BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf ·...

35
48 BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan kewajibannya yaitu mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan telah mendapatkan NPWP, membuat pembukuan, mengisi, menghitung, dan melaporkan SPT baik SPT Tahunan maupun SPT Masa. Pembukuan dan penyajian laporan keuangan yang dibuat PERUM DAMRI berdasarkan Prinsip Akuntansi yang diatur dalam dalam Standar Akuntansi Keuangan disebut sebagai laporan keuangan komersial, laporan keuangan ini harus dikoreksi fiskal guna menyesuaikan perbedaan dalam menghitung besarnya laba. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari perusahaan PERUM DAMRI melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka dapat dijelaskan penyebab perbedaan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi dan Undang-undang Pajak. Perbedaan tersebut disebabkan oleh : 1. Penghasilan, Dimana menurut Akuntansi penghasilan dibedakan dari usaha pokok dan penghasilan diluar usaha, sedangkan ketentuan peraturan perundangan perpajakan dibedakan menjadi tiga yaitu penghasilan yang bukan objek pajak, yang pengertiannya terbatas diatur dalam pasal 4 ayat (3). UU No.17 Tahun 2000, penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh-Final dan terakhir Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tarif umum atau tidak final.

Transcript of BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf ·...

Page 1: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

48

BAB IV

PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK

PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI

IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan

kewajibannya yaitu mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan telah

mendapatkan NPWP, membuat pembukuan, mengisi, menghitung, dan

melaporkan SPT baik SPT Tahunan maupun SPT Masa. Pembukuan dan

penyajian laporan keuangan yang dibuat PERUM DAMRI berdasarkan Prinsip

Akuntansi yang diatur dalam dalam Standar Akuntansi Keuangan disebut sebagai

laporan keuangan komersial, laporan keuangan ini harus dikoreksi fiskal guna

menyesuaikan perbedaan dalam menghitung besarnya laba. Berdasarkan data

yang telah diperoleh dari perusahaan PERUM DAMRI melalui wawancara yang

dilakukan oleh penulis, maka dapat dijelaskan penyebab perbedaan perhitungan

laba menurut Standar Akuntansi dan Undang-undang Pajak. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh :

1. Penghasilan, Dimana menurut Akuntansi penghasilan dibedakan dari usaha

pokok dan penghasilan diluar usaha, sedangkan ketentuan peraturan

perundangan perpajakan dibedakan menjadi tiga yaitu penghasilan yang

bukan objek pajak, yang pengertiannya terbatas diatur dalam pasal 4 ayat (3).

UU No.17 Tahun 2000, penghasilan yang merupakan objek pajak yang

dikenakan PPh-Final dan terakhir Penghasilan yang merupakan objek pajak

yang dikenakan tarif umum atau tidak final.

Page 2: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

49

2. Pengeluaran yang menurut Standar Akuntansi Keuangan merupakan beban,

sedangkan sesuai dengan peraturan perpajakan tidak semua pengeluaran

perusahaan dapat dijadikan beban, sebab beban menurut pajak yaitu biaya-

biaya yang dikeluarkan dan berkaitan langsung dengan peredaran usaha. PPh

membedakannya dengan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto (deductible expense), sesuai dengan pasal 6 UU No.17 Tahun 2000,

dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non

deductible expense), sesuai dengan pasal 9 UU.No.17 Tahun 2000.

Perbedaan ini sifatnya bisa merugikan Wajib Pajak, karena memperbesar

Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan.

Dalam hal ini PERUM DAMRI harus melakukan koreksi fiskal positif dan

koreksi fiskal negatif terhadap penghasilan dan biaya-biaya dalam Laporan Laba

Ruginya. Koreksi ini dapat menghitung penghasilan pajak terutang. Koreksi

positif atas suatu beban komersial akan menambah laba fiskal perusahaan,

sedangkan koreksi negatif atas suatu beban komersial akan mengurangi laba

fiskal perusahaan.

Didalam melakukan koreksi fiskal, harus dilakukan evaluasi terlebih

dahulu terhadap objek Pajak Penghasilan dan biaya-biaya pada laporan laba rugi

PERUM DAMRI, dimana biaya-biaya yang dianalisis merupakan biaya-biaya

yang memiliki potensial untuk dilakukan koreksi fiskal. Berikut ini adalah

evaluasi dari penghasilan dan biaya pada laporan laba rugi perusahaan.

Page 3: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

50

IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan

Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial pada PERUM DAMRI

bahwa penghasilan netto dari peredaran usaha perusahaan berasal dari

pengoperasian bus penumpang dan truk angkutan barang serta subsidi

penugasan perintis periode tahun 2005 dimana jumlah pendapatan operasional

perusahaan adalah Rp 300.646.612.338,49. Selain itu, jumlah pendapatan

lainnya yaitu berasal dari pendapatan lain-lain sebesar Rp 3.527.472.989,73.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap laporan pendapatan

perusahaan, berikut ini adalah rincian serta penjelasan dari pos-pos akun

pendapatan operasional perusahaan, yaitu :

1. Pengoperasian Bus Penumpang

Dalam menjalankan usahanya dibidang jasa transportasi, PERUM DAMRI

memperoleh pendapatan operasional dari pengoperasian bus angkutan

penumpang dan subsidi penugasan perintis periode tahun 2005. Subsidi ini

berasal dari Pemerintah yang digunakan untuk kegiatan operasional.

Berikut ini adalah rincian dari pendapatan operasional :

Pendapatan Operasional : Tahun 2005 (Rp)

• Angkutan Penumpang 272.370.778.722,00

• Angkutan Barang 10.437.872.502,00

• Jasa Transit 682.251.175,00

• Perbengkelan 150.270.000,00

283.641.172.399,00

• Subsidi Perintis 15.796.239.939,49

• Subsisi Pemerintah 1.209.200.000,00

300.646.612.338,49

Page 4: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

51

2. Pendapatan Lain-lain

Total pendapatan lain-lain sebesar Rp 3.527.472.989,73. Pendapatan lain-

lain ini merupakan akun untuk menampung kegiatan yang merupakan

bagian dari kegiatan usaha perusahaan, seperti seperti keuntungan selisih

kurs/beda kurs mata uang asing, laba penjualan aktiva, dan lain-lain.

Berikut adalah rincian akun-akun yang berada pada pendapatan lain-lain.

