BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

17
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang diresmikan pada tanggal 24 maret 2005. Luas wilayah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu 413 km 2 atau 6,37 % dari luas Kota Gorontalo dengan posisi geografis terletak antara 0,19 0 – 1,15 0 Lintang Selatan dan 121,23 0 – 123,43 0 Bujur Timur. Kecamatan Kota Tengah terdiri dari 6 (enam) wilayah yaitu kelurahan Paguyaman, kelurahan Pulubala, kelurahan Liluwo, kelurahan Dulalowo, kelurahan Wumialo, dan kelurahan Dulalowo Timur. Total penduduk di 6 kelurahan tersebut adalah 24.307 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.500 kk (profil Kecamatan Kota Tengah, 2010). Adapun batas wilayah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu : Sebelah Utara : berbatasan dengan kelurahan Tapa Kecamatan Kota Barat. Sebelah Timur : berbatasan dengan kelurahan Dembe II, Wongkaditi Barat Kecamatan Kota Utara dan kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Utara. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Limba U1 dan Limba U2 Kecamatan Kota Selatan. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Libuo, Huangobotu, Tomulobutao Kecamatan Dungingi.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah

Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota

Utara, yang diresmikan pada tanggal 24 maret 2005. Luas wilayah Kecamatan

Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu 413 km2 atau 6,37 % dari luas Kota

Gorontalo dengan posisi geografis terletak antara 0,190 – 1,150 Lintang Selatan

dan 121,230 – 123,430 Bujur Timur. Kecamatan Kota Tengah terdiri dari 6

(enam) wilayah yaitu kelurahan Paguyaman, kelurahan Pulubala, kelurahan

Liluwo, kelurahan Dulalowo, kelurahan Wumialo, dan kelurahan Dulalowo

Timur. Total penduduk di 6 kelurahan tersebut adalah 24.307 jiwa, dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 6.500 kk (profil Kecamatan Kota Tengah,

2010).

Adapun batas wilayah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan kelurahan Tapa Kecamatan Kota Barat.

Sebelah Timur : berbatasan dengan kelurahan Dembe II, Wongkaditi Barat

Kecamatan Kota Utara dan kelurahan Heledulaa Utara

Kecamatan Kota Utara.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Limba U1 dan Limba U2

Kecamatan Kota Selatan.

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Libuo, Huangobotu,

Tomulobutao Kecamatan Dungingi.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

34

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Kota Selatan

Kecamatan Kota Selatan merupakan Kecamatan pemekaran yang

diresmikan pada tamggal 11 Agustus 2003. Luas wilayah Kecamatan Kota Selatan

yaitu 3,42 km2 yang secara geografis terletak pada 10 lintang utara, 1230 bujur

timur (profil Kecamatan Kota Selatan, 2011).

Adapun batas wilayah Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Kota Tengah.

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kota Timur.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Hulonthalangi.

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Kota Barat.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari dari Dinas Kesehatan Kota

Gorontalo tahun 2011, Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan

merupakan Kecamatan terbanyak pertama dan kedua di Kota Gorontalo yang

memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15 dan 12

depot, dengan jumlah keseluruhan depot adalah 27 depot.

Bila ditinjau dari proses pengolahan yang dilakukan, dari 15 depot yang

ada di Kecamatan Kota Tengah terdapat 13 depot dengan sistem ultraviolet

(UV), 1 depot dengan proses reversed osmosis (RO), dan 1 depot lainnya

menerapkan 2 sistem pengolahan sekaligus yaitu proses ozonisasi dan proses

ultraviolet (UV). Sehingga hanya 14 depot yang memenuhi kriteria penelitian.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

35

Untuk 12 depot yang ada di Kecamatan Kota Selatan terdapat 2 depot

dengan sistem ozonisasi, 2 depot dengan sistem reversed osmosis (RO), dan 8

depot dengan sistem ultraviolet (UV).

27 depot yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kota Selatan, dilakukan

pengambilan sampel secara acak untuk mengetahui kualitas air minum melaui

pengujian parameter fisik (TDS), parameter kimia (pH), dan parameter

mikrobiologi (total koliform) yang dikelompokkan berdasarkan sistem

pengolahan yang diterapkan pada masing-masing depot, dengan jumlah seluruh

sampel sebanyak 20 depot, masing-masing terdiri dari 2 sampel untuk air minum

dengan proses ozonisasi, 16 sampel dengan proses ultraviolet (UV), dan 2 sampel

dengan proses reversed osmosis (RO).

