BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian
Sebelum peneliti menguraikan hasil penelitian terlebih dahulu penulis akan memaparkan
secara singkat sejarah desa yang menjadi tempat penelitian penulis. Desa Matabulu mulanya
didirikan di Oyued pada tahun 1901 yang sekarang menjadi pusat perkebunan kelapa milik
masyarakat matabulu. DiOyued ini terdapat sungai besar yang dihuni oleh binatang buas yaitu
buaya, tetapi hal ini tidak menyurutkan niat penduduk untuk mendiami Rata Oyued ini. Suatu
ketika datanglah wabah penyakit yang menyerang penduduk dan ini sangat membuat mereka
panik, penyakit tersebut adalah penyakit sarampa/campak yang hampir tiap hari ada orang
meninggal dunia. Karena minimnya pendidikan dan pengetahuan pada waktu itu maka mereka
menganggap hal ini disebabkan karena salah meletakkan perkampungan. Maka dengan peristiwa
ini, berkumpulah para orang tua atau petua-petua kampung untuk bermusyawarah memindahkan
kampung. Maka sejak itu berangsur-angsur penduduk pindah ke dataran rendah disebelahnya
yang dinamakan Matabulu.
Memiliki nama Matabulukarena pada waktu itu disamping berkebun, penduduk juga
mengadakan pencarian dilaut, sehingga dari laut inilah para nelayan pada waktu itu dapat melihat
wilayah desanyadengan jelas dan dari arah laut inilah nama Desa Matabulu. Oleh karena itu, para
penduduk setempat melihat wilayah desanya banyak ditumbuhi oleh pohon bulu, maka mereka
menamakan Desa Matabulu, hal ini sesuai dengan fakta yang ada sekarang ini bahwa didepan
pantai Matabulu ada sebuah pulau yang diberi nama pulau Pandalaton yang ditumbuhi bulu
semuanya, begitu pula gunung-gunung yang ada disekitar wilayah Desa Matabulu banyak
ditumbuhu bulu, maka oleh penduduk diberi nama Desa Matabulu.
Penduduk Desa Matabulu sebagian besar adalah Suku Mongondow yang berasal dari
Motoboi Besar, Poyowa Besar, Kobo Besar dan Kobo Kecil serta dari wilayah Bolaang
Mongondow lainnya dan pada tahun 1970 berangsur-angsur datang didesa ini salah satunya yaitu
Suku Sanger serta sebagian kecil lainnya yang hidup rukun dan damai.
4.1.2. Keadaan Geografis
Secara administratif, Desa Matabulu terbagi atas empat dusun dan mempunyai batas-
batas wilayah sebagai berikut:
o Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Loyow,
o Sebelaah Timur berbatasan dengan Laut,
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Posilagon Kabupaten Bolaang
Mongondow selatan
o Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan.
Luas wilayah Desa Matabulu ± 15.000 Ha. Wilayah tersebut sebagian besar adalah lahan
perkebunan dan daerah persawahan yang luas.
Tofografi Desa Matabulu sebagian besar perbukitan dengan suhu-suhu rata-rata 220
C –
310 C dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000mm/tahundan ini tidak menentu.
1.1.3. Keadaan Demografis
Penduduk merupakan unsur terpenting bagi desa yang meliputi jumlah, pertambahan,
kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat (Bintarto, 2003:13).
Berdasarkan registrasi pada periode Juni 2011 jumlah penduduk Desa Matabulu Kecamatan
Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tahun 2012sebanyak 1.536 jiwa, terdiri dari
laki-laki sebanyak 798 jiwa dan perempuan sebanyak 735 jiwa yang terdiri dari 396 KK yang
tersebar di empat Dusun.Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Matabulu untuk
data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
TABEL 4.1
Keadaan Penduduk Di Desa Matabulu Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur tahun 2012.
No Jenis Kelamin Tingkatan Umur Jumlah
1.
2.
Laki-laki
- 0-15 Tahun
- 16-55 Tahun
- Di atas 55 Tahun
Perempuan
- 0-15 Tahun
- 16-55 Tahun
- Di atas 55 Tahun
274 jiwa
424 jiwa
100 jiwa
227 jiwa
410 jiwa
101 jiwa
Jumlah 1.536 jiwa
Sumber data : kantor Desa Matabulu 2012
4.1.4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat diDesa Matabulu Kecamatan Nuangan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timurtahun 2012untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini:
TABEL 4.2
TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DI DESA MATABULU
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Belum sekolah
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Sarjana
360 orang
937 orang
145 orang
84 orang
3 orang
7 orang
Jumlah 1.536orang
Sumber data : kantor Desa Matabulu 2012
Berdasarkan pada tabel diatas dapat diuraikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
diDesa Matabulu Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur masih sangat
kurang, dengan dilihat dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran penduduk desa
matabulu tentang pendidikan masih rendah, serta kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya
pendidikan.
4.1.5 Potensi Ekonomi Desa Matabulu
Secara ekonomi penduduk Desa Matabulu berdasarkan bidang mata pencaharian dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut :
TABEL 4.3
MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI DESA MATABULU
NO Bidang Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
1 Buruh Tani 27
2 Petani 868
3 Peternak 12
4 Pedagang 37
5 Tukang Kayu 15
6 Nelayan 70
7 Tukang Batu 0
8 Tukang Jahit 2
9 PNS 5
10 Pensiunan 2
11 TNI/Polri 0
12 Perangkat Desa 17
13 Pengrajin 9
14 Industri Kecil 28
15 Dan Lain-Lain 444
Jumlah 1.536jiwa
Sumber data: kantorDesa Matabulu 2012
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian diDesa Matabulu Kecamatan
Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur pada tahun 2012, bahwa pekerjaan penduduk
yang ada di desa matabulu berbeda-beda yaitu: buruh tani, petani, peternak, pedagang, tukang
kayu, nelayan, tukang jahit, PNS , pensiunan, TNI/Polri, perangkat desa, pengrajin, industri
kecil,dan lain-lain. Minimnya tingkat pendidikan membuat masyarakat Desa Matabulu sebagian
besar bekerja sebagai petani dan nelayan dan beberapa orang lainnya merupakan pengusaha
kecil. Dalam bertani dan melaut para penduduk sangat bergantung pada kondisi cuaca karena
semua ini mempengaruhi tingkat produksi pertanian dan hasil laut atau juga jumlah konsumen
yang mempengaruhi penghasilan pengusaha kecil dan menengah sehingga dapat diketahui bahwa
tingkat ekonomi penduduk Desa Matabulu Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur masih tergolong rendah.