Pendapatan lain-lain: Tahun 2005 (Rp)

• Bunga Deposito 78.324.751,43

• Jasa Giro 142.742.256,56

• Iklan/Reklame 2.016.309.907,42

• Penjualan Aktiva 38.980.000,00

• Penjualan Barang Bekas 267.333.719,00

• Sewa Bangunan 22.430.000,00

• Beda Kurs 179.900.555,12

• Ganti rugi Pihak ketiga 190.959.000,00

• Denda 105.612.428,97

• PendapatanLain-lain 1.385.053.902,44

3.527.472.989,73

Berdasarkan hasil evaluasi terdapat akun-akun pendapatan yang harus

dikoreksi. Adapun akun-akun tersebut antara lain :

a. Bunga Deposito

PERUM DAMRI dalam hal ini harus melakukan koreksi negatif sebesar

Rp 78.324.751,43. Akun ini merupakan penghasilan yang harus

dikenakan PPh-final, berdasarkan PP. No 131/2000 menyatakan bahwa

Bunga deposito berjangka atau tabungan, sertifikat deposito akan

dipotong/dipungut oleh bank sebesar 20% dari jumlah bruto. Dan

Page 5: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

52

pernyataan ini diperkuat dengan pasal 4 ayat 2 UU Pajak Penghasilan

yang diantaranya berisi bahwa penghasilan yang telah dikenakan pajak

final tidak perlu dihitung kembali pada akhir tahun pajak untuk

menghitung PPh terhutang.

b. Jasa Giro

Akun ini sama halnya dengan akun bunga deposito yang dimana akun ini

harus dikenakan PPh Final , dengan berlandaskan pasal 4 ayat 2 UU

pajak penghasilan dan PP. No. 131/2000, sehingga akun pendapatan jasa

giro haruslah dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp 142.742.256,56.

c. Sewa Bangunan

Pendapatan yang berasal dari sewa bangunan ini adalah sebesar

Rp. 22.430.000,00 berdasarkan PP No. 29 tahun 1996, PP No.5 tahun

2002 dan KEP-227/PJ/2002 menyatakan bahwa penghasilan atas sewa

bangunan dan atau tanah yang dimiliki oleh Wajib Pajak Badan harus

dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.

Sesuai dengan pasal 4 ayat 2 UU Pajak Penghasilan bahwa penghasilan

yang telah dikenakan pajak final tidak perlu dihitung kembali pada akhir tahun

pajak untuk menghitung PPh terhutang. Dalam hal ini PERUM DAMRI

menghitung kembali pendapatan atas sewa bangunan yang sudah dipotong PPh

Final ke dalam SPT Tahunan akibatnya perusahaan dikenakan pajak dua kali.

Page 6: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

53

Untuk itu dalam laporan keuangan fiskal, pendapatan yang berasal dari sewa

harus dikoreksi negatif.

Dari uraian diatas merupakan evaluasi terhadap unsur-unsur penghasilan

yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan maka dapat diketahui unsur-

unsur mana yang diakui oleh ketentuan perpajakan dan unsur-unsur mana yang

tidak diakui. Umumnya, perbedaan tersebut merupakan penyesuaian atas

penghasilan kena pajak. Apabila ada unsur-unsur yang tidak diakui oleh

ketentuan perpajakan akan dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut

dapat menambah ataupun mengurangi jumlah Penghasilan Kena Pajak.

IV.1.2 Evaluasi Kebijakan Fiskal atas Beban PERUM DAMRI

Dalam Laporan keuangan komersial PERUM DAMRI disebutkan bahwa

beban operasional terdiri atas beban komisi penjualan sebesar

Rp. 5.979.768.508,00 serta beban langsung dan tidak langsung yang berada di

dalam unsur Harga Pokok dengan jumlah keseluruhan sebesar

Rp. 251.908.151.079,07. Kemudian beban usaha sebesar Rp 55.945.531.348,89

dan terakhir adalah beban lain-lain sebesar Rp 900.173.531,21.

Berdasarkan hasil evaluasi dari Laporan laba rugi PERUM DAMRI,

berikut ini merupakan penjelasan dari pos-pos akun Beban yang harus dilakukan

koreksi, adalah:

1. Biaya Tenaga Operasi

Biaya ini merupakan turunan atau rincian dari pos akun biaya langsung

yang dimana biaya langsung ini merupakan biaya yang digunakan untuk

kegiatan atau usaha langsung perusahaan, dan biaya tenaga operasi ini

Page 7: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

54

merupakan biaya yang digunakan untuk menunjang aktifitas dan kinerja dari

tenaga operasi. Berikut ini penulis sajikan rincian dari biaya-biaya yang ada

dalam biaya tenaga operasi

• Gaji Sopir dan Kondektur Rp 13.429.371.674,40

• Tunjangan Hari Raya (THR) Rp. 1.021.802.121,86

• Tunjangan Perusahaan Rp 968.830.087,03

• Tunjangan Pelaksana Rp. 2.427.025.517,00

• Honor Tenaga PKP Rp. 1.127.448.060,82

• Tunjangan Beras Rp. 4.251.086.948,24

• Tunjangan Operasional Rp. 229.934.009,00

• Perawatan kesehatan Rp. 437.798.613,40

• Bantuan Sosial Rp. 3.938.394.909,44

• Pakaian Dinas dan Perlengkapan Rp. 299.244.317,01

• Pendidikan dan Latihan Rp. 342.411.302,58

• Dana Pensiun (JHT) Rp. 543.603.263,80

• Transport Rp. 167.987.447,65

Pada biaya-biaya tenaga operasi diatas terdapat biaya bantuan sosial

sebesar Rp. 3.938.394.909,44 dengan berdasarkan Undang-Undang Pajak

Penghasilan pasal 9 ayat (1) point g) bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau

sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a

dan b, tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka dari itu biaya

bantuan sosial harus dikoreksi positif. Hal itu disebabkan karena biaya bantuan

sosial tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan.

Page 8: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

55

2. Biaya Tenaga Petugas Pemeriksa Angkutan (PPA)

Biaya ini merupakan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk

kepentingan petugas PERUM DAMRI, petugas ini berada dilapangan yang

tugasnya mengecek serta mengawasi kendaraan atau angkutan. Berikut ini

penulis sajikan rincian dari biaya-biaya yang ada dalam biaya Tenaga

Petugas Pemeriksa Angkutan (PPA).

• Gaji Petugas Lintas Rp. 2,080,971,135.30

• Tunjangan Hari Raya (THR) Rp. 154,776,895.94

• Tunjangan Perusahaan Rp. 194,787,560.40

• Tunjangan Pelaksana Rp. 277,200,000.00

• Honor Tenaga PKP Rp. 19,217,451.00

• Tunjangan Beras Rp. 215,688,000.00

• Tunjangan Operasional Rp. 172,796,075.68

• Perawatan Kesehatan Rp. 55,988,450.90

• Bantuan Sosial Rp. 594,296,389.90

• Pakaian Dinas dan Perlengkapan Rp. 46,824,277.50

• Pendidikan dan Latihan Rp. 2,722,500.00

• Dana Pensiun (JHT) Rp. 90,852,255.00

• Tranport Rp. 222,076,192.00

Pada biaya Tenaga Petugas Pemeriksa Angkutan (PPA) terdapat biaya

bantuan sosial sebesar Rp. 594.296.389,90.

Sesuai dengan dasar UU Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat 1 huruf e

mengenai hadiah dan sumbangan atau bantuan sosial tidak boleh dikurangkan

dengan penghasilan bruto.

Page 9: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

56

Hal ini disebabkan karena biaya sumbangan atau bantuan sosial tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan. Maka

dari itu, biaya ini harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp. 994.296.389,90.