Adapun daftar nama depot yang menjadi sampel dalam penelitian ini,

dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Daftar Nama Sampel Depot Air Minum Isi Ulang

No Nama depot Alamat Jenis Pengolahan 1. Aquality AMDK Jl. Arif Rahman Hakim Ozonisasi 2. AMGO AMDK Jl. Raja Eyato 3. Depot Tirta Prima Jl. Jeruk 4. Aquamin Jl. Madura 5. Aquamin Jl. Manado 6. Aqua Mulia Jl. Dahlia 7. Aqua Gemilang Jl. Selayar 8. Aquamin Jl. Selayar 9. Aquana Jl. Andalas 10. Waterpas Jl. Kenangan Ultraviolet 11. Aqua Pro 2 Jl. Tanggikiki 12. Depot Maleo Jl. Dewi Sartika 13. Depot Widya Jl. Dewi Sartika 14. Aquaran Jl. Pangeran Hidayat 15. Aquadhim Jl. Kenangan 2 16. Depot Zahra Jl. KH. Agus Salim 17. GH 18 Jl. S.Parman 18. Primadora Jl. KH. Agus Salim 19. Aqualya Jl. Madura Reversed Osmosis 20. Aquality Jl. Arif Rahman Hakim

Sumber : Data Primer 2012

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

36

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel air minum dengan

proses ozonisasi sebanyak 2 sampel, proses ultraviolet sebanyak 16 sampel, dan

proses reversed osmosis sebanyak 2 sampel. Untuk air minum dengan proses

ozonisasi, pengambilan sampel dilakukan pada perusahaan Air Minum Dalam

Kemasan (AMDK), hal ini dikarenakan di Kota Gorontalo belum ada depot air

minum isi ulang yang menerapkan sistem pengolahan ozonisasi. Namun, cara

pengambilan sampel untuk AMDK langsung pada saat air minum telah melalui

proses ozonisasi, bukan pada produk AMDK yang telah beredar sehingga cara

pengambilan sampel sama halnya dengan pengambilan sampel pada depot air

minum isi ulang.

Untuk hasil penelitian kualitas fisik (TDS) air minum ditinjau dari proses

ozonisasi, ultraviolet (UV), dan proses reversed osmosis (RO) dapat dilihat dalam

tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Kualitas Fisik (TDS) pada Air Minum ditinjau dari Proses

Ozonisasi, Ultraviolet, dan Reversed Osmosis No Nama Depot Jenis Pengolahan Parameter Fisik

(TDS) Standar

1. Aquality AMDK Ozonisasi

101 2. AMGO AMDK 106 3. Tirta Prima 117 4. Aquamin 129 5. Aquamin 109 6. Aquamulia 116 7. Aqua Gemilang 103 8. Aquamin 109 9. Aquana 99 500 10. Aqua Pro2 Ultraviolet 166 11. Maleo 121 12. Widya 116 13. Aquaran 116 14. Aquadhim 119 15. Waterpas 118 16. Zahra 124 17. GH 18 100 18. Primadora 111 19. Aqualya Reversed Osmosis 007 20. Aquality 119

Sumber :Data Primer 2012

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

37

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat, bahwa standar TDS maksimal

yang diperbolehkan dalam Permenkes RI Nomor 492 tahun 2010 adalah 500 mg/l.

Hasil pengukuran sampel air minum dengan proses ozonisasi untuk sampel air

minum Aquality yaitu 101 mg/l dan sampel air minum AMGO yaitu 106 mg/l.

16 sampel air minum dengan proses ultraviolet memiliki nilai TDS yang

bervariasi. Nilai TDS terendah dari sampel air minum yang diukur adalah 99 mg/l

yaitu untuk sampel air minum depot Aquana, dan nilai TDS tertinggi adalah 166

mg/l yaitu untuk sampel air minum depot Aqua pro2. Pada sampel air minum

dengan proses reversed osmosis yiatu untuk depot Aqualya memiliki TDS 007

mg/l, dan depot Aquality 119 mg/l.

