BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah
Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah berdiri sejak tahun
1983. Tanjung Desa Batu Merah adalah bagian dari Kecamatan
Sirimau Kota Ambon. Letak titik koordinat Desa Batu Merah
berada pada 3041’6 LS dan 128011’10 BT. Salah satu bagian dari
desa ini dikenal dengan nama Batu Merah Dalam, karena
letaknya di lembah yang diapit oleh lereng Batu Merah (Utara),
lereng Karang Panjang (Selatan), Asrama ABRI AD (Barat) dan
Kampung Geser (Timur). Penduduk Desa Batu Merah mayoritas
beragama Islam (90%). Sedangkan di Desa bagian Selatan Batu
Merah dalam dan Tanjung Batu Merah (Desa Batu Merah bagian
Utara) mayoritas masyarakat beragaman beragama Kristen
Prostestan.
Tempat Lokalisasi Desa Batu Merah ditempati oleh
Pekerja Seks Komersial (PSK) yang tercatat sampai tahun 2015
sebanyak 187-200 orang. Disekitar daerah lokalisasi tersebut,
ada beberapa rumah warga yang tinggal dekat dengan tempat
prostitusi. Para PSK tinggal di 46 kos dan terbagi dalam 3
kompleks besar yang masih ada dalam lokasi yang sama. Dalam
satu kos terdapat 5-10 kamar yang digunakan sebagai tempat
2
tinggal sekaligus tempat melayani pelanggan. Sebelum
melakukan pelayanan, terjadi transaksi antara pelanggan dan
para PSK yang berlangsung di lorong–lorong tempat tinggal para
PSK. Kegiatan ini dimulai di malam hari sekitar pukul 19.00 WIB.
Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara di siang hari agar
tidak mengganggu aktivitas para PSK.
4.2. Karakteristik Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah PSK
yang sedang aktif bekerja dan tinggal di Lokalisasi Tanjung Desa
Batu Merah Kota Ambon.Dari Tiga partisipan yang diteliti oleh
peneliti, dua Partisipan yaitu Partisipan 1 (P1) Ny. E berusia 38
tahun dan Partisipan 2 (P2) Nn. I berusia 28 tahun berasal dari
daerah yang sama yaitu jawa. Kedua partisipan ini
menghabiskan tingkat pendidikannya pada bangku Sekolah
Dasar (SD). Status perkawinan kedua partisipan berbeda
Partisipan 1 (P1) bercerai dan Partisipan 2 (P2) belum menikah.
Lama bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) pada
Partisipan 1 (P1) 10 Tahun dan Partisipan 2 (P2) 8 Tahun.
Sedangkan untuk Partisipan 3 (P3) Sdr. O berusia 26 tahun
mengahabiskan masa pendidikan pada Sekolah Menengah Atas
(SMA) belum menikah dan bekerja sebagai Pekerja Seks
Komersial (PSK) selama 5 tahun.
3
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Riset Partisipan 1 Ny. E (P1)
Gambar 1.1 Partisipan 1
Ny. E terlahir sebagai anak kedua dari dua orang
bersaudara.Ny. E menikah di usia 18 tahun, dengan alasan telah
mengandung 4 bulan. Hal ini yang mendorong Ny. E untuk
mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Setelah
menikah, Ny. E dibawa ke Sorong menikah, tempat suaminya
bekerja. Pekerjaan Ny E. setelah menikah adalah mengurus
anak dan suaminya. Beberapa waktu berselang, rumah tangga
Ny. E mengalami masalah ekonomi, sehingga suami Ny. E
memaksanya untuk mencari pekerjaan dengan tujuan membantu
keuangan keluarga mereka. Namun keinginan suaminya ini tidak
segera dilaksanakan oleh Ny. E. Hal ini dinilai sebagai
ketidakpatuhan oleh suami Ny E yang kemudian menimbulkan
4
konflik didalam rumah tangga mereka. Ny E selalu dimarahi oleh
suaminya karena permasalahan ini.
Ny. E menuturkan kepada peneliti bahwa, alasannya
belum mencari pekerjaan karena anak–anak masih
membutuhkan pendampingan Ny E, sedangkan mereka tidak
mampu untuk menggaji seorang pegasuh anak. Oleh karena itu,
Ny. E lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mengurus anak.
Suami Ny. E tidak setuju dengan alasan yang disampaikan. Bagi
suami Ny. E, itu hanya alasan Ny. E untuk tidak bekerja. Masalah
ini menjadi alasan bagi suaminya untuk mencari wanita lain.
Setelah kejadian itu, suami Ny. E jarang pulang ke
rumah.Ny. E tidak lagi mendapatkan nafkah seperti bulan-bulan
sebelumnya. Dengan rasa cemas Ny.E secara diam-diam
mencari tahu alasan mengapa suaminya jarang pulang ke
rumah. Dari informasi yang didapatkan dari teman-teman kerja
suaminya bahwa, suami Ny. E sering dijumpai bersama dengan
wanita lain. Sejak saat itu, Ny. E hanya memendam rasa
kecurigaan terhadap perilaku suaminya. Hal ini berlangsung
setiap hari saat suaminya pulang ke rumah. Namun, pada suatu
saat Ny. E tidak lagi mampu menahan rasa kesal dan sakit hari
dengan sikap suaminya yang jarang pulang ke rumah dan tidak
memperhatikan keluarganya. Dengan tidak sabar Ny. E
mengatakan kepada suaminya “Saya tahu sekarang kamu punya
5
wanita lain dan tidak seperti biasanya kamu jarang pulang rumah”.
Suami Ny. E tidak hanya diam dan mendengarkan apa yang
dikatakann Ny. E melainkan suaminya membalas dengan
mengatakan bahwa bukan hanya berselingkuh saja tetapi
sayasudah menikahi wanita lain dan sekarang saya ingin untuk
kita bercerai saja. Lagi pula apa yang bisa kamu lakukan untuk
menghidupi kedua anakmu.
