BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf ·...
Transcript of BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf ·...
48
BAB IV
PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK
PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI
IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI
Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan
kewajibannya yaitu mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan telah
mendapatkan NPWP, membuat pembukuan, mengisi, menghitung, dan
melaporkan SPT baik SPT Tahunan maupun SPT Masa. Pembukuan dan
penyajian laporan keuangan yang dibuat PERUM DAMRI berdasarkan Prinsip
Akuntansi yang diatur dalam dalam Standar Akuntansi Keuangan disebut sebagai
laporan keuangan komersial, laporan keuangan ini harus dikoreksi fiskal guna
menyesuaikan perbedaan dalam menghitung besarnya laba. Berdasarkan data
yang telah diperoleh dari perusahaan PERUM DAMRI melalui wawancara yang
dilakukan oleh penulis, maka dapat dijelaskan penyebab perbedaan perhitungan
laba menurut Standar Akuntansi dan Undang-undang Pajak. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh :
1. Penghasilan, Dimana menurut Akuntansi penghasilan dibedakan dari usaha
pokok dan penghasilan diluar usaha, sedangkan ketentuan peraturan
perundangan perpajakan dibedakan menjadi tiga yaitu penghasilan yang
bukan objek pajak, yang pengertiannya terbatas diatur dalam pasal 4 ayat (3).
UU No.17 Tahun 2000, penghasilan yang merupakan objek pajak yang
dikenakan PPh-Final dan terakhir Penghasilan yang merupakan objek pajak
yang dikenakan tarif umum atau tidak final.
49
2. Pengeluaran yang menurut Standar Akuntansi Keuangan merupakan beban,
sedangkan sesuai dengan peraturan perpajakan tidak semua pengeluaran
perusahaan dapat dijadikan beban, sebab beban menurut pajak yaitu biaya-
biaya yang dikeluarkan dan berkaitan langsung dengan peredaran usaha. PPh
membedakannya dengan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto (deductible expense), sesuai dengan pasal 6 UU No.17 Tahun 2000,
dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense), sesuai dengan pasal 9 UU.No.17 Tahun 2000.
Perbedaan ini sifatnya bisa merugikan Wajib Pajak, karena memperbesar
Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan.
Dalam hal ini PERUM DAMRI harus melakukan koreksi fiskal positif dan
koreksi fiskal negatif terhadap penghasilan dan biaya-biaya dalam Laporan Laba
Ruginya. Koreksi ini dapat menghitung penghasilan pajak terutang. Koreksi
positif atas suatu beban komersial akan menambah laba fiskal perusahaan,
sedangkan koreksi negatif atas suatu beban komersial akan mengurangi laba
fiskal perusahaan.
Didalam melakukan koreksi fiskal, harus dilakukan evaluasi terlebih
dahulu terhadap objek Pajak Penghasilan dan biaya-biaya pada laporan laba rugi
PERUM DAMRI, dimana biaya-biaya yang dianalisis merupakan biaya-biaya
yang memiliki potensial untuk dilakukan koreksi fiskal. Berikut ini adalah
evaluasi dari penghasilan dan biaya pada laporan laba rugi perusahaan.
50
IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan
Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial pada PERUM DAMRI
bahwa penghasilan netto dari peredaran usaha perusahaan berasal dari
pengoperasian bus penumpang dan truk angkutan barang serta subsidi
penugasan perintis periode tahun 2005 dimana jumlah pendapatan operasional
perusahaan adalah Rp 300.646.612.338,49. Selain itu, jumlah pendapatan
lainnya yaitu berasal dari pendapatan lain-lain sebesar Rp 3.527.472.989,73.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap laporan pendapatan
perusahaan, berikut ini adalah rincian serta penjelasan dari pos-pos akun
pendapatan operasional perusahaan, yaitu :
1. Pengoperasian Bus Penumpang
Dalam menjalankan usahanya dibidang jasa transportasi, PERUM DAMRI
memperoleh pendapatan operasional dari pengoperasian bus angkutan
penumpang dan subsidi penugasan perintis periode tahun 2005. Subsidi ini
berasal dari Pemerintah yang digunakan untuk kegiatan operasional.
Berikut ini adalah rincian dari pendapatan operasional :
Pendapatan Operasional : Tahun 2005 (Rp)
• Angkutan Penumpang 272.370.778.722,00
• Angkutan Barang 10.437.872.502,00
• Jasa Transit 682.251.175,00
• Perbengkelan 150.270.000,00
283.641.172.399,00
• Subsidi Perintis 15.796.239.939,49
• Subsisi Pemerintah 1.209.200.000,00
300.646.612.338,49
51
2. Pendapatan Lain-lain
Total pendapatan lain-lain sebesar Rp 3.527.472.989,73. Pendapatan lain-
lain ini merupakan akun untuk menampung kegiatan yang merupakan
bagian dari kegiatan usaha perusahaan, seperti seperti keuntungan selisih
kurs/beda kurs mata uang asing, laba penjualan aktiva, dan lain-lain.
Berikut adalah rincian akun-akun yang berada pada pendapatan lain-lain.
Pendapatan lain-lain: Tahun 2005 (Rp)
• Bunga Deposito 78.324.751,43
• Jasa Giro 142.742.256,56
• Iklan/Reklame 2.016.309.907,42
• Penjualan Aktiva 38.980.000,00
• Penjualan Barang Bekas 267.333.719,00
• Sewa Bangunan 22.430.000,00
• Beda Kurs 179.900.555,12
• Ganti rugi Pihak ketiga 190.959.000,00
• Denda 105.612.428,97
• PendapatanLain-lain 1.385.053.902,44
3.527.472.989,73
Berdasarkan hasil evaluasi terdapat akun-akun pendapatan yang harus
dikoreksi. Adapun akun-akun tersebut antara lain :
a. Bunga Deposito
PERUM DAMRI dalam hal ini harus melakukan koreksi negatif sebesar
Rp 78.324.751,43. Akun ini merupakan penghasilan yang harus
dikenakan PPh-final, berdasarkan PP. No 131/2000 menyatakan bahwa
Bunga deposito berjangka atau tabungan, sertifikat deposito akan
dipotong/dipungut oleh bank sebesar 20% dari jumlah bruto. Dan
52
pernyataan ini diperkuat dengan pasal 4 ayat 2 UU Pajak Penghasilan
yang diantaranya berisi bahwa penghasilan yang telah dikenakan pajak
final tidak perlu dihitung kembali pada akhir tahun pajak untuk
menghitung PPh terhutang.
b. Jasa Giro
Akun ini sama halnya dengan akun bunga deposito yang dimana akun ini
harus dikenakan PPh Final , dengan berlandaskan pasal 4 ayat 2 UU
pajak penghasilan dan PP. No. 131/2000, sehingga akun pendapatan jasa
giro haruslah dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp 142.742.256,56.
c. Sewa Bangunan
Pendapatan yang berasal dari sewa bangunan ini adalah sebesar
Rp. 22.430.000,00 berdasarkan PP No. 29 tahun 1996, PP No.5 tahun
2002 dan KEP-227/PJ/2002 menyatakan bahwa penghasilan atas sewa
bangunan dan atau tanah yang dimiliki oleh Wajib Pajak Badan harus
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.
