BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Kinerja -...

30
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Kepala Sekolah Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian organisasi tersebut. Akhir-akhir ini kinerja telah menjadi terminology atau konsep yang sering dipakai orang dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan. Konsep kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari konsep produktivitas. Terkait dengan definisi kinerja maka akan dikemukakan pengertian kinerja oleh beberapa ahli sebagai berikut : Secara umum pengertian kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitiatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan indikator masukan, proses, dan output. Selanjutnya ahli lain mengatakan bahwa kinerja adalah kombinasi atau perpaduan antara motivasi yang ada pada diri seseorang dan kemampuannya melaksanakan suatu pekerjaan (Depdiknas, 2005 : 4). Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil. Dalam konteks hasil, Bernardin (2001) dalam Sudarmanto (2009:8) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas- aktivitas selama periode waktu tertentu. Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku. Terkait dengan kinerja sebagai perilaku, Murphy (1990) dalam

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Kinerja -...

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja Kepala Sekolah

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada

suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang

memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian

organisasi tersebut. Akhir-akhir ini kinerja telah menjadi terminology atau konsep

yang sering dipakai orang dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan. Konsep

kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari

konsep produktivitas. Terkait dengan definisi kinerja maka akan dikemukakan

pengertian kinerja oleh beberapa ahli sebagai berikut :

Secara umum pengertian kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitiatif

yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan dengan memperhitungkan indikator masukan, proses, dan output.

Selanjutnya ahli lain mengatakan bahwa kinerja adalah kombinasi atau perpaduan

antara motivasi yang ada pada diri seseorang dan kemampuannya melaksanakan

suatu pekerjaan (Depdiknas, 2005 : 4).

Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil. Dalam konteks hasil, Bernardin

(2001) dalam Sudarmanto (2009:8) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan

hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-

aktivitas selama periode waktu tertentu. Kinerja merujuk pengertian sebagai

perilaku. Terkait dengan kinerja sebagai perilaku, Murphy (1990) dalam

Sudarmanto (2009:8) menyatakan bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku

yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja.

Agus Dharma memberikan pengertian kinerja adalah prestasi kerja

seseorang didasarkan pada level prestasi secara menyeluruh atau secara terperinci

yang dilakukan dengan memberikan ranking bagi tiap bidang

pertanggungjawaban pokok (Kasim Yahiji, 2008;39).

Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh

pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah tugas

yang sederhana, Penilaian harus dihindarkan adanya "like dan lislike" dari penilai,

agar obyektifitas penilaian dapat terjaga. Kegiatan penilaian ini penting, karena

dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan sekolah dan

memberikan umpan balik kepada SDM di sekolah tentang kinerja mereka.

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas

untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kinerja kepala Sekolah

berarti tindakan, unjuk kerja dari kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan

perannya sebagai kepala Sekolah. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa kinerja

kepala Sekolah adalah hasil kerja dari kepala Sekolah dalam memimpin unit

pendidikan berupa sekolah. Secara lebih spesifik lagi bahwa pengertian kinerja

Kepala Sekolah yang sesuai dengan penelitian ini adalah adalah hasil kerja yang

dicapai kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan

tanggungjawabnya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kinerja Kepala

Sekolah dalam penelitian ini diukur dari salah satu aspek yaitu perilaku dalam

melaksanakan tugas yakni perilaku kepala sekolah pada saat melaksanakan

fungsi-fungsi manajerial sekolah yang dipimpinnya.

2.1.2 Indikator Kinerja Kepala Sekolah

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut

memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,

jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis

kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif

kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu

yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru

diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran

kepala Sekolah. Kepala Sekolah sebagai pengelola memiliki tugas

mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional

guru. Perlu digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional

di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup

seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar.

Kinerja Kepala Sekolah dalam proses pembinaan guru tersebut merupakan hal

yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar.