Mendengarkan apa yang dikatakan suaminya Ny. E
sangat sedih dan tidak percaya dengan kenyataan ini. Tetapi Ny.
E berusaha menegaskan kembali pernyataan suaminya. Hal ini
dibalas dengan permintaan cerai dari Suami Ny. E dan
menyerahkan hak pengasuh anak-anak kepada Ny. E Hal ini
membuat Ny. E terpukul dan mengalami kekecewaan yang
mendalam. Sejak kejadian itu, suami Ny E. tidak pernah pulang
ke rumah.
Ny. E memilih untuk kembali ke kampung halaman
orangtuanya bersama kedua anak. Kehidupan sehari-hari dari
Ny. E di kampung hanya membantu kedua orangtuanya
mengurus sawah setiap harinya.Setiap kali bekerja, Ny E. selalu
mendapat cibiran dan tekanan dari para tetangga, karena
menganggap orang yang merantau seharusnya telah menjadi
sukses dan memperoleh harta yang berlimpah. Awalnya, sindiran
ini tidak dipedulikan oleh Ny. E, namun diam-diam timbul rasa
6
malu dan bersalah kepada kedua orangtuanya karena Ny. E
merasa belum mampu membahagiakan kedua orangtua.
Ocehan para tetangga menjadi motivasi bagi Ny. E untuk
mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan uang demi
memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan dirinya, anak-anak
maupun kedua orangtuanya. Suatu ketika, Ny. E mendapatkan
tawaran dari temannya untuk bekerja di Ambon sebagai pelayan
kafe. Temannya ini menjelaskan bahwa dengan pekerjaan
seperti itu, Ny. E akan mendapatkan banyak uang dengan
mudah. Teman Ny. E ini mengatakan hal tersebut untuk
mengajak Ny. E sekaligus membantu mencari pekerjaan yang
menurutnya mudah untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Tidak ada alasan lain untuk menolak tawaran ini karena Ny. E
sangat membutuhkan pekerjaan dan uang demi memenuhi
segala kebutuhan kehidupannya. Dengan bermodalkan
kepercayaan kepada temannya, yang dibuktikan dengan gaya
hidup yang mewah yang ditunjukan temannya ini, maka Ny. E
lalu mengambil tawaran pekerjaan sebagai pelayan kafe.
Kenyataan tak seindah mimpi, pekerjaan yang akan
dijalaninya ini bukan hanya sebagai pelayan kafe saja namun
akan melayani setiap pelanggan laki-laki yang datang jika ingin
melakukan hubungan seksual. Pertama kali bekerja Ny. E
bingung dan terkejut saat melihat temannya melayani pelanggan
7
dan langsung masuk ke kamar untuk melakukan hubungan
seksual layaknya profesi pekerja seks komersial (PSK). Awalnya
Ny. E ragu untuk melakukan hal yang sama. Namun, besarnya
pendapatan setelah melakukan pekerjaan ini, maka Ny E
terbiasa untuk melakukan profesi barunya sebagai PSK.
Pengetahuan Ny. E tentang HIV/AIDS terkait definisi,
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara
pencegahan masih kurang. Hal ini didukung dengan hasil
wawancara dengan partispan Ny.E, bahwa:
”HIV/AIDS itu penyakit menular mba diakibatkan dari virus
HIV yang lama-kelamaan bisa menjadi AIDS. Penyebabnya
karena tidak menggunakan kondom saat berhubungan,
menularnya itu melalui darah, sperma, cairan vagina, air
susu dan penggunaan jarum suntik yang dipakai berganti-
ganti. Pencegahannya jangan sampai terkenal darah dan
sperma dari pelanggannya “P1W1 31”.
4.3.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS
a. Faktor Biologis
Menurut Ny. E kebutuhan seks harus
dipenuhinya setiap hari. Kebutuhan seks dipenuhinya
dengan melayani para pelanggan yang datang setiap
8
malam. Biasanya dalam semalam Ny. E melayani
pelanggan 2-3 orang. Kegiatan ini dianggap sebagai
rutinitas yang dapat menghasilkan uang demi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipertegas
dengan pernyataan Ny.E, sebagai berikut:
“Kalau menurut saya kebutuhan seks itu sangat
penting dan harus dipenuhi setiap hari “P1W2 55”.
“Sekarang pelanggannya sudah berkurangpaling
tinggi 2-3 orang dalam semalam yang datang”P1W2
34”.
b. Faktor Psikologis
Rasa kekecewaan yang mendalam terhadap
sikap suaminya membuat Ny. E mengambil
keputusan untuk pulang kepada kedua orang tuanya
dengan membawah kedua anaknya. Dengan rasa
sakit hati Ny. E juga berjanji untuk berusaha
menghidupi kedua anaknya dan membuktikan
kepada suaminya bahwa Ny. E mampu
menghidupkan kedua anaknya tanpa mengemis
sepeser uang pun dari suaminya. Hal ini yang
melatarbelakangi sehingga Ny. E menerima
pekerjaan dari temannya menjadi seorang Pekerja
9
Seks Komersial (PSK). Hal ini dipertegas dengan
pernyataan Ny.E, bahwa:
“Sejujurnya saya kecewa dan sakit hati karena suami
saya berbuat seperti itu. Saya sangat marah karena
dia tahu benar akan kondisi yang menghambat
sampai saya tidak bisa bekerja “P1W1 24”.
“Aduh mba, gimana ya semua perempuan pasti akan
merasakan hal yg sama seperti apa yang saya
rasakan. Suami saya menikah sebelum kami
berpisah. Hal itu yang membuat saya tidak menerima
bahkan sepertinya dia tidak menghargai saya.
Karena dipikirnya selama ini saya hanya
mengharapkannya untuk mencari uang “P1W1 25”.