4.1.6 Susunan Keanggotaan BPD Desa Matabulu Dan Pemerintahan
a. Susunan Keanggotaan BPD Desa Matabulu
Susunan Anggota Badan Permusyawaratan Desa
Desa Matabulu tahun 2010-2015
Ketua : Lukman Mamonto
Wakil Ketua : Juanda Muhammad
Sekretaris : Teti Mutu
Anggota : 1. Budiawan Dien 3. Hatta Mamonto
2. Ahmad Dilapang 4. Said Potabuga
b. Pemerintahan
Dalam pelaksanaan Pemerintahan, Pemerintah Desa Matabulu terdiri dari Kepala
Desa dan Lembaga Masyarakat desa dan di bantu oleh Sekretaris Desa serta Kepala Dusun
dan Ketua RT. Sekretaris Desa dalam tugasnya dibantu oleh ketiga kepala urusan yaitu
kepala urusan (Kaur) pemerintahan, kepala urusan (kaur) pembangunan dan kepala urusan
(kaur) umum.
Selain dari sekretaris dan kaur, Kepala Desa juga tidak terlepas dari bantuan dari BPD
Desa Matabulu dan juga para toko agama, para pemuka adat dan masyarakat setempat yang
ikut serta dalam pelaksanaan roda pemerintahan. Terlepas dari pelaksanaan roda
pemerintahan di atas adapun yang menjadi program Desa Matabuluadalah :
1. Mendorong terciptanya insan generasi muda intelek yang nantinya mampu
menjawab persoalan masyarakat pada umumnya.
2. Mendorong terciptanya kreatifitasnya masyarakat baik dibidang seni ataupun
budaya.
3. Membangkitkan semangat gotong royong untuk pembangunan Desa Matabulu
yang bersih (sehat), rapi, indah, dan dikenal untuk menjadi desa percontohan bagi
desa-desa lainnya.
4.1.6. Subjek Penelitian
Secara singkat gambaran identitas informan aparatur pemerintah Desa Matabulu,
didasarkan pada informan yang didasarkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis yang
informan ambil adalah orang-orang yang mempunyai kompetensi sesuai dengan permasalahan
penelitian sehingga memberikan informasi yang bersifat holistik berdasarkan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan. Sebagian besar responden adalah orang-orang menduduki jabatan penting
dalam bidang tugas mereka. Dalam menggambarkan karakteristik identitas responden dalam
penelitian ini, diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin.Data responden
berdasarkan tingkat pendidikan dapat di lihat pada tabel 4.4 berikut ini:
TABEL 4.4
DISTRIBUSI INFORMAN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1. SD/Sederajat 9 orang
2. SLTP/Sederajat 5 orang
3. SLTA/Sederajat 2 orang
4. Diploma/sederajat -
5. Sarjana/sederajat -
Jumlah 16 orang
Sumber Data: Kantor Desa Matabulu Tahun 2012
Tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan informan semuanya belum
menempuh pendidikan SD dan SMA. Selanjutnya data informan berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.5sebagai berikut:
TABEL 4.5
DISRIBUSI INFORMAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
1. Laki-laki 15 orang
2. Perempuan 1 orang
Jumlah 16 Orang
Sumber Data: Kantor Desa Matabulu Tahun 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa informannya adalah laki-laki sebanyak 15 orang dan
perempuan sebanyak 1orang. Hal ini kaitannya dengan populasi yang penulis gunakan dimana
informan diambil dari perangkat desa yang mempunyai jabatan-jabatan penting di dalam
lembaga pemerintahan desa diantaranya: Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur, Ketua BPD, dan
Kepala Dusun serta masyarakat yang dijadikan sebagai sumber informasi atau sumber data bagi
penulis.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Peran BPD di Desa Matabulu KecamatanNuangan Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur.
Adapun yang menjadi peran dari BPD Desa Matabulu Kecamatan NuanganKabupaten
Bolaang Mongondow Timur, antara lain:
1.Peran BPD Dalam Menetapkan Peraturan Desa Bersama Kepala Desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga desa yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.Di dalam pemerintahan desa, BPD
berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja pemerintah desa.Pengertian sejajar disini adalah
bahwa kedudukan BPD tidak lebih rendah dan tidak lebih tinggi dan bukan merupakan bagian
pemerintah desa. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Sofyan Sugehaselaku Probis
Umum Desa Matabulu mengatakan bahwa berkaitan dengan BPD sebagai mitra kerja pemerintah
desa adalah dalam melaksanakan tugasnya, disini terlihat adanya suatu kerja sama antara BPD
dan pemerintah desa yangsaling menghormati, bantu membantu, saling mengisi guna
tercapainya penyelenggaraan pemerintah desa yang efisien, efektif serta tercapainya
kemakmuran desa (Wawancara Tanggal 30 Juni 2012).
BPD melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan desa di masyarakat. Adapun
hal-hal yang dilakukan oleh BPD terhadap penyimpangan peraturan yaitu memberikan teguran-
teguran secara langsung ataupun arahan-arahan. Apabila hal tersebut tidak dapat diselesaikan,
maka BPD akan membahas masalah ini bersama dengan pemerintah desa dan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya. Pelaksanaan pengawasan di desa Matabulu tidak hanya melibatkan BPD
saja, tetapi juga melibatkan partisipasi dari masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya dipertegas Bapak Lukman Mamonto selaku Ketua BPD Desa Matabulu
menyatakan bahwa BPD selalu bersama-sama dengan pemerintah desa dalam membuat dan
menetapkan Peraturan Desa akan tetapi untuk pembuatan perdes Matabulu sedikit terhambat
karena masih menunggu Perda yang baru dan Perdes sudah ada hanya masih dalam perencanaan.
Dimana dalam merumuskan dan menetapkan peraturan desa, BPD berpedoman pada Perda
KabupatenBolaang Mongondow Timur sehingga Perdes yang baru harus disesuaikan dengan
Perda (Wawancara Tanggal 13 Juni 2012).
Peran BPD dalam bidang legislasi adalah merumuskan dan menetapkan peraturan desa
bersam-sama dengan pemerintah desa.Fungsi legislasi ini nampak pelaksanaannya oleh BPD
Desa Matabulu Kec.Nuangan Kab.Bolaang Mongondow Timurdalam beberapa hal sebagai
berikut.