3. Biaya Tenaga Teknik

Biaya ini merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh PERUM untuk

menyelesaikan angkutan atau kendaraan yang rusak, service kendaraan atau

perawatan angkutan tersebut. Namun dalam biaya ini terdapat biaya bantuan

sosial yang merupakan salah satu beban dari rincian beban pada akun biaya

tenaga teknik. Berikut ini penulis sajikan rincian dari biaya-biaya yang ada

dalam Biaya Tenaga Teknik :

• Gaji Tenaga Tekhnik 2,875,780,303.57

• Tunjangan Hari Raya (THR) 250,715,446.50

• Tunjangan Perusahaan 336,798,695.30

• Tunjangan Pelaksana 544,917,343.00

• Honor Tenaga PKP 107,777,721.86

• Tunjangan Beras 896,830,204.84

• Insentif 1,320,878,860.00

• Perawatan Kesehatan 92,124,812.66

• Bantuan Sosial 1,198,711,500.00

• Pakaian Dinas dan Perlengkapan 76,614,766.60

• Pendidikan dan Latihan 16,490,500.00

• Dana Pensiun (JHT) 13,195,103.00

• Tranport 527,891,385.00

Page 10: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

57

Pada biaya Tenaga Tekhnik terdapat biaya bantuan sosial sebesar

Rp. 1.198.711.500,00. Biaya ini tidak boleh dijadikan pengurang penghasilan

bruto.

Hal ini dilandasi oleh pasal 9 ayat 1 huruf e UU Pajak Penghasilan yang

diantaranya bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan

warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, tidak

boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka dari itu biaya bantuan

sosial harus dikoreksi positif sebesar Rp. 1.198.711.500,00.

4. Biaya Insidentil

Biaya ini merupakan biaya yang tidak ada hubungannya dengan biaya

surat-surat kendaraan atau yang lainnya. Biaya insidentil tredapat didalam

rincian biaya surat-surat kendaraan. Menurut pengertian, biaya ini merupakan

kata lain dari biaya yang berada diluar anggaran atau biaya yang tidak

terduga. Berikut ini penulis sajikan rincian dari biaya Insidentil :

• Izin Trayek Rp. 545.806.598,26

• Insidentil Rp. 391.550.117,00.

• Kir Rp. 260.222.075,00

• Pemutasian Bus Rp. 67.184.875,00

• Pengurusan surat-surat kendaraan Rp. 88.615.600,00

Page 11: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

58

Dilandasi dengan ketentuan peraturan pajak yang berlaku yaitu UU Pajak

Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a) yang isinya menyatakan diantaranya

biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto adalah biaya untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Hal ini menjadi acuan bagi bagian administrasi atau pajak untuk

menentukan bahwa biaya ini tidak berhubungan dengan kegiatan operasional

perusahaan, sehingga biaya ini harus dikoreksi positif.

Oleh karena itu, biaya ini harus dikoreksi fiskal positif sebesar

Rp. 391.550.117,00.

5. Biaya Tenaga Administrasi / pimpinan

Biaya tenaga Administrasi merupakan biaya yang mengatur segala

keperluan dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan

perusahaan. Dalam Biaya Tenaga Administrasi atau pimpinan terdapat biaya

yang harus dikoreksi. Berikut penulis sajikan rincian biaya tenaga

administrasi/ pimpinan :

• Gaji Tenaga Administrasi

9.773.752.411

• Gaji Pimpinan

• Tunjangan Hari Raya

• Tunjangan Perusahaan

• Tunjangan Pelaksana

• Honor Tenaga PKP

• Tunjangan Beras

• Uang Lembur

• Perawatan Kesehatan

Page 12: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

59

• Bantuan Sosial

• Pakaian Dinas dan Perlengkapan

• Pendidkan dan Latuhan

• Dana Pensiun

• Uang Transport

• Tunjangan Manajemen

• Tunjangan Perumahan

Biaya ini harus dikoreksi positif sebesar Rp.

4.950.635.823,00 biaya ini tidak boleh dijadikan pengurang, karena

berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf e UU Pajak Penghasilan yang diantaranya

bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, tidak boleh

dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka dari itu biaya bantuan sosial

harus dikoreksi positif.

6. Biaya Penyisihan Piutang

Berdasarkan UU Pajak penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf h, yatu beban

yang boleh dikurangi penghasilan bruto adalah piutang yang nyata-nyata

tidak dapat ditagih dengan syarat piutang yang telah diserahkan perkara

penagihannya kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang dan

Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan piutang / pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan, dengan dilandasi aturan ini maka dari itu semua biaya

penyisihan piutang yang ada harus dikoreksi positif sebesar

Rp. 600.710.506,74.

Page 13: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

60

7. Biaya Pajak Lain-Lain.

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

membayar pajak-pajak lain yang terhutang, maksud dari kata lain-lain disini

adalah jenis-jenis biaya pajak yang dibayarkan selain pajak penghasilan.

Berikut ini rincian akun biaya yang harus dikoreksi pada biaya pajak lain-lain

adalah :

• Sumbangan jalan daerah otonom, berdasarkan pasal 9 UU No. 17 tahun

2000 ayat 1 huruf g, bahwa biaya yang tidak boleh dikurangkan dengan

penghasilan bruto adalah berupa hadiah, bantuan atau sumbangan jadi

segala macam yang bentuknya sumbangan atau bantuan harus dikoreksi

positif.

• Pajak Penghasilan, dengan didasari peraturan perpajakan yaitu pasal 6

UU No.17 Tahun 2000 ayat 1 huruf a , bahwa segala macam biaya yang

dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto adalah biaya untuk

mendapatkan, menagih, dan penghasilan,memelihara termasuk biaya

pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk

upah, gaji, honorarium,bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan

dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya

pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali

Page 14: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

61

pajak penghasilan. Dengan ini maka akun biaya pajak penghasilan harus

dikoreksi positif dari beban pajak lain-lain.

8. Biaya umum

Dalam biaya umum ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan,

namun banyak yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan

operasional perusahaan, adapun rincian biayanya adalah sebagai berikut :

• Perayaan (olahraga dan kesenian)

• Jamuan tamu Dinas / relasi

• Representasi Direksi

• Surat kabar

• Sumbangan / bantuan

• Makan dan minum pegawai

Dari uraian biaya umum diatas ada biaya-biaya yang harus dikoreksi

fiskal, diantara lain :

• Biaya Perayaan (Olahraga /kesenian)

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memperingati hari-hari besar seperti perayaan hari ulang tahun (HUT)

PERUM DAMRI, perayaan 17 Agustus, dan perayaan-perayaan lainnya.

Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 UU Pajak penghasilan dan PP No. 138 tahun

2000 dinyatakan bahwa biaya-biaya yang bukan merupakan objek pajak

Page 15: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

62

tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Untuk itu biaya ini

harus dikoreksi positif sebesar Rp. 683.002.240,03.

• Biaya Jamuan Tamu Dinas / Relasi

Biaya ini sebenarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,

namun dengan syarat dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam

SPT Tahunan PPh, ini sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986. Tetapi karena

pihak Perum Damri belum membuat bukti nominatifnyai itu PERUM

DAMRI harus melakukan koreksi positif sebesar biaya yang dikeluarkan

yaitu sebesar Rp 838.852.615,51.

• Biaya Representasi Direksi

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan guna memasarkan dan

mempublikasikan produk-produknya, kegiatan ini yang melakukan

adalah pihak direksi sehingga namanya adalah biaya representasi direksi,

biaya ini merupakan salah satu bentuk biaya entertainment. Berdasarkan

SE-27/PJ.22/1986 bahwa biaya representasi ini merupakan biaya yang

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuat daftar

nominatifnya, tetapi karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif

untuk dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, maka dari itu PERUM

DAMRI harus melakukan koreksi positif sebesar Rp 3.387.455.151,70.