“Semua urusan terkait anak suami saya sudah lepas
tangan dan saya sendiri yang harus mengurusnya
“P1W1 27”.
c. Faktor Ekonomi
Status ekonomi rendah dapat mempengaruhi
seseorang berperilaku. Hal ini terjadi pada Ny. E,
untuk bertahan hidup demi mendapatkan apa yang
dinginkan dan dibutuhkan Ny. E
10
harusmempertahankan profesinya sebagai Pekerja
Seks Komersial (PSK) dengan berperilaku beresiko.
Melakukan hubungan seks dengan para pelanggan
sudah menjadi kebiasaan dari Ny. E untuk
menghasilkan uang. Hal ini dipertegas dengan
pernyataan Ny.E, bahwa:
“Kalau pelanggannya baik saya dapat banyak
mba.Biasanya 500-700 ribu satu malam “P1W2 70”.
“Bagi saya pekerjaan ini lebih mudah untuk
mendapatkan uang “P1W2 69”.
“Kalau tidak ada pelanggan saya merasa sedikit sulit
mba, kan saya juga membutuhkan uang untuk dikirim
buat anak sekolah “P1W2 6”.
d. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan tempat tinggal Ny. E memberikan
penilaian negatif terhadap keputusan yang diambil
oleh Ny. E untuk kembali kepada kedua orang tuanya
dan membantu mengelolah sawah. Keadaan
lingkungan tempat tinggal seseorang menjadi sangat
penting terkait nyaman atau tidaknya seseorang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
pada Ny.E, masyarakat disekitar tempat tinggal Ny. E
11
menganggap bahwa seharusnya Ny. E itu pulang ke
kampung membawah harta yang melimpah karena
sudah lama pergi dan merantau bukan kembali
kepada orang tuanya dan menyusahkan mereka.
Kondisi ini berpengaruh terhadap keputusan yang
diambil oleh Ny. E untuk berusaha mencari pekerjaan
lain dan mampu menunjukan kepada lingkungan
tempat tinggalnya bahwa Ny. E mampu memberikan
yang terbaik kepada kedua orang tuanya. Hal ini
dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:
“Lingkungan saya itu orangnya suka memperhatikan
orang lain. Kalau ada apa-apa yang aneh pasti
diceritakan ke tetangga. Waktu saya diketahui cerai
sama suami dan pulang ke kampung para tetangga
suka sibuk sendiri tanya-tanya kenapa harus pulang
ke kampung. Lebih sakitnya lagi mereka bilang ke
saya kok balik kampung dan kerjanya garap
sawahP1W2 62”.
“Saya sangat marah mba saat di kata-katain oleh
mereka tapi saya diamkan saja “P1W2 63”.
4.3.1.2. Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS
a. Perilaku Seksual Berganti-Ganti Pasangan
12
Hasil wawancara dengan Ny. E bahwa, dalam
sehari Ny. E mendapatkan 2-3 pelanggan bahkan
itupun ada yang lebih. Banyaknya pelanggan yang
datang sama sekali Ny. E tidak mengetahui kondisi
kesehatan dari pelanggannya seperti riwayat
penyakit menular yang pernah dialami. Kegiatan
berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan
seksualterus dilakukan setiap hari. Hal ini dipertegas
dengan pernyataan Ny.E, bahwa:
“Dulu di sini rame sekali mba bisa sampe 10 orang
lebih dalam semalam, ya kalau sekarang
pelanggannya sudah berkurang mba paling tinggi 2-3
orang yang datang dalam semalam“P1W1 15”.
b. Perilaku seksual melalui vaginal, anus dan seks oral
Dalam melakukan hubungan seksual dengan
para pelanggan kebiasan yang dilakukan oleh Ny. E
yaitu melakukan hubungan seksual melalui lubang
anus dan vagina. Kebiasaan ini tidak menentu
berapa lama berhubungan dan berapa kali dalam
semalam melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat
dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:
13
“Biasanya kamiduduk berdekatan dulu,
ciuman,pegang-pegangan setelah itu masuk kamar
dan kami melakukan hubungan seksual selayaknya
suami dan istri “P1W1 46”.
“Gaya yang dipakai teragantung pelanggan yang
meminta. Sering diminta lewat lubang anus dan
vagina “P1W1 47”.
4.4.1. Riset Partisipan 2 Nn.I (P2)
Gambar 1.2 Partisipan 2
Nn.I berusia 28 tahun adalah anak kedua yang lahir dan
dibesarkan dari latar belakang keluarga yang status ekonominya
rendah. Nn. I lahir dan dibesarkan oleh saudara perempuan dari
ibu kadung partisipan yang telah dianggap oleh Nn. I sebagai ibu
kandungnya. Sebelum Nn. I lahir, kedua orang tuanya telah
berpisah karena hubungan yang tidak direstui oleh keluarga. Nn.I
14
mengatakan kepada peneliti bahwa sepertinya saya adalah
korban atas kesalahan dari kedua orangtua saya. Sampai-
sampai saya harus berhenti bersekolah dan membantu ibu untuk
mencari uang. Namun bagi Nn. I itutelah menjadi hal biasa untuk
dijalaninya.
Dengan latar belakang kehidupan yang status
ekonominya rendah menuntut Nn. I harus mencari pekerjaan
demi bertahan hidup. Saat diwawancara Nn. I mengatakan
bahwa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) bukanlah suatu
keinginan ataupun cita-cita yang diharapkannya. Baginya
terjerumus dalam dunia prostitusi bukanlah suatu kesalahan
terbesar yang harus dihadapi. Baginya ini adalah sebuah pilihan
untuk seseorang mendapatkan apa yang diinginkan. Semua
usaha yang telah dilakukan Nn. I untuk mendapatkan pekerjaan
yang baik tidak pernah berhasil. Sebelum mengenal akan dunia
prostitusi ini Nn. I sudah berusaha mencari pekerjaan lain seperti
mendaftarkan diri di beberapa perusahan dan kantor namun
yang didapatkannya ialah kegagalan. Ketika kegagalan itu terus
dirasakannya, Nn. I mulai berkecil hati dan merasa bahwa
memang tidak selayaknya ia mendapatkan pekerjaan seperti
yang telah ia inginkan. Karena pekerjaan tersebut membutuhkan
status pendidikan yang lebih tinggi sedangkan status pendidikan
yang dimiliki oleh Nn. I tidaklah sama.