Sesuai dengan pasal 4 ayat 2 UU Pajak Penghasilan bahwa penghasilan
yang telah dikenakan pajak final tidak perlu dihitung kembali pada akhir tahun
pajak untuk menghitung PPh terhutang. Dalam hal ini PERUM DAMRI
menghitung kembali pendapatan atas sewa bangunan yang sudah dipotong PPh
Final ke dalam SPT Tahunan akibatnya perusahaan dikenakan pajak dua kali.
53
Untuk itu dalam laporan keuangan fiskal, pendapatan yang berasal dari sewa
harus dikoreksi negatif.
Dari uraian diatas merupakan evaluasi terhadap unsur-unsur penghasilan
yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan maka dapat diketahui unsur-
unsur mana yang diakui oleh ketentuan perpajakan dan unsur-unsur mana yang
tidak diakui. Umumnya, perbedaan tersebut merupakan penyesuaian atas
penghasilan kena pajak. Apabila ada unsur-unsur yang tidak diakui oleh
ketentuan perpajakan akan dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut
dapat menambah ataupun mengurangi jumlah Penghasilan Kena Pajak.
IV.1.2 Evaluasi Kebijakan Fiskal atas Beban PERUM DAMRI
Dalam Laporan keuangan komersial PERUM DAMRI disebutkan bahwa
beban operasional terdiri atas beban komisi penjualan sebesar
Rp. 5.979.768.508,00 serta beban langsung dan tidak langsung yang berada di
dalam unsur Harga Pokok dengan jumlah keseluruhan sebesar
Rp. 251.908.151.079,07. Kemudian beban usaha sebesar Rp 55.945.531.348,89
dan terakhir adalah beban lain-lain sebesar Rp 900.173.531,21.
Berdasarkan hasil evaluasi dari Laporan laba rugi PERUM DAMRI,
berikut ini merupakan penjelasan dari pos-pos akun Beban yang harus dilakukan
koreksi, adalah:
1. Biaya Tenaga Operasi
Biaya ini merupakan turunan atau rincian dari pos akun biaya langsung
yang dimana biaya langsung ini merupakan biaya yang digunakan untuk
kegiatan atau usaha langsung perusahaan, dan biaya tenaga operasi ini
54
merupakan biaya yang digunakan untuk menunjang aktifitas dan kinerja dari
tenaga operasi. Berikut ini penulis sajikan rincian dari biaya-biaya yang ada
dalam biaya tenaga operasi
• Gaji Sopir dan Kondektur Rp 13.429.371.674,40
• Tunjangan Hari Raya (THR) Rp. 1.021.802.121,86
• Tunjangan Perusahaan Rp 968.830.087,03
• Tunjangan Pelaksana Rp. 2.427.025.517,00
• Honor Tenaga PKP Rp. 1.127.448.060,82
• Tunjangan Beras Rp. 4.251.086.948,24
• Tunjangan Operasional Rp. 229.934.009,00
• Perawatan kesehatan Rp. 437.798.613,40
• Bantuan Sosial Rp. 3.938.394.909,44
• Pakaian Dinas dan Perlengkapan Rp. 299.244.317,01
• Pendidikan dan Latihan Rp. 342.411.302,58
• Dana Pensiun (JHT) Rp. 543.603.263,80
• Transport Rp. 167.987.447,65
Pada biaya-biaya tenaga operasi diatas terdapat biaya bantuan sosial
sebesar Rp. 3.938.394.909,44 dengan berdasarkan Undang-Undang Pajak
Penghasilan pasal 9 ayat (1) point g) bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a
dan b, tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka dari itu biaya
bantuan sosial harus dikoreksi positif. Hal itu disebabkan karena biaya bantuan
sosial tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan.
55
2. Biaya Tenaga Petugas Pemeriksa Angkutan (PPA)
Biaya ini merupakan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk
kepentingan petugas PERUM DAMRI, petugas ini berada dilapangan yang
tugasnya mengecek serta mengawasi kendaraan atau angkutan. Berikut ini
penulis sajikan rincian dari biaya-biaya yang ada dalam biaya Tenaga
Petugas Pemeriksa Angkutan (PPA).
• Gaji Petugas Lintas Rp. 2,080,971,135.30
• Tunjangan Hari Raya (THR) Rp. 154,776,895.94
• Tunjangan Perusahaan Rp. 194,787,560.40
• Tunjangan Pelaksana Rp. 277,200,000.00
• Honor Tenaga PKP Rp. 19,217,451.00
• Tunjangan Beras Rp. 215,688,000.00
• Tunjangan Operasional Rp. 172,796,075.68
• Perawatan Kesehatan Rp. 55,988,450.90
• Bantuan Sosial Rp. 594,296,389.90
• Pakaian Dinas dan Perlengkapan Rp. 46,824,277.50
• Pendidikan dan Latihan Rp. 2,722,500.00
• Dana Pensiun (JHT) Rp. 90,852,255.00
• Tranport Rp. 222,076,192.00
Pada biaya Tenaga Petugas Pemeriksa Angkutan (PPA) terdapat biaya
bantuan sosial sebesar Rp. 594.296.389,90.
Sesuai dengan dasar UU Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat 1 huruf e
mengenai hadiah dan sumbangan atau bantuan sosial tidak boleh dikurangkan
dengan penghasilan bruto.
56
Hal ini disebabkan karena biaya sumbangan atau bantuan sosial tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan. Maka
dari itu, biaya ini harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp. 994.296.389,90.
3. Biaya Tenaga Teknik
Biaya ini merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh PERUM untuk
menyelesaikan angkutan atau kendaraan yang rusak, service kendaraan atau
perawatan angkutan tersebut. Namun dalam biaya ini terdapat biaya bantuan
sosial yang merupakan salah satu beban dari rincian beban pada akun biaya
tenaga teknik. Berikut ini penulis sajikan rincian dari biaya-biaya yang ada
dalam Biaya Tenaga Teknik :
• Gaji Tenaga Tekhnik 2,875,780,303.57
• Tunjangan Hari Raya (THR) 250,715,446.50
• Tunjangan Perusahaan 336,798,695.30
• Tunjangan Pelaksana 544,917,343.00
• Honor Tenaga PKP 107,777,721.86
• Tunjangan Beras 896,830,204.84
• Insentif 1,320,878,860.00
• Perawatan Kesehatan 92,124,812.66
• Bantuan Sosial 1,198,711,500.00
• Pakaian Dinas dan Perlengkapan 76,614,766.60
• Pendidikan dan Latihan 16,490,500.00
• Dana Pensiun (JHT) 13,195,103.00
• Tranport 527,891,385.00
57
Pada biaya Tenaga Tekhnik terdapat biaya bantuan sosial sebesar
Rp. 1.198.711.500,00. Biaya ini tidak boleh dijadikan pengurang penghasilan
bruto.
