BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

33
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Usaha kerajinan Sulaman Kerawang “Naga Mas” Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dimulai sejak tanggal 17 Oktober 1976. Jumlah tenaga kerja di UKM ini berjumlah 200 orang. Keseluruhan tenaga kerja berjenis kelamin perempuan dengan kelompok umur 20 – 60 tahun dan sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Fasilitas para pekerja yang disediakan oleh pihak home industry adalah benang, pemadangan, jarum, sentimeter dan silet. Upah tenaga kerja per kain berkisar antara Rp. 15.000 – Rp. 50.000 sesuai dengan tingkat kesulitan motif/pola yang dibuat. Untuk sapu tangan, sarung gelas, kipas, jilbab, jas, dasi, sarung gallon, taplak meja dan shall upahnya Rp. 15.000 dan untuk baju wanita, kemeja pria, dan mukena biasanya Rp.50.000. Pada tahun kedua mulai dilakukan pembuatan atau produksi kerawang dengan berbagai macam tipe/bentuk kemeja, alas meja, baju wanita, dalam rangka memenuhi permintaan yang ada dari masyarakat konsumen maupun dari beberapa toko kerawang di Kotamadya Gorontalo. Dengan adanya volume permintaan yang semakin meningkat dengan berbagai corak dan motifnya, maka dengan sendirinya pengembangan usaha mau tak mau diusahakan sedemikian rupa dengan berbagai cara yang ditempuh antara lain : 43

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Usaha kerajinan Sulaman Kerawang “Naga Mas” Mongolato Kecamatan

Telaga Kabupaten Gorontalo dimulai sejak tanggal 17 Oktober 1976. Jumlah

tenaga kerja di UKM ini berjumlah 200 orang. Keseluruhan tenaga kerja berjenis

kelamin perempuan dengan kelompok umur 20 – 60 tahun dan sebagian besar

adalah ibu rumah tangga.

Fasilitas para pekerja yang disediakan oleh pihak home industry adalah

benang, pemadangan, jarum, sentimeter dan silet. Upah tenaga kerja per kain

berkisar antara Rp. 15.000 – Rp. 50.000 sesuai dengan tingkat kesulitan

motif/pola yang dibuat. Untuk sapu tangan, sarung gelas, kipas, jilbab, jas, dasi,

sarung gallon, taplak meja dan shall upahnya Rp. 15.000 dan untuk baju wanita,

kemeja pria, dan mukena biasanya Rp.50.000.

Pada tahun kedua mulai dilakukan pembuatan atau produksi kerawang

dengan berbagai macam tipe/bentuk kemeja, alas meja, baju wanita, dalam rangka

memenuhi permintaan yang ada dari masyarakat konsumen maupun dari beberapa

toko kerawang di Kotamadya Gorontalo. Dengan adanya volume permintaan yang

semakin meningkat dengan berbagai corak dan motifnya, maka dengan sendirinya

pengembangan usaha mau tak mau diusahakan sedemikian rupa dengan berbagai

cara yang ditempuh antara lain :

43

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

44

a. Mengusahakan tenaga yang terampil di Desa-desa lain

b. Membeli jenis kerawang jadi dari berbagai tempat dengan

memperhatikan kualitas serta harga yang dapat dijangkau

c. Mengusahakan bantuan /fasilitas kredit bahan baku dari Toko

Leveransir.

Dengan demikian, dari tahun ke tahun usaha kerajinan sulaman kerawang

Naga Mas semakin meningkat baik dari segi penggunaan tenaga kerja maupun

omzet penjualan produksinya berkembang seirama dengan perkembangan

pembangunan yang semakin meningkat dan merata sebagai usaha dalam rangka

mensejahterakan masyarakat, demikian seterusnya baik bidang tenaga kerja,

produksi, kualitasnya, pemasarannya semakin meningkat dan berkembang dengan

berbagai corak dan motif yang semakin dinamis. Berikut hasil produksi Home

industry Sulaman Kerawang “Naga Mas” yang dipasarkan :

Tabel 4.1. Hasil Produksi Home Industry Sulaman Kerawang

“Naga Mas”

No. Nama Barang Harga (Rp)

1. Baju Wanita 150.000 - 1.000.000

2. Kemeja Pria 150.000 - 400.000

3. Mukena 300.000 – 400.000

4. Jilbab 50.000

5. Jas 200.000 – 400.000

6. Kipas 12.500 – 20.000

7. Dasi 15.000

8. Syall 20.000

9. Taplak Meja 17.000

10. Sarung gelas 15.000

11. Sarung Galon 15.000

Sumber : Data Profil Home Industri Sulaman Kerawang “Naga Mas”

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

Adapun tujuan didirikannya home industry tersebut adalah sebagai berikut :

a. Adanya kesempatan yang baik untuk menyalurkan barang atau jasa

sehingga diperoleh laba yang maksimal.

b. Adanya kerja sama yang baik antara pengrajin sulaman kerawang

home industry yang lainnya.

c. Untuk membuka kesempatan kerja di daerah Gorontalo Sulawesi

Utara.

d. Adanya modal usaha uang tersedia serta lokasi yang digunakan

sebagai pemasaran kerajinan sulaman kerawang

4.1.2 Struktur Organisasi

Keraj

Gambar 4. Struktur Organisasi Home Industry Kerajinan Karawang

Adapun tujuan didirikannya home industry tersebut adalah sebagai berikut :

Adanya kesempatan yang baik untuk menyalurkan barang atau jasa

sehingga diperoleh laba yang maksimal.

Adanya kerja sama yang baik antara pengrajin sulaman kerawang

industry yang lainnya.

Untuk membuka kesempatan kerja di daerah Gorontalo Sulawesi

Adanya modal usaha uang tersedia serta lokasi yang digunakan

sebagai pemasaran kerajinan sulaman kerawang

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Home Industry

Kerajinan Karawang Naga Mas Di Gorontalo

Gambar 4. Struktur Organisasi Home Industry Kerajinan Karawang

Naga Mas Di Gorontalo

45

Adapun tujuan didirikannya home industry tersebut adalah sebagai berikut :

Adanya kesempatan yang baik untuk menyalurkan barang atau jasa

Adanya kerja sama yang baik antara pengrajin sulaman kerawang

Untuk membuka kesempatan kerja di daerah Gorontalo Sulawesi

Adanya modal usaha uang tersedia serta lokasi yang digunakan

Gambar 4. Struktur Organisasi Home Industry Kerajinan Karawang

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

46

Peranan setiap bagian dalam struktur organisasi tersebut yang meliputi

tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap bagian tersebut, yaitu :

a) Pimpinan Home industry

Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan serta mengawasi jalannya

home industry dalam melakukan hubungan-hubungan dengan pihak lain

yang ada hubungannya atau kaitannya dengan home industry.

b) Bagian Personalia atau Keuangan

Bagian ini dipimpin oleh seorang Kepala Bagian dan membawahi

beberapa orang.

c) Bagian Administrasi

Bagian Administrasi dipimpin oleh seorang Kepala Bagian dengan

dibantu oleh beberapa staf yang mempunyai tugas menyangkut masalah

administrasi dan pengadaan.

d) Bagian Pemasaran

Bagian Pemasaran bertugas untuk mengadakan penjualan baik secara

partai maupun secara eceran.

