Makalah Neurosis D3.doc

55
MAKALAH CASE VIII BLOK NBS NEUROSIS TUTORIAL D-3 Tutor : dr. Ferdiana AnUmillah Arini Zidna 1110211066 Muhammad Noval 1110211160 Irnanita Pratiwi 1110211179 Asti Nurhidayati 1110211003 Rizky Amelia 1110211040 Tegar Aulia Fadlilah 1110211045 Arinda Faranita 1110211124  Nancy Sri Ulina Tarigan 1110211080 Indranu Nanggala Putra 1110211004  Nurul Arief Kurniawan 1110211158 Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Gangguan Kepribadian 1 | Page

Transcript of Makalah Neurosis D3.doc

Page 1: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 1/55

MAKALAH CASE VIII BLOK NBSNEUROSIS

TUTORIAL D-3

Tutor : dr. Ferdiana

An’Umillah Arini Zidna 1110211066

Muhammad Noval 1110211160

Irnanita Pratiwi 1110211179

Asti Nurhidayati 1110211003

Rizky Amelia 1110211040

Tegar Aulia Fadlilah 1110211045

Arinda Faranita 1110211124

 Nancy Sri Ulina Tarigan 1110211080

Indranu Nanggala Putra 1110211004

 Nurul Arief Kurniawan 1110211158

Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta

Tahun Ajaran 2012/2013

Gangguan Kepribadian1 | P a g e

Page 2: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 2/55

Definisi

Pengalaman dan perilaku subjektif yang berlangsung lama, menyimpang standar

budaya, universal yang kaku, memiliki onset pada masa remaja atau dewasa awal,

stabil sepanjang waktu dan menimbulkan ketidakbahagiaan serta hendaya

Etiologi

• Faktor genetik

• Faktor biologis

• Hormon

• Monoamin oksidase trombosit

• Neurotransmitter

• Psikoanalitik

KLASIFIKASI

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR),

gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok :

Kelompok A Kelompok B Kelompok C

Orang dengan kelainan

ini biasanya aneh &eksentrik.

 Terdiri dari:

Paranoid

Skizoid

Skizotipal

Orang dengan gangguan Ini

biasanya tampak dramatik,emosional, & tak menentu

 Terdiri dari:

Anti sosial

Ambang

Histrionik

Narsistik

Orang dengan gangguan ini

biasanya tampak cemas atauketakutan

 Terdiri dari:

Menghindar

Dependen

Obsesif-kompulsif 

Gg. Kepribadian YTD (yg

tdk ditentukan)

Gangguan Kepribadian Paranoid

Penderita ditandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yangberlangsung lama terhadap orang-orang pada umumnya

Sering bersikap bermusuhan, iritabel dan marah

2 | P a g e

Page 3: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 3/55

Orang yang fanatik, pasangan yang cemburu patologis dan orang aneh yang sukamenuntut sering memiliki gangguan kepribadian paranoid

Epidemiologi

Prevalensi gangguan kerpibadian paranoid adalah sekotar 0.5 sampai 2.5% persen

dari populasi umum

Lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan

 Tidak memiliki pola familial

Gambaran Klinis

Curiga tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain mengeksploitasi, mencederai ataumenipu mereka

Enggan mempercayai orang lain

Membaca arti mengancam dan merendahkan pada tanda yang samar

Menganggap karakter dan reputasinya diserang

Memiliki kecurigaan berulang tanpa pembenaran mengenai kesetiaan pasangan

Diagnosis Banding

Skizofrenia paranoid

Gangguan waham

Terapi

Farmakoterapi à untuk mengatasi agitasi dan ansietas

Diazepam

 Thioridazine

Haloperidol

Pimozide

Gangguan Kepribadian Skizoid

Gangguan kepribadian skizoid di diagnosis pada pasien yang menunjukkan polapenarikan diri dari kehidupan sosial mereka seumur hidup

Ketidaknyamanan dengan interaksi antar manusia, bersifat tertutup

Sering dilihat oleh orang lain sebagai orang yang eksentrik, terisolasi atau kesepian

Epidemiologi

3 | P a g e

Page 4: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 4/55

Prevalensi belum ditegakkan, namun sekitar 7.5% dari populasi umum

Rasio laki-laki : perempuan à 2 : 1

Banyak yang lebih menyukai bekerja pada malam hari

Gambaran Klinis

 Tidak ada hasrat atau menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian darikeluarga

 Tampak acuh terhadap pujian dan kritikan dari orang lain

Menunjukkan kedinginan emosi atau afek datar

Menunjukkan sifat menjauh dan mengasingkan diri dalam peristiwa sehari-hari dantidak peduli terhadap orang lain

 Tampak diam, menjauh, menyendiri dan tidak bersosialisasi

Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian skizotipal

Skizofrenia

Gangguan kepribadian paranoid

Gangguan Kepribadian Skizotipal

Penderita bersikap sangat aneh bahkan dengan orang yang belum ia kenal

Pikiran magis, emosi yang aneh, ide-ide referensi, ilusi dan derealisasi merupakanbagian dari dunia seorang skizotipal

Epidemiologi

Gangguan ini terdapat pada 3% populasi

Rasio jenis kelamin tidak diketahui

Diagnosis

Gangguan kepribadian skizotipal di diagnosis berdasarkan keanehan berpikir,

perilaku, dan penampilan seseorang

Anamnesis mungkin sulit dilakukan karena cara berkomunikasi pasien yang tidaklazim

Gambaran Klinis

Keyakinan aneh atau pikiran magis yang berpengaruh terhadap perilaku dan tidakkonsisten dengan norma subkultural

4 | P a g e

Page 5: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 5/55

Pengalaman persepsi yang tidak biasa

Pikiran dan pembicaraan yang aneh

Kecurigaan atau gagasan paranoid

Perilaku atau penampilan ganjil, eksentrik atau anehDiagnosis Banding

Gangguan kepribadian skizoid

Gangguan kepribadian menghindar

Skizofrenia

Gangguan Kepribadian Anti Sosial

Merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi norma sosial yang

asalnya mengatur banyak aspek perilaku remaja dan dewasa seseorang

Epidemiologi

Prevalensinya adalah 3% pada laki-laki dan 1% pada perempuan

Di dalam penjara angka prevalensinya dapat mencapai 75%

Gambaran Klinis

Pasien dapat tampak normal dan mempesona

Namun, riwayat mereka mengungkapkan banyak area fungsi kehidupan yangterganggu

Berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat

dan aktivitas ilegal merupakan pengalaman khas yang dilaporkan pasien pada

masa kanak-kanak

Pasien tidak menunjukkan ansietas atau depresi

Pasien tidak mengatakan hal dengan sebenarnya dan tidak dapat dipercaya untuk

melakukan setiap tugas

Berganti pasangan, penganiayaan pasangan dan menyetir sambil mabuk lazim didalam kehidupan mereka

 Temuan yang jelas adalah mereka tidak mempunyai rasa penyesalan terhadap

tindakan ini

Gangguan Kepribadian Ambang

5 | P a g e

Page 6: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 6/55

Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas antara neurosis

dengan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku, hubungan objek dan

citra diri yang sangar tidak stabil

Disebut juga Skizofrenia ambulatorik 

Epidemiologi

 Tidak ada study prevalesi definitif yang tersedia, namun dianggap ada pada 1-2%

populasi

Dua kali lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki

Gambaran Klinis

Penderita gangguan kepribadian ambang hampr selalu tampak berada di dal;am

keadaan krisis

Mood swing lazim ditemukan

Pola hubungana intrapersonal yang tidak stabil

Gangguan identitas, citra diri atau rasa diri yang menetap dan nyata tidak stabil

