Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di...

17
1 Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of Indonesia) Dalam Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 4.1 Tahap Implementasi AGSI Di bawah ini merupakan tabel yang berisi tahap implementasi AGSI Tabel 4.1 No. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 1. Studi pustaka Mengembangkan materi pelatihan untuk AGSI Rapat bersama walikota Mataram Rapat koordinasi untuk keberlanjutan program 2. Riset berbagai program pendidikan lingkungan FGD mengenai AGSI Pelatihan untuk implementasi AGSI - 3. - Rapat koordinasi untuk implementasi AGSI Workshop mengenai AGSI - 4. - - Rapat mengenai studi banding bersama walikota Mataram - 5. - - Rapat koordinasi dan perencanaan - 6. - - Implementasi program - Sumber: Project Adiwiyata-Green Schools and Empowering Low Income Communities for the Sustainable Future of Indonesia (2016)

Transcript of Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di...

Page 1: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

1

Bab IV

Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of Indonesia) Dalam

Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017

4.1 Tahap Implementasi AGSI

Di bawah ini merupakan tabel yang berisi tahap implementasi AGSI

Tabel 4.1

No. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

1. Studi pustaka Mengembangkan

materi pelatihan

untuk AGSI

Rapat bersama

walikota Mataram

Rapat

koordinasi

untuk

keberlanjutan

program

2. Riset berbagai

program

pendidikan

lingkungan

FGD mengenai

AGSI

Pelatihan untuk

implementasi AGSI

-

3. - Rapat koordinasi

untuk implementasi

AGSI

Workshop

mengenai AGSI

-

4. - - Rapat mengenai

studi banding

bersama walikota

Mataram

-

5. - - Rapat koordinasi

dan perencanaan

-

6. - - Implementasi

program

-

Sumber: Project Adiwiyata-Green Schools and Empowering Low Income Communities for the Sustainable Future

of Indonesia (2016)

Page 2: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

2

Pada tahap pertama, studi pustaka dan riset dilakukan melalui kerjasama dengan ITS

(Institut Teknologi Sepuluh November). Setelah riset dilakukan maka hasilnya digunakan untuk

pengembangan materi pelatihan melalui FGD dengan para pemangku kepentingan pada tahap

kedua. Hasil dari tahap 2 kemudian dilaksanakan pada saat implementasi AGSI di lima sekolah

dasar di Mataram. Pada tahap keempat, implementasi dan dampak dari program akan dipelajari.

Hal ini bermanfaat untuk keberlanjutan program kedepannya.

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat tahap untuk mengembangkan materi

pelatihan AGSI. Dalam mempersiapkan hal tersebut, UNESCO Jakarta mendapat dukungan dari

konsultan ITS. Di sisi lain, Kemdikbud bertanggung jawab atas kurikulum, sekolah dan pelatihan

bagi para guru serta melibatkan masyarakat sekitar untuk turut berperan aktif dan mendukung

pendidikan anak-anak ketika mereka berada di rumah. ITS melakukan kerjasama dengan Dinas

Pendidikan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Mataram untuk

mengembangkan materi pelatihan. Menanamkan pendidikan pembangunan berkelanjutan (ESD)

di sekolah dan komunitas itu perlu karena:

1. Mendukung Kemdikbud, Dinas Pendidikan dan Badan Perencanaan

Pengembangan Kota Mataram serta pemerintah daerah untuk mengembangkan

AGSI.

2. Mendukung Kemdikbud, Dinas Pendidikan dan Badan Perencanaan

Pengembangan Kota Mataram serta pemerintah daerah untuk melaksanakan ESD

dan pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan materi pelatihan AGSI

sebagai sumber pembelajaran.

3. Meningkatkan kapasitas guru dan masyarakat

4. Mendukung lembaga pendidikan lokal untuk menerapkan ESD dalam program

pembelajaran.

(UNESCO Jakarta Office, 2016)

Pada taraf sekolah dibuatkan sebuah pedoman atau panduan yang isinya adalah

mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja untuk guru, pengelolaan infrastruktur dan

keuangan, keterlibatan masyarakat dan contoh ekstrakurikuler yang dapat dilakukan untuk

kegiatan di sekolah. Tujuan materi pelatihan AGSI telah sejalan dengan tujuan ESD dan juga

telah dikembangkan serta ditingkatkan agar mencakup isu-isu pembangunan berkelanjutan yang

lebih luas dan relevan untuk pengembangan ESD. Isi pelatihannya dirancang agar dapat

Page 3: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

3

melibatkan pemangku kepentingan di sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pengawas sekolah,

komite sekolah, dan tenaga pendidik. Isinya dapat beradaptasi dengan isu-isu terkini yang

berkaitan dengan ESD dan juga mencakup masalah lain yang kemungkinan akan dihadapi di

sekolah dan dapat mempengaruhi penerapan ESD di sekolah. Masalah yang dimaksud termasuk

manajemen guru, infrastruktur, dan keuangan.

Pada tanggal 5 Maret 2015 diadakan sebuah FGD yang dihadiri oleh sekitar 20 peserta

dari sektor pendidikan dan sektor pemukiman. Dalam FGD ini diperkenalkan konsep dasar

mengenai perubahan iklim agar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum untuk guru,

mengidentifikasi kegiatan adaptasi terhadap lingkungan, dan kegiatan mitigasi untuk para siswa.