Hal ini dilandasi oleh pasal 9 ayat 1 huruf e UU Pajak Penghasilan yang
diantaranya bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, tidak
boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka dari itu biaya bantuan
sosial harus dikoreksi positif sebesar Rp. 1.198.711.500,00.
4. Biaya Insidentil
Biaya ini merupakan biaya yang tidak ada hubungannya dengan biaya
surat-surat kendaraan atau yang lainnya. Biaya insidentil tredapat didalam
rincian biaya surat-surat kendaraan. Menurut pengertian, biaya ini merupakan
kata lain dari biaya yang berada diluar anggaran atau biaya yang tidak
terduga. Berikut ini penulis sajikan rincian dari biaya Insidentil :
• Izin Trayek Rp. 545.806.598,26
• Insidentil Rp. 391.550.117,00.
• Kir Rp. 260.222.075,00
• Pemutasian Bus Rp. 67.184.875,00
• Pengurusan surat-surat kendaraan Rp. 88.615.600,00
58
Dilandasi dengan ketentuan peraturan pajak yang berlaku yaitu UU Pajak
Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a) yang isinya menyatakan diantaranya
biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto adalah biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Hal ini menjadi acuan bagi bagian administrasi atau pajak untuk
menentukan bahwa biaya ini tidak berhubungan dengan kegiatan operasional
perusahaan, sehingga biaya ini harus dikoreksi positif.
Oleh karena itu, biaya ini harus dikoreksi fiskal positif sebesar
Rp. 391.550.117,00.
5. Biaya Tenaga Administrasi / pimpinan
Biaya tenaga Administrasi merupakan biaya yang mengatur segala
keperluan dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan. Dalam Biaya Tenaga Administrasi atau pimpinan terdapat biaya
yang harus dikoreksi. Berikut penulis sajikan rincian biaya tenaga
administrasi/ pimpinan :
• Gaji Tenaga Administrasi
9.773.752.411
• Gaji Pimpinan
• Tunjangan Hari Raya
• Tunjangan Perusahaan
• Tunjangan Pelaksana
• Honor Tenaga PKP
• Tunjangan Beras
• Uang Lembur
• Perawatan Kesehatan
59
• Bantuan Sosial
• Pakaian Dinas dan Perlengkapan
• Pendidkan dan Latuhan
• Dana Pensiun
• Uang Transport
• Tunjangan Manajemen
• Tunjangan Perumahan
Biaya ini harus dikoreksi positif sebesar Rp.
4.950.635.823,00 biaya ini tidak boleh dijadikan pengurang, karena
berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf e UU Pajak Penghasilan yang diantaranya
bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, tidak boleh
dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka dari itu biaya bantuan sosial
harus dikoreksi positif.
6. Biaya Penyisihan Piutang
Berdasarkan UU Pajak penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf h, yatu beban
yang boleh dikurangi penghasilan bruto adalah piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih dengan syarat piutang yang telah diserahkan perkara
penagihannya kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang / pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan, dengan dilandasi aturan ini maka dari itu semua biaya
penyisihan piutang yang ada harus dikoreksi positif sebesar
Rp. 600.710.506,74.
60
7. Biaya Pajak Lain-Lain.
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
membayar pajak-pajak lain yang terhutang, maksud dari kata lain-lain disini
adalah jenis-jenis biaya pajak yang dibayarkan selain pajak penghasilan.
Berikut ini rincian akun biaya yang harus dikoreksi pada biaya pajak lain-lain
adalah :
• Sumbangan jalan daerah otonom, berdasarkan pasal 9 UU No. 17 tahun
2000 ayat 1 huruf g, bahwa biaya yang tidak boleh dikurangkan dengan
penghasilan bruto adalah berupa hadiah, bantuan atau sumbangan jadi
segala macam yang bentuknya sumbangan atau bantuan harus dikoreksi
positif.
• Pajak Penghasilan, dengan didasari peraturan perpajakan yaitu pasal 6
UU No.17 Tahun 2000 ayat 1 huruf a , bahwa segala macam biaya yang
dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto adalah biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan penghasilan,memelihara termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium,bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali
61
pajak penghasilan. Dengan ini maka akun biaya pajak penghasilan harus
dikoreksi positif dari beban pajak lain-lain.
8. Biaya umum
Dalam biaya umum ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan,
namun banyak yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
operasional perusahaan, adapun rincian biayanya adalah sebagai berikut :
• Perayaan (olahraga dan kesenian)
• Jamuan tamu Dinas / relasi
• Representasi Direksi
• Surat kabar
• Sumbangan / bantuan
• Makan dan minum pegawai
Dari uraian biaya umum diatas ada biaya-biaya yang harus dikoreksi
fiskal, diantara lain :
• Biaya Perayaan (Olahraga /kesenian)
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperingati hari-hari besar seperti perayaan hari ulang tahun (HUT)
PERUM DAMRI, perayaan 17 Agustus, dan perayaan-perayaan lainnya.
Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 UU Pajak penghasilan dan PP No. 138 tahun
2000 dinyatakan bahwa biaya-biaya yang bukan merupakan objek pajak
62
tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Untuk itu biaya ini
harus dikoreksi positif sebesar Rp. 683.002.240,03.
• Biaya Jamuan Tamu Dinas / Relasi
Biaya ini sebenarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,
namun dengan syarat dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam
SPT Tahunan PPh, ini sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986. Tetapi karena
pihak Perum Damri belum membuat bukti nominatifnyai itu PERUM
DAMRI harus melakukan koreksi positif sebesar biaya yang dikeluarkan
yaitu sebesar Rp 838.852.615,51.
• Biaya Representasi Direksi
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan guna memasarkan dan
mempublikasikan produk-produknya, kegiatan ini yang melakukan
adalah pihak direksi sehingga namanya adalah biaya representasi direksi,
biaya ini merupakan salah satu bentuk biaya entertainment. Berdasarkan
SE-27/PJ.22/1986 bahwa biaya representasi ini merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuat daftar
nominatifnya, tetapi karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif
untuk dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, maka dari itu PERUM
DAMRI harus melakukan koreksi positif sebesar Rp 3.387.455.151,70.
63
• Biaya Surat kabar
Biaya ini dikeluarkan untuk membeli surat kabar yaitu berupa koran
ataupun majalah.Pada tahun 2005 dana yang dikeluarkan oleh perusahaan
adalah sebesar Rp. 67.539.150,00. Biaya ini tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha perusahaan, maka dapat dianggap sebagai natura
karena sifatnya yang umum dan dinikmati oleh karyawan. Berdasarkan
UU PPh Pasal 9 Ayat 1 huruf e, biaya ini harus dikoreksi positif sebesar
yang tertera.
• Sumbangan / Bantuan
Biaya sumbangan ini sudah jelas tidak boleh dimasukkan menjadi
pengurang penghasilan bruto, ini sesuai dengan UU Pajak Penghasilan
pasal 9 ayat1 point g bahwa bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3)
huruf a dan b, tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka
biaya ini harus dikoreksi positif sebesar 1.541.386.963,20.