Page 16: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

63

• Biaya Surat kabar

Biaya ini dikeluarkan untuk membeli surat kabar yaitu berupa koran

ataupun majalah.Pada tahun 2005 dana yang dikeluarkan oleh perusahaan

adalah sebesar Rp. 67.539.150,00. Biaya ini tidak berhubungan langsung

dengan kegiatan usaha perusahaan, maka dapat dianggap sebagai natura

karena sifatnya yang umum dan dinikmati oleh karyawan. Berdasarkan

UU PPh Pasal 9 Ayat 1 huruf e, biaya ini harus dikoreksi positif sebesar

yang tertera.

• Sumbangan / Bantuan

Biaya sumbangan ini sudah jelas tidak boleh dimasukkan menjadi

pengurang penghasilan bruto, ini sesuai dengan UU Pajak Penghasilan

pasal 9 ayat1 point g bahwa bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau

sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3)

huruf a dan b, tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka

biaya ini harus dikoreksi positif sebesar 1.541.386.963,20.

• Makan dan Minum Karyawan

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf e,

Penggantian imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan

dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak, kecuali penyediaan makanan

dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam

Page 17: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

64

bentuk natura kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan.

Biaya makan dan minum pada tahun 2005 dikeluarkan oleh PERUM

DAMRI sebesar Rp. 1.710.391.915,60. Biaya ini harus dikenakan koreksi

positif, karena biaya makan dan minum ini tidak untuk seluruh karyawan.

9. Beban Lain-lain

Beban lain – lain di sini merupakan beban-beban yang mendukung

dengan kegiatan usaha perusahaan namun tidak secara langsung, dan

merupakan biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada dan

jarang terjadi,seperti :

Rp

• Biaya Administrasi Bank 166.779.850,44

• Biaya Denda Pajak 7.895.775,83

• Biaya Lelang 6.922.477,32

• Biaya Lain – lain 718.575.427,62

Pada Beban lain-lain ini didalamnya terdapat biaya denda pajak dimana

seharusnya biaya ini tidak boleh menjadi pengurang penghasilan bruto, sesuai

dengan Pasal 9 ayat (1) k UU No.17/2000. Dan biaya-biaya ini tidak terdapat

bukti dokumen, catatan atau daftar nominatif dari pengeluaran biaya ini,

sehingga biaya ini meragukan dan harus dikoreksi positif.

Page 18: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

65

Tabel 4.1

Koreksi Fiskal atas Rincian Biaya pada Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan

Komersial Koreksi Fiskal Fiskal

Biaya Langsung :

Tenaga Operasi Tenaga PPA Operasi Perawatan Kendaraan Penjualan Perbengkelan Penyusutan Kendaraan

Biaya Tidak Langsung :

Tenaga Tekhnik Perawatan Bengkel Ass. Operasional Surat Kendaraan - Insidentil Jumlah Biaya Surat Kend. Pajak Kendaraan Promosi Sewa Kend Operasional Ass. Non Operasional Sewa Bangunan

Jumlah

25.342.185.317,514.528.197.183,62

142.248.444.214,1027.042.661.362,21

3.37.466.085,4073.769.579,40

32.909.047.783,45235.471.771.525,69

8.258.726.642,33167.866.158,00

1.985.851.847,45

191.550.117,001.343.818.265,26

1.088.881.148,06705.065.945,00

2.563.038.266,00576.781.946,2846.349.335,00

16.436.379.553,38

3.938.394.909,44 994.296.389,90

391.550.117,00

576.781.946,28

21.403.790.408,074.526.048.988,67

142.248.444.214,1027.042.661.362,21

3.37.466.085,4073.769.579,40

32.909.047.783,45232.117.146.441,87

8.258.726.642,33167.866.158,00

1.985.851.847,45

0

1.152.268.148,261.088.881.148,06

705.065.945,002.563.038.266,00

046.349.335,00

15.968.047.490,10

Harga Pokok Penjualan 251.908.151.079,07 244.171.809.826,00

Rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal telah

dilakukan karena telah dievaluasi dan didapat koreksi-koreksi fiskal, baik koreksi

positif maupun negatif, maksudnya adalah koreksi positf berarti menambah pajak

Page 19: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

66

dan koreksi negatif berarti mengurangi pajak. Koreksi yang dilakukan

dikarenakan adanya perbedaan perhitungan antara akuntansi komersial dengan

akuntansi pajak, dimana perbedaan ini disebabkan karena perbedaan kepentingan

antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi

yaitu the “proper matching cost against revenue” dimana laba diperoleh dari

pengurangan biaya-biaya yang berasal dari pendapatan yang diperoleh,

sedangkan dari segi fiskal dilihat dari sebab terjadinya yaitu ada yang bersifat

tetap (Permanent Differences) dan bersifat sementara (Timing Differences).

Biaya-biaya dan besarnya jumlah yang harus dilakukan koreksi oleh

PERUM DAMRI dapat dilihat dari Rekonsiliasi Fiskal atas rincian-rincian biaya

pada Laporan Laba Rugi sebagai berikut :

Page 20: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

LABA LABAKOMERSIAL POSITIF NEGATIF FISKAL

Hasil UsahaPendapatan Operasional Angkutan Penumpang 272,370,778,722.00 272,370,778,722.00 Angkutan Barang 10,437,872,502.00 10,437,872,502.00 Jasa Transit 682,251,175.00 682,251,175.00 Perbengkelan 150,270,000.00 150,270,000.00

283,641,172,399.00 283,641,172,399.00 Subsidi Perintis 15,796,239,939.67 15,796,239,939.67 Subsidi Pemerintah 1,209,200,000.00 1,209,200,000.00Jumlah 300,646,612,338.67 300,646,612,338.67

Beban Komisi Penjualan Komisi Agen 4,541,250,388.00 4,541,250,388.00 Komisi Transit 762,959,074.00 762,959,074.00 Discount / Pot. Harga 675,559,046.00 675,559,046.00Jumlah 5,979,768,508.00 5,979,768,508.00Hasil Usaha Netto 294,666,843,830.67 294,666,843,830.67

Harga Pokok :Beban Langsung Biaya Tenaga Operasi 25,342,185,317.51 3,938,394,909.44 21,403,790,408.07 Biaya Tenaga PPA 4,528,197,183.62 994,296,389.90 3,533,900,793.72 Biaya Operasi 142,248,444,214.10 142,248,444,214.10 Biaya Perawatan Kendaraan 27,042,661,362.21 27,042,661,362.21 Biaya Penjualan 3,327,466,085.40 3,327,466,085.40 Biaya Perbengkelan 73,769,579.40 73,769,579.40 Biaya Penyusutan kendaraan 32,909,047,783.30 32,909,047,783.30Jumlah Beban Langsung 235,471,771,525.54 230,539,080,226.20

Beban Tidak langsung: Biaya Tenaga Teknik 8,258,726,642.33 1,198,711,500.00 7,060,015,142.33 Biaya Perawatan bengkel 167,866,158.00 167,866,158.00 Biaya Ass. Operasional 1,985,851,847.45 1,985,851,847.45 Biaya Surat-Surat Kendaraan : IzinTrayek 345,806,598.26 345,806,598.26 Insidentil 391,550,117.00 391,550,117.00 0 Kir 445,129,409.00 445,129,409.00 Pemutasian Bus 69,397,150.00 69,397,150.00 Pengurusan Surat-surat Kendaraan 91,934,991.00 91,934,991.00Jumlah Biaya Surat-Surat Kendaraan 1,343,818,265.26 952,268,148.26

