BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

download BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2006/230110060257_4_6075.pdf · tepung tapioka memiliki komponen amilosa yang berfungsi dalam daya serap air

If you can't read please download the document

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji

    hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb).

    1.1 Uji Lipat

    Uji lipat (folding test) merupakan bentuk pengujian fisik untuk mengetahui

    tingkat kekenyalan suatu produk. Kekenyalan merupakan gaya yang diperlukan

    untuk kembali ke bentuk semula (Ranggana 1986 dalam Afriwanty 2008) dan

    merupakan salah satu parameter penentu mutu baso kerang darah. Muljanah et al.

    (1986) mengatakan bahwa baso ikan yang disukai konsumen umumnya memiliki

    tingkat kekenyalan dengan kriteria cukup kenyal sampai sangat kenyal.

    Berdasarkan Tabel 7 berikut, nilai rata-rata kekenyalan baso kerang darah

    yang ditambahkan tepung tapioka, berkisar antara 2 hingga 4 yang berarti

    kekenyalan baso tersebut berkisar antara kurang kenyal hingga kenyal. Nilai rata-

    rata terendah, yaitu 2 terdapat pada baso kerang darah yang ditambahkan tepung

    tapioka 5%, sedangkan nilai rata-rata tertinggi, yaitu 4 terdapat pada baso kerang

    darah yang ditambahkan tepung tapioka 15%.

    Tabel 1. Nilai Rata-rata Kekenyalan Baso Kerang Darah Berdasarkan

    Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka (%) Rata-rata

    5 2 c

    7,5 3 b

    10 3 b

    12,5 3 b

    15 4 a

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan ada perbedaan yang nyata menurut uji perbandingan

    pada tingkat kesalahan 15%.

  • Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan tepung tapioka

    berdasarkan uji lipat baso kerang darah, penambahan 15% berbeda nyata dengan

    perlakuan lainnya.

    Hasil pengamatan menunjukan bahwa dalam penelitian yang dilakukan

    pada penambahan 5% hingga 15% menghasilkan penambahan 15% adalah yang

    paling baik. Hal ini disebabkan tepung tapioka memiliki komponen amilosa yang

    berfungsi dalam daya serap air dan kesempurnaan proses gelatinisasi produk

    (Hidayat dkk. 2007). Fungsi penggunaan tepung tapioka dalam pembuatan baso

    adalah sebagai bahan pengental dan pengikat adonan, sehingga akan terbentuk

    tekstur baso yang baik.

    Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wibowo (1999) yang

    menyatakan bahwa untuk menghasilkan baso yang lezat dan bermutu tinggi, maka

    jumlah tepung yang digunakan sebaiknya paling banyak adalah 15%. Berdasarkan

    sifat fisiokimia dan reologinya dapat memperkuat penjelasan bahwa jumlah

    tepung tapioka rendah memiliki tingkat kerapuhan yang tinggi.

    1.2 Uji Organoleptik

    Karakteristik organoleptik merupakan salah satu parameter yang penting

    untuk mengetahui tingkat penerimaan panelis terhadap suatu produk makanan. Uji

    organoleptik dilakukan dengan menggunakan uji hedonik didukung juga dengan

    metode bayes dan uji skoring. Adapun parameter karakteristik organoleptik yang

    diamati adalah kenampakan, aroma, tekstur dan rasa.

    1.2.1 Uji Hedonik

    a) Kenampakan

    Kenampakan merupakan karakteristik pertama yang dapat dinilai pertama

    kalinya oleh konsumen. Penilaian kenampakan ini bertujuan untuk mengetahui

    penerimaan panelis yang dinilai dari kenampakan permukaan, keutuhan,

    kerapihan, dan warna baso. Nilai rata-rata uji hedonik terhadap kenampakan baso

    kerang darah disajikan pada Tabel 8.

  • Tabel 2. Nilai rata-rata kesukaan terhadap Kenampakan Baso Kerang

    Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata

    5 7 6,33 a

    7,5 7 5,93 a

    10 7 6,87 a

    12,5 7 6,33 a

    15 7 5,80 a

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

    Penilaian panelis pada kenampakan baso kerang darah mempunyai nilai

    rata-rata berkisar antara 5,80 hingga 6,87. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis

    terhadap kenampakan baso kerang darah terendah sebesar 5,80 pada perlakuan

    penambahan tepung tapioka 15%, sedangkan penilaian tertinggi sebesar 6,87 pada

    perlakuan penambahan tepung tapioka 10%. Tingginya angka rata-rata kesukaan

    terhadap baso kerang darah dengan penambahan tepung tapioka 10% disebabkan

    oleh adanya titik temu antara kecerahan dan kepadatan produk.