Perilaku, sikap atau ancaman bunuh diri berulang

Ketidakstabilan afektif akibat reaktivitas mood yang nyata

Perasaan kosong yang kronis

Gangguan Kepribadian Histrionik

Penderita mudah tercetus dan emosional serta memiliki perilaku penuh warna,

dramatik, dan terbuka

Epidemiologi

Prevalensi sebesar 2-3%

Lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki

Gambaran Klinis

Pasien menunjukkan perilaku pencari perhatian yang tinggi

Cenderung melebih-lebihkan pikiran dan perasaan mereka dan membuat sesuatuterdengar lebih penting dari sebenarnya

 Tidak nyaman di dalam situasi dimana ia bukanlah pusat perhatian

 Terus menerus menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian pada dirinya

6 | P a g e

Page 7: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 7/55

Gangguan Kepribadian Narsistik

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai dengan adanya rasa

pentingnya diri yang meningkat serta perasaan unik yang berlebihan

EpidemiologiPrevalensi berkisar dari 2-6% di dalam populasi

Klinis dan kurang dari 1% di dalam populasi umum

Gambaran Klinis

Memiliki rasa kebesaran akan pentingnya dirinya

Menganggap diri mereka spesial dan mengharapkan perlakuan khusus

 Tidak dapat menghadapi kritik

 Tidak dapat menunjukkan empati dan simpati

Menanamkan rasa berkuasa, kebesaran, kecantikan dan bakat yang tidak realistikpada anak-anaknya

Rentan mengalami depresi

 Yakin bahwa ia spesial dan harus dimengerti oleh orang yang juga spesial atau yangkedudukannya tinggi

Sering iri dengan orang lain atau yakin orang lain iri kepada dirinya

Menunjukkan sikap perilaku yang arogan dan tinggi hati

Gangguan Kepribadian Menghindar

Pasien menunjukkan sensitivitas yang ekstrim terhadap penolakan dan dapatmenyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial

Menunjukkan minat yang besar untuk berteman tetapi mereka membutuhkan jaminan untuk diterima tanpa celaan

Epidemiologi

Lazim ditemukan

Prevalensi antara 1-10% dalam populasi umum

 Tidak ada informasi mengenai rasio laki-laki : perempuan

 Tidak ada informasi mengenai pola familial

Gambaran Klinis

7 | P a g e

Page 8: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 8/55

Hipersensitivitas

Menghindari aktivitas pekerjaan yang melibatkan kontak intrapersonal

 Tidak ingin terlibat dengan orang, kecuali jika akan disukai

Memandang dirinya secara sosial tidak layak, sebagai individu yang tidak menarikatau inferior dibandingkan orang lain

F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA

• Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada

situasi lingkungan tertentu saja

• Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan juga beberapa unsure dari

anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan

F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA

F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)

F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh

F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif 

F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya

F41.8 Gangguan anxietas lainnya yang ditentukan (specified)

F41.9 Gangguan anxietas yang tidak tergolongkan (unspecified)

F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)

Pedoman diagnostik:• gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya

gangguan anxietas fobik 

• untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat

(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan

a) pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;

 b) tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya

(unpredictable situations)

c) dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara

serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga “anxietas

antisipatorik,” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang

mengkhawatirkan akan terjadi).

F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh

Pedoman diagnostik:

8 | P a g e

Page 9: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 9/55

•  penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir 

setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya

menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau

“mengambang”)

• gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit

konsentrasi, dsb.);

 b) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

c) overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,

sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.).

•  pada anak-anak sering terlibat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan

(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.

• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khusussnya

depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal

tersebut tidak memenuhi criteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik,

gangguan panic, atau gangguan obsesif-kompulsif 

F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif 

Pedoman diagnostic:

• Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak 

menunjukkkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak 

terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harusdipertimbangkan kategori anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.

• Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan

masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan

diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat

dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.

• Bila gejal-gejal tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus

digunakan kategori gangguan penyesuaian.

F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya

• Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun

hanya dalam jangka pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40-F49,

akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.

• Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam

kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam

kategori gangguan penyesuaian.

9 | P a g e

Page 10: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 10/55

F41.8 Gangguan Anxietas Lainnya YDT

F41.9 Gangguan Anxietas YTT

GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI)

PENDAHULUAN

Gangguan konversi juga disebut disosiatif karena dahulu di anggap terjadi hilangnya

asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi

motorik. Ciri utamanya adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Pada

 penderita didapatkan hilangnya fungsi seperti memori (amnesia psikogenik), berjalan-jalan

dalam keadaan trans ( fugue), fungsi motorik (paralisis dan  pseudoseizure), atau fungi sensorik 

(anesthesia sarung tangan dan kaus kaki,  glove and stocking anaesthesia). Istilah konversi

didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan menjadi gejala-gejala

dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) dan didapatkannya

keuntungan praktis seperti perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder).1,2

Gangguan konversi berkaitan dengan gangguan kecemasan. Dari beberapa literatur 

mengatakan bahwa gangguan konversi bisa merupakan bagian dari gangguan somatoform atau

 pada gangguan disosiatif, individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik yang terkadang

 berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan somatoform,

individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik, yang terkadang berlebihan, tetapi pada

dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan disosiatif, individu mengalami

gangguan kesadaran, ingatan, dan identitas. Munculnya kedua gangguan ini biasanya berkaitan

dengan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan, dan terkadang gangguan ini muncul

secara bersamaan.1,2

DEFENISI

Gangguan konversi (conversion disorders) menurut DSM-IV didefinisikan sebagai suatu

gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (sebagai contohnya

 paralisis, kebutaan, dan parastesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau

10 | P a g e

Page 11: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 11/55

medis yang diketahui. Disamping itu diagnosis mengharuskan bahwa faktor psikologis

 berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala. Adapun menurut PPDGJ III gangguan

konversi atau disosiatif adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal

antara: ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan segera (awareness of 

identity and immediate sensations), dan kendali terhadap gerakan tubuh. 1,3

Secara normal terdapat pengendalian secara sadar, sampai taraf tertentu, terhadap ingatan

dan penghayatan, yang dapat dipilih untuk digunakan segera, serta gerakan-gerakan yang harus

dilaksanakan. Pada gangguan konversi diperkirakan bahwa kemampuan mengendalikan secara

sadar dan selektif ini terganggu, sampai suatu taraf yang dapat bervariasi dari hari ke hari atau

 bahkan dari jam ke jam. Biasanya sangat sulit untuk menilai sejauh mana beberapa kehilangan

fungsi masih berada dalam pengendalian volunter.3

Dalam penegakan diagnosis gangguan konversi harus ada gangguan yang menyebabkan

kegagalan mengkordinasikan identitas, memori persepsi ataupun kesadaran, dan menyebabkan

gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang.3

EPIDEMIOLOGI

Gangguan konversi bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam masyarakat. Tetapi