Hasil penelitian kualitas air minum berdasarkan parameter kimia (pH)

pada sampel air minum ditinjau dari proses ozonisasi, ultraviolet (UV), dan

reversed osmosis (RO) dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Kualitas Kimia (pH) pada Air Minum ditinjau dari Proses

Ozonisasi, Ultraviolet, dan Reversed Osmosis No Nama Depot Proses Pengolahan Parameter Kimia (pH) Standar 1. Aquality AMDK Ozonisasi 7,2

6,5-8,5

2. AMGO 7,6 3. Tirta Prima

Ultraviolet

6,9 4. Aquamin 6,9 5. Aquamin 6,9 6. Aquamulia 6,9 7. Aqua Gemilang 6,8 8. Aquamin 6,8 9. Aquana 7,5 10. Aqua Pro2 7,3 11. Maleo 7,3 12. Widya 7,5 13. Aquaran 7,5 14. Aquadhim 7,1 15. Waterpas 7,1 16. Zahra 6,8 17. GH 18 7,5 18. Primadora 7,4 19. Aqualya Reversed Osmosis 007 20. Aquality 119

Sumber :Data Primer 2012

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

38

Tabel 4.3 di atas menunjukkan hasil penelitian pengukuran parameter

kimia (pH) pada sampel air minum dengan standar berdasarkan Permenkes RI

Nomor 492 tahun 2010 yaitu 6,5-8,5.

Hasil pengujian parameter kimia (pH), pada 2 sampel air minum dengan

proses ozonisasi yaitu untuk sampel air minum aquality memiliki pH 7,2 dan

sampel air minum AMGO yaitu 7,6.

Nilai pH dari 16 sampel air minum dengan proses ultraviolet yang diuji

pun bervariasi. Untuk nilai pH terendah dalam sampel air minum yang di uji

adalah 6,8 untuk masing-masing sampel air minum depot Aqua Gemilang, depot

Aquamin, dan depot Zahra, serta untuk nilai pH tertinggi adalah 7,5 yaitu

masing-masing untuk sampel air minum depot Aquana, depot Widya, depot

Aquaran serta GH 18. Sedangkan nilai pH untuk 2 sampel air minum dengan

proses reversed osmosis (RO) yaitu depot Aqualya dan Aquality berturut-turut

adalah 7,5 dan 7,2.

Hasil penelitian kualitas air minum berdasarkan parameter mikrobiologi

(total koliform) pada sampel air minum ditinjau dari proses ozonisasi, ultraviolet

(UV), dan reversed osmosis (RO) dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut :

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

39

Tabel 4.4 Hasil Penelitian Kualitas Mikrobiologi (Total Koliform) pada Air Minum

ditinjau dari Proses Ozonisasi, Ultraviolet, dan Reversed Osmosis

No Nama Depot Jenis Pengolahan

Parameter Mikrobiologi (Total

koliform) Standar

1. Aquality AMDK Ozonisasi 0

2. AMGO AMDK 0 0 3. Tirta Prima 0 4. Aquamin 8 5. Aquamin 0 6. Aquamulia 0 7. Aqua Gemilang 0 8. Aquamin 8 9. Aquana 5

10. Aqua Pro2 Ultraviolet 0 0 11. Maleo 5 12. Widya 0 13. Aquaran 0 14. Aquadhim 0 15. Waterpas 0 16. Zahra 0 17. GH 18 96 18. Primadora 0 19. Aqualya Reversed 0 0 20. Aquality Osmosis 0

Sumber :Data Primer 2012

Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian pengukuran

parameter mikrobiologi (total koliform) pada sampel air minum dengan standar

berdasarkan Permenkes RI Nomor 492 tahun 2010 yaitu 0.

Sampel air minum dengan proses ozonisasi, yaitu Aquality dan AMGO

memiliki total koliform 0 per 100 ml sampel. Untuk 16 sampel air minum dengan

proses ultraviolet yang di uji terdapat 5 sampel yang total koliformnya lebih dari

0, yaitu depot Aquamin dengan total koliform 8, depot Aquamin dengan total

koliform 8, depot Aquana dengan total koliform 5, depot Maleo dengan total

koliform 5, dan depot GH 18 dengan total koliform 96. Sedangkan untuk sampel

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

40

air minum dengan proses reversed osmosis (RO) yaitu depot Aqualya dan

Aquality memiliki total koliform yaitu 0.