A. Merumuskan Peraturan Desa bersama-sama dengan pemerintah desa.
Proses yang dilakukan oleh BPD dan Kepala Desa di dalam merumuskan peraturan desa
antara lain sebagi berikut.
a. Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa) mengundang anggota BPD untuk
menyampaikan maksudnya membentuk peraturan desa dengan menyampaikan pokok-
pokok peraturan desa yang diajukan.
b. BPD terlebih dahulu mengajukan rancangan peraturan desa, demikian halnya dengan
pemerintah desa yang juga mengajukan rancangan eraturan desa.
c. BPD memberikan masukan atau usul untuk melengkapi atau menyempurnakan rancangan
peraturan desa.
d. Ketua BPD menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah desa untuk diagendakan.
e. BPD menegadakan rapat dengan pemerintah desa kurang lebih satu sampai dua kali
untuk memperoleh kesepakatan bersama.
B. Menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan Pemerintah Desa.
Setelah BPD dan Kepala Desa mengajukan rancangan Peraturan Desa kemudian dibahas
bersama-sama di dalam rapat BPD dan setelah mengalami penambahan dan perubahan,
kemudian rancangan Peraturan Desa tersebut disahkan dan disetujui serta ditetapkan sebagai
Peraturan Desa. Dalam menetapkan peraturan desa, antara BPD dan kepala desa sama-sama
memiliki peran yang sangat penting antara lain sebagai berikut.
a. BPD menyetujui dikeluarkannya Peraturan Desa.
b. Kepala Desa menandatangani Peraturan Desa tersebut.
c. BPD membuat berita acara tentang Peraturan Desa yang baru ditetapkan.
d. BPD mensosialisasikan Peraturan Desa yang telah disetujui pada masyarakat melalui
ketua RT untuk diketahui dan dipatuhi serta ditentukan pula tanggal mulai
pelaksanaannya.
Proses yang dilakukan BPD dalam menetapkan peraturan desa adalah sebagai berikut.
a. Kepala Desa menetapkan peraturan desa setelah mendapatkan persetujuan dari BPD.
b. Peraturan desa ditandatangani oleh Kepala Desa bersama Ketua BPD.
Proses pembuatan Peraturan Desa mulai dari merumuskan Peraturan Desa sampai pada
menetapkan Peraturan Desa yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah desa. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak Ahmad Dilapangaselaku anggota BPD Desa Matabulu menyatakan bahwa
dalam proses pembuatan Peraturan Desa yang kami lakukan bersama-sama dengan pemerintah
desa hanya untuk saat ini ada hambatan mengenai pembuatan Perdes Matabulu karena harus
menunggu parda yang baru (Wawancara Tanggal 13 Juni 2012).
Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
BPD sudah melaksanakan tugas dan fungsinya namun dalam proses pembuatan Peraturan Desa
masih ada kendala yang dapat menghambat pembuatannya BPD tidak punya kekuatan meskipun
dilahirkan oleh Undang-Undang akan tetapi sudah direncanakan dan masih menunggu Perda dari
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sebab Perdes Matabulu harus disesuaikan dengan Perda.
2. Peran BPD sebagai Pengawasan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
BPD mempunyai peran membuat dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan
pemerintah desa, selain itu BPD juga Berperan dalam mengawasi jalannya pemerintah
desa.Fungsi dalam bidang pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Desa, pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dan pengawasan
terhadap keputusan Kepala Desa.
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan ini, BPD berhak meminta pertanggungjawaban
Kepala Desa serta meminta keterangan kepada pemerintah desa.Pelaksanaan dari fungsi
pengawasan yang dilakukan BPD di DesaMatabulu Kec.Nuangan Kab.Bolaang Mongondow
Timuradalah sebagai berikut.
1. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menjalankan fungsinya yaitu dengan
mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh pelaksana Peraturan Desa, dalam hal ini yaitu
pemerintah desa. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Juanda Muhammadselaku wakil ketua BPD
Desa Matabulu, menyatakan bahwa peran BPD dalam menjalankan tugas dan fungsi yang
diamanahkan sejauh ini sudah dilaksanakan meskipun belum maksimal salah satunya mengenai
tindakan pemerintah desa selalu dipantau oleh BPD baik secara langsung ataupun tidak
langsung, apakah di dalam melaksanakan pemerintahan desa menyimpang dari ketentuan atau
tidak (Wawancara Tanggal 13 Juni 2012).
Adapun beberapa cara pengawasan yang dilakukan BPD Desa Matabulu terhadap
pelaksanaan peraturan desa seperti yang diungkapkan Bapak Lukman Mamonto selaku Ketua
BPD antara lain sebagai berikut :
1. Mengawasi semua tindakan yang dilakukan oleh pelaksana peraturan desa seperti kepala
desa, sekretaris desa, maupun kadus dan lain-lain.
2. Dalam hal terjadi penyelewengan, BPD memberikan teguran untuk pertama kalinya
secara kekeluargaan.
3. BPD mengklarifikasikan dalam rapat desa yang dipimpin oleh ketua BPD.
4. Jika pihak yang bersalah tidak memperhatikan, maka BPD memberikan sanksi atau
peringatan yang telah ditetapkan dalam peraturan seperti melaporkannya kepada Camat
serta Bupati (wawancara tanggal 13 Juni 2012).
2. Pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) ini dapat dilihat
di dalam laporan pertanggungjawaban Kepala Desa setiap akhir tahun anggaran.Bentuk
pengawasan yang dilakukan oleh BPD Desa Matabulu dalam hal ini adalah sebagai berikut.
a. Memantau semua pemasukan dan pengeluaran kas desa.
b. Memantau secara rutin mengenai dana-dana swadaya yang digunakan untuk membangun
sarana-sarana umum atau untuk pembangunan desa.
3. Pengawasan terhadap Keputusan Kepala Desa
Kepala Desa di dalam melaksanakan pemerintah desa juga berhak untuk membuat
keputusan Kepala Desa.Keputusan Kepala Desa dibuat untuk mempermudah jalannya Peraturan
Desa.Pengawasan yang dilakukan oleh BPD Desa Matabulu keputusan Kepala Desa yaitu
sebagai berikut.
a. Melihat proses pembuatan keputusan dan isi keputusan tersebut.
b. Melihat apakah isi keputusan tersebut sudah sesuai untuk dijadikan pedoman penyusunan
RAPBDes.
c. Mengawasi apakah keputusan tersebut benar-benar dijalankan atau tidak.
d. Mengawasi apakah dalam menjalankan keputusan tersebut ada penyelewengan.
e. Menindaklanjuti apabila dalam menjalankan keputusan ada penyelewengan.
