Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

22
30 maret 2013 Analisis BEP depot AMIU BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini, banyak perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil, yang berskala nasional maupun internasional bermunculan. Tentunya hal tersebut merupakan pertanda positif yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional. Namun pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri, beberapa perusahaan terutama perusahaan-perusahaan kecil gulung tikar yang salah satu penyebabnya dikarenakan biaya-biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Secara umum perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan mempunyai alat yaitu manajemen. Berhasil atau tidaknya perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya serta dalam melihat kemungkinan dimasa yang akan datang. Untuk itu manajemen dalam kegiatannya harus dapat merencanakan tujuan dan kegiatan dalam mencapai tujuannya tersebut. Hal ini tentunya selaras dengan fungsi pokok manajemen yaitu planning. Perencanaan ini penting bagi masa depan perusahaan baik untuk memperoleh protective benefit maupun positive benefit. Kemampuan untuk mencapai laba yang optimal dapat ditentukan oleh manajemen yang baik terutama dalam perencanaan laba. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahan dalam memperoleh laba yang optimal. Dalam perencanaan laba ini, harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba yaitu biaya, harga jual dan volume penjualan.

Transcript of Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Page 1: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

30 maret 2013

Analisis BEP depot AMIU

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada saat ini, banyak perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil, yang berskala

nasional maupun internasional bermunculan. Tentunya hal tersebut merupakan pertanda positif yang

diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional. Namun pada kenyataannya tidak bisa

dipungkiri, beberapa perusahaan terutama perusahaan-perusahaan kecil gulung tikar yang salah satu

penyebabnya dikarenakan biaya-biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang

diperoleh.

Secara umum perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba baik jangka panjang

maupun jangka pendek. Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan mempunyai alat yaitu

manajemen. Berhasil atau tidaknya perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam

melaksanakan fungsi-fungsinya serta dalam melihat kemungkinan dimasa yang akan datang. Untuk

itu manajemen dalam kegiatannya harus dapat merencanakan tujuan dan kegiatan dalam mencapai

tujuannya tersebut. Hal ini tentunya selaras dengan fungsi pokok manajemen yaitu planning.

Perencanaan ini penting bagi masa depan perusahaan baik untuk memperoleh protective benefit

maupun positive benefit.

Kemampuan untuk mencapai laba yang optimal dapat ditentukan oleh manajemen yang

baik terutama dalam perencanaan laba. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan

perusahan dalam memperoleh laba yang optimal.

Dalam perencanaan laba ini, harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba yaitu biaya,

harga jual dan volume penjualan. Biaya memiliki implikasi bagi penentuan harga jual untuk mencapai

laba yang dikehendaki. Kemudian harga jual ini mempengaruhi volume penjualan dan selanjutnya

volume penjualan ini akan mempengaruhi volume produksi seperti siklus, volume produksi ini pun

nantinya akan mempengaruhi biaya produksi dan seterusnya.

Untuk itu dalam penyusunan perencanaan laba, manajemen memerlukan berbagai

informasi untuk menilai berbagai kemungkinan dan alternatif-alternatif keputusan dengan

memperhatikan pengaruh dari keputusan yang akan diambil tersebut. Salah satu alat yang dapat

digunakan manajemen dalam hal ini adalah analisis Break Even Point.

Tertarik dengan masalah diatas dan terdorong untuk mengetahui lebih jelas tentang

analisis Break Even Point dalam penyusunan perencanaan laba perusahaan, maka penulis akan

mencoba melakukan penelitian terhadap salah satu usaha penjualan Air Minum Isi Ulang sebagai

usaha home industry yang menjadi objek penelitian. Dalam penulisan ini penulis mengangkat judul “

Page 2: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA

DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ”.

I.B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dari permasalahan yang akan diangkat, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana perhitungan analisis Break Even Point pada usaha Air Minum Kemasan Isi Ulang Galon

dengan menggunakan pendekatan persamaan dan grafis?