    Hasil perhitungan statistik dengan nilai rata-rata tersebut pada taraf 15%

    tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari semua perlakuan dengan nilai

    median 7 (suka) yaitu warna cokelat, agak cerah bentuk bulat agak beraturan,

    berongga halus dikarenakan kenampakan baso yang tidak terlalu berbeda jauh.

    Hal ini disebabkan tapioka memberikan warna terang pada produk.

    Tapioka telah banyak digunakan sebagai sumber karbohidrat atau sebagai

    pengental (Somaatmadja 1984). Tapioka sering digunakan dalam pembuatan baso

    ikan karena disamping harganya yang murah juga memberikan warna

    transparan/netral pada produk (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006), sehingga

    dari semua perlakuan penambahan tepung tapioka hingga 15% menunjukan

    kenampakan warna yang tidak berbeda nyata.

  • b) Aroma

    Aroma merupakan parameter yang mempengaruhi mutu suatu produk

    olahan. Aroma atau bau makanan dapat menentukan kelezatan bahan makanan

    tersebut. Pada umumnya, bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak

    merupakan perpaduan empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus

    (Winarno 1997). Nilai rata-rata uji hedonik terhadap aroma baso kerang darah

    disajikan pada Tabel 9.

    Tabel 3. Nilai Rata-rata Kesukaan Terhadap Aroma Baso Kerang Darah

    Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata

    5 5 5,27 a

    7,5 5 5,40 a

    10 5 6,20 a

    12,5 7 6,20 a

    15 5 5,67 a

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

    Penilaian panelis pada aroma baso kerang darah mempunyai nilai rata-rata

    berkisar antara 5,27 hingga 6,20. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

    aroma baso kerang darah terendah sebesar 5,27 pada perlakuan penambahan

    tepung tapioka 5%, sedangkan penilaian tertingi sebesar 6,20 pada perlakuan

    penambahan tepung tapioka 10% dan 12,5%.

    Hasil uji statistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata tehadap tingkat

    kesukaan panelis pada taraf 15% walaupun nilai median berkisar anatara 5 (biasa)

    hingga 7 (suka). Nilai median tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan

    tepung tapioka 12,5%.

    Penambahan tepung tapioka 5% memberikan aroma yang tidak terlalu

    spesifik bau khas kerang darah pada baso yang dihasilkan, sedangkan

    penambahan tepung tapioka 12,5 % memberikan aroma harum yang spesifik khas

    kerang darah. Hal ini bertolak belakang dengan teori Redley yang menyatakan

  • bahwa tepung tapioka memberi aroma yang tidak berbau (netral) (Redley 1976

    dalam Erdiansyah 2006).

    c) Rasa

    Rasa merupakan parameter penting untuk menentukan diterima atau

    tidaknya suatu produk. Setinggi apapun kandungan gizi suatu produk, jika rasanya

    tidak disukai maka produk tersebut akan ditolak oleh panelis dan tujuan

    peningkatan gizi dalam produk tidak tercapai (Maharani 2009). Hasil uji hedonik

    parameter rasa baso kerang darah disajikan pada Tabel 10.

    Penilaian panelis pada rasa baso kerang darah mempunyai nilai rata-rata

    berkisar antara 4,47 hingga 7,27. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

    rasa baso kerang darah terendah sebesar 4,47 berada pada perlakuan penambahan

    tepung tapioka 5%, sedangkan penilaian tertinggi sebesar 7,72 terdapat pada

    perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%. Hal ini disebabkan oleh interaksi

    konsentrasi penambahan tepung tapioka, kerang darah dan komponen rasa lain

    yang seimbang sehingga menghasilkan rasa yang paling disukai panelis.

    Tabel 4. Nilai Rata-rata Kesukaan Terhadap Rasa Baso Kerang Darah

    Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata

    5 3 4,47 a

    7,5 5 5,40 ab

    10 7 6,20 ab

    12,5 7 7,27 b

    15 5 6,20 ab

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

    Hasil statistik menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka sebesar

    5%, memiliki perbedaan yang nyata dibandingkan dengan penambahan tepung

    tapioka sebesar 12,5%. Hal ini berbeda dengan hasil uji skoring panelis yang

  • menyatakan bahwa penambahan tepung tapioka tidak memberikan pengaruh yang

    nyata.

    Perbedaan yang nyata terjadi disebabkan rasa dipengaruhi suhu,

    konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain (Winarno 1988).