Menurut Bapak Alfian Mamonto selaku Sekretaris Desa Matabulu, proses pembuatan
keputusan tersebut sudah sesuai dengan tata cara dan aturan yang semestinya, dan isi dari
keputusan Kepala Desa tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan di atasnya serta ditujukan
untuk kepentingan masyarakat desa (Wawancara Tanggal 16 Juni 2012).
3. Peran BPD sebagai Penyalur dan Penampung aspirasi Masyarakat
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wakil rakyat di desa adalah sebagai tempat
bagi masyarakat desa untuk menyampaikan aspirasinya dan untuk menampung segalah keluhan-
keluhannya dan kemudian menindaklanjuti aspirasi tersebut untuk disampaikan kepada instansi
atau lembaga yang terkait.Menurut Narwolo (2005:23 mengatakan bahwa “BPD merupakan
wahana melaksanakan demokrasi di desa dan menampung serta menyalurkan aspirasi
masyarakat
Banyak cara yang dilakukan BPD untuk menampung segala keluhan-keluhan yang
kemudian ditindaklanjuti yaitu dengan cara tertulis dan secara lisan. Cara tertulis misalnya
dengan membuka kotak kritik dan saran baik itu untuk pemerintah desa, BPD itu sendiri ataupun
aparat yang di atasnya, dan dengan cara lisan yaitu masyarakat menyampaikan aspirasinya
langsung kepada BPD pada saat ada pertemuan desa atau rembug desa dan ketika ada rapat BPD.
Cara BPD Desa Matabulu dalam menampung aspirasi masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Cara Tertulis. Masyarakat Desa menyalurkan aspirasinya dengan cara tertulis yang
kemudian diberikan kepada BPD pada saat ada pertemuan BPD atau rapat BPD.
b. Cara Lisan. Masyarakat menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada BPD ketika
ada pertemuan BPD atau rapat BPD.
Beberapa contoh aspirasi yang masuk ke BPD Matabulu antara lain sebagai berikut:
a. Masalah pembuatan masjid baru,
b. Pembenahan air bersih,
c. Normalisasi sungai, dan
d. Semua kegiatan yang menyangkut keuangan desa harus ada laporan tertulis.
Hal yang sama diperkuat oleh Wibowo (2008: 26) membuktikan bahwa Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai peran penting dalam pemberdayaan pemerintahan
yaitu memberikan masukan kepada pemerintah desa mengenai hal -hal yang perlu ditetapkan
untuk menjadi suatu program demi kemajuan desa, berkoordinasi dengan pemerintah desa,
pembinaan masyarakat untuk mendukung masyarakat mengadakan pembinaan terhadap jalannya
program kerja, mengadakan evaluasi terhadap jalannya program kerja dengan mengadakan
pengawasan dan pengamatan secara langsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Asrap Potabuga selaku Tokoh masyarakat
menyatakan bahwa BPD Desa Matabulu dalam menampung aspirasi masyarakat yang dilakukan
baik secara tertulis ataupun secara lisan yaitu dengan cara mengadakan pertemuan BPD atau
rapat BPD yang sangat penting dapat dilakukan pertemuan desa kapan saja waktunya. Upaya
yang dilakukan oleh BPD dalam menampung dan menyalurkan saran dan ide dari masyarakat
yaitu dengan mengadakan forum yang dihadiri oleh pejabat-pejabat desa dan hasilnya
disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditindaklanjuti. Jadi dalam pertemuan ini masyarakat
Desa Matabulu dapat menyampaikan aspirasinya secara lisan dan langsung kepada BPD.Selain
membahas permasalahan yang ada di desa, guna meningkatkan dan menjaga kerukunan warga
Desa Matabulu (wawancara tanggal 2 Juli 2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Masyarakat
desa Manabulumerupakan masyarakat yang memiliki kompleksitas kebutuhan. Sejalan dengan
hal tersebut mereka membutuhkan pelayanan yang berkualitas dari pemerintahan desa setempat
yang harus senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan mereka untuk memberikan pelayanan
yang semakin baik sesuai tuntunan masyarakat. Salah satu tupoksi dari Badan Permusyawaratan
Desa yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Badan Permusyawartan Desa
(BPD) sebagai wakil rakyat di desa adalah sebagai tempat bagi masyarakat desa untuk
menyampaikan aspirasinya dan untuk menampung segala keluhan-keluhan dan kemudian
menindaklanjuti aspirasi tersebut untuk disampaikan kepada instansi atau lembaga
terkait.Artinya bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan wahana yang tepat
digunakan sebagai alat untuk menyalurkan aspirasi dari masyarakat.Hal tersebut terbukti sesuai
dengan tugas dan wewenang BPD yang sejalan dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
4.2.2 Kendala-kendala yang ditemui BPD dalam menjalankan perannya di Desa Matabulu
Kec. Nuangan Kab. Bolaang Mongondow Timur
Dalam mewujudkan suatu organisasi yang efektif dalam pelaksanaan fungsinya tidak
lepas dari berbagai faktor atau kendala yang mempengaruhi kinerjanya dalam mencapai tujuan,
seperti halnya dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Matabulu, untuk menjadi
efektif dan baik tidak serta merta terjadi begitu saja tetapi ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Berikut ada beberapa permasalahan mengenai tanggapan responden unsur
penyelenggara pemerintahan tentang kendala yang dialami oleh BPD Desa Matabulu dalam
melaksanakan tupoksinya, diantaranya:
1. SDM/PendidikanBPD Desa MatabuluKurang Memadai
Suatu peningkatan jiwa kerja aparatur pemerintahan di daerah kabupaten maupun di
tingkat desa berhasil atau tidak tergantung dari Sumber Daya Manusianya (SDM). Karena kita
ketahui bersama bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama dalam
menjalankan suatu organisasi dalam roda pemerintahan di desa. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1998:40) bahwa Sumber Daya Manusia adalah manusia
yang bekerja dilingkungan suatu organisasi yang disebut personil, tenaga kerja, karyawan atau
potensi manusia sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan potensi yang merupakan aset
yang berfungsi sebagai modal dalam organisasi.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Andot Mokodompit selaku tokoh
masyarakat mengatakan bahwa terhambatnya pembangunan di desa disebabkan karena
keterbatasan tingkat pendidikan dan kadang-kadang bawahan kurang memahami program-
program yang telah di buat. Disadari sepenuhnya oleh unsur penyelenggara pemerintahan Desa
Matabulu sebab melihat tingkat pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa ini masih
rendah sehingga masih dibutuhkan arahan dan bimbingan dari pihak-pihak yang dirasa mampu
namun hal tersebut tidak sampai menjadi konflik sebab kesemuanya bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat desa(wawancara tanggal 1 Juli 2012).