Sedangkan penulis akan membatasi masalah dengan hanya menggunakan data produksi

dan penjualan serta biaya-biaya yang terjadi dalam usaha depot air minum isi ulang selama bulan

desember 2010. Produk yang akan diteliti adalah Air minum kemasan isi ulang gallon dan analisis

yang akan digunakan adalah analisis Break Even Point dengan pendekatan persamaan dan pendekatan

grafis

I.C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu terhadap rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui perhitungan analisis Break Even Point dan penjualan Air Minum Isi Ulang Gallon

pada saat kondisi Break Even Point.

2. Untuk mengetahui volume penjualan yang harus dicapai oleh Usaha Air Minum Isi Ulang Gallon

tersebut untuk mencapai laba yang ditargetkan.

I.D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang hendak diperoleh yaitu diantaranya :

1. Manfaat yang bagi penulis

Penelitian ini memberikan manfaat bagi penulis yaitu menambah pengetahuan dan

pengalaman tentang bagaimana berpikir ilmiah. Selain itu penelitian ini juga memberikan

pengetahuan bagi penulis tentang bagaimana menerapkan teori mengenai Break Even Point ini

kedalam praktek di lapangan dalam hal ini adalah di sebuah usaha Penjualan Air Minum Siap Saji

kemasan Gallon

2. Manfaat bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi bagi konveksi

dalam hal ini mengenai volume penjualan yang harus dipertahankan oleh konveksi agar tidak

menderita rugi dan berada pada titik impas serta volume penjualan untuk memperoleh laba yang

direncanakan dengan perhitungannya.

3. Manfaat akademik

Page 3: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pembanding dan pembantu bagi

penelitian sejenis dimasa yang akan datang atau juga dapat diteliti lebih lanjut. Selain itu penelitian ini

juga diharapkan dapat memberikan informasi –informasi bagi keperluan studi lain dalam dunia

akademis terutama bagi praktek dan pemanfaatan analisis Break Even Point dalam proses produksi

nyata.

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A Teori Yang Melandasi Permasalahan

1 Pengertian Break even Point

Banyak para ahli berpendapat tentang penertian Brea Even Point ( Titik Impas ), dimana

pengertian satu dengan yang lain berbeda, tetapi pada prinsipnya mempunyai konsep dasar yang

sama.

Menurut, Alwi ( 1994 : 265 ), menyatakan bahwa BEP adalah suatu keadaan dimana dalam

operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian ( penghasilan

= total biaya ).

Menurut Mulyadi ( 1992 : 72)menyatakan bahwa Impas adalah suatu keadaan dimana suatu

usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, dengan kata lain suatu usaha dikatakan

Impas apabila jumlah penghasilan sama dengan biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat

digunakan untuk menutupi biaya tetap saja.

Menurut Hansen dan Mowen ( 1904 : 309 ) menyatakan “ break Even Analysis is a popular

and commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and prfitabiliy”.

Anallisis break even bukan semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break

even point saja, tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan

mengenai berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya kemungkinan memperoleh laba

menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perushaan dikaatakan mencapai break

even point apabila dalam suatu periode kerja tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita

kerugian dimana laba adalah nol. Jadi dapat dikatakan break even point hubungan antara volume

penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu,

sehingga analisis break even point ini sering disebut dengan cost, volume, profit analisis.

Selain itu Analisis Break Even Point sangat berguna untuk menentukan kebijaksanaan dalam

perusahaan, baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan

perencanaan.

Page 4: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

2. Unsur-Unsur Pokok Dalam Break Even Point

Analisis unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu Biaya, Volume, Harga,

harga jual serta laba itu sendiri. Didalam pengertian biaya dan beban didalam bahasa Indonesia belum

dibedakan dengan tepat. Sering kali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah Expense.

Mulyadi membedakan antara cost dan expense sebagai berikut :

Cost adalah bagian dari harga perolehan tahun harga belli aktiva yang ditunda pembebanannya atau

belum di manfaatkan dalam hubungannya realisasi penghasilan. Sedangkan expense adalah cost yang

di korbankan didalam usaha memperoleh penghasilan.

Volume yang terdapat dalam analisis BEP adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

Harga jual perunit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan

barang dan jasa kepada setiap consume dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih

atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisis BEP adalah harga jual bersih

yang terlepas dari berbagai potongan.

Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan

setelah dikurangi biaya.

