BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...

33
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan jumlah lansia keseluruhan sebesar 102 lansia dan yang aktif memeriksakan diri di Posbindu Bumi Asri sebanyak 51 orang. Hasil laporan Posbindu lansia yang menderita hipertensi sebanyak 16 orang sehingga dalam penelitian ini yang dijadikan responden penelitian adalah sebanyak 35 responden yaitu lansia yang tidak menderita hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-6 Bulan April 2014, dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah responden. 2. Karakteristik responden penelitian a. Umur responden Tabel 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur lansia di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang Keterangan Mean Median Min Maksimum SD Umur 64,63 64 60 77 3,76 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur responden rata- rata 64,63 tahun dengan median sebesar 64 tahun. Umur termuda adalah 60 tahun dan umur tertua adalah 77 tahun dengan standar deviasi sebesar 3,76. Kategori umur selajutnya disajikan sebagai berikut:

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW

IV ini terdiri dari 10 RT dengan jumlah lansia keseluruhan sebesar 102

lansia dan yang aktif memeriksakan diri di Posbindu Bumi Asri sebanyak

51 orang. Hasil laporan Posbindu lansia yang menderita hipertensi

sebanyak 16 orang sehingga dalam penelitian ini yang dijadikan

responden penelitian adalah sebanyak 35 responden yaitu lansia yang

tidak menderita hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-6

Bulan April 2014, dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah

responden.

2. Karakteristik responden penelitian

a. Umur responden

Tabel 4.1

Deskripsi Responden Berdasarkan Umur lansia di Posbindu Bumi Asri

RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Keterangan Mean Median Min Maksimum SD

Umur 64,63 64 60 77 3,76

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur responden rata-

rata 64,63 tahun dengan median sebesar 64 tahun. Umur termuda

adalah 60 tahun dan umur tertua adalah 77 tahun dengan standar

deviasi sebesar 3,76. Kategori umur selajutnya disajikan sebagai

berikut:

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

44

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur lansia di Posbindu Bumi

Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Umur Frekuensi Persentase (%)

Elderly (60-74 tahun)

Old (75-90 tahun)

34

1

97,1

2,9

Jumlah 35 100

Kategori usia lanjut berdasarkan Mubarak dkk (2006)

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa umur respoden sebagian

besar adalah kelompok elderly sebanyak 34 orang (97,1%), dan

yang kelompok umur old sebanyak 1 orang (2,9%).

b. Jenis kelamin responden

Tabel 4.3

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin lansia di Posbindu

Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki

Perempuan

12

23

34,3

65,7

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin respoden

sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah 23 orang (65,7%),

dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (34,3%).

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Persepsi Kerentanan

Tabel 4.4

Deskripsi Responden Berdasarkan persepsi kerentanan lansia di

Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Keterangan Mean Median Min Maksimum SD

Persepsi kerentanan 36,51 36 29 43 3,45

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

45

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa skor rata-rata persepsi

kerentanan adalah 36,51 dengan median 36. Skor terendah adalah 29

dan skor tertinggi adalah 43. Standar deviasi berada pada angka 3,45.

Hasil uji kenormalan ditemukan bahwa persepsi kerentanan tidak

berdistribusi normal dengan nilai p sebesar 0,010 (< 0,05) sehingga

pengkategorian data didasarkan pada nilai median.

Tabel 4.5

Distribusi frekuensi Berdasarkan persepsi kerentanan lansia di

Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Persepsi kerentanan Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik

Baik

10

25

28,6

71,4

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar respoden

memiliki persepsi kerentanan yang baik yaitu sebanyak 25 orang

(71,4%), yang memiliki persepsi kerentanan yang tidak baik sebanyak

10 orang (28,6%). Berdasarka hasil jawaban pada tiap item pertanyaan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.6

Distribusi frekuensi tiap item pernyataan pada persepsi kerentanan

lansia di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

No Pernyataan Tidak baik Baik

n % n %

1 Hipertensi dapat menyerang siapa saja 4 11,4 31 88,6

2 Semakin tua akan rentan dengan Hipertensi 1 2,9 34 97,1

3 Faktor penyebab hipertensi salah satunya adalah usia 4 11,4 31 88,6

4 Aktivitas fisik yang rendah menjadi perangsang

timbulnya hipertensi 5 14,3 30 85,7

5 Kurang olah raga dapat menyebabkan penyakit

Hipertensi 13 37,1 22 62,8

6 Porsi makan yang besar penyebab penimbunan lemak

yang menyebabkan hipertensi 1 2,9 34 97,1

7 Mengurangi makanan yang berlemak dapat

mengendalikan penyakit hipertensi 4 11,4 31 88,6

8 Badan yang gemuk pertanda orang sehat 34 97,1 1 2,9

9 Kelebihan berat badan menjadi salah satu penyebab

hipertensi 4 11,4 31 88,6

10 Rasa pusing bukan pertanda penyakit hipertensi 5 14,3 30 85,7

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

46

No Pernyataan Tidak baik Baik

n % n %

11 Gejala hipertensi ditunjukkan dengan sering sakit

kepala, cepat capek dan lesu

13 37,1 22 62,8

12 Makanan yang asin penyebab meningkatnya tekanan

darah

2 5,7 33 94,3

Persepsi kerentanan yang baik tersebut ditunjukkan dari pernyataan

semakin tua akan rentan dengan hipertensi sebanyak 97,1%

responden, pernyataan tentang upaya mengurangi makanan berlemak

untuk mencegah hipertensi sebanyak 97,1% responden dan pernyataan

tentang menghindari makanan yang asin agar tidak menyebabkan

peningkatan tekanan darah sebanyak 94,3% responden.

b. Persepsi Keparahan

Tabel 4.7

Deskripsi Responden Berdasarkan persepsi keparahan lansia di

Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Keterangan Mean Median Min Maksimum SD

Persepsi keparahan 35,23 35 30 44 3,42

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa skor rata-rata persepsi

keparahan adalah 35,23 median 35. Skor terendah adalah 30 dan skor

tertinggi adalah 44. Standar deviasi berada pada angka 3,42. Hasil uji

kenormalan ditemukan bahwa persepsi keparahan tidak berdistribusi

normal dengan nilai p sebesar 0,001 (< 0,05) sehingga pengkategorian

data didasarkan pada nilai median.