4.3 Pembahasan

TDS (Total Dissolved Solids) adalah total bahan-bahan terlarut (diameter

< 10-6) dan koloid (diameter 10-6 – 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia

dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik (Mulia,

2005: 60-61). TDS terukur dalam satuan parts per million (ppm) atau

perbandingan rasio berat ion terhadap air (mg/l). TDS merupakan hal yang perlu

diamati dalam hal kualitas air, sebab TDS mengindikasikan jumlah partikel yang

tersuspensi pada air tersebut, ataupun banyaknya mikroorganisme dan partikel

non-solid berbahaya seperti khlorin dan florida dalam air serta kesadahan air

(Pitojo. Eling, 2002).

Hasil penelitian pengukuran TDS pada air minum baik yang berdasarkan

proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV), maupun proses reversed osmosis (RO)

terdapat perbedaan nilai rata-rata dari setiap sampel air minum. Namun perbedaan

nilai tersebut belum melewati nilai ambang batas yang ditentukan dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Hasil pengukuran maksimal

TDS air minum isi ulang berdasarkan proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV),

dan proses reversed osmosis (RO) berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan dalam

grafik 4.1 berikut:

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

41

Grafik 4.1 Hasil Pengukuran Maksimal TDS Pada Air Minum

Berdasarkan Proses Ozonisasi Grafik 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata hasil pengukuran maksimal

TDS baik pada sampel air minum yang melalui proses ozonisasi, proses

ultraviolet (UV), maupun proses reversed osmosis (RO), masih memenuhi syarat

kesehatan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010 dan layak untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan,

masing-masing besar maksimal TDS dalam hasil penelitian dari ketiga proses

tersebut adalah 106 mg/l, 166 mg/l, dan 119 mg/l yang kesemuanya belum

melewati nilai ambang batas yaitu 500 mg/l.

Apabila air minum yang dikonsumsi melebihi nilai ambang batas yang

ditetapkan dalam Permenkes RI nomor 492 tahun 2010, air tersebut akan memberi

rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual, dan terjadinya “cardiac disease” serta

toxemia pada wanita hamil (Sutrisno,2010).

Ozonisasi 106Ultraviolet 166Reversed Osmosis 119Standar Permenkes RI 500

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

42

pH (derajat keasaman) merupakan salah satu indikator dalam parameter

kimia yang menjadi tolak ukur kualitas air minum. Dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, nilai pH yang diperbolehkan untuk

air minum adalah 6,5-8,5. Apabila sampel air yang diperiksa nilai pHnya kurang

dari 6,5 maka air bersifat asam dan tidak layak bagi kesehatan. Apabila air yang

diperiksa nilai pHnya melebihi 8,5, maka air tersebut bersifat basa dan tidak layak

bagi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian kualitas air minum ditinjau dari proses

ozonisasi, proses ultraviolet (UV), maupun proses reversed osmosis (RO), nilai

pH dari masing-masing sampel air minum yang diuji bervariasi. Namun kondisi

ini, belum melewati batas maksimal yang ada dalam Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 6,5-8,5. Hasil pengukuran pH air minum

ditinjau dari proses ozonisasi, ultraviolet (UV), maupun reversed osmosis (RO)

dalam tabel 4.3 dapat dilihat dalam grafik 4.2 berikut :

Grafik 4.2 Hasil Pengukuran pH Pada Air Minum Berdasarkan Proses

Ozonisasi, Ultraviolet, dan Reversed Osmosis

Minimal MaksimalOzonisasi 7,6Ultraviolet 7,5Reversed Osmosis 7,5Standar Permenkes RI 6,5 8,5

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

43

Grafik 4.2 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran

maksimal pH baik pada sampel air minum yang melalui proses ozonisasi, proses

ultraviolet (UV), maupun proses reversed osmosis (RO), layak dikonsumsi dan

masih memenuhi syarat kesehatan yang tercantum dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Hal ini dikarenakan, dalam hasil

penelitian masing-masing sampel air dari ketiga proses memiliki maksimal pH

7,6, 7,5, dan 7,5 yang kesemuanya belum melewati nilai ambang batas yaitu 8,5.

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar

kualitas air minum dalam hal pH yaitu bila pH kecil dari 6,5 dan lebih besar dari

8.5 akan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun

yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2010).

Total koliform menunjukkan banyaknya bakteri koliform dari tinja, tanah,

atau sumber alamiah lainnya yang terkandung dalam air minum (Mulia, 2005).

Kadar maksimum total bakteri koliform untuk air minum yang diperbolehkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492 tahun 2010 adalah 0 per 100 ml sampel.

Apabila sampel air yang diperiksa, terdapat bakteri koliform maka air tersebut

tidak layak dikonsumsi.