15
Nn.I ditinggalkan oleh ibu kandungnya saat berusia 5
bulan kejadian ini diceritakan oleh ibu angkatnya. Semenjak saat
itu Nn.I diurus dan dibesarkan oleh ibu angkatnya. Kehidupan ibu
angkat dari Nn. I sangat sederhana. Untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari saja sangat sulit. Ibu angkatnya harus menjual jasa
untuk mendapatkan uang membeli bahan-bahan makanan
maupun kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang membuat Nn. I tidak
dapat menyelesaikan sekolahnya, ia hanya bersekolah sampai
pada usia 9 tahun. Setelah berhenti dari sekolah Nn.I hanya
membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah.
Waktu terus berjalan tanpa disadari Nn.I tumbuh menjadi
seorang anak yang dewasa. Tanpa di sengaja sang ibu
mengatakan kepada Nn. I bahwa saat ini kehidupan dan
kebutuhanmu tidak lagi sepenuhnya bergantung dari ibu. Sudah
cukup ibu membesarkanmu dan saat ini ibu merasa bahwa
tanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkanmu telah
selesai. Sekarang saatnya kamu harus bisa hidup mandiri
mencari pekerjaan yang layak dan sepantasnya dapat menolong
masa depan kamu. Dengan kata-kata seperti itu yang keluar dari
mulut sang ibu membuat Nn. I sadar dan harus mampu hidup
mandiri memenuhi segala kebutuhannya. Dengan niat yang baik
Nn.I berkeinginan mencari pekerjaan namun usahanya selalu
gagal.Semangatnya mulai hilang segala usaha yang
16
dilakukannya dianggap sia-sia. Kegagalan yang dialami Nn. I
membuatnya berpikir dengan mencari cara lain yang menurutnya
mudah untuk mendapatkan uang. Akhirnya Nn. I mulai mencari-
cari informasi tentang dunia pelacuran dari beberapa temannya
yang sudah berpengalaman.
Setelah semua informasi didapatkannya, Nn. I kemudian
diajak oleh temannya ke salah satu tempat yang sering
dikunjungi oleh para lelaki yang sering mencari perempuanuntuk
melakukan hubungan seksual. Awalnya Nn. I hanya ingin
mencoba-coba, setiap kali Nn. I mendapatkan pelanggan ia
selalu mendapatkan uang, hal ini membuat Nn. I merasa
keenakan karena baginya sudah sangat mudah untuk
mendapatkan uang.Menurutnya berprofesi sebagai Pekerja Seks
Komersial (PSK) sangatlah mudah, hanya membutuhkan
kecantikan dan keberanian untuk membawa diri dalam pekerjaan
yang dijalani.
Nn.I sudah menjalani profesi ini selama 7 tahun di Kota
Surabaya dan mendapatkan sebuah tawaran dari salah satu
pelanggannya untuk melanjutkan pekerjaannya di Ambon.Nn. I
menyetujui akan kemauan dari pelanggannya dengan tujuan Nn.
I bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi.Sampai saat ini
hubungan Nn. I dengan pelanggannya masih terjalin baik dan
17
sudah setahun Nn. I beradadi Ambon bekerja sebagai Pekerja
Seks Komersial (PSK).
Pengetahuan Nn. I tentang HIV/AIDS terkait definisi,
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara
pencegahan masih kurang. Saat ditanya Nn. I hanya menjawab
proses penularan HIV/AIDS saja. Hal ini didukung dengan hasil
wawancara dengan Nn. I, bahwa:
“Yang saya tahu HIV/AIDS itu menular dan menularnya
melalui darah dan sperma “P2W1 33”.
4.4.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS
a. Faktor Biologis
Kebutuhan seks telah menjadi faktor utama
untuk mencapai suatu tujuan terkait dengan hasil
yang ditemukan dari Nn.I yang mengatakan bahwa,
kebutuhan seks merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi setiap hari. Melakukan hubungan seks
dapat menghasilkan uang dari hasil melayani para
pelanggan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
dengan Nn. I, bahwa:
“Kalau saya seks merupakan kebutuhan yang sangat
penting dan harus dipenuhi setiap hari “P2W2 57”.
“Sudah kebiasaan melayani pelanggan dengan
18
melakukan hubungan seks untuk mendpatkan uang
“P2W2 58”.
“Rasanya tidak enak kalau pelanggan tidak ada. Saya
butuhkan uang setiap hari untuk makan.Kalau ngga
ada pelanggan ya susah “P2W2 60”.
b. Faktor Psikologis
Setiap orang mempunyai latar belakang masalah
yang berbeda-beda seperti halnya dengan Nn. I
dengan keterbatasan pendidikan yang dimilikinya
membuat Nn. I merasa bahwa kegagalan yang di
alaminya disebabkan karena pendidikannya yang
rendah. Hal ini dianggap oleh Nn. I sebagai
kesalahan dari kedua orang tuanya yang
menterlantarkannya. Sehingga Nn. I harus
merasakan pahitnya hidup dengan bekerja sebagai
Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini membuat Nn.
I sangat kecewa dan sedih. Ditambah lagi dengan
sang ibu yang mengharuskannya untuk hidup mandiri
hal ini yang membuatnya harus tetap
mempertahankan pekerjaannya sebagai Pekerja
Seks Komersial(PSK). Dapat didukung dengan hasil
wawancara dengan Nn. I, bahwa:
19
“Memilih bekerja seperti ini karena saya tidak diterima
bekerja “P2W2 17”.