• Makan dan Minum Karyawan
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf e,
Penggantian imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan
dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
64
bentuk natura kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
Biaya makan dan minum pada tahun 2005 dikeluarkan oleh PERUM
DAMRI sebesar Rp. 1.710.391.915,60. Biaya ini harus dikenakan koreksi
positif, karena biaya makan dan minum ini tidak untuk seluruh karyawan.
9. Beban Lain-lain
Beban lain – lain di sini merupakan beban-beban yang mendukung
dengan kegiatan usaha perusahaan namun tidak secara langsung, dan
merupakan biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada dan
jarang terjadi,seperti :
Rp
• Biaya Administrasi Bank 166.779.850,44
• Biaya Denda Pajak 7.895.775,83
• Biaya Lelang 6.922.477,32
• Biaya Lain – lain 718.575.427,62
Pada Beban lain-lain ini didalamnya terdapat biaya denda pajak dimana
seharusnya biaya ini tidak boleh menjadi pengurang penghasilan bruto, sesuai
dengan Pasal 9 ayat (1) k UU No.17/2000. Dan biaya-biaya ini tidak terdapat
bukti dokumen, catatan atau daftar nominatif dari pengeluaran biaya ini,
sehingga biaya ini meragukan dan harus dikoreksi positif.
65
Tabel 4.1
Koreksi Fiskal atas Rincian Biaya pada Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Komersial Koreksi Fiskal Fiskal
Biaya Langsung :
Tenaga Operasi Tenaga PPA Operasi Perawatan Kendaraan Penjualan Perbengkelan Penyusutan Kendaraan
Biaya Tidak Langsung :
Tenaga Tekhnik Perawatan Bengkel Ass. Operasional Surat Kendaraan - Insidentil Jumlah Biaya Surat Kend. Pajak Kendaraan Promosi Sewa Kend Operasional Ass. Non Operasional Sewa Bangunan
Jumlah
25.342.185.317,514.528.197.183,62
142.248.444.214,1027.042.661.362,21
3.37.466.085,4073.769.579,40
32.909.047.783,45235.471.771.525,69
8.258.726.642,33167.866.158,00
1.985.851.847,45
191.550.117,001.343.818.265,26
1.088.881.148,06705.065.945,00
2.563.038.266,00576.781.946,2846.349.335,00
16.436.379.553,38
3.938.394.909,44 994.296.389,90
391.550.117,00
576.781.946,28
21.403.790.408,074.526.048.988,67
142.248.444.214,1027.042.661.362,21
3.37.466.085,4073.769.579,40
32.909.047.783,45232.117.146.441,87
8.258.726.642,33167.866.158,00
1.985.851.847,45
0
1.152.268.148,261.088.881.148,06
705.065.945,002.563.038.266,00
046.349.335,00
15.968.047.490,10
Harga Pokok Penjualan 251.908.151.079,07 244.171.809.826,00
Rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal telah
dilakukan karena telah dievaluasi dan didapat koreksi-koreksi fiskal, baik koreksi
positif maupun negatif, maksudnya adalah koreksi positf berarti menambah pajak
66
dan koreksi negatif berarti mengurangi pajak. Koreksi yang dilakukan
dikarenakan adanya perbedaan perhitungan antara akuntansi komersial dengan
akuntansi pajak, dimana perbedaan ini disebabkan karena perbedaan kepentingan
antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi
yaitu the “proper matching cost against revenue” dimana laba diperoleh dari
pengurangan biaya-biaya yang berasal dari pendapatan yang diperoleh,
sedangkan dari segi fiskal dilihat dari sebab terjadinya yaitu ada yang bersifat
tetap (Permanent Differences) dan bersifat sementara (Timing Differences).
Biaya-biaya dan besarnya jumlah yang harus dilakukan koreksi oleh
PERUM DAMRI dapat dilihat dari Rekonsiliasi Fiskal atas rincian-rincian biaya
pada Laporan Laba Rugi sebagai berikut :
LABA LABAKOMERSIAL POSITIF NEGATIF FISKAL
Hasil UsahaPendapatan Operasional Angkutan Penumpang 272,370,778,722.00 272,370,778,722.00 Angkutan Barang 10,437,872,502.00 10,437,872,502.00 Jasa Transit 682,251,175.00 682,251,175.00 Perbengkelan 150,270,000.00 150,270,000.00
283,641,172,399.00 283,641,172,399.00 Subsidi Perintis 15,796,239,939.67 15,796,239,939.67 Subsidi Pemerintah 1,209,200,000.00 1,209,200,000.00Jumlah 300,646,612,338.67 300,646,612,338.67
Beban Komisi Penjualan Komisi Agen 4,541,250,388.00 4,541,250,388.00 Komisi Transit 762,959,074.00 762,959,074.00 Discount / Pot. Harga 675,559,046.00 675,559,046.00Jumlah 5,979,768,508.00 5,979,768,508.00Hasil Usaha Netto 294,666,843,830.67 294,666,843,830.67
Harga Pokok :Beban Langsung Biaya Tenaga Operasi 25,342,185,317.51 3,938,394,909.44 21,403,790,408.07 Biaya Tenaga PPA 4,528,197,183.62 994,296,389.90 3,533,900,793.72 Biaya Operasi 142,248,444,214.10 142,248,444,214.10 Biaya Perawatan Kendaraan 27,042,661,362.21 27,042,661,362.21 Biaya Penjualan 3,327,466,085.40 3,327,466,085.40 Biaya Perbengkelan 73,769,579.40 73,769,579.40 Biaya Penyusutan kendaraan 32,909,047,783.30 32,909,047,783.30Jumlah Beban Langsung 235,471,771,525.54 230,539,080,226.20
Beban Tidak langsung: Biaya Tenaga Teknik 8,258,726,642.33 1,198,711,500.00 7,060,015,142.33 Biaya Perawatan bengkel 167,866,158.00 167,866,158.00 Biaya Ass. Operasional 1,985,851,847.45 1,985,851,847.45 Biaya Surat-Surat Kendaraan : IzinTrayek 345,806,598.26 345,806,598.26 Insidentil 391,550,117.00 391,550,117.00 0 Kir 445,129,409.00 445,129,409.00 Pemutasian Bus 69,397,150.00 69,397,150.00 Pengurusan Surat-surat Kendaraan 91,934,991.00 91,934,991.00Jumlah Biaya Surat-Surat Kendaraan 1,343,818,265.26 952,268,148.26
Biaya Pajak Kendaraan 1,388,881,148.06 1,388,881,148.06 Biaya Promosi 705,065,945.00 705,065,945.00 Biaya Sewa Kendaraan Operasional 1,963,038,266.00 1,963,038,266.00 Biaya Ass. Non Operasional 576,781,945.28 576,781,946.28 0 Biaya Sewa Bangunan 46,349,335.71 46,349,335.71Jumlah Beban Tidak Langsung 16,436,379,553.09 14,269,335,990.81