Soekarno (2008:4) mengemukakan Untuk melihat kinerja kepala Sekolah,

maka dapat dilihat berdasarkan indikator EMASLIM, yakni kepala Sekolah

sebagai :

1. Edukator

2. Manager

3. Administrator

4. Supervisor

5. Leader

6. Inovator dan

7. Motivator

1. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Edukator atau pendidik menurut Undang-Undang sistem Pendidikan

Nasional adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Hamid Darmadi,

2009:37).

Edukator bertugas mengarahkan dan mentransformasi pengetahuan yang

dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mengarahkannya mencapai sesuatu

yang bermakna. Kepala Sekolah sebagai pendidik dan tenaga kependidikan

mempunyai peran yang sangat besar dalam mendukung peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah. Peran kepala Sekolah dalam mengembangkan suasana

sekolah yang nyaman dan kondusif bagi proses belajar mengajar melalui

pengelolaan manajerial yang profesional merupakan kebutuhan utama suatu

sekolah untuk meraih prestasi dalam rangka menghasilkan sumberdaya manusia

unggul yang berdaya-saing.

2. Kepala Sekolah Sebagai Manager

Manajemen pada hakekatnya adalah suatu proses merencanakan,

melembagakan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota

lembaga serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya lembaga dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan definisi tersebut,

seorang manajer (kepala sekolah) pada hakekatnya adalah seseorang perencana,

organisator, pemimpin, dan pengendali semua aktivitas sekolah (Wahyudi

2012:68). Keberadaan manajer pada suatu organisasi (sekolah) sangat diperlukan,

sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi.

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

dilakukan kepala Sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi para guru. Tugas manajer pendidikan adalah

merencanakan sesuatu atau mencari strategi yang terbaik, mengorganisasi dan

mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih berserakan agar menyatu

dalam melaksanakan pendidikan, dan mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan

dan hasil pendidikan. Kepala Sekolah memiliki kewenangan dalam mengambil

keputusan, karena atas perannya sebagai manajer di sekolah dituntut untuk

mampu : (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas

yang diinginkan masyarakat, (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif

dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah, (3) menciptakan

strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut,

(4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan

operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan

fasilitas pendidikan, (6) melakukan pengendalian atau kontrol terhadap

pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.

3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Dalam menjalankan fungsinya sebagai administrator, kepala sekolah harus

mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Untuk itu kepala sekolah harus kreatif mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang

menunjang perkembangan sekolah. Kepala Sekolah sebagai administrator dalam

lembaga pendidikan mempunyai tugas-tugas antara lain : melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang-

bidang seperti ; kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan,

keuangan, dan perpustakaan (Abdul Rahmat, 2009 : 48). Berbagai tugas yang

harus dilakukan kepala sekolah sebagai administrator adalah sebagai berikut :

1. Membuat perencanaan. Perencanaan yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah,

diantaranya adalah menyusun program tahunan sekolah, yang mencakup program

pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas

yang diperlukan (Sarana dan prasarana)

2. Kepala sekolah bertugas menyusun struktur organisasi sekolah. Organisasi

memainkan peranan penting dalam fungsi administrasi karena merupakan tempat

pelaksanaan semua kegiatan administrasi. Selain itu, dilihat dari fungsinya

organisasi juga menetapkan dan menyusun hubungan kerja seluruh anggota

organisasi agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugasnya masing-

masing. Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk

mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi

sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada.

3. Kepala sekolah sebagai koordinator dalam organisasi sekolah.

Pengkoordinasian organisasi sekolah ini merupakan wewenang dari kepala

sekolah. Dalam melakukan pengkoordinasian ini sebaiknya juga kepala sekolah

kerja sama dengan berbagai bagian dalam organisasi agar pengkoordinasian yang

dilakukan dapat menyelesaikan semua hambatan dan halangan yang ada.

4. Kepala sekolah mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah. Berbagai

tugas yang berkenaan dengan kepegawaian sepenuhnya merupakan wewenang

kepala sekolah. Dia memiliki wewenang untuk mengangkat pegawai,

mempromosikannya, menempatkan, atau menerima pegawai baru.