“Hampir 7 bulan lebih saya berusaha mencari
pekerjaan tapi sama saja yang saya usahakan selalu
gagal “P2W2 18”.
“Yang saya rasakan sakit hati, putus asa bahkan
sedih. Saya sempat merasa kecewa, apa mungkin
saya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang
baik sehingga pekerjaan pun sulit saya dapatkan
“P2W2 19”.“Karena selalu gagal saya teraksa menjual
diri “P2W2 21”.
c. Faktor Ekonomi
Terlihat jelas Nn. I mengatakan bahwa, alasan
Nn. I bekerja sebagai PSK hanya karena untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I,
bahwa:
“Pertama saya kesulitan mendapatkan uang dan
berusaha mencari pekerjaan yang baik tapi yang saya
dapatkan adalah kegagalan “P2W1 27”.
“Ibu angkat saya merasa tanggung jawabnya dia ke
saya sudah selesai. Sehingga ibu mengatakan pada
saya bahwa saatnya kamu harus hidup mandiri dan
20
berusaha mencari pekerjaan yang dapat menolong
masa depanmu. Saat saya mendengarkan hal itu
saya kemudian berusaha mencari uang dengan
sendirinya “P2W1 29”.
d. Faktor Lingkungan Sosial
Melihat faktor lingkungan sosial sebagai
pengaruh terhadap perilaku maupun sikap dari Nn.I,
yang dimana Nn.I tinggal dan hidup dalam
lingkungan yang berbeda yaitu di daerah perkotaan.
Perilaku seseorang dapat saja berubah dengan cepat
jika lingkungan tersebut memberikan dampak yang
mendukungnya berperilaku. Dimana Nn. I mulai
terpengaruh dengan informasi yang didapatkannya
mengenai pelacuran dan mulai mencoba
memberanikan dirinya masuk dalam kegiatan
prostitusi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
dengan Nn. I, bahwa:
“Dapat informasi dari teman saya. Lalu saya diajak ke
satu tempatdimana tempat itu sering dikunjungi om-
om nakal yang seringnya berhubungan seksual
dengan kami“P2W1 22”.
21
4.4.1.2. Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS
a. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Nn. I
bahwa, dalam semalam Nn.I dapat melayani
pelanggan 5 orang bahkan lebih. Kegiatan akan
melakukan hubungan seksual tidak menentu kapan
waktunya dan berapa lama melakukan hubungan
seksual. Setiap harinya kegiatan seperti ini terus
dilakukan. Nn. I sama sekali tidak menyadari akan
bahaya dan resiko dari perilaku yang dilakukan. Hal
ini dipertegas dengan pernyataan Nn. I, bahwa:
“5 orang tapi terkadang lebih “P2W1 36”. “Paling
tinggi satu jam tergantung juga kalau pelanggannya
minta pake berhari-hari ya saya terima aja mba
“P2W1 49”.
b. Perilaku seksual melalui vaginal, anus dan seks oral
Perilaku Nn. I terkait dengan perilaku beresiko,
dalam melakukan hubungan seksual dengan cara
yang seringnya dilakukan yaitu melakukan hubungan
seks anal, oral maupun melalui vaginal. Nn. I tidak
hanya langsung berhubungan seksual namun
melakukan beberapa cara untuk memancing
22
pelanggannya seperti berciuman dan pegang-
pegangan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
dengan Nn. I, bahwa:
“Seperti biasanya pasangan suami istri melakukan
hubungan seks. Seringnya sebelum mulai kami
ciuman dulu, pegang-pegangan setelah itu barulah
kami melakukan hubungan seksual. “P2W1 47”.
“Paling sering lewat lubang anus dan vagina
terkadang ada pelanggan yang maunya seks oral
itupun jarang saya dapatkan “P2W1 48”.
4.5.1 Riset Partisipan 3 Nn.O (P3)
23
Gambar 1.3 Partisipan 3
Nn. O berusia 26 tahun, anak kedua dari tiga orang
bersaudara dan berasal dari daerah sulawesi. Nn. O terjerumus
dan masuk dalam dunia prostitusi semenjak berada pada bangku
SMA.Hal ini disebabkan karena kedua orang tua dari Nn. O ingin
bercerai, namun Nn. O ini belum siap untuk menerima keputusan
dari kedua orang tuanya.Masalah perceraian kedua orang tua
dari Nn. O secara langsung dibicarakan kepada anak-
anaknya.Dari kejadian tersebut membuat Nn. O sangat tertekan,
sehingga Nn. O ini mulai bersikap tidak wajar dengan
melampiaskan segala kemarahannya ke beberapa hal seperti,
mabuk-mabukan dan pergaulan bebas. Ayah dan ibu dari Nn. O
tidak peduli akan nasib anaknya seperti apa, dilihat dari cara Nn.
O berperilaku yang seringnya sesuka hati pulang ke rumah.
Nn. O sudah tidak lagi menghargai kedua orang tuanya
akibat rasa kecewa yang dirasakannya sehingga dibuatnya hal
seperti itu. Nn. O mengambil satu keputusan untuk tidak tinggal
di rumah, keputusan ini disetujui saja oleh kedua orang
tuanya.Nn. O lebih memilih tinggal bersama teman-temannya di
kos-kosan dengan alasan agar Nn. O bisa terhibur dan tidak
membuatnya begitu tertekan. Soal keuangan masih diperhatikan
oleh kedua orang tuanya sebelum bercerai, setelah bercerai Nn.
24
O tidak lagi mendapatkan uang dari kedua orang tuanya.
Kehidupan keluarga dari Nn. O mulai hancur, sehingga masing-
masing dari mereka mengatur akan kehidupannya sendiri.
