BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam
dengan responden sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung
dilapangan, serta dokumentasi. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu pada
tanggal 29 April sampai 29 Mei 2013.
Hasil wawancara dengan beberapa informan yang berkaitan langsung
dengan penelitian ini ialah: pimpinan UD. Loak Jaya. Karyawan yang bekerja di
UD. Loak Jaya yang berada di jln. Pangeran Hidayat 1 Kelurahan Dulalowo
Timur Kecamatan Kota Tengah yang merupakan tempat penimbangan dan
penampungan sampah anorganik, maupun karyawan yang bekerja di UD. Loak
Jaya di jln KH. Adam Zakaria Kelurahan Dembe Jaya Kecamatan Kota Utara
yang merupakan gudang tempat penampungan sampah plastik dan kardus,
masyarakat sebagai konsumen, juga masyarakat yang tinggal disekitar lokasi UD.
Loak Jaya.
Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, maka jawaban yang
diperoleh dari responden dianalisis. Analisis ini lebih terfokus pada pengelolaan
sampah di Kota Gorontalo khususnya yang berada di UD. Loak Jaya dengan
menggunakan content analysis.
Jumlah yang dijadikan sebagai informan dan sumber data penelitian
sebanyak 10 orang, 3 orang sebagai informan kunci dan 7 orang sebagai informan
pendukung. Informan kunci adalah karyawan yang bekerja di UD. Loak Jaya
38
tempat penimbangan yang berjumlah 2 orang, karyawan yang bekerja di UD.
Loak Jaya gudang plastik dan kardus 1 orang, sedangkan informan pendukung
adalah pimpinan UD. Loak Jaya 1 orang, masyarakat yang tinggal disekitar lokasi
UD. Loak Jaya tempat penimbangan dan penampungan sampah anorganik 2
orang, masyarakat yang tinggal disekitar lokasi UD. Loak Jaya tempat
penampungan sampah plastik dan kardus 2 orang, dan masyarakat sebagai
konsumen 2 orang.
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi tahap-
tahap:
1. Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan pengelolaan sampah di UD.
Loak Jaya.
2. Melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci maupun
informan pendukung
3. Melakukan observasi langsung dilapangan
4. Melakukan pendokumentasian berupa pengambilan gambar untuk
memperkuat hasil penelitian
5. Menginput data di komputer
6. Menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah
dilakukan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
UD. Loak Jaya merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang jasa,
terutama jasa pengumpulan sampah anorganik. Usaha yang bernama resmi UD.
39
Loak Jaya ini, didirikan pada tahun 1982, oleh Bapak Hj. Suyitno Sadiman yang
akrab di sapa dengan Mas Joko.
UD. Loak Jaya yang beralamatkan di Jln. Pangeran Hidayat 1. Kelurahan
Dulalowo Timur, Kecamatan Kota Tengah memiliki izin mendirikan bangunan
No. 356 tahun 2011. Di tempat ini merupakan tempat penampungan sampah
anorganik yang masuk dari masyarakat umum maupun dari pemulung. Sampah
anorganik yang masuk tersebut berupa: besi, almunium, aki bekas, kaleng
minuman, plastik, koran, kertas, kardus, majalah dan botol minumam. Barang-
barang yang masuk semuanya ditimbang, kemudian diletakkan ditempat
penampungan. Untuk sampah jenis plastik dan kardus, setelah dilakukan
penimbangan, barang tersebut dibawa ke tempat yang khusus menampung barang-
barang plastik dan kardus yang terletak di Jln. KH. Adam Zakaria, Kelurahan
Dembe Jaya, Kecamatan Kota Utara.
UD. Loak Jaya memiliki 25 orang karyawan, 15 orang bekerja ditempat
penimbangan, dan 10 orang lainnya bekerja di gudang tempat penampungan
sampah plastik dan kardus, 10 orang ini didatangkan langsung oleh pihak pabrik
dalam melakukan proses pemilahan, penggilingan, pengeringan dan pengepakan
sampah plastik, karena penanganan sampah plastik memiliki trik-trik yang
khusus, sehingga harus ditangani oleh orang yang ahli dibidangnya.
Selain itu ada juga karyawan yang diistilahkan sebagai pekerja musiman di
UD. Loak Jaya, pekerja musiman ini yaitu para pemulung yang bekerjasama
dengan lapak (pimpinan UD. Loak Jaya), para pemulung tersebut mengikat
kontrak dengan pemilik lapak dalam jangka waktu tertentu. Para pemulung yang
40
dalam operasinya selain mendapatkan barang pulungan langsung dari TPS/TPA,
mereka juga membeli barang bekas dari rumah tangga. Untuk itu mereka perlu
modal, dan modal tersebut berasal dari pemilik lapak yang dalam hal ini adalah
pimpinan UD. Loak Jaya. Apabila modal yang dipinjam tersebut telah
dikembalikan maka masa kerja/kontrak pemulung dengan pemilik lapak berakhir
pula.