    Menurut Haryadi (1993), pangan berpati umumnya menjadi enak dan dikatakan

    sudah masak setelah pati mengalami gelatinisasi, pada keaadaan tersebut rasa

    bahan berpati menjadi dapat diterima secara inderawi.

    d) Tekstur

    Tekstur merupakan salah satu faktor yang menentukan penerimaan suatu

    produk. Penilaian tekstur bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis

    terhadap tingkat elastisitas atau kekenyalan suatu produk yang dapat dinilai

    menggunakan indera peraba, yaitu lewat rangsang sentuhan. Hasil uji hedonik

    mengenai tekstur baso kerang darah disajikan pada Tabel 11.

    Tabel 5. Nilai Rata-rata Kesukaan Terhadap Tekstur Baso Kerang Darah

    Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata

    5 3 3,27 a

    7,5 5 4,73 ab

    10 5 6,07 b

    12,5 7 7,53 c

    15 7 7,00 bc

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

    Penilaian panelis pada tekstur baso kerang darah mempunyai rata-rata

    berkisar antara 3,27 hingga 7,53. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

    tekstur baso kerang darah terendah sebesar 3,27 pada perlakuan penambahan

    tepung tapioka 5%, sedangkan penilaian tertinggi sebesar 7,53 pada perlakuan

    penambahan tepung tapioka 12,5%.

  • Hasil uji statistik menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka 12,5%

    berpengaruh nyata dengan perlakuan 5%, 7,5%, dan 10% hal ini disebabkan

    tepung tapioka memiliki komponen amilosa yang berfungsi dalam daya serap air

    dan kesempurnaan gelatinisasi produk.

    Komponen amilosa yang terdapat dalam tepung tapioka berfungsi dalam

    daya serap air dan kesempurnaan proses gelatinisasi produk (Hidayat dkk. 2007).

    Fungsi penggunaan tepung tapioka dalam pembuatan baso adalah sebagai bahan

    pengental dan pengikat adonan, sehingga akan terbentuk tekstur baso yang baik.

    1.2.2 Uji Skoring

    a) Kenampakan

    Kenampakan merupakan karakteristik pertama yang dapat dinilai pertama

    kalinya oleh konsumen. Penilaian kenampakan ini bertujuan untuk mengetahui

    penerimaan panelis yang dinilai dari kenampakan permukaan, keutuhan,

    kerapihan, dan warna baso. Nilai rata-rata uji skoring terhadap kenampakan baso

    kerang darah disajikan pada Tabel 12.

    Tabel 6. Nilai Rata-rata kenampakan Baso Kerang Darah Berdasarkan

    Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata

    5 5 4,20 a

    7,5 5 5,13 ab

    10 5 5,13 ab

    12,5 7 6,73 b

    15 7 6,20 ab

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan adanya perbedaan yang nyata menurut uji

    perbandingan pada tingkat kesalahan 15%.

    Penilaian panelis pada kenampakan baso kerang darah memiliki median

    berkisar antara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis

    terhadap kenampakan baso kerang darah tertinggi sebesar 6,73 (warna cokelat

    agak cerah bentuk bulat agak beraturan, berongga halus) pada perlakuan

  • penambahan tepung tapioka 12,5%, sedangkan penilaian terendah sebesar 4,20

    (warna cokelat, agak kusam, bentuk bulat agak beraturan, agak seragam dan

    berongga halus dan sedikit) pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%.

    Hasil perhitungan statistik diperoleh bahwa penambahan tepung tapioka

    memberikan perbedaan yang nyata terhadap kenampakan baso, ditunjukan dari

    hasil pengamatan pada perlakuan penambahan tepung tapioka sebesar 5% dengan

    penambahan tepung tapioka 12,5%, hal ini disebabkan tapioka memberikan warna

    terang pada produk.

    Tapioka sering digunakan dalam pembuatan baso ikan karena disamping

    harganya yang murah juga memberikan citarasa netral serta warna terang pada

    produk (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006).

    b) Aroma

    Aroma merupakan parameter yang banyak menentukan mutu suatu produk

    olahan. Aroma atau bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan

    tersebut. Pada umumnya, bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak

    merupakan perpaduan empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus

    (Winarno 1997). Nilai rata-rata uji skoring terhadap aroma baso kerang darah

    disajikan pada Tabel 13 di bawah.