Ketika FGD ini berlangsung, partisipasi aktif dan antusiasme di antara para peserta dapat terlihat.

Selanjutnya, pada tanggal 16 April 2015 UNESCO Jakarta, KNIU, dan ITS menyelenggarakan

rapat koordinasi selama satu hari untuk meninjau kembali pedoman dan kerangka pelatihan

untuk diimplementasikan di sekolah yang menjadi bagian dari AGSI. Rapat ini merupakan

tindak lanjut terhadap FGD yang dilaksanakan pada 5 Maret 2015. Para peserta dalam rapat ini

mendiskusikan tentang kemungkinan adanya tantangan yang dihadapi ketika melaksanakan

AGSI dimana program terdahulu yaitu Sekolah Adiwiyata telah dijalankan lebih dahulu sebelum

AGSI. Para peserta kemudian membahas cara khusus untuk membedakan AGSI dari Adiwiyata

adalah dimana pengimplementasian AGSI sejalan dengan peningkatan kapasitas guru. Beberapa

rekomendasi utama yang dihasilkan dari rapat koordinasi ini adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi antara Kemdikbud, KNIU, ITS, IFIT, dan mitra pelaksana lainnya

harus terjalin dengan baik.

2. Bantuan dari Kemdikbud, KNIU, dan ITS sangat dihargai karena berdampak pada

keberhasilan implementasi AGSI.

3. Lokasi pelatihan AGSI akan ditentukan segera.

(UNESCO Jakarta Office, 2016)

Setelah rapat koordinasi dilakukan, pada bulan berikutnya, tepatnya pada 12 Mei 2015

dilakukan rapat awal bersama Walikota Mataram. Rapat ini dihadiri oleh perwakilan dari KNIU,

Walikota Mataram, Sekretaris Kota Mataram, Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Mataram. Dalam rapat ini perwakilan dari KNIU memperkenalkan program AGSI sebagai

Page 4: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

4

bagian dari pembangunan berkelanjutan untuk masa depan Indonesia yang berkelanjutan. Rapat

ini menghasilkan rekomendasi utama sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Mataram menyetujui implementasi AGSI di Kota Mataram.

2. Koordinasi antara Kemdikbud, KNIU, ITS, Pemerintah Kota Mataram,

Koordinator IFIT, dan mitra pelaksana lainnya akan dilanjutkan untuk

memastikan pengimplementasiannya tepat waktu.

3. Lima sekolah dasar telah dipilih sebagai tempat implementasi program AGSI.

4. Ujicoba AGSI dan pelatihan yang dilakukan akan sepenuhnya didukung oleh

Pemerintah Kota Mataram yang diwakili oleh Dinas Pendidikan, Dinas

Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pada dasarnya mitra-mitra yang turut terlibat dalam pengimplementasian program AGSI,

adalah sebagai berikut:

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

2. Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO

3. Institut Teknologi Sepuluh November

4. Kepala sekolah dan guru di sekolah

5. Dinas Pendidikan Kota Mataram

6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mataram

4.1.1 Pelatihan Implementasi AGSI

Metode dan materi pelatihan yang dirancang memasukkan pendekatan yang sangat

partisipatif untuk memperkuat pembelajaran terhadap pengalaman dengan memprioritaskan

masukan dari para peserta. Pada pelatihan ini materi ESD disesuaikan agar relevan dengan

kegiatan lokal dan tentunya dapat mengembangkan keterampilan guru dalam hal mengajar.

Pada 29 Juni-3 Juli 2015 pelatihan yang dilakukan dihadiri oleh kelima sekolah dasar

(kepala sekolah, guru, dan orang tua) di bawah kerjasama KNIU dan ITS serta dukungan dari

Dinas Pendidikan Kota Mataram. Pelatihan ini telah melibatkan pemangku kepentingan di

sekolah dan juga mengundang akademisi dari universitas sebagai narasumber. Para peserta yang

telah hadir pada pelatihan ini akan mempercepat pengarusutamaan ESD di sekolah. Secara

umum pelatihan AGSI ini bertujuan untuk membuat semua anggota sekolah memahami program

AGSI dengan mudah, baik dalam hal konsep dan implementasi serta bagaimana cara untuk

Page 5: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

5

mengevaluasi program nantinya. Berikut ini adalah tujuan dari pelatihan AGSI tersebut

(UNESCO Jakarta Office, 2016):

1. Mengembangkan visi, misi, kebijakan, strategi, dan program yang didasarkan pada

AGSI.

2. Mengembangkan manajemen sekolah berdasarkan program AGSI.

3. Mengembangkan materi dan metode pembelajaran yang mengintegrasikan aspek

pembangunan berkelanjutan di Indonesia ke dalam proses pembelajaran.

4. Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan isu pembangunan

berkelanjutan.

5. Mengembangkan kesadaran dan komitmen anggota sekolah untuk mengelola dan

melestarikan lingkungan.

6. Mendorong semua anggota sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam

mengimplementasikan program AGSI.

7. Meningkatkan kemampuan sekolah untuk membangun keterlibatan dengan semua

pemangku kepentingan sekolah yang di dalamnya juga termasuk masyarakat, NGO

(Non-Governmental Organization), pemerintah daerah, perusahaan, dan lain-lain)

untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan memastikan keberlanjutan

program AGSI.