Berikut merupakan struktur organisasi pengelolaan sampah anorganik di
UD. Loak Jaya :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya Sumber : UD. Loak Jaya
Pimpinan UD. Loak Jaya
Karyawan bidang pemilahan, penggilingan dan pengepakan sampah
plastik
Staf Pembukuan
Mandor
Karyawan bidang pengumpulan dan
penimbangan sampah anorganik
Cashier
Masyarakat Umum dan Pemulung
41
4.2.2 Tugas dan Fungsi Karyawan
Setiap karyawan yang bekerja di UD. Loak Jaya, baik yang ditempat
penimbangan maupun di gudang tempat penampungan plastik dan kardus
memiliki tugas masing-masing antara lain:
1. Pada Tempat Penimbangan
Jumlah karyawan yang bekerja ditempat penimbangan sebanyak 15 orang,
dimana satu orang sebagai kasir, kasir ini tugasnya menimbang barang yang
masuk, kemudian membayarnya pada orang yang menjual barang loakan tersebut,
selain itu mencatat pemasukkan dan pengeluaran barang dalam sehari. Satu orang
sebagai mandor, mandor disini bertugas mengawasi pekerjaan karyawan, namun
ia juga bekerja sebagaimana karyawan lainnya, jika ada pekerjaan yang bisa
dikerjakan maka pekerjaan itu ia kerjakan, misalnya mencuci botol-botol yang
masuk, mengepak koran, kertas dan majalah. Sementara untuk 13 orang karyawan
lainnya, mereka bekerja sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan di UD.
Loak Jaya tersebut.
Jika barang loakan yang masuk begitu banyak dan berat, maka 4-5 orang
dari mereka bekerja sama mengangkut barang loakan tersebut, memindahkannya
ke tempat penampungan sementara. Contohnya aki bekas yang dalam jumlah
banyak yang dimasukkan oleh masyarakat maupun pemulung untuk dijual, maka
setelah selesai ditimbang mereka memindahkannya ke tempat penampungan
sementara yaitu di dalam ruangan yang tertutup. Kemudian karyawan yang
lainnya bekerja mengepak koran, kertas dan majalah, memilah besi, memilah
almunium, dan mencuci botol minuman. Jika plastik dan kardus yang masuk
42
ditempat penimbangan sudah menumpuk, maka sebagian karyawan lainnya
mengangkutnya ke gudang tempat penampungan plastik dan kardus.
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan di UD. Loak
Jaya tempat penimbangan adalah:
“Semua disini kita kerjain, kalo ada barang masuk kita timbang, kalo barang masuk itu banyak, kita angkut rame-rame ke tempat penampungan. kalo nda gitu kita ngepakin koran, kita cuci botol. Selesai yang satu pindah yang satu. Kalo pembagian tugas itu nda ada mba, semua kerja” (Snt, 38 Thn).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada intinya karyawan
yang bekerja di UD. Loak Jaya bekerja sesuai dengan pekerjaan yang bisa
dikerjakan. Tidak ada spesifikasi pembagian pekerjaan pada mereka.
2. Pada Gudang Tempat Penampungan Plastik dan Kardus
Jumlah karyawan yang bekerja di gudang tempat penampungan plastik
dan kardus sebanyak 10 orang. 6 orang bertugas memilah plastik dan 4 orang
bertugas menggiling plastik. Sepuluh orang karyawan ini didatangkan langsung
dari pabrik untuk dapat memilah plastik yang ada. Karena mereka telah
mempunyai keahlian dalam memilah plastik sesuai dengan jenis dan warna
plastik. Jika terjadi kesalahan pada saat pemilahan jenis dan warna plastik
sementara plastik tersebut sudah terlanjur digiling, maka pihak pabrik tidak akan
menerima hasil gilingan plastik tersebut, dan akan dikembalikan kepada pemilik
usaha. Hal tersebut merupakan alasan yang mendasari pimpinan UD. Loak Jaya
untuk mendatangkan karyawan yang langsung dari pabrik.
6 orang karyawan bekerja memilah plastik tersebut, jika plastik sudah
terpilah sesuai dengan jenis dan warnanya maka segera dimasukkan kedalam
43
karung dan siap untuk digiling. Setelah plastik tersebut tergiling maka akan
dikeringkan, kemudian plastik tersebut mereka kepak.
Sementara 4 orang yang bertugas menggiling plastik, mereka bekerja
menggiling plastik, mencuci hasil gilingan plastik, memindahkan ke dalam bak-
bak pencucian, mengangkat hasil cucian gilingan plastik untuk diletakkan di
dalam karung kemudian mengeringkannya di atas lantai.
Selain bekerja memilah plastik, mereka juga bekerja mengepress kardus.
Karena kardus-kardus yang masuk di UD. Loak Jaya, sebelum dikirim itu dipress
lebih dulu agar lebih padat. Proses pengepressan yaitu dengan menggunakan alat
press.
3. Pemulung
Pemulung merupakan ujung tombak dari kegiatan daur ulang sampah.
Kebanyakan pemulung yang bekerja sama dengan lapak (pimpinan UD. Loak
Jaya) berasal dari daerah Jawa, dengan pekerjaan utama mereka sebagai buruh
tani dan buruh bangunan di tempat asalnya. Sehingga jika musim panen tiba
mereka cenderung pulang kedaerah asalnya, dan akan kembali memulung apabila
musim panen telah berakhir.
Jumlah pemulung yang mengikat kontrak kerja dengan UD. Loak Jaya
berjumlah 5 orang, dimana mereka bertugas mencari sampah di daerah
pemukiman, rumah makan, pertokoan, hotel, jalan, di TPS maupun di TPA dan
ditempat-tempat yang berpotensi menghasilkan sampah. Mereka bekerja setiap
hari mencari sampah tersebut kemudian hasil yang didapat dijual ke lapak. Kelima
orang pemulung ini tinggal bersama dengan pimpinan UD. Loak Jaya.