Pengrajin sulaman kerawang yang bekerja di UKM “Naga Mas” tersebar

dibeberapa kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Telaga Jaya. Kecamatan

Telaga Jaya terletak disebelah selatan Kabupaten Gorontalo, terletak di 0,300 LU,

1,00 LS, 121

0 BT, 123,3

0 BB dengan jumlah penduduk 10.555 Jiwa, dimana

penduduk laki-laki sebanyak 5.093 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5.462

jiwa. Luas kecamatan 5.710 km2. Kecamatan Telaga Jaya terdiri dari 5 desa, yaitu

desa Bulota, Bunggalo, Buhu, Hutada’a dan Luwo’o.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

47

Adapun Adapun batas wilayah kecamatan Telaga Jaya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Telaga Biru

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Telaga

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Tilango

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Gorontalo

4.1.3 Hasil Analisa Univariat

4.1.3.1 Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban pada instrumen kuesioner

didapatkan bahwa distribusi pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas”

berdasarkan umur dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang UKM “Naga Mas”

Berdasarkan Umur

Kelompok

Umur

JUMLAH

n %

21-25 3 8,6

26-30 11 31,4

31-35 10 28,6

36-40 11 31,4

JUMLAH 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Distribusi pengrajin berdasarkan umur diperoleh dengan cara

menyebarkan kuesioner pada pengrajin. Kelompok umur dikategorikan menjadi

usia 21-25, 26-30, 31-35 dan 36-40. Berdasarkan hasil analisis univariat 4.2,

diketahui bahwa sebagian besar pengrajin sulaman kerawang berusia 21-30 tahun

dengan jumlah 11 (31,4 %) pengrajin dan 36-40 tahun yang juga berjumlah 11

(31,4 %) pengrajin.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

48

4.1.3.2 Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban setiap pengrajin pada

instrumen kuesioner didapatkan bahwa distribusi pengrajin sulaman kerawang

UKM “Naga Mas” berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang UKM “Naga Mas”

Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Terakhir

JUMLAH

n %

SMA 1 2,9

SMP 3 8,6

SD 28 80

Tdk Sekolah 3 8,6

JUMLAH 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Distribusi pengrajin berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh dengan

cara menyebarkan kuesioner pada pengrajin. Pendidikan terakhir dikategorikan

menjadi pendidikan terakhir SMA, SMP, SD dan Tidak Sekolah. Berdasarkan

hasil analisis univariat pada tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada umumnya

pendidikan terakhir para pengrajin sulaman kerawang adalah Sekolah Dasar (SD)

dengan jumlah 28 ( 80 %) pengrajin. Selain itu terdapat 3 (8,6 %) pengrajin yang

tidak pernah bersekolah.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

49

4.1.3.3 Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban setiap pengrajin pada

instrumen kuesioner didapatkan bahwa distribusi pengrajin sulaman kerawang

UKM “Naga Mas” berdasarkan masa kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4. Distribusi Pengrajin Sulaman Kerawang UKM “Naga Mas”

Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja JUMLAH

n %

< 3 Tahun 11 31,4

≥ 3 Tahun 24 68,6

JUMLAH 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Distribusi pengrajin berdasarkan masa kerja diperoleh dengan cara

menyebarkan kuesioner pada pengrajin. Masa kerja dikategorikan menjadi masa

kerja < 3 tahun dan ≥ 3 Tahun. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 4.4,

diketahui bahwa sebagian besar pengrajin sudah bekerja ≥ 3 Tahun yaitu sebanyak

24 pengrajin (68,6 %) dan hanya 11 (31,4 %) pengrajin yang bekerja < 3 tahun.

4.1.3.4 Hasil Pengkuran Pencahayaan

Jumlah cahaya yang diperoleh menggambarkan banyaknya cahaya yang

diterima oleh pengrajin pada saat mereka melakukan pekerjaanya. Pengkuran

pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari antara

pukul 09.00-10.00, siang hari antara pukul 12.00-13.00, sore hari antara pukul

15.00-16.00 dan malam hari antara pukul 19.00-20.00. Pengukuran dilakukan

ditiap-tiap rumah pengrajin yang merupakan tempat mereka bekerja. Adapun hasil

pengukuran dicantumkan dalam tabel berikut :

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

50

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Pencahayaan Berdasarkan Waktu Kerja

Pengrajin Sulaman Kerawang UKM “ Naga Mas”

Waktu

Kerja

Pengukuran Pencahayaan

Jumlah Tdk

Memenuhi

Standar

Memenuhi

Standar

n % n % n %

Pagi 16 45,7 19 54,3 35 100

Siang 28 80,0 7 20,0 35 100

Sore 26 74,3 9 25,7 35 100

Malam 32 91,4 3 8,6 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pencahayaan di tempat kerja

pengrajin sulaman yang tidak memenuhi standar untuk pengukuran di pagi hari

yaitu 16 (45,7 %), dan 19 (54,3 %) diantaranya memenuhi standar. Untuk

pengukuran di siang hari 28 (80,0 %) yang tidak memenuhi standar, dan 7 (20,0

%) diantaranya memenuhi standar. Selanjutnya untuk pengukuran penchayaan di

siang hari diketahui bahwa dari 35 titik pengukuran, 26 (74,3 %) yang tidak

memenuhi standar, dan 9 (25,7 %). Sedangkan pengukuran pencahayaan di

malam hari didapatkan 32 (91,4 %) yang tidak memenuhi standar, dan 3 (8,6 %)

yang memenuhi standar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut :

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran

KerjaPengrajin Sulaman Kerawang UKM “ Naga Mas”

Pengukuran pencahayaan disesuaikan dengan waktu kerja para pengrajin itu

sendiri, dimana setiap harinya mereka bekerja dari pag sampai malam hari. Area

titik dilakukannya pengukuran adalah tempat dimana pengrajin melakukan

pekerjaan, jadi cahaya yang didapatkan adalah cahaya yang juga diterima oleh

mata pengrajin.