Kegiatan pelatihan ini telah dirancang agar fleksibel, mulai dari sisi materi hingga

metode pelatihan sehingga dapat diikuti oleh seluruh peserta yang terdiri atas berbagai

tingkatan. Ruang lingkup dalam pelatihan ini tidak hanya untuk menyampaikan materi/substansi

kepada para peserta, tetapi juga keterampilan yang harus mereka miliki setelah berpartisipasi

dalam pelatihan AGSI. Materi yang diberikan fleksibel sehingga hal ini berarti dapat digunakan

atau diimplementasikan oleh sekolah mana pun. Dalam pelatihan ini terdapat sesi pelatihan guru

yang mana penyampaian materinya menggunakan berbagai metode seperti dengan presentasi

dalam PowerPoint, diskusi kelompok, kerja kelompok, bermain peran (role playing), diskusi dan

evaluasi dengan pre and post test. Kelima sekolah dasar yang dijadikan sebagai tempat uji coba

AGSI adalah SDN 5 Cakranegara, SDN 5 Mataram, SDN 11 Mataram, SDN 7 Ampenan, dan

SDN 21 Ampenan. Lima sekolah tersebut dipilih oleh Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga)

Kota Mataram setelah diamati oleh tim AGSI bersama angggota Dispora. Untuk jumlah peserta

yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 6: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

6

Tabel 4.1.1

Jumlah Peserta

Nama

Sekolah/Institusi

Kepala

Sekolah

Guru Komite

Sekolah

Superintendent Universitas Total

SDN 5

Cakranegara

1 8 1 1 - 11

SDN 5 Mataram 1 8 1 1 - 11

SDN 11 Mataram 1 8 1 1 - 11

SDN 7 Ampenan 1 8 1 1 - 11

SDN 21

Ampenan

1 9 1 2 - 13

Universitas - - - - 3 3

Total 60

Sumber: Project Adiwiyata-Green Schools and Empowering Low Income Communities for the Sustainable Future

of Indonesia (2016)

Pelatihan ini telah memperkenalkan konsep dasar ESD untuk dimasukkan ke dalam

kurikulum bagi guru, mengidentifikasi kegiatan adaptasi lokal dan kegiatan mitigasi untuk

kegiatan siswa. Metode pengajaran dan pembelajaran yang berpusat pada peserta yang

digunakan dalam pelatihan ini telah memperkenalkan konsep dasar perubahan iklim serta

memasukkan unsur-unsur yang relevan ke dalam program pengajaran ketika di sekolah nanti.

Pelatihan ini dinilai telah membantu untuk mengembangkan guru dan pemangku kepentingan di

sekolah dalam memahami perubahan iklim. Para peserta melaporkan bahwa pemahaman mereka

meningkat. Seluruh peserta setuju bahwa:

1. Isi pelatihan terorganisir, informatif, dan relevan terhadap pengajaran ESD yang sesuai

dengan kurikulum nasional.

2. Materi pelatihan disusun dengan baik, dijelaskan dengan baik dan relevan.

3. Kegiatan pelatihan sangat bermakna dan dikemas dengan menarik serta diperkaya dengan

sesi diskusi yang produktif untuk brainstorming dan menghasilkan ide/gagasan.

4. Fasilitator pelatihan memiliki pengalaman yang relavan, berwawasan luas, serta

menyampaikan materi secara efektif dan baik.

Page 7: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

7

5. Pelatihan ini menyajikan paparan yang bermakna dan bermanfaat bagi pengajaran ESD

dan juga pengembangan materi pengajaran ESD saat di sekolah.

6. Pelatihan ini memberikan pendidikan mengenai ESD dan sistem pendidikan Indonesia

sehingga dapat meningkatkan keterampilan pedagogi para guru dalam mengajar ESD

untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Upaya mempromosikan program AGSI terus dilakukan setelah pelatihan, yakni dengan

mengadakan workshop. UNESCO Jakarta, KNIU, dan Kemdikbud melakukan kerjasama dengan

para guru dan masyarakat untuk mengadakan workshop tentang “Sekolah Hijau Nasional:

Menjelajahi Kemitraan yang Sinergis dengan Jaringan Sekolah Nasional untuk Mempromosikan

Program Aksi Global pada ESD di Indonesia”. Workshop ini dilakukan selama dua hari pada 1-2

Oktober 2015. Para peserta yang hadir dalam workshop ini berjumlah 100 peserta yang di

dalamnya sudah termasuk perwakilan pejabat dan pakar pendidikan dari KNIU, para ahli dari

ITS, serta guru dari 50 sekolah dasar dan menengah dari Sumatera (Padang, Riau, dan Jambi),

Kalimantan (Pangkalan Bun, Balikpapan, dan Banjarmasin), Jakarta, Jawa Barat (Bandung),

Jawa Tengah (Yogyakarta), Jawa Timur (Surabaya), Sulawesi (Kendari dan Makassar), dan Nusa

Tenggara Barat (Mataram).

Workshop yang diselenggarakan selama dua hari ini dibagi menjadi tujuh sesi yang terdiri

dari:

1. Pembangunan Berkelanjutan

2. Praktik yang baik dari AGSI untuk mempromosikan ESD

3. Diskusi tentang kemitraan antara sekolah AGSI di seluruh Indonesia di masa yang

akan datang.