 juga gangguan konversi ini tidak jarang ada dalam kasus-kasus psikiatri. Prevelensinya hanya 1

 berbanding 10.000 kasus dalam populasi. Dalam beberapa referensi bisa terlihat bahwa ada

 peningkatan yang tajam dalam kasus-kasus gangguan konversi yang dilaporkan, dan menambah

kesadaran para ahli dalam menegakkan diagnosis, menyediakan kriteria yang spesifik, dan

menghindari kesalahan diagnosis antara disosiatif identity disorder , schizophrenia atau gangguan

 personal. 1,2,4 

Orang-orang yang umumnya mengalami gangguan konversi ini sangat mudah dihipnotis

dan sangat sensitive terhadap sugesti dan lingkungan budayanya,namun tak cukup banyak 

referensi yang membetulkan pernyataan tersebut. 5,6

Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan konversi ini mengenai wanita 90%

atau lebih, Gangguan konversi bisa terkena oleh orang di belahan dunia manapun, walaupun

struktur dari gejalanya bervariasi.1

ETIOLOGI

11 | P a g e

Page 12: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 12/55

Gangguan konversi belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi

akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan

ini terjadi pertama pada saat anak- anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan,

dalam perjalanan penyakitnya gangguan konversi ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma

masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan

konversi.2,4,5 

Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :1,2,4,5,7 

• Kepribadian yang labil :

• Pelecehan seksual

• Pelecehan fisik 

• Kekerasan rumah tangga ( ayah dan ibu cerai )

• Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan

Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih

mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang

lain.

TANDA DAN GEJALA

Pada gangguan konversi, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif 

tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam.

Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan konversi meliputi : 8,9 

• Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang

• Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan,

• Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)

• Identitas yang buram

• Depersonalisasi

FAKTOR RESIKO

Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional

semasa kecil sangat berisko besar mengalami gangguan konversi. Anak-ana dan dewasa yang

12 | P a g e

Page 13: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 13/55

 juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic, semisalnya perang, bencana, penculikan,

dan prosedur medis yang infasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan konversi

ini.

DIAGNOSIS

Gangguan disosiatif (konversi) dibedakan atau diklasifikasikan atas beberapa

 pengolongan yaitu : 1,3 

F444.0 Amnesia Disosiatif 

F.44.1 Fugue Disosiatif 

F.44.2 Stupor Disosiatif 

F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan

F44.4-F44.7 Gangguan konversi dari gerakan dan Penginderaan

F44.4 Gangguan motorik Disosiatif 

F.44.5 Konvulsi Dsosiatif 

F.44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif 

F44.7 Gangguan konversi campuran

F44.8 Gangguan konversi lainnya

F44.9 Gangguan konversi YTT

Untuk diagnosis pasti maka hal-hal berikut ini harus ada :

1. Ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang tercantum pada

F44.

2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala tersebut.

3. Bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang jelas dengan

 problem dan peristiwa yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu

(meskipun disangkal pasien).

F44.0 Amnesia Disosiatif 

13 | P a g e

Page 14: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 14/55

Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenal kejadian penting yang baru

terjadi yang bukan disebabkan karena gangguan mental ogranik atau terlalu luas untuk 

dijelaskan.

Pada Amnesia disosiatif biasanya didapati gangguan ingatan yang spesifik saja dan tidak 

 bersifat umum. Informasi yang dilupakan biasanya tentang peristiwa yang menegangkan atau

traumatik, dalam kehidupan seseorang.

Bentuk umum dari amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas pribadi

seseorang, tetapi daya ingat informasi umum adalah utuh.

Diagnostik pasti memerlukan :

1. Amnesia, baik total maupun persial, mengenai kedian baru yang bersifat stress atau

traumatic.

2. Tidak ada gangguan otak egmency

F44.1 Fugue Disosiatif 

Memilih semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala perilaku melakukan perjalanan

meninggalkan rumah. Pada beberapa kasus, penderita mungkin menggunakan identitas baru.

Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi

dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif. Pasien dengan fugue

disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan situasi kerjanya dan tidak dapat

mengingat aspek penting identitas mereka sebelumnya (nama, keluarga, pekerjaan). Pasien

tersebut seringkali, tetapi tidak selalu mengambil identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru,

walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang terlihat

 pada gangguan identitas disosiatif.

Untuk diagnosis pasti harus ada :

1. Ciri-ciri amnesia disosiatif 

2. Dengan sengaja melakukan perjalanan tertentu melampaui jerak yang biasa

dilakukannya sehari-hari.

3. Tetap memepertahankan kemampuan mengurus diri yang mendasar dan melakukan

interaksi sosial sederhana dengan orang yang belum dikenalnya.

F.44.2 Stupor Disosiatif 

14 | P a g e

Page 15: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 15/55

Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari pemeriksaan tidak 

didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Seperti juga pada gangguan-gangguan konversi lain,

didapat bukti adanya penyebab psikogenik dalam bentuk kejadian-kejadian yang penuh stress

ataupun masalah sosial atau interpersonal yang menonjol.

Stupor Disosiatif bisa didefinisikan sebagai sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan

 –gerakan voulunter dan respon normal terhadap rangsangan luar, seperti misalnya cahaya, suara,

dan perabaan ( sedangkan kesadaran dalam artian fisiologis tidak hilang ).

Untuk diagnosis pasti harus ada :

1. Stupor, seperti yang sudah disebutkan tadi.

2. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain yang dapat

menjelaskan keadaan stupor tersebut.

3. Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang penuh stress.

F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan

Merupakan gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan sementara

 penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; dalam beberapa

kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib

atau malaikat. Gangguan trans yang terjadi selama suatu keadaan skizofrenik atau psikosis akut

disertai halusinasi atau waham atau kepribadian multiple tidak boleh dimasukkan dalam

kelompok ini.

F44.4 Gangguan Motorik Disosiatif 

Bentuk yang paling lazim dari gangguan ini adalah kehilangan kemampuan untuk 

menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak. Pralisis dapat bersifat parsial dengan

gerakan yang lemah atau lambat atau total. Berbagai bentuk inkoordinasi dapat terjadi,

khusussnya pada kaki dengan akibat cara jalan yang bizarre. Dapat juga terjadi gemetar.

F44.5 Konvulsi Disosiatif 

Dapat menyerupai kejang epileptic dalam hal gerakannya akan tetapi jarang disertai lidah

tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan inkontinensia urin, tidak dijumpai kehilangan

kesadaran tetapi diganti dengan keadaan seperti stupor atau trans.

15 | P a g e

Page 16: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 16/55

F44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif 

Bagian kulit yang mengalami anestesi sering kali mempunyai batas yang tegas yang

menjelskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pemikiran pasien mengenai fungsi

tubuhnya daripada dengan pengetahuan kedokterannya. Meskipun ada gangguan penglihatan,

mobilitas pasien serta kemampuan motoriknya sering kali masih baik. Tuli disosiatif dan

anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengn hilang rasa dan penglihatan.

F44.7 Gangguan Konversi Campuran

Campuran dari gangguan-gangguan tersebut di atas.