Tabel 4.8

Distribusi frekuensi Berdasarkan persepsi keparahan lansia di

Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Persepsi keparahan Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik

Baik

21

14

60,0

40,0

Jumlah 35 100

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

47

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa sebagian besar respoden

memiliki persepsi keparahan yang tidak baik yaitu sebanyak 21 orang

(60,0%), yang memiliki persepsi keparahan yang baik sebanyak 14

orang (40,0%). Berdasarkan hasil jawaban pada tiap item pertanyaan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.9

Distribusi frekuensi tiap item pernyataan pada persepsi keparahan

lansia di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

No Pernyataan Tidak baik Baik

n % n %

1. Hipertensi yang berat dapat menyebabkan stroke 0 0 35 100

2 Hipertensi berat menyebabkan komplikasi dengan

penyakit jantung 6 17,1 29 82,9

3 Kurang berolah raga dapat menyebabkan hipertensi

bertambah parah 0 0 35 100

4 Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan

penimbunan lemak sehingga dapat menimbulka

hipertensi 2 5,7 33 94,3

5. Mengkonsumsi ikan laut yang diawetkan dapat

memperparah hipertensi 4 11,4 31 88,6

6. Menghindari stress merupakan salah satu upaya

mengendalikan penyakit hipertensi 1 2,9 34 97,1

7. Usia yang tua bukan penghalang untuk ikut berfikir

keras mencukupi kebutuhan keluarga 0 0 35 100

8. Menambahkan garam pada makanan dapat

menambah kenikmatan 6 17,1 29 82,9

9. Hipertensi yang parah hanya menyebabkan pusing

saja 0 0 35 100

10 Tidak mengkonsumsi makanan yang diawetkan

untuk menjaga tekanan darah 2 5,7 33 94,3

11 Mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menghindari

stress 2 5,7 33 94,3

Persepsi keparahan yang tidak baik tersebut ditunjukkan dari

pernyataan tidak ada kekhawatiran terhadap penyakit hipertensi

karena hipertensi yang parah hanya menimbulkan rasa pusing saja

sebanyak 100% responden. Pernyataan tentang usia yang tua bukan

penghalang untuk ikut berfikir keras mencukupi kebutuhan keluarga

sebanyak 100% responden, dan pernyataan menambahkan garam pada

makanan dapat menambah kenikmatan sebanyak 82,9% responden.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

48

c. Persepsi manfaat

Tabel 4.10

Deskripsi Responden Berdasarkan persepsi manfaat lansia di Posbindu

Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Keterangan Mean Median Min Maksimum SD

Persepsi manfaat 34 33 30 43 3,19

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa skor rata-rata persepsi

manfaat adalah 34 dengan median 33. Skor terendah adalah 30 dan

skor tertinggi adalah 43. Standar deviasi berada pada angka 3,19.

Hasil uji kenormalan ditemukan bahwa persepsi manfaat tidak

berdistribusi normal dengan nilai p sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga

pengkategorian data didasarkan pada nilai median.

Tabel 4.11

Distribusi frekuensi Berdasarkan persepsi manfaat lansia di Posbindu

Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Persepsi manfaat Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik

Baik

20

15

57,1

42,9

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa sebagian besar respoden

memiliki persepsi manfaat yang tidak baik yaitu sebanyak 20 orang

(57,1%), yang memiliki persepsi manfaat yang baik sebanyak 15

orang (42,9%). Berdasarkan hasil jawaban pada tiap item pertanyaan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.12

Distribusi frekuensi tiap item pernyataan pada persepsi manfaat lansia

di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

No Pernyataan Tidak baik Bak

n % n %

1 Melakukan diet untuk mengendalikan penyakit

hipertensi 0 0 35 100

2 Menghindari makanan asin dapat mengontrol

hipertensi 0 0 35 100

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

49

No Pernyataan Tidak baik Bak

n % n %

3 Olah raga dapat menjaga kebugaran penderita

hipertensi

4 11,4 31 88,5

4 Lansia tidak perlu beraktifitas fisik 2 5,7 33 94,3

5 Hipertensi dapat dikendalikan melalui terapi obat 5 14,3 30 85,7

6 Hipertensi tidak perlu diobati 5 14,3 30 85,7

7 Hipertensi yang terkendali tidak akan menyebabkan

komplikasi

0 0 35 100

8 Banyak makan sayur dan buah dapat mengontrol

tekanan darah

0 0 35 100

9 Sari buah kalengan dapat menggantikan fungsi buah

yang sebenarnya

4 11,4 31 88,5

10 Makan yang banyak untuk menambah kekuatan

tubuh

2 5,7 33 94,3

11 Menghentikan kebiasaan buruk untuk menjaga

tekanan darah

1 2,9 34 97,1

Persepsi manfaat yang tidak baik ditunjukkan pada pernyataan lansia

tidak perlu beraktifitas fisik sebanyak 94,3% responden, 85,7%

responden menyatakan hipertensi tidak perlu diobati dan 88,5%

responden menganggap sari buah kalengan dapat menggantikan fungsi

buah yang sebenarnya.

d. Persepsi Hambatan

Tabel 4.13

Deskripsi Responden Berdasarkan persepsi hambatan lansia di

Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Keterangan Mean Median Min Maksimum SD

Persepsi hambatan 35,06 35 27 43 3,43

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa skor rata-rata persepsi

hambatan adalah 35,06 dengan median 35. Skor terendah adalah 27

dan skor tertinggi adalah 43. Standar deviasi berada pada angka 3,43.