Jumlah Harga Pokok 251,908,151,078.63 244,808,416,217.01
Laba Usaha Kotor 42,758,692,752.04 49,858,427,613.66
(Lanjutan)
TABEL 4.2
LAPORAN REKONSILIASI FISKAL LABA RUGI PERUM DAMRI
LAPORAN LABA RUGI KOREKSI FISKAL
Beban Usaha dan Administrasi Umum: BiayaTenaga Adm/Pimpinan 24,699,737,206.41 4,950,635,823.00 19,749,101,383.41 Biaya Ongkos Kantor 4,954,083,466.14 4,954,083,466.14 Biaya Perjalanan dinas 2,590,198,985.00 2,590,198,985.00 Biaya Perawatan Bangunan 1,546,781,505.00 1,546,781,505.00 Biaya Operasi Kendaraan Dinas Pemakaian Ban 229,701,192.00 229,701,192.00 Bahan Bakar Minyak (BBM) 980,898,830.90 980,898,830.90 Pelumas 29,440,592.38 29,440,592.38 Service/Perbaikan 402,263,181.00 402,263,181.00 Pemakaian suku cadang 248,678,266.00 248,678,266.00 Karcis Tol 44,516,156.500 44,516,156.500 Biaya KIR 3,892,100.000 3,892,100.000Jumlah Biaya Operasi Kendaraan Dinas 1,939,390,318.78 1,939,390,318.78 Penyisihan Piutang Usaha 600,710,506.74 600,710,506.74 0 Biaya Pajak Lain-lain Pajak Bumi Bangunan 221,088,367.31 221,088,367.31 Pajak Kendaraan Dinas 289,242,766.00 289,242,766.00 Ijin Usaha 41,885,330.00 41,885,330.00 Sumbangan Jalan daerah Otonom 9,443,914.00 9,443,914.00 0 Pajak penghasilan 438,930,124.24 438,930,124.24 0 Pajak Air Bawah Tanah 7,823,142.49 7,823,142.49Jumlah Biaya Pajak Lain-lain 1,008,413,644.04 560,039,605.80 Biaya Bunga Pinjaman 9,538,966,849.74 9,538,966,849.74 Biaya UmumHonor-honor Tim 380,545,591.00 380,545,591.00Perayaan Olahraga, Kesenian 683,002,240.03 683,002,240.03 0Makan/minum Pegawai 1,710,391,915.60 1,710,391,915.60 0Rapat Dinas 458,075,240.40 458,075,240.40Jamuan Tamu Dinas/ Relasi 838,852,615.51 838,852,615.51 0Representasi Direksi 3,387,455,151.70 3,387,455,151.70 0Surat Kabar 67,539,150.00 67,539,150.00 0Sumbangan / Bantuan 1,541,386,963.20 1,541,386,963.20 0Jumlah biaya umum 9,067,248,867.44 838,620,831.40Jumlah Beban Usaha& Adm Umum 55,945,531,349.29 41,717,182,945.27Laba / (Rugi) Usaha Bersih (13,186,838,597.25) 8,141,244,668.39
Pendapatan Lain-Lain : Jasa Giro 142,742,256.56 142,742,256.56 Denda 1,799,700,723.88 1,799,700,723.88 Lain-lain 2,485,203,540.50 2,485,203,540.50Jumlah Pendapatan Lain-lain 4,427,646,520.94 4,427,646,520.94 Biaya Lain-Lain Biaya Administrasi Bank 166,779,850.24 166,779,850.24 Biaya Denda Pajak 7,895,775.83 7,895,781.78 0 Biaya Lelang 6,922,477.30 6,922,477.30 Biaya Lain-lain 718,575,427.49 718,575,428.32 0Jumlah Biaya Lain-Lain 900,173,530.86 173,702,327.54Jumlah Pendapatan & Biaya Lain-lain 3,527,472,990.08 4,253,944,193.40
Laba / (Rugi) Sebelum Pajak (9,659,365,607.17) 12,395,188,861.79PPH pasal 25/Badan Tahun 2005 0 3,118,323,500.00 Laba Usaha Setelah Pajak 0 7,334,422,381.35
69
Setelah dilakukannya rekonsiliasi fiskal terdapat perbedaan yang begitu
drastis pada laba rugi sebelum pajak antara laba komersial dan laba fiskal, karena
sebelumnya dapat dilihat pada laporan keuangan komersial yaitu laba rugi
sebelum pajaknya mengalami rugi atau defisit namun setelah dilakukan koreksi
terjadi perubahan yang sangat signifikan yaitu angka pada laba rugi sebelum
pajaknya menjadi laba. Dimana laba sebelum pajak secara komersialnya sebesar
Rp. (9.659.365.607,17) berubah menjadi Rp. 10.452.745.881,35 secara fiskal.
Perubahan angka tersebut dikarenakan besarnya jumlah koreksi fiskal atas biaya-
biaya pada laporan laba rugi PERUM DAMRI yaitu sebesar
Rp. 22.054.554.476,74.
Perubahan kenaikan laba sebelum pajak mempengaruhi besarnya pajak
yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Semula pajak yang harus dibayarkan ke
Negara adalah Nihil maka akan berubah menjadi Rp. 3.118.323.500,00. Jumlah
tersebut didapatkan dari besarnya laba sebelum kena pajak dikalikan dengan
Tarif PPh Badan dengan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Tahun untuk 2005
Laba Bersih/Penghasilan Kena Pajak tahun 2005 Rp. 10.452.745.000,00
PPh terhutang untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut :
10% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00
15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
30% x Rp. 10.352.745.000,00 = Rp. 3.105.823.500,00
Rp 3.118.323.500,00
70
Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2005 Rp. 3.118.323.500,00 / 12 bulan
Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2005 Rp. 259.860.292,00 / bulan
Atas perbedaan jumlah pajak terutang diatas, membuat perusahaan
memiliki resiko untuk dikenakan denda/sanksi atas besarnya pajak yang masih
harus dibayar, dan ini memungkinkan dapat mengganggu likuiditas perusahaan.
Seiring berubahnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
turut merubah pula besarnya laba setelah pajak perusahaan, dimana laba bersih
menurut akuntansi sebelumnya adalah nihil berubah drastis menjadi
Rp. 7.334.422.381,35 menurut laporan keuangan fiskal. Perubahan laba
komersial dan laba fiskal ini bersifat permanen (permanent difference) karena
beberapa biaya pada Laporan Laba Rugi komersial tidak dapat dijadikan
pengurang sehingga harus dilakukan koreksi atas biaya tersebut.
Berikut ini penulis akan menyajikan perhitungan pajak atau laporan laba
rugi fiskal yang dibuat oleh pihak PERUM DAMRI, penulis mencoba untuk
membandingkan antara laporan keuangan fiskal yang dibuat perusahaan dengan
hasil laporan laba fiskal dibuat oleh penulis, penulis berharap dengan melihat
perbandingan terhadap laporan fiskal tersebut dapat mempermudah melakukan
evaluasi dan juga dapat melakukan perencanaan yang baik, agar dapat
mengefisienkan Pajak penghasilan Badan Pada PERUM DAMRI.