Pengelolaan kepegawaian ini akan berjalan dengan baik bila kepala sekolah

memperhatikan kesinambungan antara pemberian tugas dan dengan kondisi dan

kemampuan pelaksanaannya.

4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka

secara efektif (M.Ngalim Purwanto, 1987:76). Dengan demikian hakekat

supervisi pendidikan adalah suatu proses bimbingan dari pihak kepala sekolah

kepada guru-guru dan personalia sekolah yang langsung menangani belajar para

siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para siswa dapat belajar

secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Disamping itu

juga memperbaiki situasi bekerja dan belajar secara efektif, disiplin, bertanggung

jawab dan memenuhi akuntabilitas.

Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara

individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran

dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi

belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Supervisi merupakan

pengembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya

perkembangan siswa. Itu perbaikan situasi belajar mengajar bertujuan untuk : (1)

menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas agar siswa dapat

mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan secara optimal, (2) menyeleksi

fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3)

mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4)

meningkatkan moral siswa.

5. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Sebagai pemimpin (leader), kepala sekolah berfungsi menggerakkan

semua potensi sekolah, khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan bagi

pencapaian tujuan sekolah. Dalam upaya menggerakkan potensi tersebut, kepala

sekolah dituntut menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan

yang sesuai dengan mengedepankan keteladanan, pemotivasian, dan

pemberdayaan staf.

Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya

kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan

kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan

kompetensi guru, seorang kepala Sekolah dapat menerapkan kedua gaya

kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan yang ada.

6. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Ibrahim (1988) dalam Tubagus Rangga (2012:1) mengemukakan bahwa

inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk

memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide,

barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil

seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse

(penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk

mencapai tujuan pendidikan atau untuk memcahkan masalah pendidikan.

Kepala Sekolah sebagai Inovator adalah pribadi yang dinamis dan kreatif,

yang tidak terjebak pada suatu rutinitas pekerjaan sehari-hari. Sebagai inovator

kepala Sekolah harus mampu menemukan inovasi-inovasi baru dalam

pembelajaran. Salah satu fungsi dari semua fungsi kepala sekolah adalah sebagai

innovator. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya, kepala sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan

lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan

model-model pembelajaran yang innovatif.

Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia

melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional

dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, disiplin serta adaptable dan

fleksibel. Konstruktif maksudnya adalah kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidikan harus berusaha mendorong dan membina

setiap tenaga kependidikan untuk dapat berkembang secara optimal dalam

menlaksanakan tugas yang diembannya.

Kreatif maksudnya dalam meningkatkan profesionalisme tenaga

pendidikan, berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan

tugasnya. Hal ini dimaksudkan agar tenaga kependidikandapat memahami apa-apa

yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan, sehingga dapat

mencapai tujuan esuai dengan viusi dan misi sekolah.

Delegatif maksudnya dalam meningkatkan profesionalisme tenaga

pendidikan, kepala sekolah hatus berusaha mendelegasikan tugas kepada tenaga

kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-

masing. Integratif maksudnya bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga

pendidikan, kepala sekolah berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga

dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien

dan produktif.

Rasional dan objektif maksudnya bahwa dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidikan, kepala sekolah harus berusaha bertindak

berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. Pragmatis maksudnya bahwa dalam

meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan, kepala sekolah harus berusaha

menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang

dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan sekolah. Keteladanan

maksudnya dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan, kepala

sekolah harus menjadi teladan dan contoh yang baik.

Adaptabel dan fleksibel, maksudnya dalam meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidikan, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel

terhadap sesuatu yang inovatif, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang

menyenangkan dan memudahkan bagi setip tenaga kependidikan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap

seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah

ditetapkan (Sadili Samsudin, 2006:281). Sebagai motivator, kepala sekolah

memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga

kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat

ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,

dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar

melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

Dorongan dan penghargaan merupakan dua sumber motivasi yang efektif

diterapkan oleh kepala sekolah. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun datang dari

lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang

cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah keefektifan

(effectiveness) kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi

mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Motif adalah apa yang

menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-

kurangnya mengembangkan suatu kecenderungan tertentu. Motif dimengerti

sebagai ungkapan kebutuhan seseorang karenanya motif bersifat pribadi dan

internal.