Biaya Pajak Kendaraan 1,388,881,148.06 1,388,881,148.06 Biaya Promosi 705,065,945.00 705,065,945.00 Biaya Sewa Kendaraan Operasional 1,963,038,266.00 1,963,038,266.00 Biaya Ass. Non Operasional 576,781,945.28 576,781,946.28 0 Biaya Sewa Bangunan 46,349,335.71 46,349,335.71Jumlah Beban Tidak Langsung 16,436,379,553.09 14,269,335,990.81

Jumlah Harga Pokok 251,908,151,078.63 244,808,416,217.01

Laba Usaha Kotor 42,758,692,752.04 49,858,427,613.66

(Lanjutan)

TABEL 4.2

LAPORAN REKONSILIASI FISKAL LABA RUGI PERUM DAMRI

LAPORAN LABA RUGI KOREKSI FISKAL

Page 21: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

Beban Usaha dan Administrasi Umum: BiayaTenaga Adm/Pimpinan 24,699,737,206.41 4,950,635,823.00 19,749,101,383.41 Biaya Ongkos Kantor 4,954,083,466.14 4,954,083,466.14 Biaya Perjalanan dinas 2,590,198,985.00 2,590,198,985.00 Biaya Perawatan Bangunan 1,546,781,505.00 1,546,781,505.00 Biaya Operasi Kendaraan Dinas Pemakaian Ban 229,701,192.00 229,701,192.00 Bahan Bakar Minyak (BBM) 980,898,830.90 980,898,830.90 Pelumas 29,440,592.38 29,440,592.38 Service/Perbaikan 402,263,181.00 402,263,181.00 Pemakaian suku cadang 248,678,266.00 248,678,266.00 Karcis Tol 44,516,156.500 44,516,156.500 Biaya KIR 3,892,100.000 3,892,100.000Jumlah Biaya Operasi Kendaraan Dinas 1,939,390,318.78 1,939,390,318.78 Penyisihan Piutang Usaha 600,710,506.74 600,710,506.74 0 Biaya Pajak Lain-lain Pajak Bumi Bangunan 221,088,367.31 221,088,367.31 Pajak Kendaraan Dinas 289,242,766.00 289,242,766.00 Ijin Usaha 41,885,330.00 41,885,330.00 Sumbangan Jalan daerah Otonom 9,443,914.00 9,443,914.00 0 Pajak penghasilan 438,930,124.24 438,930,124.24 0 Pajak Air Bawah Tanah 7,823,142.49 7,823,142.49Jumlah Biaya Pajak Lain-lain 1,008,413,644.04 560,039,605.80 Biaya Bunga Pinjaman 9,538,966,849.74 9,538,966,849.74 Biaya UmumHonor-honor Tim 380,545,591.00 380,545,591.00Perayaan Olahraga, Kesenian 683,002,240.03 683,002,240.03 0Makan/minum Pegawai 1,710,391,915.60 1,710,391,915.60 0Rapat Dinas 458,075,240.40 458,075,240.40Jamuan Tamu Dinas/ Relasi 838,852,615.51 838,852,615.51 0Representasi Direksi 3,387,455,151.70 3,387,455,151.70 0Surat Kabar 67,539,150.00 67,539,150.00 0Sumbangan / Bantuan 1,541,386,963.20 1,541,386,963.20 0Jumlah biaya umum 9,067,248,867.44 838,620,831.40Jumlah Beban Usaha& Adm Umum 55,945,531,349.29 41,717,182,945.27Laba / (Rugi) Usaha Bersih (13,186,838,597.25) 8,141,244,668.39

Pendapatan Lain-Lain : Jasa Giro 142,742,256.56 142,742,256.56 Denda 1,799,700,723.88 1,799,700,723.88 Lain-lain 2,485,203,540.50 2,485,203,540.50Jumlah Pendapatan Lain-lain 4,427,646,520.94 4,427,646,520.94 Biaya Lain-Lain Biaya Administrasi Bank 166,779,850.24 166,779,850.24 Biaya Denda Pajak 7,895,775.83 7,895,781.78 0 Biaya Lelang 6,922,477.30 6,922,477.30 Biaya Lain-lain 718,575,427.49 718,575,428.32 0Jumlah Biaya Lain-Lain 900,173,530.86 173,702,327.54Jumlah Pendapatan & Biaya Lain-lain 3,527,472,990.08 4,253,944,193.40

Laba / (Rugi) Sebelum Pajak (9,659,365,607.17) 12,395,188,861.79PPH pasal 25/Badan Tahun 2005 0 3,118,323,500.00 Laba Usaha Setelah Pajak 0 7,334,422,381.35

Page 22: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

69

Setelah dilakukannya rekonsiliasi fiskal terdapat perbedaan yang begitu

drastis pada laba rugi sebelum pajak antara laba komersial dan laba fiskal, karena

sebelumnya dapat dilihat pada laporan keuangan komersial yaitu laba rugi

sebelum pajaknya mengalami rugi atau defisit namun setelah dilakukan koreksi

terjadi perubahan yang sangat signifikan yaitu angka pada laba rugi sebelum

pajaknya menjadi laba. Dimana laba sebelum pajak secara komersialnya sebesar

Rp. (9.659.365.607,17) berubah menjadi Rp. 10.452.745.881,35 secara fiskal.

Perubahan angka tersebut dikarenakan besarnya jumlah koreksi fiskal atas biaya-

biaya pada laporan laba rugi PERUM DAMRI yaitu sebesar

Rp. 22.054.554.476,74.

Perubahan kenaikan laba sebelum pajak mempengaruhi besarnya pajak

yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Semula pajak yang harus dibayarkan ke

Negara adalah Nihil maka akan berubah menjadi Rp. 3.118.323.500,00. Jumlah

tersebut didapatkan dari besarnya laba sebelum kena pajak dikalikan dengan

Tarif PPh Badan dengan perhitungan sebagai berikut :

Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Tahun untuk 2005

Laba Bersih/Penghasilan Kena Pajak tahun 2005 Rp. 10.452.745.000,00

PPh terhutang untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut :

10% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00

15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00

30% x Rp. 10.352.745.000,00 = Rp. 3.105.823.500,00

Rp 3.118.323.500,00

Page 23: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

70

Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2005 Rp. 3.118.323.500,00 / 12 bulan

Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2005 Rp. 259.860.292,00 / bulan

Atas perbedaan jumlah pajak terutang diatas, membuat perusahaan

memiliki resiko untuk dikenakan denda/sanksi atas besarnya pajak yang masih

harus dibayar, dan ini memungkinkan dapat mengganggu likuiditas perusahaan.

Seiring berubahnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan

turut merubah pula besarnya laba setelah pajak perusahaan, dimana laba bersih

menurut akuntansi sebelumnya adalah nihil berubah drastis menjadi

Rp. 7.334.422.381,35 menurut laporan keuangan fiskal. Perubahan laba

komersial dan laba fiskal ini bersifat permanen (permanent difference) karena

beberapa biaya pada Laporan Laba Rugi komersial tidak dapat dijadikan

pengurang sehingga harus dilakukan koreksi atas biaya tersebut.