44
4.2.3 Skematik Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
Skematik pengelolaan sampah di UD. Loak Jaya dapat di gambarkan
sebagai berikut:
Gambar 4.2 Skematik Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
Sumber : Observasi oleh Peneliti
Pengumpulan
Penimbangan Pengangkutan plastik dan kardus di gudang
tempat plastik dan kardus
Botol Minuman
Pemilahan
Kertas, Koran, Majalah,dan
Kaleng Minuman
Pengiriman Pengeringan
Kardus
Plastik
Pencucian
Penggilingan
Pengepakan
Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
Besi, Almunium
dan Aki Bekas
Press
45
4.2.4 Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
1. Tahap pengumpulan
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan, Pengumpulan sampah adalah cara proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah sampai ke tempat
pembuangan sementara. Tahap pengumpulan sampah merupakan tahap awal
pengelolaan sampah anorganik (barang loakan) di UD. Loak Jaya. Tahap
pengumpulan sampah anorganik ini dilakukan setiap hari kerja pada hari senin
sampai sabtu dari jam 08.00-17.00 Wita. Sampah anorganik (barang loakan) yang
dikumpul adalah besi, almunium, aki bekas, kaleng minuman, plastik, koran,
kertas, kardus, majalah dan botol minuman. Sampah anorganik yang masuk
berasal dari pemulung, maupun masyarakat umum yang ingin menjual barang
loakan di UD. Loak Jaya.
Sampah anorganik (barang loakan) yang dikumpul oleh UD Loak Jaya
tidak hanya berasal dari Kota Gorontalo, tetapi juga berasal dari luar Kota
Gorontalo. Sampah anorganik tersebut berasal dari berbagai sumber, ada yang
berasal dari pemukiman, perkantoran, pasar, jalan raya, hotel, pertokoan, tempat
umum lainnya, dan tempat-tempat lainnya yang berpotensi menghasilkan sampah.
Sampah tersebut dijual di UD. Loak Jaya oleh pemulung maupun yang bukan
pemulung (masyarakat umum).
Jumlah sampah anorganik (barang loakan) yang masuk dan terkumpul
berbeda setiap harinya, namun apabila dirata-ratakan, maka diperoleh rincian
sebagai berikut :
46
Tabel 4.1
Jumlah Rata-Rata Sampah Anorganik yang Masuk Setiap Hari di UD. Loak Jaya
No Jenis Sampah Anorganik
Jumlah Rata-rata yang Masuk Setiap Hari (kg)
1 Besi 400 2 Almunium 100 3 Aki bekas 100 4 Kaleng Minuman 75 5 Plastik 500 6 Koran 25 7 Kertas 100 8 Kardus 50 9 Majalah 25
10 Botol Minuman 50 Jumlah 1425 kg
Sumber: Wawancara dengan Informan di UD. Loak Jaya
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat jumlah rata-rata seluruh barang
loakan yang masuk setiap harinya berjumlah 1425 kg. Dimana yang paling
banyak terkumpul adalah sampah anorganik jenis plastik, hal ini terjadi
disebabkan karena barang-barang yang kita gunakan setiap hari sebagian besar
terbuat dari bahan jenis plastik mulai dari kebutuhan dasar seperti kebutuhan
rumah tangga sampai aksesoris-aksesoris. Sedangkan yang paling sedikit
terkumpul yaitu jenis koran dan majalah.
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan di UD. Loak
Jaya ialah:
“Barang yang masuk tidak diketahui jumlahnya, gak dihitung, dikalkulasi gak soalnya, kalo biasa macam orang-orang begitu anak buah dari sini bisa 1 ton lebih, 1 – 1 1/2 ton. Kalo cuma itu anabua. Kalo orang-orang lain maksudnya umum, paling ada 1/2 ton, dan paling banyak masuk itu barang plastik, barang yang masuk ada yang dari Suwawa, Kabila, Paguyaman, gak cuma dari Kota Gorontalo aja” (HL, 20 Thn).
Barang-barang yang masuk di UD. Loak Jaya tersebut ditimbang,
kemudian diletakkan pada tempat penampungan. Besi, almunium, dan kaleng
47
minuman diletakkan di tempat terbuka, sementara untuk aki bekas
diletakkan/disimpan pada suatu di ruangan tertutup, dan untuk botol, kertas,
majalah dan koran, diletakkan ditempat terbuka namun beratap, untuk
menghindari dari sinar matahari maupun hujan. Sedangkan untuk barang plastik
dan kardus setelah dilakukan penimbangan, kemudian dibawa ke tempat yang
khusus menampung barang-barang plastik dan kardus, yang terletak di Jl. KH.
Adam Zakaria, Kelurahan Dembe Jaya. Tempat ini sering diistilahkan sebagai
gudang.
Gambar 4.3 Proses Penimbangan Sampah Anorganik di UD. Loak Jaya Sumber: Hasil observasi peneliti
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan di UD. Loak
Jaya di tempat penimbangan yaitu :
“Barang yang masuk disini diperoleh dari masyarakat umum dan pemulung untuk dijual disini, jumlah barang yang masuk setiap harinya nda sama, karna kadang sepi, kadang rame. Kalo ditanyakan barang yang masuk berapa kilo itu kita nggak hitung, kita hanya hitung uang yang keluar saja, kalo uang yang keluar itu paling sedikit 2 juta dan paling banyak 10 juta” (Snt, 38 Thn).
2. Tahap Pemilahan
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan. Pemilahan sampah adalah proses pemisahan
48
sampah berdasarkan jenis sampah yang dilakukan sejak dari sumber sampai
dengan pembuangan akhir.