2.1.3 Metode Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan proses untuk menaksir dan mengevaluasi

kinerja perorangan. Penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana

organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Dalam

pelaksanaan evaluasi kinerja tersebut memerlukan metode-metode sebagai

berikut:

a. Sistem penilaian (rating sistem)

b. Sistem peringkat (ranking sistem)

c. Evaluasi berdasarkan tujuan dan standar (Kasim Yahiji. 2008:40).

2.1.4 Manfaat Penilaian Kinerja

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat

bagi perencanaan kebijakan organisasi (sekolah). Mengenai manfaat penilaian

kinerja, Handoko dalam Puji Soekarno (2008:4) mengemukakan terdapat sepuluh

manfaat sebagai berikut :

1. Perbaikan prestasi kerja atau kinerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja mernungkinkan guru, kepala sekolah dan

tata usaha dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk

meningkatkan prestasi.

2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

Evaluasi prestasi keja membantu para pengambil keputusan dalam

mcnentukan kenaikan insentif, pemberian bonus dan bentuk kompensasi

lainnya.

3. Keputusan-keputusan penempatan.

Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau kinerja

masa lalu atau antisipasinya.

4. Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan.

Prestasi kerja atau kinerja yang jelek mungkin menunjukkan perlunya

latihan. Demikian pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin

mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.

5. Perencanaan dan pengembangan karir.

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu

tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.

6. Mendeteksi penyimpangan proses staffing.

Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing bagian personalia.

7. Melihat ketidak akuratan informasional.

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan

dalam informasi analisis jabatan, rencana sumberdaya manusia, atau

komponen-komponen lain sistem informasi manajemcn personalia.

Menggantungkan pada informasi yang tidak akurat dapat rnenyebabkan

keputusan-kcpulusan personalia tidak tepat.

8. Mendeteksi kesalahan-kesalahan desain pekerjaan.

Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan tanda kesalahan dalam

desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-

kesalahan tersebut.

9. Menjamin kesempatan kerja yang adil.

Penilaian prestasi kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

10. Melihat tantangan-tantangan eksternal.

Kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar

lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, dan masalah-masalah

pribadi lainnya.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan

dan dianggap sebagai orang yang memiliki peran paling besar dalam pencapaian

tujuan pendidikan yang merupakan pencerminan mutu pendidikan. Kinerja kepala

sekolah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh

faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak kinerja kepala

sekolah tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah

dalam Muhlisin (2008:30) berikut ini :

1) Kepribadian dan dedikasi

2) Pengembangan Profesi

3) Kemampuan Mengajar

4) Hubungan dan Komunikasi

5) Hubungan dengan Masyarakat

6) Kedisiplinan

7) Kesejahteraan

8) Iklim Kerja

1) Kepribadian dan dedikasi

Kepribadian merupakan suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat

dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap

persoalan. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur

psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu

gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra

seseorang ditentukan oleh kepribadiannya.

2) Pengembangan Profesi

Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan.

Dalam melaksanakan pekerjaan itu harus memenuhi norma-norma tertentu. Orang

yang melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya

pikir, ilmu dan keterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga dituntut dapat

mempertanggung jawabkan segala tindakan dan hasil karyanya yang menyangkut

profesi itu.