Berikut ini penulis akan menyajikan perhitungan pajak atau laporan laba

rugi fiskal yang dibuat oleh pihak PERUM DAMRI, penulis mencoba untuk

membandingkan antara laporan keuangan fiskal yang dibuat perusahaan dengan

hasil laporan laba fiskal dibuat oleh penulis, penulis berharap dengan melihat

perbandingan terhadap laporan fiskal tersebut dapat mempermudah melakukan

evaluasi dan juga dapat melakukan perencanaan yang baik, agar dapat

mengefisienkan Pajak penghasilan Badan Pada PERUM DAMRI.

Page 24: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

71

Tabel 4.3

PERUM DAMRI LAPORAN LABA RUGI FISKAL TAHUN 2005

Keterangan Tahun 2005 (Rp) Laba (rugi) (9.659.365.607,17) Ditambah koreksi positif

Asuransi pegawai 276.781.946,28 Penyisihan piutang 75.455.912,20 Jamuan tamu / Relasi 448.852.615,51 Sumbangan 341.386.963,20 Perayaan hari besar 393.002.240,03 Pajak tidak dapat -

direstitusi Denda Adm. Pajak 73895.775,83

Jumlah koreksi positif 1.543.375.453,05 Laba Kena Pajak (8.115.990.154,69) Dikurangi koreksi negatif

Pendapatan bunga deposito (78.324.751,43) Pendapatan jasa giro (142.742.256,56) Angsuran sewa guna - Penyusutan :

Akuntansi 34.434.302.377,99 Fiskal (31.149.068.379,10)

Jumlah koreksi negatif 3.064.166.990,90 Laba (rugi) fiskal (5.051.823.163,79)

Setelah melihat laporan laba rugi fiskal dari PERUM sekilas terlihat sama

dibandingkan dengan laporan laba rugi fiskal yang penulis buat karena akun-

akun yang berada pada pos koreksi positif ini hampir sama dengan koreksi fiskal

yang penulis buat, namun jika dilihat secara seksama maka akan terlihat ada

perbedaan yang sangat signifikan diantara keduanya, diantaranya pendapatan

yaitu pada akun bunga deposito dan jasa giro yang terletak dipos koreksi negatif,

dimana akun ini diberi tanda kurung pada angkanya. Berarti akun Bunga

Deposito dan Jasa Giro dimasukkan pada Pendapatan PPh non final, padahal

Page 25: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

72

telah kita ketahui akun pendapatan Bunga Deposito dan Jasa Giro merupakan

kategori pendapatan yang dipotong pajaknya secara final ini sesuai dengan PP

131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan No.51/KMK.04/2000, jasa

giro dan bunga deposito merupakan penghasilan yang dikenakan final, maka

dengan ini PERUM DAMRI harus melakukan koreksi negatif pada akun

pendapatan ini.

Menurut perhitungan dari PERUM DAMRI laba rugi fiskal setelah

pajaknya mengalami kerugian, maka itu perusahaan tidak berkewajiban

membayar pajak, tetapi menurut perhitungan koreksi fiskal dari penulis bahwa

laba rugi setelah pajak angkanya meningkat menjadi laba, dengan perubahan ini

mengakibatkan perusahaan harus membayar pajak dengan melakukan

kompensasi kerugian pada tahun sebelumnya.

IV.2 Perencanaan Pajak Yang Dapat Diterapkan Pada PERUM DAMRI

Berdasarkan hasil evaluasi dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh

penulis, dapat terlihat bahwa PERUM DAMRI relatif belum melaksanakan

perencanaan pajak secara efektif. Dari rekonsiliasi yang telah dilakukan, terdapat

koreksi positif atas biaya-biaya komersial. Terlihat jelas bahwa PERUM DAMRI

tidak membayar pajak karena mengalami kerugian, tetapi menurut perhitungan

koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh penulis bahwa laba rugi setelah pajak,

angkanya meningkat menjadi laba. Dengan adanya perubahan tersebut,

mengakibatkan perusahaan harus berkewajiban untuk membayar pajak.

Page 26: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

73

Agar dapat meminimalkan laba sebelum pajak, perusahaan harus dapat

melakukan pajak secara efektif. Berikut ini adalah perencanaan-perencanaan

pajak yang perencanaan mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan :

1. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, biaya entertaiment, representasi, jamuan

tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat

dibuatkan daftar nominatif. Maka dari itu, sebaiknya perusahaan memberikan

daftar nominatif sebagai bukti pelaksanaan entertainment dan representasi,

sehingga beban tersebut dapat menjadi beban fiskal. Daftar nominatif

tersebut paling tidak memuat:

a) Nomor urut

b) Tanggal diberikan

c) Nama/ tempat entertainment / representasi diberikan

d) Alamat entertainment

e) Jenis entertainment

f) Jumlah

g) Relasi, nama, posisi, nama perusahan, jenis usaha.

2. Perusahaan menggunakan nama akun biaya lain-lain pada rincian biaya pada

Laporan Laba rugi, hal ini membuat biaya tersebut bersifat tidak pasti dan

memiliki potensi besar untuk dilakukan koreksi fiskal positif . Untuk itu,

lebih baik perusahaan mengganti nama akun biaya tersebut menjadi ”biaya

lain-lain untuk keperluan perusahaan”, atau menggunakan nama akun

lainnya. Hal ini dimaksudkan, agar biaya tersebut menjadi lebih jelas dan

Page 27: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

74

tidak bersifat tidak pasti lagi sehingga biaya tersebut tidak dilakukan koreksi

positif dan dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto.

3. Pada beban administrasi dan umum terdapat biaya sumbangan atau bantuan

karena sumbangan dalam bentuk apapun tidak dapat dijadikan pengurang

penghasilan bruto perusahaan karena hal tersebut tidak berhubungan dengan

kegiatan uasaha perusahaan atau sehubungan dengan biaya 3M. Hal ini

diaturdalam UU PPh Pasal 9 No.17 Tahun 2000, kecuali sumbangan untuk

GNOTA atau sumbangan korban bencana alam anatra lain Tsunami

Nanggroe Aceh Darussalam atau Sumatera Utara. Hal ini diatur dalam

Keputusan Direktur Jenderal Pajka No.Kep-545/PJ/2000 dan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 609/KMK.03/2004 tentang perlakuan Pajak

Penghasilan atas bantuan kemanusiaan bencana alam di Aceh Nanggroe

Aceh Darussalam atau Sumatera Utara.

4. PERUM DAMRI hanya memiliki 1 orang karyawan yang memiliki

pengetahuan perpajakan, sebaiknya jika perusahaan merekruit karyawan

untuk bekerja dibagian keuangan, perusahaan harus mencari karyawan yang

mengerti pajak. Sedangkan untuk karyawan yang telah bekerja sebaiknya

diberikan pelatihan-pelatihan/ kursus perpajakan seperti mengikuti brevet

pajak, memberikan seminar perpajakan secara rutin, memberikan

majalah/software perpajakan. Hal ini dilakukan, agar karyawan mengerti

akan perpajakan dan dapat selalu mengikuti perkembangan tentang peraturan

pajak. Dengan mengikuti perkembangan peraturan pajak dapat memudahkan

Page 28: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

75

perusahaan dalam melakukan perencanaan pajaknya. Atas biaya pelatihan

karyawan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Dan keuntungan lain

yaitu perusahaan tidak perlu membayar konsultan pajak lagi, karena

perusahaan telah memiliki karyawan yang mengerti pajak.

