang terkendala oleh saratnya. Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar

dengan kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan keadannya yang

khusus itu.

10).olah gerak kapal dalam penglihatan terbatas.

Setiap kapal harus berlayar dengan kecepatan aman yang disesuaikan dengan

keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada serta harus benar-benar

memperhatikan keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada. Kapal yang

mengidera kapal lain hanya dengan radar harus menentukan apakah sedang

berkembang situasi saling mendekati terlalu rapat dan/atau apakah ada bahaya

tubrukan. Jika kapal itu harus melakukan tindakan dalam waktu yang cukup

lapang ketentuan bahwa bilamana tindakan demikian terdiri dari perubahan

haluan, maka sejauh mungkin harus dihindari hal-hal sebagai berikut :

1).perubahan haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di depan arah melintang,

selain daripada kapal yang sedang disusul; 2).perubahan haluan ke arah kapal

yang ada di arah melintang atau di belakang arah melintang. Kecuali telah yakin

bahwa tidak ada bahaya tubrukan, setiap kapal yang mendengar isyarat kabut

Page 83: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 77

kapal lain yang menurut pertimbangannya berada di depan arah melintangnya,

atau yang tidak dapat menghindari situasi saling mendekati terlalu rapat hingga

kapal yang ada di depan arah melintangnya, harus mengurangi kecepatannya

serendah mungkin yang dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat

mempertahankan haluannya. Jika dianggap perlu kapal meniadakan kecepatannya

sama sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga

bahaya tubrukan telah berlalu.

11).Sistem perambuan

Sesuai dengan ketentuan IALA, sistem pemasangan perambuan di dunia

dikelompokkan pada dua bagian yaitu sistem A dan sistem B.

Gambar 2.7. Sistem Pelampung Internasional

Page 84: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 78

Gambar 2.8. Sistem Perambuan Internasional

d. Indonesia menganut Sistem A dalam berlalu linta

Indonesia menganut sistem A, karena itu pemasangan rambu suaru dilakukan

sebegai berikut 54;

1) SBNP rambu suar ataupun pelambung suar sebagai penuntun memasuki

pelabuhan, berada di sebelah kanan masuk kapal pelabuhan dengan warna

hijau.

2) SBNP rambu suar ataupun pelambung suar sebagai penuntun memasuki

pelabuhan, berada di sebelah kiri masuk kapal pelabuhan dengan warna

merah.

3) SBNP pengenal pelabuhan dengan warna putih.

SBNP tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a). Menara Suar ( Mensu ) Lighthouse

Di dalam berlalu lintas, perlu diperhatikan Menara Suar merupakan Sarana

Bantu Navigasi Pelayaran tetap yang bersuar dan mempunyai jarak tampak

sama atau lebih 20 (dua puluh) mil laut . Menara suar dapat membantu para

navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal, menunjukkan arah

54 IALA- Navguide, 2001

Page 85: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 79

daratan dan adanya pelabuhan serta dapat dipergunakan sebagai tanda batas

wilayah negara 55. Spesifikasi menara suar adalah 56 ;

- Jarak tampak minimum :20 NM

- Jenis Konstruksi Atas Baja Galvanis dengan sifat bangunan; Beton

Terbuka, Beton Tertutup, Steel Chub, Lampu Sesuai Standar IALA warna

lampu putih.Tipe lampu revolving, rotating, dan flashing, serta mempunyai

karakteristik lampu adalah sebagai berikut;

1). perairan aman: a) cerlang panjang dengan periode 10 detik,b) cahaya

isophasa, c) cahaya tunggal terputus,d) cahaya kode morse dengan

karakter tunggal “A”;

2) tanda khusus dengan sifat; a) kelompok terputus, b) cerlang tunggal, tetapi

bukan cerlang panjang dengan periode 10 detik,c) kelompok cerlang

dengan 1 kelompok terdiri dari empat, lima, atau (secara luar biasa)

enam cerlang,d) kelompok cerlang campuran,e) cahaya kode morse tetapi

bukan karakter tunggal “A” maupun “U”;

3) Luas Area 5000 M2, dan cara pengoperasian secara Manual dan Dijaga

secara Otomatis .

Gambar 2.9 . Menara Suar

55 Peraturan Menteri Nomor PM.25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Pasal 156 IALA – AIMS ( Internastional Assosiation of Lighthouse Authority ), 2006

Page 86: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 80

Gambar 2.10. Contoh Menara Suar (Mensu) Lighthouse.

4).Rambu Suar (Ramsu) Light Beacon

Rambu Suar adalah sarana Bantu navigasi pelayaran tetap yang bersuar dan

mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10 (sepuluh) mil laut . Rambu

Suar dapat membantu untuk menunjukkan kepada para navigator adanya

bahaya/rintangan navigasi antara karang, air dangkal, gosong, dan bahaya

terpencil serta menentukan posisi dan /atau haluan kapal 57. Spesifikasi Rambu

Suar ( Ramsu ) Light Beacon adalah 58: Ciri-cirinya adalah sebagai berikut

- Jarak Tampak Minimum : 15 NM

- Tipe Lampu; Sesuai Standar IALA, tipe lampu revolving, rotating, dan

flashing, serta mempunyai karakteristik lampu sebagai berikut:(1). bahaya

terpencil, (2) kelompok cerlang dengan satu kelompok terdiri dari dua cerlang

dalam satu periode 5 detik, (3) kelompok cerlang dengan satu kelompok terdiri

dari dua cerlang dalam satu periode 10 detik, (2). perairan aman dengan

karakteristik; (1) cerlang panjang dengan periode 10 detik, (2) cahaya isophasa;

(3) cahaya tunggal terputus, (4) cahaya kode morse dengan karakter tunggal

“A”, (5) tanda khusus adalah :((a) kelompok terputus,(b) cerlang tunggal, tetapi

bukan cerlang panjang dengan periode 10 detik, (c) kelompok cerlang dengan 1

kelompok terdiri dari empat atau lima, atau (secara luar biasa) enam cerlang.(d)

kelompok cerlang campuran, (e) cahaya kode morse tetapi bukan karakter

tunggal “A” maupun “U”;

5) tanda khusus penandaan kapal tenggelam, a) cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang

57 Peraturan Menteri Nomor PM.25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Pasal 158 IALA – AIMS ( Internastional Assosiation of Lighthouse Authority ), 2006

Page 87: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 81

panjang dengan periode 3 detik, b) cahaya kode morse “D”,c) lateral, a) semua

irama/karakter yang direkomendasikan, tetapi termasuk dalam kelompok cerlang

campuran, dengan kelompok (2+1) cerlang, dan semata-mata digunakan untuk

tanda lateral yang di modifikasi untuk menandai alur yang dianjurkan,b)

modifikasi lateral; kelompok pancaran cahaya yang tersusun dengan satu

kelompok (2+1) pancaran dalam satu periode tidak lebih dari 16 detik;

7) kardinal; kardinal terdiri : kardinal utara, kardinal timur dan kardinal selatan

serta kardinal barat.

Kardinal utara memiliki kharakteristik sebagai berikut: (1) cahaya terus menerus

secara sangat cepat, (2) cahaya terus menerus secara cepat.

Kardinal timur memiliki kharakteristik: (1) kelompok cahaya sangat cepat dengan

satu kelompok terdiri dari tiga pancaran dalam 1 periode 5 detik, (2) kelompok

cahaya sangat cepat dengan satu kelompok terdiri dari tiga pancaran dalam 1

periode 10 detik;

Kardinal selatan memiliki kharakteristik; (1) kelompok cahaya sangat cepat

dengan satu kelompok terdiri dari enam pancaran yang diikuti oleh pancaran

panjang dengan waktu tidak kurang dari 2 detik dalam satu periode 10 detik, (2)

kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok terdiri dari enam pancaran

yang diikuti oleh pancaran panjang dengan waktu tidak kurang dari 2 detik dalam

satu periode 15 detik;

Kardinal barat memiliki kharakteristik sebagai berikut: (1) kelompok cahaya

sangat cepat dengan satu kelompok terdiri dari sembilan cerlang dalam satu

periode 10 detik, (2) kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok terdiri

dari sembilan cerlang dalam satu periode 15 detik;

Warna Lampu; (1) bahaya terpencil, perairan aman, dan kardinal berwarna cahaya

putih, (2) untuk tanda lateral menggunakan warna cahaya merah atau hijau (3) .

untuk tanda khusus menggunakan cahaya warna kuning; dan (4) untuk tanda

khusus penandaan kapal tenggelam menggunakan cahaya warna kuning dan biru;

Tanda Puncak digunakan untuk: (1). bahaya terpencil, menggunakan tanda puncak

berupa 2 (dua) buah bola hitam yang tersusun vertical (2) perairan aman,

menggunakan tanda puncak berupa 1 (buah) bola merah, (3) kardinal menggunakan

tanda puncak berupa 2 (dua) buah kerucut hitam, (4) tanda lateral menggunakan

tanda puncak dengan bentuk silinder merah untuk sisi kiri alur dan kerucut hijau

Page 88: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 82

untuk sisi kanan alur, (5) untuk perairan khusus menggunakan sebuah tanda puncak

bentuk “X” berwarna kuning, (6) untuk tanda khusus penandaan kapal tenggelam

menggunakan sebuah tanda puncak berbentuk “+” berwarna kuning;

- Jenis Sumber Tenaga : - Sistem Tenaga Surya

- Jenis Konstruksi Atas : (a) Baja Galvanis, (b) Beton Terbuka, (c) Beton Tertutup

(d) Steel Chub, (e) Steel Pipe, (f) - Sigle Pipe

- Warna Konstruksi (a) bahaya terpencil menggunakan warna hitam dengan satu atau

lebih lajur-lajur merah mendatar (b) perairan aman menggunakan warna merah

putih melajur tegak (c) kardinal menggunakan warna, meliputi

Kardinal Utara: puncak keatas dengan karakteristik Lajur hitam diatas lajur Kuning;

Sementara kardinal Selatan: puncak kebawah dengan karakteristik Lajur Hitam

dibawah lajur Kuning dan Kardinal Barat: puncak ke dalam dengan karakteristik

lajur hitam dibawah dan diatas lajur Kuning (Hitam ditengah lajur – lajur Kuning);

Kardinal Timur: Puncak keluar dengan karakteristik Lajur Hitam diatas dan

dibawah lajur Kuning (Kuning ditengah lajur-lajur Hitam);

Lateral menggunakan warna merah dan hijau, tanda khusus menggunakan warna

kuning dan tanda khusus penandaan kapal tenggelam menggunakan warna Kuning

biru Melajur tegak. Cara Pengoperasian adalah Otomatis Tanpa Dijaga dengan luas

ramsu darat adalah 400 M2

Gambar 2.11. Contoh Rambu Suar (Ramsu) Light Beacon.

Page 89: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 83

8) Pelampung Suar ( Pelsu ) Light Buoy

Pelampung Suar (Pelsu) Light Buoy adalah sarana bantu navigasi pelayaran

apung dan mempunyai jarak tampak lebih kurang dari 6 (enam) mil laut.

Pelampung Suar (Pelsu) Light Buoy dapat membantu untuk menunjukkan kepada

para navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal,

gosong, kerangka kapal dan untuk menunjukkan perairan aman serta pemisah

jalur 59. Spesifikasi Pelampung Suar (Pelsu) Light Buoy adalah 60: Jarak Tampak

adalah 2 s/d 6 NM, dan jenis lampu suar adalah

a) Jenis Lampu Suar Sesui standart IALA, tipe lampu flashing dengan

karakteristik lampu sebagai berikut : (1) bahaya terpencil yang terdiri dari

kelompok cerlang dengan satu kelompok terdiri dari dua cerlang dalam satu

periode 5 detik serta kelompok cerlang dengan satu kelompok terdiri dari dua

cerlang dalam satu periode 10 detik;

b) perairan aman;(1) cerlang panjang dengan periode 10 detik, (2) cahaya isophas

(3) cahaya tunggal terputus, (4) cahaya kode morse dengan karakter tunggal

“A”;

c) tanda khusus; (1) kelompok terputus; (2) cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang

panjang dengan periode 10 detik (3) kelompok cerlang dengan 1 kelompok

terdiri dari empat, lima, atau (secara luar biasa) enam cerlang, (4) kelompok

cerlang campuran, (5) cahaya kode morse tetapi bukan karakter tunggal “A”

maupun “U”;

d) tanda khusus penandaan kapal tenggelam dengan kharakteristik sebagai berikut:

(1) cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang panjang dengan periode 3 detik, (2)

cahaya kode morse “D”, (3) Lateral, (4) semua irama/karakter yang

direkomendasikan, tetapi termasuk dalam kelompok cerlang campuran, dengan

kelompok (2+1) cerlang, dan semata – mata digunakan untuk tanda lateral yang

di modifikasi untuk menandai alur yang dianjurkan, (5) modifikasi lateral;

kelompok pancaran cahaya yang tersusun dengan satu kelompok (2+1) pancaran

dalam satu periode tidak lebih dari 16 detik;

59 Peraturan Menteri Nomor PM.25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Pasal 160 IALA – AIMS ( Internastional Assosiation of Lighthouse Authority ), 2006

Page 90: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 84

Kardinal utara memiliki kharakteristik; (1) cahaya terus menerus secara sangat

cepat, (2) cahaya terus menerus secara cepat.

Sementara kardinal timur memiliki kelompok cahaya: (1) Kelompok cahaya

sangat cepat dengan satu kelompok terdiri dari tiga pancaran dalam 1 periode 5

detik, (2) Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok terdiri dari tiga

pancaran dalam 1 periode 10 detik,

Kardinal selatan: kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok terdiri

dari enam pancaran yang diikuti oleh pancaran panjang dengan waktu tidak

kurang dari 2 detik dalam satu periode 10 detik, kelompok cahaya sangat cepat

dengan satu kelompok terdiri dari enam pancaran yang diikuti oleh pancaran

panjang dengan waktu tidak kurang dari 2 detik dalam satu periode 15 detik.

Kardinal barat: (1) kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok terdiri

dari sembilan cerlang dalam satu periode 10 detik, (2) kelompok cahaya sangat

cepat dengan satu kelompok terdiri dari Sembilan cerlang dalam satu periode 15

detik;

Warna Lampu ; (1) bahaya terpencil, perairan aman, dan kardinal berwarna

cahaya putih, (2) untuk tanda lateral menggunakan warna cahaya merah atau

hijau, (3) untuk tanda khusus menggunakan cahaya warna kuning; dan (4).

untuk tanda khusus penandaan kapal tenggelam menggunakan cahaya warna

kuning dan biru;

Tanda Puncak memiliki kharakteristik : (1) bahaya terpencil, menggunakan tanda

puncak berupa 2 (dua) buah bola hitam yang tersusun vertical, (2) . perairan aman,

menggunakan tanda puncak berupa 1 (buah) bola merah, (3) kardinal

menggunakan tanda puncak berupa 2 (dua) buah kerucut hitam, (3) tanda lateral

menggunakan tanda puncak dengan bentuk silinder merah untuk sisi kiri alur dan

kerucut hijau untuk sisi kanan alur, (4) untuk perairan khusus menggunakan

sebuah tanda puncak bentuk “X” berwarna Kuning, (5) untuk tanda khusus

penandaan kapal tenggelam menggunakan sebuah tanda Puncak berbentuk “+”

berwarna kuning. Kharakteristik secara khusus adalah: (a) Diameter : 1 -

3 M ( IALA Navigator ). Jenis s Sumber Tenaga :Sistem Tenaga Surya, dan jenis

konstruksi adalah Baja Galvanis serta Steel Pipe.

Page 91: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 85

Warna Konstruksi ; (1) bahaya terpencil menggunakan warna hitam dengan satu

atau lebih lajur – lajur merah mendatar, (2) perairan aman menggunakan warna

merah putih melajur tegak, (3) . kardinal menggunakan warna, meliputi, (a)

Kardinal Utara: puncak keatas dengan karakteristik lajur hitam diatas lajur

kuning,(b) kardinal Selatan: puncak kebawah dengan karakteristik lajur hitam

dibawah lajur kuning, (c) kardinal Barat: puncak ke dalam dengan karakteristik

lajur hitam dibawah dan diatas lajur kuning (hitam ditengah lajur – lajur

kuning), (d) Kardinal Timur: puncak keluar dengan karakteristik Lajur Hitam

diatas dan dibawah lajur Kuning (Kuning ditengah lajur-lajur Hitam)

Lateral menggunakan warna merah dan hijau, sementara rambu suar untuk tanda

khusus menggunakan warna kuning.Rambu suar untuk tanda khusus penandaan

kapal tenggelam menggunakan warna kuning biru melajur tegak.

Cara Pengoperasian adalah Otomatis Tanpa Dijaga, perlengkapan bahan

pelampung dengan alat tambahan Radar Beacon - AIS

Gambar 2.12. Contoh Pelampung Suar (Pelsu) Light Buoy.

9) Tanda Siang (Day Mark)

Tanda Siang (Day Mark) adalah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran berupa anak

pelampung dan/atau rambu siang yang dapat membantu para navigator adanya

bahaya/rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong, kerangka

kapal dan menunjukan perairan yang aman serta pemisah alur yang hanya dapat

dipergunakan pada siang hari 61. Spesifikasi bangunan tanda siang adalah Tinggi

paling rendah 7,5 m. Sementara jenis konstruksi adalah: (a) baja galvanis, (b)

beton terbuka, (c) beton tertutup, atau steel pipe.

61 Peraturan Menteri Nomor PM.25 Tahun 2011 tentang sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Pasal 1

Page 92: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 86

Warna konstruksi adalah: (a) bahaya terpencil menggunakan warna , (b) hitamdengan satu atau lebih lajur– lajur merah mendatar, (c) perairan amanmenggunakan warna merah putih melajur tegak, (d) kardinal menggunakanwarna, meliputi; (1) Kardinal Utara: puncak keatas dengan karakteristik Lajurhitam diatas lajur Kuning, (2) Kardinal Selatan: puncak kebawah dengankarakteristik Lajur Hitam dibawah lajur Kuning, (3) Kardinal Barat: puncak kedalam dengan karakteristik Lajur hitam dibawah dan diatas lajur Kuning (Hitamditengah lajur – lajur Kuning), (4) kardinal Timur: Puncak keluar dengankarakteristik Lajur Hitam diatas dan dibawah lajur Kuning (Kuning ditengahlajur-lajur Hitam), (5) lateral menggunakan warna merah dan hijau, (6) tandakhusus menggunakan warna kuning, (7) tanda khusus penandaan kapal tenggelammenggunakan warna kuning biru melajur tegak.

Tanda puncak dengan kharakteristik sebagai berikut; (a) kardinal menggunakan

tanda puncak berupa 2 (dua) buah kerucut hitam, (b) tanda lateral menggunakan

tanda puncak dengan bentuk silinder merah untuk sisi kiri alur dan kerucut hijau

untuk sisi kanan alur, (c) untuk perairan khusus menggunakan sebuah tanda

puncak bentuk “X” berwarna kuning.

Untuk lebih jelasnya system lalu lintas kapal di Indonesia yang menggunakan

sistem A dapat dilihat ( IALA ) dalam gambar berikut.

Page 93: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 87

Gambar 2.13. Keterangan rambu tanda-tanda Lateral, Terpencil dan Aman

Page 94: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 88

Gambar 2.14. Keterangan rambu tanda-tanda Kardinal dan Khusus

Page 95: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 89

Selain itu, untuk kepentingan keamanan dan keselamatan SBNP tersebut dibuat zona

keamanan dan keselamatan di sekitar bangunan atau instalasi Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran. Zona keamanan dan keselamatan berfungsi: a) sebagai batas pengaman

konstruksi; dan b) melindungi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dari gangguan

sarana lain. Zona keamanan dan keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

terdiri atas:

a) zona terlarang pada area 500 (lima ratus) meter dihitung dari sisi terluar

instalasi atau bangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

b) zona terbatas pada area 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) meter dihitung dari

sisi terluar zona terlarang atau 1.750 (seribu tujuh ratus lima puluh) meter dari

titik terluar instalasi atau bangunan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran.

Di luar zona keamanan dan keselamatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dapat

dilalui oleh kapal dengan menjaga jarak aman. Sementara di dalam zona keamanan

dan keselamatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran tidak dapat dilalui oleh kapal dan

berlabuh jangkar kecuali pada alur sempit, sungai, atau danau yang lebar alurnya

kurang dari 500 (lima ratus) meter. Kapal yang berlabuh jangkar pada alur sempit,

sungai, atau danau yang lebar alurnya kurang dari 500 (lima ratus) meter wajib

menjaga jarak aman paling sedikit satu setengah kali panjang kapal. Begitu juga

halnya, kapal negara yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan/atau perawatan

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dapat mendekati Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran .

Sesuai dengan Ketentuan IMO – SOLAS Chapter V, telah mengisyaratkan untuk

menjamin keselamatan dan keamanan berlayar, perlu dibangun sarana bantu navigasi

pelayaran. Berdasarkan statatemen tersebut, IALA - AIMS (The Internastional

Assosiation of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities ). Lembaga

tersebut menjelaskan beberapa spesifikasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran ( SBNP )

dengan ketentuan teknis 62:

62 IALA – AIMS, Internastional Assosiation of Lighthouse Autthority , 2006

Page 96: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 90

e. Ruang Bebas Alur Penyeberangan

Alur pelayaran penyeberangan, terdiri atas 63; a)alur-pelayaran masuk dan di

dalam pelabuhan; dan b) alur-pelayaran umum dan perlintasan. Spesifikasi teknis

alur pelayaran lintas penyeberangan dilakukan berdasarkan kriteria: a) kedalaman

alur; b) lebar alur; dan c) tinggi ruang bebas di bawah bangunan yang melintas di

atas alur. Dalam perencanaan spesifikasi teknis alur pelayaran lintas

penyeberangan harus memperhatikan: a) karakteristik kapal (sarat, lebar, tinggi

tiang, antena ragar, cerobong, dll) yang beroperasi atau direncanakan beroperasi

pada alur yang bersangkutan; b) kondisi geografis (pasang surut, kedalaman,

gelombang) lintas penyeberangan; c) kemampuan alur pelayaran dengan frekuensi

serta beban lalu lintas dan angkutan melewatinya; d) penempatan konstruksi

bangunan yang melintas di atas alur pelayaran; dan e) spesifikasi teknis terminal

penyeberangan.

Kedalaman alur-pelayaran penyeberangan adalah jarak antara permukaan perairan

penyeberangan pada saat air surut terendah dengan bagian dasar perairan.

Kedalaman alur dipelabuhan yang dipergunakan untuk daerah olah gerak kapal,

kedalamannya harus ditentukan dengan memperhatikan informasi yang diberikan

mengenai under keel clearance 64.

Gambar 2.15. Ilustrasi Perhitungan Kedalamam Alur Penyeberangan

63 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian pasal 7 ayat (2)64 Peraturan Menteri No. PM.68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, Pasal 13.

Page 97: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 91

Lebar alur-pelayaran penyeberangan adalah jarak permukaan antara dua tepian

perairan penyeberangan yang diukur pada saat air surut terendah yang dianggap

aman dan selamat untuk dilayari. Pada alur satu arah lebar dari alur-alur satu arah

tidak boleh kurang dari 5 (lima) kali lebar kapal yang terbesar. Pada lebar alur dua

arah, lebarnya harus ditambah dengan 3 (tiga) atau sampai 5 (lima) kali lebar

kapal yang terbesar ditambah dampak penyimpangan karena arus dan/atau angin.

Sedangkan Iebar dalam belokan-belokan alur, lebar tambahan untuk lintasannya

berdasarkan panjang P dari kapal, jadi 1/8 x P2/R, dengan R- radius belokan 65.

Khusus untuk jalur-jalur pelayaran sempit garis mengemudi lurus yang ditandai,

cukup dengan kepanjangan minimal 5 (lima) kali panjang kapal terbesar pada

kedua ujung jalur 66. Ruang bebas minimal bagi pergerakan atau maneuver sebuah

kapal pada suatu alur pelayaran di dalam pelabuhan adalah dengan

memperhitungkan jarak aman paling sedikit satu setengah kali panjang kapal,

dapat dihitung dengan formula 67:

Lbap ≥ 1,5 x Loa meter

Dimana:

Lbap : lebar ruang bebas alur di dalam pelabuhan

Loa : panjang kapal seluruhnya

65Ibid, Pasal 10, 11 dan 12.66 Ibid, Pasal 8.67 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian pasal 40 ayat (3)

Page 98: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 92

a). 2 Arah

a). 1 Arah

Gambar 2.16. Ilustrasi Perhitungan Lebar Alur Penyeberangan

Page 99: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 93

Tinggi ruang bebas di bawah bangunan atau instalasi yang melintas di atas alur

penyeberangan adalah jarak yang diukur dari bagian tertinggi konstruksi kapal

dengan bagian bawah bangunan yang melintas di atas alur penyeberangan yang

diukur pada saat surut terendah. Toleransi ketinggian bangunan (safety factor)

yang melintas di atas alur pelayaran adalah ditentukan sebesar 2 sampai 5 meter

dari titik tertinggi kapal (Marine Handbook), setelah memperhatikan:

(1) Data traffic kapal melintas di alur

(2) Kondisi kapal yang tertinggi digunakan sebagai referensi dengan kondisi tidak

ada muatan

(3) Dimensi / ukuran kapal (tinggi tiang, antena ragar, cerobong, dll)

(4) Kondisi perairan (pasang surut, kedalaman, gelombang)

(5) Penempatan konstruksi bangunan yang melintas di atas alur

Ruang bebas alur penyeberangan yang dilintasi jembatan, dihitung dengan

memperhatikan 68: a).bentangan jembatan; b).kepadatan lalu lintas kapal (traffic),

dan pesawat udara; c).dimensi kapal; d).kondisi alur; e). air pasang tertinggi; f).

tinggi tiang utama kapal; g).gelombang; h).kedalaman perairan; dan i).pilar

konstruksi jembatan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut;

68 Peraturan Menteri No. PM.68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, Pasal 46.

Page 100: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 94

Gambar 2.17. Ilustrasi Perhitungan Ruang Bebas Atas Alur Penyeberangan

Dimana:

HHWL : Air Pasang Paling Tertinggi (High Highest Water Level)

TM : tinggi maximum kapal (m)

SM : freeboard + draft (sarat maksimal) (m)

M : tinggi tiang mast (m)

TK : tinggi muatan (m) / tinggi crane

Fk : faktor keselamatan 10%

Dalam rangka penentuan spesifikasi teknis alur pelayaran lintas penyeberangan,

Pemerintah melakukan koordinasi dengan Badan Metereologi, Klimatologi dan

Geofisika untuk melakukan identifikasi dan kajian tinggi gelombang. Tinggi

Page 101: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 95

gelombang pada semua lintas penyeberangan dikelompokkan pada tujuh (7) region69, sebagai berikut;

a) Region A, dengan tinggi gelombang maksimum 1,25 meter;

b) Region B, dengan tinggi gelombang maksimum 1,5 meter;

c) Region C, dengan tinggi gelombang maksimum 2 meter;

d) Region D, dengan tinggi gelombang maksimum 2,5 meter;

e) Region E, dengan tinggi gelombang maksimum 3 meter;

f) Region F, dengan tinggi gelombang maksimum 3,5 meter;

g) Region G, dengan tinggi gelombang maksimum 4 meter;

Spesifikasi teknis alur pelayaran lintas penyeberangan, terdiri atas:

a) kedalaman alur-pelayaran masuk dan di dalam pelabuhan, dengan ketentuan70;

d ≥ 1,1 x D

Dimana:

d : kedalaman alur

D : draft kapal

b) kedalaman alur-pelayaran umum dan perlintasan alur-pelayaran, dengan

ketentuan 71;

h = D + t

= D + (t1 + t2 + t3 + t4)

dimana:

h : kedalaman alur

D : sarat/draft kapal

t1: angka keamanan navigasi di bawah lunas kapal dengan jenis tanah dasar

alur penyeberangan, sebagaimana tabel berikut;

69Studi Kelaikan Kapal Sungai dan Penyeberangan dengan Daerah Operasi, Balitbang-Dephub, 2007.70 Lampiran SK Dirjen Perhubungan Darat No. HK.206/1/20/DRPD/93 tentang Pedoman Teknis

Pemeliharaan dan Pengerukan Alur Pelayaran Perairan Daratan dan Penyeberangan.71 Lampiran SK Dirjen Perhubungan Darat No. HK.206/1/20/DRPD/93 tentang Pedoman Teknis

Pemeliharaan dan Pengerukan Alur Pelayaran Perairan Daratan dan Penyeberangan.

Page 102: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 96

Jenis tanah

Angka keamanan berdasar ukuran kapal

LOA>185meter

125<LOA<185meter

LOA < 86meter

Campuran pasir 0,20 0,20 0,20

Pasir 0,30 0,25 0,20

Padat 0,45 0,30 0,20

Keras 0,50 0,45 0,20

t2 : angka keamanan karena adanya gelombang

= 0,3 H – t1

H : tinggi gelombang, berdasarkan region lintasan sebagaimna dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1)

Jika t2 adalah negatif, maka t2 dianggap nol (t2 = 0)

t3 : angka keamanan yang disebabkan oleh gerakan kapal

= k.v

k : koefisien yang tergantung dari keadaan kapal, sebagaimana tabel

berikut:

Ukurankapal

LOA >185meter

125<LOA<185meter

LOA < 86 meter125 <LOA<

86 meter

Koefisien 0,033 0,027 0,022 0,017

v : kecepatan kapal (km / jam)

t4 : angka keamanan untuk pekerjaan pengerukan alur, berkisar ±0,40 meter

c). lebar alur-pelayaran, dengan ketentuan 72;

(1) Satu arah

72 Lampiran SK Dirjen Perhubungan Darat No. HK.206/1/20/DRPD/93 tentang Pedoman TeknisPemeliharaan dan Pengerukan Alur Pelayaran Perairan Daratan dan Penyeberangan.