F44.8 Gangguan Konversi lainnya

F44.80 Sindrom ganser 

Ciri-ciri dari gangguan ini adalah “jawaban kira-kira”, yang biasanya disertai

 beberapa gejala disosiatif lainnya, sring kali dalam keadaan yang menunjukkan

kemungkinan adanya penyebab yang bersifat psikogenik dan harus dimasukkan di sini.

F44.81 Gangguan kepribadian multiple

Ciri utama adanya dua atau lebih kerpibadian yang jelas pada satu individu dan

hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya. Masing-masing kepribadian tersebut adalah

lengkap, dalm arti memiliki ingatan, perilaku dan kesenangan sendiri-sendiri yang

mungkin sangat berbeda dengan kepribadian pramorbidnya.

F44.82 Gangguan konversi sementara terjadi pada masa kanak dan remaja

F44.88 Gangguan Disosiatuf lainnya YDT

F44.9 Gangguan konversi YTT

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila tidak ditemukan

kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan pendekatan psikologik terhadap

 penanganan gejala-gejala yang ada. Penanganan penyakit ini sebagai berikut:

16 | P a g e

Page 17: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 17/55

• Terapi obat. Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat

yang spesifik dalam menangani gangguan konversi ini. Biasanya pasien diberikan resep

 berupa anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada

gangguan konversi ini.

Barbiturat kerja sedang dan singkat, seperti

tiopental, dan

natrium amobarbital diberikan secara intravena dan

Benzodiazepine seperti lorazepam 0,5-1 mg tab (bersama dengan saran bahwa gejala

cenderung dikirim pada satu jam atau lebih)  dapat berguna untuk memulihkan ingatannya

yang hilang.

Amobarbital atau lorazepam parental

Pengobatan terpilih untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi psikodinamika suportif-

ekspresif.

• Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang dalam pikiran. Saat

terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan spesifik. Karena pasien lebih

terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan

 bahwa bisa saja ahli hipnotis akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti.

• Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan konversi ini. Bentuk terapinya

 berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan

yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari

kondisi yang dialami. Psikoterapi untuk gangguan konversi sering mengikutsertakan teknik 

seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.

• Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini

menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit mengekspresikan pikiran dan

 perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni

kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.

17 | P a g e

Page 18: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 18/55

• Terapi kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang

negatif dan tidak sehat dan menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua

tergantung dari ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku

 pemeriksa.

PENCEGAHAN

Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat

 beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan konversi. Jika

terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara sugesti, agar penangan tidak 

 berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui bahwa jika menanamkan

sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil yang maksimal,

dengan penangan yang minimal. 

KESIMPULAN

Secara umum gangguan konversi (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai

adanya kehilangan ( sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar)

meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity

and immediate sensations) serta kontrol terhadap gerak tubuh.8,9

Gangguan konversi bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam masyarakat. Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan konversi ini mengenai wanita 90% atau lebih,

Gangguan konversi bisa terkena oleh orang di belahan dunia manapun, walaupun struktur dari

gejalanya bervariasi.

Ada beberapa penggolongan dalam gangguan konversi, antara lain adalah Amnesia

Disosiatif, Fugue Disosiatif, Stupor Disosiatif, Gangguan Trans dan Kesurupan, Gangguan

Motorik Disosiatif, Konvulsi disosiatif dan juga Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif. 8,9

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Terapi obat. sangat

 baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani

gangguan konversi ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan obat anti-

cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan konversi ini. Bila tidak 

ditemukan kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan pendekatan psikologik 

terhadap penanganan gejala-gejala yang ada.

18 | P a g e

Page 19: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 19/55

F48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA

Yang termasuk dalam gangguan neurotic lainnya ialah:

• F48.0 Neurastenia

• F48.1 Sindrom Depersonalisasi-Derealisasi

• F48.8 Gangguan Neurotik Lainnya YDT

• F48.9 Gangguan Neurotik YTT

F48.0 Neurastenia

• Pedoman Diagnostik 

a. Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnyarasa lelah setelah suatu kegiatan mental, atau keluhan mengenai kelemahan

 badaniyah dan kehabisan tenaga hanya setelah kegiatan ringan saja.

 b. Paling sedikit ada 2 dari hal-hal tersebut dibawah ini:

o Perasaan sakit dan nyeri otot-otot

o Pusing kepala

o Sakit kepala

o Gangguan tidur 

o Tidak dapat bersantai

o Peka/mudah tersinggung

o Dispepsia

c. Bila ditemukan  gejala otonomik  ataupun depresif , keadaan tersebut tidak cukup

menetap dan berat untuk dapat memenuhi kriteria tersebut agar dapat didiagnosis

secara tersendiri.

• Harus diusahkan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan gangguan depresif atau

gangguan anxietas

F48.1 Sindrom Depersonalisasi-derealisasi

• Pedoman Diagnostik 

19 | P a g e

Page 20: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 20/55

a. Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasaanya dan atau

 pengalamannya terlepas dari dirinya, jauh, bukan dari dirinya, hilang.

 b. Gajala derealisasi, yaitu objek, orang dan atau lingkungan menjadi seperti tidak 

sesungguhnya (unreal),jauh, semu, tanpa warna, tidak hidup.

c. Memahami bahwa hal tersebut merupakan  perubahan spontan dan  subjektif  dan

 bukan disebabkan oleh kekuatan luar atau orang lain.

d. Peng-inderaan tidak terganggu (clear sensorium) dan tidak ada “toxic confusional

state” atau epilepsi

• Harus dibedakan dengan  gangguan lain dengan gejala “change of personality”, seperti

Skizofrenia, Gangguan disosatif, Epilepsi.

F48.8 Gangguan Neurotik Lainnya YDT

• Kategori ini mencakup gangguan-gangguan campuran dari perilaku, keyakinan dan

emosi yang tidak ada penyebabnya dan status neurologik yang jelas, dan yang terjadi

dengan frekuensi tertentu di dalam lingkungan budaya tertentu.

F.48.9 Gangguan Neurotik YTT

Psikotropik

Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiranyang biasa digunakan dalam bidang psikiatri

ANTIPSIKOSIS

Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik

Ciri terpenting antipsikosis adalah:

20 | P a g e

Page 21: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 21/55

Berguna mengatasi agresivitas dan labilitas emosional

Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam

Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversible/ireversible

 Tidak menimbulkan ketergantungan fisis & psikis

Menurur efek samping ekstrapiramidal yang ditimmbulkan, antipsikotik terbagimenjadi:

Antipsikotik tipikal (efek samping ekstrapiramidal yang nyata)

Antipsikotik atipikal (efek samping ekstrapramidal yang minimal)

ANTIPSIKOSIS

Golongan anipsikosis atipikal diduga efektif untuk gejala positif (bicara kacau,halusinasi, delusi) maupun gejala negatif (miskin kata, afek datar, inisiatif menurun)

Golongan tipikal umumnya hanya untuk gejala positif 

ANTIPSIKOSIS TIPIKAL: KLORPROMAZIN dan DERIVAT FENOTIAZIN

Prototipe kelompok ini adalah klorpromazin (CPZ)

FARMAKODINAMIK. Efek farmakologik klorpromazin terjadi karena antipsikosismenghambat berbagai reseptor; dopamin, α-adrenergik, muskarinik, histamin H1dan serotonin 

SSP

Menimbulkan efek sedasi dan acuh tak acuh. Pada pemakaian lama timbultoleransi terhadap efek sedasi.