5. PERUM DAMRI masih menanggung PPh Pasal 21 karyawannya. Didalam

ketentuan perpajakan PPh Pasal 21 yang ditanggung pemberi kerja bukan

merupakan deductible expense, sehingga tidak dapat dijadikan biaya fiskal

yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Sebaiknya perusahaan

memberikan fasilitas dalam bentuk Tunjangan Pajak yang diberikan kepada

karyawan. Karena didalam peraturan perpajakan, tunjangan yang diberikan

perusahaan kepada karyawan dapat dijadikan biaya oleh perusahaan,

sehingga akan mengurangi penghasilan bruto perusahaan.

6. Atas fasilitas Makan dan minum yang diberikan perusahaan kepada sebagian

karyawannya, sebaiknya perusahaan mengganti fasilitas tersebut dengan

memberikan tunjangan makan dan minum bagi karyawan yang bersangkutan.

Hal ini dimaksudkan agar biaya tersebut dapat dijadikan pengurang

penghasilan bruto perusahaan

IV.3 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Dan Setelah Perencanaan Pajak.

Perencanaan pajak yang efektif akan membuat perusahaan mampu

mengoptimalkan beban-beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto.

Dengan optimalisasi beban-beban tersebut akan mengakibatkan laba fiskal tidak

Page 29: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

76

akan jauh berbeda dengan laba komersial. Dan atas beban-beban tersebut dapat

mengurangi penghasilan bruto dalam laporan keuangan fiskal.

Dengan pengakuan pendapatan dan beban, terdapat perbedaan perlakuan

akuntansi komersial dan pajak. Perbedaan inilah yang menyebabkan adanya

rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi komersial. Dengan rekonsiliasi sebelum

dan sesudah perencanaan pajak, dapat terlihat adanya perbedaan laba sebelum

pajak baik secara komersial maupun secara fiskal. Dimana perubahan laba

sebelum perencanaan dengan sesudah perencanaan tersebut akan mempengaruhi

besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan.

Perhitungan perbandingan laba sebelum pajak sebelum dan sesudah

perencanaan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

.

Page 30: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

positif negatifHasil UsahaPendapatan Operasional Angkutan Penumpang 272,370,778,722.00 272,370,778,722.00 272,370,778,722.00 Angkutan Barang 10,437,872,502.00 10,437,872,502.00 10,437,872,502.00 Jasa Transit 682,251,175.00 682,251,175.00 682,251,175.00 Perbengkelan 150,270,000.00 150,270,000.00 150,270,000.00

283,641,172,399.00 283,641,172,399.00 283,641,172,399.00 Subsidi Perintis 15,796,239,939.67 15,796,239,939.67 15,796,239,939.67 Subsidi Pemerintah 1,209,200,000.00 1,209,200,000.00 1,209,200,000.00Jumlah 300,646,612,338.67 300,646,612,338.67 300,646,612,338.67

Beban Komisi Penjualan Komisi Agen 4,541,250,388.00 4,541,250,388.00 4,541,250,388.00 Komisi Transit 762,959,074.00 762,959,074.00 762,959,074.00 Discount / Pot. Harga 675,559,046.00 675,559,046.00 675,559,046.00Jumlah 5,979,768,508.00 5,979,768,508.00 5,979,768,508.00Hasil Usaha Netto 294,666,843,830.67 294,666,843,830.67 294,666,843,830.67

Harga Pokok :Beban Langsung Biaya Tenaga Operasi 25,342,185,317.51 3,938,394,909.44 21,403,790,408.07 21,403,790,408.07 Biaya Tenaga PPA 4,528,197,183.62 994,296,389.90 3,533,900,793.72 3,533,900,793.72 Biaya Operasi 142,248,444,214.10 142,248,444,214.10 142,248,444,214.10 Biaya Perawatan Kendaraan 27,042,661,362.21 27,042,661,362.21 27,042,661,362.21 Biaya Penjualan 3,327,466,085.40 3,327,466,085.40 3,327,466,085.40 Biaya Perbengkelan 73,769,579.40 73,769,579.40 73,769,579.40 Biaya Penyusutan kendaraan 32,909,047,783.30 32,909,047,783.30 32,909,047,783.30Jumlah Beban Langsung 235,471,771,525.54 230,539,080,226.20 230,539,080,226.20

Beban Tidak langsung: Biaya Tenaga Teknik 8,258,726,642.33 1,198,711,500.00 7,060,015,142.33 7,060,015,142.33 Biaya Perawatan bengkel 167,866,158.00 167,866,158.00 167,866,158.00 Biaya Ass. Operasional 1,985,851,847.45 1,985,851,847.45 1,985,851,847.45 Biaya Surat-Surat Kendaraan : IzinTrayek 345,806,598.26 345,806,598.26 345,806,598.26 Insidentil 391,550,117.00 391,550,117.00 0 0 Kir 445,129,409.00 445,129,409.00 445,129,409.00 Pemutasian Bus 69,397,150.00 69,397,150.00 69,397,150.00

Komersial Fiskal Perencanaan Pajak Laporan Fiskal

Tabel 4.4PERUM DAMRI

Koreksi

Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan PajakUntuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desenber 2005

SEBELUM PERENCANAAN PAJAK SETELAH PERENCANAAN PAJAK

Page 31: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

Pengurusan Surat-surat Kendaraan 91,934,991.00 91,934,991.00 91,934,991.00Jumlah Biaya Surat-Surat Kendaraan 1,343,818,265.26 952,268,148.26 952,268,148.26

Biaya Pajak Kendaraan 1,388,881,148.06 1,388,881,148.06 1,388,881,148.06 Biaya Promosi 705,065,945.00 705,065,945.00 705,065,945.00 Biaya Sewa Kendaraan Operasional 1,963,038,266.00 1,963,038,266.00 1,963,038,266.00 Biaya Ass. Non Operasional 576,781,945.28 576,781,946.28 0 0 Biaya Sewa Bangunan 46,349,335.71 46,349,335.71 46,349,335.71Jumlah Beban Tidak Langsung 16,436,379,553.09 14,269,335,990.81 14,269,335,990.81

Jumlah Harga Pokok 251,908,151,078.63 244,808,416,217.01 244,808,416,217.01

Laba Usaha Kotor 42,758,692,752.04 49,858,427,613.66 49,858,427,613.66

Beban Usaha dan Administrasi Umum: BiayaTenaga Adm/Pimpinan 24,699,737,206.41 4,950,635,823.00 19,749,101,383.41 19,749,101,383.41 Biaya Ongkos Kantor 4,954,083,466.14 4,954,083,466.14 4,954,083,466.14 Biaya Perjalanan dinas 2,590,198,985.00 2,590,198,985.00 2,590,198,985.00 Biaya Perawatan Bangunan 1,546,781,505.00 1,546,781,505.00 1,546,781,505.00 Biaya Operasi Kendaraan Dinas Pemakaian Ban 229,701,192.00 229,701,192.00 229,701,192.00 Bahan Bakar Minyak (BBM) 980,898,830.90 980,898,830.90 980,898,830.90 Pelumas 29,440,592.38 29,440,592.38 29,440,592.38 Service/Perbaikan 402,263,181.00 402,263,181.00 402,263,181.00 Pemakaian suku cadang 248,678,266.00 248,678,266.00 248,678,266.00 Karcis Tol 44,516,156.500 44,516,156.500 44,516,156.500 Biaya KIR 3,892,100.000 3,892,100.000 3,892,100.000

