BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN . Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan...
date post
15-Feb-2018Category
Documents
view
220download
6
Embed Size (px)
Transcript of BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN . Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan...
111
BAB IV
METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA
A. Deteksi Gangguan Mental dan Upaya Pencegahannya: Telaah Psikologis Sehat lahiriah dan batiniah (jasmani dan rohani) merupakan cita-cita
setiap orang. Kriteria sehat tidak hanya dipandang dari satu segi saja,
melainkan berbagai segi yang ikut berperan dalam menentukan seseorang itu
dianggap sehat, terlebih sehat secara psikologis (mental). Dalam hal ini orang
bisa dikatakan sehat secara psikologis akan bersentuhan terhadap beberapa
aspek yang melingkupinya, sehingga bisa dikatakan sehat secara utuh. Aspek-
aspek tersebut adalah aspek psikologis, aspek sosial budaya, dan aspek agama,
yang masing-masing memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan konsepsi
tentang kesehatan mental (mental health).
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan
zaman pengertian atau pemahaman mengenai kesehatan juga mengalami
kemajuan. Pemahaman klasik menganggap bahwa kesehatan mental itu
bersifat terbatas dan sempit. Secara umum kesehatan mental hanya dipahami
terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dari
pemahaman ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental hanya
diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan atau menderita penyakit
jiwa saja. Padahal kesehatan mental sangat dibutuhkan bagi orang merindukan
ketenteraman dan kebahagiaan hidup. Adapun persoalan gangguan mental,
dalam hal ini tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan kesehatan mental.
Karena dari sini kita akan mengetahui tentang gangguan mental itu sendiri.
Kondisi mental yang sehat yaitu terkait dengan pertama, bagaimana kita
memikirkan, merasakan dan melakukan berbagai situasi kehidupan yang kita
hadapi sehari-hari. Kedua, bagaimana kita memandang diri sendiri, kehidupan
sendiri, dan orang lain dan ketiga bagaimana kita mengevaluasi berbagai
alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan
112
mental adalah penting bagi setiap fase kehidupan. Kesehatan mental terentang
dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang secara fluktuatif
akan mengalami rentangan tersebut. Tidak sedikit orang, pada waktu-waktu
tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang
kehidupannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan terhadap
kesehatan mental yaitu adanya gangguan-gangguan metal.
Terkait dengan pengertian kesehatan mental, Zakiyah Darajat (1975)
mengemukakan, bahwa kesehatan mental adalah Terwujudnya keharmonisan
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.1 Kesehatan
mental dapat juga diartikan sebagai Suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain. Fungsi-
fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan
hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain, sehingga
dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan
ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin
(konflik).2 Secara sederhana dapat dipahami kondisi mental yang tidak
terganggu alias-mental yang sehat (mental health) adalah:
1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis) dan
dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychosis), serta penyakit jiwa
campuran lain (psychopath).
2. Dapat menyesuaikan diri, yakni adanya kemampuan untuk menyesuaian
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan dengan lingkungan
dimana ia tinggal.
3. Dapat memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada
semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang
lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa, dan
1Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1990), hlm. 10-11 2 Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm.10-12.
113
4. Membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan
jiwa dalam hidup.3
Musthafa Fahmi berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh DR.
M. Sholihin, M.Ag, dijelaskan kesehatan mental adalah keadaan yang
mendorong seseorang dengan cara aktif, luas, lengkap dan tidak terbatas
untuk menyesuaikan diri dengan dirinya dan dengan lingkungan sosialnya.
Hal ini membawa pada kehidupan yang serasi, dan terhindar dari
goncangan, serta penuh vitalities (semangat hidup), dapat menerima
dirinya, dan dalam dirinya tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan
ketidakserasian sosial, juga tidak melakukan hal-hal yang tidak wajar.
Sebaliknya ia melakukan hal-hal yang wajar yang menunjukkan kestabilan
jiwa, emosi, dan pikiran dalam bersikap dan bertingkahlaku. 4
Dalam rentang sejarah peradaban manusia, para ahli telah berusaha
untuk mencari penyebab gangguan (kerusakan) psikologis (mental). secara
umum mereka memfokuskan pada empat faktor yaitu; faktor supernatural,
faktor biologis, proses psikologis dan keadaan sosial.