Kemampuan terlatih yang memerlukan kecekatan dan daya pemikiranberkurang

Dapat mengurangi atau mencegah muntah

Dapat menimbulkan gejala parkinsonisme

Neurologik. 

Dikenal 6 gejala sindrom neurologik karakteristik obat ini

Distonia akut

Akatisia

Parkinsonisme

Sindrom neuroleptic malignant  

21 | P a g e

Page 22: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 22/55

 Tremor perioral

Diskinesia tardif 

Endokrin. 

Beberapa efek samping pada reproduksi

Wanita: amenorea, galaktorea dan peningkatan libido

Pria: penurunan libido dan ginekomastia

Kardiovaskular. 

Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat istirahat seringterjadi

FARMAKOKINETIK.

Kebanyakan diabsorpsi sempurna, sebagian mengalami metabolismelintas pertama

Bioavailabilitas berkisar antara 25-35%

Kebanyakan larut lemak dan terikat kuat dengan protein plasma

Memiliki volume distribusi besar (> 7L/kg)

SEDIAAN 

Klorpromazin ; tablet 25 dan 100 mg. Larutan suntik 25 mg/mL

Perfenazin; obat suntik dan tablet 2,4 dan 8 mg

Tioridazin; tablet 50 dan 100 mg

Fluvenazin; tablet HCl 0,5 mg. Masa kerja 24 jam 

ANTI PSIKOSIS TIPIKAL LAINNYA

HALOPERIDOL

Berguna menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang tidak bisadiberikan fenotiazin

SSP.

Menenangkan dan membuat tidur pada eksitasi

Efek sedatif tidak sekuat CPZ

Menghambat muntah

Kardiovaskular

22 | P a g e

Page 23: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 23/55

Menyebabkan hipotensi tapi tidak sesering CPZ

Menyebabkan takikardi

Endokrin.

Menyebabkan galaktorea dan respon endokrin lain 

SSO. 

Bisa menyebabkan pandangan kabur

FARMAKOKINETIK. 

Cepat diserap saluran cerna

Kadar puncak dalam plasma tercapai 2-6 jam, menetap selama 72 jam

Ditimbun dalam hati, kira-kira 1% diekskresi melalui empedu

Ekskresi lambat melalui ginjal, dikeluarkan setelah 5 hari sesudahpemberian

SEDIAAN. 

Haloperidol.

 Tablet 0.5 mg dan 1,5 mg

Sirup 5 mg/100mL

Ampul 5 mg/mL

DIBENZOKSAZEPIN.

 Termasuk derivat ini adalah loksapin

FARMAKODINAMIK. Efek farmakologik hampir sama

FARMAKOKINETIK. 

Diabsorpsi baik peroral

Kadar puncak plasma dicapai 1 jam (IM), 2jam (oral)

 T ½ 3,4 jam

SEDIAAN. 

Loksapin tersedia dalam bentuk oral dan suntik

Dosis awal 20-50 mg/hari dalam 2 dosis

Dosis pemeliharaan 20-100 mg/hari dalam 2 dosis

23 | P a g e

Page 24: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 24/55

ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL

DIBENZODIAZEPIN

KLOZAPIN

Efektif mengontrol gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif maupun negatif 

Efek yang bermanfaat terlihat dalam 2 minggu, diikuti perbaikanbertahap pada minggu selanjutnya

EFEK SAMPING. 

Efek samping utama adalah agranulositosis

Resiko terjadi pada penggunaan 4 minggu atau lebih adalah 1,2%

Gejala paling sering 6-18 minggu setelah pemakaian

 Tidak boleh >6mgg, kecuali kalau ada perbaikan

ES lain; hipertemia, takikardi, sedasi, sakit kepala, hipesalivasi

Farmakokinetik. 

Diabsorpsi cepat dan sempurna pada pemberian oral

Kadar puncak plasma tercapai 1,6 jam

Diikat oleh protein plasa

 T ½ 11,8 jam

Sediaan.

 Tablet 25 dan 100 mg

RISPERIDON 

Farmakokinetik.

Bioavailabilitas oral sekitar 70%

Volume distribusi 1-2 L/kg

Di metabolisme di hati

Di plasma diikat oleh protein plasma

Indikasi.

Untuk terapi skizofrenia baik gejala positif maupun negatif.

24 | P a g e

Page 25: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 25/55

Untuk gangguan bipolar dan depresi dengan ciri psikosis

Efek Samping. Insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,peningkatan BB, hiperprolaktinemia 

Sediaan 

 Tablet 1, 2, 3 mg

Sirup dan injeksi 50 mg/mL

ANTIANSIETAS

Obat yang digunakan ialah sedatif atau memiliki sifat yang sama dengansedatif 

Antiansietas yang utama adalah golongan benzodiazepin

Golongan benzodiazepin

Benzodiazepin yang dianjurkan adalah klordiazepoksid, diazepam, oksazepam,klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam dan halozepam

Farmakokinetik.

Setelah pemberian peroral, klordiazepoksid mencapai kadar tertinggidalam 8 jam dan tetap tinggi sampai 24 jam

Ekskresi melalui ginjal lambat

Efek Samping dan Kontraindikasi

Efek antiansietas diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai300-400 ng/mL; pada kadar yang sama terjadi efek sedasi dangangguan psikomotor

Intoksikasi terjadi; kadar 900-1000 ng/mL

Reaksi toksik klordiazepoksid yg dijumpai adalah mual, nyeri kepala,gangguan fungsi seksual, vertigo dan kepala rasa ringan

 Jangan digunakan bersamaan dengan alkohol, barbiturat ataufenotiazin, bisa menimbulkan depresi yg berlebihan

Pasien dengan gangguan pernapasan dapat memperberat gejala sesaknapas

Indikasi dan Sediaan. 

Digunakan untuk menimulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas.

Digunakan juga sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot daninduksi anestesi umum

25 | P a g e

Page 26: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 26/55

Klordiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg

Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg. Dosis suntik 2-20 mg sehari,dapat diulang tiap 3-4 jam

BUSPIRON

• Merupakan golongan azaspirodekanidon

• Efek sedatifnya relatif ringan

• Resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan relatif kecil

• Efek antiansietas baru timbul setelah 10-15 hari

Psikoterapi

Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan

mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi

keseimbangan dalam diri individu tersebut.

Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam

tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik.

Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk setiap

 pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan juga

terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka merasa

mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang dilakukan;

angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan yang paling

 banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan

 perkawinan penggunaannya juga cukup luas.

Tujuan Psikoterapi

1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat

seseorang itu bahagia dan sejahtera.

26 | P a g e

Page 27: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 27/55

2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk 

mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang tahu dan

mengerti tentang dirinya.

3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1

Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien membutuhkan

 bantuan. Wolberg menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi. Berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:

1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)

Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan

 pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik yang ada. Terapi

supportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang

 baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan.

Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang memiliki mekanisme koping yang

terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan, dan yang kurang memiliki motivasi atau

intelegensinya. Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional,

hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.

2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)

Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien

mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight,

menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses

terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses konseling,

keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek dinamika dan perilaku

 pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat selama proses

 psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan peningkatan tersebut.

Individu yang mencapai insight selama proses terapi menunjukkan penurunan

keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan. Cara atau pendekatan: Terapi

 perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.