Kendala selama ini di pemerintahan tingkat desa adalah minimnya tingkat Sumber
Daya Manusia yang ada hal ini harus diatasi dengan seringnya mengadakan pendidikan dan
pelatihan bagi aparat desa. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan Ibu Teti Mutu
selaku Sekretaris BPD mengatakan bahwa “kualitas aparat BPD Desa Matabulu masih sangat
tergolong rendah, hal ini terlihat dari segi tingkat pendidikan aparat yang rata-rata berpendidikan
SD dan SMP, sehingga dalam pelayanan masyarakat dan pelaksanaan perannya relatif masih
rendah juga tapi tetap akan berusaha agar mendapatkan hasil yang berguna bagi masyarakat
(wawancara tanggal 16 Juni 2012).
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan BPD di Desa Matabulu dapat dilihat
pada table 4.6 berikut ini.
TABEL 4.6
TINGKAT PENDIDIKAN BPD DESA MATABULU
No. Nama Jabatan Tingkat Pendidikan
1. Lukman Mamonto Ketua BPD SMP
2. Juanda Muhammad Wakil Ketua SD
3. Teti Mutu Sekretaris SMA
4. Budiawan Dien Anggota BPD SD
5. Ahmad Dilapanga Anggota BPD SMP
6. Hatta Mamonto Anggota BPD SD
7. Said Potabuga Anggota BPD SD
Jumlah
Sumber Data : Kantor Desa Matabulu Tahun 2012
Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kualitas BPD
Desa Manabulu jika dilihat dari tingkat pendidikannya BPD belum memiliki kemampuan dan
keterampilan yang cukup untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas mereka sebagai BPD
apalagi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi mereka. Hal ini disebabkan karena rendahnya
tingkat pendidikan sehingga memperhambat BPD dalam menjalankan dan memahami tugas-
tugas yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu dengan kemampuan yang cukup
mempersulitmereka bekerjasama dalam melakukan koordinasi dengan masyarakat terutama
yang berkaitan dengan masalah pelayanan publik. Ditambah dengan keterampilan mereka yang
tidak bisa mengoperasikan teknologi komputer sehingga hal ini dapat memperhambat mereka
dalam pelayanan publik. Sedangkan untuk masalah komputer dalam penggunaannya sangat
terbatas yang menggunakannya.
2. Pemberian Gaji /insentif BPD Desa Matabulu masih Sangat Kurang
Adanya pemberian insentif atau gaji juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam
memacu kinerja BPD untuk menjadi lebih baik dan merupakan wujud penghargaan dan
kepedulian pemerintah terhadap BPD. Pemberian insentif yang dinilai belum memadai bagi
anggota BPD terkadang menjadi penghambat dalam meningkatkan kinerja.
Sebagaiman berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Bebi Salehselaku
probis ekonomiDesa Matabulu menyatakan bahwa minimnya gaji yang diterima oleh BPD Desa
Matabulu sehingga dapat mempengaruhi tingkat kinerja yang mereka jalani yang dapat berimbas
ke pembangunan desa maupun pelayanan publik (wawancara tanggal 13 Juni 2012).
Selanjutnya dipertegas oleh Bapak Hutu Djarangkala selaku Kepala Desa Matabulu
menyatakan bahwa bagi BPD di Desa Matabulugaji mereka lebih kecil jika dibandingkan
pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan lainnya. Mereka menerima gaji berupa uang dalam 3
bulan sebanyak Rp.400.000 karena mereka bukan pegawai negeri sipil dan selalu terantung pada
honor yang diterima. Kalaupun mendapat gaji berupa uang biasanya didapatkan kalau ada suatu
proyek yang akan berjalan di desa tersebut dan atas perintah dari pemerintah atasannya
(wawancara tanggal 14 Juni 2012).
Kecilnya jumlah gaji atau insentif yang diterima oleh BPD di Desa Matabulu sangat
mempengaruhi kinerja mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Faktor kecilnya gaji
yang diterima oleh BPD ini dapat menimbulkan keresahan pada pemerintah Desa termasuk
masyarakat sehingga berakibat pada pelaksanaan tugas pelayanan yang mereka lakukan kurang
memuaskan bagi masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu kesadaran
dan pengawasan yang tinggi oleh masyarakat dan aparat desa yang bertugas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti denga responden di atas dapat disimpulkan bahwa
peran BPD Desa Matabulu kurang sangat dipengaruh pada gaji atau insentif yang diterima oleh
BPDyang diberikan oleh pemerintah masih sangat minim. Hal inilah yang terkadang membuat
anggota BPD menomorduakan tugasnya. Insentif yang diberikan masih jauh untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehingga masih perlu untuk mencari pekerjaan sampingan. Dengan
minimnya gaji yang diterima oleh BPD sehingga dapat mempengaruhi tingkat kinerja yang
mereka jalani yang dapat berimbas pada pembangunana desa maupun pelayanan publik bahkan
untuk pemenuhan sarana dan prasarana yang ada di Desa Matabulu.Sebagai pelaksana kerja yang
bertugas memberikan pelayanan publik kepada masyarakat seharusnya pemerintah Kecamatan
maupun Pemerintah Kabupaten memperhatikan dan memfasilitasi hingga pada akhirnya dapat
menopang pembangunan yang berkelanjutan terutama yang ada di Desa Matabulu.
3. Minimnya fasilitas operasional BPDDesa Matabulu
Dalam dunia birokrasi,memfasilitasi kerap dimaklumi sebagai pemberian fasilitas, entah
dalam bentuk dana, sarana, alat dan lain-lain. Fasilitasi dalm bentuk fisik yakni memberikan
sarana dan prasarana terhadap BPD untuk memperlancar tugas pemerintahan dalam menuju
pembangunan yang lebi maju.