Hasil uji kenormalan ditemukan bahwa persepsi hambatan

berdistribusi normal dengan nilai p sebesar 0,361 (> 0,05) sehingga

pengkategorian data didasarkan pada nilai mean.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

50

Tabel 4.14

Distribusi frekuensi Berdasarkan persepsi hambatan lansia di

Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Persepsi hambatan Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik

Baik

19

16

54,3

45,7

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa sebagian besar respoden

memiliki persepsi hambatan yang tidak baik yaitu sebanyak 19 orang

(54,3%), yang memiliki persepsi hambatan yang baik sebanyak 16

orang (45,7%). Berdasarkan hasil jawaban pada tiap item pertanyaan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.15

Distribusi frekuensi tiap item pernyataan pada persepsi hambatan

lansia di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

No Pernyataan Tidak baik Baik

n % n %

1 Jauhnya pelayanan kesehatan menghambat lansia

untuk memeriksakan penyakit hipertensi 2 5,7 33 94,3

2 Posyandu lansia membantu saya untuk memeriksa

kesehatan secara rutin 3 8,6 32 91,5

3 Kondisi perekonomian keluarga yang kurang

menyebabkan saya tidak dapat memeriksakan

penyakit saya 8 22,9 27 77,1

4 Tenaga kesehatan di Posyandu masih kurang

sehingga tidak dapat memberikn pelayanan

maksimal 6 17,1 29 82,9

5 Badan yang lemas membuat saya malas berolah

raga 6 17,2 29 82,8

6 Dinginya udara pagi menyebabkan saya malas

berolah raga 10 28,6 25 71,4

7 Keluarga tidak peduli dengan penyakit saya

sehingga saya merasa putus asa 2 5,7 33 94,3

8 Perhatian keluarga membuat saya tetap

bersemangat 3 8,6 32 91,5

9 Mudahnya transportasi membuat saya rajin

memeriksakan diri di pelayanan kesehatan 8 22,9 27 77,1

10 Saya tidak punya kendaraan untuk pergi ke tempat

pelayanan kesehatan sendiri 6 17,1 29 82,9

11 Usia yang sudah tua digunakan untuk bermalas-

malasan saja di rumah 6 17,2 29 82,8

12 Berjalan kaki ke tempat pelayanan kesehatan yang

jauh membuat saya kecapekan 9 25,7 26 74,3

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

51

Persepsi hambatan yang tidak baik ditunjukkan dari pernyataan

jauhnya pelayanan kesehatan menghambat lansia untuk memeriksakan

penyakit hipertensi sebanyak 94,3% responden, 77,1% menyatakan

kondisi perekonomian keluarga yang kurang menyebabkan tidak dapat

memeriksakan penyakitnya, dan 82,8% merasa malas berolah raga

karena dinginnya udara pagi.

e. Upaya pencegahan hipertensi

Tabel 4.16

Deskripsi Responden Berdasarkan upaya pencegahan hipertensi pada

lansia di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Keterangan Mean Median Min Maksimum SD

Upaya pencegahan 13,23 13 8 17 2,49

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa skor rata-rata upaya

pencegahan hipertensi adalah 13,23 dengan median 13. Skor terendah

adalah 8 dan skor tertinggi adalah 17 dengan standar deviasi berada

pada angka 2,49. Hasil uji kenormalan ditemukan bahwa upaya

pencegahan tidak berdistribusi normal dengan nilai p sebesar 0,046

(<0,05) sehingga pengkategorian data didasarkan pada nilai median.

Berdasarkan distribusi frekuensi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.17

Distribusi frekuensi Berdasarkan upaya pencegahan hipertensi lansia

di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Upaya pencegahan Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik

Baik

21

14

60,0

40,0

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa sebagian besar upaya

pencegahan hipertensi respoden dalam kategori tidak baik yaitu

sebanyak 21 orang (60,0%) dan yang baik sebanyak 14 orang (40,0%).

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

52

Tabel 4.18

Distribusi frekuensi tiap item pernyataan pada persepsi hambatan

lansia di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

No Pernyataan Dilakukan Tidak

dilakukan

n % n %

1 Saya mengurangi porsi makan terutama nasi 33 94.3 2 5.7

2 Saya mengkonsumsi makanan lain pengganti

nasi 33 94.3 2 5.7

3 Saya banyak makan sayur 28 80.0 7 20.0

4 Saya banyak makan buah 14 40.0 21 60.0

5 Saya berusaha mengurangi berat badan saya

agar menjadi ideal 34 97.1 1 2.9

6 Saya diet ketat untuk mengurangi berat

badan 30 85.7 5 14.3

7 Saya tidak makan makanan asin 17 48.6 18 51.4

8 Saya sudah tidak lagi makan daging 27 77.1 8 22.9

9 Saya berolah raga dengan teratur agar tubuh

saya bugar 33 94.3 2 5.7

10 Saya melakukan aktifitas fisik di rumah agar

selalu berkeringat 33 94.3 2 5.7

11 Saya tidak mengkonsumsi makanan kalengan 28 80.0 7 20.0

12 Saya tidak makan makanan yang dawetkan 14 40.0 21 60.0

13 Saya menghentikan kebiasaan merokok

untuk mengontrol tekanan darah saya 34 97.1 1 2.9

14 Saya tidak berkumpul dengan orang-orang

yang merokok 30 85.7 5 14.3

15 Saya menjaga pikiran saya dari stres 17 48.6 18 51.4

16 Saya membuat hidup saya menjadi santai 27 77.1 8 22.9

17 Saya taat dalam beribadah agar hidup

menjadi tenang 31 88.6 4 11.4

Upaya pencegahan yang tidak baik ditunjukkan dari pernyataan saya

banyak makan buah sebanyak 60% responden tidak melakukan,

pernyataan saya tidak makan makanan yang diawetkan sebanyak 60%

responden tidak melakukan, pernyataan saya menjaga pikiran saya

dari stres sebanyak 51,4% responden tidak melakukan dan pernyataan

saya tidak makan makanan asin sebanyak 51,4% responden tidak

melakukan.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

53

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan presepsi kerentanan dengan upaya pencegahan hiptensi

pada lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 dengan

nilai p sebesar 0,000 (nilai p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia. Berdasarkan nilai korelasi sebesar

0,6043 tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan diagram scater plot dapat diketahui bahwa titik-titik

merupakan sebaran dari data sedangkan garis merupakan garis linier,

hasil penelitian ditemukan bahwa kemiringan garis linier bergerak dari

bawah ke atas yang menunjukkan adanya hubungan yang positif

antara kedua variabel. Artinya apabila persepsi kerentanan meningkat

maka ada kecenderungan upaya pencegahan hipertensi juga

meningkat.