Sampah anorganik yang masuk di UD. Loak Jaya yang berasal dari
masyarakat maupun pemulung memang sudah terpilah sejak mereka kumpulkan
dari sumber sampah, namun sebelum dilakukan pengiriman dilakukan kembali
proses pemilahan/sortiran oleh karyawan di UD. Loak Jaya, terutama untuk
sampah anorganik jenis plastik. Selain plastik barang-barang lainnya yang dipilah
yaitu besi, almunium, kaleng minuman, aki bekas, koran, kertas, kardus, majalah
dan botol minuman .
Pemilahan besi dan almunium dilakukan 3 hari sebelum dilakukan
pengiriman, yaitu dipilah antara besi yang kecil-kecil dengan besi yang besar. Dan
untuk almunium sebelum dilakukan pengiriman, almunium dipilah-pilah, yang
berbahan steanlees dipotong kecil-kecil. Sedangkan untuk kertas, koran dan
majalah, pemilahan dilakukan setiap hari pada saat masuk barang tersebut, hal ini
dilakukan agar pada saat pengiriman pekerja tidak lagi sibuk memilah-milah,
setelah dipilah barang tersebut langsung dikepak, dan siap dikirim. Sementara
untuk kardus, dipilah-pilah juga, disesuaikan dengan ukuran kardus yang ada,
kardus yang kecil disendirikan dengan yang kecil, yang sedang disendirikan
dengan yang sedang, dan seterusnya disesuaikan dengan ukuran kardus yang ada.
Kemudian untuk botol minuman dilakukan pemilahan juga, disesuaikan
menurut ukuran botol, karena botol yang di jual oleh masyarakat maupun
pemulung masih tercampur antara botol yang berukuran kecil dengan botol yang
49
berukuran sedang maupun yang berukuran besar, sehingga karyawan di UD. Loak
Jaya masih harus memilah botol-botol tersebut sesuai dengan ukurannya.
Sementara untuk pemilahan barang plastik disesuaikan dengan jenis dan
warna plastik yang ada. Karena barang yang masuk dari masyarakat maupun
pemulung masih tercampur secara keseluruhan antara jenis dan warna dari
sampah plastik tersebut. Setelah masuk di tempat penampungan sampah plastik,
maka karyawan kembali melakukan proses pemilahan/penyortiran, penyortiran
dilakukan berdasarkan kriteria yaitu berdasarkan warna dan jenisnya.
Plastik diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis dengan kode tertentu yang
menentukan jenis dan kandungan yang ada didalamnya.
Kode plastik terdiri atas nomor 1 sampai dengan nomor 7 yang terletak di
tengah segitiga panah. Simbol kode ini didesain oleh Society of the Plastics
Industry (SPI) tahun 1988. Pengkodean plastik bertujuan untuk :
1. Memudahkan konsumen dan pendaur ulang dalam menyortir jenis plastik
yang akan di daur ulang.
2. Menyediakan sistem pengkodean plastik yang seragam bagi produsen
plastik (Migristine, 2009: 15-16).
Tabel 4.2 Jenis Plastik
Kode Identifikasi Plastik
Jenis Polimer Plastik Jenis Kemasan
1
PETE
Polyethylene Terephthalate (PET, PETE)
Jenis plastik ini digunakan untuk kemasan minuman ringan, jus, air mineral, detergen, botol bahan pembersih, toples selai kacang
50
Kode Identifikasi Plastik
Jenis Polimer Plastik
Jenis Kemasan
2
HDPE
High Density Polyethylene
(HDPE)
Teko air/susu, botol zat pemutih, botol deterjen, botol sampo, kantong plastik, botol oli, pembersih alat rumah tangga, kemasan mentega.
3
V Polyvinyl Chloride
(PVC)
Botol pembersih kaca, botol minyak goreng, botol detergen, wadah mentega, teko air
4
LDPE Low Density
Polyethylene (LDPE)
Kantong plastik, plastik untuk dry cleaning, beberapa jenis botol, kemasan plastik daun.
5
PP
Polypropylene (PP)
Tutup botol, disket, botol sirup, kemasan yoghurt, sedotan
6
PS Phstyrene
(PS)
Baki daging, kantong tempat telur, piring plastik
7
Other
Lainnya (Polycarbonate atau
ABS)
Resin, casing elektronik, botol susu bayi, dan kombinasi plastik lainnya.
Sumber : Migristine, 2009
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran
bahwa dari ketujuh kriteria jenis plastik yang masuk di UD. Loak Jaya, yang dapat
di daur ulang oleh pabrik hanya meliputi 4 jenis plastik saja, yaitu :
1) PET/PETE : yang termasuk dalam kategori PET adalah botol “Aqua”,
“Mizone”, “Sprite” dan sejenisnya.
2) HDPE : yang termasuk dalam kategori HDPE adalah botol sampo, botol
detergen, botol oli dan sejenisnya dengan berbagai warna.
51
3) LDPE : yang termasuk dalam ketegori LDPE adalah tutup galon aqua dan
ember cor warna hitam, maupun yang berwarna.
4) PP : yang termasuk dalam ketegori PP adalah plastik yang berupa kemasan
minuman “Ale-ale”, “Mountea”, plastik emberan yang berwarna hitam,
putih dan berwarna.
Sementara plastik-plastik yang lain yang sudah terlanjur dikumpul, itu
hanya dibiarkan begitu saja, tidak dipilah maupun digiling.