Dalam memfasilitasi yang sangat bertanggungjawab yaitu Camat dimana camat
merupakan seorang fasilitator yang diharapkan mampu memberikan kontribusi penting untuk
mendorong BPD dan pemerintah desa dalam menjalankan tugasnya secara lancar. Hal demikian
tidak terlepas dari sarana dan prasarana sebagai penunjag, yakni ketersediaan kantor desa yang
memadai, adanya alat-alat perlengkapan baik komputer, saon sistem,meja kursi dan lain-lain
yang sangat dibutuhkan.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Budiawan Dien selaku anggota BPD
menyatakan bahwa Fasilitas operasional juga menjadi faktor berpengaruh demi kelancaran
kinerja BPD. Tidak adanya tempat khusus bagi BPD sebagai pusat kegiatan administrasif
layaknya lembaga legislatif lainnya. Meskipun BPD hanya bekerja dalam skala desa, hal ini juga
menjadi faktor berpengaruh. Selain itu, tidak adanya kendaraan operasional yang bisa digunakan
oleh BPD untuk memperlancar, mempermudah dan mempercepat kinerjanya untuk melakukan
sosialisasi dan juga melakukan pengawasan peraturan-peraturan desa. Untuk menunjang kinerja
anggota BPD, hal lain yang dibutuhkan yaitu sarana dan prasarana seperti tempat atau kantor
sebagai pusat kegiatan. Selain itu dibutuhkan juga kendaraan operasional (kendaraan) untuk
menunjang sosialisasi peran dan kelancaran kinerja BPD di desa ini.(wawancara tanggal 12Juni
2012)
Keterbatasan prasarana yang dimiliki oleh pemerintahan desa, sangat berpengaruh
terhadap pemerintah desa dalam bekerja. Disisi lain dengan keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh pemerintah desa dalam menjalankan organisasi pemerintahan inipula, sehingganya
diharapkan kepada pemerintah kecamatan agar secepat mungkin untuk mengatasi persoalan yang
menyakut dengan prasarana umum yang terpenting, sehingga tidak berdapak pada pembangunan
pada sisi lainya dan permasalahan yang semakin menumpu.
4. Belum ada ketetapan mengenai Peraturan Daerah
Lahirnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sebagai sebuah lembaga otonom di Desa
Matabulu merupakan wujud dari implementasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
mengatur tentang kemandirian desa dalam rangka otonomi daerah. Salah satunya adalah
pemberdayaan dan meredifinisi fungsi dan peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai
parlemen desa yang diharapkan bakal menjadi tulang punggung praktek demokrasi di
Pedesaan.Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban tiada kewenangan tanpa
tanggung jawab, dan tidak ada kebebasan tanpa batas dan harus berlandaskan koridor peraturan
perundang-udangan yang berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lukman Mamonto selaku Ketua BPD Desa
Matabulu menyatakan bahwa BPD sudah melaksanakan tugas dan fungsinya menegenai fungsi
pengawasan dan fungsi penyalur aspirasi namun dalam proses pembuatan Peraturan Desa masih
ada kendala yang dapat menghambat pembuatannya BPD tidak punya kekuatan meskipun
dilahirkan oleh Undang-Undang akan tetapi sudah direncanakan dan masih menunggu Perda dari
Kabupaten harus disesuaikan dengan Perda (wawancara tanggal 13 Juni 2012).
Dalam rangka mewujudkan wahan demokrasi di desa yang berfungsi sebagai lembaga
legislative dalam hal pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa maka ditiap desa dibentuk
Badan Permusyawaratan Desa (BPD).Pelaksanaan pengawasan Peraturan Desa dan Peraturan
Kepala Desa yang dimaksud disini yaitu Pelaksanaan pengawasan yang dijadikan sebagai
peraturan desa dan juga pengawasan terhadap keputusan Kepala Desa.
Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan fungsinya mengawasi peraturan desa
dalam hal ini yaitu mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Segala
bentuk tindakan pemerintah desa, selalu dipantau dan diawasi oleh kami selaku BPD baik sebara
langsung ataupun tidak langsung, hal ini kami lakukan untuk melihat apakan terjadi
penyimpangan peraturan atau tidak.Terkait efektivitas pengawasan BPD dalam mengawasi
jalannya peraturan desa, dibutuhkan juga partisipasi dan kerja sama dari seluruh komponen
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian dengan sejumlah responden, menurut responden, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) selalu melakukan kontrol terhadap peraturan desa akan tetapi
sampai saat ini belum ada perdes karena kendalanya belum ada perda dan masih menunggu
aturan dari Perda sehingganyamasih agak terhambat di dalam menjalankan tugas dan fungsi yang
telah dibebankan oleh pemerintah.
5. Kurangnya Tanggung jawab pada Tupoksi yang berikan
Tanggungjawab merupan sikap yang harus dimiliki oleh setiap karyawan ataupun
pegawai dalam menjalankan suatu roda organisasi. Pekerjaan yang diberikan dari atasan harus
dilakukan dengan penuh tanggungjawab baik kebahagian maupun kegagalan dan tidak berwatak
mencari perlindungan ke atas serta tidak melemparkan kesalahan sesama anggota pegawai.
Tujuan organisasi ataupencapaian hasil kerja dapat tercapai dengan baik maka setap karyawan
harus bertanggungjawab sesuai dengan bidang masing-masing agar tidak saling menyalahkan
satu sama lain.
Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Bapak Budiawan Dien selaku anggota
BPD Desa Matabulubeliau mengatakan bahwa pelaksanaan rasa tanggungjawab tugas dan fungsi
yang diberikan belum maksimal hal ini bisa dilihat tidak mengetahui tugas apa yang diberikan
dan banyak anggota BPD datang terlambat maka akan mengakibatkan pelayanan terhadap
masyarakat juga mengalami hambatan karena ada sebagian urusan yang tidak bisa
dilakukan.BPD adalah pelaksana kebijakan publik yang bermuara pada kemaslahatan
masyarakat di desa harus benar-benar menjalankan tugas dan fungsi yang diembannya
(wawancara, 12 Juni 2012).
Selain itu sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Sudibio Mamonto selaku
Probis Pemerintahan desa Matabulu menyatakan bahwa BPD dalam menjalankan tugas dan
fungsinya khususnya anggota BPD kurang bertanggung jawab terhadapapa yang menjadi tugas
mereka. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa pemberian tanggung jawab masing-masing anggota
BPD belum terlaksana sesuai tugas dan fungsi mereka (wawancara tanggal 18 Juni 2012).