Page 103: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 97

L = 4,8 x B meter

(2) Dua arah

L = 7,6 x B meter

(3) Lebar di Kolam Pelabuhan

L ≥ 1,5 x Loa meter

Dimana:

L : Lebar alur (meter)

B : Lebar kapal (meter)

Loa : panjang kapal (meter)

d).Tinggi ruang bebas di bawah bangunan yang melintas di atas alur

penyeberangan, dengan ketentuan;

t = T + tsf

Dimana:

t : tinggi ruang bebas di bawah bangunan yang melintas di atas alur

penyeberangan (meter)

T : tinggi puncak atau bangunan tertinggi bagian kapal

tsf: toleransi ketinggian bangunan (safety factor) yang melintas di atas

alur pelayaran adalah ditentukan sebesar 2 sampai 5 meter dari titik

tertinggi kapal.

Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi studi, karakteristik kapal yang

melintasi alur penyeberangan pada umumnya mempunyai ukuran utama

paling besar adalah:

Panjang Seluruhnya (LOA) : 45,5 meter

Panjang Garis Air (LPP) : 42,4 meter

Lebar tengah (B) : 12 meter

Tinggi geladak (H) : 3,7 meter

Sarat air (D) : 2,46 meter

Page 104: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 98

Tinggi sampai bangunan atas (T) : 15 meter

Kapasitas angkut : 400 orang

Kecepatan (V) : 12 knot = 22.22 km/jam

(1 knot = 1,852 km/jam)

Selanjutnya Spesifikasi Teknis Alur Pelayaran Penyeberangan dapat dihitung

sebagai berikut:

a) Kedalaman alur pelayaran

(1) Kedalaman alur pelayaran di luar pelabuhan dapat diperoleh dengan

rumus sebagai berikut:

(a) Region A; tinggi gelombang 1,25 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x1,25 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,1234 meter

(b) Region B; tinggi gelombang 1,5 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x1,5 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,1984 meter

(c)Region B; tinggi gelombang 2 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x2 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,3484 meter

Page 105: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 99

(d)Region B; tinggi gelombang 2,5 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x2,5 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,4984 meter

Karena itu;

(a) Region B; tinggi gelombang 3 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x3 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,6484 meter

(b)Region B; tinggi gelombang 3,5 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x3,5 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,7984 meter

(c)Region B; tinggi gelombang 4 meter.

h = D + (t1 + t2 + t3 + t4)

= D + {t1 + (0,3xH – t1) + (kxv) + t4}

= 2,46 + {0,2 + (0,3x4 – 0,2) + (0,22x22.22) + 0,04}

= 8,9484 meter

Page 106: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 100

b) Kedalaman alur pelayaran di dalam pelabuhan dapat diperoleh dengan

rumus sebagai berikut:

d ≥ 1,1 x D

d ≥ 1,1 x 2,46

d ≥ 1,1 x 2,46

d ≥ 2,706 meter

Sehingga kedalaman pada alur di dalam pelabuhan tidak boleh kurang dari

2,706 meter di seluruh pelabuhan penyeberangan.

c) Lebar alur pelayaran

Lebar alur ditentukan berdasarkan formula berikut:

(a) Satu arah

L = 4,8 x B meter

= 4,8 x 12 meter

= 57,6 meter

(b) Dua arah

L = 7,6 x B meter

= 7,6 x 12 meter

= 91,2 meter

(c) Ruang bebas minimal bagi maneuver kapal pada alur dalam pelabuhan:

L ≥ 1,5 x Loa meter

≥ 1,5 x 45,2

≥ 68,25 meter

Page 107: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 101

d)Tinggi ruang bebas di bawah bangunan yang melintas di atas alur

penyeberangan

Untuk alur penyeberangan, maka dengan memperhatikan tingginya pasang

surut, maka ruang bebas di bawah bangunan yang melintas di alur adalah

dengan ditambah 5 meter (t = T + 5 meter)

t = T + 5

= 15 + 5

= 20 meter

E. Pedoman Pengukuran Jarak Lintas Antar Pelabuhan

Penyeberangan Pada Lintas Penyeberangan

1. Latar Belakang

Dilatarbelakangi penetapan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terutama pada Pasal 35, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010

tentang Angkutan di Perairan pada Pasal 171 dan Pasal 172 ayat (2) butir d dan

ayat (3) pada butir c dan d, serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 26

tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan Pasal 17,

diperlukan adanya tindak lanjut penyusunan Konsep Pedoman Pengukuran Jarak

Baring pada lintas Penyeberangan Komersil, untuk data dukung dalam penentuan

tarif berdasarkan jarak pelayaran

2.Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan Konsep Pedoman Pengukuran Jarak Baring pada Lintas

Penyeberangan Komersil pada hakekatnya untuk memberikan panduan bagi

pemerintah daerah, pengelola pelabuhan penyeberangan, serta perusahaan

angkutan penyeberangan untuk dapat dipakai sebagai salah satu patokan dalam

menentukan biaya operasional Pelayaran. Semakin panjang jarak antara 2 (dua)

pelabuhan, maka biaya operasional akan semakin tinggi, dan inilah yang akan

menjadi dasar penentuan tarif angkutan pelayaran penyeberangan.

Page 108: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 102

3. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Pengukuran Jarak

Baring pada Lintas Penyeberangan Komersil adalah tersusunnya pedoman bagi

pemerintah daerah, pengelola pelabuhan penyeberangan serta perusahaan

angkutan penyeberangan dalam menentukan tarif angkutan yang akan

diberlakukan pada suatu lintasan penyeberangan. Penentuan tarif tersebut

didasarkan pada hasil pengukuran jarak baring diantara pelabuhan penyeberangan

.

4.Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Pengukuran Jarak Baring pada Lintas

Penyeberangan Komersiel Jumlah Kapal pada Lintas Penyeberangan Komersil

adalah:

a. Total Waktu Pelayaran Kapal

b. Jarak antara pelabuhan penyeberangan yang terdiri dari:

c. Jarak pelayaran lurus (jarak diatas peta) tanpa memperhitungan arus dan

angin

d. Jarak pelayaran nyata dengan memperhitungkan arus dan angin.

e. Keceptan dinas kapal

5. Objek pengukuran

Dalam pengoperasian kapal penyeberangan, jarak yang menentukan waktu

pelayaran adalah salah satu faktor utama atau yang paling penting untuk

menentukan biaya pokok langsung operasional kapal.

Untuk memperoleh hasil Pengukuran Jarak Baring maka diperlukan data hasil

pengukuran sebagai berikut:

a) Jarak pelayaran lurus antara pelabuhan penyeberangan berdasarkan peta

yang ada;

b) Kecepatan dan arah arus laut (derajat) terhadap garis tengah kapal (arah

haluan kapal)

c) Kecepatan dan arah angin (derajat) terhadap garis tengah kapal (arah

haluan kapal);

Page 109: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 103

a. Pedoman menentukan jalur yang akan ditempuh

Berlalu lintas di lautan berbeda dibandingkan dengan berlalu lintas di darat.

Dalam hal di Indonesia harus berkendara disisi kiri. Sedangkan apabila kita

berlayar disisi kanan maka kita harus bertahan pada posisi tersebut sehingga

kapal dari arah berlawanan akan melintas disisi kanan. Pelayaran yang paling

tepat ketika melintasi selat adalah berlayar mengikuti arah arus dan angin,

namun dalam hal pelayaran penyeberangan keadaan tersebut agak berbeda.

Mempertimbangkan pengaruh arah dan kecepatan angin dan arus mempengaruhi

jalur pelayaran kapal maka nakhoda harus terlebih dahulu mendapatkan

informasi berkaitan dengan :

1) Arah arus dan arahnya terhadap pelayaran lurus kapal diantara pelabuhan

penyeberangan atau terhadap arah haluan kapal;

2) Menentukan besarnya kecepatan resultante atau kecepatan kapal yang

telah dipengaruhi oleh kecepatan arus dan angin.

Rumus Kecepatan Resultante kapal dengan memperhitungkan kecepatan arus:= √[{( + ∗ ( )} + { ∗ ( )} ]Dimana := ( )

= kecepatan kapal (knot)

VA = Kecepatan arus ( knot )

Arah haluan kecepatan resultante kapal adalah:

∶ µ = terhadap jalur baringan sejati

Page 110: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 104

Arah pelayaran riel

µ VK Arah jarak lurus

β µ

α VA

Arah arus & angin VR Resultante kecepatan kapal

Gambar 2.18. Sketsa Resultante Kecepatan Kapal, Arus dan Angin

Maka dengan adanya pengaruh angin dan arus air laut arah pelayaran adalah

sesuai sketsa tersebut diatas dengan kecepatan VR dengan arah haluan µ

terhadap jalur pelayaran lurus atau jarak baringan sejati. Dengan arah pelayaran

riel tersebut maka akan terjadi perbedaan jarak terhadap jarak lurus diantara dua

pelabuhan penyeberangan. Untuk pelabuhan yang jarak lurusnya pendek maka

perbedaan tersebut tidak signifikan. Pada umumnya pada saat berlayar

kecepatan kapal dapat dibaca di pesawat GPS. Namun sebelum bertolak

tentunya Nakhoda harus atau ingin mengetahui berapa prakiraan kecepatan yang

diperlukan oleh kapal dengan memperhitungkan kecepatan dan arah angin serta

arus. Kecepatan tersebut dapat diprakirakan dengan menggambar paduan

kecepatan tersebut diatas pada kertas skala. Kecepatan dinas sebuah kapal pada

umumnya telah ditentukan pada saat perencanaan menjelang pembangunannya.

Kecepatan resultante seyogyanya tidak lebih besar dari kecepatan dinas. Berarti

kecepatan pada pelayaran tanpa pengaruh arus dan angin hendaknya lebih kecil

dari kecepatan dinas.

Langkah dalam menghitung jarak baring alur pelayaran tersebut adalah:

a) Menghitung Jalur Pelayaran Riil

Dengan adanya pengaruh arus dan angin maka agar kapal tiba di pelabuhan

tujuan tidak terlalu menyimpang maka berdasarkan analisa kecepatan

Page 111: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 105

tersebut diatas maka jalur lintasan pelayaran kapal adalah kurang lebih

sebagai berikut.

C

Lintasan kapal

(S) simpangan

Pel A D Pel B

Gambar 2.19. Sketsa Lintasan Kapal akibat pengaruh angin dan arus

Panjang kurva lintasan pelayaran akan sedikit lebih panjang dibandingkan dengan

lintasan pelayaran lurus dari Pel A ke Pel B. Simpangan jalur pelayaran Riel dapat

dihitung dengan memantau posisi kapal (garis lintang dan garis bujur. Data

tersebut dapat diperoleh dari GPS yang sekaligus mencantumkan kecepatan dan

haluan kapal. Apabila jarak simpangan terhadap jalur pelayaran lurus diketahui

maka dengan rumus Pithagoras dimana:

Jarak CD =S = simpangan berdasarkan jarak garis lintang

Jarak antara D & A dan D& B = perbedaan garis bujur

AC = √ (CD2 + AD2) & CB= √ (CD2 + AD2)

Panjang jalur riel = AC + CB

Untuk simpangan sudut kecil panjang ACB = ± AB;

Untuk jarak A & B yang berdekatan perbedaan panjang jalur pelayaran

dapat diabaikan.

b) Menghitung jangka waktu pelayaran

Jangka waktu pelayaran diantara 2 pelabuhan penyeberangan tentunya

ditentukan sebagai berikut :

Jarak antara L (mil) : lama pelayaran * kecepatan kapal/jam = W (jam) *

VK (mil/jam)

Jarak pelayaran tersebut adalah panjang jalur pelayaran sesuai lintasan jalur

pelayaran kapal dengan memperhitungkan pengaruh angin dan arus. Jarak

Page 112: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 106

tersebut diatas kemudian di bandingkan dengan jarak pelayaran yang

direncanakan atau ditetapkan.

c) Menghitung Konsumsi Bahan bakar

Konsumsi bahan bakar dapat ditentukan dengan melakukan pencatatan posisi

permukaan bahan bakar didalam tangki harian kapal sebelum kapal berlayar dan

sesaat sesudah kapal tiba dipelabuhan tujuan. Pencacatan dilakukan dengan

melihat gelas duga yang terpasang pada tangki harian kapal. Dari pencatatan

tersebut dapat dihitung berapa m3 (ton) bahan bakar yang terpakai untuk

pelayaran tersebut sehingga data lain yang dibutuhkan dapat dihitung yaitu

sebagai berikut :

Pemakaian bahan bakar/jam (Kbbm/jam) : A ton untuk W (jam) = A/W ton/jam

atau

Pemakaian bahan bakar/mil (Kbbm/mil) : A ton untuk L (mil) = A/L (ton/mil).

b. Persyaratan yg diperlukan

Persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan pedoman tersebut diatas adalah :

1) Nakhoda sudah menguasai alur pelayaran penyeberangan secara lengkap

atau setidaknya pernah menjadi Mualim I dikapal tersebut.

2) Adanya pencatatan data cuaca terutama angin dan arus secara rutin setiap

hari dari musim ke musim. Data cuaca sebaiknya diperoleh langsung dari

satelit cuaca. Apabila memungkinkan dapat diolah dan dianalisa sehingga

bisa dipakai untuk kebutuhan operasional sehari hari. Analisa dan

pengolahan data tersebut sebaiknya dilaksanakan oleh staf di Kantor

Perusahaan Pelayaran.

3) Beberapa jalur penyeberangan di perairan Indonesia berbatasan dengan

perairan Internasional maka sebaiknya Kapal penyeberangan hendaknya

dilengkapi dengan Peralatan Navigasi berstandar Internasional dan

terpelihara secara baik dan dapat diandalkan.

Page 113: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 107

F. Pedoman Penanganan Kecelakaaan Kapal Saat Operasi

1. Latar Belakang

Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 244, Pasal 245 -

Pasal 249, Pasal 258 dan Pasal 259, Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010

tentang Kenavigasian pada Pasal 77, 78, 79, dan Pasal 80, Peraturan Menteri

Perhubungtan Nomor PM.26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran

pada Pasal 45, 46, 47, 48, 49, dan Pasal 50, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun

2002 tentang Perkapalan Pasal 82, Pasal 83, Pasal 84, dan Pasal 86.

2. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan Konsep Pedoman Penanganan Kecelakaaan Kapal Saat

Operasi adalah untuk menjamin terselenggaranya penanganan kapal yang

mengalami kecelakaan pada saat operasi secara cepat, efisian, terkontrol dan

terkoordinasi sehingga dapat dihindari terjadinya kecelakaan kapal; dan dapat

diminimalisasinya terjadinya korban jiwa apabila kecelakaan tidak dapat

dihindari.

3. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Penanganan

Kecelakaaan Kapal Saat Operasi adalah adanya acuan bagi Nahkoda, ABK serta

penumpang kapal dalam melakukan tindakan yang tepat saat terjadi kecelakaan

kapal pada saat operasi.

4. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Penanganan Kecelakaaan Kapal Saat

Operasi adalah:

a) Tanggung Jawab Pengangkut

b) Komunikasi Marabahaya

c) Latihan Penanganan Kedaruratan Kapal

d) Penanganan Kecelakaan Kapal Terbakar

e) Penanganan Kecelakaan Kapal Tubrukan

f) Penanganan Kecelakaan Kapal Kandas

g) Penanganan Kecelakaan Kapal Tenggelam

h) Penanganan Kecelakaan Orang Jatuh ke Laut

Page 114: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 108

i) Penanganan Meninggalkan Kapal

5. Objek atau arah pengaturan

Beberapa .aspek yang perlu dirumuskan terkait dalam penanganan kecelakaan

kapal saat operasi adalah sebagai berikut;

a. Tanggung Jawab Pengangkut

Perusahaan Pelayaran Penyeberangan harus menjamin kehandalan armadanya

serta menjamin terlaksananya aspek keselamatan pada saat berlayar dengan

berpedoman pada:

(1) Terpenuhinya syarat kecakapan pelaut khususnya Nakhoda dan Kepala

Kamar Mesin untuk mengoperasikan kapal di jalur penyeberangan

tersebut;

(2) Terpenuhinya persyaratan keselamatan pelayaran sesuai SOLAS ataupun

peraturan Biro Klasifikasi dan ketentuan Pemerintah lainnya;

(3) Terpasangnya gambar/diagram Rencana Keselamatan (Safety Plan) yang

telah disetujui oleh Direktur Jenderal di setiap ruangan di kapal terutama

ruang penumpang;

(4) Menjamin bahwa tanda pengenal kotak penyimpan baju renang atau

pelampung terbaca oleh penumpang dan mudah dijangkau;

(5) Posisi penempatan sekoci atau life raft dapat dijangkau oleh penumpang

walaupun dalam keadaan panik dan berebut;

(6) Secara periodik memeriksa status kedaluwarsa peralatan pemadam

kebakaran berbahan busa, life raft beserta isi dan kelengkapannya.

(7) Menetapkan peraturan dilingkungan perusahaan mengenai keharusan

adanya pelatihan penyelamatan saat terjadi kecelakaan misalnya:

(a) Pemadaman kebakaran;

(b) Penurunan sekoci atau life raft;

(c) Penggunaan dan berfungsi atau tidaknya katup darurat bahan bakar

ke mesin induk dan mesin bantu (emergency fuel stop valve);

(d) Penggunaan baju renang / pelampung oleh penumpang.

Page 115: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 109

Menjamin tersedianya kotak P-3-K serta terjaganya mutu obat obatan

yang tersedia;

Secara umum tanggung jawab keselamatan pelayaran khususnya pelayaran

penyeberangan ada dipundak Nakhoda Kapal yang akan mengkoordinir para

Anak Buahnya. Namun dalam banyak kasus penyebab kecelakaan kapal

adalah faktor Manusia atau yang sering dikenal dengan Human Error, maka

dengan sendirinya penumpang harus merasa ikut bertanggung jawab atas

keselamatan pelayaran penyeberangan yang sedang dijalaninya. Tanggung

jawab Nakhoda tersebut yang paling tepat adalah:

(1) Menghindari terjadinya kecelakaan pada saat beroperasi

(2) Memimalisasi terjadinya korban jiwa dan korban luka

Penanggung jawab tertinggi diatas sebuah kapal adalah Nakhoda yang dalam

pelaksanaannya harus dibantu oleh anak buah terkait bidang masing-masing

misalnya untuk ruang mesin, ruang penumpang, geladak kendaraan. Adapun

lingkup tanggung jawab nahkoda tersebut sebagai berikut:

(1) Mengumumkan bahwa kapal dalam keadaan darurat, yang kemudian

diteruskan oleh seluruh Anak buah kapal sehingga menjangkau setiap

sudut dari kapal.

(2) Memerintahkan anak buah agar segera mengambil tindakan penyelamatan

misalnya:

(a) Melokalisasi dan memadamkan kebakaran;

(b) Mengamankan para penumpang;

(c) Memerintahkan penumpang untuk menggunakan pelampung dan

bergerak ke lokasi sekoci dan life raft.

Sementara tanggung jawab anak buah kapal, dalam rangka untuk menghindari

terjadinya kecelakaan dan meminimalisir jatuhnya korban maka tanggung jawab

adalah sebagai berikut:

(1) Perlu ditunjuknya salah satu Anak Buah Kapal secara bergantian untuk

menjadi penanggung jawab keselamatan setiap hari dan ABK tersebut

bertanggung jawab kepada Nakhoda;

(2) Melaporkan apabila mengetahui atau mencium tanda tanda adanya

kebakaran atau benda terbakar ketika kapal sedang berlayar;

Page 116: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 110

(3) Mengatur dan memeriksa apakah semua kendaraan telah diikat ke

geladak;

(4) Memeriksa apakah tata letak kendaraan bermotor sudah benar dan sesuai

dengan rencana tata letak yang berlaku diatas kapal tersebut;

(5) Memeriksa apakah semua kendaraan bermotor telah kosong dari

penumpang;

(6) Segera bertindak ketika mengetahui bahwa arah haluan kapal akan

mengakibatkan terjadinya tabrakan atau benturan,dengan kapal lain,

sambil melaporkan keadaan tersebut kepada atasannya atau langsung

kepada Nakhoda;

(7) Mengumumkan terjadinya keadaan darurat kepada seluruh penumpang;

(8) Memberi petunjuk kepada penumpang tempat penyimpanan baju renang

dan alat keselamatan lainnya serta cara memakainya;

(9) Menenangkan kepanikan para penumpang, mengkoordinir dan

mengarahkan pergerakan penumpang untuk menaiki sekoci atau

pelampung (life raft);

Selain awak kapal, penumpang juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab jika

terjadi keadaan darurat kapal saat operasi, diantaranya adalah;

(1) Mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku diatas kapal misalnya :

tidak sembarangan membuang puntung rokok atau bahkan mematuhi

larangan tidak merokok;

(2) Segera melapor kepada ABK yang bertugas atau sedang piket apabila

melihat atau mengetahui adanya anggota keluarga/rombongan atau orang

lain yang terjatuh kelaut

(3) Sesampainya di ruang penunmpang maka para penumpang dianjurkan

segera mengetahui tempat penyimpanan alat keselamatan misalnya: baju

renang, pelampung

(4) Memberitahu kepada ABK yang bertugas apabila ada yang mencium bau

asap yang bisa diduga sebagai akibat adanya kebakaran atau sebagai

tanda terjadinya kebakaran;

(5) Penumpang harus turun dari bis dan naik kapal lewat jalan orang yang

telah disediakan;

Page 117: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 111

(6) Apabila penumpang ikut didalam bus ketika bus masuk kedalam kapal

maka penumpang harus segera turun dan duduk di ruang penumpang;

(7) Penumpang yang mengetahui cara penggunaan peralatan pemadam

kebakaran seyogya ikut mengoperasikan peralatan tersebut apabila

diperlukan.

b. Komunikasi Marabahaya

Bahaya terhadap kapal dan/atau orang merupakan kejadian yang dapat

menyebabkan terancamnya keselamatan kapal dan/atau jiwa manusia. Setiap

orang yang mengetahui kejadian bahaya tersebut wajib segera melakukan upaya

pencegahan, pencarian dan pertolongan serta melaporkan kejadian kepada

pejabat berwenang terdekat atau pihak lain. Sementara itu Nakhoda wajib

melakukan tindakan pencegahan dan penyebarluasan berita kepada pihak lain

apabila mengetahui di kapalnya, kapal lain, atau adanya orang dalam keadaan

bahaya. Selain penyebarluasan berita, Nakhoda juga wajib melaporkan bahaya

tersebut kepada Syahbandar pelabuhan terdekat 73.

Berdasarkan kode internasional, yang juga diadopsi oleh pemerintah Indoensia,

setiap kapal dalam keadaan marabahaya dan memerlukan pertolongan segera

wajib disiarkan secara luas melalui stasiun radio pantai dan/atau stasiun bumi

pantai dalam jaringan Telekomunikasi-Pelayaran oleh penyelenggara

Telekomunkasi Pelayaran. Penyiaran berita dilaksanakan segera setelah diterima

dan disiarkan ulang secara periodik 2 (dua) kali dalam 1 (satu) jam selama waktu

tenang dengan menggunakan kanal penyiaran frekuensi marabahaya internasional

pada Band Medium Frequency dan Band High Frequency, sedangkan penyiaran

verita marabahaya di Band Very High Frequency dilaksanakan segera setelah

diterima. Penyiaran berita dilaksanakan dengan panggilan marabahaya/berita

marabahaya “MAYDAY MAYDAY MAYDAY” atau didahului dengan tanda

segera “PAN PAN PAN” untuk informasi minta pertolongan terhadap orang

yang sakit di atas kapal; dan informasi minta pertolongan terhadap orang yang

jatuh di laut atau panggilan “SECURITE SECURITE SECURITE” untuk

dukungan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR). Stasiun radio pantai

dan/atau stasiun bumi pantai, harus menyiarkan berita marabahaya yang

diterimanya. Sementara Nakhoda wajib meliput berita marabahaya tersebut baik

73 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 244

Page 118: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 112

dari kapal di sekitarnya maupun dari stasiun radio pantai dan/atau stasiun bumi

pantai untuk tujuan pencarian, penyelamatan, dan keselamatan berlayar 74.

Penyiaran berita marabahaya dari stasiun radio pantai dan/atau stasiun

bumi pantai ke kapal dengan tata cara sebagai berikut 75:

(1) apabila menggunakan radio teleponi dengan kelas emisi J3E disiarkan

melalui frekuensi 2182 KHz, 4125 KHz, 6215 KHz, 8291 KHz, 12290 KHz,

dan 16420 KHz, dengan jam penyiaran menit ke 00 – 03 dan menit ke 30 –

33 pada setiap jamnya;

(2) apabila menggunakan radio teleponi dengan kelas emisi G3E disiarkan

melalui frekuensi 156.800 MHZ (chanel 16) dengan jam penyiaran 0000 –

2400 UTC;

(3) apabila menggunakan perangkat DSC dengan kelas emisi FIB/J2B disiarkan

melalui frekuensi 2187.5 KHz, 42075 KHz, 6312 KHz, 8414.5 KHz, 12577

KHz, 16805.5 KHz dan 156.525 MHz (Chanel 70) dengan jam penyiaran

0000 – 2400 UTC;

(4) apabila menggunakan perangkat NBDP dengan kelas emisi FIB/J2B

disiarkan melalui frekuensi 2174.5 KHz, 4177.5 KHz 6288 KHz, 8376.5

KHz, 12520 KHz, 16695 KHz dengan jam penyiaran 0000 – 2400 UTC.

Stasiun Radio Pantai dan/atau stasiun bumi pantai yang menerima berita

marabahaya, harus menyampaikan ke Badan Search And Rescue Nasional (SAR),

Direktur Jenderal dan Syahbandar pelabuhan terdekat.Setiap kapal yang

dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio, jika sedang berlayar harus

menyelenggarakan dinas jaga radio pada frekuensi-frekuensi marabahaya dan

keselamatan serta informasi keselamatan pelayaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. ABK yang bertanggung jawab atas

dinas jaga radio kapal selama dalam pelayaran wajib menyelenggarakan tugas-

tugas 76:

(1) menerima dan/atau memancarkan berita marabahaya, berita segera dan

berita keselamatan pelayaran;

(2) berita dalam usaha pencarian dan pertolongan;

74 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Pasal 7875 Peraturan Menteri No. PM.26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran, Pasal 4876 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan, Pasal 76

Page 119: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 113

(3) berita keselamatan mengenai navigasi dan meteorologi (cuaca buruk yang

membahayakan keselamatan berlayar);

(4) berita-berita lain mengenai keperluan kapal dan pelayaran;

(5) melaporkan posisi kapal; dan

(6) mengisi buku harian radio kapal;

Pemilik atau operator Kapal, menyediakan wajib frekuensi radio, sehingga

bilamana terjadi keadaan darurat, Nahkoda dapat menggunakan untuk

memancarkan ke berbagai radio di darat, misalnya dengan frekuensi 2182 KHZ,

6215 KHZ, 8291 KHZ, 156.8 MHZ. Sementara itu kapal yang dilengkapai

dengan fasilitas GMDSS dapat berhubungan langsung dengan petugas

pelabuhan di darat. Kepala Pelabuhan harus menyiapkan personil di darat untuk

memonitor pelayaran kapal. Stasiun radio di darat standby di frekuensi 9158

KHZ sebagai media komunikasi dengan kantor Pusat atau dengan stasiun

cabang lainnya serta memantau operasional. Sistem komunikasi dengan Tim

Tanggap Darurat untuk pelayaran jarak dekat dapat menggunakan VHF, SSB,

HT, Handpone, Telepon Satelit.

Untuk memudahkan komunikasi dalam keadaan darurat/kebakaran kapal,

Nahkoda harus memiliki Daftar Kontak berupa Nomor telepon Kantor

Pelabuhan yang dilintasi, Rumah dan Handpone Pejabat PT. ASDP Indonesia

Ferry ( Persero ), dan seluruh anggota Tim Tanggap Darurat serta Instansi yang

terkait dan jika perlu daftar kontak telepon alamat penumpang dan awak kapal.

c. Latihan Penanganan Kedaruratan Kapal

Kapal sesuai dengan dan ukuran harus memiliki peralatan alarm darurat

umum,yang dapat dioperasikan dari anjungan atau tempat lainnya disertai

tuntunan latihan. Peralatan alarm darurat umum harus dapat dioperasikan dengan

sumber arus listrik dari sumber tenaga listrik utama atau dari sumber tenaga

listrik darurat. Di setiap kapal harus ada sijil berkumpul yang menyebutkan

rincian dari isyarat alarm keadaan darurat umum dan tindakan yang harus

diambil oleh anak buah kapal serta penumpang pada waktu alarm dibunyikan dan

juga harus menjelaskan perintah meninggalkan kapal yang diberikan. Sijil

berkumpul harus menunjukan tugas-tugas yang diwajibkan kepada perwira-

perwira kapal dan anak buah kapal lainnya serta harus selalu siap diperiksa pada

Page 120: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 114

saat kapal akan berlayar. Di setiap kapal yang memiliki sekoci harus tersedia sijil

sekoci yang memuat petunjuk bagi anak buah kapal dan penumpang untuk

menempati sekoci penolong apabila dalam keadaan bahaya dan ada perintah

nahkoda meninggalkan kapal. Di kapal penumpang yang memiliki tonase kotor

150 (GT.150) atau lebih dan dikapal barang yang memiliki tonase kotor 300

(GT.300) atau lebih harus ada sijil darurat bagi awak kapal dan penumpang,

sehubungan dengan kebakaran, kebocoran, orang jatuh kelaut dan meninggalkan

kapal. Pada setiap sijil harus dinyatakan tugas dan tanggung jawab masing-

masing awak kapal dan kewajiban pelayar dalam keadaan darurat 77.