    Tabel 7. Nilai Rata-rata Aroma Baso Kerang Darah Berdasarkan

    Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata

    5 7 6,87 a

    7,5 7 6,07 a

    10 7 6,87 a

    12,5 7 6,33 a

    15 7 5,93 a

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

  • Penilaian panelis pada aroma baso kerang darah memiliki nilai median 7

    (suka). Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma baso kerang darah

    tertinggi sebesar 6,87 (agak amis, tercium spesifik aroma kerang darah lembut)

    berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5% dan 10%, sedangkan

    penilaian terendah sebesar 5,93 terdapat pada perlakuan penambahan tepung

    tapioka 15%.

    Hasil analisis statistik uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan

    penambahan tepung tapioka pada baso kerang darah tidak memberikan pengaruh

    yang nyata terhadap aroma baso kerang darah, hal ini di sebabkan tepung tapioka

    memberikan aroma netral terhadap produk. (Redley 1976 dalam Erdiansyah

    2006).

    c) Rasa

    Rasa merupakan parameter penting untuk menentukan diterima atau

    tidaknya suatu produk. Setinggi apapun kandungan gizi suatu produk, jika rasanya

    tidak disukai maka produk tersebut akan ditolak oleh panelis dan tujuan

    peningkatan gizi dalam produk tidak tercapai (Maharani 2009). Hasil uji skoring

    parameter rasa baso kerang darah disajikan pada Tabel 14.

    Tabel 8. Nilai Rata-rata Rasa Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan

    Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata

    5 5 4,73 a

    7,5 5 5,00 a

    10 5 5,53 a

    12,5 7 6,47 a

    15 7 6,33 a

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

  • Penilaian panelis pada rasa baso kerang darah memiliki median berkisar

    antara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa

    baso kerang darah tertinggi sebesar 6,47 (enak, rasa kerang darah agak dominan)

    berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%, sedangkan penilaian

    terendah sebesar 4,73 (agak enak, rasa kerang darah sedikit) terdapat pada

    perlakuan penambahan tepung tapioka 5%.

    Berdasarkan hasil analisis Friedman, semua perlakuan penambahan tepung

    tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa baso kerang darah.

    Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung tapioka tidak mempengaruhi

    rasa pada baso kerang darah karena kandungan pati yang terdapat dalam tepung

    tapioka menyebabkan rasa baso menjadi netral (Redley 1976 dalam Erdiansyah

    2006).

    d) Tekstur

    Tekstur merupakan salah satu faktor yang menentukan penerimaan suatu

    produk. Penilaian tekstur bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis

    terhadap tingkat elastisitas atau kekenyalan suatu produk yang dapat dinilai

    menggunakan indera peraba, yaitu lewat rangsang sentuhan. Hasil uji skoring

    mengenai tekstur baso kerang darah disajikan pada Tabel 15.

    Tabel 9. Nilai Rata-rata Tekstur Baso Kerang Darah Berdasarkan

    Penambahan Tepung Tapioka

    Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata

    5 5 4,60 a

    7,5 5 5,67 a

    10 5 6,07 ab

    12,5 7 6,60 b

    15 7 6,47 b

    Keterangan: Perlakuan yang memiliki taraf nyata dengan huruf yang sama

    menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada

    tingkat kesalahan 15%.

  • Penilaian panelis pada tekstur baso kerang darah memiliki median berkisar

    antara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

    tekstur baso kerang darah tertinggi sebesar 6,60 (agak padat, agak kompak,

    kenyal) berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%, sedangkan

    penilaian terendah sebesar 4,60 (agak padat, agak kompak, agak kenyal) terdapat

    pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%.

    Hasil uji statistik menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka

    sebanyak 5% berbeda nyata dengan perlakuan penambahan tepung tapioka

    sebanyak 12,5% dan 15%. Penambahan tepung tapioka menyebabkan nilai tekstur

    baso kerang darah cenderung bertambah dan meningkat.

    Kelebihan yang dimiliki oleh tepung tapioka adalah larutannya yang

    jernih, kekuatan gel nya yang bagus, mempunyai rasa yang netral mempunyai

    daya rekat yang baik, dan menghasilkan warna yang mengkilap pada produk yang

    dihasilkannya (Radley 1976 dalam Erdiansyah 2006).

    1.3 Uji Bayes

    Tabel 10. Nilai Bobot Kriteria Baso Kerang Darah

    Kriteria Penilaian Bobot

    Kenampakan 0,328

    Aroma 0,210

    Rasa 0,162

    Tekstur 0,300

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai bobot kriteria tertinggi baso

    kerang darah sebesar 0,328 terdapat pada kriteria kenampakan, diikuti oleh

    kriteria tekstur sebesar 0,300, kriteria aroma sebesar 0,210 dan terakhir kriteria

    rasa sebesar 0,162. Hal ini menunjukkan bahwa kenampakan merupakan kriteria

    terpenting yang menentukan keputusan akhir panelis dalam memilih produk baso

    kerang darah.