4.2.3 Upaya Yang dilakukan dalam mengatasi Kendala-kendalyang ditemui BPD dalam
menjalankan perannya diDesa Matabulu Kec. Nuangan Kab. Bolaang Mongondow
Timur
Adapun upaya yang didalam mengatasi Kendala-kendalyang ditemui BPD dalam
menjalankan perannya diDesa Matabulu Kec. Nuangan Kab. Bolaang Mongondow Timur,yaitu
sebagai berikut:
a. Mengikutsertakan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur BPD
Salah satu langkah penting dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM)
adalah penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan para pegawai, baik bagi mereka yang
melaksanakan tugas yang sifatnya teknikal dan oprasional, fungsional bagi mereka yang
menduduki berbagai tingkat jabatan pimpinan.Karena sifatnya, kegiatan pendidikan dan
pelatihan merupakan kegiatan penunjang bagi suatu organisasi yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan seluruh pegawai dalam organisasi tersebut untuk menyelenggarakan
fungsi yang merupakan tanggungjawabnya. Sebagai kegiatan penunjang, program pendidikan
dan pelatihan merupakan tugas satuan kerja yang mengelolah sumber daya manusia.
Selain itu kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia menurut Schuler (dalam
Notoatmodjo, 2003:89) bahwa untuk meningkatkan produktivitas, dengan mengikuti kegiatan
pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru
yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan demikian diharapkan juga secara
tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Sumarto Saleh selaku Sekretaris Pemuda
Desa Manabulu mengatakan bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi merupakan suatu yang urgen dan memaksa anggota BPD di Desa
Matabulu untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Kita ketahui bahwa aparaturBPD
di Desa Matabulu masih berpendidikan rendah maka pihak Ketua BPD bekerja sama dengan
pihak Kabupaten mengupayakan BPD untuk diikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan
pelatihan administrasi umum, bimbingan, penyuluhan, loka karya dan kegiatan lainnya baik
secara regional maupun nasional. Disamping itu, pendidikan dan pelatihan ini bertujuan
memberikan kedudukan organisasi dalam peran instansi masing-masing dalam pemerintahan
desa serta mampu melaksankan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien serta
penuh tanggung jawab. Aparat BPD Desa Matabulu dalam menjalankan fungsi utamanya
sebagai fasilitator sekaligus pelaksana dan penanggung jawab pembangunan harus memiliki
keterampilan, khususnya keterampilan teknik yaitu pengetahuan teknik dan peralatan dalam
melaksanakan dan masih memerlukan keterampilan yang lain agar harapan hendak dicapai dapat
terpenuhi. Hal ini dimaksudkan ntuk mencapai keberhasilan peningkatan jiwa kerja di Desa
Matabulu maka diperlukan oleh BPD yang memiliki kemauan dan loyalitas serta memiliki
pendidikan yang tinggi dalam bekerja (Wawancara tanggal 4 Juli 2012).
Program pendidikan dan pelatihan harus direncanakan secara matang,diselenggarakan
secara efektif,serta dinilai secara objektif. Yang tidak kala pentingnya ialah bahwa hasil
pendidikan dan pelatihan tersebut harus dirasakan bukan hanya oleh peserta yang ditugaskan
mengikuti program pendidikan dan pelatihan itu,melainkan juga oleh organisasi pengirim. Pada
intinya, hasil tersebut harus tercermin dalammeningkatnya kemampuan kerja,terwujudnya
prilaku yang positifdalam melaksanakan tugas, dan semakin tangguhnya organisasi dalam
mengemban misi yang menjadi tanggung jawab fungsionalnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Teti Mutu selaku Sekretaris BPD Desa
Matabulu menyatakan bahwa jenis kegiatan yang pernah diikuti oleh aparat BPD di Desa
Matabulu yang berkaitan dengan kualitas aparat BPD yang bermuara pada peningktan peran
BPD antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan dan pelatihan administrasi umum yang berkaitan dengan tugas masing-
masing;
b. Mengikuti bimbingan dalam mengoperasikan komputer;
c. Pelatihan dalam Panwas Pilkada; serta
d. Pengisian pendataan penduduk.
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan dengan mengikutsertakan pendidikan dan
pelatihan aparatur pemerintahan Di desa Matabulu yaitu :
a. Untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan serta pembentukan
kepribadian kerja aparat pemerintahan di desa Matabulu.
b. Untuk menanamkan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang
menyeluruh untuk melaksanakan tugas umum pemerintah desa dan pembangunan desa
(wawancara tanggal16 Juni 2012).
Karena pentingnya pendidikan dan pelatihan sebagai wahana mengembangkan sumber
daya manusia, penyelenggarannya harus merupakan bagian integralseluruh proses pengelolaan
sumber daya manusia dalam setiap organisasi terutama di Desa Matabulu. Berdasarkan hasil
wawancara di atas, penulis dapat mengambil suatu benang merah bahwa yang menjadi tujuan
dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pada aparatur BPD di Desa Matabulu yaitu untuk
meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan atau wawasan pada aparatur
pemerintah desa dalam proses pelaksanaan pelayanan masyarakat, sehingga tercipta suatu
kinerja yang bertanggung jawab secara efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya peningkatan
peran BPD Desa Matabuludapat terlaksana dengan baik.
b. Meningkatakan Koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa
Secara keseluruhann dalam memajukan pembangunan didalam pemerintahan desa,
khususnya BPD koordinasi merupakan hal yang paling utama, dimana dari sisi kordinasi yang
terjalin diantara BPD dan aparatur pemerintah desa dapat melahirkan sistem pemerintahan yang
baik dan terarah serta berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Dengan
kordinasi pula permasalahan yang terjadi yang dialami langsung oleh BPD dan aparatur
pemerintah desa dan masyarakat pada umumnya.
Menurut Handoko (dalam Soejono, 2001:77) koordinasi adalah proses pengintegrasian
tujuan-tujuan pada satuan-satuan yang terpisa (depertemen atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien. Tanpa kordinasi individu-individu
akan kehilangan pegangan atas pegangan mereka dalam organisasi, mereka akan mengejar
kepentingan sendiri, yang sering meragukan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang berpengaruh di dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BPD di Desa
Matabulu adalah pola hubungan kerja sama terciptanya hubungan yang harmonis antara BPD
dengan Pemerintah Desa dengan senantiasa menghargai dan menghormati satu sama lain, serta
adannya niat baik untuk saling membantu dan saling mengingatkan mendukung jalannya kinerja
BPD. Keharmonisan ini desebabkan karena adanya tujuan dan kepentingan bersama yang ingin
dicapai yaitu untuk mensejahterakan masyarakat desa. Sebagai unsur yang bermitra dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa, BPD dan Pemerintah Desa selalu menyadari adanya
kedudukan yang sejajar antara keduanya.