Semua peralatan kedaruratan kapal baik yang tetap maupun yang dapat dipindah

harus dipelihara dan dirawat dengan baik serta setiap saat dapat digunakan. Anak

buah kapal harus terlatih dalam hal yang perlu mereka lakukan bila terjadi

musibah atau meninggalkan kapal dan jika mungkin bagi pelayar lainnya. Di

kapal yang memiliki tonase kotor 500 (GT.500 ) atau lebih harus diselengarakan

dinas ronda yang tepat guna sehingga setiap ada musibah dapat dengan segera

diketahui. Latihan peran kebakaran, peran kebocoran, peran pertolongan orang

jatuh kelaut dan peran meninggalkan kapal dilakukan 1(satu) kali dalam 1 (satu)

minggu atau paling sedikit 1 (satu) kali dalam pelayaran jika lama berlayar

kurang dari 1(satu) minggu. Peralatan yang digunakan setiap latihan harus

digunakan secara bergiliran dan bergantian. Setiap selesai latihan masing-masing

peran, wajib ditulis dibuku harian kapal dengan catatan tingkat keberhasilan dari

setiap latihan peran. ABK perlu melakukan sistem penanggulangan dan

kesiagaan keadaan darurat secara periodik, sehingga profesionalisme orang

tersebut dapat lebih handal.

Jika pada saat operasi ternyata benar-benar terjadi kecelakaan kapal, yang berupa:

a).kapal tenggelam; b).kapal terbakar; c).kapal tubrukan; dan d).kapal kandas;

maka setiap orang yang berada di atas kapal yang mengetahui terjadi kecelakaan

dalam batas kemampuannya harus memberikan pertolongan dan melaporkan

kecelakaan tersebut kepada Nakhoda dan/atau Anak Buah Kapal 78. Nakhoda

yang mengetahui kecelakaan kapalnya atau kapal lain wajib mengambil tindakan

penanggulangan, meminta dan/atau memberikan pertolongan, dan

77 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan, Pasal 8378 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 246

Page 121: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 115

menyebarluaskan berita mengenai kecelakaan tersebut kepada pihak lain.

Selanjutnya Nakhoda wajib melaporkan kepada Syahbandar pelabuhan terdekat.

Dalam melakukan tindakan terhadap penanggulangan, Nahkoda harus

mempertimbangkan tingkatan keadaan darurat, meliputi:

(1) Peringatan Tingkat 1

(2) Setiap insiden/kecelakaan yang dapat ditangani, wajib dikomunikasikan oleh

dan setiap awak pada instansi terkait.

(3) Peringatan Tingkat 2

(4) Setiap insiden/kecelakaan yang memerlukan Tim untuk mengatasi termasuk

mengevakuasi penumpang.

(5) Peringatan Tingkat 3

(6) Setiap insiden/kecelakaan yang memerlukan Tim/Pasukan untuk

mengendalikan dan mengatasinya termasuk mengevakuasi penumpang dan

semua awak kapal.

d. Penanganan Kecelakaan Kebakaran Kapal

1) Pemberitahuan Awal

(1) Setiap orang termasuk ABK/Crew yang mengetahui kejadian adanya

kebakaran di atas kapal, segera menginformasikan kepada petugas

jaga/Nahkoda

(2) Nahkoda selaku pemimpin tertinggi dalam Kapal, segera mengambil

alih Komando dan melakukan koordinasi pada ABK untuk menangani

Kebakaran dan secara simultan membunyikan tanda bahaya alarm

(3) ABK memberikan pengumuman, agar penumpang semua tenang dan

menempati tempat semula, dan menangani kebakaran sesuai dengan

SIJIL KEBAKARAN

(4) Apabila kebakaran semakin tinggi dan kapal sulit melanjutkan

perjalanan, maka tindakan secara simultan yang dilakukan oleh

Nahkoda adalah menghubungi kapal lain yang sedang berlayar, TNI

AL, dan Syahbandar melalui Petugas STC

Page 122: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 116

(5) Apabila kebakaran dapat diatasi, maka perjalanan kapal dapat

dilanjutkan

(6) Bilamana kebakaran tidak dapat diatasi, Nahkoha memerintahkan

penumpang meninggalkan kapal, dan ABK menyiapkan berbagai

peralatan

(7) Untuk mengurangi tingkat kebakaran yang semakin tinggi, Nahkoda

segera memerintahkan untuk membuang barang/kendaraan ke laut

2) Penanganan Internal

(1) Tugas Jaga di anjungan menentukan posisi kapal pada saat kejadian

kebakaran dan ditulis dalam jurnal kapal

(2) Juru mudi siap dianjungan dan melaksanakan instruksi dari Nahkoda

(3) Makronis melakukan tugasnya sebagai berikut;

(a) Menyiapkan peralatan komunikasi untuk hubungan dengan darat

atau dengan kapal lain jika dibutuhkan

(b) Menyiapkan surat-surat kapal

(c) Menyiapkan alat komunikasi (HT) untuk regu pengendali

kejadian

(d) Memberitahu awak kapal dan penumpang tentang keadaan

darurat yang terjadi di kapal melalui Publicaddresor

(4) Masinis Jaga segera menuju tempat Pompa Pemadam Kebakaran untuk

Menyiapkan dan menghidupkan Pompa Bilga di Kamar Mesin

(5) Regu Pemadam Kebakaran segera menyiapkan Peralatan Breating

Aparatus, peralatan P3K, dan melaksanakan pemadam kebakaran

sesuai dengan Sijil Kebakaran.

3) Penanganan Eksternal

(1) Jika kebakaran tidak bisa ditangani oleh tim internal, maka Nahkoda

segera mengirim berita kebakaran kapal kepada petugas STC (Ship

Traffic Control).

(2) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu Bagian STC (Ship Trafic Control)

yang menerima keadaan darurat segera meneruskan ke Manajer

Operasional. Bilamana Kapal Memiliki GMDSS, petugas radio

Page 123: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 117

darat dapat berhubungan langsung dengan Kapal yang sedang

mengalami kebakaran.

(3) Manajer operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan tentang

keadaan darurat kapal penyeberangan, berikut lokasi Lokasi Kejadian,

jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.

(4) Kepala Pelabuhan, segera melakukan koordinasi dengan SAR, Polisi

Air Pemadam Kebakaran, TNI AL.

(5) SAR mengevakuasi penumpang, sementara Pemadam Kebakaran dan

Polisi Air berusaha memadamkan kebakaran.

(6) Penumpang yang mengalami luka maupun yang tewas, petugas SAR

membawa ke Rumah Sakit untuk diotopsi.

4) Evaluasi dan Pelaporan

(1) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan

yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang

serupa.

(2) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang operator.

(3) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke

Kantor Pusat.

(4) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua

dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara,

hasil evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Secara singkat proses penanganan adalah seperti diagram berikut;

Page 124: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 118

Petugas jaga memberitahukankepada Nahkoda dan mencatatposisi kapal, dan waktu kejadian

Kebakaran- Juru mudi siap dianjungan,

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untukhubungan dengan darat atau dengan kapal lain jika

dibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT) untukregu pengendali kejadian, pemberitahuan awak kapal dan

penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi danmembunyikan alarm kebakaran

Kebakaran dapatditangani secara

internalMasinis Jaga segera menuju

tempat Pompa PemadamKebakaran untuk Menyiapkan dan

menghidupkan Pompa Bilga diKamar Mesin

Nahkoda menganalisa tingkatkedaruratan kebakaran

Nahkoda mengidentifikasikerusakan kapal dan kondisi

penumpang

Kebakaran tidak dapatditangani secara internal

Regu Pemadam Kebakaran segeramenyiapkan Peralatan BreatingAparatus, peralatan P3K, danmelaksanakan pemadaman

kebakaran

Nahkoda memerintahkanuntuk melanjutkan

perjalanan

Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR,Syahbandar, Stasiun Pantai atau Kapal

sekitarnya, melalui petugas STCpelabuhan

Di Pelabuhan Petugas STCpelabuhan melaporkan ke manajer

operasional tentang keadaandarurat Kebakaran

Manajer operasional lapor ke Syahbandaryang juga langsung menghubungi SAR dan

petugas berwenang lainnya untukmelakukan pertolongan dan

penyelamatan penumpang sertamenyiapkan tempat penampungan dan

pengobatan sementara

Nahkoda memerintahkan ABK danpenumpang untuk meninggalkankapal, dan ABK mempersiapkan

peralatan evakuasi

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaanyang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian

kecelakaan yang serupa, mengirim semua dokumenkejadian ke kantor Cabang operator dan kantorPusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian

Page 125: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 119

e. Penanganan Kecelakaan Tubrukan Kapal

1) Pemberitahuan Awal:

(1) Dalam pelayaran apabila terjadi peristiwa tubrukan kapal, maka

Perwira Jaga segera memerintahkan STOP MESIN, untuk

mengurangi kerusakan yang semakin parah pada badan kapal.

(2) Perwira Jaga harus mencatat Posisi Kapal dan waktu kejadian di

Buku Jurnal Kapal lalu melaporkan kejadiannya ke Nakhoda.

2) Penanganan Internal:

(1) Nakhoda selaku pimpinan tertinggi dalam kapal segera

mengambil alih Komando dan melakukan tindakan penanganan

yang diperlukan, yaitu memeriksa keadaan Penumpang dan Crew

Kapal serta memeriksa besarnya kerusakan yang terjadi pada

kapal.

(2) Apabila akibat kejadian tubrukan pada kapal mengakibatkan

kerusakan yang fatal pada kapal sehingga kapal tidak dapat

meneruskan perjalanan pelayaran, maka segera menghubungi

SAR, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya untuk meminta

bantuan untuk kondisi darurat kapal.

(3) Nakhoda segera memerintahkan kepada semua ABK dan

penumpang kapal untuk meninggalkan kapal. Dalam proses

meninggalkan kapal agar sesuai dengan penanganan

meninggalkan kapal (SIJIL Meninggalkan Kapal)

(4) Apabila akibat kejadian tabrakan pada kapal mengakibatkan

dampak berupa Kebakaran, Orang Jatuh kelaut/Cedera,

Kebocoran & Tumpahan Minyak, maka Nakhoda memerintahkan

penanganan sesuai dengan jenis kejadiannya.

(5) Jika pada kapal tidak terjadi kerusakan yang fatal, maka Nakhoda

segera memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan.

3) Penanganan Eksternal:

(1) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic

Control) yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta

Page 126: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 120

bantuan harus segera memberitahukan kepada Manajer Operasional.

Apabila kapal dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio

darat dapat langsung berhubungan dengan kapal. Berita yang

diterima harus dicatat dibuku jurnal radio.

(2) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan

mengenai keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada,

yaitu lokasi kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang

diperlukan.

(3) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung

jawab didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi

SAR dan petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR

untuk mencari dan menyelamatkan penumpang

(4) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan

darurat Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat

Pusat dan sebaliknya.

(5) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul

(6) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah

disiapkan

(7) Melakukan Jalur Komunikasi antara :

(a) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang

(b) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat

(c) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat

(d) Tim Tanggap Darurat dengan Direksi

4) Merinci Laporan dari Kapal/Cabang yang meliputi informasi data-

data :

(1) Jenis Kejadian yang dialami

(2) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta

(3) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun)

(4) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)

(5) Ada tidaknya korban dalam insiden atau kecelakaan yang terjadi

(6) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

(7) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang .

Page 127: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 121

5) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain:

(1) Syahbandar

(2) Badan SAR Nasional

(3) Rumah Sakit

(4) KPPP

(5) TNI AL

(6) Kepolisian

(7) Instansi terkait lainnya.

6) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan

dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda

7) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga

terdekat awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan

yang sudah/akan dilakukan.

8) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi

kejadian

9) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi

10) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota

Tim.

11) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat

penampungan dan pengobatan semetara bagi penumpang yang

mengalami luka. Tim Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap

siaga selama proses evakuasi korban berlangsung.

12) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi

penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa

ke rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi

yang meninggal.

13) Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal

yang telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum

melalui media cetak,audio dan visual. Keluarga korban yang bisa

dihubungi segera dihubungi mengenai kondisi korban yang

sebenarnya.

14) Bila dianggap perlu , menunjuk personil yang bertugas untuk

menjelaskan tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas

izin Direksi.

Page 128: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 122

15) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses

pertolongan dan kondisi Korban.

14) Evaluasi dan Pelaporan

(a) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan

yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang

serupa.

(b) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang.

(c) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke

Kantor Pusat.

(d) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua

dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara,

hasil evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Lebih jelasnya teknis dan atau alir penanganan dapat dilihat pada diagram

berikut;

Page 129: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 123

Gambar 2.20. Diagram Alir Penanganan Kecelakaan Tubrukan Kapal

Perwira jaga segera perintahkan STOPMESIN dan memberitahukan kepada

Nahkoda dan mencatat posisi kapal, danwaktu kejadian

- Juru mudi siap dianjungan,

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untukhubungan dengan darat atau dengan kapal lain jika

dibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT) untukregu pengendali kejadian, pemberitahuan awak kapal dan

penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi danmembunyikan alarm tubrukan

Tidak menimbulkan kerusakanfatal dan dapat melanjutkan

perjalanan

Nahkoda menganalisa tingkatkerusakan akibat tubrukan

Nahkoda mengidentifikasikerusakan kapal dan kondisi

penumpang

Menimbulkan kerusakan fatal dantidak dapat melanjutkan

perperjalanan

Nahkoda memerintahkanuntuk melanjutkan

perjalanan

Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR,Syahbandar, Stasiun Pantai atau Kapal

sekitarnya, melalui petugas STCpelabuhanDi Pelabuhan Petugas STC

pelabuhan melaporkan ke manajeroperasional tentang keadaan

darurat tubrukanManajer operasional lapor keSyahbandar yang juga langsungmenghubungi SAR dan petugas

berwenang lainnya untuk melakukanpertolongan dan penyelamatan

penumpang serta menyiapkan tempatpenampungan dan pengobatan

sementara

Nahkoda memerintahkan ABK danpenumpang untuk meninggalkankapal, dan ABK mempersiapkan

peralatan evakuasi

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaanyang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian

kecelakaan yang serupa, mengirim semua dokumenkejadian ke kantor Cabang operator dan kantorPusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian

Page 130: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 124

f. Penanganan Kecelakaan Kapal Kandas

1) Pemberitahuan Awal

(a) Dalam pelayaran apabila terjadi peristiwa kapal kandas, maka

Perwira Jaga segera memerintahkan STOP MESIN, untuk

mengurangi kerusakan yang semakin parah pada badan kapal.

(b) Perwira Jaga harus mencatat Posisi Kapal dan waktu kejadian di Buku

Jurnal Kapal lalu melaporkan kejadiannya ke Nakhoda.

2) Penanganan Internal

(a) Nakhoda selaku pimpinan tertinggi dalam kapal segera mengambil alih

Komando dan melakukan tindakan penanganan yang diperlukan, yaitu

memeriksa keadaan Penumpang dan Crew Kapal serta memeriksa

besarnya kerusakan yang terjadi pada kapal.

(b) ABK memberikan pengumuman, agar penumpang semua tenang dan

menempati tempat semula, agar tidak semakin membahayakan kondisi

kapal yang kandas.

(c) Nahkoda segera memerintahkan kepada ABK mempersiapkan

peralatan untuk memeriksa kondisi kapal (sekoci kerja, tali,

pelampung).

(d) Menurunkan sekoci untuk memeriksa kondisi sekitar kapal untyuk

mengetahui seberapa dalam kandas, seberapa luas area kandas.

(e) Jika kandas dirasa dapat dapat diatasi sendiri, Nahkoda melakukan

tindakan sebagai berikut :

3) Memerintahkan penumpang untuk turun sementara dengan menggunakan

sekoci ataupun baju pelampung yang ada dengan perlahan-lahan agar

tidak mengakibtakan kapal oleng/terbalik.

4) Jika diperlukan, untuk mengurangi bahaya tenggelamnya kapal, Nahkoda

memerintahkan ABK untuk mengurangi muatan dengan membuang

barang/kendaraan ke laut.

5) Menyiapkan stand by olah gerak untuk maneuver kecil,

6) Mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di sekitarnya

atau kepada para nelayan di sekitarnya.

Page 131: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 125

7) Apabila kandas dapat diatasi, dan tidak terjadi kerusakan yang fatal dan

dapat melanjutkan perjalanan, maka Nakhoda segera memerintahkan untuk

melanjutkan perjalanan.

8) Apabila akibat kejadian kapal kandas mengakibatkan dampak berupa

orang jatuh kelaut/cedera, kebocoran dan tumpahan minyak, maka

Nakhoda memerintahkan penanganan sesuai dengan jenis kejadiannya.

9) Bilamana kandas tidak dapat diatasi, Nakhoda segera memerintahkan

kepada semua ABK dan penumpang kapal untuk meninggalkan kapal

dan ABK menyiapkan berbagai peralatan. Dalam proses meninggalkan

kapal agar sesuai dengan penanganan meninggalkan kapal (SIJIL

Meninggalkan Kapal). Nahkoda segera menghubungi SAR, Stasiun

Pantai atau Kapal sekitarnya untuk meminta bantuan untuk kondisi

darurat kapal.

10) Penanganan Eksternal

a) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic Control)

yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta bantuan harus

segera memberitahukan kepada Manajer Operasional. Apabila kapal

dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung

berhubungan dengan kapal. Berita yang diterima harus dicatat dibuku

jurnal radio.

b) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan mengenai

keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada, yaitu lokasi

kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.

c) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung jawab

didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi SAR dan

petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR untuk mencari

dan menyelamatkan penumpang

d) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan darurat

Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat Pusat dan

sebaliknya.

e) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul

f) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah disiapkan

g) Melakukan Jalur Komunikasi antara :

Page 132: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 126

(1) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang

(2) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat

(3) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat

(4) Tim Tanggap Darurat dengan Direksi

11) Merinci Laporan dari Kapal/Cabang yang meliputi informasi data-data

a) Jenis Kejadian yang dialami

b) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta

c) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun)

d) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)

e) Ada tidaknya korban dalam insiden atau kecelakaan yang terjadi

f) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

g) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang .

h) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain:

(1) Syahbandar

(2) Badan SAR Nasional

(3) Rumah Sakit

(4) KPPP

(5) TNI AL

(6) Kepolisian

(7) Instansi terkait lainnya.

12) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan

dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda

13) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga terdekat

awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan yang

sudah/akan dilakukan.

14) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi

kejadian

15) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi

16) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota Tim.

17) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat penampungan

dan pengobatan semetara bagi penumpang yang mengalami luka. Tim

Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap siaga selama proses

evakuasi korban berlangsung.

Page 133: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 127

18) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi

penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa ke

rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi yang

meninggal.

19) Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal

yang telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum

melalui media cetak,audio dan visual. Keluarga korban yang bisa

dihubungi segera dihubungi mengenai kondisi korban yang sebenarnya.

20) Bila dianggap perlu , menunjuk personil yang bertugas untuk

menjelaskan tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas

izin Direksi.

21) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses

pertolongan dan kondisi Korban.

22) Evaluasi dan Pelaporan

(a) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan

yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang

serupa.

(b) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang.

(c) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim

ke Kantor Pusat.

(d) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua

dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara,

hasil evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Lebih jelasnya penanganan kecelakaan tubrukan kapal dapat dilihat pada

diagram berikut.

Page 134: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 128Gambar 2.21. Diagram Alir Penanganan Kecelakaan Kapal Kandas

Perwira jaga segera perintahkan STOPMESIN dan memberitahukan kepadaNahkoda dan mencatat posisi kapal,

dan waktu kejadian- Juru mudi siap dianjungan,

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untukhubungan dengan darat atau dengan kapal lain jikadibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT)

untuk regu pengendali kejadian, pemberitahuan awakkapal dan penumpang tentang keadaan darurat yang

terjadi dan membunyikan alarm kapal kandas

Tidak menimbulkankerusakan fatal dan dapat

ditangani internal

Nahkoda menganalisa tingkat kedaruratankandas, bersama Mualim memeriksa kondisi

sekitar kapal untuk mengetahui seberapadangkal kandas, seberapa luas area kandas

Nahkoda mengidentifikasikerusakan kapal dan kondisi

penumpang

Menimbulkan kerusakanfatal dan tidak dapat

ditangani internal

Nahkodamemerintahkan untuk

melanjutkan perjalanan

Nahkoda koordinasi/menghubungiSAR, Syahbandar, Stasiun Pantaiatau Kapal sekitarnya, melalui

petugas STC pelabuhanDi Pelabuhan Petugas STCpelabuhan melaporkan ke

manajer operasional tentangkeadaan darurat tubrukan

Manajer operasional lapor keSyahbandar yang juga langsungmenghubungi SAR dan petugas

berwenang lainnya untuk melakukanpertolongan dan penyelamatan serta

menyiapkan tempat penampungan danpengobatan sementara

Nahkoda memerintahkan ABK danpenumpang untuk meninggalkankapal, dan ABK mempersiapkan

peralatan evakuasi

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untukmencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa, mengirim

semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantorPusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian

Nahkoda memerintahkan penumpanguntuk turun sementara dengan

menggunakan sekoci/baju pelampung,dan jika perlu, untuk mengurangi

bahaya tenggelamnya kapal, Nahkodamemerintahkan ABK untuk mengurangi

muatan dengan membuangbarang/kendaraan ke laut

Nahkoda memerintahkan untukmenyiapkan stand by olah gerak

untuk maneuver kecil, sambilmengkomunikasikan dengan

dengan kapal yang berlayar disekitarnya atau kepada para

nelayan di sekitarnya.

Page 135: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 129

g. Penanganan Kecelakaan Kapal Tenggelam

1) Pemberitahuan Awal

Dalam pelayaran apabila terjadi peristiwa yang mengakibatkan kapal

tenggelam karena kecelakaan kebakaran, kandas, atau tubrukan, maka Perwira

Jaga harus mencatat Posisi Kapal dan waktu kejadian di Buku Jurnal Kapal

lalu melaporkan kejadiannya ke Nakhoda.

2) Penanganan Internal

(1) Nakhoda selaku pimpinan tertinggi dalam kapal segera mengambil alih

Komando dan melakukan tindakan penanganan yang diperlukan, yaitu

segera memerintahkan penumpang dan ABK untuk meninggalkan kapal.

(2) ABK menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan (pelambung, baju

penolong, sekoci).

(3) Dalam proses meninggalkan kapal agar sesuai dengan penanganan

meninggalkan kapal (SIJIL Meninggalkan Kapal).

(4) Nahkoda segera menghubungi SAR, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya

untuk meminta bantuan untuk kondisi darurat kapal.

3) Penanganan Eksternal

(1) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic Control)

yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta bantuan harus

segera memberitahukan kepada Manajer Operasional. Apabila kapal

dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung

berhubungan dengan kapal. Berita yang diterima harus dicatat dibuku

jurnal radio.

(2) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan mengenai

keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada, yaitu lokasi

kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.

(3) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung jawab

didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi SAR dan

petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR untuk mencari

dan menyelamatkan penumpang

(4) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan darurat

Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat Pusat dan

sebaliknya.

Page 136: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 130

(5) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul

(6) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah disiapkan

(7) Melakukan Jalur Komunikasi antara :

(a) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang

(b) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat

(c) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat

(d) Tim Tanggap Darurat dengan Direksi

(8) Merinci Laporan dari Kapal/Cabang yang meliputi informasi data-data :

(a) Jenis Kejadian yang dialami

(b) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta

(c) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun)

(d) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)

(e) Ada tidaknya korban dalam insiden atau kecelakaan yang terjadi

(f) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

(g) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang .

(9) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain:

(a) Syahbandar

(b) Badan SAR Nasional

(c) Rumah Sakit

(d) KPPP

(e) TNI AL

(f) Kepolisian

(g) Instansi terkait lainnya.

(10) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan

dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda

(11) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga

terdekat awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan

yang sudah/akan dilakukan.

(12) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi

kejadian

(13) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi

(14) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota Tim.

(15) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat

penampungan dan pengobatan semetara bagi penumpang yang

Page 137: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 131

mengalami luka. Tim Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap

siaga selama proses evakuasi korban berlangsung.

(16) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi

penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa ke

rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi yang

meninggal.

(17) Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal

yang telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum

melalui media cetak, audio dan visual. Keluarga korban yang bisa

dihubungi segera dihubungi mengenai kondisi korban yang sebenarnya.

(18) Bila dianggap perlu , menunjuk personil yang bertugas untuk

menjelaskan tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas

izin Direksi.

(19) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses

pertolongan dan kondisi Korban.

4) Evaluasi dan Pelaporan

(1) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan yang

terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa.

(2) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang.

(3) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke

Kantor Pusat.

(4) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua

dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara, hasil

evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Lebih jelasnya penanganan kapal tenggelam dapat dilihat pada dianggaram

berikut.

Page 138: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 132

Gambar 2.22. Diagram Alir Penanganan Kecelakaan Kapal Tenggelam

Perwira jaga segera memberitahukan kepada Nahkodadan mencatat posisi kapal, dan waktu kejadian

- Juru mudi siap dianjungan,

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untuk hubungan dengandarat atau dengan kapal lain jika dibutuhkan, surat-surat kapal, alat

komunikasi (HT) untuk regu pengendali kejadian, pemberitahuan awakkapal dan penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi dan

membunyikan alarm mennggalkan kapal

Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR, Syahbandar,Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya, melalui petugas

STC pelabuhan

Di Pelabuhan Petugas STC pelabuhanmelaporkan ke manajer operasional tentang

keadaan darurat tenggelam

Manajer operasional lapor ke Syahbandar yang jugalangsung menghubungi SAR dan petugas berwenang

lainnya untuk melakukan pertolongan danpenyelamatan penumpang serta menyiapkan tempat

penampungan dan pengobatan sementara

Nahkoda memerintahkan ABK dan penumpang untukmeninggalkan kapal, dan ABK mempersiapkan peralatan

evakuasi yang diperlukan (pelambung, baju penolong,sekoci).

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untukmencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa, mengirim

semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantorPusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian

Page 139: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 133

h. Penanganan Orang Jatuh ke Laut

1) Pemberitahuan Awal

a) Setiap orang yang mengetahui, ada orang jatuh ke laut dari atas kapal

harus memberitahukan sekuat-kuatnya berteriak “ADA ORANG

JATUH KE LAUT “.

b) Orang yang mendengar teriakan tersebut segera memberitahukan

kepada ABK dan ABK segera membunyikan alarm/suling sebagai tanda

mesin Kepal segera dimatikan, dan secara simultan ABK tersebut segera

melaporkan ke Nahkoda

2) Penanganan Internal

a) Nahkoda segera memerintahkan kepada ABK mempersiapkan

peralatan pertolongan (tali, pelampung, boat kecil yang ada)

b) Melemparkan pelampung kepada orang yang jatuh atau benda lainnya

sebagai pegangan sementara.

c) Nahkoda melakukan tindakan sebagai berikut :

3) Menyiapkan stand by olah gerak/siap bantu,

4) Mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di sekitarnya

atau kepada para nelayan di sekitarnya

5) ABK menurunkan tangga, sebagai jalan ke bahwah atau ke laut sekaligus

membawa pelampung dan tali.

6) ABK menurunkan sekoci ke bawah untuk digunakan menolong korban.

7) ABK melempar tali kepada korban, sebagai pegangan untuk dapat naik

ke atas boat/ sekoci.

8) ABK membawa korban ke atas kapal melalui tangga yang telah

disediakan, dan selanjutnya dibawa ke Ruang Pemeriksaan

Kesehatan.

9) Bilamana korban, mengalami luka, Dokter langsung melakukan

pertolongan.

10) Korban dipersilahkan ke luar, bilamana korban sudah sehat.

Page 140: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 134

11) valuasi dan Pelaporan

a) Nahkoda, harus mencatat kronologis jatuhnya orang dari Kapal, dan

menyimpan sebagai dokumentasi.

b) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan

yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang

serupa.

c) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang.

d) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke

Kantor Pusat.

Lebih jelasnya diagram penanganan kecelakaan orang jatuh ke laut dapat dilihat

pada diagram berikut.

Page 141: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 135

Gambar 2.23. Diagram Alir Penanganan Orang Jatuh Ke Laut

Siapapun Teriak “ADA ORANG JATUH KE LAUT “, dan segera memberitahukankepada ABK dan Perwira Jaga segera membunyikan alarm/suling sebagaitanda STOP MESIN, dan secara simultan segera melaporkan ke Nahkoda

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untuk hubungan dengandarat atau dengan kapal lain jika dibutuhkan

Nahkoda segera memerintahkan kepada ABK mempersiapkan peralatanpertolongan (tali, pelampung, boat kecil yang ada), dan segera

melemparkan pelampung kepada orang yang jatuh atau benda lainnyasebagai pegangan sementara

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untukmencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa, mengirim

semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantorPusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian

Nahkoda memerintahkan juru mudi untuk menyiapkan stand by olahgerak/siap bantu, dan memerintahkan markonis untuk

mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di sekitarnyaatau kepada para nelayan di sekitarnya

ABK secara simultan menurunkan tangga, sebagai jalan ke bahwah atau kelaut sekaligus membawa pelampung dan tali dan menurunkan sekoci ke

bawah untuk digunakan menolong korban.

ABK melempar tali kepada korban, sebagai pegangan untuk dapat naik keatas boat/sekoci, kemudian menaikkan korban melalui tangga yang telah

disiapkan, sementara ABK yang lain kembali menaikkan sekoci danperalatan lain ke tempat semula

Setelah sampai diatas geladak, korban selanjutnya dibawa ke RuangPemeriksaan Kesehatan. Bilamana korban, mengalami luka, Dokter

langsung melakukan pertolongan. Korban dipersilahkan ke luar, bilamanakorban sudah sehat.