Berbeda dengan hasil penelitian parameter fisik (TDS) maupun kimia

(pH), dari beberapa sampel air minum yang melalui proses ozonisasi, proses

ultraviolet (UV), dan proses reversed osmosis (RO) yang diuji, ternyata pada

sampel air minum yang melalui proses ultraviolet terdapat 5 sampel yang

melewati nilai ambang batas. Adapun hasil pemeriksaan maksimal total koliform

pada air minum yang melalui proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV), maupun

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

44

proses reversed osmosis (RO) sesuai dengan tabel 4.4 dapat dilihat dalam grafik

4.3 berikut :

Grafik 4.3 Hasil Pengukuran Total Koliform Pada Air Minum Berdasarkan Proses Ozonisasi, Ultraviolet, dan Reversed Osmosis

Dalam grafik 4.3 di atas dapat dilihat bahwa sampel air minum

berdasarkan proses ozonisasi dan proses reversed osmosis (RO) masih layak

dikonsumsi dengan total koliform adalah 0 per 100 ml sampel. Namun untuk air

minum yang melalui proses ultraviolet (UV), ada beberapa sampel yang diperiksa

memiliki total koliform yang melewati standar Permenkes RI nomor 492 tahun

2010 yaitu 0, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

16 sampel air minum yang melalui proses ultraviolet (UV), terdapat 5

sampel ataupun 31,2 % dari jumlah sampel yang diperiksa yang tidak memenuhi

standar Permenkes RI nomor 492 tahun 2010. Hal tersebut terlihat dari total

koliform maksimal dari hasil penelitian adalah 96 per 100 ml sampel. Hasil ini,

diperoleh setelah dilakukan dua kali pengulangan untuk tiap sampel tersebut.

Ozonisasi 0Ultraviolet 96Reversed Osmosis 0Standar Permenkes RI 0

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

45

Namun, 5 dari 16 sampel yang tidak memenuhi syarat ini telah mendapatkan

penanganan ataupun tindak lanjut khusus dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo.

Menurut Pitojo dan Eling (2002) air minum ditinjau dari kandungan

kolitinja dan total koliform, dibedakan dalam 5 kategori sebagai berikut :

1. Air minum kelas A kategori baik adalah tidak mengandung bakteri koli atau koliform.

2. Air minum kelas B kategori kurang baik mengandung kolitinja 1-10 / 1-50 koliform.

3. Air minum kelas C kategori jelek mengandung kolitinja 10-50 / 51-100 koliform.

4. Air minum kelas D kategori amat jelek mengandung kolitinja 51-100 / 101-1000 koliform.

5. Air minum kelas E kategori sangat jelek mengandung kolitinja >100 / >1000 koliform. Berdasarkan teori di atas, maka air minum isi ulang yang melalui proses

ozonisasi dan reversed osmosis (RO) ditinjau dari parameter mikrobiologi (total

koliform) dapat dikelompokkan dalam air minum kelas A dengan kategori baik.

Sedangkan untuk 4 sampel air minum yang melalui proses ultraviolet (UV)

termasuk dalam air minum kelas B dengan kategori kurang baik, 1 sampel dalam

kelas C dengan kategori jelek, dan 11 sampel lainnya dalam kelas A dengan

kategori baik.

Adapun persentase hasil penelitian air minum isi ulang yang melalui

proses ultraviolet (UV) ditinjau dari parameter mikrobiologi (total koliform),

dapat dilihat dalam grafik 4.4 berikut.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

46

Grafik 4.4 Hasil Pemeriksaan Total Koliform Pada Air Minum Isi Ulang Ditinjau dari Proses Ultraviolet

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi

Depot Air Minum, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas air minum

isi ulang, diantaranya adalah filter yang digunakan dalam proses pengolahan air

minum yang jarang diganti oleh petugas, peralatan sterilisasi / disinfeksi berupa

ultraviolet atau ozonisasi atau peralatan disinfeksi lainnya yang tidak berfungsi

dan digunakan secara benar, serta hygiene sanitasi depot seperti lokasi dan tata

letak ataupun penempatan tempat pengisian air minum (Direktorat Penyehatan

Lingkungan, 2006).

Menurut Sembiring (2008) bakteri dapat terbunuh oleh radiasi sinar

ultraviolet apabila intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk

sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Mikcro

Watt per sentimeter persegi).