4. Praktek yang baik dari ASPNet (UNESCO Associated School Project Network) untuk

mempromosikan ESD

5. Diskusi tentang kemitraan antara AGSI dan ASPNet di seluruh Indonesia di masa

yang akan datang

6. Praktik yang baik untuk kampung/pemukiman yang berkelanjutan

7. Diskusi tentang kemitraan antara AGSI dan kampung berkelanjutan di masa yang

akan datang

Pada hari pertama workshop Ibu Noor Endah Mochtar dan Ibu Agnes Tuti Rumiati dari

Kemdikbud memaparkan konsep Program Aksi Global dan AGSI dan berbagi informasi tentang

Page 8: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

8

praktik yang baik dari AGSI. Selama diskusi kelompok, para guru berdiskusi untuk

mengidentifikasi dan merumuskan mitra potensial dan kemitraan di antara sekolah AGSI.

Hasilnya adalah rekomendasi strategis untuk implementasi Program Aksi Global dan AGSI di

sekolah-sekolah di Indonesia. Pada hari kedua workshop, Ibu Hasnah Gasim dari Kemdikbud

memperkenalkan peran dan potensi ASPNet ke sekolah-sekolah. Selanjutnya, Ibu Happy

Sumartinah dari ITS mempresentasikan praktik yang baik untuk kampung berkelanjutan.

Workshop yang telah dilakukan selama dua hari ini memberikan pendidikan menyeluruh

bagi para pemangku kepentingan pada tingkat nasional yang di dalamnya termasuk sekolah dasar

dan sekolah menengah di Indonesia dengan pemahaman holistik yang lebih baik mengenai

konsep ESD dan masyarakat yang berkelanjutan dan bagaimana hal itu dapat diintegrasikan ke

dalam kurikulum sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendukung visi

Indonesia untuk pembangunan berkelanjutan. Dalam evaluasi yang dilakukan pasca pelatihan,

seluruh peserta menyatakan bahwa:

1. Pengetahuan guru tentang ESD dan kepercayaan diri dalam mengajarkan topik sangat

meningkat.

2. Memanfaatkan berbagai metodologi pengajaran seperti kegiatan kelompok, diskusi

kelompok, pelibatan masyarakat memungkinkan pembelajaran yang lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah.

Adapun rekomendasi yang dihasilkan dari workshop ini adalah:

1. Kemdikbud perlu mengatasi isi dan tujuan pendidikan

2. Menerima ESD dan Proyek Aksi Global sebagai cara untuk mencapai pendidikan

yang berkualitas

3. Meminta UNESCO untuk mendukung Kemdikbud dalam upaya memperluas AGSI

dan pembangunan berkelanjutan ke sekolah yang lain melalui pelatihan dan workshop

agar ESD dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.

Pada tanggal 3 dan 4 November 2015, UNESCO Jakarta dan delegasi MFIT (Malaysia

Funds-in Trust) dari negara-negara Asia Pasifik (Malaysia, Fiji, Vanuatu, Tuvalu, dan Samoa)

telah menghadiri rapat studi banding mengenai pendidikan di Kota Mataram untuk belajar dari

lima sekolah dasar yang mengimplementasikan AGSI. Para delegasi ingin belajar dari

pengalaman sekolah yang menerapkan konsep ESD yang fokusnya adalah meningkatkan kualitas

pendidikan dan mendidik anak-anak serta masyarakat tentang pembangunan berkelanjutan.

Page 9: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

9

Diharapkan pertemuan ini dapat mempererat hubungan dan kerjasama antara Indonesia,

Malaysia, dan negara Asia Pasifik lainnya dalam strategi untuk menyebarluaskan ESD

(UNESCO Jakarta Office, 2016).

4.2 Implementasi AGSI

Pada konteks pendidikan formal melalui komponen sekolah, mitra pelaksana

mengumumkan bahwa lima sekolah dasar di Kota Mataram terpilih untuk menerapkan program

AGSI. Melalui wawancara dengan Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Daya Saing yang

dilakukan pada tanggal 6 April 2018, menurut beliau kenapa sekolah dasar di Kota Mataram

yang terpilih, hal ini karena pihak Kemdikbud ingin agar kualitas pendidikan di pulau Jawa dan

luar pulau Jawa seimbang. Apabila program diimplementasikan di pulau Jawa maka akan lebih

mudah karena infrastrukturnya sudah memadai, berbeda dengan di luar pulau Jawa yang

infrastrukturnya belum memadai sehingga hal ini yang menjadi pertimbangan untuk memilih

lima sekolah dasar di Mataram. Selain itu, pemerintah daerah Kota Mataram memiliki komitmen

yang cukup tinggi terhadap pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan jika dibandingkan

dengan komitmen pemerintah daerah lain yang di luar pulau Jawa. Kemudian, letak geografis

Kota Mataram yang berada di wilayah tengah Indonesia menjadi pertimbangan agar program ini

diimplementasikan di sana.