4.1.3.5 Hasil Pengukuran

Kerawang UKM “Naga Mas” Tahun 2013

Untuk mengetahi kele

“Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden.

kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan

mata yang ditanyakan pada responden berdasarkan waktu mereka bekerja yaitu

pada pagi, siang, sore dan malam hari.

0

20

40

60

80

100

Tdk Memenuhi Standar

. Grafik Hasil Pengukuran Pencahayaan Berdasarkan Waktu

KerjaPengrajin Sulaman Kerawang UKM “ Naga Mas”

Pengukuran pencahayaan disesuaikan dengan waktu kerja para pengrajin itu

sendiri, dimana setiap harinya mereka bekerja dari pag sampai malam hari. Area

pengukuran adalah tempat dimana pengrajin melakukan

pekerjaan, jadi cahaya yang didapatkan adalah cahaya yang juga diterima oleh

Hasil Pengukuran Kelelahan Mata Pada Pengrajin Sulama

Kerawang UKM “Naga Mas” Tahun 2013

Untuk mengetahi kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM

“Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden. Pertanyaan dalam

kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan mengenai gejala ketegangan mata

mata yang ditanyakan pada responden berdasarkan waktu mereka bekerja yaitu

pada pagi, siang, sore dan malam hari. Seseorang dikatakan mengalami kelelahan

PagiSiang

SoreMalam

45,7

8074,3

91,4

54,3

20 25,7

8,6

Tdk Memenuhi Standar Memenuhi Standar

51

Pencahayaan Berdasarkan Waktu

KerjaPengrajin Sulaman Kerawang UKM “ Naga Mas”

Pengukuran pencahayaan disesuaikan dengan waktu kerja para pengrajin itu

sendiri, dimana setiap harinya mereka bekerja dari pag sampai malam hari. Area

pengukuran adalah tempat dimana pengrajin melakukan

pekerjaan, jadi cahaya yang didapatkan adalah cahaya yang juga diterima oleh

Kelelahan Mata Pada Pengrajin Sulaman

pada pengrajin sulaman kerawang UKM

“Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Pertanyaan dalam

mengenai gejala ketegangan mata. Kelelahan

mata yang ditanyakan pada responden berdasarkan waktu mereka bekerja yaitu

dikatakan mengalami kelelahan

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

52

mata apabila merasakan satu atau lebih dari gejela-gejala kelelahan mata tersebut.

Hasil pengukuran kelelahan mata pada 35 pengrajin sulaman kerawang UKM

“Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kelelahan Mata Pada Pengrajin Sulaman

Kerawang berdasarkan Waktu Kerja

Waktu

Kerja

Kelelahan Mata Jumlah

Lelah Tidak Lelah

n % n % n %

Pagi 19 54,3 16 45,7 35 100

Siang 25 71,4 10 28,6 35 100

Sore 20 57,1 15 42,9 35 100

Malam 28 80 7 20 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pengrajin sulaman kerawang UKM

“Naga Mas” yang mengalami kelelahan mata dipagi hari yaitu 19 pengrajin (54,3

%) dari jumlah total pengrajin yang ada sedangkan yang tidak mengalami

kelelahan mata 16 pengrajin (45,7 %). Hasil pengukuran kelelahan mata disiang

hari menunjukkan bahwa 25 (71,4 %) pengrajin sulaman kerawang yang

mengalami kelelahan mata dan 10 pengrajin (28,6 %) yang tidak mengalami

kelelahan mata dari jumlah total pengrajin yang ada. Selanjutnya hasil

pengukuran kelelahan mata disore hari menunjukkan bahwa 20 (51,7 %)

pengrajin sulaman kerawang yang mengalami kelelahan mata dan 15 pengrajin

(42,9 %) yang tidak mengalami kelelahan mata dari jumlah total pengrajin yang

ada. Sedangkan hasil pengukuran kelelahan mata pada pengrajin sulaman

kerawang UKM “Naga Mas” di malam hari menujukkan 28 pengrajin (80 %)

yang kelelahan mata dan 7 (20 %) pengrajin yang tidak mengalami kelelahan

mata.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

Adapun gambaran jenis kelelahan mata

pengraji sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya Tahun

Tahun 2013 dapat dilihat pada

Grafik 5. Grafik

Keterangan :

1. Kelopak mata terasa

2. Terasa ada tekanan dalam mata

3. Mata sulit dibiarkan terbuka

4. Merasa enak kalau kelopak mata di tekan

5. Bagian mata paling dalam sakit

6. Mata kabur

7. Kesulitan fokus

8. Mata berair

9. Mata perih

10. Mata Panas dan kering

2 3 4

68,565,7

63

54,2

ambaran jenis kelelahan mata yang sering dirasakan oleh

pengraji sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya Tahun

Tahun 2013 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik Jenis Kelelahan Mata Yang Sering Dirasakan Oleh

Pengrajin Sulaman Kerawan

Kelopak mata terasa berat

Terasa ada tekanan dalam mata

Mata sulit dibiarkan terbuka

Merasa enak kalau kelopak mata di tekan

Bagian mata paling dalam sakit

Mata Panas dan kering

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

54,251,4

17,1

40

63

14,2

43

17,1

63

2026

Jenis Kelelahan Mata

Persentase

53

yang sering dirasakan oleh

pengraji sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di Kecamatan Telaga Jaya Tahun

Kelelahan Mata Yang Sering Dirasakan Oleh

Sulaman Kerawang

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

54

11. Kotoran mata bertambah

12. Jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya

13. Tidak dapat membedakan cahaya sebagaiman biasanya

14. Penglihatan tampak ganda

Berdasarkan grafik 4 dapat diketahui jenis kelelahan mata yang paling

sering dirasakan oleh pengrajin sulaman kerawang adalah kelopak mata terasa

berat dan terasa ada tekanan didalam mata sebanyak 68,5 % pengrajin sulaman

kerawang. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis pekerjaan pengrajin yang sangat

membutuhkan ketelitian dan tingkat pencahayaan lingkungan kerja yang kurang.

Sehingga menyebabkan otot iris memaksa pupil untuk melihat objeknya.

Sedangkan yang paling sedikit dirasakan dirasakan oleh pengrajin kerawang

adalah mata merah sebanyak 14,2 %. Sebagian besar pengrajin sulaman kerawang

ini merasakan pedih pada matanya pada saat bekerja, hal ini mungkin disebabkan

oleh cahaya ditempat kerja yang belum memenuhi standar. Jenis kelelahan mata

yang juga banyak dirasakan oleh pengrajin adalah mata sulit dibiarkan untuk

terbuka sebanya 65,7 % dan jika mata tertutup terdapat kilatan cahaya sebanyak

63 %.