Tidak Memenuhi Syarat31%

Memenuhi Syarat69%

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

47

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila

intensitas dan waktunya cukup. Namun agar efektif, lampu UV harus dibersihkan

secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun.

Ada beberapa alasan yang memungkinkan tingginya total koliform dalam

sampel air minum isi ulang yang melalui proses ultraviolet (UV), diantaranya

adalah :

1. Tingginya total koliform pada 5 dari 16 sampel air minum dengan proses

ultraviolet yang diteliti dapat disebabkan tidak maksimalnya penyinaran

yang dilakukan sesuai dengan intensitas dan waktu penyinaran yang

dilakukan.

2. Filter yang digunakan dalam proses pengolahan air minum yang jarang

diganti oleh petugas. Berdasarkan observasi yang dilakukan, filter yang

berfungsi untuk menyaring makro dan mikro partikel beberapa depot

tersebut yang telah berubah warna menjadi kehitam-hitaman. Dengan

alasan tidak mengetahui dan menghemat biaya, para petugas depot jarang

mengganti filter tersebut.

3. Lokasi depot yang berdekatan langsung dengan sumber pencemaran, dan

diperkuat dengan tata letak tempat pengisian air minum yang berada tepat

menghadap kea rah sumber pencemaran (jalan raya).

Secara umum, perbandingan kualitas air minum isi ulang ditinjau dari

proses ozonisasi, ultraviolet (UV), reversed osmosis (RO) dalam penelitian ini

dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

48

Tabel 4.5 Perbandingan Kualitas Air Minum Ditinjau Dari Proses Ozonisasi, Proses

Ultraviolet, dan Proses Reversed Osmosis

Nama Depot

Jenis Pengolahan TDS Standar

(mg/l) pH Standar Total Koliform Standar

Aquality AMDK Ozonisasi

101

500

7,2

6,5-8,5

0

0

AMGO AMDK 106 7,6 0

Tirta Prima

Ultraviolet

117 6,9 0 Aquamin 129 6,9 8 Aquamin 109 6,9 0

Aquamulia 116 6,9 0 Aqua

Gemilang 103 6,8 0

Aquamin 109 6,8 8 Aquana 99 7,5 5

Aqua Pro2 166 7,3 0 Maleo 121 7,3 5 Widya 116 7,5 0

Aquaran 116 7,5 0 Aquadhim 119 7,1 0 Waterpas 118 7,1 0

Zahra 124 6,8 0 GH 18 100 7,5 96

Primadora 111 7,4 0 Aqualya Reversed

Osmosis 007 7,5 0

Aquality 119 7,2 0 Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 4.5 tersebut di atas, berdasarkan hasil pengamatan kualitas air

minum dengan parameter TDS, dan pH, dari pengolahan air minum yang diolah

melalui proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV), dan proses reversed osmosis

(RO) masih dibawah standar baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Untuk total koliform air minum yang

diolah melalui proses ozonisasi dan reversed osmosis (RO) masih dibawah standar

baku mutu yang ditetapkan, namun untuk total koliform air minum yang diolah

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/5276/9/2012-1-13201-811408038-bab4... · memiliki usaha depot air minum isi ulang masing-masing sebanyak 15

49

melalui proses ultraviolet (UV) ternyata telah melewati standar baku mutu yang

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

Berbeda dengan penelitian ini, dalam penelitian lainnya yang dilakukan

oleh Sitorus (2009) mengenai analisis kualitas air minum melalui proses

ozonisasi, ultraviolet dan reserve osmosis di Kota Madya Samarinda, bila ditinjau

dari parameter mikrobiologi (total koliform), air minum yang melalui proses

ozonisasi dan reversed osmosis (RO) yang melewati standar baku mutu

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VI/2002, dengan total

koliform untuk air minum proses ultraviolet (UV) yaitu 0, air minum ozonisasi

400 per 100 ml sampel, dan air minum reversed osmosis (RO) yaitu 500 per 100

ml sampel. Namun sesuai analisisnya, Sitorus (2009) menyatakan bahwa proses

reversed osmosis (RO) adalah pengolahan air minum yang terbaik. Hal ini ia

simpulkan dengan mempertimbangkan beberapa parameter lainnya seperti pH,

warna, TDS, TSS, Fe, Mn, Cl-, K, dan E.Coli yang hasilnya lebih baik

dibandingkan dengan sampel air minum ultraviolet (UV) dan ozonisasi.