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan yang bekerja di
gudang plastik adalah:
“Plastik yang kita giling disini itu ada 17 macam, itu ada: PET, Mizone, Sprite, Oli merah, Oli abu-abu, Beluing merah, Beluing ijo, Beluing biru, Naso, gelas, PP biru, PP hijau, PP merah, PP hitam, Mounti, LD hitam dan LD putih. Kalau HD kebanyakan alat-alat rumah tangga, botol sampo, botol sabun. Kalau PP, HD sama LD itu hampir sama, hanya kodenya yang beda. Trus kalau yang PVC, PS dan ABS itu kita nda giling mba, karena terlalu keras, pabrik juga tidak mau menerima” (Jmd, 35 Thn).
Proses pemilahan sampah plastik sudah dilakukan dengan baik oleh
pekerja, mereka benar-benar teliti dalam memilah sampah plastik tersebut.
Sampah plastik yang dipilah disesuaikan dengan jenis, warna dan bahannya,
selain itu juga harus dikeluarkan merek dagang/labelnya, stiker dan juga
penutupnya.
52
Gambar 4.4 Hasil Sortir Sampah Plastik Menurut Jenis dan Warnanya. Sumber : Hasil observasi peneliti
Dalam penyortiran plastik dibutuhkan ketekunan dalam bekerja, juga
risiko untuk terkena gatal-gatal sangat besar, karena plastik yang dipilah-pilah
tersebut kotor, jika musim hujan terdapat genangan-genangan air pada tumpukan
plastik tersebut sehingga tidak jarang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang
karyawan di UD. Loak Jaya yang di gudang plastik adalah :
“Proses pemilahan plastik sudah biasa saya lakukan, sehari saya bisa memilah kira-kira sekitar 300 kg gelas aqua, 500 kg kemasan oli, dan 400 kg plastik jenis ember. pemilahan ini sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pihak pabrik” (Jmd, 35 Thn). Setelah plastik-plastik tersebut dipilah, maka akan segera digiling pada
mesin penggiling (crusher).
53
3. Tahap Penggilingan Sampah Bahan Dasar Plastik
Pada tahap ini, barang-barang yang siap giling dikelompokkan dan
digiling bergantian. Dalam satu hari, mesin penggiling bisa menggiling empat
atau lima macam jenis plastik. Setiap selesai dengan satu jenis plastik, mesin
harus dibersihkan begitu juga bak penampungannya. Hal ini penting karena pada
hasil gilingan, plastik-plastik itu tidak boleh sampai tercampur. Plastik yang
bening jangan sampai tercampur dangan plastik berwarna, begitu juga sebaliknya.
Pada proses penggilingan, plastik yang sudah digiling langsung dialirkan
ke dalam bak penampung untuk dicuci. Proses pencucian ini berlangsung tiga kali
di bak yang berbeda.
Gambar 4.5 Proses Penggilingan Sampah Plastik Sumber: Hasil observasi peneliti
Dalam sehari, proses penggilingan sampah plastik bisa mencapai 40 – 50
karung, dengan berat rata-rata bervariasi, untuk bahan ember 60 kg/karung, gelas
air mineral 40kg/karung, wadah oli bekas 70kg/karung sehingga jika dirata-
ratakan sampah plastik yang tergiling setiap harinya mencapai ± 1600 – 3500 kg.
54
4. Tahap Pengeringan
Setelah plastik-plastik tersebut digiling, maka langkah selanjutnya adalah
tahap pengeringan, pengeringan bertujuan agar tidak ada sisa-sisa air pada plastik
yang digiling tersebut. Juga agar mempermudah dalam proses pengepakan.
Tahap pengeringan yang paling efektif dilakukan dengan menggunakan
bantuan sinar matahari. Hasil gilingan plastik diletakkan di lantai yang bersih
kemudian di garuk-garuk menggunakan sekop plastik atau dikeringkan dengan
cara berjalan-jalan kesana kemari pada hasil gilingan plastik tersebut.
Gambar 4.6 Proses Pengeringan Hasil Gilingan Plastik Sumber : Hasil observasi peneliti
5. Tahap Pengepakan
Setelah proses pengeringan dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
mengepak hasil gilingan plastik tersebut, pengepakan dimasukkan kedalam
karung yang berukuran besar, kemudian ditumbuk-tumbuk dengan sebatang kayu
yang bentuknya seperti alu, penumbukkan dimaksudkan untuk memadatkan isi
didalam karung, setelah hasil gilingan tersebut terisi padat, maka dijahit dengan
menggunakan tali. Dalam sehari, pekerja dapat mengepak bahan gilingan plastik
sebanyak 40-50 karung.
55
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan yang bekerja di
gudang plastik adalah:
“Kalo mengepak plastik biasanya sehari itu kita bisa dapat 40-50 karung. Berat tiap karung beda-beda, kalau bahan plastik gelas aqua biasanya berat 1 karung 40kg, untuk bahan oli 70kg, dan bahan ember 60 kg” (Jmd, 35 Thn).
Sementara untuk barang loakan yang berupa kertas, koran dan majalah,
dikepak juga menggunakan karung, ukuran karung bervariasi, ada yang besar ada
yang kecil, jika mengepak menggunakan karung yang kecil maka berat kepakan
adalah 20kg/karung, sedangkan jika dikepak menggunakan karung yang besar
maka berat kepakan adalah 50kg/karung.
Untuk besi pada saat dikirim tidak dikepak, sementara untuk almunium
jenis steanlees dan kaleng minuman dikepak dengan menggunakan karung yang
berukuran besar, sebelum dilakukan pengepakan dibersihkan terlebih dahulu.
Untuk jenis kardus, dikepak menggunakan kawat, namun kardus-kardus
tersebut di press lebih dulu, agar lebih padat.