4.1.4 Analisis Bivariat

4.1.4.1 Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata

Analisis Bivariat digunakan untuk mencari pengaruh pencahayaan

terhadap kelelahan mata. Pengujian ini menggunakan uji chi-square dan

menggunakan uji fisher’s exact test. Dikatakan ada pengaruh yang bermakna

secara statistik jika diperoleh nilai ρ < 0,05.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

55

1. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di pagi Hari

Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata para pengrajin

sulaman kerawang UKM “Naga Masa” di pagi hari dapat dilihat pada tabel 4.7.

dibawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang

Di pagi Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja

Pencahayaan

Siang

Kelelahan Mata Total ρ

Value Lelah Tidak Lelah

n % n % n %

Tdk memenuhi

Standar 8 42,1 8 50 16 45,7

0,640 Memenuhi

Standar 11 57,9 8 50 19 54,3

Jumlah 19 100 16 100 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 16 (45,7%) pengrajin yang pencahayaan

di tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 8 pengrajin (42,1%) mengalami

kelelahan mata, dan 8 (50%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata.

Selanjutnya diketahui bahwa dari 19 (54,3%) pengrajin yang pencahayaan di

tempat kerjanya memenuhi standar, 11 pengrajin (57,9 %) diantaranya mengalami

kelelahan mata, sedangkan 8 ( 50%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata.

Melihat nilai ρ 0,640 > 0,05, dengan demikian H0 diterima sehingga disimpulkan

tidak terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata di pagi hari.

2. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di siang Hari

Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada

pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di siang hari dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

56

Tabel 4.8. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang

Di siang Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja

Pencahayaan

Siang

Kelelahan Mata Total ρ

Value Lelah Tidak Lelah

n % n % n %

Tdk memenuhi

Standar 21 84 7 70 28 80

0,381 Memenuhi

Standar 4 16 3 30 7 20

Jumlah 25 100 10 100 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 28 (80%) pengrajin yang pencahayaan

tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 21 pengrajin (84 %) mengaku

mengalami kelelahan mata disiang hari, dan 7 (70 %) diantaranya mengaku tidak

kelelahan mata disiang hari. Selanjutnya dari 7 (20%) pengrajin yang

pencahayaan di tempat kerjanya memenuhi standar, 4 pengrajin (16%)

diantaranya mengalami kelelahan mata, sedangkan 3 (30%) diantaranya tidak

mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,381 > 0,05, dengan demikian H0

diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh pencahayaan terhadap

kelelahan di mata siang hari.

3. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di sore Hari

Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada

pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di sore hari dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

57

Tabel 4.9. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang

Di sore Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja

Pencahayaan

Sore

Kelelahan Mata Total p

Value Lelah Tidak Lelah

n % n % n %

Tdk memenuhi

Standar 19 95 7 46,7 26 74,3

0,002 Memenuhi

Standar 1 5 8 53,3 9 25,7

Jumlah 20 100 15 100 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 26 pengrajin yang pencahayaan di

tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 19 pengrajin (95%) mengalami

kelehanan mata, dan 7 pengrajin (46,7%) diantaranya mengaku tidak mengalami

kelelahan mata. Selanjutnya diketahui bahwa 9 pengrajin yang pencahayaan di

tempat kerjanya memenuhi standar, 1 pengrajin (5%) diantaranya mengalami

kelelahan mata, sedangkan 8 (53,3%) diantaranya tidak mengalami kelelahan

mata. Melihat nilai p 0,002 < 0,05, dengan demikian H0 ditolak sehingga

disimpulkan terdapat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata di sore hari.

4. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di malam Hari

Hasil analisis pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada

pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di malam hari dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

58

Tabel 4.10. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang

Di malam Hari Menurut Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja

Pencahayaan

Malam

Kelelahan Mata Total p

Value Lelah Tidak Lelah

n % n % n %

Tdk memenuhi

Standar 28 100 4 57,1 32 91,4

0,005 Memenuhi

Standar 0 0 3 42,9 3 8,6

Jumlah 28 100 7 100 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 32 pengrajin yang pencahayaan di

tempat kerjanya tidak memenuhi standar, 28 pengrajin (100 %) mengaku

mengalami kelelahan mata, dan 4 (57,1 %) diantaranya mengaku tidak mengalami

kelelahan mata. Sedangkan 3 (42,9 %) pengrajin yang pencahayaan di tempat

kerjanya memenuhi standar, tidak ada pengrajin yang mengalami kelelahan mata.

Hal ini dikarenakan oleh masa kerja pengrajin < 3 tahun, sehingga gejala

kelelahan mata tidak dirasakan pada malam hari. Melihat nilai p 0,005 < 0,05

dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pencahayaan

terhadap kelelahan mata di malam hari.

4.1.4.2 Pengaruh Masa Kerja Terhadap Kelelahan Mata

Hasil analisis pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata pada pengrajin

sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di pagi hari dapat dilihat pada tabel 4.11.

berikut ini :

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

59

Tabel 4.11. Distribusi Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Kerawang

Menurut Masa Kerja

Masa Kerja

Kelelahan Mata Total ρ

Value Lelah Tidak Lelah

n % n % n %

Pagi

≥ 3 Tahun 16 84,2 8 50 24 68,6 0,030

< 3 Tahun 3 15,8 8 50 11 31,4

Jumlah 19 100 16 100 35 100

Siang

0,227 ≥ 3 Tahun 19 76,0 5 50,0 24 68,6

< 3 Tahun 6 24,0 5 50,0 11 31,4

Jumlah 25 100 10 100 35 100

Sore

≥ 3 Tahun 17 85,0 7 46,7 24 68,6 0,027

< 3 Tahun 3 15,0 8 53,3 11 31,4

Jumlah 20 100 15 100 35 100

Malam

≥ 3 Tahun 23 82,1 1 14,3 24 68,6 0,002

< 3 Tahun 5 17,9 6 85,7 11 31,4

Jumlah 28 100 7 100 35 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 35 pengrajin sulaman kerawang yang

ada di kecamatan Telaga Jaya, 24 pengrajin sudah bekerja selama ≥ 3 Tahun, dan

11 pengrajin yang bekerja < 3 tahun. Berdasarkan hasil kuesioner kelelahan mata

di pagi hari diketahui bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja

selama ≥ 3 Tahun, 16 pengrajin (84,2 %) mengaku mengalami kelelahan mata,

dan 8 (50,0 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata.

Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin

(15,8 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (50,0 %) mengaku tidak mengalami

kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,030 < 0,05 dengan demikian H0 ditolak sehingga

disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di pagi hari.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

60

Selanjutnya untuk kelelahan mata di siang hari diketahui bahwa, dari 24

(68,6 %) pengrajin sudah bekerja selama ≥ 3 Tahun, 19 pengrajin (76,0 %)

mengaku mengalami kelelahan mata, dan 5 pengrajin (50,0 %) diantaranya

mengaku tidak mengalami kelelahan mata, dan dari 11 (31,4 %) pengrajin yang

masa kerjanya < 3 tahun, 6 pengrajin (24,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 5

pengrajin (50,0 %) mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ

0,227 > 0,05 dengan demikian H0 diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat

pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di siang hari.

Tabel 4.11 juga menunjukkan bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah

bekerja selama ≥ 3 Tahun, 17 pengrajin (85,0 %) mengaku mengalami kelelahan

mata, dan 7 (46,7 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata.

Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin

(15,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (53,3 %) pengrajin mengaku tidak

mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,027 < 0,05 dengan demikian H0

ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan

mata di sore hari.

Sedangkan untuk malam hari diketahui bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin

yang sudah bekerja selama ≥ 3 Tahun, 23 pengrajin (82,1 %) mengaku mengalami

kelelahan mata, dan 1 (14,3 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan

mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 5

pengrajin (17,6 %) mengalami kelelahan mata, dan 6 (85,7 %) mengaku tidak

mengalami kelelahan mata. Melihat nilai ρ 0,002 < 0,05 dengan demikian H0

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

61

ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan

mata di malam hari.

4.2 Pembahasan

Penelitian dilakukan dari tanggal 8 - 10 april tahun 2013. Sampel dalam

penelitian ini adalah pengrajin sulaman kerawang yang bertempat tinggal di

kecamatan Telaga jaya dan bekerja di pagi, siang, sore dan malam hari dengan

jumlah 35 pengrajin. Waktu kerja pengrajin pada umumnya di mulai dari jam

09.00 pagi, namun ada beberapa pengrajin yang sudah mulai menyulam kerawang

sehabis shalat subuh, dan akan menghentikan pekerjaan menyulamnya pada pukul

08.00 karna akan mengerjakan pekerjaan rumahnya, kemudian setelah itu kembali

melanjutkan menyulam kerawang. Beberapa pengrajin lebih memilih melakukan

pekerjaan rumahnya terlebih dulu sebelum menyulam kerawang seperti memasak,

mengantar anak ke sekolah dll. Biasanya pengrajin tidak menyempatkan istirahat

siang, jadi waktu siang juga mereka gunakan untuk menyulam kerawang, dan

akan diteruskan hingga malam hari.

Pada umumya pengrajin sulaman kerawang ini berumur antara 21 sampai

dengan 40 tahun, dimana paling banyak pengrajin sulaman kerawang yang

berumur 26-30 dan 31-35 dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD).

Pengrajin yang tidak melanjutkan sekolahnya lebih memilih untuk menikah,

hingga saat ini ada beberapa pengrajin yang anaknyapun melakukan pekerjaan

yang sama, menyulam kerawang. Hal ini yang menyebabkan ditemukannya dua

pengrajin dalam satu tempat kerja.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

62

4.2.1 Pencahayaan

Kemudahan melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat pencahayaan

yang baik, karena semakin tinggi pencahayaan maka akan makin memudahkan

seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan yang baik

memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas,

cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 2009).

Pencahayaan adalah jumlah cahaya yang diterima di area titik dilakukannya

pengukuran, dalam satuan lux. Pengukuran dilakukan di rumah pengrajin yang

merupakan tempat mereka bekerja, pengukuran pencahayaan ini dilakukan

berdasarkan waktu kerja pengrajin. Untuk pengukuran pencahayaan di pagi hari

dilakukan pada pukul 09.00-10.00. Sedangkan cahaya yang digunakan di pagi hari

adalah cahaya alami atau sinar matahari. Hasil penelitian pada tabel 4.5

menunjukkan bahwa dari 35 pengukuran pencahayaan di pagi hari, 16 (45,7 %)

area pengkuran diantaranya menerima cahaya yang tidak memenuhi standar (1000

Lux), dan 19 (54,3 %) area diantaranya menerima cahaya sesuai dengan batas

maksimum tingkat pencahayaan untuk pekerjaan yang teliti yaitu (1000 Lux).

Sedangkan Hasil dari kuesioner pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 35

pengrajin yang bekerja di pagi hari 19 (54,3 %) pengrajin mengalami kelelahan

mata dan 16 (45,7 %) diataranya tidak mengalami kelelahan mata.

Hampir keseluruhan pengrajin memulai pekerjaannya di pagi hari setelah

mereka selelsai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun ada beberapa

pengrajin yang bahkan sudah mulai menyulam saat selesai menunaikan sholat

subuh. Menyulam kerawang merupakan pekerjaan mereka sehari-harinya, hal ini

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

63

dilakukan untuk membantu menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan

keluarga mereka. Pada umunya pengrajin kerawang akan mencari tempat yang

dirasa nyaman untuk melakukan pekerjaannya, contohnya didekat jendela, di

dekat pintu, dan diruang tv untuk mengurangi kebosanan. Cahaya matahari dapat

langsung masuk melalui ventilasi, jendela dan pintu di tempat mereka bekerja.

Sinar matahari memulai memancarkan cahayanya di pagi hari, kita sebagai

manusia akan bisa melihat semua benda dan melakukan aktivitas dengan bantuan

dari sinar matahari, sama halnya dengan pengrajin kerawang, sinar matahari

membantu mereka untuk melihat jarum, benang dan dapat membuat sebuah pola

pada kain entah berupa pola bunga, garis-garis dan lain-lain. Inilah yang

menyebabkan kelelahan mata jarang mereka rasakan di pagi hari, selain itu

menurut pengakuan mereka karena waktu pagi adalah awal mereka memulai

menyulam, jadi mereka masih memiliki tenaga ekstra dari istirahat di malam hari,

dan juga waktu kerja hampir keseluruhan pengrajin yang tidak begitu lama yaitu ≤

2 jam di pagi hari mengingat mereka masih harus menunaikan tugas rumah

tangganya.

Hal ini dibuktikan dari hasil uji statistik pada tabel 4.7 yang menggunakan

uji chi square, didapatkan ρ Value 0,640 > 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat

diambil adalah H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

pencahayaan terhadap kelelahan mata di pagi hari.