3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)

27 | P a g e

Page 28: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 28/55

Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan

tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan

mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang

 berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian. Cara atau

 pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney,

Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.

2.3 Tahap-tahap psikoterapi :

1. Wawancara awal

a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan yang

akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik (tujuan,

harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)

 b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah (ada

komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien bekerjasama.

2. Proses terapi

a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis & pasien, pengenalan – 

 penjelasan – pengertian perasaan & pengalaman pasien.

 b. Pengertian ke tindakan

c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari

 pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti di

 perilaku & kehidupan sehari-hari.

3. Mengakhiri terapi

a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan lagi,

atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain)

 b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi

lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu agar 

28 | P a g e

Page 29: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 29/55

merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan hatinya dan

dikurangi kecemasannya.6

Jenis Psikoterapi

1. PSIKOANALISIS

Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat

tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis

adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai

dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang

wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel

dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne,

Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia

mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer 

menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk 

 berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan

dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik 

asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja

yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini

masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis,

melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa

ke dalam alam sadar.

Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik 

dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar 

(preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap

sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke

kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari

tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi

 pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan

gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar 

dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka. Konflik 

29 | P a g e

Page 30: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 30/55

tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap sebagai patologis.

Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi diungkapkan kembali dan

dengan demikian berperan dalam penyembuhan.

SADAR SADAR  

BAWAH SADAR BAWAH SADAR  

a. Tujuan

Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter 

individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.

Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-

kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan

ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik 

menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.

Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-

 perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting

lagi. 3

b. Lingkungan Analisis

Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai

kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam

menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh kendali atas tingkah

laku yang impulsive dan interpersonal.3 Lingkungan analisis yang biasanya adalah

 pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis duduk di sebelahnya, sebagian

atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien. Dipan membantu ahli analisis

menimbulkan regresi terkendali yang mempermudah timbulnya material yang

rerepresi. Posisi pasien yang berbaring dengan kehadiran ahli analisis yang penuh

 perhatian, pada saat berbaring klien melaporkan perasaan-perasaan, pengalaman-

 pengalaman, asosiasi-asosiasi, ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya. Posisi juga

membantu pasien memusatkan perhatian pada pikiran, perasaan, dan khayalan dalam,

yang selanjutnya dapat menjadi pusat asosiasi bebas. 4

30 | P a g e

  S  UP E R E  G O

I   d 

 

E  G O

Page 31: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 31/55

c. Peranan AhIi Analisis

Idealnya, ahli analisis yang telah menjalani psikoanalisis pribadi sebagai

 bagian dan latihan mereka mampu untuk mempertahankan sikap objektivitas atau

netralitas yang kepada pasien, mencoba untuk tidak menanamkan kepribadian atau

sistem nilai dirinya sendiri.4

d. Lama Terapi

Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk 

 jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara tiga

dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesion biasanya dilakukan empat atau

lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit. Beberapa

analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion yang

 bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.4

e. Indikasi Terapi

Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama

yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan gejala

rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam

mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-

kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan

kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual.

f. Hasil Terapi

Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan

cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan.

Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan

kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang – senang dan mengerti diri sendiri.

Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak gangguan.4

2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK 

Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan

 psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti

 psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja

selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi,

31 | P a g e

Page 32: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 32/55

 psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola

dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan

dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan

asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai

dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan

sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi

kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter 

 pskiatrik dan orang lain.

a. Teknik Terapi

Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling

 bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan

 bukan merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh

lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan

 bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.

Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal,

memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama

 bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan

lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik 

mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.4

b. Tipe

1. Psikoterapi berorientasi tilikan

Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan

kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan

 bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada,

Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut

terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di

mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan,

respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang

dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit penekanan adalah

 pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam respon pasien terhadap

32 | P a g e

Page 33: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 33/55

ahli terapi dan respon pada masa anak – anak. Terapi berorientasi tilikan

adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan

ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak 

 boleh menjalani psikoanalisis.4

Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang

dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada

faktor – faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana

yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan

ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak 

memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih – pilih sama sekali terhadap apa

yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang – kadang ahli terapi harus

mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-

 bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk 

mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas

yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.4

2. Psikoterapi suportif 

Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini

memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan

mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu

 periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan

untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi

frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. 4

Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau

konbinasi, termasuk :

• Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah

• Pemuasan kebutuhan tergantungan

• Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya

• Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai

contohnya, hobi)

33 | P a g e

Page 34: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 34/55

• Istirahat dan penghiburan yang adekuat

• Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin

• Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan

• Medikasi untuk menghilangkan gejala

• Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini

rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,

terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.4

Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat

dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahapdidasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling

menjanjikan untuk perbaikan.

Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis :

katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling).

Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.

1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya.

Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya)

 berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya.

Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan

anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang

dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga,

 perasaan salah atau berdosa.2

2. Persuasi  ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya

yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang

dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan

demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan

impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari

impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa

gejala-gejalanya akan hilang.2 Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun,

34 | P a g e

Page 35: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 35/55

mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari impuls yang

menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien

dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.

3. Sugesti  ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau

membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter 

sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta

menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan

emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan

sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang

mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru

dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.2

Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang

 juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena

 pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti

dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta

 pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan

memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia

membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien

harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat

kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila

gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-

gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.2

4. Penjaminan kembali  atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau

sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara

adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau

dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 2

5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang

 berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup

mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara

 berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.2

35 | P a g e

Page 36: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 36/55

6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk 

membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu

masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan

sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 2

7. Kerja kasus sosial  (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu

 proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada

seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya

ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada

gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola

dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada

tingkat realistik (nyata).2

8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa

latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari

nafkah kelak.2

c. Beberapa contoh penerapan

- Gangguan psikotik 

Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya dengan

 bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan kesukaannya dan

kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.

Pelaksanaan terapi :

o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistic, seperti

makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan tidak 

 boleh sering mandi.

o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah

sembuh nanti

o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti

- Gangguan somatisasi

Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung

menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu jauh.

Pelaksanaan terapi :

36 | P a g e

Page 37: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 37/55

o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.

o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang

menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.

o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam

mengekspresikan perasaannya.

- Gangguan penyesuaian

Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara

 berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.

Pelaksanaan terapi :

o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan

depresinya.

o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.

o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang mungin

akan dihadapinya lagi.1

PSIKOTERAPI KELOMPOK 

Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit

emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang

dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn

menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik 

dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk 

membuat perubahan tersebut.

Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri

suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang

 psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok 

 berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan

terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan

teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk 

mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai

orang, mendapatkan berbagai transferensi.4

a. Berbagai bentuk terapi kelompok 

37 | P a g e

Page 38: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 38/55

1. Gaya Kepemimpinan

Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota

kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada

sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota

yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan

terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai konsultan yang di

angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian interaksi dan inisiatif terletak 

 pada anggota kelompok.

 Fokus dan sasaran

Kelompok dapat berbeda dalam focus dan sasarannya, sesuai dari

tujuan masing -masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu

 Keanggotaan kelompok 

Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik 

anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan

gejala utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah

dn sifat demografiknya.