Di awal pengimplementasian program ini, pengetahuan dan keterampilan guru sangat

terbatas terkait dengan AGSI dan konsep ESD. Kegiatan yang memiliki kaitan dengan ESD dan

infrastruktur pendukung juga terbatas. Program yang diuji coba ini dimulai dengan pelatihan

intensif yang diberikan kepada sekolah dan kemudian diikuti dengan implementasi di sekolah-

sekolah. Setelah mengikuti pelatihan AGSI, kelima sekolah dasar yang menjadi tempat uji coba

mulai mempromosikan AGSI kepada para pemangku kepentingan terutama kepada komite

sekolah untuk mempercepat program AGSI. Untuk mendukung hal tersebut maka evaluasi

terhadap sekolah, kebijakan sekolah dan perencanaan perbaikan sekolah telah dikembangkan

secara bersama-sama dengan para pemangku kepentingan.

Implementasi AGSI di lima sekolah dasar di Kota Mataram dilakukan dengan

memasukkan konsep ESD ke dalam visi dan misi sekolah. Kemudian, dalam hal manjaemen

pengembangan sekolah, pemangku kepentingan dilibatkan dan manajemen sekolah

dikembangkan berdasarkan kebutuhan sekolah. Selanjutnya, implementasi AGSI juga dapat

dilihat dalam hal pengembangan kegiatan pembelajaran yang mana kegiatan pembelajaran dan

Page 10: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

10

pengajaran sudah tidak berpusat pada guru melainkan siswa dan hal-hal mengenai ESD telah

diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran. Metode pengajaran pun tidak hanya menggunakan

ceramah tetapi menggunakan metode lain seperti dengan membentuk kelompok diskusi. Untuk

mendukung program ini, sekolah juga telah membangun infrastruktur yang memadai untuk

mendukung kegiatan siswa terkait dengan ESD (UNESCO Office Jakarta, 2016).

Sekolah-sekolah di Kota Mataram menerapkan beberapa program untuk implementasi

AGSI. Dari segi pendidikan karakter, sejumlah program yang diterapkan adalah program Cerdas

Sedekah. Pada program ini, setiap pagi para siswa melakukan bersih-bersih di lingkungan

sekolah dan senam pagi. Setelah para siswa selesai melakukan hal tersebut, mereka akan berbaris

di depan kelas masing-masing. Saat berbaris, mereka telah menyiapkan uang sebesar Rp500,-

atau Rp1.000,- untuk dimasukkan ke dalam kotak atau kaleng yang telah disiapkan. Para siswa

ini menyisihkan uang saku mereka untuk bersedekah. Melalui program ini, para siswa didorong

untuk peduli sosial. Uang dijadikan sebagai sarana untuk berbagi dengan sesama. Sedekah yang

diberikan oleh para siswa bermanfaat untuk mereka sendiri dan juga lingkungan sekolah.

Contohnya, sedekah ini digunakan untuk memberikan uang duka kepada orang tua atau keluarga

siswa yang meninggal, membeli sandal kamar mandi siswa, membeli alat kebersihan toilet,

memperbaiki dan memperindah toilet siswa dan kantin siswa, serta membuat rompi untuk Laskar

Bersih dan Laskar Aman. Kemudian ada program Laskar Bersih dan Laskar Aman. Kedua laskar

tersebut memiliki tugas masing-masing. Laskar Bersih bertugas untuk mengontrol kebersihan

sekolah, mulai dari halaman sekolah sampai kantin sekolah. Laskar Bersih terdiri atas empat

orang, dua orang bertugas untuk mengontrol halaman sekolah. Mereka mengerahkan siswa lain

untuk turut terlibat dalam pemungutan sampah di lingkungan sekolah. Jumlah siswa lain yang

dikerahkan disesuaikan dengan luas lingkungan sekolah dan jumlah siswa di sekolah. Lalu, dua

anggota Laskar Bersih lainnya bertugas untuk mengontrol di kantin sekolah. Mereka memantau

kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan oleh siswa lain dan memastikan bahwa sampah

tersebut dimasukkan ke dalam tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampahnya. Laskar

Bersih bertugas selama seminggu. Setelah itu, mereka akan digantikan dengan petugas

berikutnya secara bergantian dengan setiap kelas sehingga siswa dari setiap kelas memiliki

kesempatan yang sama untuk turut terlibat. Untuk Laskar Aman, mereka juga terdiri dari siswa

yang bertugas untuk menjaga keamanan sekolah, baik di kelas maupun sekolah dan lingkungan

sekitar sekolah. Kemudian, ada program Budaya 3S (Senyum, Salam, Sapa). Program ini

Page 11: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

11

dikembangkan sebagai upaya untuk mendorong siswa agar mereka menjadi orang yang ramah

terhadap siapa saja. Mereka dilatih dan dibimbing untuk memperlakukan tamu yang datang ke

sekolah dengan memberikan senyuman, mengucapkan salam, menanyakan keperluan tamu

tersebut, dan mengantar tamu tersebut sampai ke tujuannya. Lalu, ada program Tukar Kado.

Sekolah-sekolah di Kota Mataram dekat dengan pesisir pantai. Pada kenyataannya, lingkungan

tempat tinggal juga turut berpengaruh pada karakter siswa. Karakter mereka sebagai anak pesisir

pantai adalah sulit diatur, keras, dan mudah tersinggung. Didikan dari orang tua yang keras juga

turut berpengaruh dalam pembentukan karakter mereka. Oleh karena itu, sikap sopan dan santun

serta saling menyayangi sangat perlu untuk dibina. Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan

rasa saling menyayangi antar siswa adalah dengan melakukan kegiatan tukar hadiah dengan

temannya. Para siswa menyiapkan hadiah maksimal seharga Rp5.000,- lalu mereka mengambil

kartu undian yang bertuliskan nama teman mereka. Nama yang tertulis dalam kartu undian

kemudian diberi hadiah oleh siswa yang mengambil undian. Siswa yang telah mendapat hadiah

mengambil undian selanjutnya dan memberikan hadiah kepada yang namanya tertulis diundian.