Dua saudara dari Nn. O ini memilih untuk tidak mengikuti
kedua orang tuanya.Semenjak kejadian itu Nn. O mulai
membiasakan hidup mandiri dengan mencari uang sendiri untuk
memenuhi segala kebutuhannya.Kaka pertama dari Nn. O ini
sudah menikah dan tinggal bersama istri dan anaknya,
sedangkan adiknya yang bungsu masih berada pada bangku
kuliah.Nn. O sangat menyayangi adik bungsunya sehingga uang
yang didapatkan dari hasil kerjanya sering disisipkan untuk biaya
perkuliahan adiknya. Harapanya, adiknya dapat memiliki masa
depan yang lebih baik darinya. Namun, semua harapannya tidak
sesuai dengan kenyataan yang diterima. Karena adiknya telah
mengandung sehingga menghambat proses perkuliahannya. Hal
ini juga membuat Nn. O merasa kecewa karena adiknya telah
berbuat hal seperti itu.
Saat kejadian itu terjadi Nn. O sudah tidak lagi peduli
akan kehidupan adiknya, karena baginya selama ini Nn. O sudah
mencoba membantu memberikan yang terbaik.Semenjak
kejadian itu Nn. O mulai hidup sendiri, komunikasi dengan
adiknya semakin berkurang. Nn. O semakin merasa tertekan
dengan segala masalah dan keadaan yang dialaminya, sehingga
25
membuat Nn. O berpikir bahwa tidak ada jalan keluar lain selain
mempertahankan pekerjaannya menjadi seorang Pekerja Seks
Komersial (PSK) demi untuk mendapatkan uang memenuhi
segala kebutuhannya. Awalnya kejadian ini sampai Nn. O
menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) dikarenakan Nn. O
merasa tertekan dengan perceraian dari kedua orang tuanya,
dan menurutnya menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah
pelampiasannya, namun seiring berjalannya waktu kondisi Nn. O
mulai berubah, Nn. O harus mampu mencari uang demi
melangsungkan hidupnya sendiri. Baginya menjadi seorang
pelacur bukanlah satu kemauan melainkan pelampiasan akibat
stress dan emosi yang tidak dapat dikontrol.Kegiatannya sebagai
Pekerja Seks Komersial (PSK) mulai tidak terkontrol, dimana Nn.
O mulai melayani banyak pelanggan yang datang, berbeda
dengan sebelumnya saat Nn. O masih bersekolah, pelanggan
yang datang tidak sebanyak seperti sekarang, baginya dulu
menjadi PSK hanya untuk menghilangkan stress saja, sampai
saat ini dalam semalam Nn. O mampu mengumpulkan uang 700
ribu sampai 1 juta rupiah setiap malamnya.
Kegiatan menjual diri dilakukannya dimana saja,
seringnya Nn. O mendapatkan tawaran dari orang-orang
terdekatnya yang sudah mengetahui akan pekerjaannya.
Sebagian dari mereka berprofesi sebagai pekerja kantoran
26
maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mereka memakainya jika
ada pekerjaan di luar kota. Nn. O sering diajak ikut di tempat
mereka bertugas.Sampai saat ini Nn. O masih melakukannya
setelah selesai dipakai Nn. O tetap balik lagi ke Ambon untuk
melanjutkan pekerjaanya sebagai Pekerja Seks Komersial.
Pengetahuan Nn. O tentang HIV/AIDS terkait definisi,
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara
pencegahan masih sangat kurang partisipan hanya menyebutkan
definisi dan ciri-ciri orang yang terkenal HIV/AIDS. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:
“HIV/AIDS itu penyakit menular mba. Tertularnya melalui
darah dan sperma. Pencegahannya yaitu, jauhi kontak
dengan darah dan sperma yamg sudah terinfeksi hiv/aids.
Biasanya mereka yang sudah kenal hiv/aids itu pada kurus
“P3W1 28”.
4.5.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko
HIV/AIDS
a. Faktor Biologis
Nn. O memiliki jawaban yang relatif sama
dengan partisipan satu dan dua yaitu Nn. O juga
mengutamakan kebutuhan seks setiap hari karena
menurutnya dengan melayani para pelanggan yang
datang dapat menghasilkan uang dan uang tersebut
27
dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O,
bahwa:
“Saya sangat mengutamakan kebutuhan seks dan
buat saya itu sangat penting dan harus dipenuhi
setiap hari“P3W2 53”.
“Kalau tidak ada pelanggan raasanya tidak enak mba
karena saya membutuhkan uang untuk makan dan
pakai “P3W3 55”.
b. Faktor Psikologis
Nn. O merasa tertekan dengan kehidupan
keluargannya dimana kedua orangtua dari Nn. O
telah bercerai semanjak Nn. O berada di bangku
SMA. Keputusan kedua orang tuanya belum diterima
oleh Nn. O secara langsung, sehingga Nn. O
berperilaku yang tidak sewajarnya dengan
melakukan pergaulan bebas seperti, mabuk-
mabukan dan bahkan menjual dirinya, sebagai akibat
dari pelampiasan atas masalah yang dihadapi oleh
Nn. O. Kedua orang tua Nn. O juga sama sekali tidak
mengambil peran untuk menjaga atau mendidik
anak-anaknya. Sehingga dengan kejadian tersebut
28
memberikan dampak bagi Nn. O dalam mengambil
keputusan maupun berperilaku sebagai Pekerja Seks
Komersial (PSK). Hal ini didukung dengan hasil
wawancara dengan Nn. O, bahwa:
“Iya, jadi kami semua dikumpulkan dan orang tua
saya langsung mengatakan bahwa papa dan mama
akan bercerai “P3W2 8”.
“Semenjak kejadian itu saya sangat marah dan
membenci kedua orang tua saya “P3W1 9”.