Dalam perspektif supernatural atau demonological, berpendapat bahwa
gangguan mental (jiwa) dan tingkah laku serta kepribadian yang abnormal,
mereka mendasarkan bahwa kondisi kejiwaan orang tersebut diakibatkan atau
terpengaruh oleh dari kekuatan ghaib yang berasal dari dewa, setan, guna-
guna, sihir dan ruh jahat, dimana peristiwa ini dianggap sebagai tanda-tanda
mistis. Hal ini didasarkan pada penelitian dan penemuan arkeolog, yang
menemukan sebuah tengkorak kepala manusia yang berlubang, diyakininya
bekas operasi pengeboran, yang disebut sebagai trephining atau operasi
trepanasi. Pengeboran ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai jalan keluar
ruh-ruh jahat yang diusirnya, yang tengah bersarang dalam diri manusia, cara
demikian ini dianggap sebagai metode penyembuhan. Teknik ini pada zaman
modern sekarang ini dikembangkan juga sebagai metode untuk penyembuhan
3 Syamsu Yusuf LN, Mental Hygiene; Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian
Psikologi dan Agama, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm. 19. 4 M. Solihin, Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf,
(Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 60.
114
terhadap orang yang terkena gangguan mental ataupun sakit jiwa, yang
disebut dengan teknik psikosurgis (psychosurgical).5 Disamping teknik ini
juga dilakukan teknik exorcism yaitu praktek pengusiran setan, membebaskan
manusia dari ruh-ruh jahat. Dan pada masayarakat tradisional sekarang ini pun
masih kerap dilakukannya, dan juga memiliki anggapan bahwa orangan yang
mengalami gangguan mental (sakit jiwa/ gila), mereka meyakininya, bahwa
orang tersebut terkena guna-guna, sihir atau kerasukan setan, jin dan ruh halus
yang jahat.
Pada masa sekarang gangguan mental digolongkan menjadi dua tipe,
yakni tipe gangguan mental yang jahat dan tipe gangguan mental yang baik
(memberi kebajikan), dan hanya para pendeta, rahib, biarawan, kiai dan orang
pintar (dukun/ pemimpin kepercayaan adat) saja yang hanya diperbolehkan
untuk mengobatinya, begitu juga pada masyarakat sekarang, apabila ada yang
sakit mental pengobatan pertama dipastikan lari pada orang pintar (kiai,
dukun, dan ahli supranatural). Untuk penanganan para penderita gangguan
mental tersebut, mereka dipasung, dirantai, dikucilkan (dibuang ke hutan),
memenjarakan, dibunuh dan dibakar hidup, yang pada intinya diperlakukan
sangat tidak manusiawi.6
Sementara itu menurut pandangan kedua mengatakan bahwa
kerusakan mental disebabkan oleh faktor-faktor biologis, bukan faktor
supernatural. Pandangan ini pertama kali digagas oleh seorang filosof Yunani,
yaitu Hippocrates dan Tabib Galen. Dia mengatakan bahwa kerusakan
psikologis dalam diri seseorang itu diakibatkan oleh ketidakseimbangan
ramuan empat cairan yang ada dalam tubuh, senada dengan ide tersebut orang
China juga menyatakan bahwa penyakit mental (jiwa) itu disebabkan oleh
adanya ketidakseimbangan unsur yin dan yang, yang ada dalam tubuh.
Pendekatan semacam inilah yang pada saat ini menghasilkan suatu teknik
pengobatan dengan pendekatan neurobiological, yakni suatu hasil anamnesis
yang menjelaskan bahwa penyakit mental itu berkaitan langsung dengan
5 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Pathologi Seks, (Bandung: Penerbit Alumni, 1985), hlm. 11.
6 Ibid.11-12.
115
gangguan yang terdapat pada anatomi dan cairan kimiawi yang terdapat dalam
otak dan juga oleh proses yang bersifat biologis yang lain, dan pendekatan
inilah yang berkembang pesat pada zaman modern saat ini.7 Dan para
penderita gangguan mental tersebut harus diperlakukan humanis dan diobatai
secara wajar layaknya seperti orang yang menderita penyakit fisik, serta
dihargai martabat kemanusiaannya.
Para ahli psikologi melihat penyebab terjadinya gangguan mental
sangat kompleks. Dari kacamata biologi secara organis (model organis) sebab
utama penyakit mental yang berakibat pada tingkah laku
Recommended