Alwi (1994: 267) menyatakan : variable-variabel yang membentuk BEP adalah harga jual dan

biaya ( biaya tetap dan Biaya variable ). Kedua variable itu saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya, perubahan salah satu variable yang dimaksud mengakibatkan perubahan besarnya titik Break

Even Point.

2.1 Harga Jual

Pengertian Harga Jual menurut Kotler ( 1994 : 474 ) adalah sebagai berikut : “ Price is what

the seller feel it is worth in terms of money to the buyer”. Dimana pengertianya adalah harga bagi

penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada pembeli. Jadi dapat disimpulkan dari

pengertian di atas bahwa harga yang di bayar oleh pembeli sudah termasuk pelayanan yang di berikan

oleh penjual, serta penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.

Adapun tujuan dari penetapan harga menurut Kotler ( 1994 : 491-493 ) adalah :

(1). Survival, (2) Maximum current profit, (3) Maximum current revenue, (4) maximum seles growth,

(5) Maximum market skimming, (6)Product quality leadership.

Penetapan harga jual dari suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam menetapkan harga

akan berakibat fatal dari segi ke uangan dan akan mempengaruhi kontinuitan usaha.

Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut kotler

(1994 : 498-506 ), yaitu:

1. Cost based pricing

a. Mark up Pricing ( cost plus pricing ), adalah : penetapkan harga jual dengan menambah tingkat

keuntungan pada biaya-biaya yang telah dibebankan pada barang.

Page 5: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

b.Target profit pricing adalah Penetapan harga jual yang didasarkan atas permintaan.

2. Buyer based pricing,

adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang dirasakan konsumen terhadap produk.

3. Competition based pricing

a).Going rate pricing : adalah penetapan harga jual menurut situasi yang ditetapkan oleh pesaing.

b).Sealed – bid pricing: adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana perusahaan bersaing dengan

cara menetapkan harga jual lebih rendah dari harga yang ditetapkan pesaing.

Alwi ( 1994 : 234 ) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya

adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan, dan biaya-biaya lain ditambah dengan

sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan pada konsumen. Sedang masing-

masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan

biaya yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya

variable.

2.2 Biaya

Menurut Awi ( 1994 : 44 ) menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis. Sumber

ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat kelangkaan ( scarcity ).

Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan yang lain.

Masing-masing perbedaan itu juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait

dengan Break even Point klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Halim

(1995: 52 ) menyatakan bahwa : “ Biaya berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variable

dan biaya semi variable”.

a). Biaya Tetap

Menurut Alwi ( 1994 : 110 ) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan

yang tidak berpengaruh dengan volume produksi . atau dengan kata lain turun naiknya volume

produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang di maksud. Untuk itu karateristik biaya tetap

adalah sebagai berikut:

Jumlahnya tetap dalam satu periode

Biaya perunit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti semakin besar jumlah

produksi, maka biaya ttap perunit semakin kecil demikian juga berlaku sebaliknya.

b). Biaya Variable

Alwi ( 1994 : 112 ) menyatakan bahwa variable merupakan sejumlah biaya yang di keluarkan

yang besarnya tertergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan di ikuti

melonjaknya biya tersebut dan demikian sebaliknya. Dengan demikian karateristik biaya variable

antara lain:

Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi.

Page 6: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Biaya variable per unit relative tetap sering dengan bertambahnya volume produksi, tetapi secara

keseluruhan total biaya variable berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin besar

total biaya variable jumlah produksi semakin besar pula.

c). Biaya Semi Variable

Alwi ( 1994 : 114 ) menyatakan bahwa biaya semi variable yaitu biaya yang merupakan

kombinasi antara biaya tetap dengan biaya variable. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya

termasuk upah tetap dan insetive karyawan.

3. Keterbatasan Analisis Break Even Point

Bebrapa ahli mengungkapkan tetang keterbatasan penggunaan analisis Break Even Point,

diantaranya menurut Horngren yang mengemukakan ssebagai berikut:

a). Expenses may be classified variable and fixed categories. Total variable expenses very directly with

volume. Total fixed espense do not change with volume.

b). The behavior of revenues and expeses is accurately potrayed and is linear over the relevant range.

c). Eficiency and productifity will be unchanged.

d). Sales mix will be constant.

Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 1997 : 364 ) mengungkapkan bahwa terdapat kelemahan-

kelemahan di dalam analisis BEP antara lain:

a). Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus

berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.

b). Asumsi terhadap cost

penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu

untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian

mesin-mesin dan peralatan lainnya. Dengan demikian juga perhitungan biaya variable perunit juga

akan dapat di pengaruhi perubahan ini.

c). Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

d). biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

4. Perhitungan Dalam Analisis Break Even Point

Alwi ( 1994 : 269 ) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam cara untuk menentukan

besarnya Brea Even Point, antara lain dengan menggunakan teknik persamaan dan pendekatan grafik.

a). Teknik Persamaan

penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan menggunakan rumus

sbb:

Y = Cx – Bx – A

Keterangan :

Page 7: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Y = Laba

C = Harga jual per unit

X = Jumlah produk yang dijual

B = Biaya variable per unit

A = Biaya tetap

Berdasarkan definisi di atas suatu perusahaan akan impas apabila jumlah penghasilan sama

dengan jumlah biaya ( laba = 0 ). Berangkat dari rumus persamaan yang telah diungkapkan tersebut

dengan menggunakan pengolahan rumus yang dimaksud, maka akan di peroleh persamaan sebagai

berikut:

                   0   =  Cx – Bx – A

                   Cx =  Bx + A

Berdasarkan persamaan tersebut, dengan melalui berbagai penyelesaian persamaan akan di peroleh

rumus turunan sebagai berikut :

Cx = Bx + A

Cx – Bx = A

( C-B ) x = A

Sebagai penyelesaian persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai berikut :

                              

Keterangan :

                              Cx = Bx + A………Hasil penjualan = Biaya

                              Cx - Bx = A………Contribution Margin = Biaya

Dengan demikian, rumus Break Even Poit yang didapat dari berbagai persamaan tersebut adalah

sebagai berikut :

                      Biaya TetapBEP (unit )

=Harga jual per unit – Biaya variable per unit

Dalam rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi ( 1994 : 274 ) adalah sbb:

                 AX   = ( BEP)

=               C-B

Ax    =    C-B

Page 8: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

                  Biaya TetapBEP ( Rp ) =

                              1-( Tt penj-Biaya variable)  

b), Pendekatan grafika

Alwi ( 1994 : 276 ) menyatakan bahwa : “ selain dengan teknik persamaan dapat juga di

gunakan pendekatan secara grafika, yaitu dengan penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan

dengan garis biaya didalam suatu grafika “. Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis

biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat menentukan titik BEP harus dibuat

grafik dengan sumbu datar menunjukan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya

dan penghasilan.

5. Margin of Safety

Alwi ( 1994 : 278 ) menyatakan :” Margin of safety yaitu untuk menentukan seberapa jauh

berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian “. Atau dengan kata lain margin of

safety memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang di rencanakan tersebut

boleh turun agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian.

            Penjualan per budget – penjualan per Break Even            M / S x 100 % Penjualan per

budget6. Asumsi Dasar Break Even Point

Terkait dengan masalah - masalah asumsi dasar BEP, Reiyanto ( 1991 : 279 ) mengemukakan

:

Asumsi asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai beikut :

a. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variable dengan golongan biaya tetap.

b. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proposional dengan volume penjualan

produksi / penjualan.

c. Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi.

d. Harga per unit tidak berubah selama periode yang di analisis.

e. Prusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk,

perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “ Sales Mix “ –nya adalah

tetap konstan.

7. Kegunaan Analisis Break Even Point

Analisis break Even Point dapat digunakan untuk berbagai tujuan terutama bagi

perusahaan yang sedang menyusun perencanaan. Disamping itu juga dapat di gunakan sebagai alat

pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.

Page 9: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Menurut Adikoesoemah ( 1996 : 359 ) mengemukakan bahwa analisa Break Even

Point digunakan oleh perusahaan- perusahaan dengan tujuan untuk :

a. Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan

b. Menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang di pereelukaan untuk mengambil

keputusan dan merumuskan kebijakan-kebijakan.

c. Mengganti sistim laporan yang tebal-tebal dengan sutu grafik yang mudah di baca dan di mengerti.