  • Tabel 11. Matriks Keputusan Penilaian Baso Kerang Darah

    Penambahan

    Tepung

    Tapioka

    Kenampakan Aroma Rasa Tekstur Nilai

    Alternatif Rank

    (5%) 6,33 5,27 4,47 3,27 4,83 0,164

    (7,5%) 5,93 5,40 5,40 4,73 5,37 0,182

    (10%) 6,87 6,20 6,20 6,07 6,33 0,214

    (12,5%) 6,33 6,20 7,27 7,53 6,83 0,231

    (15%) 5,80 5,67 6,20 7,00 6,17 0,209

    Bobot Kriteria 0,328 0,210 0,162 0,300 29,53 1

    Berdasarkan hasil perhitungan uji Bayes didapatkan hasil baso kerang

    darah yang ditambahkan tepung tapioka sebanyak 12,5% memiliki nilai alternatif

    tertinggi, yaitu sebesar 6,83, diikuti oleh penambahan tepung tapioka 10% sebesar

    6,33, penambahan tepung tapioka 15% sebesar 6,17, penambahan tepung tapioka

    7,5% sebesar 5,37, dan terakhir penambahan tepung tapioka 5% sebesar 4,83.

    Berdasarkan semua parameter yang diamati, penggunaan tepung tapioka

    sebesar 12,5% merupakan perlakuan yang memiliki karakteristik terbaik, disukai

    panelis, dan mempunyai nilai alternatif tertinggi.

    1.4 Hasil Analisis Kimia

    Analisis kimia terhadap sampel kerang darah yang digunakan dalam

    pembuatan baso dilakukan dengan metode APHA di Pusat Penelitian Sumber

    Daya Alam dan Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung dengan hasil

    kandungan timbal (Pb) sebesar 0.0558 ppm. Hal ini bahwa kerang darah masih

    layak untuk dikonsumsi dan layak sebagai bahan baku untuk pembuatan baso.

  • Menurut BPOM no. 00.06.1.52.4011 penetapan batas maksimum cemaran

    mikroba dan kimia dalam makanan sebesar 1,5 ppm.

    1.5 Hasil Pengamatan

    Hasil seluruh pengamatan penambahan tepung tapioka pada baso kerang

    darah disajikan pada Tabel 18.

    Tabel 12. Hasil Keseluruhan Pengamatan Terhadap Baso Kerang Darah

    Pengamatan

    Perlakuan (%)

    5 7,5 10 12,5 15

    Hasil

    Uji

    Bayes

    Uji lipat 2c 3b 3b 3b 4a

    Uji hedonik

    Kenampakan 6,33a 5,93a 6,87a 6,33a 5,80a 0,328

    Aroma 5,27a 5,40a 6,20a 6,20a 5,67a 0,210

    Rasa 4,47a 5,40ab 6,20ab 7,27b 6,20ab 0,162

    Tekstur 3,27a 4,73ab 6,07b 7,53c 7,00bc 0,300

    Nilai

    alternatif

    4,83 5,37 6,33 6,83 6,17 29,53

    Hasil uji elastisitas dengan uji lipat menunjukkan bahwa perlakuan

    penggunaan tepung tapioka 12,5%, menghasilkan baso yang cukup kenyal dan

    agak padat. Perlakuan penggunaan tepung tapioka 15% cenderung kenyal dan

    padat. Perlakuan penggunaan tepung tapioka 5% cenderung kurang kenyal dan

    lunak. Perbedaan ini diakibatkan pengaruh daya serap air dengan tingkat

    penambahan tepung tapioka pada produk, sehingga menyebabkan tingkat

    kekenyalan yang berbeda.

    Hasil uji organoleptik (hedonik) dengan uji Bayes untuk pengambilan

    keputusan dari panelis menunjukan kriteria kenampakan merupakan pertimbangan

    utama dalam memilih produk baso kerang darah kemudian diikuti oleh tekstur,

    aroma dan rasa. Berdasarkan hasil nilai alternatif menunjukan bahwa perlakuan

  • penambahan tepung tapioka 12,5% lebih disukai dibandingkan dengan perlakuan

    lainnya.

    Berdasarkan semua parameter yang diamati, terutama jika dilihat dari hasil

    uji organoleptik yang dilakukan dari seluruh perlakuan maka penggunaan tepung

    tapioka 12,5% mengahasilkan baso kerang darah yang lebih disukai dibandingkan

    dengan perlakuan lainnya.