Page 142: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 136

i. Penanganan Meninggalkan Kapal

1) Pemberitahuan Awal

a) Nakhoda memerintahkan kepada semua penumpang dan ABK untuk

meninggalkan kapal apabila kondisi kapal mengalami kerusakan yang

fatal sehingga kapal tidak bisa melanjutkan pelayaran .

b) Sebagai tanda untuk segera meninggalkan kapal, maka Nakhoda

membunyikan Alarm/tanda bahaya sesuai dengan kejadiannya.

c) Marconis melakukan tugasnya dengan memancarkan Berita

MaraBahaya.

d) Nakhoda memerintahkan kepada ABK untuk menghubungi SAR,

Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya untuk meminta bantuan untuk

kondisi darurat kapal dengan mengikuti prosedur komunikasi yang

berlaku.

2) Penanganan Internal

a) ABK melaksanakan tugasnya sesuai dengan SIJIL MENINGGALKAN

KAPAL

b) ABK membimbing para penumpang untuk menggunakan Life

Jacket/Pelampung. Kemudian Life Jacket/Pelampung ikatkan dan

kencangkan sesuai dengan aturan pemakaian.

c) ABK menurunkan Sekoci penolong dan melaporkan kepada Nakhoda

bahwa persiapan telah dilakukan.

d) Para penumpang yang meninggalkan kapal dengan sekoci/ILR sesuai

dengan nomor sekoci/ILR dan ABK .membantu dalam menurunkan

sekoci ke air, menstart mesin, dan melepaskan kaitan sekoci dengan

kapal.

e) Penumpang yang akan melakukan tindakan terjun ke laut, oleh ABK

diberi petunjuk mengenai tata cara terjun dilaut:

(a) Sebelum terjun ke air, berusaha untuk turun sedekat mungkin

dengan permukaan air.

(b) Pakai dan ketatkan alat pelampung.

(c) Sebelum terjun ke air, perhatikan apakah tempat jatuh anda bebas

dari orang lain, benda-benda yang mencuat atau reruntuhan.

(d) Lindungi mulut dan pencet hidung dengan jari.

Page 143: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 137

(e) Eratkan pelampung dengan jalan menyilangkan lengan yang

bebas di depan dada dan memegang tali pangkal alat pelampung.

3) Para Penumpang yang berada di laut dengan cara terjun kelaut, segera

dilakukan pertolongan untuk naik ke Sekoci/ILR.

4) Penanganan Eksternal

a) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic Control)

yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta bantuan harus

segera memberitahukan kepada Manajer Operasional. Apabila kapal

dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung

berhubungan dengan kapal. Berita yang diterima harus dicatat dibuku

jurnal radio.

b) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan mengenai

keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada, yaitu lokasi

kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.

c) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung jawab

didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi SAR dan

petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR untuk mencari

dan menyelamatkan penumpang

d) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan darurat

Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat Pusat dan

sebaliknya..

e) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul

f) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah disiapkan

g) Melakukan Jalur Komunikasi antara :

(1) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang

(2) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat

(3) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat

(4) Tim Tanggapa Darurat dengan Direksi

5) Merinci Laporan dari Kapal / Cabang yang meliputi informasi data-data :

a) Jenis Kejadian yang dialami

b) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta

c) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun)

d) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)

e) Ada tidaknya korban dalam insiden atau kecelakaan yang terjadi

Page 144: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 138

f) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

g) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang .

6) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain:

a) Syahbandar

b) Badan SAR Nasional

c) Rumah Sakit

d) KPPP

e) TNI AL

f) Kepolisian

g) Instansi terkait lainnya.

7) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan

dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda

8) Melakukan peninjauan terhadap tambahan tenaga yang dikirim ke lokasi

kejadian

9) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga terdekat

awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan yang

sudah/akan dilakukan.

10) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi

kejadian

11) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi

12) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota Tim.

13) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat penampungan

dan pengobatan semetara bagi penumpang yang mengalami luka. Tim

Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap siaga selama proses

evakuasi korban berlangsung.

14) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi

penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa ke

rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi yang

meninggal.

15)Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal yang

telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum melalui

media cetak,audio dan visual. Keluarga korban yang bisa dihubungi segera

dihubungi mengenai kondisi korban yang sebenarnya.

Page 145: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 139

16) Bila dianggap perlu, menunjuk personil yang bertugas untuk menjelaskan

tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas izin Direksi.

17) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses

pertolongan dan kondisi Korban.

18) Evaluasi dan Pelaporan:

(a) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan yang

terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa

(b) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang

(c) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke

Kantor Pusat

(d) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua

dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara, hasil

evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Lebih jelasnya diagram/alir penanganan orang meninggalkan kapal dapat dilihat

pada diagram berikut.

Page 146: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 140Gambar 2.24. Diagram Alir Penanganan Meninggalkan Kapal

Perwira jaga mencatat posisikapal, dan waktu kejadian

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untukhubungan dengan darat atau dengan kapal lain jika

dibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT) untukregu pengendali kejadian, pemberitahuan awak kapal dan

penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi danmembunyikan alarm meninggalkan kapal

- Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR, Syahbandar,Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya, melalui petugas

STC pelabuhan

- Marconis melakukan tugasnya dengan memancarkanBerita MaraBahaya untuk meminta bantuan untukkondisi darurat kapal dengan mengikuti prosedur

komunikasi yang berlaku.

Di Pelabuhan Petugas STC pelabuhan melaporkan kemanajer operasional tentang keadaan darurat

meninggalkan kapalManajer operasional lapor ke Syahbandar yang juga langsung

menghubungi SAR dan petugas berwenang lainnya untukmelakukan pertolongan dan penyelamatan penumpang serta

menyiapkan tempat penampungan dan pengobatansementara

Nahkoda memerintahkan ABK dan penumpang untukmeninggalkan kapal, dan ABK mempersiapkan

peralatan evakuasi yang diperlukan (pelambung, bajupenolong, sekoci)

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yangterjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan

yang serupa, mengirim semua dokumen kejadian kekantor Cabang operator dan kantor Pusat, dan mengarsip

semua dokumen kejadian

- ABK membimbing para penumpang untuk menggunakan LifeJacket/Pelampung, dan segera terjun ke laut jika dengan petunjuk ABK

- ABK menurunkan Sekoci penolong dan melaporkan kepada Nakhodabahwa persiapan telah dilakukan.

- Para penumpang yang meninggalkan kapal dengan sekoci/ILR sesuaidengan nomor sekoci/ILR dan ABK membantu dalam menurunkan

sekoci ke air, menstart mesin, dan melepaskan kaitan sekoci dengankapal.

- Para Penumpang yang berada di laut dengan cara terjun kelaut, segeradilakukan pertolongan untuk naik ke Sekoci/ILR.

Page 147: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 141

G. Pedoman Penempatan Kapal Pada Lintas Penyeberangan

Perintis

1. Latar Belakang

Dilatarbelakangi penetapan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terutama pada Pasal 24, dan Pasal 25, Peraturan Pemerintah No. 20

Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan pada Pasal 71 dan Pasal 72, Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM.26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Angkutan Penyeberangan pada Pasal 12, 13, 14, dan Pasal 15, maka diperlukan

adanya tindak lanjut penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal Pada

Lintas Penyeberangan Perintis.

2. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal Pada Lintas

Penyeberangan Perintis adalah untuk menjamin kelancaran, ketertiban,

keselamatan dan keamanan penempatan kapal pada lintas penyeberangan perintis

sesuai daerah operasi.

3. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal

Pada Lintas Penyeberangan Perintis adalah adalah adanya acuan atau pedoman

bagi pemerintah daerah, operator pelabuhan, serta pengusaha/operator angkutan

penyeberangan yang akan menempatkan kapal pada suatu lintas penyeberangan

perintis sesuai daerah operasi.

4. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal Pada Lintas

Penyeberangan Perintis adalah:

a. Prosedur penempatan kapal

b. Persyaratan Kelaiklautan kapal

c. Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

Page 148: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 142

5. Objek atau arah pengaturan

Sebagai sarana komunikasi atau penyeberangan antar pulau, kapal dapat dianggap

sebagai jembatan penghubung antara jaringan jalan darat atau jaringan jalan kereta

api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan

beserta muatannya. Pada umumnya angkutan penyeberangan bersifat komersial

terutama antar daerah atau pulau yang sudah maju dengan mobilitas masyarakat

yang tinggi dan distribusi logistic memadai. Tingkat kemajuan antar daerah di

Indonesia tidaklah sama bahkan terdapat kepincangan kemajuan yang bermuara

pada kepincangan kesejahteraan. Karena itu sangat dibutuhkan angkutan

penyeberangan perintis.

a. Prosedur Penempatan Kapal

1) Belum Terlayani Angkutan Kapal

Dalam rangka melayani mobilitas masyarakat Indonesia di daerah masih

tertinggal dan/atau wilayah terpencil, maka Pemerintah menyelanggarakan

angkutan penyeberangan perintis dengan pertimbangan tertentu dengan

pertimbangan ekonomi.Kegiatan angkutan penyeberangan perintis pada

dasarnya dilakukan untuk 79: a) menghubungkan daerah yang masih tertinggal

dan/atau wilayah terpencil yang belum berkembang dengan daerah yang sudah

berkembang atau maju; b) menghubungkan daerah yang moda transportasi

lainnya belum memadai; dan c) menghubungkan daerah yang secara komersial

belum menguntungkan untuk dilayani oleh pelaksana angkutan

penyeberangan.

Kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan perintis hanya dapat dilakukan

oleh perusahaan Angkutan Penyeberangan. Kegiatan pelayanan Angkutan

Penyeberangan perintis ditentukan berdasarkan kriteria 80:

a) belum dilayani oleh pelaksana kegiatan angkutan laut, angkutan sungai

dan danau atau angkutan penyeberangan yang beroperasi secara tetap

dan teratur;

b) secara komersial belum menguntungkan;

b) tingkat pendapatan perkapita penduduknya masih rendah;

79Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.26 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan AngkuitanPenyeberangan, Pasal 1380Ibid, Pasal 14

Page 149: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 143

c) dilayani oleh perusahaan angkutan yang memiliki surat izin usaha

angkutan penyeberangan dan surat persetujuan pengoperasian kapal;

dan

d) faktor muatan rata-rata kapal kurang dari 60% (enam puluh per

seratus) per tahun.

Biaya yang timbul akibat dilaksanakannya angkutan penyeberangan perintis,

yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah merupakan

subsidi sebesar selisih biaya pengoperasian kapal pelayaran perintis yang

dikeluarkan oleh perusahaan angkutan penyeberangan dengan pendapatan

dan/atau penghasilan uang tambang barang dan penumpang pada suatu trayek

tertentu 81. Subsidi diberikan kepada perusahaan Angkutan Penyeberangan

atas dasar penugasan oleh Pemerintah/pemerintah daerah yang sebagian biaya

atau sepenuhnya dibebankan pada anggaran pemerintah baik yang bersumber

dari APBN maupun APBD. Pelayanan Angkutan Penyeberangan Perintis

untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dilaksanakan oleh

Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota.

Kegiatan angkutan penyerangan perintis dapat dilakukan dengan cara kontrak

jangka panjang dengan perusahaan angkutan di perairan menggunakan kapal

berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang

diawaki oleh warga negara Indonesia 82.

2) Persyaratan Kelaiklautan kapal

Setiap kapal yang akan ditempatkan pada suatu lintas penyeberangan perintis

harus memenuhi kelaiklautan kapal yang dibuktikan dengan sertifikat dan surat

kapal, sesuai dengan daerah operasinya yang meliputi 83:

3) Keselamatan Kapal;

Persyaratan keselamatan kapal meliputi : a).material; b).konstruksi;

c).bangunan; d).permesinan dan perlistrikan; e).stabilitas; f).tata susunan serta

perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio; dan

81Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Pasal 7282Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 2583 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 117

Page 150: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 144

g).elektronika kapal 84. Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan

keselamatan kapal diberi sertifikat keselamatan oleh Menteri.

4) pencegahan pencemaran dari kapal;

Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian

pencemaran diberikan sertifikat pencegahan dan pengendalian pencemaran oleh

Menteri.

5) pengawakan kapal;

Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan

kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional,

dengan Nakhoda dan Anak Buah Kapal untuk kapal berbendera Indonesia

harus warga negara Indonesia, dan kapal yang memenuhi persyaratan diberikan

setifikat pengawakan kapal.

6) garis muat kapal dan pemuatan;

Setiap kapal yang berlayar harus ditetapkan garis muatnya sesuai dengan

persyaratan. Penetapan garis muat kapal dinyatakan dalam Sertifikat Garis

Muat. Pada setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dipasang

Marka Garis Muat secara tetap sesuai dengan daerah-pelayarannya.

7) kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;

Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi: a).gaji;

b).jam kerja dan jam istirahat; c).jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan

dan pemulangan ke tempat asal; d).kompensasi apabila kapal tidak dapat

beroperasi karena mengalami kecelakaan; e).kesempatan mengembangkan

karier; f).pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman;

dan g).pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi

kecelakaan kerja, yang dinyatakan dalam perjanjian kerja antara Awak Kapal

dengan pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

84 Ibid, Pasal 124

Page 151: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 145

Untuk menjamin kesehatan penumpang dan awak kapal selama pelayaran,

setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan fasilitas

kesehatan bagi penumpang, meliputi: a).ruang pengobatan atau perawatan;

b).peralatan medis dan obat-obatan; dan c).tenaga medis.

b.Status hukum kapal;

Status hukum kapal dapat ditentukan setelah melalui proses:

1) pengukuran kapal;

Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib dilakukan pengukuran oleh pejabat

pemerintah yang diberi wewenang oleh Menteri. Berdasarkan pengukuran ini

kemudian diterbitkan Surat Ukur untuk kapal dengan ukuran tonase kotor

sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh Gross Tonnage). Pada kapal yang telah diukur

dan mendapat Surat Ukur wajib dipasang Tanda Selar. Tanda Selar harus tetap

terpasang di kapal dengan baik dan mudah dibaca.

2) pendaftaran kapal;

Pendaftaran kapal dilakukan dengan pembuatan akta pendaftaran dan dicatat

dalam daftar kapal Indonesia. Sebagai bukti kapal telah terdaftar, kepada

pemilik diberikan grosse akta pendaftaran kapal yang berfungsi pula sebagai

bukti hak milik atas kapal yang telah didaftar. Pada kapal yang telah

didaftar wajib dipasang Tanda Pendaftaran.

3) penetapan kebangsaan kapal.

Kapal yang didaftar di Indonesia dan berlayar di laut diberikan Surat Tanda

Kebangsaan Kapal Indonesia oleh Menteri.

c.Manajemen keselamatan Dan Pencegahan Pencemaran Dari Kapal

Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan

pencemaran dari kapal diberi sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan

pencemaran dari kapal berupa Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan

(Document of Compliance/DOC) untuk perusahaan dan Sertifikat Manajemen

Keselamatan (Safety Management Certificate/SMC) untuk kapal.

Page 152: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 146

d. manajemen keamanan kapal.

Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal diberi

sertifikat Manajemen Keamanan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal

Internasional (International Ship Security Certificate/ISSC). Penempatan kapal

yang akan dioperasikan pada setiap lintas penyeberangan harus memenuhi

persyaratan 85:

1) spesifikasi teknis lintas;

Spesifikasi teknis lintas penyeberangan meliputi: a) kondisi lintasan; b)

perkiraan kapasitas lintas; c) kemampuan pelayanan alur; dan d) spesifikasi

teknis terminal penyeberangan atau pelabuhan laut yang digunakan untuk

melayani angkutan penyeberangan.

2) spesifikasi teknis kapal;

Spesifikasi teknis kapal meliputi: a) ukuran kapal; b) pintu rampa; c)

kecepatan kapal; dan d) mesin bantu sandar.

3) persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan;

Persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan meliputi: a)

persyaratan usaha; dan b) persyaratan pelayanan.

4) fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan atau terminal penyeberangan; Fasilitas pelabuhan laut yang

digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal

penyeberangan paling sedikit meliputi: a) jumlah dan jenis fasilitas sandar

kapal; b) kolam pelabuhan; dan. c) fasilitas naik turun penumpang dan

kendaraan.

1) persyaratan minimal pelayanan angkutan penyeberangan.

Khusus mengenai persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan

akan ditempatkan minimal harus memiliki:

a) Fasilitas ruang akomodasi penumpang

85Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Pasal 66

Page 153: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 147

Standar pelayanan kenyamanan penumpang dari segi fasilitas ruang

akomodasi penumpang dapat dilihat pada tabel berikut:

b) Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang

(1) Luas Ruangan

-Luas lantai tempat duduk/tenpat tidur penumpang kurang lebih 60 % luas

geladak ruangan

c) Penumpang

-Penumpang Geladak Terbuka:

-Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30 – 0,45 m2

Jam Tempat Duduk/ Urinoir/WC Sistem P. Addreser CC TVBerlayar Luas ( M2 ) K. Mandi Sirkulasi Musik Video

Udara1 Sampai Ekonomi

dengan 1,0 Geladakjam terbuka Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -

Geladaktertutup Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan Ada -

2 Diatas 1,0 Ekonomi Bangku/ 0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -jam s/d 4 Bisnis Kursi/ 0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Adajam Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada

3 Diatas 4 jam Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Adas/d 8 jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada4 Diatas 8 jam Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Ada

s/d 12 jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada AdaEksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC Ac Ada Ada

5 Lebih dari 12 Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Adajam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada

No Kelas

Tabel 1. Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang

SistemJam Tempat Tidur/ Sirkulasi P. Addreser

Berlayar Luas ( M2 ) Udara Musik1 Di atas 8 jam Ekonomi Tatami/ 1,26 m2 Fan Ada

s/d 12 jam Bisnis Tatami/ 1,26 m2 Fan/AC AdaEksekutif T. Tidur/ 1,44 M2 AC Ada

2 Lebig dari Ekonomi Tatami/ 1,26 m2 Fan Ada12 jam Bisnis Tatami/ 1,26 m2 Fan/AC Ada

Eksekutif T. Tidur/ 1,44 M2 AC Ada

No Kelas

Tabel 2. Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang Kamar

Page 154: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 148

d) Penumpang Geladak Tertutup

- Tinggi atap minimal 1,90 m;

- Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berulkuran 0,33 - 0,65 m2

e) Penumpang Kamar

- Kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 ( enam ) orang

- Dilengkapi tenpat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,70 m

lebar

- Luas lantai per orang minimal 1,26 m2

Untuk mengganti tempat tidur tetap diperbolehkan membuat ruang tidur

secara tatami ( tanpa ranjang / bed ) dengan luas lantai per orang minimal 1,26

m2. Ruang tidur untuk penumpang kamar kelas eksekutif harus mempunyai

tempat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,80 m lebar

dengan luas lantai per orang minimal 1,44 m2

f) Tempat Duduk

(1) Bangku : untuk tempat duduk penumpang kelas ekonomi:

(a) Tempat duduk memanjang yang menjadi satu, tanpa sekat sandaran

tangan

(b) Kapasitas tiap bangku tidak boleh melebihi 6 ( enam ) orang untuk

satu sisi keluar menuju gang/jalan lalu lintas orang

(c) Luas bangku per orang minimal 0,30 m2, dengan ukuran lebar 0,4 m

dan panjang 0,75 m

(d) Bangku dapat ditempatkan pada ruangan penumpang geladak terbuka

atau tertutup

(2) Kursi : untuk tempat duduk penumpang kelas non ekonomi bisnis;

(a) tempat duduk bersandaran tangan untuk masing-masing penumpang

dan ditempatkan secara berderet pada ruangan penumpang geladak

tertutup dan setiap kursi dilapisi bantalan dan sandaran jok

(b) Luas ukuran kursi minimal 0,40 m2 tiap kursi

(c) Bentuk dan ukuran kursi sebagaimana dalam Gambar berikut;

Page 155: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 149

Gambar 5.25. Konstruki Kursi Penumpang Kapal Penyeberangan

(3) Kursi Reklining ( Reklining Seat ) : untuk tempat duduk penumpang kelas

non-ekonomi eksekutif

(4) Tempat duduk dengan sandaran punggung yang dapat diatur dan setiap kursi

dilapisi bantalan dan sandaran jok, ditempatkan pada ruangan penumpang

geladak tertutup

(5) Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi

(6) Bentuk dan ukuran kursi sebagaimana dalam Gambar 2 berikut;

(7) Gang / jalan melintas untuk orang/penumpang;

(8) Jarak antara ( lebar ) dari gang tempat untuk melintas orang/penumpang

adalah sebagai berikut;

(a) sampai dengan 100 penumpang, jarak minimal 0,80 m;

(b) di atas 100 penumpang, jarak minimal 1,00 m

(c) di atas 1.000 penumpang, jarak minimal 1,20 m;

(d) sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar geladak

tidak boleh melebihi 450

Page 156: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 150

g) Kamar Mandi dan WC/Kakus

Untuk penumpang harus tersedia kamar mandi dan WC/Kakus, dengan jumlah

minimal sebegai berikut;

(1) dari 13 sampai 50 penumpang, 2 kamar mandi dan WC/kakus,

selanjutnya untuk setiap 50 atau bagian dari 50 penumpang sampai 500

penumpang harus ada tambahan 1 kamar mandi dan WC/kakus;

(2) lebih dari 500 penumpang, untuk setiap 100 atau bagian dari 100

penumpang harus ada tambahan 1 WC/kakus;

(3) kamar mandi dan WC/kakus dibagi untuk pria dan wanita, serta harus

dilengkapi dengan dinding – dinding pemisah yang cukup

(4) harus terdapat persediaan air pada tempat-tempat air dengan jumlah

sedikitnya 1/6 dari jumlah kamar mandi dan WC/kakus, sejauh

perlengkapan kamar mandi dan WC/kakus masih belum memenuhi hal

tersebut secara cukup

(5) untuk kapal dengan penumpang tidak lebih dari 12 orang, paling sedikit

harus ada satu kamar mandi dan satu WC/kakus bagi awak kapal, yang

harus dapat digunakan juga untuk penumpang

(6) untuk kapal yang melayani kategori 3 dan 4 ( pembagian menurut jam

berlayar ), harus tersedia cukup waktu bagi penumpang untuk mandi

(7) kamar mandi dan WC/kakus harus terpisah dari rungan akomodasi

dengan baik dan ruang-ruang tersebut harus cukup luas serta cukup

sirkulasi udaranya, dengan penataan ruangan dan konstruksi sehingga

memudahkan peyaluran air dan kotoran dalam pembersihannya.

k) Sistem Lubang Angin/Ventilasi Udara Penumpang :

(1) ruang akomodasi penumpang harus diberikan lubang angin/ventilasi

udara yang cukup

(2) ruang akomodasi penumpang di geladak tertutup, harus memakai sistem

pengisap ( exhaust ) dan sirkulasi udara minimal 10 kali per jam

(3) ruang akomodasi penumpang kelas bisnis dan eksekutif, harus memakai

fan ( kipas angin ) atau sistem air conditioning ( penyejuk udara )

(4) ruang akomodasi penumpang yang dilengkapi dengan fasn untuk setiap

25 m2 disediakan 1 ( satu ) fan berdiameter minimal 40 cm

Page 157: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 151

(5) Ruang akomodasi penumpang yang dilengkapi dengan sistem air

conditioning ( penyejuk udara ) temperatur ruang berkisar antara 230 C

- 200 C;

(6) Ruang akomodasi penumpang harus mendapat cukup cahaya melalui

kaca pada tingkap-tingkap sisi, atau melalui kaca-kaca lain yang

dipasang untuk itu;

(7) Pada malam hari tiap-tiap ruangan harus diberi penerangan yang cukup

(8) Kapal yang berukuran di atas 2.500 m3 ke atas, harus menyediakan

ruangan untuk keperluan perawatan orang sakit ( klinik & kamar

perawatan ) dengan sistem ventilasi udara tersendiri, begitu pula untuk

pembuangan air dan kotoran harus dengan sistem pencuci kuman

sebelum dibuang ke luar kapal

l) Dapur dan Kantin/ Kafetaria

(1) dapur tidak boleh ditempatkan di geladak kendaraan;

(2) dapur harus mempunyai sistem lubang angin/ventilasi udara dan

pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruangan akomodasi;

(3) kompor yang digunakan harus jenis kompor listrik

(4) bila menggunakan sistem pembakaran dengan gas, tangki penyimpan

gas harus terpisah dan pada saluran gas masuk harus dipasang minimal

satu buah keran penutup cepat ( shut – off valve ) yang terdekat di luar

ruang dapur

(5) untuk pelayanan penumpang, diizinkan penempatan kafetaria di ruang

penumpang

(6) kafetaria harus menggunakan kompor/alat pemanas listrik;

(7) sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor harus

terpisah dengan ruang penumpang

(8) pengelola/petugas kafetaria wajib menjaga kebersihan dan kesehatan

lingkungan

m) Ruang Publik :

(1) kapal yang memuat lebih dari 50 penumpang, dapat menyediakan

ruangan terbuka untuk tempat santai/rekreasi penumpang;

Page 158: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 152

(2) kapal penumpang wajib menyediakan ruangan untuk tenmpat ibadah,

dengan luas yang sesuai dengan jumlah penumpang dan ruang kapal yang

tersedia, serta harus selalu dijaga kebersihan dan kerapihannya

n) Persyaratan ruang pemuatan kendaraan di kapal

Persyaratan pelayanan pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan harus

memenuhi persyaratan perlengkapan pintu rampa dan ruang kendaraan berserta

fasilitasnya. Kapal penyeberangan yang mengangkut kendaraan, harus

memenuhi perlengkapan dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut;

(1) Pintu Rampa;

(1) terdiri dari 2 pintu, yang dipasang di bagian haluan dan buritan ( type RO

– Ro ) atau samping kiri dan kanan yang berguna sebagai jalan ke luar dan

masuk kendaraan

(2) di lintas – lintas tertentu yang memppunyai peralatan tangga rampa

samping ( elevated side – ramp , kapal yang melayani lintas tersebut harus

mempunyai geladak atas untuk kendaraan ( upper car deck ) dan memuat

dudukan atau tumpuan untuk rampa dermaga sehingga langsung dapat

digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan

(2) Spesifikasi pintu rampa adalah sebagai berikut;

(a) Panjang : harus disesuaikan dengan kondisi prasarana

yang dilayani;

(b) Lebar : minimum 4 m

(c) Kecepatan buka/tutup pintu ;

- membuka penuh : tidak lebih dari 2 menit

- menutup penuh : tidak lebih dari 3 menit

(d) Daya Dukung :

Harus mampu mendukung beban kendaraan minimal :

- Jumlah berat yang diperbolehkan ( JBB ) : 17, 5 ton

- Muatan Sumbu Terberat ( MST ) : 8,0 ton

(3) Ruang Untuk Kendaraan:

Page 159: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 153

(a) lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan beban kendaraan

minimal JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk muatan berat atau truk, dan

mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 40 ton dan MST 10 ton

untuk kapal yang beroperasi di lintas penyeberangan Merak – Bakauheni ,

Ketapang – Gilimanuk, Padangbai – Lembar, Kahyangan – Pototano dan

Bajo E – Kolaka

(b) tinggi ruang kendaraan:

kendaraan kecil / sedan minimal 2,50 m;

kendaraan besar/truk dan campuran , minimal 3,80 m;

kendaraan trailer /peti kemas, minimal 4,70 m

(c) Lantai ruang kendaraan dilengkapi dengan tanda jalur kendaraan yang

dapat dilihat secara jelas oleh pengemudi kendaraan dan penempatan

kendaraan harus berada di dalam jalur kendaraan

(d) jarak minimal antar kendaraan :

jarak antara masing – masing kendaraan pada sisi kiri dan kanan adalah

60 cm

jarak antara muka dan belakang masing – masing kendaraan adalah 30

cm

untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding

kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar

gading – gading ( frame )

jarak sisi antara kendaraan dengan tiang penyangga ( web frame )

adalah 60 – 80 cm

(e) antara pintu rampa haluan / buritan dengan batas sekat pelanggaran,

dilarang dimuati kendaraan

(f) untuk lintas – lintas penyeberangan yang kondisi lautnya berombak kuat

sehingga membuat sudut kemiringan kapal mencapai lebih dari 100,

kendaraan yang dimuat dalam kapal harus dilengkapi dengan sistem

pengikatan ( lashing )

Page 160: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 154

(g) ruang kendaraan yang tertutup harus disediakan lampu penerangan, sistem

sirkulasi udara, tanmgga/jalan masuk bagi pengemudi, serta harus

ditempatkan/ditulisi tanda larangan ” DILARANG MEROKOK”

PENUMPANG DILARANG TINGGAL DI RUANG KENDARAAN”

serta DILARANG MENGHIDUPKAN MESIN SELAMA PELAYARAN

SAMPAI PINTU RAMPA DIBUKA KEMBALI ” yang dapat terlihat jelas

dan muda dibaca

0).Persyaratan kecepatan pelayanan kecepatan kapal

Persyaratan pelayanan kecepatan kapal terdiri dari 2 (dua) kategori, sebagai

berikut;

a) kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan

pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) knot per jam.

b) kapal pelayanan non ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan rata-

rata pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 15 (lima belas) knot.

Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani lintas pendek

yang sampai dengan 6 (enam) mil kecepatan rata-rata pelayanan dapat

disesuaikan untuk memenuhi jadwal perjalanan kapal

p) Persyaratan keselamatan kapal

(1) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 300 dengan jarak lintasan yang

dilayani hingga 15 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

(b) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(c) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(d) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(e) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(f) Means Of Rescue (alat penolong)

(g) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(h) Helicopter Pick Up Area (area 154ystem154ter)

(i) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(j) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(k) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 2 units)

Page 161: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 155

(l) SART (1 Unit)

(m) Distress Flare 12

(n) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(o) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(p) Public Address System (155ystem informasi umum)

(q) Life Buoys (pelampung) 4 unit

(2) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 500 dengan jarak lintasan yang

dilayani 15 – 100 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan

ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

(b) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(c) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(d) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(e) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(f) Means Of Rescue (alat penolong)

(g) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(h) Helicopter Pick Up Area (area 155ystem155ter)

(i) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(j) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(k) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(l) SART (2 Unit)

(m) Distress Flare 12

(n) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(o) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(p) Public Address System (155ystem informasi umum)

(q) Life Buoys (pelampung) 8 unit

(r) Muster list and Emergency instruction

(s) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(t) 1 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship

(v) (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

(3) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 800 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

Page 162: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 156

(a) Life Buoys/pelampung 8 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan

penumpang

(g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(j) Helicopter Pick Up Area (area 156ystem156ter)

(k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(r) Public Address System (156ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(t) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada

dua sisi kapal)

(4) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 1.300 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 8 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

Page 163: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 157

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(j) Helicopter Pick Up Area (area 157ystem157ter)

(k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(r) Public Address System (157ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(t) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua

sisi kapal)

(5) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 1.800 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 12 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(j) Helicopter Pick Up Area (area 157ystem157ter)

(k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

Page 164: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 158

(q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(r) Public Address System (158ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(t) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua

sisi kapal)

(6) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 2.500 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 12 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(j) Helicopter Pick Up Area (area 158ystem158ter)

(k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(r) Public Address System (158ystem informasi umum)

(b) s. Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan

instruksi bahaya)

(a) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(b) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (. (sekoci penolong pada dua

sisi kapal)

Page 165: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 159

(7) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 3.200 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 12 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(d) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(j) Helicopter Pick Up Area (area 159ystem159ter)

(k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(r) Public Address System (159ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction ((tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(t) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua

sisi kapal)

Untuk penempatan kapal dari satu lintas ke lintas penyeberangan lain, maka

kapal harus diuji stabilitas eksisting sesuai dengan kondisi lintas yang akan

ditempati kapal. Kriteria dan kemampuan stabilitas kapal dapat dikaji dengan

memanfaatkan kurva G-Z. Kurva G-Z disajikan dalam Dokumen Stabilitas atau

dikenal dengan Stability Booklet, yang harus tersedia di kapal. Berdasarkan

dokumen stabilitas kapal seperti disebutkan di atas, Nakhoda dapat mengetahui

Page 166: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 160

kemampuan stabilitas kapal, kuantitas pemuatan, tiupan angin namun dalam

keadaan laut tenang.

q) Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

Pemerintah daerah atau operator pelabuhan perlu mengidentifikasi dan

melakukan kajian kesesuaian ketika menempatkan kapal menyangkut beberapa

aspek teknis pelabuhan yang termuat dalam DLKr pelabuhan meliputi; (1)

wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran. (2) tempat

labuh. (3) tempat alih muat antarkapal. (4) kolam pelabuhan untuk kebutuhan

sandar dan olah gerak kapal. (5) kegiatan pemanduan. (6) tempat perbaikan kapal

(7) penahan gelombang. (8) kolam pelabuhan. (9) alur pelayaran. (10) sarana

bantu navigasi. (11)sistem keamanan dan ketertiban di pelabuhan. (12) fasilitas

naik turun kendaraan. (13) Selain itu juga perlu melakukan kajian secara detail

Sementara DLKp perairan pelabuhan yang digunakan sebagai; (1) untuk alur

pelayaran dari dan ke pelabuhan. (2) keperluan keadaan darurat. (3) penempatan

kapal mati. (4) percobaan berlayar. (5) kegiatan pemanduan. (6) fasilitas

pembangunan. (7) pemeliharaan kapal

Dari DLKp dan DLKr pelabuhan tersebut kemudian ditelaah kembali untuk

melihat spesifikasi teknis pelabuhan sebagai dasar penempatan kapal. Spesifikasi

teknis pelabuhan dapat dilihat dengan memperhatikan fasilitas pokok yang

meliputi; (1) Fasilitas pokok antara lain; (2) terminal penumpang, (3)

penimbangan kendaraan bermuatan. (4) jalan penumpang keluar/masuk kapal

( gang way ). (5) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa.

(6) fasilitas penyimpanan bahan bakar ( bunker ). (7) instalasi air, listrik dan

telekomunikasi. (8) akses jalan dan/atau jalur kereta api. (9) fasilitas pemadam

kebakaran. (10 ) tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.

Sementara fasilitas penunjang, antara lain; (1) kawasan perkantoran untuk . (2)

menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan. (3) tempat pembuangan

limbah. (4) fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan 4)

areal pengembangan pelabuhan. (5) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman,

jalur hijau dan kesehatan)

Page 167: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 161

Dari hasil kajian kesesuaian tersebut di atas, maka akan dapat menetapkan

kriteria kapal (lebar, tinggi kapal, panjang kapal, dan GT kapal) sesuai dengan

spesifikasi teknis pelabuhan.

r) Tinggi gelombang

Selain spesifikasi teknis pelabuhan, juga perlu memperhatikan kondisi lintas

penyeberangan sesuai daerah operasi. Kementerian Perhubungan melakukan

koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan identifikasi dan kajian

tinggi gelombang sebagai acuan bagi pengusaha kapal dan Pemerintah daerah

atau operator pelabuhan untuk menempatkan kapal. Tinggi gelombang semua

lintasan dikelompokkan pada tujuh (7) region dengan rincian sebagai berikut;

1) Region A dengan tinggi gelombang maksimum 1,25 meter, terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Pulang Pisau – Kelawa (Belum Ops). (2) Banjar

Raya – Saka Kajang (Belum Ops). (3) Kuin Alalak – Jelapat (Belum Ops). (4)

Mantuli – Tambang Muara (Belum Ops). (5) Siwa – Lasusua (Belum Ops).

(6). Ajibata – Tombok (Komersil). (7) Palembang – Muntok (Komersil). (8)

Pontianak Kota – Siantan (Komersil). (9) Tebas Kuala – Tebas Sbrg

(Perintis I). (10 ) Tayan – Terayu (Perintis I). (11) Taipa – Kariangau (Perintis

I). (12) Tj.Harapan – Tl.Kalong (Perintis I). (13) Palembang – Kayuarang

(Tidak Ops). (14) K.Kapuas – K.Kapauas Sbrg (Tidak Ops). (15) Kuala

Pembuang – Kualu Pembuang (Tidak Ops). (16) P.Telo – P.Telo Sbrg (Tidak

Ops). (17 ) Palangkaraya – P.R.Sbrg (Tidak Ops). (18 ) Cerbon – Marabahan

(Tidak Ops). (19) Kartiasa Barat – Kartiasa Timur (Tidak Ops). (20 ) Semuntai

– Sekadau (Tidak Ops)

2) Region B, dengan tinggi gelombang maksimum 1,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Daruba – Tobelo (Perintis I). (2) Tobelo – Subaim

(Perintis I)

3) Region C, dengan tinggi gelombang maksimum 2 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Patani – Sorong (Belum Ops). (2) Poso – Wakay

(Belum Ops). (3) Luwuk – Sabang (Belum Ops). (4) Taliabu – Banggai

(Belum Ops). (5) Bastiong – Babang/Payahe (Belum Ops). (6) Payahe –

Sakete (Belum Ops). (7) Sakete – Babang (Belum Ops). (8) Sanana – Tlk.Bara

Page 168: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 162

(Belum Ops). (9) Sanana – Mangole (Belum Ops). (10) Mangole- Taliabu

(Belum Ops). (11) Mangole- Laiwui (Belum Ops). (12) Laiwui – Labuha

(Belum Ops). (13) Sibolga – Nias (Komersil). (14) Pagimana – Gorontalo

(Komersil). (15) Bastiong – Sidangole (Komersil). (16) Bastiong – Rum

(Komersil). (17 ) Bitung – Ternate (Komersil). (18) Biak – Serui (Perintis I).

(19) Serui – Waren (Perintis I). (20) Numfor – Manokwari (Perintis I). (21)

Saumlaki – Tepa (Perintis I). (22) Dobo – Benjina (Perintis I). (23) Sorong –

Seget (Perintis I). (24) Seget – Mogem – Inawalan (Perintis I). (25) Mogem –

Teminabuan (Perintis I). (26) Sorong – Saonek (Perintis I). (27) Sorong –

Waigama (Perintis I). (28) Gorontalo – Wakai (Perintis I). (29) Luwuk –

Salakan (Perintis I). (30 ) Salakan – Banggai (Perintis I).(31) Kendari –

Langgara (Perintis I). (32) Bitung – Pananaro (Perintis I). (33) Bitung –

P.Lembeh (Perintis I). (34) Bitung – Siau (Perintis I). (35) Bastiong –

Geti/Tidore (Perintis II). (36) Tarakan – Tg.Selor (Perintis II). (37) Waren –

Nabire (Tidak ops). (38) Biak – Nabire (Tidak Ops). (39) Biak – Numfor

(Tidak Ops). (40) Serui – Nabire (Tidak Ops). (41) Sorong – Jefman (Tidak

Ops). (42) Jefman – Kalabo (Tidak Ops). (43) Sorong – Teminabuan (Tidak

Ops). (44) Bitung – Dago (Tidak Ops)

4) Region D, dengan tinggi gelombang maksimum 2,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Balohan – Malahayati, Komersil. (2) Cilacap –

Kalipuncang, Komersil. (3) Ujung – Kamal, Komersil. (4) Jangkar –

Kalianget, Komersil. (5) Kalianget – P.Kangean, Komersil. (6) Kupang -

Waingapu, Komersil. (7) Bajoe – Kolaka, Komersil. (8) Torobulu – Tampo,

Komersil. (9) Meolaboh – Sinabang, Perintis I. (10) Sinabang – Labuhan Haji,

Perintis I. (11) Singkil – P Banyak – Sinabang, Perintis I. (12) Padang –

Sikakap/Mentawai, Perintis I. (13) Padang – P.Siberut, Perintis I. (14) Padang

– Tuapejat, Perintis I. (15)Pulau Bai – P.Enggano, Perintis I. (16) Cilacap –

Majingklak , erintis I. (17) Aimere – Waingapu, Perintis I. (18) Ende –

Waingapu, Perintis I. (19) Wara – Bau Bau, Perintis I. (20) Tarakan – Ancam,

Perintis II. (21) Tarakan – Sembakung, Perintis II. (22) Marina – P. Kelapa,

Tidak Ops. (23) Marina – P. Tidung, Tidak Ops. (24) Marina – P. Pramuka,

Tidak Ops. (25) P.Pramuka – P.Kelapa, Tidak Ops. (26) P.Pramuka –

Page 169: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 163

P.Tidung, Tidak Ops. (27) Marina – P.Untung Jawa, Tidak Ops. (28)

P.Untung Jawa – P.Tidung, Tidak Ops

5)Region E, dengan tinggi gelombang maksimum3 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1) Stagen – Tarjun, Belum Ops. (2) Tarakan – ToliToli,

Belum Ops. (3) Garongkong – Batulicin, Belum Ops. (4) Sape – Waingapu,

Belum Ops. (5) Sulamu – Kadya Kupang, Belum Ops. (6) Toboali – P.Lepar,

Belum Ops. (7) Batu Licin-Tj.Serdang, Komersil. (8) Balikpapan – Mamuju,

Komersil. (9) Balikpapan – Penajam, Komersil. (10) Kupang – Aimere,

Komersil. (11) Padang Bai- Lembar, Komersil. (12) Kayangan/Lombok –

Pototano, Komersil. (13) Sape – Waikelo, Perintis I. (14) Kalabahi –Tl.gurita,

Perintis I. (15) Tl.Gurita – Kisar, Perintis I. (16) Kupang – Waikelo, Perintis I

(17)Aimere – Waikelo, Perintis I. (18) Tual – Larat, Perintis I. (19) Sadai –

Tanjung Rum, Perintis I. (20) Dongkala – Mawasangka, Perintis I.

(21)Kalabahi – Kabir, Perintis II. (22) Dongkala – Bau Bau, Tidak ops.(23)

Pare Pare – Balikpapan, Tidak Ops. (24) Batulicin – Kotabaru, Tidak Ops.

(25) Kupang – Naikliu, Tidak Ops. (26) Kupang – Hansisi, Tidak Ops.

(27)Kalabahi – Maritaing, Tidak Ops. (28) Dili – P.Atauro, Tidak Ops.

(29)Dili – Maritaing, Tidak Ops. (30) Tual – Elat, Tidak Ops. (30) Bau Bau –

Tolandano, Tidak Ops. (31)Tampo – Maligano, Tidak Ops

6) Region F, dengan tinggi gelombang maksimum 3,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Ciwandan – Srengseng, Belum Ops. (2)Hansisi –

Pantai Baru, Belum Ops. (3) Atapupu – Iilwaki, Belum Ops. (4)Atapupu –

Wonreli, Belum Ops. (5)Tl.Gurita – Ilwaki, Belum Ops. (6)Kalabahi –

Balauring, Belum Ops. (7) Tj.Pandan – Pontianak, Belum Ops. (8)Ketapang –

Manggar, Belum Ops. (9) K.Tungkal – Tj.Uban, Belum Ops. (10)Bengkalis –

Tanjung Balai, Belum Ops. (11) Belawan – Penang, Belum Ops.(12)Merak –

Bakauheni, Komersil. (13)Ketapang – Gilimanuk, Komersil. (14) Sape –

Labuhan Bajo, Komersil. (15) Kupang – Sawu/Seba, Komersil. (16) Kalabahi

– Kupang, Komersil. (17) Kupang – Ende, Komersil. (18) Rasau Jaya –

Tlk.Batang, Komersil. (19) Bira – Pamatata, Komersil. (20)Galala – Namlea,

Komersil. (21) Poka – Galala, Komersil. (22)Rumbai Jaya – Mumpa,

Komersil. (23) Waiwerang – Lowelaba, Perintis I. (24) Balauring – Baranusa,

Page 170: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 164

Perintis I. (25) Kalabahii – Baranusa, Perintis I. (26) Waingapu – SawuSeba,

Perintis I. (27) Lewoleba – Balauring, Perintis I. (28) Kupang – Lewoleba,

Perintis I. (29) Tual – Dodo, Perintis I. (30) Larat – Saumlaki, Perintis I.

(31)Pomako I – Pomako II, Perintis I. (32) Sape – P.Komodo, Perintis II.

(33)Labuhan Bajo – P.Komodo, Perintis II. (34) Mapura Jaya – Pamako,

Perintis II. (35) Telaga Pungkur –Tj. Uban, Perintis II. (36) Bengkalis –

Mengkapan, Perintis II. (37) Benoa-Senggigi, Tidsk ops. (38) Merak –

Srengseng, Tidak Ops. (39) Merak – Panjang, Tidak Ops. (40) Atapupu –

Kalabahi, Tidak Ops. (41) Balauring – Kabir, Tidak Ops. (42) Bakalang –

Baranusa, Tidak Ops. (43) Sawu – Raijua, Tidak Ops. (44) Kariabela –

Wonreli, Tidak Ops. (45) Dili – Wonreli, Tidak Ops. (46) Dili – Ilwaki, Tidak

Ops. (47) Tl. Batang – Ketapang, Tidak Ops. (48) Negeri Lima – Namlea,

Tidak Ops. (49) BT Bedarah – DS Pintas, Tidak Ops. (50) K.Kuning –

M.Tebo, Tidak Ops. (51) Pangkal Pinang – Tj.Pandan, Tidak Ops. (52)

S.Pakning – Bengkalis, Tidak Ops

7) Region G, dengan tinggi gelombang maksimum 4 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1) Semarang – Kumai, Belum Ops. (2) Bambea – Sikeli,

Belum Ops. (3) Kendal – Kumai, Belum Ops. (4) Ilwaki – Wonreli, Belum

Ops. (5) Saumlaki – Adaut, Belum Ops. (46) Wonreli – Serwaru, Belum Ops.

(47) Kupang – Rote, Komersil. (48) Kupang – Larantuka, Komersil. (49)

Hunimua – Waipirit, Komersil. (50) Jepara – Karimun Jawa, Perintis I. (51)

Larantuka – Waiwerang, Perintis I. (52) Tanah Merah – Kepi, Perintis I. (53)

Merauke – Atsy, Perintis I. (54) Atsy – Senggo, Perintis I. (55) Atsy – Asgon,

Perintis I. (56) Pamatata – Marapokot, Perintis I. (57) Bira –Tondasi, Perintis

I. (58) Hurnala/Tulehu – Pelauw/Haruku, Perintis I. (59) Pelauw/Haruku –

Umeputih/Saparua, Perintis I. (60) Wailey – Umeputih/Saparua, Perintis I.

(61) Bitung – Melanguane, Perintis I. (62) Merauke – Tanah Merah, Perintis

I. (63) Lewoleba – Larantuka, Perintis II. (64) Kalabahi – Bakalang, Perintis

II. (65) Merauke – Poo, Perintis II. (66) Atsy – Agat, Tidak ops. (67)

Larantuka – Kalabahi, Tidak Ops. (68) Ende – Aimere, Tidak Ops. (69) Agast

– Ewer, Tidak Ops. (70) Hurnala/Tulehu – Umeputih/Saparua, Tidak Ops.

(71) Dago – Talaud, Tidak Ops. (72) Gresik – Bawean, Tidak Ops

Page 171: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 165

Berdasarkan tinggi gelombang setiap region tersebut, kemudian dapat

direncanakan spesifikasi kapal sesuai daerah operasi dengan pembagian region

berdasar tinggi gelombang tersebut, yaitu dengan menentukan perbandingan

ukuran kapal sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.13. Perbandingan Ukuran Utama Kapal Desain Baru Berdasarkan

Gelombang Per Region Lintasan

RegionTinggi

Gelombang(meter)

KecepatanKapal(knot)

Perbandingan Ukuran Kapal

L/B L/H B/H L/T H/T B/T

A 1.25 10 3.780 7.897 2.089 16.684 2.113 4.41315 3.780 7.980 2.111 16.932 2.122 4.479

B 1.5 15 3.905 8.570 2.195 17.425 2.033 4.462C 2 10 4.155 9.501 2.286 18.224 1.918 4.386

15 4.155 9.589 2.308 18.441 1.923 4.438D 2.5 10 4.405 10.396 2.360 19.271 1.854 4.375

15 4.405 10.486 2.380 19.477 1.857 4.421E 3 10 4.655 11.225 2.411 20.327 1.811 4.366

15 4.655 11.316 2.431 20.526 1.814 4.409F 3.5 10 4.905 12.013 2.449 21.387 1.780 4.360

15 4.905 12.108 2.468 21.581 1.783 4.400G 4 10 5.155 12.775 2.478 22.451 1.757 4.355

15 5.155 12.870 2.496 22.642 1.760 4.392Sumber: Laporan Studi Kelaikan Kapal ASDP Dengan Daerah Operasi, Balitbang

Perhubungan –Dephub RI, 2007

Dari hasil pehitungan, spesifikasi kapal seperti tertuang dalam tabel di atas, juga

dapat merencanakan spesifikasi kapal untuk lintasan-litasan baru yang belum

beroperasi atau masih direncanakan. Penentuan spesifikasi kapal untuk lintasan-

lintasan ini adalah dengan mengacu pada spesifikasi kapal dimana lintasan tersebut

tergabung pada kelompok lintas per region.

Lebih jelasnya alir penempatan/prosedur penempatan kapal pada lintas

penyeberangan perintin dapat dilihat pada diagram berikut.

Page 172: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 166

Gambar 2.26. Diagram Alir Penempatan Kapal Pada Lintas Penyeberangan Perintis

Data dukung:

- spesifikasi lintas yangakan dilayani

- perhitungan besaransubsidi yang akandiberikan

Penelitianberkas/kapal

olehDirjen/Gubernu

r/Bupati/Walikota

SESUAI

TIDAKSESUAI

Melengkapiberkas/

mengganti kapal

Kriteria:

- belum dilayani olehpelaksana kegiatan angkutanlaut, angkutan sungai dandanau atau angkutanpenyeberangan yangberoperasi secara tetap danteratur;

- secara komersial belummenguntungkan;

- tingkat pendapatanperkapita penduduknyamasih rendah;

- dilayani oleh perusahaanangkutan yang memilikisurat izin usaha angkutanpenyeberangan dan suratpersetujuan pengoperasiankapal;

- faktor muatan rata-ratakapal kurang dari 60% (enampuluh per seratus) per tahun.

- kesesuaian spesifikasi tekniskapal dengan kapasitasprasarana dan fasilitaspelabuhan yang digunakanuntuk melayani angkutanpenyeberangan atauterminal penyeberanganyang tersedia;

- tingkat kemampuanpelayanan alur;

- kesesuaian dengan regionlintasan sesuai tinggigelombang

- kesesuaian pengujianstabilitas kapal

Penerbitan SuratPersetujuan

Penempatan Kapal olehDirjen/Gubernur/Bupati/Walikota

Permintaanpenugasan lintas

perintas dariDirjen/Gubernur/Bupati/Walikota

kepadapengusaha/operator

kapal

Hasil penelitian SESUAI/TIDAK SESUAI maksimal waktu30 hari setelah semua berasLENGKAP

Penerbitanmaksimal waktu14 hari setelahhasil penelitian

diterima

Pernyataankesanggupan

penempatan kapalpada lintas dari

pengusaha/ operatorkapal

Data dukung:

- surat-surat/sertifikatkelaiklautan kapal

- akte PendirianPerusahaan

- surat keterangan domisiliperusahaan

- Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP)

- Surat izin usaha angkutanpenyeberangan

Pernyataankesanggupan

maksimal waktu14 hari setelah

suratpermintaan

diterima

Page 173: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 167

H. Pedoman Penempatan Kapal Sesuai Daerah Operasi

1.Latar Belakang

Dilatarbelakangi penetapan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terutama pada Pasal 117, 122, 124, 126, 134, 135, 147, 151, 152, 154,

155, 163, 158, 169, dan Pasal 170, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010

tentang Angkutan di Perairan pada Pasal 61, 65, 66, dan Pasal 67, Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM.26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Angkutan Penyeberangan pada Pasal 10, 22, 23 dan Pasal 24, diperlukan adanya

tindak lanjut penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal Sesuai Daerah

Operasi.

2.Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal Sesuai Daerah Operasi

adalah untuk menjamin kelancaran, ketertiban, keselamatan dan keamanan

penempatan kapal pada lintas penyeberangan komersil sesuai daerah operasi.

3. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Penempatan

Kapal Sesuai Daerah Operasi adalah adanya acuan atau pedoman bagi

pemerintah daerah, operator pelabuhan, serta pengusaha/operator angkutan

penyeberangan yang akan menempatkan kapal pada suatu lintas penyeberangan

komersil sesuai daerah operasi.

4. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Penempatan Kapal Sesuai Daerah

Operasi adalah:

a) Prosedur penempatan kapal

b) Persyaratan Kelaiklautan kapal

c) Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

5. Prosedur Penempatan Kapal

a. Penempatan kapal untuk penampabahan kapasitas.

Page 174: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 168

Penempatan kapal dengan tujuan untuk penambahan kapasitas angkut pada

setiap lintas penyeberangan, dilakukan dengan mempertimbangkan 86:

1) Faktor muat:

a) faktor muat rata-rata kapal pada lintas penyeberangan mencapai paling

sedikit 65% (enam puluh lima per seratus) dalam jangka waktu 1 (satu)

tahun meliputi; a) kapal yang ditempatkan tidak dapat memenuhi

jumlah muatan yang ada; b) jumlah kapal yang beroperasi kurang dari

jumlah kapal yang diizinkan melayani lintas yang bersangku tan; c)

kapasitas prasarana dan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk

melayani angkutan penyeberangan atau terminal penyeberangan yang

tersedia;

b) tingkat kemampuan pelayanan alur; dan/ atau

c) belum optimalnya frekuensi pelayanan kapal yang ditempatkan.

2) factor penempatan untuk pengembangan/pengisian lintas

Dalam penempatan kapal untuk pengembangan atau pengisian lintas,

dilakukan berdasarkan pertimbangan 87: a) jumlah trip per hari dan jumlah

kapal yang diizinkan melayani lintas yang ditetapkan; b) jumlah kapasitas

kapal rata-rata tersedia; c) jumlah kapasitas kapal rata-rata terpakai; d)

faktor muat; e) fasilitas prasarana pelabuhan yang tersedia danjatau; f)

tingkat kemampuan pelayanan alur.

3) Penempatan kapal harus mendapat persetujuan: a) Direktur Jenderal,

untuk lintas antarnegara dan lintas antarprovinsi; b) Gubernur, untuk

lintas antar kabupaten/kota dalam provinsi; atau c) Bupati/Walikota,

untuk lintas dalam kabupaten/kota.

4) Persyaratan:

Permohonan perizinan penempatan kapal lintas pernyeberangan hanya

dapat diberikan kepada perusahaaan yang mengajukan permohonan

dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut; a) perorangan warga

negera Indonesia, Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas,

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah

86Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.26 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan AngkuitanPenyeberangan, Pasal 2387Ibid, Pasal 24

Page 175: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 169

(BUMD) atau Koperasi, yang didirikan khusus untuk usaha itu.b)

Memiliki Akte Pendirian Perusahaan bagi pemohon berbentuk Badan

Hukum Indonesia atau Kartu Tanda Penduduk bagi warga Negara

Indonesia perorangan yang mengajukan permohonan izin usaha angkutan

penyeberangan. c) Pernyataan tertulis sanggup untuk memiliki sekurang-

kurangnya 1(satu ) unit kapal penyeberangan berbendera Indonesia yang

memenuhi persyaratan keselamatan kelaiklautan kapal yang

diperuntukkan bagi angkutan penyeberangan dan kepastian rencana lintas

yang akan dilayani, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. d) Memiliki tenaga ahli dalam pengelolaan usaha angkutan

penyeberangan. e) Memiliki surat keterangan domisili perusahaan. f)

Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). g) Permohonan telah

dilengkapi dengan dokumen yang meliputi: (1) Surat izin usaha angkutan

penyeberangan, (2) Bukti kesiapan kapal untuk dioperasikan, antara lain:

(a) memiliki sertifikat kesempurnaan dari Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut dan dikelaskan oleh Biro Klasifikasi Indonesia,

(b) kapal yang sesuai dengan spesifikasi teksis lintas dan pelabuhan

penyeberangan yang akan dilayani,

(c) Nama dan ukuran kapal (GRT),

(d) Lintas yang akan dilayani,

(e) nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pemberian atau penolakan atas penempatan kapal, diberikan oleh pejabat

pemberi izin selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari

kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Penolakan atas izin

penempatan disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan penolakan.

Sebelum diberikan persetujuan penempatan kapal, pemerintah/pemerintah

daerah dan pengusaha/operator Kapal secara bersama-sama melakukan uji

coba kapal pada pelayaran pada lintasan. Bilamana masih terdapat ketidak

sesuaian terutama persyaratan teknis dan persyaratan keselamatan, maka

pengusaha/operator kapal diharuskan memenuhinya sesuai dengan

perayaratan yang telah ditetapkan.

Page 176: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 170

b. Persyaratan Kelaiklautan kapal

Setiap kapal yang akan ditempatkan pada suatu lintas penyeberangan

komersil harus memenuhi kelaiklautan kapal yang dibuktikan dengan

sertifikat dan surat kapal, sesuai dengan daerah operasinya yang meliputi 88:

1) keselamatan kapal;

Persyaratan keselamatan kapal meliputi : a).material; b).konstruksi;

c).bangunan; d).permesinan dan perlistrikan; e).stabilitas; f).tata susunan

serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio; dan

g).elektronika kapal 89. Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan

keselamatan kapal diberi sertifikat keselamatan oleh Menteri.

2) pencegahan pencemaran dari kapal;

Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan pencegahan dan

pengendalian pencemaran diberikan sertifikat pencegahan dan pengendalian

pencemaran oleh Menteri.

3) pengawakan kapal;

Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan

kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan

internasional, dengan Nakhoda dan Anak Buah Kapal untuk kapal

berbendera Indonesia harus warga negara Indonesia, dan kapal yang

memenuhi persyaratan diberikan setifikat pengawakan kapal.

4) garis muat kapal dan pemuatan;

Setiap kapal yang berlayar harus ditetapkan garis muatnya sesuai dengan

persyaratan. Penetapan garis muat kapal dinyatakan dalam Sertifikat Garis

Muat. Pada setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dipasang

Marka Garis Muat secara tetap sesuai dengan daerah-pelayarannya.

88 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 11789 Ibid, Pasal 124

Page 177: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 171

5) kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;

Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi:

a).gaji; b).jam kerja dan jam istirahat; c).jaminan pemberangkatan ke

tempat tujuan dan pemulangan ke tempat asal; d).kompensasi apabila

kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami kecelakaan; e).kesempatan

mengembangkan karier; f).pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi,

makanan atau minuman; dan g).pemeliharaan dan perawatan kesehatan

serta pemberian asuransi kecelakaan kerja, yang dinyatakan dalam

perjanjian kerja antara Awak Kapal dengan pemilik atau operator kapal

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk menjamin kesehatan penumpang dan awak kapal selama pelayaran,

setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan fasilitas

kesehatan bagi penumpang, meliputi: a).ruang pengobatan atau perawatan;

b).peralatan medis dan obat-obatan; dan c).tenaga medis.

6) status hukum kapal;

Status hukum kapal dapat ditentukan setelah melalui proses:

a) pengukuran kapal;

Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib dilakukan pengukuran oleh

pejabat pemerintah yang diberi wewenang oleh Menteri. Berdasarkan

pengukuran ini kemudian diterbitkan Surat Ukur untuk kapal dengan

ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh Gross Tonnage). Pada

kapal yang telah diukur dan mendapat Surat Ukur wajib dipasang Tanda

Selar. Tanda Selar harus tetap terpasang di kapal dengan baik dan mudah

dibaca.

b) pendaftaran kapal;

Pendaftaran kapal dilakukan dengan pembuatan akta pendaftaran dan

dicatat dalam daftar kapal Indonesia. Sebagai bukti kapal telah terdaftar,

kepada pemilik diberikan grosse akta pendaftaran kapal yang berfungsi pula

sebagai bukti hak milik atas kapal yang telah didaftar. Pada kapal yang

telah didaftar wajib dipasang Tanda Pendaftaran.