“Kami sering mabuk-mabukan dan sering mencoba
main sama om-om “P3W1 10”.
“Tidak pernah dicari, saya yang memutuskan untuk
keluar dari rumah dan mereka diam saja. Buktinya
mereka tidak pernah menyuruh atau memaksakn
saya pulang “P3W1 12”.
“Biar dapat hiburan, di rumah stress malah biking
emosi lihat mama dan papa “P3W1 13”.
c. Faktor Ekonomi
Terkait dengan permasalah yang dihadapi
oleh Nn. O setelah perceraian kedua orang tuanya
yang awalnya menjadi Pekerja Seks Komersial
adalah salah satu pelampiasan atas kemarahannya,
29
kini pekerjaan tersebut menjadi kebutuhan utama
untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini disebabkan karena kedua orang
tuanya tidak pernah memeberikan uang kepada Nn.
O setelah perceraian itu terjadi. Sehingga Nn. O
harus bisa hidup mandiri mencari uang demi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini didukung
dengan hasil wawancara dengan partispan Nn. O,
bahwa:
“Kalau butuh uang pulang minta sama ibu tapi saat
bercerai saya tidak lagi mendapatkan uang sepeser
pun dari mereka “P3W1 10”.
“Karena susah uang buat penuhi kebutuhan setiap
hari, makanya saya jual diri sama om-om “P3W1 21”.
d. Faktor Lingkungan Sosial
Nn. O mengenal pekerjaan sebagai PSK
sejak berada pada bangku SMA yang dilakukan
bersama dengan teman-temannya. Keadaan Nn. O
sedemikian terjadi karena kondisi keluarga Nn. O
sedang dalam masalah, sehingga berdampak pada
keputusan dan cara berperilaku dari Nn. O. Hal ini
30
didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O,
bahwa:
“Saya menjadi PSK bukan karena keinginan saya.
Sebenarnya kejadian ini terjadi karena kedua oarng
tua saya memutuskan untuk bercerai “P3W1 7”.
“Saya jarang pulang rumah, main di kos teman
berhari-hari “P3W1 10”.
“Diajak teman saya, kami sering sama-sama main
dengan om-om di hotel atau kos-kosan. Biasanya
teman saya yang menawarkan ke om-om kalau
mereka mau bisa dijemput dan kalau pulang bisa
diantar lagi ke kos“P3W1 14”.
4.5.1.2. Perilaku beresiko tertular HIV/AIDS
a. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan
Nn. O seringnya melakukan hubungan seksual
dengan banyak pelanggan. Dalam semalam Nn. O
dapat melakukan hubungan seksual dengan 3
pelanggan bahkan lebih. Nn. O tidak lagi memikiran
bahaya dan resiko yang akan terjadi kedepannya.
Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan
Nn. O, bahwa:
“Iasaya tahu resiko dari kebiasaan saya ini“P3W1 28”.
“Paling banyak 3 orang dalam semalam “P3W2 32”.
31
b. Perilaku seksual melalui Vagianal, Anus dan Seks
oral
Perilaku seksual yang sering dilakukan oleh Nn.
O, yaitu melakukan hubungan seks melalui melalui
anus, vaginal, maupun oral seks semua kegiatan
seksual ini dilakukan dan dipenuhi sesuai kemauan
pelanggan. Seperti halnya juga Nn. O tidak langsung
melakukan hubungan seksual saat mendapatkan
pelanggan melainkan memberikan rangsangan
berupa sentuhan ataupun ciuman. Hal ini didukung
dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:
“Biasanya kami basa-basi dulu, cerita sambil pegang-
pegangan, ciuman, setelah itu barulah kami
melakukan hubungan seksual. “P3W2 44”.
“Kalau melakukan hubungan seks seringnya melalu
lubang vagina, anus maupun oral seks “P3W2 45”.
4.6 Pembahasan
4.6.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS dan
Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS
Kajian terhadap ketiga partisipan PSK di
Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon,
32
dapatmenunjukan bahwa terdapat empat faktor
pendorong yang melatarbelakangi partisipan berperilaku
beresiko diantaranya faktor biologis, faktor psikologis,
faktor lingkungan sosial dan faktor ekonomi. Hal ini
sejalan dengan pernyataan dari Koentjoro (2004) yang
mengatakan bahwa, secara umum terdapat lima alasan
yang paling mempengaruhi dalam menuntun seorang
perempuan menjadi seorang Pekerja Seks
Komersial(PSK) diantaranya adalah kebutuhan hidup,
cara meniru, dukungan orangtua, lingkungan tempat
tinggal, dan faktor ekonomi. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap keputusan yang diambil oleh partisipanuntuk
menjalani profesinya sebagai Pekerja Seks Komersial
(PSK) guna mempertahankan hidup dan memenuhi
segala kebutuhan. Keputusan yang diambil dianggap
dapat menyelesaikan setiap masalah yang dialami oleh
partisipan sehingga sampai saat ini ketiga
partisipanmasih menjalani profesinya sebagai Pekerja
Seks Komersial.
Empat faktor pendorong yang menjadi alasan para
Pekerja Seks Komersial (PSK) berperilaku beresiko
diantaranya,
1. Faktor biologis
33
Keadaan biologis yang bersifat alami dan dimilki
setiap individu sejak dilahirkan sangat berkaitan erat
dengan proses kelangsungan hidup yang bersifat
biologis misalnya makan, minum, pakai dan
pemenuhan kebutuhan seksual.Hal ini sejalan dengan
teori dari Abu Ahmadi (1999) bahwa, berperilaku yang
menimbulkan resiko diakibatkan karena adanya
ketidakseimbangan dalam diri seseorang sehingga hal
ini menimbulkan kebutuhan untuk segera dipenuhi.
Kebutuhan dipandang sebagai kekurangan adanya
sesuatu sehingga menuntut setiap orang untuk
berperilaku agar terjadi keseimbangan.