Hal ini dilakukan begitu seterusnya sampai seluruh siswa mendapat hadiah. Meskipun kegiatan

ini terlihat sederhana, namun kegiatan ini dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan

penuh keceriaan bagi para siswa. Mereka bahagia setelah menerima hadiah dari temannya. Para

siswa bahkan antusias dalam menantikan tukar hadiah selanjutnya. Upaya lain yang dilakukan

untuk membina karakter mereka adalah dengan Kartu Karakter. Dalam kartu ini terdapat

beberapa kegiatan yang harus dilakukan dan dievaluasi oleh mereka sendiri setiap pulang

sekolah. Jika siswa berhasil melakukan semua kegiatan yang tertulis dalam kartu, mereka akan

mendapat penghargaan berupa bintang kelas yang ditempel di papan bintang kelas yang ditaruh

di depan kelas. Ketika siswa telah mengumpulkan 10 bintang, maka mereka akan mendapat

hadiah. Dari segi pembentukan sikap, ada beberapa program yang telah dilakukan sebagai bagian

dari implementasi AGSI. Program yang dimaksud antara lain seperti Pemilahan Sampah Organik

dan Anorganik. Dalam program ini, siswa dilatih untuk memilah sampah berdasarkan jenisnya.

Melalui hal tersebut, para siswa menjadi terbiasa untuk memilah sampah sejak dini. Setelah

pemilahan itu dilakukan, sampah organik dijadikan sebagai pupuk, sedangkan sampah anorganik

seperti plastik dan sampah kertas dijual ke pengepul sampah. Kemudian, ada program

Pembentukan Regu Piket Toilet. Regu piket ini berasal dari kelas 4, 5, dan 6. Mereka

bertanggungjawab atas kebersihan toilet. Melalui pembentukan regu piket ini, diharapkan agar

Page 12: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

12

para siswa menjadi sadar akan pentingnya menjaga kebersihan toilet karena apabila kebersihan

toilet tidak dijaga maka dapat menimbulkan berbagai penyakit. Pelaksanaan program ini

dilakukan dengan sistem kontrol, yaitu dengan menyiapkan papan karakter. Bersih atau tidaknya

toilet dapat dilihat dari papan karakter tersebut. Penilaian terhadap kebersihan toilet dilakukan

oleh guru piket yang melakukan kontrol sebanyak dua kali dalam sehari. Dari segi pengetahuan,

program yang dilakukan untuk implementasi AGSI adalah dengan menerapkan pendekatan

tematik dan pendekatan saintifik dalam pengajaran di kelas dari kelas 1 hingga kelas 6.

Pendekatan tematik ini adalah dengan memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dengan

berfokus pada tema yang indikator mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Pendidikan

Kewarganegaraan, IPA, IPS, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Tema yang

dimaksud di sini adalah ESD karena disesuaikan dengan program AGSI itu sendiri. Sedangkan

untuk pendekatan saintifik yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang dipadukan dengan

proses ilmiah. Adapun metode ilmiah dalam proses pembelajaran adalah dengan mengamati

(menyimak, melihat, membaca, dan menulis), menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,

mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Selain itu, program lainnya adalah dengan

melakukan inovasi terhadap perpustakaan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

membudayakan gemar membaca di sekolah sehingga wawasan atau pengetahuan siswa semakin

bertambah. Inovasi yang dilakukan adalah pengelolaan perpustakaan berbasis IT. Software E-

library digunakan agar memudahkan alur peminjaman dan pengembalian buku. Kartu

perpustakaan dicetak untuk seluruh siswa dengan menggunakan sistem barcode. Kartu ini

berfungsi untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku. Perpustakaan berbasis IT ini juga

memudahkan petugas perpustakaan untuk mengetahui jumlah denda siswa yang terlambat

mengembalikan buku. Dana yang terkumpul dari denda tersebut digunakan untuk pengembangan

perpustakaan. Selanjutnya, ada juga program Kupon Berhadiah. Setiap kali siswa meminjam

buku, mereka akan mendapat satu kupon berhadiah yang diundi setiap dua minggu sekali.