Page 178: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 172

c) penetapan kebangsaan kapal.

Kapal yang didaftar di Indonesia dan berlayar di laut diberikan Surat Tanda

Kebangsaan Kapal Indonesia oleh Menteri.

7) Manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal

Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk jenis dan

ukuran tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan

pencegahan pencemaran dari kapal. Kapal yang telah memenuhi persyaratan

manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diberi

sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal

berupa Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of

Compliance/DOC) untuk perusahaan dan Sertifikat Manajemen Keselamatan

(Safety Management Certificate/SMC) untuk kapal.

8) Manajemen keamanan kapal.

Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk ukuran tertentu

harus memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal. Kapal yang telah

memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal diberi sertifikat

Manajemen Keamanan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal Internasional

(International Ship Security Certificate/ISSC).

Setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan wajib 90:

a) memenuhi persyaratan teknis kelaiklautan dan persyaratan pelayanan

minimal angkutan penyeberangan; b) memiliki spesifikasi teknis sesuai

dengan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan atau terminal penyeberangan pada lintas yang dilayani; c)

memiliki dan/atau mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan

kualifikasi yang diperlukan untuk kapal penyeberangan; d) memiliki fasilitas

bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan beserta

muatannya; e) mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang

ditempatkan pada bagian samping kiri dan kanan kapal; dan f)

90 Peratuarn Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Pasal 61

Page 179: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 173

mencantumkan informasi atau petunjuk yang diperlukan dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

9) Penempatan kapal

Penempatan kapal yang akan dioperasikan pada lintas penyeberangan

dilakukan dengan mempertimbangkan 91: a) adanya kebutuhan angkutan

penyeberangan; dan b) tersedianya fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk

melayani angkutan penyeberangan/terminal penyeberangan.

10) Penempatan kapal yang akan dioperasikan

Penempatan kapal yang akan dioperasikan pada setiap lintas penyeberangan

harus memenuhi persyaratan 92: a) spesifikasi teknis lintas penyeberangan: b)

kondisi lintasan; c) perkiraan kapasitas lintas; d) kemampuan pelayanan alur;

dan e) spesifikasi teknis terminal penyeberangan atau pelabuhan laut yang

digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan.

11) Spesifikasi teknis kapal;

Spesifikasi teknis kapal meliputi: a) ukuran kapal; b) pintu rampa; c)

kecepatan kapal; dan d) mesin bantu sandar.

12) fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan atau terminal penyeberangan;

Fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan atau terminal penyeberangan paling sedikit meliputi: a) jumlah

dan jenis fasilitas sandar kapal; b) kolam pelabuhan; dan c) fasilitas naik

turun penumpang dan kendaraan.

91Ibid, Pasal 6592Ibid, Pasal 66

Page 180: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 174

c. Persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan

Persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan meliputi:

1) fasilitas ruang akomodasi penumpang

Standar pelayanan kenyamanan penumpang dari segi fasilitas ruang

akomodasi penumpang dapat dilihat pada tabel berikut:

2) Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang

a) Luas Ruangan

Luas lantai tempat duduk/tenpat tidur penumpang kurang lebih 60 % luas

geladak ruangan

b) Penumpang

(1) Penumpang Geladak Terbuka:

Jam Tempat Duduk/ Urinoir/WC Sistem P. Addreser CC TVBerlayar Luas ( M2 ) K. Mandi Sirkulasi Musik Video

Udara1 Sampai Ekonomi

dengan 1,0 Geladakjam terbuka Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -

Geladaktertutup Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan Ada -

2 Diatas 1,0 Ekonomi Bangku/ 0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -jam s/d 4 Bisnis Kursi/ 0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Adajam Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada

3 Diatas 4 jam Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Adas/d 8 jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada4 Diatas 8 jam Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Ada

s/d 12 jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada AdaEksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC Ac Ada Ada

5 Lebih dari 12 Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Adajam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada

No Kelas

Tabel 1. Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang

SistemJam Tempat Tidur/ Sirkulasi P. Addreser

Berlayar Luas ( M2 ) Udara Musik1 Di atas 8 jam Ekonomi Tatami/ 1,26 m2 Fan Ada

s/d 12 jam Bisnis Tatami/ 1,26 m2 Fan/AC AdaEksekutif T. Tidur/ 1,44 M2 AC Ada

2 Lebig dari Ekonomi Tatami/ 1,26 m2 Fan Ada12 jam Bisnis Tatami/ 1,26 m2 Fan/AC Ada

Eksekutif T. Tidur/ 1,44 M2 AC Ada

No Kelas

Tabel 2. Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang Kamar

Page 181: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 175

(2) Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30 – 0,45 m2

3) Penumpang Geladak Tertutup

a) Tinggi atap minimal 1,90 m;

b) Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berulkuran 0,33 - 0,65 m2

4) Penumpang Kamar

a) Kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 ( enam ) orang

b) Dilengkapi tenpat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,70

m lebar

c) Luas lantai per orang minimal 1,26 m2

Untuk mengganti tempat tidur tetap diperbolehkan membuat ruang tidur

secara tatami ( tanpa ranjang / bed ) dengan luas lantai per orang minimal 1,26

m2. Ruang tidur untuk penumpang kamar kelas eksekutif harus mempunyai

tempat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,80 m lebar

dengan luas lantai per orang minimal 1,44 m2

5)Tempat Duduk

(4) Bangku : untuk tempat duduk penumpang kelas ekonomi:

a) Tempat duduk memanjang yang menjadi satu, tanpa sekat sandaran

tangan

b) Kapasitas tiap bangku tidak boleh melebihi 6 ( enam ) orang untuk satu

sisi keluar menuju gang/jalan lalu lintas orang

c) Luas bangku per orang minimal 0,30 m2, dengan ukuran lebar 0,4 m

dan panjang 0,75 m

d) Bangku dapat ditempatkan pada ruangan penumpang geladak terbuka

atau tertutup

6)Kursi : untuk tempat duduk penumpang kelas non ekonomi bisnisz;

a) tempat duduk bersandaran tangan untuk masing-masing penumpang dan

ditempatkan secara berderet pada ruangan penumpang geladak tertutup

dan setiap kursi dilapisi bantalan dan sandaran jok

b) Luas ukuran kursi minimal 0,40 m2 tiap kursi

c) Bentuk dan ukuran kursi sebagaimana dalam Gambar berikut;

Page 182: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 176

Gambar 5.27. Konstruki Kursi Penumpang Kapal Penyeberangan

d) Kursi Reklining ( Reklining Seat ) : untuk tempat duduk penumpang kelas

non-ekonomi eksekutif

7) Tempat duduk dengan sandaran punggung yang dapat diatur dan setiap kursi

dilapisi bantalan dan sandaran jok, ditempatkan pada ruangan penumpang

geladak tertutup

8) Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi

9) Bentuk dan ukuran kursi sebagaimana dalam Gambar 2 berikut;

10) Gang / jalan melintas untuk orang/penumpang

Jarak antara ( lebar ) dari gang tempat untuk melintas orang/penumpang

adalah sebagai berikut;

(a) sampai dengan 100 penumpang, jarak minimal 0,80 m;

(b) di atas 100 penumpang, jarak minimal 1,00 m

(c) di atas 1.000 penumpang, jarak minimal 1,20 m;

(d) sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar geladak

tidak boleh melebihi 450

11) Kamar Mandi dan WC/Kakus

Untuk penumpang harus tersedia kamar mandi dan WC/Kakus, dengan jumlah

minimal sebegai berikut;

Page 183: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 177

(a) dari 13 sampai 50 penumpang, 2 kamar mandi dan WC/kakus, selanjutnya

untuk setiap 50 atau bagian dari 50 penumpang sampai 500 penumpang

harus ada tambahan 1 kamar mandi dan WC/kakus;

(b) lebih dari 500 penumpang, untuk setiap 100 atau bagian dari 100

penumpang harus ada tambahan 1 WC/kakus;

(c) kamar mandi dan WC/kakus dibagi untuk pria dan wanita, serta harus

dilengkapi dengan dinding – dinding pemisah yang cukup

(d) harus terdapat persediaan air pada tempat-tempat air dengan jumlah

sedikitnya 1/6 dari jumlah kamar mandi dan WC/kakus, sejauh

perlengkapan kamar mandi dan WC/kakus masih belum memenuhi hal

tersebut secara cukup

(e) untuk kapal dengan penumpang tidak lebih dari 12 orang, paling sedikit

harus ada satu kamar mandi dan satu WC/kakus bagi awak kapal, yang

harus dapat digunakan juga untuk penumpang

(f) untuk kapal yang melayani kategori 3 dan 4 ( pembagian menurut jam

berlayar ), harus tersedia cukup waktu bagi penumpang untuk mandi

(g) kamar mandi dan WC/kakus harus terpisah dari rungan akomodasi dengan

baik dan ruang-ruang tersebut harus cukup luas serta cukup sirkulasi

udaranya, dengan penataan ruangan dan konstruksi sehingga memudahkan

peyaluran air dan kotoran dalam pembersihannya.

12) Sistem Lubang Angin/Ventilasi Udara Penumpang :

(a) ruang akomodasi penumpang harus diberikan lubang angin/ventilasi udara

yang cukup

(b) ruang akomodasi penumpang di geladak tertutup, harus memakai sistem

pengisap ( exhaust ) dan sirkulasi udara minimal 10 kali per jam

(c) ruang akomodasi penumpang kelas bisnis dan eksekutif, harus memakai

fan ( kipas angin ) atau sistem air conditioning ( penyejuk udara )

(d) ruang akomodasi penumpang yang dilengkapi dengan fasn untuk setiap 25

m2 disediakan 1 ( satu ) fan berdiameter minimal 40 cm

(e) Ruang akomodasi penumpang yang dilengkapi dengan sistem air

conditioning ( penyejuk udara ) temperatur ruang berkisar antara 230 C -

200 C;

Page 184: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 178

(f) Ruang akomodasi penumpang harus mendapat cukup cahaya melalui kaca

pada tingkap-tingkap sisi, atau melalui kaca-kaca lain yang dipasang untuk

itu;

(g) Pada malam hari tiap-tiap ruangan harus diberi penerangan yang cukup

(h) Kapal yang berukuran di atas 2.500 m3 ke atas, harus menyediakan

ruangan untuk keperluan perawatan orang sakit ( klinik & kamar

perawatan ) dengan sistem ventilasi udara tersendiri, begitu pula untuk

pembuangan air dan kotoran harus dengan sistem pencuci kuman sebelum

dibuang ke luar kapal

13) Dapur dan Kantin/ Kafetaria

(a) dapur tidak boleh ditempatkan di geladak kendaraan;

(b) dapur harus mempunyai sistem lubang angin/ventilasi udara dan

pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruangan akomodasi;

(c) kompor yang digunakan harus jenis kompor listrik

(d) bila menggunakan sistem pembakaran dengan gas, tangki penyimpan gas

harus terpisah dan pada saluran gas masuk harus dipasang minimal satu

buah keran penutup cepat ( shut – off valve ) yang terdekat di luar ruang

dapur

(e) untuk pelayanan penumpang, diizinkan penempatan kafetaria di ruang

penumpang

(f) kafetaria harus menggunakan kompor/alat pemanas listrik;

(g) sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor harus

terpisah dengan ruang penumpang

(h) pengelola/petugas kafetaria wajib menjaga kebersihan dan kesehatan

lingkungan

14) Ruang Publik :

(a) kapal yang memuat lebih dari 50 penumpang, dapat menyediakan ruangan

terbuka untuk tempat santai/rekreasi penumpang;

(b) kapal penumpang wajib menyediakan ruangan untuk tenmpat ibadah,

dengan luas yang sesuai dengan jumlah penumpang dan ruang kapal yang

tersedia, serta harus selalu dijaga kebersihan dan kerapihannya

Page 185: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 179

15) Persyaratan ruang pemuatan kendaraan di kapal

Persyaratan pelayanan pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan harus

memenuhi persyaratan perlengkapan pintu rampa dan ruang kendaraan berserta

fasilitasnya. Kapal penyeberangan yang mengangkut kendaraan, harus memenuhi

perlengkapan dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut;

a) Pintu Rampa;

(1) terdiri dari 2 pintu, yang dipasang di bagian haluan dan buritan ( type RO

– Ro ) atau samping kiri dan kanan yang berguna sebagai jalan ke luar dan

masuk kendaraan

(2) di lintas – lintas tertentu yang memppunyai peralatan tangga rampa

samping ( elevated side – ramp , kapal yang melayani lintas tersebut harus

mempunyai geladak atas untuk kendaraan ( upper car deck ) dan memuat

dudukan atau tumpuan untuk rampa dermaga sehingga langsung dapat

digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan

b) Spesifikasi pintu rampa adalah sebagai berikut;

(1)Panjang : harus disesuaikan dengan kondisi prasarana

yang dilayani;

(2) Lebar : minimum 4 m

(3) Kecepatan buka/tutup pintu ;

- membuka penuh : tidak lebih dari 2 menit

- menutup penuh : tidak lebih dari 3 menit

(4) Daya Dukung :

Harus mampu mendukung beban kendaraan minimal :

- Jumlah berat yang diperbolehkan ( JBB ) : 17, 5 ton

- Muatan Sumbu Terberat ( MST ) : 8,0 ton

(5)Khusus untuk lintas penyeberangan Merak – Bakauheni, Ketapang –

Gilimanuk, Padangbai – Lembar, Kahyangan – Pototano dan Bajo E –

Kolaka:

- Jumlah Berat yang Diperbolehkan ( JBB ) : 40 ton

- Muatan Sumbu Terberat ( MST ) : 10 ton

Page 186: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 180

Ketentuan daya dukung tersebut harus disesuaikan dengan kapasitas lalu lintas

dan angkutan serta daya daya dukung jalan raya yang akan dilalui :

c) Ruang Untuk Kendaraan:

(1) lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan beban kendaraan

minimal JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk muatan berat atau truk, dan

mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 40 ton dan MST 10 ton

untuk kapal yang beroperasi di lintas penyeberangan Merak – Bakauheni ,

Ketapang – Gilimanuk, Padangbai – Lembar, Kahyangan – Pototano dan

Bajo E – Kolaka

(2) tinggi ruang kendaraan:

kendaraan kecil / sedan minimal 2,50 m;

kendaraan besar/truk dan campuran , minimal 3,80 m;

kendaraan trailer /peti kemas, minimal 4,70 m

(3) Lantai ruang kendaraan dilengkapi dengan tanda jalur kendaraan yang

dapat dilihat secara jelas oleh pengemudi kendaraan dan penempatan

kendaraan harus berada di dalam jalur kendaraan

(4) jarak minimal antar kendaraan :

(a) jarak antara masing – masing kendaraan pada sisi kiri dan kanan

adalah 60 cm

(b) jarak antara muka dan belakang masing – masing kendaraan adalah 30

cm

(c) untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding

kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar

gading – gading ( frame )

(d) jarak sisi antara kendaraan dengan tiang penyangga ( web frame )

adalah 60 – 80 cm

(5) antara pintu rampa haluan / buritan dengan batas sekat pelanggaran,

dilarang dimuati kendaraan

(6) untuk lintas – lintas penyeberangan yang kondisi lautnya berombak kuat

sehingga membuat sudut kemiringan kapal mencapai lebih dari 100,

Page 187: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 181

kendaraan yang dimuat dalam kapal harus dilengkapi dengan sistem

pengikatan ( lashing )

(7) ruang kendaraan yang tertutup harus disediakan lampu penerangan, sistem

sirkulasi udara, tanmgga/jalan masuk bagi pengemudi, serta harus

ditempatkan/ditulisi tanda larangan ” DILARANG MEROKOK”

PENUMPANG DILARANG TINGGAL DI RUANG KENDARAAN”

serta DILARANG MENGHIDUPKAN MESIN SELAMA PELAYARAN

SAMPAI PINTU RAMPA DIBUKA KEMBALI ” yang dapat terlihat jelas

dan muda dibaca

16) Persyaratan kecepatan pelayanan kecepatan kapal

Persyaratan pelayanan kecepatan kapal terdiri dari 2 (dua) kategori, sebagai

berikut;

a) kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan

(service speed) sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) knot per jam.

b) kapal pelayanan non ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan rata-

rata pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 15 (lima belas) knot.

Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani lintas pendek

yang sampai dengan 6 (enam) mil kecepatan rata-rata pelayanan dapat

disesuaikan untuk memenuhi jadwal perjalanan kapal

7) Persyaratan keselamatan kapal

1) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 300 dengan jarak lintasan yang

dilayani hingga 15 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

(2) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(3) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(6) Means Of Rescue (alat penolong)

(7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(8) Helicopter Pick Up Area (area 181ystem181ter)

Page 188: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 182

(9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(10) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(11) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 2 units)

(12) SART (1 Unit)

(13) Distress Flare 12

(14) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(15) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(16) Public Address System (182ystem informasi umum)

(17) Life Buoys (pelampung) 4 unit

2) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 500 dengan jarak lintasan yang

dilayani 15 – 100 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

(2) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(3) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan

penumpang

(5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(6) Means Of Rescue (alat penolong)

(7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(8) Helicopter Pick Up Area (area 182ystem182ter)

(9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(10) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(11) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(12) SART (2 Unit)

(13) Distress Flare 12

(14) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(15) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(16) Public Address System (182ystem informasi umum)

(17) Life Buoys (pelampung) 8 unit

(18) Muster list and Emergency instruction

(19) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(20) 1 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship

Page 189: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 183

(22) (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

3) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 800 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Life Buoys/pelampung 8 unit

(2) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(3) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(4) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(5) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(6) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(7) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(8) Means Of Rescue (alat penolong)

(9) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(10) Helicopter Pick Up Area (area 183ystem183ter)

(11) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(12) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(13) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(14) SART (2 Unit)

(15) Distress Flare 12

(16) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(17) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(18) Public Address System (183ystem informasi umum)

(19) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(20) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada

dua sisi kapal)

4) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 1.300 dengan jarak lintasan

yang dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan

sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Life Buoys/pelampung 8 unit

(2) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(3) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(4) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(5) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

Page 190: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 184

(6) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan

penumpang

(7) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(8) Means Of Rescue (alat penolong)

(9) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(10) Helicopter Pick Up Area (area 184ystem184ter)

(11) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(12) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(13) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(14) SART (2 Unit)

(15) Distress Flare 12

(16) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(17) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(18) Public Address System (184ystem informasi umum)

(19) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(20) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada

dua sisi kapal)

5) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 1.800 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Life Buoys/pelampung 12 unit

(2) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(3) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(4) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(5) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(6) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(7) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(8) Means Of Rescue (alat penolong)

(9) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(10) Helicopter Pick Up Area (area 184ystem184ter)

Page 191: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 185

(11) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(12) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(13) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(14) SART (2 Unit)

(15) Distress Flare 12

(16) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(17) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(18) Public Address System (185ystem informasi umum)

(19) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(20) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua

sisi kapal)

6) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 2.500 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Life Buoys/pelampung 12 unit

(2) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(3) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(4) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(5) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(6) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(7) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(8) Means Of Rescue (alat penolong)

(9) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(10) Helicopter Pick Up Area (area 185ystem185ter)

(11) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(12) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(13) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(14) SART (2 Unit)

(15) Distress Flare 12

(16) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(17) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(18) Public Address System (185ystem informasi umum)

Page 192: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 186

(19) 2Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan

instruksi bahaya)

(20) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (. (sekoci penolong pada

dua sisi kapal)

7) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 3.200 dengan jarak lintasan yang

dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(1) Life Buoys/pelampung 12 unit

(2) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(3) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(4) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(5) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(6) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(7) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(8) Means Of Rescue (alat penolong)

(9) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

(10) Helicopter Pick Up Area (area 186ystem186ter)

(11) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

(12) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(13) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

(14) SART (2 Unit)

(15) Distress Flare 12

(16) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

(17) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

(18) Public Address System (186ystem informasi umum)

(19) Muster list and Emergency instruction ((tanda berkumpul dan instruksi

bahaya)

(20) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(21) Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua

sisi kapal)

Untuk penempatan kapal dari satu lintas ke lintas penyeberangan lain, maka

kapal harus diuji stabilitas eksisting sesuai dengan kondisi lintas yang akan

Page 193: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 187

ditempati kapal. Kriteria dan kemampuan stabilitas kapal dapat dikaji dengan

memanfaatkan kurva G-Z. Kurva G-Z disajikan dalam Dokumen Stabilitas

atau dikenal dengan Stability Booklet, yang harus tersedia di kapal.

Berdasarkan dokumen stabilitas kapal seperti disebutkan di atas, Nakhoda

dapat mengetahui kemampuan stabilitas kapal, kuantitas pemuatan, tiupan

angin namun dalam keadaan laut tenang.

d.Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

Pemerintah daerah atau operator pelabuhan perlu mengidentifikasi dan

melakukan kajian kesesuaian ketika menempatkan kapal menyangkut beberapa

aspek teknis pelabuhan yang termuat dalam DLKr pelabuhan meliputi;

1) wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran

2) tempat labuh

3) tempat alih muat antarkapal

4) kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal

5) kegiatan pemanduan

6) tempat perbaikan kapal

7) penahan gelombang

8) kolam pelabuhan

9) alur pelayaran

10) sarana bantu navigasi

11) sistem keamanan dan ketertiban di pelabuhan

12) fasilitas naik turun kendaraan

g.Selain itu juga perlu melakukan kajian secara detail DLKp perairan

pelabuhan yang digunakan sebagai;

1) untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan

2) keperluan keadaan darurat

3) penempatan kapal mati

4) percobaan berlayar

5) kegiatan pemanduan

6) fasilitas pembangunan

7) pemeliharaan kapal

Page 194: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 188

h.Spesifikasi teknis pelabuhan

Dari DLKp dan DLKr pelabuhan tersebut kemudian ditelaah kembali untuk

melihat spesifikasi teknis pelabuhan sebagai dasar penempatan kapal. Spesifikasi

teknis pelabuhan dapat dilihat dengan memperhatikan;

1) Fasilitas pokok antara lain;

a) terminal penumpang

b) penimbangan kendaraan bermuatan

c) jalan penumpang keluar/masuk kapal ( gang way )

d) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa

e) fasilitas penyimpanan bahan bakar ( bunker )

f) instalasi air, listrik dan telekomunikasi

g) akses jalan dan/atau jalur kereta api

h) fasilitas pemadam kebakaran

i) tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal

2) Fasilitas penunjang, antara lain;

a) kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa

kepelabuhanan

b) tempat pembuangan limbah

c) fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan

d) areal pengembangan pelabuhan

e) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan)

3) Spesifikasi gelombang

Dari hasil kajian kesesuaian tersebut di atas, maka akan dapat menetapkan

kriteria kapal (lebar, tinggi kapal, panjang kapal, dan GT kapal) sesuai dengan

spesifikasi teknis pelabuhan.Selain spesifikasi teknis pelabuhan, juga perlu

memperhatikan kondisi lintas penyeberangan sesuai daerah operasi. Kementerian

Perhubungan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan

identifikasi dan kajian tinggi gelombang sebagai acuan bagi pengusaha kapal dan

Pemerintah daerah atau operator pelabuhan untuk menempatkan kapal. Tinggi

gelombang semua lintasan dikelompokkan pada tujuh (7) region dengan rincian

sebagai berikut;

1) Region A dengan tinggi gelombang maksimum 1,25 meter, terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Pulang Pisau – Kelawa (Belum Ops). (2) Banjar

Raya – Saka Kajang (Belum Ops). (3) Kuin Alalak – Jelapat (Belum Ops). (4)

Page 195: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 189

(5) Mantuli – Tambang Muara (Belum Ops). (6) Siwa – Lasusua (Belum Ops). (7)

Ajibata – Tombok (Komersil). (8) Palembang – Muntok (Komersil). (9)Pontianak

Kota – Siantan (Komersil). (10) Tebas Kuala – Tebas Sbrg (Perintis I).(11)

Tayan – Terayu (Perintis I). (12) Taipa – Kariangau (Perintis I). (13) Tj.Harapan

– Tl.Kalong (Perintis I). (14) Palembang – Kayuarang (Tidak Ops). (15)

K.Kapuas – K.Kapauas Sbrg (Tidak Ops). (16) Kuala Pembuang – Kualu

Pembuang (Tidak Ops). (17) P.Telo – P.Telo Sbrg (Tidak Ops). (18)

Palangkaraya – P.R.Sbrg (Tidak Ops). (19) Cerbon – Marabahan (Tidak

Ops).(20) Kartiasa Barat – Kartiasa Timur (Tidak Ops).(21) Semuntai – Sekadau

(Tidak Ops)

2) Region B, dengan tinggi gelombang maksimum 1,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Daruba – Tobelo (Perintis I). (2) Tobelo – Subaim

(Perintis I)

3)Region C, dengan tinggi gelombang maksimum 2 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1) Patani – Sorong (Belum Ops). (2)Poso – Wakay (Belum

Ops). (3) Luwuk – Sabang (Belum Ops). (4) Taliabu – Banggai (Belum Ops).(5)

Bastiong – Babang/Payahe (Belum Ops). (6) Payahe – Sakete (Belum Ops).(7)

Sakete – Babang (Belum Ops).(8)Sanana – Tlk.Bara (Belum Ops).(9) Sanana –

Mangole (Belum Ops). (10) Mangole- Taliabu (Belum Ops). (11) Mangole-

Laiwui (Belum Ops). (12) Laiwui – Labuha (Belum Ops). (13) Sibolga – Nias

(Komersil).(14) Pagimana – Gorontalo (Komersil).(15) Bastiong – Sidangole

(Komersil).(16) Bastiong – Rum (Komersil). (17)Bitung – Ternate (Komersil).