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan di UD. Loak
Jaya di tempat penimbangan adalah:
“Barang-barang yang masuk sebelum dikirim, dikepak dulu, koran, majalah, sama kertas kepak pake karung, kalau besi itu nda dikepak, langsung curah dikontener sebelum dikirim. Kalau kardus juga dikepak, pakai kawat, tapi sebelumnya dipress dulu” (HL, 20 Thn).
Untuk botol minuman juga tidak dikepak, hanya dibersihkan/dicuci dan
diletakkan kedalam wadah tempat botol.
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan di UD Loak
Jaya tempat penimbangan adalah:
56
“Semua barang yang masuk, sebelum dikepak dikirim, kecuali besi dan almunium itu tidak dikepak langsung curah dikontener” (Snt, 38 Thn).
6. Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman merupakan tahap akhir dari pengelolaan sampah di UD.
Loak Jaya. Tahap pengiriman menggunakan kontener, proses pengiriman
bervariasi, sebulan bisa sekali kirim bahkan bisa tiga bulan sekali kirim.
Pengiriman juga disesuaikan dengan prioritas mana barang yang akan
didahulukan untuk dikirim.
Hasil wawancara peneliti dengan pimpinan di UD. Loak Jaya yaitu :
“Pengiriman dilakukan kadangkala sebulan sekali, dua bulan sekali, atau bahkan tiga bulan sekali. tergantung dari pihak pelayaran. Karena kita disini kerja sama dengan pihak pelayaran, kalau ada kontener, barang lalu dikirim menggunakan kapal. Kirim satu kontener, kadang hanya setengah kontener, kadang juga bisa tiga kontener. Terus sebulan baru bisa nyampe di Surabaya” (SS, 49 Thn).
Tabel 4.3
Klasifikasi Proses Pengiriman Sampah Anorganik di UD Loak Jaya
Sampah Anorganik
Berat yang dikirim (Ton) Frekuensi Pengiriman
Besi 18 Ton 1-4 bulan sekali Almunium, Aki Bekas dan Kaleng Minuman
18 Ton 3-4 bulan sekali
Plastik 15 – 17 Ton 1 bulan sekali Koran, Kertas dan Majalah 15 Ton 2 bulan sekali
Kardus 15 – 18 Ton 4 bulan sekali Botol Minuman Tidak dikirim Tidak dikirim
Sumber: Data primer hasil penelitian
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut dapat dilihat bahwa, pengiriman sampah
anorganik (barang loakan) yang masuk di UD. Loak Jaya yang paling sering
dikirim yaitu plastik dengan frekuensi pengiriman 1 bulan sekali kirim, hal ini
57
karena barang yang masuk di UD. Loak Jaya kebanyakan adalah barang loakan
jenis plastik, maka pada saat pengiriman pun sampah plastik tersebut yang
frekuensi pengirimannya paling sering dibandingkan dengan jenis barang loakan
yang masuk lainnya. Sedangkan yang paling sedikit yang dikirim adalah barang
loakan jenis koran, kertas, dan majalah. Karena barang loakan jenis koran, kertas
dan majalah sangat jarang masuk di UD. Loak Jaya, mengingat barang loakan
jenis ini biasanya cepat rusak jika terkena air, juga harga jualnya hanya rendah
sehingga oleh pemulung maupun masyarakat sangat jarang untuk menjual sampah
jenis ini. Begitu juga halnya dengan kardus, barang loakan jenis kardus jarang
masuk di UD. Loak Jaya, sehingga frekuensi pengiriman kardus dilakukan 4
bulan sekali kirim, menunggu sampai kardus terkumpul menjadi banyak.
Sementara untuk botol minuman itu tidak dikirim, melainkan langsung dijual pada
agen-agen pengumpul botol minuman yang ada di Kota Gorontalo maupun di luar
Kota Gorontalo.
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan di UD Loak
Jaya tempat penimbangan adalah :
“Pengiriman tergantung bos, kalau ada kontener yang masuk berarti ada pengiriman. Prosedur pengiriman itu 1 sampai 3 bulan sekali bahkan bisa juga sampe 4 bulan sekali secara bertahap. Misalnya pada bulan ini kirim besi, maka pada bulan berikutnya mengirim barang yang lain, barang yang paling banyak yang tertumpuk itu yang didahulukan dikirim. Atau bisa saja karena alasan yang lain. Ini kalau macam besi nanti setelah lebaran dikirim, tunggu sampai harga besi stabil. Kalau sekarang harga besi belum stabil soalnya, jadi belum dikirim”(Snt, 38 Thn). Pengiriman barang yang dilakukan oleh UD. Loak Jaya tergantung pada
pihak pelayaran, karena sudah terjalin kerja sama antara pimpinan UD. Loka Jaya
dengan pihak pelayaran.
58
4.2.5 Penanganan Limbah dari Operasional Pengelolaan Sampah di UD.
Loak Jaya
Limbah yang dihasilkan yang berasal dari aktivitas operasional
pengelolaan sampah di UD. Loak Jaya kebanyakan limbah yang dihasilkan
terdapat digudang plastik, barang-barang yang masuk di gudang plastik tidak
semuanya dapat digiling, sehingga barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan
hanya menjadi limbah saja.
Sementara air yang digunakan untuk penggilingan plastik, dialirkan
kedalam saluran yang langsung mengalir kesawah, karena tempat penggilingan
sampah plastik berdekatan dengan areal persawahan, sehingga air hasil pencucian
penggilingan plastik dialirkan kesawah tersebut.