71
Tabel 4.3
PERUM DAMRI LAPORAN LABA RUGI FISKAL TAHUN 2005
Keterangan Tahun 2005 (Rp) Laba (rugi) (9.659.365.607,17) Ditambah koreksi positif
Asuransi pegawai 276.781.946,28 Penyisihan piutang 75.455.912,20 Jamuan tamu / Relasi 448.852.615,51 Sumbangan 341.386.963,20 Perayaan hari besar 393.002.240,03 Pajak tidak dapat -
direstitusi Denda Adm. Pajak 73895.775,83
Jumlah koreksi positif 1.543.375.453,05 Laba Kena Pajak (8.115.990.154,69) Dikurangi koreksi negatif
Pendapatan bunga deposito (78.324.751,43) Pendapatan jasa giro (142.742.256,56) Angsuran sewa guna - Penyusutan :
Akuntansi 34.434.302.377,99 Fiskal (31.149.068.379,10)
Jumlah koreksi negatif 3.064.166.990,90 Laba (rugi) fiskal (5.051.823.163,79)
Setelah melihat laporan laba rugi fiskal dari PERUM sekilas terlihat sama
dibandingkan dengan laporan laba rugi fiskal yang penulis buat karena akun-
akun yang berada pada pos koreksi positif ini hampir sama dengan koreksi fiskal
yang penulis buat, namun jika dilihat secara seksama maka akan terlihat ada
perbedaan yang sangat signifikan diantara keduanya, diantaranya pendapatan
yaitu pada akun bunga deposito dan jasa giro yang terletak dipos koreksi negatif,
dimana akun ini diberi tanda kurung pada angkanya. Berarti akun Bunga
Deposito dan Jasa Giro dimasukkan pada Pendapatan PPh non final, padahal
72
telah kita ketahui akun pendapatan Bunga Deposito dan Jasa Giro merupakan
kategori pendapatan yang dipotong pajaknya secara final ini sesuai dengan PP
131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan No.51/KMK.04/2000, jasa
giro dan bunga deposito merupakan penghasilan yang dikenakan final, maka
dengan ini PERUM DAMRI harus melakukan koreksi negatif pada akun
pendapatan ini.
Menurut perhitungan dari PERUM DAMRI laba rugi fiskal setelah
pajaknya mengalami kerugian, maka itu perusahaan tidak berkewajiban
membayar pajak, tetapi menurut perhitungan koreksi fiskal dari penulis bahwa
laba rugi setelah pajak angkanya meningkat menjadi laba, dengan perubahan ini
mengakibatkan perusahaan harus membayar pajak dengan melakukan
kompensasi kerugian pada tahun sebelumnya.
IV.2 Perencanaan Pajak Yang Dapat Diterapkan Pada PERUM DAMRI
Berdasarkan hasil evaluasi dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh
penulis, dapat terlihat bahwa PERUM DAMRI relatif belum melaksanakan
perencanaan pajak secara efektif. Dari rekonsiliasi yang telah dilakukan, terdapat
koreksi positif atas biaya-biaya komersial. Terlihat jelas bahwa PERUM DAMRI
tidak membayar pajak karena mengalami kerugian, tetapi menurut perhitungan
koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh penulis bahwa laba rugi setelah pajak,
angkanya meningkat menjadi laba. Dengan adanya perubahan tersebut,
mengakibatkan perusahaan harus berkewajiban untuk membayar pajak.
73
Agar dapat meminimalkan laba sebelum pajak, perusahaan harus dapat
melakukan pajak secara efektif. Berikut ini adalah perencanaan-perencanaan
pajak yang perencanaan mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan :
1. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, biaya entertaiment, representasi, jamuan
tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat
dibuatkan daftar nominatif. Maka dari itu, sebaiknya perusahaan memberikan
daftar nominatif sebagai bukti pelaksanaan entertainment dan representasi,
sehingga beban tersebut dapat menjadi beban fiskal. Daftar nominatif
tersebut paling tidak memuat:
a) Nomor urut
b) Tanggal diberikan
c) Nama/ tempat entertainment / representasi diberikan
d) Alamat entertainment
e) Jenis entertainment
f) Jumlah
g) Relasi, nama, posisi, nama perusahan, jenis usaha.
2. Perusahaan menggunakan nama akun biaya lain-lain pada rincian biaya pada
Laporan Laba rugi, hal ini membuat biaya tersebut bersifat tidak pasti dan
memiliki potensi besar untuk dilakukan koreksi fiskal positif . Untuk itu,
lebih baik perusahaan mengganti nama akun biaya tersebut menjadi ”biaya
lain-lain untuk keperluan perusahaan”, atau menggunakan nama akun
lainnya. Hal ini dimaksudkan, agar biaya tersebut menjadi lebih jelas dan
74
tidak bersifat tidak pasti lagi sehingga biaya tersebut tidak dilakukan koreksi
positif dan dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto.
3. Pada beban administrasi dan umum terdapat biaya sumbangan atau bantuan
karena sumbangan dalam bentuk apapun tidak dapat dijadikan pengurang
penghasilan bruto perusahaan karena hal tersebut tidak berhubungan dengan
kegiatan uasaha perusahaan atau sehubungan dengan biaya 3M. Hal ini
diaturdalam UU PPh Pasal 9 No.17 Tahun 2000, kecuali sumbangan untuk
GNOTA atau sumbangan korban bencana alam anatra lain Tsunami
Nanggroe Aceh Darussalam atau Sumatera Utara. Hal ini diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajka No.Kep-545/PJ/2000 dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 609/KMK.03/2004 tentang perlakuan Pajak
Penghasilan atas bantuan kemanusiaan bencana alam di Aceh Nanggroe
Aceh Darussalam atau Sumatera Utara.
4. PERUM DAMRI hanya memiliki 1 orang karyawan yang memiliki
pengetahuan perpajakan, sebaiknya jika perusahaan merekruit karyawan
untuk bekerja dibagian keuangan, perusahaan harus mencari karyawan yang
mengerti pajak. Sedangkan untuk karyawan yang telah bekerja sebaiknya
diberikan pelatihan-pelatihan/ kursus perpajakan seperti mengikuti brevet
pajak, memberikan seminar perpajakan secara rutin, memberikan
majalah/software perpajakan. Hal ini dilakukan, agar karyawan mengerti
akan perpajakan dan dapat selalu mengikuti perkembangan tentang peraturan
pajak. Dengan mengikuti perkembangan peraturan pajak dapat memudahkan
75
perusahaan dalam melakukan perencanaan pajaknya. Atas biaya pelatihan
karyawan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Dan keuntungan lain
yaitu perusahaan tidak perlu membayar konsultan pajak lagi, karena
perusahaan telah memiliki karyawan yang mengerti pajak.
5. PERUM DAMRI masih menanggung PPh Pasal 21 karyawannya. Didalam
ketentuan perpajakan PPh Pasal 21 yang ditanggung pemberi kerja bukan
merupakan deductible expense, sehingga tidak dapat dijadikan biaya fiskal
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Sebaiknya perusahaan
memberikan fasilitas dalam bentuk Tunjangan Pajak yang diberikan kepada
karyawan. Karena didalam peraturan perpajakan, tunjangan yang diberikan
perusahaan kepada karyawan dapat dijadikan biaya oleh perusahaan,
sehingga akan mengurangi penghasilan bruto perusahaan.