(18) Biak – Serui (Perintis I).(19) Serui – Waren (Perintis I). (20) Numfor –

Manokwari (Perintis I).(21)Saumlaki – Tepa (Perintis I).(22) Dobo – Benjina

(Perintis I).(23)Sorong – Seget (Perintis I).(24) Seget – Mogem – Inawalan

(Perintis I).(25) Mogem – Teminabuan (Perintis I).(26) Sorong – Saonek

(Perintis I).(27) Sorong – Waigama (Perintis I).(28) Gorontalo – Wakai (Perintis

I).(29) Luwuk – Salakan (Perintis I).(30) Salakan – Banggai (Perintis I).(31)

Kendari – Langgara (Perintis I).(32) Bitung – Pananaro (Perintis I).(33) Bitung –

P.Lembeh (Perintis I).(34)Bitung – Siau (Perintis I).(35)Bastiong – Geti/Tidore

(Perintis II). (36) Tarakan – Tg.Selor (Perintis II).(37) Waren – Nabire (Tidak

ops). (38) Biak – Nabire (Tidak Ops).(39) Biak – Numfor (Tidak Ops). (40)

Page 196: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 190

Serui – Nabire (Tidak Ops).(41) Sorong – Jefman (Tidak Ops).(42) Jefman –

Kalabo (Tidak Ops).(43) Sorong – Teminabuan (Tidak Ops).(44) Bitung – Dago

(Tidak Ops)

4)Region D, dengan tinggi gelombang maksimum 2,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1)Balohan – Malahayati, Komersil.(2)Cilacap –

Kalipuncang, Komersil.(3)Ujung – Kamal, Komersil.(4)Jangkar – Kalianget,

Komersil.(5)Kalianget – P.Kangean, Komersil.(6)Kupang - Waingapu,

Komersil.(7)Bajoe – Kolaka, Komersil.(8)Torobulu – Tampo,

Komersil.(9)Meolaboh – Sinabang, Perintis I.(10)Sinabang – Labuhan Haji,

Perintis I.(11)Singkil – P Banyak – Sinabang, Perintis I.(12)Padang –

Sikakap/Mentawai, Perintis I.(13)Padang – P.Siberut, Perintis I.(14)Padang –

Tuapejat, Perintis I.(15)Pulau Bai – P.Enggano, Perintis I.(16)Cilacap –

Majingklak , erintis I.(17)Aimere – Waingapu, Perintis I.(18)Ende –

Waingapu, Perintis I.(19)Wara – Bau Bau, Perintis I.(20)Tarakan – Ancam,

Perintis II.(21)Tarakan – Sembakung, Perintis II.(22)Marina – P. Kelapa, Tidak

Ops.(23)Marina – P. Tidung, Tidak Ops.(24)Marina – P. Pramuka, Tidak

Ops.(25)P.Pramuka – P.Kelapa, Tidak Ops.(26)P.Pramuka – P.Tidung, Tidak

Ops.(27)Marina – P.Untung Jawa, Tidak Ops.(28)P.Untung Jawa – P.Tidung,

Tidak Ops

5)Region E, dengan tinggi gelombang maksimum3 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1)Stagen – Tarjun, Belum Ops.(2)Tarakan – ToliToli, Belum

Ops.(3)Garongkong – Batulicin, Belum Ops.(4)Sape – Waingapu, Belum Ops.(5)

Sulamu – Kadya Kupang, Belum Ops. (6)Toboali – P.Lepar, Belum Ops.(7) Batu

Licin-Tj.Serdang, Komersil.(8)Balikpapan – Mamuju, Komersil.(9)Balikpapan –

Penajam, Komersil.(10)Kupang – Aimere, Komersil.(11)Padang Bai- Lembar,

Komersil.(12)Kayangan/Lombok – Pototano, Komersil.(13)Sape – Waikelo,

Perintis I.(14)Kalabahi –Tl.gurita, Perintis I.(15)Tl.Gurita – Kisar, Perintis

I.(16)Kupang – Waikelo, Perintis I.(17)Aimere – Waikelo, Perintis I.(18)Tual –

Larat, Perintis I.(19)Sadai – Tanjung Rum, Perintis I.(21)Dongkala –

Mawasangka, Perintis I.(22)Kalabahi – Kabir, Perintis II.(23)Dongkala – Bau

Bau, Tidak ops.(24)Pare Pare – Balikpapan, Tidak Ops.(25)Batulicin – Kotabaru,

Tidak Ops.(26)Kupang – Naikliu, Tidak Ops.(27)Kupang – Hansisi, Tidak

Page 197: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 191

Ops.(28)Kalabahi – Maritaing, Tidak Ops.(29)Dili – P.Atauro, Tidak

Ops.(30)Dili – Maritaing, Tidak Ops.(31)Tual – Elat, Tidak Ops.(32)Bau Bau –

Tolandano, Tidak Ops.(33)Tampo – Maligano, Tidak Ops

6)Region F, dengan tinggi gelombang maksimum 3,5 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1)Ciwandan – Srengseng, Belum Ops.(2)Hansisi – Pantai Baru,

Belum Ops.(3)Atapupu – Iilwaki, Belum Ops.(4)Atapupu – Wonreli, Belum

Ops.(5)Tl.Gurita – Ilwaki, Belum Ops.(6)Kalabahi – Balauring, Belum

Ops.(7)Tj.Pandan – Pontianak, Belum Ops.(8)Ketapang – Manggar, Belum

Ops.(9)K.Tungkal – Tj.Uban, Belum Ops.(10)Bengkalis – Tanjung Balai, Belum

Ops.(11)Belawan – Penang, Belum Ops.(12)Merak – Bakauheni,

Komersil.(13)Ketapang – Gilimanuk, Komersil.(14)Sape – Labuhan Bajo,

Komersil.(15)Kupang – Sawu/Seba, Komersil.(16)Kalabahi – Kupang,

Komersil.(17)Kupang – Ende, Komersil.(18)Rasau Jaya – Tlk.Batang,

Komersil.(19)Bira – Pamatata, Komersil.(20)Galala – Namlea, Komersil.(21)Poka

– Galala, Komersil.(22)Rumbai Jaya – Mumpa, Komersil.(23)Waiwerang –

Lowelaba, Perintis I.(24)Balauring – Baranusa, Perintis I.(25)Kalabahii –

Baranusa, Perintis I.(26)Waingapu – SawuSeba, Perintis I.(27)Lewoleba –

Balauring, Perintis I.(28)Kupang – Lewoleba, Perintis I.(29)Tual – Dodo, Perintis

I.(30)Larat – Saumlaki, Perintis I.(31)Pomako I – Pomako II, Perintis I.(32)Sape –

P.Komodo, Perintis II.(33)Labuhan Bajo – P.Komodo, Perintis II.(34)Mapura

Jaya – Pamako, Perintis II.(35)Telaga Pungkur –Tj. Uban, Perintis

II.(36)Bengkalis – Mengkapan, Perintis II.(37)Benoa-Senggigi, Tidsk

ops.(38)Merak – Srengseng, Tidak Ops.(39)Merak – Panjang, Tidak

Ops.(40)Atapupu – Kalabahi, Tidak Ops.(41)Balauring – Kabir, Tidak

Ops.(42)Bakalang – Baranusa, Tidak Ops.(43)Sawu – Raijua, Tidak

Ops.(44)Kariabela – Wonreli, Tidak Ops.(45)Dili – Wonreli, Tidak Ops.(46)Dili –

Ilwaki, Tidak Ops.(47)Tl. Batang – Ketapang, Tidak Ops.(48)Negeri Lima –

Namlea, Tidak Ops.(49)BT Bedarah – DS Pintas, Tidak Ops.(50)K.Kuning –

M.Tebo, Tidak Ops.(51)Pangkal Pinang – Tj.Pandan, Tidak Ops.(52)S.Pakning –

Bengkalis, Tidak Ops

Page 198: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 192

7)Region G, dengan tinggi gelombang maksimum 4 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1)Semarang – Kumai, Belum Ops.(2)Bambea – Sikeli, Belum

Ops.(3)Kendal – Kumai, Belum Ops.(4)Ilwaki – Wonreli, Belum

Ops.(5)Saumlaki – Adaut, Belum Ops.(6)Wonreli – Serwaru, Belum

Ops.(7)Kupang – Rote, Komersil.(8)Kupang – Larantuka,

Komersil.(9)Hunimua – Waipirit, Komersil.(10)Jepara – Karimun Jawa,

Perintis I.(11)Larantuka – Waiwerang, Perintis I.(12)Tanah Merah – Kepi,

Perintis I.(13)Merauke – Atsy, Perintis I.(14)Atsy – Senggo, Perintis I.(15)Atsy

– Asgon, Perintis I.(16)Pamatata – Marapokot, Perintis I.(17)Bira –Tondasi,

Perintis I.(18)Hurnala/Tulehu – Pelauw/Haruku, Perintis I.(19)Pelauw/Haruku

– Umeputih/Saparua, Perintis I.(20)Wailey – Umeputih/Saparua, Perintis

I.(21)Bitung – Melanguane, Perintis I.(22)Merauke – Tanah Merah, Perintis

I.(23)Lewoleba – Larantuka, Perintis II.(24)Kalabahi – Bakalang, Perintis

II.(25)Merauke – Poo, Perintis II.(26)Atsy – Agat, Tidak ops.(27)Larantuka –

Kalabahi, Tidak Ops.(28)Ende – Aimere, Tidak Ops.(29)Agast – Ewer, Tidak

Ops.(30)Hurnala/Tulehu – Umeputih/Saparua, Tidak Ops.(31)Dago – Talaud,

Tidak Ops.(32)Gresik – Bawean, Tidak Ops

Berdasarkan tinggi gelombang setiap region tersebut, kemudian dapat

direncanakan spesifikasi kapal sesuai daerah operasi dengan pembagian region

berdasar tinggi gelombang tersebut, yaitu dengan menentukan perbandingan

ukuran kapal sebagaimana tabel berikut:

Page 199: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 193

Tabel 2.14.Perbandingan Ukuran Utama Kapal Desain Baru Berdasarkan

Gelombang Per Region Lintasan

RegionTinggi

Gelombang(meter)

KecepatanKapal(knot)

Perbandingan Ukuran Kapal

L/B L/H B/H L/T H/T B/T

A 1.25 10 3.780 7.897 2.089 16.684 2.113 4.41315 3.780 7.980 2.111 16.932 2.122 4.479

B 1.5 15 3.905 8.570 2.195 17.425 2.033 4.462C 2 10 4.155 9.501 2.286 18.224 1.918 4.386

15 4.155 9.589 2.308 18.441 1.923 4.438D 2.5 10 4.405 10.396 2.360 19.271 1.854 4.375

15 4.405 10.486 2.380 19.477 1.857 4.421E 3 10 4.655 11.225 2.411 20.327 1.811 4.366

15 4.655 11.316 2.431 20.526 1.814 4.409F 3.5 10 4.905 12.013 2.449 21.387 1.780 4.360

15 4.905 12.108 2.468 21.581 1.783 4.400G 4 10 5.155 12.775 2.478 22.451 1.757 4.355

15 5.155 12.870 2.496 22.642 1.760 4.392Sumber: Laporan Studi Kelaikan Kapal ASDP Dengan Daerah Operasi, Balitbang

Perhubungan –Dephub RI, 2007

Berdasarkan hasil perhitungan spesifikasi kapal seperti tertuang dalam tabel di

atas, juga dapat merencanakan spesifikasi kapal untuk lintasan-litasan baru yang

belum beroperasi atau masih direncanakan. Penentuan spesifikasi kapal untuk

lintasan-lintasan ini adalah dengan mengacu pada spesifikasi kapal dimana lintasan

tersebut tergabung pada kelompok lintas per region.

Lebih jelasnya alir penempatan kapal sesuai dengan operasi dapat dilihat pada

diagram berikut.

Page 200: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 194

Gambar 2.28. Diagram Alir Penempatan Kapal Sesuai Daerah Operasi

Data dukung:

- Surat-surat/sertifikatkelaiklautan kapal

- Akte Pendirian Perusahaan- surat keterangan domisili

perusahaan- Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP)- Surat izin usaha angkutan

penyeberangan

Penelitian berkaspermohonan olehDirjen/Gubernur/Bupati/Walikota

DITERIMA

DITOLAK

Melengkapi berkas

Kriteria:

- faktor muat rata-rata kapalpada lintas penyeberanganmencapai paling sedikit 65%

- kapal yang beroperasi tidakdapat memenuhi jumlahmuatan yang ada;

- jumlah kapal yang beroperasikurang dari jumlah kapal yangdiizinkan melayani lintas yangbersangkutan;

- kesesuaian spesifikasi tekniskapal dengan kapasitasprasarana dan fasilitaspelabuhan yang digunakanuntuk melayani angkutanpenyeberangan atau terminalpenyeberangan yang tersedia;

- tingkat kemampuan pelayananalur;

- belum optimalnya frekuensipelayanan kapal yangditempatkan.

- kesesuaian dengan regionlintasan sesuai tinggigelombang

- kesesuaian pengujian stabilitaskapal

Penerbitan SuratPersetujuan Penempatan

Kapal olehDirjen/Gubernur/Bupati/Walikota

Permohonan daripengusaha/operato

r kapal

Hasil penelitian DITERIMA/DITOLAK maksimal waktu 30hari setelah semua berasLENGKAP

Penerbitanmaksimal waktu14 hari setelahhasil penelitian

diterima

Page 201: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 195

I. Pedoman Penentuan Jumlah Kapal Pada Lintas Penyeberangan Komersil

1. Latar Belakang

Dilatarbelakangi penetapan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terutama pada Pasal 21, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010

tentang Angkutan di Perairan pada Pasal 65, 66, 67, dan Pasal 68, serta Peraturan

Menteri Nomor PM. 26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan

Penyeberangan Pasal 10, 22, 23, dan Pasal 24, diperlukan adanya tindak lanjut

penyusunan Konsep Pedoman Penentuan Jumlah Kapal pada Lintas

Penyeberangan Komersil.

2. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Penentuan Jumlah

Kapal pada Lintas Penyeberangan Komersil adalah adanya acuan bagi pemerintah

daerah, pengelola pelabuhan penyeberangan dalam memberikan pertimbangan

atau perhitungan jumlah kapal yang sesuai pada suatu lintas penyeberangan

komersil.

3. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Penentuan Jumlah Kapal pada Lintas

Penyeberangan Komersil adalah:

a. Total Waktu Pelayaran Kapal

b. Kapasitas Dermaga

4. Objek atau arah pengaturan

a.Total waktu pelayaran

Dalam pengoperasian pelabuhan penyeberangan, faktor pelayanan yang paling

penting adalah sejauh mana pelabuhan tersebut mampu dalam melayani arus lalu

lintas penumpang baik orang maupun barang/kendaraan. Kemampuan melayani

arus lalu lintas tersebut dapat dilihat dari lancar tidaknya arus lalu lintas dalam

arwal pelabuhan baik pemuatan maupun pembongkaran. Kelancaran arus lalu

lintas pada pelabuhan penyeberangan sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana

dan prasarana pelabuhan. Sarana pelabuhan diidentikan dengan jumlah dan

Page 202: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 196

kapasitas kapal yang beroperasi, sementara prasarana pelabuhan ditentukan oleh

jumlah dan kapasitas dermaga serta luas areal parkir kendaraan.

Penempatan kapal yang akan dioperasikan pada lintas penyeberangan selain

mempertimbangkan adanya kebutuhan angkutan penyeberangan juga harus

memperhatikan ketersediaan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk melayani

angkutan penyeberangan/terminal penyeberangan93. Persyaratan penempatan kapal

yang tidak kalah penting adalah kesesuaian antara spesifikasi teknis kapal dan lintas

penyeberangan, disamping juga persyaratan pelayanan minimal angkutan

penyeberangan, fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan atau terminal penyeberangan, dan keseimbangan antara kebutuhan

penyedia dan pengguna jasa angkutan 94.

Untuk persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan meliputi persyaratan

usaha dan persyaratan pelayanan. Sedangkan persyaratan fasilitas pelabuhan laut

yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal

penyeberangan paling sedikit meliputi 95: 1)jumlah dan jenis fasilitas sandar kapal;

2) kolam pelabuhan; dan ,3)fasilitas naik turun penumpang dan kendaraan.

Penempatan kapal pada suatu lintas penyeberangan dimaksudkan dalam rangka

pengisian kapal pada lintasan baru atau masih kosong, penambahan jumlah kapal

dan/atau penggantian kapal dengan ukuran yang lebih besar. Dalam hal penambahan

jumlah kapal atau penggantian kapal dengan ukuran yang lebih besar dilakukan jika

frekuensi pelayanan kapal pada lintas tersebut sudah optimal serta

mempertimbangkan faktor muat rata-rata kapal pada lintas penyeberangan mencapai

paling sedikit 65% (enam puluh lima per seratus) dalam jangka waktu 1 (satu) tahun96: Berdasarkan uraian di atas, untuk menentukan jumlah kapal yang optimal pada

suatu lintas penyeberangan komersil, maka diperlukan lagkah-langkah:

a. Mendata kebutuhan perjalanan penumpang / data produksi per tahun

b. Mendata kapasitas angkut kapal yang beroperasi

c. Menghitung Load Faktor Kapal dan Lintas

93 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Pasal 6594 Ibid, Pasal 66 ayat (1)95 Ibid, Pasal 66 ayat (5)96 Ibid, Pasal 67 ayat (1)

Page 203: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 197

d. Memprediksi total waktu pelayaran kapal

e. Memprediksi jumlah lintas dan jumlah Kapal

f. Memprediksi jumlah trip kapal

g. Memprediksi jumlah dan kapasitas dermaga

Sebagai contoh, dalam kajian ini mengambil data di wilayah studi Mataram

dengan Lintas Padang Bai – Lembar.

Langkah pertama akan menghimpun data produksi lintasan dan data kapal,

seperti dalam tabel di berikut.

Page 204: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 198

Langkah berikutnya adalah mendata kapasitas angkut lintas sehingga diperoleh

load factor lintas, sebagaimana tabel berikut:

.

Page 205: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 199

Informasi di atas biasanya telah tersedia baik di kantor pengelolala pelabuhan

ataupun dinas perhubungan setempat. Namun jika belum memperoleh data

kumulatif, dapat diprediksi atau dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut.

Pertama menghitung rata-rata produksi, dengan formula berikut:

PtR = ----------

JtKet:

R = Rata - rata produksi per tahun

Pt = Total produksi per tahun

Jt = Jumlah trip dalam satu tahun

Selanjutnya menghitung load factor masing-masing kapal dengan formula

berikut:

RLf = --------------- 100 %

K

Lf = Load factor

R = Rata – rata produksi per tahun

K = Kapasitas

Hasil dari dua formula di atas akan menghasilkan loas factor masing-masing

kapal serta load factor lintas, sebagaimana tabel berikut:

Page 206: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 200

Berdasarkan data diatas, ternyata Load factor penumpang orang masih belum

mencapai batas minimal untuk penambahan kapasitas angkut lintas, namun untuk

penumpang kendaraan sudah mencapai batas tersebut (65%), sehingga

diperbolehkan untuk menambah kapasitas angkut lintas dengan cara

mengoptimalkan frekuensi pelayanan kapal atau menambah jumlah kapal atau

mengganti kapal dengan ukuran yang lebih besar khususnya ruang muat

kendaraan.

Untuk memilih salah satu opsi di atas, secara teoritis dapat diprediksi untuk

menentukan jumlah kapal yang optimal pada suatu lintas penyeberangan. Denan

data produksi kapal yang ada, akan dapat ditentukan. Formula yang bisa

dipergunakan adalah 97:

1) Total Waktu Pelayanan Kapal

Total waktu pelayanan kapal adalah waktu pelayaran kapal yang dibutuhkan

untuk melintasi antara dua pelabuhan penyeberangan, yang ditambah dengan

waktu pelayanan di pelabuhan mulai dari manuver memasuki pelabuhan,

97 Priyanto, Sigit, Pemodelan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Penyeberangan, 2006

Page 207: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 201

bongkar penumpang, muat penumpang, sandar atau waktu cadangan di

pelabuhan dan manuver meninggalkan pelabuhan. Waktu pelayanan di

pelabuhan seharusnya dibuat seminimal mungkin (terutama untuk pelabuhan

yang padat), karena berpengaruh pada total waktu perjalanan kapal (siklus

kapal) yang berpengaruh pada biaya operasional kapal, terkecuali pada

lintasan yang jauh dan waktu pelayaran lama, namun kebutuhan belum

banyak.

Waktu pelayanan kapal pada suatu lintas dapat diilustrasikan sebagai berikut:

WL = 2 x WP

TL = WL = 2 x (T1 + T2 + T3 + T4)

Ket:

TL = total waktu pelayanan lintas/siklus kapal (cycle time)

T1 = waktu berlayar (sailing time)

T2 = waktu pelayanan di dermaga (manouver time)

T3 = waktu bongkar muat (port time)

T4 = waktu cadangan (reverse time)

Berdasarkan informasi dari lapangan, pada Lintas Pelabuhan Padangbai –

Lembar ditempuh dengan waktu 4 Jam 20 Menit, dan waktu sandar 1 Jam 05

menit. Pelabuhan Lembar memiliki dua (2) dermaga dan beroperasi selama 24

Jam. Berdasarkan formula diatas, dapat diketahui:

WP

WP

T1

T2 T2T3T3T4T4

Page 208: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 202

TD = WD = 1 jam 05 menit (sudah termasuk T3 + T4)

TP = 4 Jam 20 Menit (sudah termasuk T1 + T2)

TL = WL = 2 x (5 jam 25 menit) (diasumsikan waktu sandar di Pelabuhan

Padangbai dianggap sama dengan di Pelabuhan Lembar)

= 10 jam 50 menit

tD = 24 jam (waktu operasi dermaga)

JD = 2 (jumlah dermaga)

2) Jumlah Lintas dan Jumlah Kapal:

tD

L = ----------

TL

Dimana:

L = jumlah lintasan

tD = waktu operasi dermaga

TL = total waktu pelayanan lintas/siklus kapal (cycle time)

Dengan data di atas, maka diperoleh:

24 jam

L = -----------------------

10 jam 50 menit

= 2,215 lintas

Page 209: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 203

Sehingga di Lintas Pelabuhan Padangbai – Lembar dapat dilayani dengan 2 kali

melintas/trip.

WL 2 x WP

K = ------- = ---------

WD WD

Ket:

K = jumlah kapal

WL = total waktu pelayanan lintas/siklus kapal (cycle time)

= 2 x WP

WD = waktu di dermaga

Sehingga dengan data di atas, diperoleh:

WL (10 jam 50 menit)

K = ------- = -------------------------- = 10 kapal tiap lintasan

WD (1 jam 5 menit)

Oleh karena pada lintas Padangbai-Lembar masing mempunyai 2 dermaga, maka

lintasan tersebut dapat dilayani oleh 20 kapal dengan kapasitas dan kecepatan

kapal yang ada saat ini.

3) Jumlah Trip Kapal

Jumlah trip kapal didasarkan pata kebutuhan pelayanan perjalanan yang ada

dan tergantung pada kapasitas kapal rata-rata yang ada.

Page 210: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 204

P

Tk = ---------

Kp

Ket:

Tk = jumlah trip kapal

P = jumlah kebutuhan pelayanan perjalanan lintas

Kp = kapasitas kapal

Berdasarkan data di tahun 2011, maka trip masing-masing kapal dapat

diperoleh:

1.484104

Tk = ----------------- = 5.579 trip per tahun = 15,28 trip per hari (orang)

266

241.896

Tk = ----------------- = 9.675 trip per tahun = 26,5 trip per hari (kend R4)

25

b. Kapasitas Dermaga

Untuk menghitung kapasitas dermaga akan dilakukan dengan pendekatan sebagai

berikut;

1) Kapasitas Dermaga

Page 211: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 205

Pada pelabuhan penyeberangan, kapasitas dermaga hanya bergantung pada

jam operasi dermaga dan total waktu di dermaga.

tD

KD = ---------

TD

Ket:

KD = kapasitas dermaga

tD = waktu operasi dermaga

TD = total waktu kapal di dermaga

Berdasarkan data, maka kapasitas dermaga adalah:

24 jam

KD = -------------------- = 22 kapal / hari

1 jam 5 menit

Sehingga dermaga yang ada masih cukup leluasa bisa untuk melayani kapal

yang beroperasi, karena kapasitasnya adalah 44 kapal / hari untuk kedua

dermaga dengan catatan tidak ada delay kedatangan atauoun keberangkatan.

Page 212: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 206

Gambar 2.29. Diagram Alir Penentuan Jumlah Kapal pada Lintas Penyeberangan

Pengumpulan dataproduksi kebutuhan

perjalananpenyeberanganPengumpulan data dan

jumlah kapasitas kapal

Menghitung ProyeksiKebutuhan Perjalanan

PenyeberanganMenghitung Total Lama

PelayananPenyeberangan

MenentukanKebijakan

PenambahanKapasitas Muat

Menghitung LoadFactor Kapal dan Lintas

Menghitung JumlahLintas, Kapal dan Trip

KapalMenghitung KapasitasDermaga

MeningkatkanFrekuensiPelayanan

Menambah Jumlahatau Kapasitas Kapal

Menumbah Jumlahatau Kapasitas

Dermaga

Page 213: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 207

J. Pedoman Pengurusan Ijin Operasional Kapal Penyeberangan

1. Latar Belakang

Dilatarbelakangi penetapan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terutama pada Pasal 28 ayat (6), 117, 122, 124, 126, 134, 135, 147, 151,

152, 154, 155, 163, 158, 169, dan Pasal 170, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun

2010 tentang Angkutan di Perairan pada Pasal 109, Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM.26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan

Penyeberangan pada Pasal 11, 31, 32, 33, 34, 35, dan Pasal 36, diperlukan adanya

tindak lanjut penyusunan Konsep Pedoman Pengurusan Ijin Operasional Kapal

Penyeberangan.

2. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan Konsep Pedoman Pengurusan Ijin Operasional Kapal

Penyeberangan adalah agar terjamin kelancaran, kesesuaian, dan kemudahan

dalam rangka pengurusan ijin operasional kapal tersebut.

3. Sasaran yang diwujudkan

Sasaran yang diwujudkan dalam penyusunan Konsep Pedoman Pengurusan Ijin

Operasional Kapal Penyeberangan adalah adanya acuan atau pedoman bagi

pengusaha/opreator kapal, dan pemerintrah daerah dalam proses pengurusan ijin

operasional kapal sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

4. Jangkauan penyusunan

Jangkauan penyusunan Konsep Pedoman Berlalulintas di Alur Penyeberangan

adalah:

a. Prosedur pengurusan ijin operasional kapal

b. Persyaratan kelaiklautan kapal

c. Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Penyeberangan

5. Objek atau arah pengaturan

a. Prosedur Pengurusan ijin operasional kapal

Page 214: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 208

Bagi pengusaha/operator kapal, untuk mengoperasikan kapal pada lintas yang

telah ditetapkan, wajib memiliki Ijin Operasional Kapal Angkutan Penyeberangan.

Ijin Operasional Kapal Angkutan Penyeberangan memuat 98:

1) surat izin usaha angkutan penyeberangan;

2) persetujuan prinsip pengadaan kapal sesuai dengan daerah operasi bagi badan

usaha yang belum memiliki kapal;

3) surat dan dokumen kapal yang akan dioperasikan yang membuktikan kapal

memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal;

4) lintas yang dilayani;

5) spesifikasi teknis kapal yang akan dioperasikan;

6) bukti kepemilikan kapal (Grosse Akta); dan

7) proposal bisnis, yang paling sedikit memuat:

a) potensi jumlah permintaan angkutan (demand) dan target yang akan diraih

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan;

b) manajemen sumber daya manusia;

c) manajemen pengoperasian kapal.

Ijin Operasional Kapal diberikan oleh:

a) Direktur Jenderal, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar

provinsi dan/atau antar negara;

b) Gubernur, untuk kapal yang melayani penyeberangan antar

kabupaten/kota dalam provinsi; atau

c) Bupati/Walikota, untuk kapal yang melayani penyeberangan dalam

kabupaten/kota.

Untuk memperoleh Ijin Operasional Kapal, Badan Usaha Angkutan

Penyeberangan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal, Gubernur,

atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Ijin Operasional Kapal

Angkutan Penyeberangan diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.

98Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.26 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan AngkutanPenyeberangan, Pasal 31

Page 215: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 209

Badan Usaha Angkutan Penyeberangan yang mengajukan perrnohonan Ijin

Operasional Kapal Angkutan Penyeberangan, diberikan persetujuan prinsip

pengadaan kapal Angkutan Penyeberangan. Persetujuan prinsip pengadaan kapal

Angkutan Penyeberangan berlaku selama 1 (satu) tahun. Apabila sampai dengan

batas waktu tersebut perusahaan Angkutan Penyeberangan tidak mengadakan

kapal yang memenuhi persyaratan spesifikasi teknis kapal yang akan

dioperasikan, maka persetujuan prinsip pengadaan kapal Angkutan

Penyeberangan tidak berlaku. Berdasarkan permohonan Ijin Operasional Kapal

yang diajukan, Direktur Jenderal, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya melakukan penelitian aspek teknis dan aspek hukum atas

persyaratan permohonan Ijin Operasional Kapal dalam jangka waktu paling lama

14 (empat belas) hari kerja sejak diterima permohonan secara lengkap. Dalam hal

hasil penelitian persyaratan belum terpenuhi, Direktur Jenderal, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya menolak dan mengembalikan

permohonan secara tertulis kepada pemohon disertai dengan alasan penolakan.

Permohonan yang ditolak dapat diajukan kembali dengan permohonan baru,

setelah pemohon melengkapi persyaratan. Dalam hal hasil penelitian persyaratan

terpenuhi, Direktur Jenderal, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya menerbitkan Surat Ijin Operasional Kapal Angkutan

Penyeberangan. Surat Ijin Operasional Kapal Angkutan Penyeberangan yang

diterbitkan oleh Direktur Jenderal dengan tembusan disampaikan kepada Menteri99. Surat Ijin Operasional Kapal Angkutan Penyeberangan diberikan pada 1 (satu)

kapal hanya untuk melayani 1 (satu) Lintas Penyeberangan. Surat Ijin Operasional

Kapal untuk pelayanan angkutan perintis dapat diberikan lebih dari 1 (satu) lintas

apabila merupakan satu rangkaian.

b. Persyaratan Kelaiklautan kapal

Setiap kapal yang akan ditempatkan pada suatu lintas penyebrangan komersil

harus memenuhi kelaiklautan kapal yang dibuktikan dengan sertifikat dan surat

kapal, sesuai dengan daerah operasinya yang meliputi 100:

99Ibid, , Pasal 34100 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 117

Page 216: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 210

1) keselamatan kapal;

Persyaratan keselamatan kapal meliputi : a).material; b).konstruksi; c).bangunan;

d).permesinan dan perlistrikan; e).stabilitas; f).tata susunan serta perlengkapan

termasuk perlengkapan alat penolong dan radio; dan g).elektronika kapal 101.

Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberi sertifikat

keselamatan oleh Menteri.

2) pencegahan pencemaran dari kapal;

Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian

pencemaran diberikan sertifikat pencegahan dan pengendalian pencemaran oleh

Menteri.

3) pengawakan kapal;

Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan

kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional,

dengan Nakhoda dan Anak Buah Kapal untuk kapal berbendera Indonesia harus

warga negara Indonesia, dan kapal yang memenuhi persyaratan diberikan

setifikat pengawakan kapal.

4) garis muat kapal dan pemuatan;

Setiap kapal yang berlayar harus ditetapkan garis muatnya sesuai dengan

persyaratan. Penetapan garis muat kapal dinyatakan dalam Sertifikat Garis Muat.

Pada setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dipasang Marka Garis

Muat secara tetap sesuai dengan daerah-pelayarannya.

5) kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;

Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi: a).gaji;

b).jam kerja dan jam istirahat; c).jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan

pemulangan ke tempat asal; d).kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi

karena mengalami kecelakaan; e).kesempatan mengembangkan karier;

f).pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman; dan

g).pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi kecelakaan

101 Ibid, Pasal 124

Page 217: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 211

kerja, yang dinyatakan dalam perjanjian kerja antara Awak Kapal dengan

pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk menjamin kesehatan penumpang dan awak kapal selama pelayaran, setiap

kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan fasilitas kesehatan

bagi penumpang, meliputi: a).ruang pengobatan atau perawatan; b).peralatan

medis dan obat-obatan; dan c).tenaga medis.

6) status hukum kapal;

Status hukum kapal dapat ditentukan setelah melalui proses:

a) pengukuran kapal;

Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib dilakukan pengukuran oleh pejabat

pemerintah yang diberi wewenang oleh Menteri. Berdasarkan pengukuran ini

kemudian diterbitkan Surat Ukur untuk kapal dengan ukuran tonase kotor

sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh Gross Tonnage). Pada kapal yang telah diukur

dan mendapat Surat Ukur wajib dipasang Tanda Selar. Tanda Selar harus tetap

terpasang di kapal dengan baik dan mudah dibaca.

b) pendaftaran kapal;

Pendaftaran kapal dilakukan dengan pembuatan akta pendaftaran dan dicatat

dalam daftar kapal Indonesia. Sebagai bukti kapal telah terdaftar, kepada

pemilik diberikan grosse akta pendaftaran kapal yang berfungsi pula sebagai

bukti hak milik atas kapal yang telah didaftar. Pada kapal yang telah didaftar

wajib dipasang Tanda Pendaftaran.

c) penetapan kebangsaan kapal.

Kapal yang didaftar di Indonesia dan berlayar di laut diberikan Surat Tanda

Kebangsaan Kapal Indonesia oleh Menteri.

7) manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal; dan

Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk jenis dan ukuran

tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan

Page 218: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 212

pencemaran dari kapal. Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen

keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diberi sertifikat manajemen

keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal berupa Dokumen

Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of Compliance/DOC) untuk

perusahaan dan Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management

Certificate/SMC) untuk kapal.

8) manajemen keamanan kapal.

Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk ukuran tertentu

harus memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal. Kapal yang telah

memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal diberi sertifikat Manajemen

Keamanan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal Internasional (International

Ship Security Certificate/ISSC).

Setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan wajib 102:

1) memenuhi persyaratan teknis kelaiklautan dan persyaratan pelayanan

minimal angkutan penyeberangan;

2) memiliki spesifikasi teknis sesuai dengan fasilitas pelabuhan yang digunakan

untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal penyeberangan pada

lintas yang dilayani;

3) memiliki dan/atau mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan

kualifikasi yang diperlukan untuk kapal penyeberangan;

4) memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan

kendaraan beserta muatannya;

5) mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada

bagian samping kiri dan kanan kapal; dan

6) mencantumkan informasi atau petunjuk yang diperlukan dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Penempatan kapal yang akan dioperasikan pada lintas penyeberangan dilakukan

dengan mempertimbangkan 103:

102 Peratuarn Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Pasal 61103Ibid, Pasal 65

Page 219: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 213

1) adanya kebutuhan angkutan penyeberangan; dan

2) tersedianya fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan/terminal penyeberangan.

9) spesifikasi teknis kapal;

Spesifikasi teknis kapal mencakup beberapa aspek yaitu;

Spesifikasi teknis kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a) ukuran kapal;

b) pintu rampa;

c) kecepatan kapal; dan

d) mesin bantu sandar.

10) persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan;

Persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan meliputi:

a) persyaratan usaha; dan

b) persyaratan pelayanan.

11) fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan

penyeberangan atau terminal penyeberangan;

Fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan

atau terminal penyeberangan paling sedikit meliputi:

1) jumlah dan jenis fasilitas sandar kapal;

2) kolam pelabuhan; dan

3) fasilitas naik turun penumpang dan kendaraan.

12) Persyaratan pelayanan angkutan penyeberangan

Setiap kapal yang melayani Angkutan Penyeberangan wajib 104:

104Peraturan Menteri Perhubungan No. PM.26 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan AngkuitanPenyeberangan, Pasal 10

Page 220: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 214

1) memenuhi persyaratan teknis kelaiklautan dan persyaratan pelayanan

minimal angkutan penyeberangan;

2) memiliki spesifikasi teknis sesuai dengan fasilitas pelabuhan yang

digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal

penyeberangan pada lintas yang dilayani;

3) memiliki dan/ atau mempekerjakan awak kapal yang memenuhi

persyaratan kualifikasi yang diperlukan untuk kapal penyeberangan;

4) memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan

kendaraan beserta muatannya;

5) mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan

pada bagian samping kiri dan kanan kapal; dan

6) mencantumkan informasi atau petunjuk yang diperlukan dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

c. Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Penyeberangan

Spesifikasi teknis lintas penyeberangan dapat dilihat dari fasilitas dan sarana

pelabuhan penyeberangan tersebut, dilihat dengan memperhatikan;

1) Fasilitas pokok antara lain;

a) terminal penumpang

b) penimbangan kendaraan bermuatan

c) jalan penumpang keluar/masuk kapal ( gang way )

d) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa

e) fasilitas penyimpanan bahan bakar ( bunker )

f) instalasi air, listrik dan telekomunikasi

g) akses jalan dan/atau jalur kereta api

h) fasilitas pemadam kebakaran

i) tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal

2) Fasilitas penunjang, antara lain;

a) kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa

kepelabuhanan

b) tempat pembuangan limbah

c) fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan

d) areal pengembangan pelabuhan

e) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan)

Page 221: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 215

Dari hasil kajian kesesuaian tersebut di atas, maka akan dapat menetapkan kriteria

kapal (lebar, tinggi kapal, panjang kapal, dan GT kapal) sesuai dengan spesifikasi

teknis pelabuhan.

Selain spesifikasi teknis pelabuhan, kapal yang akan dioperasikan dalam hal

pengadaan kapal baru, setelah pemohon memperoleh Persetujuan Prinsip

Pengadaan Kapal, pengusaha dan pemerintah daerah juga perlu memperhatikan

kondisi lintas penyeberangan sesuai daerah operasi. Kementerian Perhubungan

telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan identifikasi

dan kajian tinggi gelombang sebagai acuan bagi pengusaha kapal dan Pemerintah

daerah atau operator pelabuhan untuk menempatkan kapal. Tinggi gelombang

semua lintasan dikelompokkan pada tujuh (7) region dengan rincian sebagai

berikut;

1)Region A dengan tinggi gelombang maksimum 1,25 meter, terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1)Pulang Pisau – Kelawa (Belum Ops).(2)Banjar

Raya – Saka Kajang (Belum Ops).(3)Kuin Alalak – Jelapat (Belum

Ops).(4)Mantuli – Tambang Muara (Belum Ops).(5)Siwa – Lasusua (Belum

Ops).(6)Ajibata – Tombok (Komersil).(7)Palembang – Muntok

(Komersil).(8)Pontianak Kota – Siantan (Komersil).(9)Tebas Kuala – Tebas

Sbrg (Perintis I).(10)Tayan – Terayu (Perintis I).(11)Taipa – Kariangau

(Perintis I).(12)Tj.Harapan – Tl.Kalong (Perintis I).(13)Palembang –

Kayuarang (Tidak Ops).(14)K.Kapuas – K.Kapauas Sbrg (Tidak

Ops).(15)Kuala Pembuang – Kualu Pembuang (Tidak Ops).(16)P.Telo –

P.Telo Sbrg (Tidak Ops).(17)Palangkaraya – P.R.Sbrg (Tidak

Ops).(18)Cerbon – Marabahan (Tidak Ops).(19)Kartiasa Barat – Kartiasa

Timur (Tidak Ops).(20)Semuntai – Sekadau (Tidak Ops)

2) Region B, dengan tinggi gelombang maksimum 1,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1)Daruba – Tobelo (Perintis I).(2)Tobelo – Subaim

(Perintis I)

3) Region C, dengan tinggi gelombang maksimum 2 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Patani – Sorong (Belum Ops).(2)Poso – Wakay

Page 222: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 216

(Belum Ops).(3)Luwuk – Sabang (Belum Ops).(4)Taliabu – Banggai (Belum

Ops).(5) Bastiong – Babang/Payahe (Belum Ops).(6)Payahe – Sakete (Belum

Ops).(7)Sakete – Babang (Belum Ops).(8)Sanana – Tlk.Bara (Belum

Ops).(9)Sanana – Mangole (Belum Ops).(9)Mangole- Taliabu (Belum

Ops).(10)Mangole- Laiwui (Belum Ops).(11)Laiwui – Labuha (Belum

Ops).(12)Sibolga – Nias (Komersil).(13)Pagimana – Gorontalo

(Komersil).(14)Bastiong – Sidangole (Komersil).(15)Bastiong – Rum

(Komersil).(16)Bitung – Ternate (Komersil).(17)Biak – Serui (Perintis

I).(18)Serui – Waren (Perintis I).(19)Numfor – Manokwari (Perintis

I).(20)Saumlaki – Tepa (Perintis I).(21)Dobo – Benjina (Perintis I).(22)Sorong

– Seget (Perintis I).(23)Seget – Mogem – Inawalan (Perintis I).(24)Mogem –

Teminabuan (Perintis I).(25)Sorong – Saonek (Perintis I).(26)Sorong –

Waigama (Perintis I).(27)Gorontalo – Wakai (Perintis I).(28)Luwuk – Salakan

(Perintis I).(29)Salakan – Banggai (Perintis I).(30)Kendari – Langgara

(Perintis I).(31)Bitung – Pananaro (Perintis I).(32)Bitung – P.Lembeh (Perintis

I).(33)Bitung – Siau (Perintis I).(34)Bastiong – Geti/Tidore (Perintis

II).(35)Tarakan – Tg.Selor (Perintis II).(36)Waren – Nabire (Tidak

ops).(37)Biak – Nabire (Tidak Ops).(38)Biak – Numfor (Tidak Ops).(39)Serui

– Nabire (Tidak Ops).(40)Sorong – Jefman (Tidak Ops).(41)Jefman – Kalabo

(Tidak Ops).(42)Sorong – Teminabuan (Tidak Ops).(43)Bitung – Dago (Tidak

Ops)

4)Region D, dengan tinggi gelombang maksimum 2,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1)Balohan – Malahayati, Komersil.(2)Cilacap –

Kalipuncang, Komersil.(3)Ujung – Kamal, Komersil.(4)Jangkar – Kalianget,

Komersil.(5)Kalianget – P.Kangean, Komersil.(6)Kupang - Waingapu,

Komersil.(7)Bajoe – Kolaka, Komersil.(8)Torobulu – Tampo,

Komersil.(9)Meolaboh – Sinabang, Perintis I.(10)Sinabang – Labuhan Haji,

Perintis I.(11)Singkil – P Banyak – Sinabang, Perintis I.(12)Padang –

Sikakap/Mentawai, Perintis I.(13)Padang – P.Siberut, Perintis I.(14)Padang –

Tuapejat, Perintis I.(15)Pulau Bai – P.Enggano, Perintis I.(16)Cilacap –

Majingklak , erintis I.(17)Aimere – Waingapu, Perintis I.(18)Ende –

Waingapu, Perintis I.(19)Wara – Bau Bau, Perintis I.(20)Tarakan – Ancam,

Page 223: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 217

Perintis II.(21)Tarakan – Sembakung, Perintis II.(22)Marina – P. Kelapa, Tidak

Ops.(23)Marina – P. Tidung, Tidak Ops.(24)Marina – P. Pramuka, Tidak Ops

(25)P.Pramuka – P.Kelapa, Tidak Ops.(26)P.Pramuka – P.Tidung, Tidak

Ops.(27)Marina – P.Untung Jawa, Tidak Ops.(28)P.Untung Jawa – P.Tidung,

Tidak Ops

5)Region E, dengan tinggi gelombang maksimum3 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1)Stagen – Tarjun, Belum Ops.(2)Tarakan – ToliToli, Belum

Ops.(3)Garongkong – Batulicin, Belum Ops.(4)Sape – Waingapu, Belum Ops

(5)Sulamu – Kadya Kupang, Belum Ops.(6)Toboali – P.Lepar, Belum

Ops.(7)Batu Licin-Tj.Serdang, Komersil.(8)Balikpapan – Mamuju,

Komersil.(9)Balikpapan – Penajam, Komersil.(10)Kupang – Aimere,

Komersil.(11)Padang Bai- Lembar, Komersil.(12)Kayangan/Lombok –

Pototano, Komersil.(13)Sape – Waikelo, Perintis I.(14)Kalabahi –Tl.gurita,

Perintis I.(15)Tl.Gurita – Kisar, Perintis I.(16)Kupang – Waikelo, Perintis

I.(17)Aimere – Waikelo, Perintis I.(18)Tual – Larat, Perintis I.(19)Sadai –

Tanjung Rum, Perintis I.(20)Dongkala – Mawasangka, Perintis I.(21)Kalabahi

– Kabir, Perintis II.(22)Dongkala – Bau Bau, Tidak ops.(23)Pare Pare –

Balikpapan, Tidak Ops.(24)Batulicin – Kotabaru, Tidak Ops.(25)Kupang –

Naikliu, Tidak Ops.(26)Kupang – Hansisi, Tidak Ops.(27)Kalabahi –

Maritaing, Tidak Ops.(28)Dili – P.Atauro, Tidak Ops.(29)Dili – Maritaing,

Tidak Ops.(30)Tual – Elat, Tidak Ops.(31)Bau Bau – Tolandano, Tidak

Ops.(32)Tampo – Maligano, Tidak Ops

6)Region F, dengan tinggi gelombang maksimum 3,5 meter terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1)Ciwandan – Srengseng, Belum Ops.(2)Hansisi –

Pantai Baru, Belum Ops.(3)Atapupu – Iilwaki, Belum Ops.(4)Atapupu –

Wonreli, Belum Ops.(5)Tl.Gurita – Ilwaki, Belum Ops.(6)Kalabahi – Balauring,

Belum Ops.(7)Tj.Pandan – Pontianak, Belum Ops.(8)Ketapang – Manggar,

Belum Ops.(9)K.Tungkal – Tj.Uban, Belum Ops.(10)Bengkalis – Tanjung

Balai, Belum Ops.(11)Belawan – Penang, Belum Ops.(12)Merak – Bakauheni,

Komersil.(13)Ketapang – Gilimanuk, Komersil.(14)Sape – Labuhan Bajo,

Komersil.(15)Kupang – Sawu/Seba, Komersil.(16)Kalabahi – Kupang,

Komersil.(17)Kupang – Ende, Komersil.(18)Rasau Jaya – Tlk.Batang, Komersil

Page 224: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 218

Bira – Pamatata, Komersil.(19)Galala – Namlea, Komersil.(20)Poka – Galala,

Komersil.(21)Rumbai Jaya – Mumpa, Komersil.(22)Waiwerang – Lowelaba,

Perintis I(23)Balauring – Baranusa, Perintis I.(24)Kalabahii – Baranusa, Perintis

I.(25)Waingapu – SawuSeba, Perintis I.(26)Lewoleba – Balauring, Perintis

I.(27)Kupang – Lewoleba, Perintis I.(28)Tual – Dodo, Perintis I.(29)Larat –

Saumlaki, Perintis I.(30)Pomako I – Pomako II, Perintis I.(31)Sape –

P.Komodo, Perintis II.(32)Labuhan Bajo – P.Komodo, Perintis II.(33)Mapura

Jaya – Pamako, Perintis II.(34)Telaga Pungkur –Tj. Uban, Perintis

II.(35)Bengkalis – Mengkapan, Perintis II.(36)Benoa-Senggigi, Tidsk

ops.(37)Merak – Srengseng, Tidak Ops.(38)Merak – Panjang, Tidak

Ops.(39)Atapupu – Kalabahi, Tidak Ops.(40)Balauring – Kabir, Tidak

Ops.(41)Bakalang – Baranusa, Tidak Ops.(42)Sawu – Raijua, Tidak

Ops.(43)Kariabela – Wonreli, Tidak Ops.(44)Dili – Wonreli, Tidak Ops.(45)Dili

– Ilwaki, Tidak Ops.(46)Tl. Batang – Ketapang, Tidak Ops.(47)Negeri Lima –

Namlea, Tidak Ops.(48)BT Bedarah – DS Pintas, Tidak Ops.(49)K.Kuning –

M.Tebo, Tidak Ops.(50)Pangkal Pinang – Tj.Pandan, Tidak Ops.(51)S.Pakning

– Bengkalis, Tidak Ops

7)Region G, dengan tinggi gelombang maksimum 4 meter terdapat pada lintasan

sebagai berikut; (1)Semarang – Kumai, Belum Ops.(2)Bambea – Sikeli, Belum

Ops.(3)Kendal – Kumai, Belum Ops.(4)Ilwaki – Wonreli, Belum

Ops.(5)Saumlaki – Adaut, Belum Ops.(6)Wonreli – Serwaru, Belum

Ops.(7)Kupang – Rote, Komersil.(8)Kupang – Larantuka, Komersil.(9)Hunimua

– Waipirit, Komersil.(10)Jepara – Karimun Jawa, Perintis I.(11)Larantuka –

Waiwerang, Perintis I.(12)Tanah Merah – Kepi, Perintis I.(13)Merauke – Atsy,

Perintis I.(14)Atsy – Senggo, Perintis I.(15)Atsy – Asgon, Perintis I.(16)Pamatata

– Marapokot, Perintis I.(17)Bira –Tondasi, Perintis I.(18)Hurnala/Tulehu –

Pelauw/Haruku, Perintis I.(19)Pelauw/Haruku – Umeputih/Saparua, Perintis

I.(20)Wailey – Umeputih/Saparua, Perintis I.(21)Bitung – Melanguane, Perintis

I.(22)Merauke – Tanah Merah, Perintis I.(2)Lewoleba – Larantuka, Perintis

II.(24)Kalabahi – Bakalang, Perintis II.(25)Merauke – Poo, Perintis II.(26)Atsy –

Agat, Tidak ops.(27)Larantuka – Kalabahi, Tidak Ops.(28)Ende – Aimere, Tidak

Ops.(29)Agast – Ewer, Tidak Ops.(30)Hurnala/Tulehu – Umeputih/Saparua,

Tidak Ops.(31)Dago – Talaud, Tidak Ops.(32)Gresik – Bawean, Tidak Ops

Page 225: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 219

Berdasarkan tinggi gelombang setiap region tersebut, kemudian dapat

direncanakan spesifikasi kapal sesuai daerah operasi dengan pembagian region

berdasar tinggi gelombang tersebut, yaitu dengan menentukan perbandingan

ukuran kapal sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.15.Perbandingan Ukuran Utama Kapal Desain Baru Berdasarkan

Gelombang Per Region Lintasan

RegionTinggiGelombang(meter)

KecepatanKapal(knot)

Perbandingan Ukuran Kapal

L/B L/H B/H L/T H/T B/T

A 1.25 10 3.780 7.897 2.089 16.684 2.113 4.41315 3.780 7.980 2.111 16.932 2.122 4.479

B 1.5 15 3.905 8.570 2.195 17.425 2.033 4.462C 2 10 4.155 9.501 2.286 18.224 1.918 4.386

15 4.155 9.589 2.308 18.441 1.923 4.438D 2.5 10 4.405 10.396 2.360 19.271 1.854 4.375

15 4.405 10.486 2.380 19.477 1.857 4.421E 3 10 4.655 11.225 2.411 20.327 1.811 4.366

15 4.655 11.316 2.431 20.526 1.814 4.409F 3.5 10 4.905 12.013 2.449 21.387 1.780 4.360

15 4.905 12.108 2.468 21.581 1.783 4.400G 4 10 5.155 12.775 2.478 22.451 1.757 4.355

15 5.155 12.870 2.496 22.642 1.760 4.392Sumber: Laporan Studi Kelaikan Kapal ASDP Dengan Daerah Operasi, Balitbang

Perhubungan –Dephub RI, 2007

Berdasarkan hasil perhitungan spesifikasi kapal seperti tertuang dalam tabel di

atas, juga dapat merencanakan spesifikasi kapal untuk lintasan-litasan baru yang

belum beroperasi atau masih direncanakan. Penentuan spesifikasi kapal untuk

lintasan-lintasan ini adalah dengan mengacu pada spesifikasi kapal dimana

lintasan tersebut tergabung pada kelompok lintas per region. Lebih jelasnya alir

pengurusan ijin operasional kapal penyeberangan dapat dilihat pada diangran

berikut.

Page 226: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 220

Gambar 2.30. Diagram Alir Pengurusan Ijin Operasional Kapal

Data dukung:

- surat izin usaha angkutanpenyeberangan;

- persetujuan prinsippengadaan kapal sesuaidengan daerah operasi bagiyang belum memiliki kapal;

- surat dan dokumen kapalyang akan dioperasikan yangmembuktikan kapalmemenuhi persyaratankelaiklautan kapal;

- lintas yang dilayani;- spesifikasi teknis kapal yang

akan dioperasikan;- bukti kepemilikan kapal

(Grosse Akta);- proposal bisnis (demand dan

target 5 tahun, manajemenSDM, manajemenoperasional kapal.

Penelitian berkaspermohonan olehDirjen/Gubernur/Bupati/Walikota

DITERIMA

DITOLAK

Melengkapi berkas

Kriteria:

- kesesuaian spesifikasiteknis kapal dengankapasitas prasarana danfasilitas pelabuhan yangdigunakan untuk melayaniangkutan penyeberanganatau terminalpenyeberangan yangtersedia;

- tingkat kemampuanpelayanan alur;

- kesesuaian dengan regionlintasan sesuai tinggigelombang

- kesesuaian pengujianstabilitas kapal

Penerbitan Surat IjinOperasional Kapal oleh

Dirjen/Gubernur/Bupati/Walikota

Permohonan daripengusaha/opera

tor kapal

Hasil penelitian DITERIMA/DITOLAK maksimal waktu30 hari setelah semua berasLENGKAP

Penerbitanmaksimal waktu14 hari setelahhasil penelitian

diterima

Page 227: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 221

Page 228: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 222

Page 229: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 223

Page 230: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 224

Page 231: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 225

Page 232: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa II - 226

Page 233: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 1

BAB IIIKESIMPUAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari berbagai kajian yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut.

1. Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Kapal

Untuk mewujudkan operasioanl kapal yang aman, nyaman dan selamatn,

maka diperlukan adanya adanya: a.Manajemen Pemeliharaan ISM Code,

b.Survei dan Pengujian Keselamatan Kapal, c.Pemeliharaan Bagian Kapal

meliputi

1) pemeliharaan pelat lambung

2) pemeliharaan ruang penumpang dan sanitary

3) pemeliharaan sarana tambat

4) pemeliharaan alat-alat keselamatan

5) pemeliharaan pemadam kebakaran

6) pemeliharaan ramp door

7) pemeliharaan alat navigasi

8) pemeliharaan mesin induk

9) pemeliharaan motor bantu

10) pemeliharaan pesawat bantu

11) pemeliharaan departemen radio dan sipil

2. Pedoman Penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Laut

Untuk Kepentingan Penyeberangan

Pedoman penetapan DLKp mencakup beberapa aspek yaitu:

a. Area Alur Pelayaran dan kepelabuhanan

b. Area Keperluan Keadaan Darurat

c. Area Pengembangan Pelabuhan Jangka Panjang

d. Area Percobaan Berlayar

e. Area Pembangunan serta pemeliharaan dan perbaikan kapal

f. Menentukan titik koordinat geografis sebagai batas DLKp

Page 234: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 2

3. Pedoman penetapan Daerah Lingkungan Kerja ( DLKr) Pelabuhan Laut Untuk

Kepentingan Penyeberangan

Pedoman penetapan DLKr Pelabuhan laut untuk kepentingan penyeberangan

terutama wilayah daratan mencakup beberapa aspek yaitu;

a. Menetapkan Area Terminal Penumpang

b. Area Penimbangan Kendaraan Bermuatan

c. Area Jalan penumpang keluar/masuk (gang way)

d. Area Perkantoran Untuk Kegiatan Pemerintahan dan Pelayanan Jasa

e. Area Fasilitas Penyimpanan Bahan Bakar (Bunker)

f. Area Instalasi Penyediaan Air Bersih

g. Area Fasilitas Listrik dan Telekomunikasi

h. Area Akses Jalan dan/atau Jalur Kereta Api

i. Area Fasilitas Pemadam Kebakaran

j. Area Tempat Tunggu Kendaraan Bermotor Sebelum Naik Kapal.

Sementara fasilitas penunjang DLKr mencakup:

a. Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa

kepelabuhanan,

b. Tempat penampungan limbah

c. Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan

d. Areal pengembangan pelabuhan,

e. Fasilitas umum lainnya meliputi:

1) Tempat peribadatan

2) Area taman

3) Area jalur hijau

4) Tempat pelayanan kesehatan

5) Area parkir kendaraan antar/jemput

Dalam menetapkan DLKr wilayah perairan mencakup beberapa hal yaitu:

a. Area Alur Pelayaran

b. Area Sandar Kapal

c. Area Tempat Labuh

d. Area Kolam Pelabuhan Untuk Kebutuhan Sandar dan Olah Gerak

Kapal

Page 235: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 3

e. Menentukan titik koordinat geografis sebagai batas DLKr

4. Pedoman berlalulintas di alur penyeberangan

Pedoman berlalu lintas di alur penyeberangan mencakup beberapa aspek yaitu

sebagai berikut:

a. Berlalu lintas memasuki pelabuhan

b. Berlalu lintas meninggalkan pelabuhan

c. Berlalu lintas di Alur penyeberangan

d. Sistem Perambuan

e. Ruang Bebas Alur penyeberangan

5. Pedoman pengukuran jarak lintas antar pelabuhan penyeberangan pada lintas

penyeberangan

Pedoman pengukran jarak lintas antar pelabuhan penyeberangan pada lintas

penyeberangan mencakup beberapa aspek yaitu:

a. Total Waktu Pelayaran Kapal

b. Jarak antara pelabuhan penyeberangan yang terdiri dari:

c. Jarak pelayaran lurus (jarak diatas peta) tanpa memperhitungan arus

dan angin

d. Jarak pelayaran nyata dengan memperhitungkan arus dan angin.

e. Keceptan dinas kapal

Untuk memperoleh hasil Pengukuran Jarak Baring maka diperlukan data

hasil pengukuran sebagai berikut:

a. Jarak pelayaran lurus antara pelabuhan penyeberangan berdasarkan

peta yang ada;

b. Kecepatan dan arah arus laut (derajat) terhadap garis tengah kapal

(arah haluan kapal)

c. Kecepatan dan arah angin (derajat) terhadap garis tengah kapal (arah

haluan kapal);

Page 236: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 4

6. Pedoman penanganan kecelakaan kapal saat operasi

Pedoman penangan kecelakaan kapal saat operasi mencakup beberapa aspek

yaitu:

a. Tanggung Jawab Pengangkut

b. Komunikasi Marabahaya

c. Latihan Penanganan Kedaruratan Kapal

d. Penanganan Kecelakaan Kapal Kebakaran

e. Penanganan Kecelakaan Kapal Tubrukan

f. Penanganan Kecelakaan Kapal Kandas

g. Penanganan Kecelakaan Kapal Tenggelam

h. Penanganan Kecelakaan Orang Jatuh ke Laut

i. Penanganan Meninggalkan Kapal

7. Pedoman penempatan kapal pada lintas penyeberangan perintis

Dalam penempatan kapal pada lintas penyeberangan perintis harus

memperhatikan beberapa faktor yaitu;

a. Prosedur penempatan kapal

b. Persyaratan Kelaiklautan kapal

c. Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

8. Pedoman penempatan kapal sesuai daerah operasi

Pedoman penempatan kapal sesuai dengan daerah operasi mencakup

beberapa aspek yaitu;

a. Prosedur penempatan kapal

b. Persyaratan Kelaiklautan kapal

c. Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

Prosedur Penempatan Kapal harus memperhatikan:

a. Faktor muat:

b. factor penempatan untuk pengembangan/pengisian lintas

Page 237: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 5

c. Penempatan kapal harus mendapat persetujuan

d. Persyaratan:

Sementara persyaratan kelaiklautan kapal harus memperhatikan:

a. keselamatan kapal;

b. pencegahan pencemaran dari kapal;

c. pengawakan kapal;

d. garis muat kapal dan pemuatan;

e. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;

f. status hukum kapal;

g. Manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal

h. Manajemen keamanan kapal.

i. Spesifikasi teknis kapal;

j. fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan

k. Persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan

Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

memperhatikan beberapa aspek yaitu:

a. Spesifikasi detail DLKp perairan pelabuhan

b. Spesifikasi teknis pelabuhan

c. Fasilitas pokok antara lain;

d. Fasilitas penunjang, antara lain;

e. Spesifikasi gelombang

9. Pedoman penentuan jumlah kapal pada lintas penyeberangan komersil

Pedoman penentuan jumlah kapal pada lintas penyeberangan komersil

mencakup beberapa aspek yaitu:

a. Load factor

b. Total waktu pelayaran

c. Kapasitas dermaga

Page 238: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 6

10. Pedoman pengurusan ijin operasional kapal penyeberangan

Pedoman pengurusan ijin operasional kapal penyeberangan meliputi

beberapa aspek yaitu:

a. Prosedur pengurusan ijin operasional kapal

b. Persyaratan kelaiklautan kapal

c. Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Penyeberangan

.

B. Rekomendasi

Beberapa reokomendasi adalah sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya sosialisasi

Pedoman yang telah disusun sangat diperlukan bagi penyelenggara pelabuhan,

dan untuk itu diperlukan adanya sosialisasi bagi penyelenggara pelabuhan di

daerah baik ditingkat propinsi maupun kabupaten/kota serta pihak swasta yang

berkepentingan

2. Untuk menjamin keselamatan operasional, pedoman pemeliharaan dan

penempatan kapal sangat diperlukan. Untuk itu, perlu adanya sosialisasi

pedoman yang telah disusun bagi operator dan pemerintah daerah agar selalu

memperhatikan keselamatan pelayaran.

Page 239: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 7

Page 240: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 8

Page 241: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 9

Page 242: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 10

Page 243: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 11

Page 244: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Sugitek Patih Perkasa III - 12

Page 245: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2001. SOLAS Consolidated Edition 2001. IMO. London.

2. Anonim, 2004. IALA ( International of Association Aid to Navigation

Lighthouse Authorities )

3. Anonim. 2007. Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelaikan Kapal ASDP

dengan Daerah Operasi, Balitbang Perhubungan Dephub RI.

4. Anonim. 2008. Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kebutuhan Standar,

Norma, Pedoman, Kriteria Dan Sispro di Bidang ASDP, Balitbang

Perhubungan Dephub RI.

5. Anonim. 2007. Draft Laporan Akhir Pekerjaan Pedoman Pemeliharaan

Kapal Penyeberangan, Ditjen. Hubdat Dephub RI-BKI.

6. Priyanto, Sigit. 2006. Pemodelan Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Penyeberangan, Jurnal Media Teknik No. 3 Tahun XXVIII Edisi Agustus.

7. Suparsa, I Gusti Putu. 2009. Optimalisasi Kinerja Pelabuhan

Penyeberangan Ketapang Gilimanuk, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 13

No. 1 Januari.

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

9. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan

11. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian

12. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2000 tentang Perkapalan

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 26 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan

14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 53 Tahun 2002 tentang Tatanan

Kepalabuhanan

15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2004 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 25 tahun 2011 tentang Sarana

Bantu Navigasi Pelayaran

Page 246: KATA PENGANTAR - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-101500000000009...KATA PENGANTAR Executive Summary Report kegiatan ”Studi Penyusunan Konsep

“Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Penyeberangan”

PT. Diksa Intertama Consultant 2

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 26 tahun 2011 tentang

Telekomunikasi Pelayaran

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur

Pelayaran di Laut

19. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. KM. 3 tahun 2005 tentang

Lambung Timbul Kapal