4.2.6 Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi dalam Melakukan
Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan karyawan di
UD. Loak Jaya, dalam melakukan pengelolaan sampah, UD. Loak Jaya sering
juga mengalami permasalahan, mulai dari tahap pengumpulan sampai pada tahap
pengiriman yaitu sebagai berikut :
1. Masalah-masalah pada saat melakukan pengumpulan
Yang menjadi masalah pada tahap pengumpulan sampah anorganik
(barang loakan) yaitu, banyaknya barang yang masuk dan menumpuk, sehingga
seakan tidak ada lagi tempat untuk menaruh barang yang masuk lainnya.
59
2. Masalah-masalah pada saat melakukan pemilahan
Pada saat melakukan proses pemilahan, masalah yang sering dihadapi oleh
karyawan yaitu terluka karena tertusuk benda-benda tajam berupa besi dan
almunium, maupun kepingan-kepingan plastik, karena sebagian besar karyawan
tidak menggunakan alat pelindung diri berupa kaus tangan dan sepatu boot pada
saat mereka bekerja, sehingga sering terjadi kecelakaan kerja pada karyawan
tersebut.
3. Masalah-masalah pada saat melakukan penggilingan barang loakan jenis
plastik
Pada saat melakukan penggilingan sampah plastik, yang menjadi masalah
yaitu ketika terjadi pemadaman aliran listrik, maka penggilingan plastik hanya
sedikit.
4. Masalah-masalah pada saat melakukan pengeringan barang loakan jenis
plastik
Masalah yang dihadapi saat melakukan proses pengeringan sampah, yaitu
ketika hujan turun, maka tidak akan berjalan dengan lancar proses pengeringan
hasil gilingan plastik tersebut.
5. Masalah-masalah pada saat melakukan pengepakan
Tidak ada kendala yang dirasakan oleh karyawan untuk mengepak
sampah-sampah anorganik tersebut, hanya saja waktu yang dibutuhkan sangat
lama, terutama dalam memilah besi dan almunium, dilakukan pada tiga hari
sebelum dilakukan pengiriman.
60
6. Masalah-masalah pada saat pengiriman
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pimpinan UD. Loak Jaya
yaitu:
“Proses pengiriman barang yang kadang-kadang mengalami penundaan. Karena pihak pelayaran lebih mendahulukan pengiriman barang yang mudah rusak/basi. Kita disini barangnya ndak mudah rusak, jadi walaupun barangnya lama di depo nda masalah” (SS, 49 Thn).
4.2.7 Tanggapan Masyarakat Terhadap Usaha yang dijalankan oleh UD.
Loak Jaya
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga masyarakat yang tinggal
disekitar lokasi UD. Loak Jaya, di Jln. Pangeran Hidayat 1, Kelurahan Dulalowo
Timur dan pada warga Kelurahan Dembe Jaya tanggapan dan respon warga
terhadap usaha tersebut menimbulkan pro dan kontra.
Hasil wawancara dengan salah seorang warga yang pro dengan usaha UD.
Loak Jaya yaitu:
“Saya pe tanggapan untuk depe usaha tidak ada, karena menurut saya so bagus depe usaha. Dampak yang torang rasakan juga tidak ada, karena depe usaha aman-aman saja tidak bekeng ta ganggu pa torang. Malah ini usaha bermanfaat skali pa masyarakat, apalagi masyarakat yang pengangguran” (RL, 33 Thn).
Sementara hasil wawancara dengan ayahanda selaku kepala kelurahan
Dembe Jaya yang juga pro dengan usaha tersebut adalah:
“Di kelurahan Dembe Jaya ini awalnya ada 4 orang pemulung, namun yang aktif sekarang tinggal 2 orang, mereka memasukkan sampah bekas di UD. Loak Jaya. Sehingga jumlah sampah bekas yang ada di kelurahan Dembe Jaya menjadi berkurang, juga mengurangi jumlah sampah yang masuk di TPA. Ada masyarakat yang komplen dengan tempat gudang plastik kata mereka ada ular, setelah dilakukan pengecekan dari kami aparat desa, juga masyarakat itu sendiri, ternyata isu tersebut tidak benar. Selama ini usaha UD. Loak Jaya baik-baik saja”. (ARDj, 45 Thn).
61
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan tersebut dapat diketahui
bahwa mereka sangat setuju dengan usaha yang dijalankan di UD. Loak Jaya,
karena mereka menilai bahwa UD. Loak Jaya dapat mengkover masyarakat yang
pengangguran untuk dapat menambah penghasilan, dengan cara menjual barang-
barang bekas pakai untuk dijual di UD. Loak Jaya ini, selain itu UD. Loak Jaya
pun di anggap mempunyai peran dalam menurunkan jumlah sampah, terutama
sampah anorganik yang ada di Kota Gorontalo.