Sedangkan menurut Sigit ( 1996 : 3 ) juga menyatakan tentang berbagai kegunaan

analisis BEP adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk merencanakan laba

2. Sebagai alat untuk perencanaan budget.

3. Sebagai penentu harga jual produk

4. Sebagai dasar menentukan harga jual produk

5. Sebagai dasar rencana pengembangan

6. Saebagai dasar pengambilan keputusan

Dari beberapa urain tersebut tentang Break Even Point, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kegunaan analisis Break Even Point antara lain:

a. Analisis Break Even Point dapat di pakai sebagai alat pemberi informasikepada manajemen secara

sederhana dan singkat

b. Analisis Break Even Point dapat di gunakan sebagai alat pedoman dalam mengambil keputusan

terutama yang menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan biaya

c. Analisis Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan hasil produknya yang

diharapkan secara menyeluruh didalam aktivitas utama perusahaan di masa mendatang

d. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan

oprasional yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana untuk antara relisasi dengan perhitungan dengan

berdasarkan analisa break even point sebagai alat pengendali atau controlling.

e. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga

jual, yaitu setelah di ketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang

ditargetkan.

BAB III

METHODOLOGI

A. Methodologi Penelitian

1 Definifi Break Even Point

a) BEP adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba

dan tidak menderita kerugian ( penghasilan = total biaya ).

Page 10: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

b) Break Even Analysis is a popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales

volume and prfitabiliy”.

c) Impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian

d) Volume yang terdapat dalam analisis BEP adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

e) Harga jual perunit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan

barang dan jasa kepada setiap consume dalam setiap unitnya

f) Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan

setelah dikurangi biaya.

B. Ruang lingkup penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian mencakup tentang analisis Break Even Point dalam

upaya keadaan usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi pada usaha Depot Air

Minum Isi ulang

C. Jenis Data

1. Data Kuantitatif adalah data yang dapat di hitung dan berupa angka-angka seperti laba, volume

penjualan, biaya tetap, biaya variable , harga produk.

2. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka seperti berdirinya perusahaan, proses kegiatan

usaha.

D. Sumber Data

a) Data Skunder

Informasi yang di peroleh langsung data dari pemilik usaha depot Air Minum Isi ulang dan tenaga

kerja lainnya yang di tunjuk oleh pemilik usaha untuk membeerikan informasi tentang informasi hal-

hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini

b) Data Primer

Data yang bukan diusahakan sendiri oleh penelitian melainkan diperoleh melalui penelitian orang

lain, tetapi data tersebut sangat mendukung permasalahanyang diajukan dalam penelitian ini, yaitu

data mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi dan aktivitas perusahaan.

E. Methode Pengumpulan Data

                 Adapun metode pengumpulan data yang umumnya di pergunakan dalam penelitian adalah :

1. Wawancara

        Teknik pengumpulan data dengan menggunakan komonikasi langsung dengan pimpinan

perusahaan dan tenaga kerja perusahaan depot Air Minum Isi Ulang yang berkopentens terhadap

masalah yang di teliti dalam penelitian ini

2. Observasi

Page 11: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

         Dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian, gguna mendapatkan informasi

yang akurat tentang masalah yang ada diperusahaan tempat penelitian.

3. Dokumentasi

        Teknik pengumpulan data dengan melihat dokumen- dokumen resmi perushaan, seperti arsip-

arsip yang sangat berhubungan dengan masalah penelitian

F. Teknik Analisa Data

Data-data yang diproleh sedapat mungkin dianalisis secara kualitatif juga di analisis

secara kuantitatif.teknik analisis yang dapat digunakan untuk memberikan informasi dalam analisis

data yaitu:

1. Data Kuantitatif.

a) Teknik Persamaan

    Penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan menggunakan

rumus sbb:

       Rumus Break Even Poit yang didapat dalam unit dari berbagai persamaan tersebut adalah sebagai

berikut :

                   Biaya TetapBEP (unit )

=Harga jual per unit – Biaya variable per unit

Dalam rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi ( 1994 : 274 ) adalah sbb:

         Biaya TetapBEP ( Rp ) =

                        1-(Ttl Penj - Biaya variable)

b), Pendekatan grafis

Selain dengan teknik persamaan dapat juga di gunakan pendekatan secara grafika, yaitu dengan

penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya didalam suatu grafika . Titik

pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya tersebut merupakan titik Break Even Point.