Sekolah melakukan kerjasama dengan DASI (Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abas) NTB untuk

pengadaan hadiah. Program ini dapat mendorong minat baca siswa karena semakin banyak

mereka membaca buku, semakin banyak kupon yang didapatkan sehingga kesempatan mereka

untuk mendapat hadiah juga semakin banyak. Agar siswa tidak hanya sekedar meminjam buku

untuk mendapat kupon hadiah, maka perpustakaan mengeluarkan kartu baca. Tujuan dari kartu

baca ini adalah untuk mengetahui buku apa saja yang dibaca oleh siswa dan melatih mereka

Page 13: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

13

untuk menuliskan rangkuman dari bacaan tersebut karena dalam kartu baca terdapat kolom untuk

isi/intisari buku. Sekolah tidak hanya membuat program yang melibatkan seluruh warga sekolah

melainkan juga keluarga para siswa. Program yang dimaksud adalah Keluarga Laskar yang mana

keluarga dari tiga siswa pada setiap kelas dipercayakan sebagai keluarga laskar. Keluarga yang

terpilih ini akan diundang ke sekolah dan mereka mendapat pengarahan terkait dengan program

dan kegiatan sekolah, khususnya dalam hal menjaga kebersihan dan lingkungan. Keluarga ini

kemudian didorong untuk berkomitmen dalam menerapkan program yang telah dilaksanakan di

sekolah. Diharapkan keluarga ini dapat menularkan kebiasaan baik dalam hal menjaga

lingkungan kepada para tetangga sehingga masyarakat semakin partisipatif dalam pencapaian

pembangunan yang berkelanjutan (Kemdikbud, 2016). Ada pula kegiatan ekstrakurikuler yang

diterapkan oleh sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan para siswa.

Kegiatannya antara lain adalah kegiatan pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan sekolah.

Kegiatan pengelolaan sampah dilakukan dengan 3R, yaitu reuse, reduce, dan recycle. Melalui

kegiatan ini, para siswa tidak hanya memilah sampah dan mengurangi penggunaan bahan sekali

pakai, melainkan juga diajarkan untuk mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang

berguna/membuat kerajinan dari bahan sampah. Pembuatan kerajinan dari sampah yang telah

dikumpulkan itu berbentuk vas bunga, taplak, aksesoris/hiasan, dan kotak tissue. Melalui

kegiatan ini tentunya keterampilan para siswa menjadi terasah. Jika hasil dari kerajinan tersebut

ingin dipasarkan maka para siswa dapat membuat sebuah pameran (KNIU, 2015). Selanjutnya

dalam hal pemanfaatan lahan sekolah, sekolah telah membangun kembali kebun sekolah

sehingga dapat difungsikan untuk lahan pembibitan herbal dan digunakan untuk pembelajaran

para siswa (UNESCO Office Jakarta, 2016).

Program-program yang telah dilakukan di atas merupakan implementasi dari AGSI yang

mana telah sesuai dengan Kurikulum 2013 karena memenuhi SKL yang terdiri atas sikap,

pengetahuan, dan keterampilan dan telah menerapkan pendekatan tematik dan pendekatan

saintifik. Selain itu jika merujuk pada indikator keberhasilan AGSI untuk level sekolah, maka

sekolah-sekolah di Mataram telah memenuhi indikator tersebut karena visi dan misi sekolah

telah berlandaskan konsep ESD, diterapkannya program-program yang bertujuan membentuk

karakter para siswa, pengembangan pengelolaan sekolah melalui peningkatan fasilitas sanitasi

dan kantin sekolah, serta diintegrasikannya isu ESD ke dalam pembelajaran di kelas.

Keberhasilan AGSI tidak hanya dipengaruhi oleh sekolah, melainkan juga oleh pemerintah

Page 14: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

14

daerah Kota Mataram yang turut mengambil bagian dengan cara membuka ruang yang besar

bagi sekolah untuk berinovasi sesuai dengan program AGSI. Artinya, dalam hal ini pemerintah

daerah telah menunjukkan komitmen yang besar untuk menjalankan AGSI sesuai dengan

tujuannya. Akan tetapi, keberhasilan yang dicapai oleh pemerintah Mataram belum dapat

dikategorikan ke dalam indikator keberhasilan AGSI untuk level pemerintah. Hal ini terjadi

karena indikator keberhasilan AGSI untuk level pemerintah menargetkan pengimplementasian

AGSI ke seluruh wilayah Indonesia. Namun hingga saat ini hal tersebut belum dapat dicapai

karena implementasinya masih sebatas uji coba terhadap lima sekolah dasar di Mataram. Untuk

profil kelima sekolah dasar yang menjadi tempat uji coba AGSI dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.2

No. Nama Sekolah Profil Sekolah

1. SDN 5 Cakranegara NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional):

50204641

Sekolah yang mendapat akreditasi A pada

tahun 2012 lalu terletak di Desa Bertais,

Distrik Sandubaya, Kota Mataram.

Sekolah ini memiliki 10 guru, 192 murid

dengan 6 ruang kelas yang rata-rata

terdiri dari 32 murid per ruang kelas.

Sekolah ini juga memiliki perpustakaan

sekolah.

2. SDN 5 Mataram NPSN: 50204640

Sekolah yang mendapat akreditasi A

tahun 2008 lalu terletak di Desa Dasan

Agung, Kabupaten Selaparang, Kota

Mataram. sekolah ini memiliki 17 guru

dan 398 murid dengan 12 ruang kelas

yang rata-rata terdiri atas 33 siswa.

3. SDN 11 Mataram NPSN: 50204655

Sekolah ini mendapat akreditasi A pada

Page 15: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

15

tahun 2013 dan terletak di Desa Rembiga,

Kecamatan Selaparang, Kota Mataram.

Sekolah ini memiliki 10 guru dan 248

murid dengan 7 ruang kelas yang rata-rata

terdiri atas 41 siswa per ruang kelasnya.