6. Atas fasilitas Makan dan minum yang diberikan perusahaan kepada sebagian
karyawannya, sebaiknya perusahaan mengganti fasilitas tersebut dengan
memberikan tunjangan makan dan minum bagi karyawan yang bersangkutan.
Hal ini dimaksudkan agar biaya tersebut dapat dijadikan pengurang
penghasilan bruto perusahaan
IV.3 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Dan Setelah Perencanaan Pajak.
Perencanaan pajak yang efektif akan membuat perusahaan mampu
mengoptimalkan beban-beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto.
Dengan optimalisasi beban-beban tersebut akan mengakibatkan laba fiskal tidak
76
akan jauh berbeda dengan laba komersial. Dan atas beban-beban tersebut dapat
mengurangi penghasilan bruto dalam laporan keuangan fiskal.
Dengan pengakuan pendapatan dan beban, terdapat perbedaan perlakuan
akuntansi komersial dan pajak. Perbedaan inilah yang menyebabkan adanya
rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi komersial. Dengan rekonsiliasi sebelum
dan sesudah perencanaan pajak, dapat terlihat adanya perbedaan laba sebelum
pajak baik secara komersial maupun secara fiskal. Dimana perubahan laba
sebelum perencanaan dengan sesudah perencanaan tersebut akan mempengaruhi
besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan.
Perhitungan perbandingan laba sebelum pajak sebelum dan sesudah
perencanaan dapat dilihat dari tabel berikut ini :
.
positif negatifHasil UsahaPendapatan Operasional Angkutan Penumpang 272,370,778,722.00 272,370,778,722.00 272,370,778,722.00 Angkutan Barang 10,437,872,502.00 10,437,872,502.00 10,437,872,502.00 Jasa Transit 682,251,175.00 682,251,175.00 682,251,175.00 Perbengkelan 150,270,000.00 150,270,000.00 150,270,000.00
283,641,172,399.00 283,641,172,399.00 283,641,172,399.00 Subsidi Perintis 15,796,239,939.67 15,796,239,939.67 15,796,239,939.67 Subsidi Pemerintah 1,209,200,000.00 1,209,200,000.00 1,209,200,000.00Jumlah 300,646,612,338.67 300,646,612,338.67 300,646,612,338.67
Beban Komisi Penjualan Komisi Agen 4,541,250,388.00 4,541,250,388.00 4,541,250,388.00 Komisi Transit 762,959,074.00 762,959,074.00 762,959,074.00 Discount / Pot. Harga 675,559,046.00 675,559,046.00 675,559,046.00Jumlah 5,979,768,508.00 5,979,768,508.00 5,979,768,508.00Hasil Usaha Netto 294,666,843,830.67 294,666,843,830.67 294,666,843,830.67
Harga Pokok :Beban Langsung Biaya Tenaga Operasi 25,342,185,317.51 3,938,394,909.44 21,403,790,408.07 21,403,790,408.07 Biaya Tenaga PPA 4,528,197,183.62 994,296,389.90 3,533,900,793.72 3,533,900,793.72 Biaya Operasi 142,248,444,214.10 142,248,444,214.10 142,248,444,214.10 Biaya Perawatan Kendaraan 27,042,661,362.21 27,042,661,362.21 27,042,661,362.21 Biaya Penjualan 3,327,466,085.40 3,327,466,085.40 3,327,466,085.40 Biaya Perbengkelan 73,769,579.40 73,769,579.40 73,769,579.40 Biaya Penyusutan kendaraan 32,909,047,783.30 32,909,047,783.30 32,909,047,783.30Jumlah Beban Langsung 235,471,771,525.54 230,539,080,226.20 230,539,080,226.20
Beban Tidak langsung: Biaya Tenaga Teknik 8,258,726,642.33 1,198,711,500.00 7,060,015,142.33 7,060,015,142.33 Biaya Perawatan bengkel 167,866,158.00 167,866,158.00 167,866,158.00 Biaya Ass. Operasional 1,985,851,847.45 1,985,851,847.45 1,985,851,847.45 Biaya Surat-Surat Kendaraan : IzinTrayek 345,806,598.26 345,806,598.26 345,806,598.26 Insidentil 391,550,117.00 391,550,117.00 0 0 Kir 445,129,409.00 445,129,409.00 445,129,409.00 Pemutasian Bus 69,397,150.00 69,397,150.00 69,397,150.00
Komersial Fiskal Perencanaan Pajak Laporan Fiskal
Tabel 4.4PERUM DAMRI
Koreksi
Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan PajakUntuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desenber 2005
SEBELUM PERENCANAAN PAJAK SETELAH PERENCANAAN PAJAK
Pengurusan Surat-surat Kendaraan 91,934,991.00 91,934,991.00 91,934,991.00Jumlah Biaya Surat-Surat Kendaraan 1,343,818,265.26 952,268,148.26 952,268,148.26
Biaya Pajak Kendaraan 1,388,881,148.06 1,388,881,148.06 1,388,881,148.06 Biaya Promosi 705,065,945.00 705,065,945.00 705,065,945.00 Biaya Sewa Kendaraan Operasional 1,963,038,266.00 1,963,038,266.00 1,963,038,266.00 Biaya Ass. Non Operasional 576,781,945.28 576,781,946.28 0 0 Biaya Sewa Bangunan 46,349,335.71 46,349,335.71 46,349,335.71Jumlah Beban Tidak Langsung 16,436,379,553.09 14,269,335,990.81 14,269,335,990.81
Jumlah Harga Pokok 251,908,151,078.63 244,808,416,217.01 244,808,416,217.01
Laba Usaha Kotor 42,758,692,752.04 49,858,427,613.66 49,858,427,613.66
Beban Usaha dan Administrasi Umum: BiayaTenaga Adm/Pimpinan 24,699,737,206.41 4,950,635,823.00 19,749,101,383.41 19,749,101,383.41 Biaya Ongkos Kantor 4,954,083,466.14 4,954,083,466.14 4,954,083,466.14 Biaya Perjalanan dinas 2,590,198,985.00 2,590,198,985.00 2,590,198,985.00 Biaya Perawatan Bangunan 1,546,781,505.00 1,546,781,505.00 1,546,781,505.00 Biaya Operasi Kendaraan Dinas Pemakaian Ban 229,701,192.00 229,701,192.00 229,701,192.00 Bahan Bakar Minyak (BBM) 980,898,830.90 980,898,830.90 980,898,830.90 Pelumas 29,440,592.38 29,440,592.38 29,440,592.38 Service/Perbaikan 402,263,181.00 402,263,181.00 402,263,181.00 Pemakaian suku cadang 248,678,266.00 248,678,266.00 248,678,266.00 Karcis Tol 44,516,156.500 44,516,156.500 44,516,156.500 Biaya KIR 3,892,100.000 3,892,100.000 3,892,100.000