r = 0,604 p = 0,000

Grafik 4.1

Hubungan persepsi kerentanan dengan upaya pencegahan hipertensi

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

54

Tabel 4.19

Hasil tabulasi silang antara persepsi kerentanan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto

Semarang Persepsi

kerentanan

Upaya pencegahan

Total % Tidak

baik

% Baik %

Tidak baik

Baik

9

12

90,0

48,0

1

13

10,0

52,0

10

25

100

100

Jumlah 21 60,0 14 40,0 35 100

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa persepsi

kerentanan yang tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak

baik yaitu sebanyak 90,0% dan yang persepsi kerentanannya baik

sebagian besar upaya pencegahan juga baik (52,0%).

b. Hubungan presepsi keparahan dengan upaya pencegahan hiptensi pada

lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Grafik 4.2

Hubungan persepsi keparahan dengan upaya pencegahan hipertensi

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,689 dengan

r = 0,689 p = 0,000

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

55

nilai p sebesar 0,000 (nilai p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia. Berdasarkan nilai korelasi sebesar

0,689 tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan diagram scater plot dapat diketahui bahwa titik-titik

merupakan sebaran dari data sedangkan garis merupakan garis linier,

hasil penelitian ditemukan bahwa kemiringan garis linier bergerak dari

bawah ke atas yang menunjukkan adanya hubungan yang positif

antara kedua variabel. Artinya apabila persepsi keparahan meningkat

maka ada kecenderungan upaya pencegahan hipertensi juga

meningkat.

Tabel 4.20

Hasil tabulasi silang antara persepsi keparahan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto

Semarang Persepsi

keparahan

Upaya pencegahan

Total % Tidak

baik

% Baik %

Tidak baik

Baik

15

6

71,4

42,9

6

8

28,6

57,1

21

14

100

100

Jumlah 21 60,0 14 40,0 35 100

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa persepsi

keparahan yang tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak

baik yaitu sebanyak 71,4% dan yang persepsi kerentanannya baik

sebagian besar upaya pencegahan juga baik (57,1%).

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

56

c. Hubungan presepsi manfaat dengan upaya pencegahan hiptensi pada

lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Grafik 4.3

Hubungan persepsi manfaat dengan upaya pencegahan hipertensi

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,493 dengan

nilai p sebesar 0,003 (nilai p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi manfaat dengan upaya

pencegahan hipertensi. Berdasarkan nilai korelasi sebesar 0,493

tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan diagram scater plot dapat diketahui bahwa titik-titik

merupakan sebaran dari data sedangkan garis merupakan garis linier,

hasil penelitian ditemukan bahwa kemiringan garis linier bergerak dari

bawah ke atas yang menunjukkan adanya hubungan yang positif

antara kedua variabel. Artinya apabila persepsi manfaat meningkat

maka ada kecenderungan upaya pencegahan hipertensi juga

meningkat.

r = 0,493 p = 0,003

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

57

Tabel 4.21

Hasil tabulasi silang antara persepsi manfaat dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto

Semarang Persepsi

manfaat

Upaya pencegahan

Total % Tidak

baik

% Baik %

Tidak baik

Baik

16

5

80,0

33,3

4

10

20,0

66,7

20

15

100

100

Jumlah 21 60,0 14 40,0 35 100

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa persepsi manfaat

yang tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak baik yaitu

sebanyak 80,0% dan yang persepsi kerentanannya baik sebagian besar

upaya pencegahan juga baik (66,7%).

d. Hubungan presepsi hambatan dengan upaya pencegahan hiptensi pada

lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang

Grafik 4.4

Hubungan persepsi hambatan dengan upaya pencegahan hipertensi

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Product

Moment didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,460 dengan nilai

r = 0,460 p = 0,005

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

58

p sebesar 0,005 (nilai p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan dengan upaya

pencegahan hipertensi. Berdasarkan nilai korelasi sebesar 0,460

tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan diagram scater plot dapat diketahui bahwa titik-titik

merupakan sebaran dari data sedangkan garis merupakan garis linier,

hasil penelitian ditemukan bahwa kemiringan garis linier bergerak dari

bawah ke atas yang menunjukkan adanya hubungan yang positif

antara kedua variabel. Artinya apabila persepsi hambatan meningkat

maka ada kecenderungan upaya pencegahan hipertensi juga

meningkat.

Tabel 4.22

Hasil tabulasi silang antara persepsi hambatan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia di RW IV Kelurahan Sambiroto

Semarang Persepsi

hambatan

Upaya pencegahan

Total % Tidak

baik

% Baik %

Tidak baik

Baik

12

9

63,2

56,2

7

7

36,8

43,8

19

16

100

100

Jumlah 21 60,0 14 40,0 35 100

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa persepsi hambatan

yang tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak baik yaitu

sebanyak 63,2% dan yang persepsi kerentanannya baik sebagian besar

upaya pencegahan tidak baik (56,2%).

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

59

C. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Persepsi kerentanan

Hasil penelitian diketahui bahwa skor rata-rata persepsi kerentanan

adalah 36,51 dengan skor terendah adalah 29 dan skor tertinggi adalah

43. Berdasarkan kategorinya didapatkan bahwa sebagian besar

respoden memiliki persepsi kerentanan yang baik yaitu sebanyak 25

orang (71,4%), yang memiliki persepsi kerentanan yang tidak baik

sebanyak 10 orang (28,6%). Persepsi kerentanan yang baik merupakan

bentuk kewaspadaan responden terhadap penyakit yang dihadapi

sehingga menimbulkan rasa kehati-hatian dalam menjaga dan

mengelola agar tidak terserang penyakit hipertensi yang biasanya

banyak diderita oleh lansia.

Berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner persepsi kerentanan yang

baik meliputi semakin tua akan rentan dengan hipertensi sebanyak

97,1% responden, pernyataan tentang upaya mengurangi makanan

berlemak untuk mencegah hipertensi sebanyak 97,1% responden dan

pernyataan tentang menghindari makanan yang asin agar tidak

menyebabkan peningkatan tekanan darah sebanyak 94,3% responden.