Ketiga partisipan ini mengakui bahwa kebutuhan
seksual merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi setiap hari. Melakukan hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasang adalah kewajiban dari
ketiga partisipan demi memenuhi kebutuhan mereka.
Berdasarkan pada pemahaman ini pun, maka ketiga
partispan menjadikan hal ini sebagai salah satu
peluang untuk mendapatkan uang dengan menjual
jasa pelayanan seksual melalui profesi sebagai PSK.
2. Faktor Psikologis
34
Masalah yang dihadapi oleh ketiga partisipan ini
sangat mempengaruhi keadaan psikologi dari masing-
masing partisipan baik mekanisme koping maupun
keputusan yang diambil. Keadaan yang tidak stabil ini
memicu seseorang untuk berpikir dan mencari jalan
keluarguna menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Seperti halnya dengan kejadian-kejadian yang
dirasakan ketiga partisipan ini yaitu, kekecewaan
perceraian, status ekonomi keluarga yang kurang serta
pengalaman sebagai anak broken home. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Hawari (2001) bahwa
masalah yang terjadi dapat menimbulkan stres
terhadap psikologi seseorang (tekanan mental atau
beban hidup).
Keadaan sosio kultural dalam kaitannya dengan
faktor yang mempengaruhi stres timbul dari adanya
pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan
atau kondisi lain yang mempengaruhi seperti yang
dinyatakan Jajuli, (2010) bahwa dari sisi psikologis,
ada berbagai faktor yang merupakan penyebab
perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial
(PSK) diantaranya mempunyai kehidupan seksual
yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis,
35
kepribadian yang lemah misalnya cepat meniru terlihat
pada ketiga partisipan dengan mendapatkan pekerjaan
sebagai PSK ketiga partisipan ini meniru perilaku dari
temanya sebagai contoh untuk mendapatkan uang,
moralitas rendah dan kurang berkembang misalnya
kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan
salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya, dan memiliki
motif kemewahan yaitu menjadikan kemewahan
sebagai tujuan utamanya.
3. Faktor Ekonomi
Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan, menjadi alasan para
PSK untuk melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS.
Hal ini dijadikan alasan dari ketiga partisipan untuk
membenarkan pekerjaan mereka sebagai Pekerja
Seks Komersial (PSK) akibat situasi ekonomi yang
sulit. Hal ini dipengaruhi juga oleh pendidikan yang
rendah, sehingga partisipan sulit untuk mendapatkan
pekerjaan dengan imbalan yang diinginkan untuk
memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari –
hari. Selain itu, status ekonomi keluarga yang rendah,
sehingga partisipan tidak memiliki dukungan secara
36
finansial dari lingkungan terdekat. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa
(2014), bahwa sebagian besar alasan PSK masuk ke
dalam dunia prostitusidiakibatkan karena tekanan
ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana
keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk
menjalani prostitusi.
Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal
darikeluarga dengan sosial ekonomi rendah,
kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna
membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak
mempunyai sumber penghasilan lain dan tingkat
pendidikan rendah. Hal tersebut dialami oleh ketiga
partisipan sehingga untuk lepas dari pekerjaannya
sebagai PSK adalah hal yang tersulit.
4. Faktor Lingkungan Sosial.
Kondisi lingkungan sosial dapat menentukan
seseorang berperilaku, hal ini terjadi pada ketiga
partisipan dengan hasil wawancara yang peneliti temui
bahwa ketika partisipan ini kurang mendapatkan
perhatian atau dukungan dari orang-orang terdekatnya
seperti keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal
37
dari ketiga partisipan. Hal ini berpengaruh terhadap
proses penyelesaian masalah sehingga ketiga
partisipan tersebut mencari jalan keluar lain dengan
menerima tawaran untuk bekerja sebagai PSK yang
informasinya di dapatkan dari teman dekatnya. Hal ini
sejalan dengan pernyataan dari Dewa (2014) bahwa
lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya
berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai
kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya.
Semua Informasi yang didapat baik dari media masa,
lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun
orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama
sebagai satu contoh untuk diikuti.
4.6.2. Perilaku beresiko HIV/AIDS Para PSK Lokalisasi
Tanjung Desa Batu Merah KotaAmbon.
Kelompok seksual berperilaku beresiko tinggi
antara lain Commercial Sex Workers (CSWs) (Arifianti,
dkk, 2008). Perilaku seksual yang sering dilakukan relatif
sama dari ketiga partisipan ini yang melakukan hubungan
seks dengan berganti-ganti pasangan lebih dari 3-5 orang
dalam satu malam dengan batas waktu dan frekuensi
38
yang tidak menentu. Pengunaan kondom menjadi
persoalan yang penting bagi para PSK dalam
pencegahan virus HIV. Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa partisipan saat melayani pelanggan sering
menggunakan kodom tetapi salah satu dari partisipan ini
tidak tergantung pada pengunaan kodom melainkan
disesuaikan dengan situasi yang dialaminya seperti
keadaan mendesak saat membutuhkan uang partisipan
menerima pelanggan dengan melayani tanpa
menggunakan kondom. Saat sebelum ketiga partisipan ini
dipakai para pelanggan mereka telah menginformasikan
terlebih dahulu pengunaan kondom demi mencegah
terjadinya penularan virus HIV. Pengetahuan yang baik
dimiliki ketiga partisipan ini dalam upaya pencegahan
virus HIV baik untuk informasi yang disampaikan kepada
pelangan maupun pengetahuan bagi mereka sendiri.
Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat yang
dikemukan oleh Mathers and loncar : Laksana dkk, 2010),
bahwa seseorang dikatakan beresiko HIV jika orang
tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena
virus karena perilaku seksualnya. Adapun faktor lain
penularan HIV/AIDS yang terutama adalah adalah
perilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan lebih