Hasil pengukuran pencahayaan di siang hari pada tabel 4.5 menunjukkan

bahwa 28 (80,0 %) area pengukuran diantaranya menerima cahaya yang tidak

memenuhi standar, dan 7 (20,0 %) area pengukuran pada siang hari menerima

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

64

cahaya sesuai dengan batas maksimum. Waktu siang dimulai dari pukul 12.00-

15.00, pengukuran pada penelitian ini di mulai dari pukul 12.00-13.00. Pada

umumnya di siang hari waktu pengrajin digunakan hanya untuk menyulam

kerawang, karna pekerjaan rumah tangga yang menjadi tugas pokok mereka sudah

terselesaikan di pagi hari. Sama halnya dengan waktu kerja di pagi hari, pengrajin

kerawang masih memanfaatkan sinar matahari untuk bekerja, malah di siang hari

sinar matahari lebih terang memancarkan cahayanya. Hal ini yang menyebabkan

tempat kerja para pengrajin biasanya akan berubah di siang hari, beberapa

pengrajin yang bekerja di dekat pintu akan merasakan panas yang berasal dari

sinar matahari. Selanjutnya mereka akan mencari tempat yang nyaman untuk

bekerja, biasanya di ruang TV, di dekat pintu kamar, dan di ruang tamu. Namun di

beberapa tempat pengrajin pada saat pengukuran keadaan cuaca mendung bahkan

di tempat lain turun hujan, jadi cahaya yang diterima lebih sedikit di bandingkan

dengan tempat pengrajin yang lainnya, tetapi para pengrajin tetap melakukan

pekerjaannya.

Hasil kuesioner pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 35 responden, 25

(71,4 %) pengrajin mengalami kelelahan mata di siang hari dan 10 (28,6 %)

mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Disini terlihat kelelahan mata banyak

dirasakan pengrajin di siang hari. Hal ini disebabkan karena waktu kerja pengrajin

yang lebih lama dibandingkan waktu kerja di pagi hari ditambah lagi dengan

kenaikan suhu di siang hari, biasanya pengrajin merasakan panas saat bekerja.

Selain itu juga hampir keseluruhan pengrajin malah tidak menyempatkan waktu

untuk istirahat siang, mereka lebih memilih untuk terus bekerja.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

65

Hasil uji statistik pada tabel 4.8 yang menggunakan uji Fisher’s Exact Test

didapatkan ρ Value 0,381 > 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah

H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pencahayaan

terhadap kelelahan mata di siang hari. Hal ini menjelaskan bahwa kelelahan mata

yang dirasakan pengrajin di siang hari bukan karena pencahayaan, melainkan

karena waktu kerja yang lebih lama dari sebelumnya dan perubahan suhu di

tempat kerja.

Selanjutnya untuk pengukuran pencahayaan di sore hari pada tabel 4.5

menunjukkan bahwa 26 (74,3 %) area diantaranya menerima cahaya tidak

memenuhi standar, dan 9 (25,7 %) area menerima cahaya sesuai dengan batas

maksimum. Waktu pengukuran sore dilakukan dari pukul 15.00-16.00. Masih

sama dengan waktu kerja sebelumnya cahaya yang dimanfaatkan para pengrajin

untuk melakukan pekerjaannya adalah sinar matahari, namun cahaya matahari di

sore sudah tidak lebih terang dari siang hari. Dimana sore merupakan waktu

peralihan antara siang dan malam, di sore hari matahari sudah mulai tenggelam.

Biasanya demi menghemat listrik meski mereka sudah merasakan cahaya

ditempat kerjanya sudah sangat kurang, para pengrajin ini akan terus memaksakan

penglihatannya untuk melihat objek pada kain yang sedang dikerjakan.

Selain dipengaruhi oleh musim, sinar matahari juga dipengaruhi oleh waktu.

Sehingga didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa lebih banyak area

pengukuran yang tidak memenuhi standar, selain itu hal ini juga disebabkan oleh

letak rumah pengrajin yang malah membelakangi arah sinar matahari di sore hari

sehingga sinar matahari yang masuk sedikit. Berdasarkan hasil kuesioner pada

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

66

tabel 4.6 didapatkan dari 35 pengrajin, 20 (57,1 %) pengrajin mengalami

kelelahan mata, dan 15 (42,9 %) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata di

sore hari.

Kelelahan mata yang dirasakan oleh cukup banyak pengrajin ini selain

disebabkan oleh cahaya yang tidak memenuhi standar juga disebabkan oleh waktu

kerja, mengingat menyulam merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian

yang lebih dari pada pekerjaan-pekerjaan yang lain dan juga mengingat para

pengrajin sudah memulai pekerjaannya dari pagi hari. Sehingga di waktu sore

sudah menunjukkan kelelahan dan juga kebosanan dari para pengrajin itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan teori yang ada, dimana menurut teori pencahayaan yang

tidak memenuhi standar tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika

pencahayaan terlalu besar atau terlalu kecil, pupil mata harus berusaha

menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing

silau atau berkontraksi secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar

atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat

diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini

merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah. Dampak dari pencahayaan yang

tidak memadai itu adalah kelelahan pada mata, namun itu pun bersifat reversible

(Depkes, 2008 dalam Nugroho, 2009).

Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik pada tabel 4.9 yang juga

menggunakan uji Fisher’s Exact Test didapatkan ρ Value 0,027 < 0,05 sehingga

kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata di sore hari.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

67

Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan misalnya

penelitian yang dilakukan oleh Nugroho pada tenaga kerja di laboratorium PT.

Polypet Karyapersada Cilegon yang menyatakan terdapat pengaruh pencahayaan

terhadap kelelahan mata pekerja dan juga penelitian yang dilakukan oleh Evi yang

menyatakan pencahayaan berhubungan dengan kelelahan mata penjahit baju dan

kantong di salah satu Konveksi Sektor Informal Binjai.

Sedangkan yang terakhir yaitu hasil pengukuran pencahayaan pada tabel 4.5

di malam hari menunjukkan bahwa 32 (91,4 %) area diantaranya menerima

cahaya tidak memenuhi standar, dan 3 (8,6 %) area menerima cahaya sesuai

dengan batas maksimum. Waktu pengukuran pada malam hari dimulai pada pukul

19.00-20.00. Saat bekerja malam sebagian besar tempat para pengrajin bekerja

tidak lagi sama dengan saat mereka bekerja sebelumnya yaitu di pagi, siang, dan

sore hari. Namun tetap mencari tempat yang mereka rasa nyaman untuk bekerja.

Tempat mereka bekerja di malam hari biasanya di ruang tv tetap tujuannya untuk

mengurangi kebosanan saat bekerja, jadi saat rasa jenuh atau bosan datang mereka

bisa menonton acara yang sedang berlangsung.

Beberapa pengrajin ada yang memilih ruang tamu sebagai tempat kerjanya,

tepat di bawah sinar yang berasal dari sumber cahaya yang meraka gunakan.