Struktur Kelompok 

Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai

frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang

terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.

Orientasi Teoritis

Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori

orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi,

orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis,

dan lain – lain.

b. Klasifikasi

38 | P a g e

Page 39: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 39/55

Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik 

terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi

kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan

 pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh,

 psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang

dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak 

mengadili dari anggota kelompok.4

c. Pemilihan Pasien

Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli

terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara

skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan

 pemeriksaan.

 Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak 

dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam

lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas

kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak 

mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual,

 biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.

 Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian

ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya

atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi

secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi,

 jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat

membantu.

 Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan

 pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi,

kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.

Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial

 biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka

tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien

antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman

39 | P a g e

Page 40: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 40/55

sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi

menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif 

mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam

lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah

kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok.

Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke

dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman

fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat

dikendalikan.4

Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan

sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai

10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin

tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi

 pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh

anggota atau ahli terapi.

Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion

kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah

 penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu,

sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya,

sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi

 pembatasan waktu harus tetap.

Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa

aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya, konsensusnya adalah bahwa peranan

ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri

adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh

kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan

sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi

yang menarik vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.4

2. Psikoterapi Kelompok Rawat

40 | P a g e

Page 41: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 41/55

Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang

dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara: dalam

 pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua anggota staf 

(sebagai contohnya, dokter psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim,

15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil

yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua ahli terapi,

sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan masing-masing tipe

kelompok adalah berbeda – beda, mereka memiliki tujuan umum:

• Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka

dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku

mereka

• Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik 

• Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap

• Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan

kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk 

meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan

dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan

 pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalammenghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi

 berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok 

kecil.4

Komposisi kelompok . Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk 

semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran

 pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana pasien dipilih

untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas

darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan

layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok 

mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam penyalahgunaan alkohol dan unit

ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri

41 | P a g e

Page 42: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 42/55

umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien

sendiri yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.4

3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan

untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan

dalam lingkungan – rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif 

tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses

 perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam

rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat

 proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis adaiah

faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan lebih

mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka panjang,

dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat memperoleh

 pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari kelompok rawat

inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka tinggal bersama di

 bangsal yang sama.4

4. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help group)

adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya

disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali

 psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi

kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.

Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah

homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi

 pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya.

Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan

dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan terasing yang

 biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.

Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung.

Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola

42 | P a g e

Page 43: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 43/55

 perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti

mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4

TERAPI JENIS INDIVIDUAL

Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi

menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.

a. Psikoterapi reedukatif :

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih

 banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali,

memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi

kreatif yang ada. 2

Cara-cara psikoterapi reedukatif  antara lain ialah sebagai berikut:

1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)

2. Terapi sikap (attitude therapy)

3. Terapi wawancara (interview therapy)

4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)

5. Konseling terapetik 

6. Terapi case work 

7. Reconditioning

8. Terapi kelompok yang reedukatif 

9. Terapi somatik 2

b. Psikoterapi rekonstruktif 

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam

tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada

struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan kepribadian dengan

 pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :

43 | P a g e

Page 44: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 44/55

1. Psikoanalisa Freud

2. Psikoanalisa non Freudian

3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.

Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi

main, terapi seni, terapi kelompok analitik.2

PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK 

Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui secara

individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok. Ahli

terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang sama.

Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan suatu

sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang kadang-kadang,

dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompk bertemu sendiri dengan ahli terapi

dari waktu ke waktu. Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di mana

kelompok mèngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan di mana

umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik yang

terintegrasi.4

HasilSebagian besar peneliti percaya bahwa terapi kombinasi memiliki keuntungan

dari lingkungan individu dan lingkungan kelompok, tanpa mengorbankan kualitas

masing – masing. Pada banyak kasus, terapi kombinasi tampaknya membawa

masalah ke permukaan dan menghilangkannya lebih cepat dibandingkan yang

dimungkinkan oleh metoda tersebut masing-masing.4

PSIKODRAMA

Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh dokter 

 psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian, hubungan

interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda

dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk 

1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan

44 | P a g e

Page 45: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 45/55

2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek pasien

3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama

tersebut dalam mencapai tilikan.

Teknik 

Psikodarma dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu ( suatu

mimpi, keluarga atau situasi kominitas ), suatu peranan simbolik, suatu sikap bawah

sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti waham dan

halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk menunjukan

 proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita tentang pikiran dan

 perasaan yang terlihat dan tersembunyi ), pembalikan peran dan ganda multiple

(beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang bervariasi) dan teknik 

cermin. Teknik lain adalah menggunakan hypnosis dan obat psikoaktif untuk 

memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.4

TERAPI KELUARGA

Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak 

konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah tentang

anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan. Diperlukan penilaian keluraga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis harus

mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari masalah yang

di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan mengenal anggota

keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap anggota keluarga,

menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana nggota keluarga

 berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan nonverbal antar 

anggota keluarga dan subkelompok keluarga.4

Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap

masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari

usaha terakhir untuk perubahan.

 Nilai perfungsian mutakhir keluarga

1. Amati interaksi di antara anggota keluarga

45 | P a g e

Page 46: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 46/55

2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota keluarga

dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga.

3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga

4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk 

melibatkan orang ketiga dalam konflik.

5. Pertahankan posisi empatik dan netral

6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan

7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual.

a. Tujuan

Tujuan terapi adalah

1. untuk memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di dalam

matniks hubungan interpersonal

2. untuk meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga lain

oleh anggota keluarga

3. untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan antara

generasi

4. untuk memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga sebagai

keseluruhan untuk mengatasi tenaga destruktif di dalam dan di luar lingkungan

sekitamya

5. untuk mempengaruhi identitas dan nilai-nilai keluarga sehingga anggota

terorientasi kepada kesehatan dan pertumbuhan.

Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang besar di

dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi juga

masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas medis,

dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak terisolasi.4

b. Teknik Wawancara

46 | P a g e

Page 47: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 47/55

Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting:

(1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat. Bagi

ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat, lebih dan

sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis.

(2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat,

tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya.

c. Teknik Terapi

1. Terapi kelompok keluarga

Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu

kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluarga-keluarga

tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam kelompok.

Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secana efektif dalam terapi

skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan bersama-sama

untuk berbagi situasi mereka.4

2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy)

Terapi jaringan kerja sosial mengumpulkan bersama komunitas atau jaringan kerja

sosial pasien yang terganggu, semuanya bertemu di dalam sesion kelompok bersama

dengan pasien. Jaringan kerja adalah termasuk beberapa orang yang berkontak setiap

harinya dengan pasien, bukan hanya keluarga dekat tetapi juga sanak saudara, teman-

teman, pedagang, guru, dan teman kerja.4

3. Terapi paradoksikal

Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri atas

anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak 

diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek fobik 

atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan pemakaian

keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat inenciptakan tilikan baru bagi

 beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa dapat digunakan dalam

cara yang sewenang – wenangnya atau rutin.4

4. Konotasi positif 

Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang

semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi positif. Ahli

47 | P a g e

Page 48: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 48/55

terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang perilaku dan bingkai

referensi baru sebagai contohnya, “Anak ini bandel” menjadi “Anak ini mati – matian

mencoba mengalihkan dan melindungi anda dari apa yang dirasakannya sebagai

 perkawinan yang tidak bahagia.”4

d. Frekuensi dan Lama Terapi

Sesion biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam Seminggu Tetapi,

masing-masing sesion mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal yang

fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan kesulitan fisik 

 bagi keluarga untuk hadir bersama – sama. Lama terapi tergantung tidak hanya pada sifat

masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang menggunakan model

memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya dalam beberapa sesion, ahli

terapi yang menggunakan model beronientasi pertumbuhan mungkin bekerja selama

 bertahun – tahun dalam sesion yang panjang.4

PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU

Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku

yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh seorang

tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung

keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.

Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus

secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F. Skinner merupakan

seorang yang terkenal dalam bidang ini.2

Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:

1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang

membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Umpamanya seorang anak yang tidak 

 berprestasi di sekolah dan nakal di kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat

menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang

lain.

2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau

dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar ntuk melihat dirinya sendiri dalam

48 | P a g e

Page 49: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 49/55

suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia

menghadapi frustasi.

3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu dapat

dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, degnan demikian

rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.

Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara berkelompok.

Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual

(umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya exhibisionisme).

Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls

(umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan

(obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada

skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.2

TERAPI KOGNITIF

Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerja

sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi ini

 berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan

atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat

digunakan bersama-sama dengan obat.

Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau

tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain, seperti

gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid, dan

gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma pendekatan

kognitif.4

a. Teori Kognitif Tentang Depresi

Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah

inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik dari ciri penyerta laiñriya dan

depresi adalah akibat dan disfungsi kognitif. Sebagai contohnya, apati dan énergi

yang rendah adalah akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang.

Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan pesimisme dan perasaan putus asa

seseorang.

49 | P a g e

Page 50: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 50/55

Trias kognitif dan depresi terdiri atas

1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu, tidak adekuat,

kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan

2. Suatu kecenderungan untuk mengalmai dunia sebagai tempat yang negatif, menuntut dan

rnengalahkan diri sendiri dan mengharapkan kegagalan dan hukuman

3. Harapan untuk kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan yang terus menerus.

Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya dengan

membantu pasien

1. Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif 

2. Untuk mengernbangkan skema alternatif dan lebih fleksibel

3. Untuk mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru. Tujuannya

adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan, selanjutnya, untuk rnenghilangkan

gangguan depresif.

b. Strategi dan Teknik 

Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai kira-kira 25

minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut, diagnosis harus diperiksa ulang.Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa tahun.

Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting untuk 

keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup yang hangat

dan dimengerti dari masing – masing pasien, dan benar-benar murni dan jujur dengan dirinya

sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan

interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing

sesion, menyusun tugas ruinah yang harus dikerjakan di antara sesion, dan mengajarkan

keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki

tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif dan teknik perilaku.4

c. Aspek Didaktik 

Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif, skema, dan

logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien bahwa mereka akan

50 | P a g e

Page 51: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 51/55

menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan terapi. Terapi kognitif 

mengharuskan penjelasan lengkap tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan

 perilaku dan juga alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi

 berorientasi analitik, yang memerlukan sedikit penjelasan.4

d. Teknik Kogntif 

Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses:

1. mendapatkan pikiran otomatis

2. menguji pikiran otomatis

3. mengidentifikasi anggapan dasan yang maladaptif 

4. menguji keabsahan anggapan maladaptif.

Mendapatkan pikiran otomatis. Pikiran otomatis adalah kognisi yang menghalangi

antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional orang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari

 pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa “setiap orang akan menertawakan saya jika mereka

mengetahui betapa buruknya permainan bowling saya ”.

Menguji pikiran otamatis, dengan berperan sebagai guru, ahli terapis membantu

 pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien

menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih – lebihan setelah pemeriksaan yang

cermat.

Mengidentifikasi asumsi maladaptif, saat pasien dan ahli terapis terus berusaha

mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau

anggapan umum yang maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contoh ”Supaya

gembira saya harus sempurna”. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan

kegagalan dan akhirnya depresi.

Menguji keabsahan asumsi maladaftif, mirip dengan pengujian keabsahan pikiran

otomatis adalah menguji keakuratan anggapan maladapatif. Satu tes yang cukup efektif 

adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan suatu asumsi.

Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia harus selalu membangun

kemampuannya. Ahli terapi dapat bertarya, “Mengapa hal tersebut sangat penting bagi

anda?”

51 | P a g e

Page 52: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 52/55

e. Teknik Perilaku

Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku digunakan

untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan keseluruhan teknik 

adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan

mempelajari strategi dan cara baru tnenghadapi masalah tersebut.

Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan

aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif, latihan

kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.2,4

f. Manfaat

Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan

sampai sedang atau bersarna-saina dengan medikasi antidepresan untuk gangguan depresif 

 berat. Ini adalah salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan

depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan

dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.4

HIPNOTERAPI

Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam

kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi untuk 

memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau memungkinkan pasien

menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru.6

a. Indikasi dan Pemakaian

Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk 

mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan alkohol

dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi anestesia, dan

 pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis. Hipnosis juga ielah

digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil, pruritis, aforia, dan

gangguan konversi.6

Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat

mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah

digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.

52 | P a g e

Page 53: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 53/55

b. Kontraindikasi

Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal dengan

ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai oleh

 perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan lain dapat

terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki kesulitan dalam

tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar, seperti pasien

 paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti pasien obsesif kompu1sif,

adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etik yang kuat adalah penting

untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di mana pasien (khususnya mereka

yang berada dalam trance) adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan. Terdapat

 pertentangan tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama keadaan trance

yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode

moral rnereka. 6

Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai dengan

hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa hipnosa.

Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi.

Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan

terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya

menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan “trance” mulai dari

ringan sampai ke “trance” yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.

Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau sintesa

dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu hipnosa dan

sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.2,3,4

NARKOTERAPI

Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek 

(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien

diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi

dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.

53 | P a g e

Page 54: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 54/55

 Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.

Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan

 perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun

teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar,

tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa

 bukan merupakan “serum kebenaran” yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah

dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).

EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI

Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian

 banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul

daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk 

 berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah

kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa

 problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum

ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat menarik 

 perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis psikoterapi dapat

membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi, mengajak pasien-pasien

untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk 

mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik 

umumnya tidak tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode psikoterapi

dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain mengemukakan bahwa terapi yang terlatih

untuk menggunakan teknik tertentu mungkin kurang penting untuk perbaikan kondisi

 pasien dibandingkan dengan sifat-sifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat,

kehangatan yang tidak posesif serta tulus.

Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:

- Tujuan yang ingin dicapai

- Motivasi pasien

- Kepribadian dan ketrampilan terapis

54 | P a g e

Page 55: Makalah Neurosis D3.doc

7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 55/55

- Teknik yang digunakan

Hasil Terapeutik 

Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa :

- Bebas penyakit : Penyakit – sakit – Bebas penyakit

- Sejahtera bahagia : Penderitaan – Menderita – Sejahtera – Bahagia