Sesuai hasil wawancara dengan Bapak Raup mamonto Selaku kepala dusun I Pemerintah
Desa Manabulu menyatakan bahwa hubungan antara BPD dengan masyarakat dapat dikatakan
harmonis, akan tetapi hubungan antara BPD dengan Kepala Desa dalam menyelenggarakan
pemerintahan belum harmonis walaupun tidak dipungkiri pernah terjadi selisih paham namun hal
tersebut tidak sampai menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat, karena apabila terjadi
selisih paham maka akan dibahas bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan unsur perangkat
desa yang lainnya dalam forum-forum yang diadakan oleh BPD(wawancara tanggal 30 Juni
2012).
Berdasakan hasil wawancara dengan Bapak Rustam Lasantu selakuKepala Dusun II Desa
Matabulu menyatakan bahwa agar tidak mengalami suatu hambatan dalam melaksanakan tugas
dan fungsi yang telah diberikan maka BPD dan Pemerintah Desa harus melakukan koordinasi
terhadap pemerintahan desa Matabulu, dimana kordinasi dalam bentuk rapat yang seharusnya
dilaksanakan setiap sebulan sekali (wawancara tanggal 16 Juni 2012 ).
Dengan adanya kordinasi antara BPD dengan pamerintahan desa merupakan hal yang
sangat dibutuhkan untuk memperlancaarkan rancana dan tujuan yang akan dilakukan kedepan.
Kordinasi dengan sisilain merupakan suatu cara dimana dapat mempersatukan dan
menumbuhkembangkan kerja sama antara BPD dengan Pemerintah Desa diwilayah Desa
Manabulu, juga dapat menciptakan tingkat pemahamanBPD dengan aparatur desa didalam
menjalankan tugas dan tanggug jawabnya. Lewat kordinasi yang dilakukan oleh BPD dengan
Pemerintah Desa terhadap pemerintah secara efektif dapat menumbuhkan komunikasi sehingga
segala kekurangan dan kesulitan yang dialami oleh pemerintah desa dapat disampaikan dan
kemudian dikaji secara bersama dan mencari jalan keluar.
C. Pengadaan Fasilitas dan Sarana Penunjang Kerja BPD
Berdasarkan hasil penelitian bahwa fasilitas dan sarana penunjang yang ada di kantor
Desa Mnabulu masih sangat minim. Oleh karena itu perlu diupayakan pengadaan fasiltas dan
sarana penunjang yang dapat dilakukan melalui usaha-usaha
a. Pimpinan dapat menganalisis kebutuhan yang digunakan dalam proses upaya peran BPD
Desa Matabulu.
b. Pemimpin dapat mengajukan kebutuhan kepada lembaga setingkat di atasnya yaitu
pemerintah kecamatan.
Berdasarkan kenyataan di lapangan menunjukan bahwa peran BPD Desa Matabulu
belum maksimal. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Bapak Maskun Mutu
selaku tokoh masyarakat Desa Matabulu mengatakan bahwa hal ini di sebabkan karena kurang
mengetahui dalam pengerjaan segalah sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat desa (Wawancara, 9 Juli 2011).
Untuk meningkatkan peran BPD di Desa Matabulu harus ada faktor pendukung. Yang
dimaksud dengan faktor pendukung adalah semua faktor yang dapat membantu kelancaran
pelaksanaan suatu kegiatan. Berkaitan dengan hal pelayanan publik oleh aparat desa maka faktor
pendukungnya adalah semua faktor yang dapat membantu kelancaran kegiatan pemberian
pelayanan publik kepada masyarakat.
Adapun faktor pendukung peningkatan peran BPD di Desa Matabulu dalam pelayanan
publik oleh yaitu:
Faktor Pendidikan
Pendidikan disini merupakan proses belajar yang di lakukan secara sadar yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Yang di dalamnya termasuk kemampuan dan
keterampilan. Kemampuan adalah berkaitan dengan dapat melakukan pekerjaan/tugas sehingga
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan apa yang diharapkan. Sedangkan keterampilan
adalah kemampuan melaksanakan tugas/pekerjaan dengan menggunakan anggota badan
peralatan kerja yang tersedia.
Faktor Sarana Pelayanan
Yang dimaksud dengan sarana pelayanan adalah segala jenis perlengkapan peralatan
kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sosial untuk memenuhi kepentingan orang-orang yang
sedang berhubungan dengan organisasi atau lembaga. Sarana berfungsi antara lain untuk
mempercepat pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu, meningkatkan
produktifitas baik berupa barang atau jasa, serta menimbulkan kenyamanan dan perasaan puas
bagi masyarakat yang berkepentingan sehingga dapat sedikit mengurangi sifat emosional
mereka.
Di Desa Matabulu sarana pelayanan yang tersedia berupa peralatan kerja, gedung tempat
pemerintah desa bekerja ditambah manusia sebagai pelaksana kerjanya. Sebagai pelaksana kerja
adalah para aparat BPD yang bertugas memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.
Sedangkan peralatan kerja adalah sebagai alat penunjang agar pekerjaan bisa dilakukan secara
cepat dan tepat. Pada kantor Desa Matabulu hanya terdapat 1 macam jenis peralatan kerja, yaitu
Komputer dan sebagai peralatan kerja yang bersifat tunggal-guna dan digunakan untuk mengetik
berbagai macam jenis surat menyurat. Keberadaan komputer tersebut cukup membantu aparat
pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat terutama dalam
pelayanan pada pembuatan surat izin dan surat keterangan. Akan tetapi jika yang dapat
mengoperasikan komputer tersebut hanya sekretaris BPD dan yang paling bermasalah BPD tidak
mempunyai kantor.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa lambatnya suatu
pelayanan di Desa Matabulu disebakan karena sarana dan prasarana yang tersedia masih minim,
sehingganya ini menjadi suatu perhatian bagi kita semua terutama bagi pihak pemerintah untuk
mengantisipasi hal tersebut.Kita ketahui bahwa suatu pelayanan dapat tercapai dengan baik
apabila sarana dan prasarana dapat menunjang dalam menjalankan suatu pelayanan. Masyarakat
Desa Matabulu sangat mengarapkan agar pemerintah memfasilitasi kekurangan di kantor Desa
Matabulu terutama sarana dan prasarana serta tenaga ahli yang akan menunjang setiap pelayanan
sehingga masyarakat yang berada di Desa Matabulu membuat mereka puas atas pelayanan yang
diberikan.