Sumber cahaya yang digunakan pengrajin pada malam hari yaitu sinar yang

berasal dari lampu. Sebagian pengrajin lagi memilih kamar sebagai tempat mereka

bekerja di malam hari dengan cahaya lampu yang digunakan untuk menerangi

kamar itu sendiri. Sedangkan ada juga beberapa pengrajin yang memiliki lampu

khusus pada saat bekerja, lampu ini tergantung tepat di atas tempat duduk mereka,

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

68

dan juga lampu cars yang mereka letakkan tepat di depan mereka, jadi cahaya

lampu yang mereka gunakan terfokus pada pengrajin yang sedang melakukan

pekerjaannya.

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 4.6 didapatkan dari 35 pengrajin, 28

(80 %) pengrajin mengalami kelelahan mata, dan 7 (20 %) diantaranya tidak

mengalami kelelahan mata di malam hari. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang

belum memenuhi standar, dimana masih banyak pengrajin yang tidak

menggunakan lampu khusus untuk bekerja, mengingat jenis pekerjaan yang

mereka kerjakan. Selain itu kelelahan mata juga disebabkan karna sudah

hilangnya ekstra tenaga para pngrajin karna sudah digunakan untuk bekerja

seharian dengan waktu istirahat yang minim, sehingga kelelahan ini menumpuk di

malam hari. Hal in juga dibuktikan dengan hasil uji statistik pada tabel 4.10 yang

juga menggunakan uji Fisher’s Exact Test didapatkan ρ Value 0,027 < 0,05

sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 ditolak artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara pencahayaan terhadap kelelahan mata di malam

hari.

4.2.2 Masa Kerja

Pekerja yang sudah lama bekerja akan mempunyai resiko lebih besar

terjadinya kelelahan mata. Menurut Encylopedia of Occupstionsl Health and

Safety adanya keluhan gangguan mata rata-rata setelah bekerja selama 3 sampai 4

tahun. Dengan demikian pekerja yang bekerja lebih dari tiga tahun akan

mempunyai resiko lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja

dengan lama kerja kurang dari atau sama dengan tiga tahun.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

69

Masa kerja merupakan jumlah tahun yang dihitung dari saat pengrajin mulai

bekerja sampai dengan dilakukannya pengukuran. Berdasarkan hasil

pengumpulan data pada tabel 4.4 lebih banyak pengrajin yang sudah bekerja

selama ≥ 3 tahun. Dari 35 pengrajin sebanyak 24 (68,6 %), dan yang bekerja < 3

tahun sebanyak 11 (31, 4 %).

Beberapa pengrajin mengaku memulai menyulam kerawang dari mereka

baru duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, awalnya mereka membantu pekerjaan orang

tuanya. Setelah lulus dari Sekolah Dasar mereka akhirnya lebih memilih untuk

meneruskan pekerjaan orang tuanya dari pada melanjutkan sekolah lagi. Hal ini

terlihat dari tingkat pendidikan terakhir para pengrajin, dimana paling banyak

pendidikan para pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas” ini adalah

Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 28 (80 %) pengrajin pada tabel 4.3. Hingga

saat ini bahkan mereka sudah memiliki keluarga menyulam kerawang tetap

menjadi pekerjaan utama mereka. Selain mudah dalam pengerjaannya,

penghasilan dari menyulam kerawang ini membantu untuk mencukupi kebutuhan

mereka setiap harinya.

Kejenuhan memang selalu muncul saat mereka bekerja, apalagi pengrajin

yang sudah bekerja ≥ 3 tahun, terkadang ketika mereka jenuh dengan pekerjaan

itu, mereka tidak lagi datang mengambil kain di UKM “Naga Mas”, namun

menurut mereka itu tidak berlangsung dalam waktu yang lama, terkadang dengan

cara mogok kerja banyak kerugian yang mereka dapatkan, diantaranya yaitu pihak

UKM tidak akan memberikan lagi kain yang kualitasnya bagus jika mereka ingin

kembali mengambil kain di UKM, menurut mereka pihak UKM akan menilai

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

70

mereka malas, sehingga tidak akan menghasilkan sulaman yang indah dan juga

mengingat tak ada lagi pekerjan yang mereka kerjakan selain menyulam

kerawang. Bayaran yang diberikan pihak UKM biasanya sesuai dengan jenis kain

dan tingkat kesulitan dari pola bunga diinginkan oleh pihak UKM itu sendiri.

Bagi pengrajin yang sudah lama bekerja, rajin dan hasil kerjanya bagus,

biasanya pihak UKM akan terus memberikan jenis kain yang berkualitas dan tentu

saja upahnya lebih besar. Bahkan terkadang jika banyak pesanan pihak UKM

yang langsung mengantarkan langsung kerumah pengrajin tersebut. Inilah yang

menuntut para pengrajin ini terus bekerja bahkan dari pagi sampai terkadang

tengah malam, dengan tanpa memikirkan kesehatan tubuhnya.

Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran kelelahan mata di pagi hari dengan

menggunakan kuesioner, pada tabel 4.11 diketahui bahwa dari 24 (68,6 %)

pengrajin yang sudah bekerja selama ≥ 3 tahun, 16 (84,2 %) pengrajin mengalami

kelelahan mata dan 8 (50,0 %) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata.

Sedangkan dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin

(15,8 %) mengalami kelelahan mata, dan 8 (50,0 %) mengaku tidak mengalami

kelelahan mata.

Walaupun dari hasil uji statistik pencahayaan tidak memiliki pengaruh

secara signifikan terhadap kelelahan mata di pagi hari. Namun hasil uji statistik

untuk pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di pagi hari yang juga

menggunakan uji chi-square didapatkan ρ Value 0,030 < 0,05 sehingga

kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara masa kerja terhadap kelelahan mata di pagi hari. Hal ini sejalan

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

71

dengan teori yang mengatakan “Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif

sekaligus pengaruh negatif pada pekerja. Pengaruh positifnya yaitu seseorang

yang sudah lama bekerja akan lebih berpengalaman dalam melakukan

pekerjaannya. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu semakin lama seseorang

bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanana saat melakukan

pekerjaannya, selain itu semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin

banyak kesempatannya untuk terpapar bahaya yang berasal dari lingkungan

kerjanya”. Jadi tidak hanya pencahayaan namun kelelahan mata juga dapat

disebabkan oleh masa kerja di pagi hari.