Hal ini menunjukkan bahwa responden sadar bahwa di usianya yang

semakin tua maka dirinya akan rentang dengan berbagai penyakit

termasuk penyakit hipertensi.

Hasil penelitian juga masih menemukan persepsi kerentanan dalam

kategori tidak baik. Persepsi kerentanan yang tidak baik berdasarkan

hasil jawaban kusioner meliputi kekurangpahaman responden bahwa

gejala hipertensi dapat ditunjukkan dengan sering sakit kepala, cepat

capek dan lesu serta kurangnya melalukan olah raga untuk

menghindari penyakit hipertensi. Hal ini dapat dipahami karena

dengan usia yang semakin tua responden menganggap bahwa

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

60

kemampuan fisiknya telah melemah sehingga badan akan mudah

capek dan terasa lesu serta ada keengganan untuk melakukan olah raga

secar rutin.

Sesuai dengan teori tentang HBM bahwa persepsi kerentanan

merupakan penilaian individu mengenai kerentanan mereka terhadap

suatu penyakit. Seseorang dapat bertindak untuk mengobati atau

mencegah suatu penyakit, maka dirinya harus menyadari bahwa

dirinya rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata

lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul

bila seseorang telah merasakan bahwa dirinya rentan terhadap

penyakit tersebut. Misalnya mempunyai riwayat penyakit tertentu

dalam keluarga, seperti hipertensi, diabetes atau penyakit jantung dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) menemukan bahwa

menemukan bahwa sebagian besar responden merasa rentan terhadap

suatu penyakit yaitu sebanyak 58,8%. Berdasarkan perasaan rentan

terhadap penyakit ini maka responden penelitian berupaya untuk

melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa

persepsi kerentanan yang tidak baik dapat menyebabkan responden

tidak mempunyai program dalam pencegah penyakit hipertensi. Lansia

merasa bahwa dirinya bukanlah termasuk kelompok umur yang rentan

terhadap penyakit hipertensi sehingga lansia cenderung mengabaikan

penerapan pola hidup sehat seperti menerapkan pola makan, kurang

olah raga dan sebagainya yang dapat menyebabkan resiko penyakit

hipertensi.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

61

b. Persepsi keparahan

Hasil penelitian ini diketahui bahwa skor rata-rata persepsi keparahan

adalah 35,23 dengan skor terendah adalah 30 dan skor tertinggi adalah

44. Berdasarkan kategorinya didapatkan bahwa sebagian besar

respoden memiliki persepsi keparahan yang tidak baik yaitu sebanyak

21 orang (60,0%), yang memiliki persepsi keparahan yang baik

sebanyak 14 orang (40,0%). Persepsi keparahan ini merupakan

perasaan individu lansia tentang tingkat keparahan penyakit hipertensi,

memalui persepsi keparahan yang baik maka responden dapat

melakukan antisipasi cara mencegah terhadap penyakitnya hipertensi.

Berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner, persepsi keparahan yang

tidak baik tersebut ditunjukkan dari pernyataan tidak ada kekhawatiran

terhadap penyakit hipertensi karena hipertensi yang parah hanya

menimbulkan rasa pusing saja sebanyak 100% responden. Pernyataan

tentang usia yang tua bukan penghalang untuk ikut berfikir keras

mencukupi kebutuhan keluarga sebanyak 100% responden, dan

pernyataan menambahkan garam pada makanan dapat menambah

kenikmatan sebanyak 82,9% responden

Persepsi keparahan menimbulkan suatu pertanyaan dari dalam

individu sendiri apakah suatu penyakit atau sakit yang diderita dapat

menyebabkan kematian da berakibat buruk. Persepsi keparahan ini

penilaian individu mengenai seberapa parah dari suatu penyakit dan

konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Kondisi ini

kemudian akan memicu upaya individu untuk mencari pengobatan dan

tindakan pencegahan penyakit yang didorong oleh keseriusan penyakit

tersebut terhadap individu (Kozier, 2011).

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

62

Penelitian yang dilakukan oleh Marno (2012) menemukan bahwa

sebagian besar responden penelitian memiliki persepsi keparahan yang

tidak baik yaitu sebesar 63,3%. Persepsi keparahan yang tidak baik ini

dapat dipahami karena dalam penelitian ini responden penelitian

belum menderita hipertensi sehingga belum ada kekhawatiran yang

kuat terhadap terjadinya komplikasi dari penyakit tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa

persepsi keparahan merupakan perasaan individu tentang keparahan

penyakitnya dimana penyakit hipertensi ini dapat menyebabkan

komplikasi terhadap penyakit lain. Lansia yang merasakan bahaya

penyakit hipertensi dan adanya rasa ketakutan terhadap keparahan

penyakit itu sendiri maka ada upaya yang keras dari lansia untuk

melakukan pencegahan dengan baik.

c. Persepsi manfaat

Hasil penelitian mendapatkan bahwa skor rata-rata persepsi manfaat

adalah 34 dengan skor terendah adalah 30 dan skor tertinggi adalah

43. Berdasarkan kategorinya diketahui bahwa sebagian besar respoden

memiliki persepsi manfaat yang tidak baik yaitu sebanyak 20 orang

(57,1%), yang memiliki persepsi manfaat yang baik sebanyak 15

orang (42,9%). Hal ini menunjukkan bahwa responden penelitian

merasakan tentang manfaat dari upaya pencegahan hipertensi dengan

baik. Pengelolaan terhadap upaya pencegahan hipertensi yang baik

dapat dirasakan dengan tingkat kesehatan lansia yang hingga saat

dilakukannya penelitian ini tidak menderita hipertensi.