Namun di lain pihak, ada juga responden yang merasa keberatan dengan
model usaha tersebut. Berikut merupakan hasil wawancara dengan responden
yang kontra terhadap usaha yang dijalankan oleh UD. Loak Jaya :
“Kalo mo tanya soal tanggapan tentang te Mas Joko pe usaha, saya keberatan dengan depe usaha, karena depe usaha itu bikin saya tidak tenang, itu gudang plastik so banyak skali plastik yang menumpuk, dengar-dengar so banyak ular disitu, so itu saya so resah. Cuma kalo mo mengeluh tiyali so tidak ada guna, karna itu gudang plastik so ta bangun, torang tidak boleh bekeng apa-apa” (RA, 37 Thn). Hasil wawancara dengan informan yang juga kontra dengan model usaha
yang dijalankan oleh UD. Loak Jaya adalah :
“Bukan saya tidak suka dengan usaha dia, saya senang dengan usaha dia, tapi saya tidak mau dekat pemukiman penduduk. Karena usaha yang model seperti itu harus berapa meter jauhnya dari lingkungan pemukiman, tidak berdekatan begitu dengan pemukiman penduduk, kenapa ada banyak binatang-binatang penyebab itu, tikus, kakarlak, biawak-biawak itu, kenapa karena saya tetangga yang paling dekat yang berbatasan pagar dengan Mas Joko. Terus terang saya keberatan karena dekat pemukiman penduduk, dan izin saya tidak pernah menandatangani izin” (HJ. 49 Thn). Dari hasil wawancara terhadap responden yang pro dan kontra terhadap
usaha yang dijalankan di UD Loak Jaya tersebut, maka gambaran yang didapat,
62
bahwa dibalik keuntungan usaha yang dijalankan oleh UD. Loak Jaya, ternyata
ada juga sebagian masyarakat yang merasa tidak nyaman akan usaha tersebut.
4.2.8 Peran Serta Masyarakat Maupun Pemulung dalam Mengelola
Sampah di UD. Loak Jaya
Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan merupakan kesediaan
masyarakat untuk membantu berhasilnya program pengembangan pengelolaan
sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang. Salah satu pendekatan
masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam keberhasilan
adalah membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program
persampahan yaitu merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah
yang tertib, lancar dan merata (Artiningsih, 2008: 32).
Peran serta masyarakat maupun pemulung dalam mengelola sampah di
UD. Loak Jaya berupa memasukkan sampah untuk dijual ditempat tersebut. Hal
ini sangat penting dilakukan karena selain bermanfaat bagi diri mereka sendiri
juga bermanfaat bagi lingkungan. Secara tidak langsung tindakan mereka dapat
mengurangi jumlah produksi sampah anorganik untuk masuk ke TPA, sehingga
dengan begitu akan memperpanjang masa pakai TPA terutama TPA Tanjung
Keramat.
Hasil wawancara dengan salah seorang pemulung yang bukan merupakan
partner kerja dari pimpinan UD. Loak Jaya adalah sebagai berikut:
“Pagi-pagi stengah 6 saya somo turun dari rumah moba cari sampah, ini yang saya kase maso tadi cuma 27 kilo plastik samua. Pernah 50 kilo saya dapa. 1 minggu saya 3 kali moba kase maso barang disini. Saya mo kumpul kase banyak dulu baru saya mojual disini itu barang-barang” (Amn, 40 Thn).
63
Sementara wawancara dengan seorang pemulung lainnya yang merupakan
partner kerja dari pimpinan UD. Loak Jaya adalah:
“Sudah 9 tahun saya bekerja sebagai pemulung, barang-barang ini saya dapat dari masyarakat yang memang sudah tidak dorang pake. seminggu bisa 3 kali menjualnya disini, berat yang dijual beda-beda, kadang banyak, kadang sedikit, kalau ada pesta biasanya dapat banyak gelas plastik, bisa sampai 80 kilo” (Strn, 37 Thn).
4.2.9 Keunggulan dan Kelemahan Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
Dalam pengelolaan sampah di UD. Loak Jaya keunggulan dan kelemahan
yang dicapai adalah sebagai berikut :
Keunggulannya yaitu :
1. Lingkungan menjadi bersih dan sehat karena sampah anorganik yang
dihasilkan oleh masyarakat dapat termanfaatkan. Masyarakat akan
mendapat keuntungan secara tidak langsung dari penurunan biaya
pengobatan anggota keluarga yang sakit akibat sanitasi lingkungan yang
buruk.
2. Jumlah sampah anorganik yang harus diangkut menuju TPA menjadi
berkurang, hal ini akan dapat memperpanjang umur TPA. Dengan
demikian tidak lagi di pusingkan untuk mencari lahan TPA yang baru.
3. Partisipasi masyarakat dalam menjual sampah anorganik di UD. Loak Jaya
akan memberikan dampak sosial yang positif. Karena masyarakat yang
menjual sampah anorganik (barang loakan) di UD. Loak Jaya melakukan
interaksi antar individu dalam masyarakat yang tentunya akan memberikan
pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat itu pula.
64
4. Dapat menambah penghasilan bagi masyarakat dalam pengelolaan sampah
anorganik terutama pada aspek ekonomi, sehingga akan dapat menambah
pendapatan masyarakat ketika mereka menjual sampah anorganik (barang
loakan) di UD. Loak Jaya tersebut.
Kelemahannya yaitu:
1. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana yang tidak berimbang dengan
jumlah sampah anorganik yang masuk setiap harinya.
2. Pengiriman barang yang tidak terjadwal, harus menunggu pihak pelayaran
mengkonfirmasikan bahwa akan ada pengiriman.
3. Pengelolaan sampah yang berada dekat dengan pemukiman penduduk,
sehingga menimbulkan keresahan dari penduduk yang tinggal di sekitar
lokasi usahanya, tumpukan sampah anorganik (barang loakan) yang begitu
banyak berpotensi untuk menjadi tempat bersarang binatang-binatang
seperti tikus, biawak dan kecoa. Selain itu proses pengiriman barang ke
Surabaya, menimbulkan kebisingan pada warga yang tinggal disekitar
lokasi usaha tersebut.
4. Pemilihan tenaga kerja yang hanya merupakan suku jawa, tidak ada
satupun karyawan yang bekerja di UD. Loak Jaya adalah orang asli
Gorontalo, sehingga kontribusi untuk penduduk asli Gorontalo masih
kurang.