Pengukuran kelelahan mata juga dilakukan di siang hari, pengukuran

kelelahan mata digunakan kuesioner, dimana ditanyakan pada setiap pengrajin

kerawang apakah pengrajin kerwang merasakan salah satu gejala kelelahan mata

di siang hari atau malah sebaliknya, sama halnya dengan masa kerja, masing-

masing pengrajin ditanyakan jumlah tahun kerja dihitung dari saat pengrajin

memulai pekerjaan sampai dengan dilakukannya penelitian. Berdasarkan hasil

pengukuran kelelahan mata pada tabel 4.11 di siang hari diketahui bahwa dari 24

(68,6 %) pengrajin kerawang yang sudah bekerja ≥ 3 tahun, 19 pengrajin (76,0 %)

mengaku mengalami kelelahan mata, dan 5 (50,0 %) diantaranya mengaku tidak

mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4 %) pengrajin yang masa

kerjanya < 3 tahun, 6 pengrajin (24,0 %) mengalami kelelahan mata, dan 5 (50,0

%) mengaku tidak mengalami kelelahan mata.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

72

Sama dengan hasil uji statistik pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan

mata di siang hari yang tidak memilik pengaruh secara signifikan, hasil uji

statistik pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata yang menggunakan uji

Fisher’s Exact Test juga didapatkan nilai ρ Value 0,227 < 0,05 dengan demikian

H0 diterima sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh masa kerja terhadap

kelelahan mata di siang hari. Sama halnya dengan pencahayaan di siang hari,

kelelahan mata yang dirasakan oleh pengrajin kerawang bukan karena

pencahayaan ataupun masa kerja, melainkan karena waktu kerja pengrajin

kerawang yang cukup lama di siang hari.

Sedangkan untuk pengukuran kelelahan mata di sore hari pada tabel 4.11,

dari 24 (68,6 %) pengrajin sulaman kerawang yang sudah bekerja ≥ 3 tahun, 17

pengrajin (85,0 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 7 (46,7 %)

diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari 11 (31,4

%) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 3 pengrajin (15,0 %) mengalami

kelelahan mata, dan 8 (53,3 %) pengrajin mengaku tidak mengalami kelelahan

mata. hasil uji statistik pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata yang

menggunakan uji Fisher’s Exact Test juga didapatkan nilai ρ Value 0,027 < 0,05

dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja

terhadap kelelahan mata di sore hari, hal ini juga sejalan dengan teori yang ada.

Selanjutnya untuk pengukuran kelelahan mata di malam hari, sama halnya

dengan pengukuran sebelumnya, kelelahan mata di malam hari juga menggunakan

kuesioner, begitu juga masa kerja. berdasarkan hasil pengukuran pada tabel Tabel

4.11. menunjukkan bahwa dari 24 (68,6 %) pengrajin yang sudah bekerja selama

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

73

≥ 3 Tahun, 23 pengrajin (82,1 %) mengaku mengalami kelelahan mata, dan 1

(14,3 %) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata. Selanjutnya dari

11 (31,4 %) pengrajin yang masa kerjanya < 3 tahun, 5 pengrajin (17,9 %)

mengalami kelelahan mata, dan 6 (85,7 %) mengaku tidak mengalami kelelahan

mata. Melihat nilai ρ 0,002 < 0,05 dengan demikian H0 ditolak sehingga

disimpulkan terdapat pengaruh masa kerja terhadap kelelahan mata di malam hari.

4.2.3 Kelelahan Mata

Kelelahan mata merupakan keluhan gangguan kesehatan mata yang

dirasakan oleh pengrajin. Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada

fungsi mata terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

secara telitim kelelahan mata timbul karena penggunaan indera penglihatan dalam

jangka waktu yang lama. Berdasarkan pengukuran kelelahan mata pada pengrajin

sulaman kerawang UKM “Naga Mas”, keseluruhan pengrajin mengalami

kelelahan mata. Untuk hasil pengukuran kelelahan mata di pagi hari pada tabel 4.6

dari 35 pengrajin, 19 responden (54,3 %) diantaranya mengalami kelelahan mata

di pagi hari, dan 16 (45,7) responden yang mengaku tidak mengalami kelelahan di

pagi hari. Hasil pengukuran kelelahan mata di siang hari menunjukkan bahwa dari

35 pengrajin, 25 responden (71,4 %) mengalami kelelahan mata di siang hari, dan

10 (28,6%) diantaranya tidak mengalami kelelahan mata.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

74

Selanjutnya untuk hasil pengukuran di sore hari diketahui bahwa 20 (57,1

%) responden mengalami kelelahan mata dan 15 responden (42,9 %) tidak

mengalami kelelahan mata. Sedangkan hasil pengukuran kelelahan mata di malam

hari, 28 responden (80,0 %) mengaku kelelahan mata di malam hari dan 7 (20,0

%) diantaranya mengaku tidak mengalami kelelahan mata dimalam hari.

Untuk mengetahui kelelahan mata yang dirasakan oleh pengrajin sulaman

kerawang UKM “Naga Mas” dilakukan pembagian kuesioner yang berisikan 15

pertanyaan tentang ketegangan mata diantaranya yaitu : kelopak mata terasa berat,

terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau

kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, penglihatan

kabur, kesulitan fokus, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata

merah, mata terasa panas dan kering, kotoran mata bertambah, jika mata ditutup

terlihat kilatan cahaya, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya,

penglihatan tampak ganda.

Seseorang dikatakan mengalami gangguan kelelahan mata jika memiliki

satu atau lebih dari 15 gejala tersebut. Pengrajin yang menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah pengrajin yang tidak memiliki keterunan penyakit mata dan

tidak ada riwayat penyakit mata sebelumnya, dan tidak menggunakan kaca mata,

jadi kelelahan mata yang dirasakan oleh pengrajin adalah benar-benar karna

pencahayaan pada saat mereka bekerja.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …eprints.ung.ac.id/3263/5/2013-1-13201-811409038-bab4... · pencahayaan yang menggunakan alat Lux meter dilakukan pada pagi hari

75

Kelelahan mata paling banyak terjadi pada pengrajin sulaman kerawang

dengan umur antara 25-30 dan 31-36 tahun, hal ini sejalan dengan teori yang

menyebutkan bahwa “Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata

berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak

dekat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan

sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh”. Selain itu penglihatan

juga dipengaruhi oleh faktor pencahayaan yang berbunyi Tingkat pencahayaan

juga akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia

tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar.

Semakin besar luminansi dari sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh

mata juga akan semakin bertambah. Selanjutnya kelelahan mata juga paling

banyak terjadi pada pengrajin yang sudah bekerja ≥ 3 tahun. Hal ini juga sejalan

dengan teori yang mengatakan bahwa “Masa kerja dapat memberikan pengaruh

positif sekaligus pengaruh negatif pada pekerja. Pengaruh positifnya yaitu

seseorang yang sudah lama bekerja akan lebih berpengalaman dalam melakukan

pekerjaannya. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu semakin lama seseorang

bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanana saat melakukan

pekerjaannya, selain itu semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin

banyak kesempatannya untuk terpapar bahaya yang berasal dari lingkungan

kerjanya”.