Hasil penelitian juga menemukan adanya persepsi manfaat yang tidak

baik cukup besar yaitu 57,1%. Hasil jawaban dari kuesioner

menunjukkan bahwa persepsi manfaat yang tidak baik ditunjukkan

pada pernyataan lansia tidak perlu beraktifitas fisik sebanyak 94,3%

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

63

responden, 85,7% responden menyatakan hipertensi tidak perlu

diobati dan 88,5% responden menganggap sari buah kalengan dapat

menggantikan fungsi buah yang sebenarnya. Hasil ini menunjukkan

bahwa responden tidak merasakan manfaat dari berberapa pernyataan

di atas. Aktivitas fisik dengan berolah raga dapat membantu lansia

mencegah hipertensi serta menghindari makanan-makanan yang sudah

diawetkan walaupun itu berbentuk sari buah maka dapat menghindari

penyakit hipertensi.

Persepsi manfaat merupakan penilaian individu mengenai keuntungan

yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan

dan persepsi rintangan adalah penilaian individu mengenai besar

hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang

disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial. Hal ini

berkaitan dengan adanya suatu hambatan yang dirasakan oleh

individu untuk mendapatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009) menemukan bahwa

pada persepsi manfaat sebagian besar responden (71,4%) mempunyai

tingkat persepsi manfaat pencegahan penyakit katagori rendah dan

28,6 % dalam katagori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa

responden kurang menyadari tentang pentingnya pencegahan

hipertensi sehingga persepsinya terhadap manfaat pencegahan

hipertensi menjadi rendah dan cenderung mengabaikan berbagai

upaya yang dapat mencegah timbullnya penyakit hipertensi.

d. Persepsi hambatan

Hasil penelitian diketahui bahwa skor rata-rata persepsi hambatan

adalah 35,06 dengan skor terendah adalah 27 dan skor tertinggi adalah

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

64

43. Berdasarkan kategorinya menunjukkan bahwa sebagian besar

respoden memiliki persepsi hambatan yang tidak baik yaitu sebanyak

19 orang (54,3%), yang memiliki persepsi hambatan yang baik

sebanyak 16 orang (45,7%). Hal ini menunjukkan bahwa responden

penelitian mampu mempersepsikan hambatan untuk dapat melakukan

pencegahan hipertensi dengan baik, artinya responden dapat

mengelola hambatan yang merintangi dirinya untuk mencegah

penyakit hipertensi sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

mencegah penyakit hipertensi tetap berjalan dengan baik.

Hasil jawaban kuesioner ditemukan persepsi hambatan yang tidak baik

ditunjukkan dari pernyataan jauhnya pelayanan kesehatan

menghambat lansia untuk memeriksakan penyakit hipertensi sebanyak

94,3% responden, 77,1% menyatakan kondisi perekonomian keluarga

yang kurang menyebabkan tidak dapat memeriksakan penyakitnya,

dan 82,8% merasa malas berolah raga karena dinginnya udara pagi.

Hal ini mengindikasikan bahwa faktor jarak yang jauh serta kondisi

perekonomian keluarga menjadi kendala bagi lansia untuk

memeriksakan kesehatannya.

Persepsi hambatan juga masih menemukan yang tidak baik cukup

besar yaitu sebesar 54,3%. Persepsi hambatan yang tidak baik tersebut

dapat berupa jauhnya pelayanan kesehatan menghambat lansia untuk

memeriksakan penyakit hipertensi, kondisi perekonomian keluarga

yang kurang menyebabkan tidak dapat memeriksakan penyakitnya,

dan merasa malas berolah raga karena dinginnya udara pagi. Hal ini

menunjukkan bahwa responden mempunyai banyak kendala dan

hambatan dalam upaya mencegah penyakit hipertensi oleh lansia.

Responden tidak mampu mengatasi berbagai hambatan dan kendala

yang ada selama proses pencegahan terhadap penyakit hipertensi.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

65

Persepsi hambatan merupakan aspek negatif yang terdapat pada suatu

tindakan kesehatan tertentu, yang mungkin menjadi penghalang untuk

melakukan perilaku pencegahan penyakit, misalya rasa malu, takut,

rasa sakit (Odgen, 1996).

Hasil penelitian Marno (2012) menemukan bahwa sebagian besar

respoden memiliki persepsi hambatan yang tidak baik yaitu sebanyak

56,7%. Hal ini menunjukkan bahwa responden penelitian tidak

mampu mempersepsikan hambatan yang dapat digunakan untuk

melakukan pengelolaan terhadap suatu penyakit dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa

persepsi hambatan yang dianggap sebagai penghalang untuk

melakukan perilaku pencegahan penyakit hipertensi banyak ditemukan

pada permasalahan jauhnya jarak lokasi pelayanan kesehatan serta

keterbatasan ekonomi keluarga.

e. Upaya pencegahan hipertensi

Hasil penelitian didapatkan bahwa skor rata-rata upaya pencegahan

hipertensi adalah 13,23 dengan skor terendah adalah 8 dan skor

tertinggi adalah 17. Berdasarkan kategorinya menunjukkan bahwa

sebagian besar upaya pencegahan hipternsi oleh respoden dalam

kategori tidak baik yaitu sebanyak 21 orang (60,0%) dan yang baik

sebanyak 14 orang (40,0%). Hal ini menunjukkan bahwa responden

penelitian dapat melakukan upaya pencegahan hipetensi dengan

berbagai cara pencegahan seperti menjaga pola makan,

memperbanyak makan sayur dan buah, mengurangi berat badan, tidak

merokok, berolah raga dan tindakan-tindakan pencegahan lainnya.

Upaya pencegahan yang tidak baik ditunjukkan dari pernyataan saya

banyak makan buah sebanyak 60% responden tidak melakukan,

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

66

pernyataan saya tidak makan makanan yang diawetkan sebanyak 60%

responden tidak melakukan, pernyataan saya menjaga pikiran saya

dari stres sebanyak 51,4% responden tidak melakukan dan pernyataan

saya tidak makan makanan asin sebanyak 51,4% responden tidak

melakukan.

Upaya pencegahan penyakit hipertensi merupakan upaya untuk

meminimalisir faktor-faktor resiko penyebab hipertensi yang meliputi

mengatasi obesitas, mengurangi asupan garam, diet rendah lemak,

menciptakan keadaan rileks atau manajemen stres, melakukan olah

raga teratur dan berhenti merokok (Depkes RI, 2006).