Jumlah Biaya Operasi Kendaraan Dinas 1,939,390,318.78 1,939,390,318.78 1,939,390,318.78 Penyisihan Piutang Usaha 600,710,506.74 600,710,506.74 0 0 Biaya Pajak Lain-lain Pajak Bumi Bangunan 221,088,367.31 221,088,367.31 221,088,367.31 Pajak Kendaraan Dinas 289,242,766.00 289,242,766.00 289,242,766.00 Ijin Usaha 41,885,330.00 41,885,330.00 41,885,330.00 Sumbangan Jalan daerah Otonom 9,443,914.00 9,443,914.00 0 0 Pajak penghasilan 438,930,124.24 438,930,124.24 0 0 Pajak Air Bawah Tanah 7,823,142.49 7,823,142.49 7,883,142.49Jumlah Biaya Pajak Lain-lain 1,008,413,644.04 560,039,605.80 560,099,605.80 Biaya Bunga Pinjaman 9,538,966,849.74 9,538,966,849.74 9,538,966,849.74 Biaya UmumHonor-honor Tim 380,545,591.00 380,545,591.00 380,545,591.00Perayaan Olahraga, Kesenian 683,002,240.03 683,002,240.03 0 0Makan/minum Pegawai 1,710,391,915.60 1,710,391,915.60 0 1,710,391,915.60 1,710,391,915.60 Rapat Dinas 458,075,240.40 458,075,240.40 458,075,240.40Jamuan Tamu Dinas/ Relasi 838,852,615.51 838,852,615.51 0 838,852,615.51 838,852,615.51 Representasi Direksi 3,387,455,151.70 3,387,455,151.70 0 3,387,455,151.70 3,387,455,151.70

Page 32: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

Surat Kabar 67,539,150.00 67,539,150.00 0 0Sumbangan / Bantuan 1,541,386,963.20 1,541,386,963.20 0 0Jumlah biaya umum 9,067,248,867.44 838,620,831.40 6,775,320,514.21Jumlah Beban Usaha& Adm Umum 55,945,531,349.29 41,717,182,945.27 47,653,942,628.08 Laba / (Rugi) Usaha Bersih (13,186,838,597.25) 8,141,244,668.39 2,204,484,985.58

Pendapatan Lain-Lain : Jasa Giro 142,742,256.56 142,742,256.56 142,742,256.56 Denda 1,799,700,723.88 1,799,700,723.88 1,799,700,723.88 Lain-lain 2,485,203,540.50 2,485,203,540.50 2,485,203,540.50Jumlah Pendapatan Lain-lain 4,427,646,520.94 4,427,646,520.94 4,427,646,520.94 Biaya Lain-Lain Biaya Administrasi Bank 166,779,850.24 166,779,850.24 166,779,850.24 Biaya Denda Pajak 7,895,775.83 7,895,781.78 0 0 Biaya Lelang 6,922,477.30 6,922,477.30 6,922,477.30 Biaya Lain-lain 718,575,427.49 718,575,427.49 0 718,575,427.49 718,575,427.49Jumlah Biaya Lain-Lain 900,173,530.86 173,702,327.54 892,277,755.03Jumlah Pendapatan & Biaya Lain-lain 3,527,472,990.08 4,253,944,193.40 3,535,368,765.91

Laba / (Rugi) Sebelum Pajak (9,659,365,607.17) 12,395,188,861.79 5,739,853,751.49 PPH pasal 25/Badan Tahun 2005 0 3,118,323,500.00 1,109,223,000.00 Laba Usaha Setelah Pajak 0 9,276,865,361.79 4,630,630,751.49

Page 33: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

80

Tabel 4.3

Perhitungan Persentase Penghematan Pajak

Sebelum Perencanaan Pajak

Setelah Perencanaan Pajak

Persentase Penghematan

Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan Badan 10% x 50.000.000 15% x 50.000.000 30% x 10.352.745.000 30% x 3.697.410.000 Jumlah

10.452.745.000,00

5.000.0007.500.000

3.105.823.500

3.118.323.500

3.797.410.000,00

5.000.000 7.500.000

1.109.223.000 1.121.723.000

63,67%

64.02%

Penghematan Pajak yang dapat dilakukan :

Pajak sebelum perencanaan Rp. 3.118.323.500

Pajak sesudah perencanaan Rp. 1.121.723.000

Penghematan Rp. 1.996.600.500

Dari hasil rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, dapat

dilihat bahwa sebelum perencanaan pajak, PERUM DAMRI memperoleh laba

sebelum pajak sebesar Rp. 3.118.323.500. Namun setelah dilakukan perencanaan

pajak, laba sebelum pajak penghasilan perusahaan berubah menjadi Rp.

1.121.723.000. Dengan perencanaan pajak tersebut, PERUM DAMRI dapat

menghasilkan penghematan Penghasilan Kena Pajak dengan Presentase 63.67%.

Usulan perencanaan pajak yang menghasilkan optimalisasi beban pada

PERUM DAMRI pada tabel rekonsiliasi sebelum dan setelah perencanaan pajak

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 34: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

81

1) Biaya Makan Minum

Sebelum perencanaan pajak, biaya makan minum terkena koreksi positif. Hal

tersebut disebabkan karena biaya tersebut tidak untuk seluruh karyawan,

sehingga bertentangan dengan UU PPh Pasal 9 ayat 1 huruf e. Setelah

perencanaan pajak, biaya sebesar Rp 1.710.391.915,60 dijadikan tunjangan

bagi karyawan yang bersangkutan, sehingga biaya tersebut dapat dijadikan

pengurang penghasilan bruto.

2) Biaya Jamuan Tamu

Sebelum perencanaan pajak, biaya jamuan tamu harus dilakukan koreksi

positif karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya tersebut.

Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, perencanaan pajak yang dapat dilakukan

adalah dengan membuat daftar nominatif yang dapat menunjukkan bahwa

kegiatan tersebut bersifat formal dan terkait dengan kegiatan usaha

perusahaan, kemudian dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan. Dengan

demikian, maka biaya jamuan tamu sebesar Rp 838.852.615,51 dapat

dijadikan beban pengurang penghasilan bruto.

3) Biaya Representasi

Sebelum perencanaan pajak, biaya representasi harus dilakukan koreksi

positif karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya tersebut.

Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, perencanaan pajak yang dapat dilakukan

adalah dengan membuat daftar nominatif yang dapat menunjukkan bahwa

kegiatan tersebut bersifat formal dan terkait dengan kegiatan usaha

Page 35: BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-00020-AK Bab 4.pdf · IV.1.1 Evaluasi Perhitungan dan Pendapatan Dikatakan dalam Laporan Laba rugi komersial

82

perusahaan, kemudian dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan. Dengan

demikian, maka biaya representasi sebesar Rp 3.387.455.151,70 dapat

dijadikan beban pengurang penghasilan bruto.

4) Biaya lain-lain

Sebelum perencanaan pajak, biaya lain-lain dikenakan koreksi positif, namun

setelah perencanaan pajak, biaya lain-lain dapat dijadikan sebagai biaya

untuk mengurangi penghasilan bruto, yaitu sebesar Rp 718.575.427,42.