Jumlah Biaya Operasi Kendaraan Dinas 1,939,390,318.78 1,939,390,318.78 1,939,390,318.78 Penyisihan Piutang Usaha 600,710,506.74 600,710,506.74 0 0 Biaya Pajak Lain-lain Pajak Bumi Bangunan 221,088,367.31 221,088,367.31 221,088,367.31 Pajak Kendaraan Dinas 289,242,766.00 289,242,766.00 289,242,766.00 Ijin Usaha 41,885,330.00 41,885,330.00 41,885,330.00 Sumbangan Jalan daerah Otonom 9,443,914.00 9,443,914.00 0 0 Pajak penghasilan 438,930,124.24 438,930,124.24 0 0 Pajak Air Bawah Tanah 7,823,142.49 7,823,142.49 7,883,142.49Jumlah Biaya Pajak Lain-lain 1,008,413,644.04 560,039,605.80 560,099,605.80 Biaya Bunga Pinjaman 9,538,966,849.74 9,538,966,849.74 9,538,966,849.74 Biaya UmumHonor-honor Tim 380,545,591.00 380,545,591.00 380,545,591.00Perayaan Olahraga, Kesenian 683,002,240.03 683,002,240.03 0 0Makan/minum Pegawai 1,710,391,915.60 1,710,391,915.60 0 1,710,391,915.60 1,710,391,915.60 Rapat Dinas 458,075,240.40 458,075,240.40 458,075,240.40Jamuan Tamu Dinas/ Relasi 838,852,615.51 838,852,615.51 0 838,852,615.51 838,852,615.51 Representasi Direksi 3,387,455,151.70 3,387,455,151.70 0 3,387,455,151.70 3,387,455,151.70
Surat Kabar 67,539,150.00 67,539,150.00 0 0Sumbangan / Bantuan 1,541,386,963.20 1,541,386,963.20 0 0Jumlah biaya umum 9,067,248,867.44 838,620,831.40 6,775,320,514.21Jumlah Beban Usaha& Adm Umum 55,945,531,349.29 41,717,182,945.27 47,653,942,628.08 Laba / (Rugi) Usaha Bersih (13,186,838,597.25) 8,141,244,668.39 2,204,484,985.58
Pendapatan Lain-Lain : Jasa Giro 142,742,256.56 142,742,256.56 142,742,256.56 Denda 1,799,700,723.88 1,799,700,723.88 1,799,700,723.88 Lain-lain 2,485,203,540.50 2,485,203,540.50 2,485,203,540.50Jumlah Pendapatan Lain-lain 4,427,646,520.94 4,427,646,520.94 4,427,646,520.94 Biaya Lain-Lain Biaya Administrasi Bank 166,779,850.24 166,779,850.24 166,779,850.24 Biaya Denda Pajak 7,895,775.83 7,895,781.78 0 0 Biaya Lelang 6,922,477.30 6,922,477.30 6,922,477.30 Biaya Lain-lain 718,575,427.49 718,575,427.49 0 718,575,427.49 718,575,427.49Jumlah Biaya Lain-Lain 900,173,530.86 173,702,327.54 892,277,755.03Jumlah Pendapatan & Biaya Lain-lain 3,527,472,990.08 4,253,944,193.40 3,535,368,765.91
Laba / (Rugi) Sebelum Pajak (9,659,365,607.17) 12,395,188,861.79 5,739,853,751.49 PPH pasal 25/Badan Tahun 2005 0 3,118,323,500.00 1,109,223,000.00 Laba Usaha Setelah Pajak 0 9,276,865,361.79 4,630,630,751.49
80
Tabel 4.3
Perhitungan Persentase Penghematan Pajak
Sebelum Perencanaan Pajak
Setelah Perencanaan Pajak
Persentase Penghematan
Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan Badan 10% x 50.000.000 15% x 50.000.000 30% x 10.352.745.000 30% x 3.697.410.000 Jumlah
10.452.745.000,00
5.000.0007.500.000
3.105.823.500
3.118.323.500
3.797.410.000,00
5.000.000 7.500.000
1.109.223.000 1.121.723.000
63,67%
64.02%
Penghematan Pajak yang dapat dilakukan :
Pajak sebelum perencanaan Rp. 3.118.323.500
Pajak sesudah perencanaan Rp. 1.121.723.000
Penghematan Rp. 1.996.600.500
Dari hasil rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, dapat
dilihat bahwa sebelum perencanaan pajak, PERUM DAMRI memperoleh laba
sebelum pajak sebesar Rp. 3.118.323.500. Namun setelah dilakukan perencanaan
pajak, laba sebelum pajak penghasilan perusahaan berubah menjadi Rp.
1.121.723.000. Dengan perencanaan pajak tersebut, PERUM DAMRI dapat
menghasilkan penghematan Penghasilan Kena Pajak dengan Presentase 63.67%.
Usulan perencanaan pajak yang menghasilkan optimalisasi beban pada
PERUM DAMRI pada tabel rekonsiliasi sebelum dan setelah perencanaan pajak
dapat dijelaskan sebagai berikut:
81
1) Biaya Makan Minum
Sebelum perencanaan pajak, biaya makan minum terkena koreksi positif. Hal
tersebut disebabkan karena biaya tersebut tidak untuk seluruh karyawan,
sehingga bertentangan dengan UU PPh Pasal 9 ayat 1 huruf e. Setelah
perencanaan pajak, biaya sebesar Rp 1.710.391.915,60 dijadikan tunjangan
bagi karyawan yang bersangkutan, sehingga biaya tersebut dapat dijadikan
pengurang penghasilan bruto.
2) Biaya Jamuan Tamu
Sebelum perencanaan pajak, biaya jamuan tamu harus dilakukan koreksi
positif karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya tersebut.
Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, perencanaan pajak yang dapat dilakukan
adalah dengan membuat daftar nominatif yang dapat menunjukkan bahwa
kegiatan tersebut bersifat formal dan terkait dengan kegiatan usaha
perusahaan, kemudian dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan. Dengan
demikian, maka biaya jamuan tamu sebesar Rp 838.852.615,51 dapat
dijadikan beban pengurang penghasilan bruto.
3) Biaya Representasi
Sebelum perencanaan pajak, biaya representasi harus dilakukan koreksi
positif karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya tersebut.
Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, perencanaan pajak yang dapat dilakukan
adalah dengan membuat daftar nominatif yang dapat menunjukkan bahwa
kegiatan tersebut bersifat formal dan terkait dengan kegiatan usaha
82
perusahaan, kemudian dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan. Dengan
demikian, maka biaya representasi sebesar Rp 3.387.455.151,70 dapat
dijadikan beban pengurang penghasilan bruto.
4) Biaya lain-lain
Sebelum perencanaan pajak, biaya lain-lain dikenakan koreksi positif, namun
setelah perencanaan pajak, biaya lain-lain dapat dijadikan sebagai biaya
untuk mengurangi penghasilan bruto, yaitu sebesar Rp 718.575.427,42.