Penelitian yang dilakukan Budisetio (2010) menemukan bahwa

pencegahan hipertensi kurang dapat dilakukan dan sebagian besar

responden lebih banyak yang melakukan upaya pengobatan.

Pencegahan terhadap hipertensi seharusnya merupakan kepanjangan

alami dari pengobatan yang sangat penting.

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa upaya

pencegahan yang tidak baik ini merupakan implementasi dari semua

aktivitas yang merupakan pantangan seperti pola makan yang tidak

baik, merokok, banyak mengkonsumsi garam dapur, kurangnya

aktivitas fisik dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa responden

penelitian masih melakukan atau mengkonsumsi beberapa jenis

mekanan yang memang seharusnya dihindari untuk mencegah

terserang penyakit hipertensi.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

67

2. Analisis bivariat

a. Hubungan presepsi kerentanan dengan upaya pencegahan

hipertensi pada lansia

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 dengan

nilai p sebesar 0,000 (p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia. Hubungan kedua variable adalah

positif yaitu apabila persepsi kerentanan meningkat maka ada

kecenderungan upaya pencegahan hipertensi juga meningkat.

Berdasarkan nilai korelasi tersebut menunjukkan tingkat hubungan

yang cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa

persepsi kerentanan yang tidak baik sebagian besar upaya

pencegahannya tidak baik yaitu sebanyak 90,0% dan yang persepsi

kerentanannya baik sebagian besar upaya pencegahan juga baik

(52,0%).

Persepsi kerentanan ini lebih menitikberatkan pada seseorang yang

bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, yaitu dalam

hal ini adalah lansia yang telah memahami atau merasakan bahwa

dirinya rentan terhadap penyakit hipertensi. Dengan kata lain, suatu

tindakan pencegahan suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah

merasakan bahwa dirinya rentan terhadap penyakit tersebut. Persepsi

kerentanan ini timbul sebagai akibat dari kesadaran individu bahwa

dirinya rentan terhadap suatu penyakit. Bentuk perilaku ini sebagai

upaya untuk mengantisipasi kerentanan penyakit hipertensi

diwujudkan dalam bentuk berbagai perilaku yang dapat mencegah

penyakit hipertensi.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh persepsi tentang kerentanan

terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

68

kerentanan terhadap penyakit dan adanya kepercayaan bahwa

perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Seseorang merasa

perlu melakukan tindakan pengobatan ketika dirinya telah menerima

kerentanan suatu penyakit dan menganggap hal itu serius. Keyakinan

terhadap sesuatu yang dianggap menguntungkan akan merangsang

seseorang melakukan tindakan untuk memperoleh keuntungan tersebut

(Notoatmodjo, 2007).

Penelitian Marno (2012) menemukan bahwa persepsi kerentanan

berhubungan secara signifkan terhadap praktik diet sebagai upaya

pencegahan penyakit diabetes. Persepsi kerentanan yang baik maka

akan menimbulkan praktik pencegahan yang baik pula dan sebaliknya.

b. Hubungan presepsi keparahan dengan upaya pencegahan

hipertensi pada lansia

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,689 dengan

nilai p sebesar 0,000 (p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan upaya

pencegahan hipertensi. Bentuk hubungan kedua variabel adalah positif

yaitu apabila persepsi keparahan meningkat maka ada kecenderungan

upaya pencegahan hipertensi juga meningkat. Berdasarkan nilai

korelasi tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang cukup kuat.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi keparahan

yang tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak baik yaitu

sebanyak 71,4% dan yang persepsi kerentanannya baik sebagian besar

upaya pencegahan juga baik (57,1%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kumboyono, Supriati, dan Roesardhyati (2011) menemukan bahwa

terdapat hubungan yang kuat antara persepsi keparahan penyakit

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

69

dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Responden

dalam penelitian ini berpersepsi bahwa penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang parah, sehingga responden merasa bahwa dirinya harus

segera melakukan tindakan pengobatan. Hal ini yang mendorong

pasien untuk mematuhi pengobatan yang telah diberikan kepadanya

oleh tenaga kesehatan.

Persepsi keparahan ini didasarkan pada tindakan individu untuk

mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh

keseriusan penyakit tersebut terhadap individu. Penyakit hipertensi

yang belum menunjukkan gejala keparahan dianggap sebagai suatu

penyakit yang biasa karena gejala dan komplikasinya berlangsung

lama. Namun demikian bagi lansia yang memahami tentang bahaya

penyakit hipertensi yang tidak dapat disembuhkan harus mewaspadai

tentang keparahan penyakit ini dimana penyakit ini hanya dapat

dikontrol.

Sesuai dengan pendapat Thalacker (2011) bahwa jika seseorang

memiliki persepsi parah terhadap penyakit hipertensi, maka seseorang

tersebut akan lebih cenderung untuk mengubah gaya hidup menjadi

lebih baik dan mengikuti pengobatan yang direkomendasikan oleh

tenaga kesehatan. Gaya hidup yang diubah meliputi berhenti merokok,

mengurangi stress, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi berat

badan berlebih dan mengurangi sodium dan lemak hewani dalam diet

yang telah diakui oleh program tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa

persepsi terhadap keparahan penyakit hipertensi dapat meningkatkan

rasa kepatuhan bagi penderita untuk melakukan pengelolaan dengan

salah satu caranya adalah dengan melakukan pencegahan terhadap

penyakit hipertensi. Hal ini terutama bagi responden yang telah

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

70

merasakan lamanya penyakit ini dan ditambah dengan adanya

komplikasi penyakit maka keinginan untuk dapat tetap sehat akan

dilakukan dengan berbagai upaya termasuk sangat berhati-hati dengan

pola makannya.

c. Hubungan presepsi manfaat dengan upaya pencegahan hipertensi

pada lansia

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,493 dengan

nilai p sebesar 0,003 (p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi manfaat dengan upaya

pencegahan hipertensi. Bentuk hubungan kedua variabel adalah positif

yaitu apabila persepsi manfaat meningkat maka ada kecenderungan

upaya pencegahan hipertensi juga meningkat. Berdasarkan nilai

korelasi tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang cukup.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi manfaat yang

tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak baik yaitu

sebanyak 80,0% dan yang persepsi kerentanannya baik sebagian besar

upaya pencegahan juga baik (66,7%).