4. SDN 7 Ampenan NPSN: 50204636

Sekolah ini terakreditasi A pada tahun

2008 dan terletak di Desa Ampenan,

Distrik Ampenan, Kota Mataram.

Sekolah ini memiliki 12 guru dan 261

murid dengan 9 ruang kelas yang rata-rata

terdiri atas 29 siswa per ruang kelasnya.

Sekolah ini memiliki sebuah

perpustakaan sekolah.

5. SDN 21 Ampenan NSPN: 50204597

Sekolah ini terakreditasi B dan terletak di

Desa Pondok Perasi, Kabupaten

Ampenan, Kota Mataram. Sekolah ini

juga dikenal sebagai Sekolah Laskar

Pesisir, memiliki 13 guru dan 260 murid

dengan 7 ruang kelas yang rata-rata

terdiri atas 32 siswa per ruang kelasnya.

Sekolah ini memiliki sebuah

perpustakaan sekolah.

Sumber: Project Adiwiyata-Green Schools and Empowering Low Income Communities for the Sustainable Future

of Indonesia (2016)

Pada implementasi program AGSI di lima sekolah dasar di Mataram, peneliti melihat dari

sudut pandang liberalisme institusional. Dalam teori tersebut, institusi internasional dipercaya

dapat membuat kerjasama lebih mudah. Kerjasama membuka jalan pada negara untuk membuat

regulasi baru untuk menerapkan suatu inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan standar

negara dalam hal ini adalah perkembangan pendidikan yang berkualitas. Bergabungnya

Page 16: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

16

Indonesia ke dalam UNESCO membawa keuntungan, salah satunya adalah dengan terbentuknya

KNIU. KNIU dikatakan menjadi sebuah keuntungan karena kehadirannya mampu menjembatani

kepentingan Indonesia yang dalam hal ini adalah perkembangan pendidikan dan kepentingan

UNESCO dalam menerapkan ESD dan memimpin pencapaian Agenda Pendidikan Global 2030.

Untuk menjembatani kepentingan dari Indonesia dan UNESCO maka dibentuklah program

AGSI yang diinisiasi oleh KNIU. AGSI merupakan implementasi dari ESD dan turut

berkontribusi pada TPB ke-4, yaitu menjamin pendidikan berkualitas yang merupakan bagian

dari Agenda Pendidikan Global 2030. AGSI telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di

Indonesia, yakni Kurikulum 2013 sehingga pengimplementasian AGSI ini searah dengan

kepentingan Indonesia. Pembentukan KNIU tidak lepas dari keanggotaan Indonesia di

UNESCO. Peran KNIU cukup besar dalam hal ini karena membantu untuk melancarkan

kerjasama antara Indonesia dan UNESCO sehingga keduanya mendapat keuntungan. Indonesia

mendapat keuntungan dari segi pengembangan pendidikan sedangkan keuntungan yang

diperoleh UNESCO melalui AGSI adalah dengan terbantunya UNESCO dalam implentasi ESD

dan untuk mencapai Agenda Pendidikan Global 2030. Dalam liberalisme institusional negara

menjadi aktor utama. Negara memang menjadi aktor terdepan dalam proses negosiasi atau

rencana kerjasama, akan tetapi yang akan mengolah atau menjalankan hasil dari negosiasi dan

rencana kerjasama adalah institusi dalam negara yang dalam hal ini adalah KNIU.

Jika dilihat dari konsep pilar-pilar pendidikan UNESCO, pengimplementasian AGSI

telah sesuai dengan keempat pilar. Pengajaran yang tidak lagi berpusat pada guru melainkan

siswa mendukung pilar pertama, learning to know. Pengajaran yang berpusat pada siswa

memberi ruang bagi siswa untuk melakukan eksplorasi dengan diri mereka sendiri sehingga

menumbuhkan sikap ingin tahu yang mengarah pada kemampuan untuk mencari jawaban atas

masalah yang dihadapi. Kemudian, implementasi AGSI melalui pemilahan sampah berdasarkan

jenisnya mendukung pilar kedua, learning to do. Melalui program ini para siswa menjadi tahu

pentingnya pemilahan sampah yang berpengaruh terhadap lingkungan yang berkelanjutan dan

tidak hanya sekedar tahu informasi tersebut, mereka juga turut mengambil tindakan untuk

melakukannya sehingga mereka learning by doing. Dalam pilar berikutnya, learning to be,

penguasaan pengetahuan dan keterampilan menjadi bagian dari proses untuk menjadi diri sendiri.

Hal sederhana yang dilakukan untuk memenuhi pilar ini adalah melalui pengelolaan sampah

yang mana para siswa dapat membuat kerajinan dari bahan sampah. Selanjutnya, sejumlah

Page 17: Bab IV Implementasi AGSI (Adiwiyata Green School of ...€¦ · Pendidikan Anak Sekolah Dasar di Mataram Pada Tahun 2015-2017 . ... mendefinisikan program, menyediakan kerangka kerja

17

program yang telah dilaksanakan untuk pengembangan pendidikan karakter siswa membantu

para siswa untuk dapat belajar hidup bersama di tengah masyarakat. Hal ini karena program-

program itu bertujuan untuk menumbuhkan sikap saling menghargai, sopan santun, saling

menyayangi, ramah, dan peduli sosial. Dengan demikian, hal ini memenuhi pilar yang keempat,

learning to live together.