2. Data Kualitatif

Analisa kualitatif yaitu analisa data yang dipergunakan untu menjelaskan informasi dari hasil analisa

kualitatif secara memperkuat kesimpulan-kesimpulan yang digunakan dari analisis kuantitatif.

Dengan demikian analisa ini berupa penjelasan-penjelasan yang tidak berbentuk angka-angka.

BAB IV

Page 12: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

PEMBAHASAN

A. Perhitungan Break Even Point dalam Pendekatan Teknik Persamaan

Untuk dapat melakukan perhitungan Break Even Point pemilik usaha memberikan sajian

data-data yang dapat digunakan dalam melakukan analisis, adapun data–data tersebut yakni sebagai

berikut.

Target penjualan atau proyeksi Volume penjualan di perkirakan enam bulan terakhir

sebagai berikut:

Bulan Permintaan Galon TotalPerumahan Proyek

Juli 4503 2250 6753Agustus 4512 2050 6562September 4601 2350 6951Oktober 4930 2300 7230November 5253 2250 7503Desember 5526 2275 7801

Modal awal

Mesin penyaringan air dan Peralatan        Rp. 33.000.000

Sewa Gedung Usaha setahun                   Rp. 6.000.000

Harga pokok 1 galon air                           Rp. 700

Tutup Rp.175

Tisu Rp.75

Pencuci gallon Rp. 100                                                                     1050

Laba / Rugi yang di proyeksikan untuk satu bulan terakhir adalah sebagai berikut:

Jumlah %

Penjualan                                          2500 x 7801     =

19.502.500

Biaya Variabel

Harga Pokok produk 1050 x 7801  = 8.191.050

Insetive 2 Karyawan                           2 x 200 x 7801 =  3.120.400

Bahan Bakar                                      340 x 7801       = 2.652.340

Jumlah 13.963.790

Margin Kontribusi 5.538.710

Page 13: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Biaya Tetap

Sewa Gedung                                        6.000.000 / 12 =500.000

Upah 2 Karyawan 900.000

Biaya listrik 200.000

Jumlah 1.600.000

Laba Usaha

3.938.710

B. Analisis Data

                             Biaya TetapBEP ( Rp ) =

                    1-  ( ttl Penj-Biaya variable )

                                  1.600.000BEP ( Rp ) =                                                   

                         1- (19.502.500 - 13.963.790 )

BEP (Rp)   = Rp 5.633.802.8

                                     Biaya TetapBEP (unit ) =

                   Harga jual per unit – Biaya variable per unit

                                     1.600.000BEP(unit) =

                             2.500 – 1.790

BEP(unit) = 2.253 unit

B.1 Uji AnalisisPendapatan Penjualan 2.253 x 2.500 = 5.632.500

Biaya Variabel 2.253 x 1.790 =               4.032.870

Laba Kontribusi                               1.599.630

Biaya Tetap                                         1.600.000

Laba Bersih Rp 370C. Perhitungan Analisis Break Even Point dalam pendekatan metode Grafis

Pendapatan penjualan = cx

Biaya variable = bx

Biaya Tetap = ą

Harga jual produk per satuan ( c ) = 2.500

Biaya Variabel per satuan ( b ) = 1.790

Page 14: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

Biaya tetap per bulan ( ą ) = 1.600.000

VolumePnjualan

Pendapatanpenjualan

BiayaVariabel

BiayaTetap

TotalBiaya

Laba(rugi)

x cx bx ą ą + bx cx-( ą+bx)

3000

2500

2253

2000

1500

1000

7500000

6500000

5632500

5000000

3000000

2500000

5370000

4475000

4032870

3580000

2685000

1790000

1600000

1600000

1600000

1600000

1600000

1600000

6970000

6075000

5632870

5180000

4285000

3390000

Rp 530.000

Rp 425.000

Rp (370)

Rp (.180.000.)

Rp(.1.285.000.)

Rp(.890.000.)

Page 15: Analisa BEP Depot Air Minum Isi Ulang

GarisBiayaTetap