Persepsi manfaat ini dapat dijelaskan bahwa individu yang merasa

dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius),

maka akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan

tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang

ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. (Notoatmodjo, 2007).

Hal senada juga dikemukakan oleh Odgen (1996) bahwa persepsi

manfaat ini mengacu pada keyakinan individu mengenai keefektifan

suatu tindakan dalam mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh

suatu penyakit.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

71

Hasil penelitian Marno (2012) menemukan bahwa persepsi manfaat

berhubungan secara signifikan terhadap praktik diet dalam

pencegahan diabetes. Persepsi manfaat yang baik yang ditunjukkan

dengan perilaku diet yang patuh maka berpengaruh terhadap praktik

diet itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti berpendapat bahwa

persepsi manfaat dari tindakan lebih menentukan daripada rintangan-

rintangan yang mungkin ditemukan di dalam melakukan tindakan

tersebut. Seperti halnya dengan penderita hipertensi yang memahami

bahwa dirinya rentan terkena penyakit hipertensi maka ada upaya

untuk melakukan tindakan yang dapat mencegahnya. Tindakan itu

sendiri adalah berupa kepatuhan terhadap diet, olah raga, dan

pemeriksaan secara rutin walaupun dalam melakukan tindakan

pencegahan ini banyak sekali rintangan yang dihadapi, namun dengan

memahami manfaat pentingnya upaya pencegahan maka rintangan-

rintangan tersebut menjadi terkalahkan.

d. Hubungan presepsi hambatan dengan upaya pencegahan

hipertensi pada lansia

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,460 dengan

nilai p sebesar 0,005 (p< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada

hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan dengan upaya

pencegahan hipertensi pada lansia. Bentuk hubungan kedua variabel

adalah positif yaitu apabila persepsi hambatan meningkat maka ada

kecenderungan upaya pencegahan hipertensi juga meningkat.

Berdasarkan nilai korelasi tersebut menunjukkan tingkat hubungan

yang cukup. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi

hambatan yang tidak baik sebagian besar upaya pencegahannya tidak

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

72

baik yaitu sebanyak 63,2% dan yang persepsi kerentanannya baik

sebagian besar upaya pencegahan tidak baik (56,2%).

Persepsi hambatan ini merupakan penilaian individu mengenai besar

hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang

disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial. Hal ini

berkaitan dengan adanya hambatan-hambatan yang dirasakan oleh

individu untuk mendapatkan kesehatan. Persepsi hambatan merupakan

bentuk terakhir dari teori HBM yaitu merupakan persepsi terhadap

hambatan yang akan dihadapi dari tindakan atau perilaku kesehatan.

Suatu tindakan bisa saja tidak diambil oleh seseorang, meskipun

individu tersebut percaya terhadap keuntungan mengambil tindakan

tersebut. Hal ini bisa saja disebabkan oleh hambatan. Hambatan

mengacu pada karakteristik dari pengukuran sebuah pencegahan

seperti merepotkan, mahal, tidak menyenangkan atau bahkan

menyakitkan. Karakteristik ini dapat menyebabkan individu menjauh

dari tindakan yang diinginkan untuk dilaksanakan (Notoatmodjo,

2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Marno (2012) menemukan bahwa

persepsi hambatan berhubungan secara bermakan dengan praktik diet

sebagai upaya pencegahan penyakit diabetes. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi persepsi seseorang tentang hambatan yang

dihadapi maka dapat mempengaruhi tindakan yang akan

dilakukannya.

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa lansia

dalam melakukan pencegahan hipertensi akan menemui hambatan

yang besar karena banyak faktor yang mempengaruhi atau

menghambat tindakan lansia untuk melakukan pencegahan hipertensi

seperti kebiasaan merokok, selera makan yang lebih suka rasa asin,

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

73

malas untuk berolah raga dan sebagainya, serta jauhnya jarak

pelayanan kesehatan dan faktor ekonomi. Sehingga kuncinya adalah

bagaimana penderita mampu mempersepsikan hambatan ini dengan

baik sehingga timbul kepatuhan yang tinggi terhadap upaya

pencegahan hipertensi.

D. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian ini terletak pada adanya kendala di lapangan bahwa

responden yang telah berusia lanjut cukup sulit untuk dijadikan partisipan

dalam penelitian ini karena kurang terciptanya komunikasi yang efektif.

Kendala lain adalah responden yang digunakan adalah lansia yang aktif di

Posbindu sementara yang tidak aktif tidak dapat digunakan sebagai responden

penelitian sehingga tidak dapat memberikan gambaran lebih jelas terhadap

kondisi responden secara keseluruhan.

E. Implikasi Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan tambahan informasi dan mendukung

penelitian dan teori yang sudah ada yaitu hubungan persepsi lansia terhadap

upaya pencegahan penyakit hipertensi. Hasil penelitian menemukan bahwa

sebagian besar persepsi lansia dalam kategori tidak baik dan hanya persepsi

kerentanan yang baik. Bila dikaitkan dengan pelayanan keperawatan, maka

diharapkan perawat komunitas dapat melakukan pendampingan terhadap

lansia yang berpotensi terkena hipertensi dengan memberikan pelayanan

kesehatan serta memberikan informasi terhadap lansia secara langsung

berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan penyakit hipertensi.

Berkaitan dengan persepi keparahan, manfaat dan hambatan kategorinya tidak

baik karena lansia yang menjadi responden penelitian tidak menderita

hpertensi sehingga masih memiliki persepsi yang negatif, oleh karena itu

institusi keperawatan dapat bekerja sama dengan posbindu dalam upaya

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

74

peningkatan pengetahuan lansia sehingga ada kesadaran dari para lansia untuk

melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit hipertensi, dengan

memahami secara benar baik berkaitan dengan tingkat keparahan, manfaat dan

hambatan yang ditemukan selama proses pencegahan terhadap penyakit

hipertensi.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-utinrabiat-7662-5-babiv.pdfHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

75