3) Kemampuan Mengajar

Seorang Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan merencanakan

pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,

memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi

dengan siswa, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar

Penguasaan seperangkat kompetensi yang meliputi kompetensi

keterampilan proses dan kompetensi penguasaan pengetahuan merupakan unsur

yang dikolaborasikan dalam bentuk satu kesatuan yang utuh dan membentuk

struktur kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, sebab kompetensi

merupakan seperangkat kemampuan guru searah dengan kebutuhan pendidikan di

sekolah, tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

4) Hubungan dan Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, manusia dapat saling

berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari dirumah tangga, di

tempat kerja, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak

ada manusia yang tidak akan terlibat komunikasi. Pentingnya komunikasi bagi

organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya komunikasi yang baik suatu organisasi

dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya.

5) Hubungan dengan Masyarakat

Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari

masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan

dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga

formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi

muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan

pengguna jasa pendidikan itu.

Hubungan sekolah dengan masyarakat ini sebagai usaha kooperatif untuk

menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling

pengertian antara sekolah, personalia sekolah dengan masyarakat.

6) Kedisiplinan

Disiplin merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang

dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu

keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada

suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.

7) Kesejahteraan

Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap

kinerja kepala sekolah dan guru di dalam meningkatkan kualitasnya sebab

semakin sejahteranya seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan

kerjanya. terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia, akan menimbulkan

kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya.

8) Iklim Kerja

Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang

membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam

sistem sosial yang berkembang dari sekelompok manusia yang saling

berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil

hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya.

Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi adanya

keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai tuntutan

tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya interaksi-interaksi

yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang

kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik.

2.2 Hakikat Kepala Sekolah

2.2.1 Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah pada hakekat etimologisnya merupakan padanan dari

school principal, yang tugas kesehariannya menjalankan principal-ship atau

kekepala-sekolahan. Istilah kekepala-sekolahan mengandung makna sebagai

segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala

sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk

menyebut jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah (school

administrator), pimpinan sekolah (school leader), manajer sekolah (school

manajer), dan sebagainya.

Kata Kepala Sekolah berasal dari dua kata yakni kepala dan sekolah . kata

Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi

ataupun lembaga. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan dimana menjadi

tempat menerima dan memberi pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah

didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau

tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2002 : 83).

Kepala sekolah merupakan tenaga fungsional guru yang diberikan tugas

tambahan untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar

mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran

dan murid yang menerima pelajaran.

2.2.2 Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh

Menurut Poernomosidi Hadjisarosa dalam Abdul Rahmat (2009:69),

kepala sekolah merupakan salah satu sumber daya sekolah yang disebut sumber

daya manusia jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi yang

mengoordinasikan dan menyerasikan sumber daya manusia jenis pelaksana

(SDM-P) melalui sejumlah input manajemen. Tujuannya adalah agar SDM-P

menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumber daya selebihnya.

Dengan demikian, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk

menghasilkan output yang diharapkan. Secara umum karakteristik kepala sekolah

tangguh dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepala sekolah harus memiliki :

a) Wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus

dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh

(strategi);

b) Kemampuan mengoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumber daya

terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi

kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas);

c) Kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat,

cekat, dan akurat);

d) Kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai

tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-

hal penting bagi tujuan sekolahnya;

e) Toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari

orang-orang yang mirip dengannya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak

toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi,

standar dan nilai-nilai;

f) Kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu

ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi,

imitasi, arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap

dan bertindak.

2. Kepala sekolah menggunakan pendekatan sistem sebagai dasar cara

berfikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah.

3. Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yang

ditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus

dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggung jawab, kewajiban,

dan hak), rencana, program, dan memberikan kesan yang baik kepada anak

buahnya.

4. Kepala Sekolah memahami, menghayati dan melaksanakan perannya

sebagai manager, pendidik, wirausahawan, pencipta iklim kerja, pengurus

atau administrator, pembaharu, dan pembangkit motivasi.

2.2.3 Fungsi Kepala Sekolah

Fungsi kepala sekolah dalam implementasi kepemimpinannya di sekolah

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Sebagai administrator, mengelola adiministrasi sekolah dalam hal

menyusun program tahunan (RAPBS), serta hal hal yang berkaitan dengan

sekolah.

2. Sebagai komunikator. Kepala sekolah memberikan pengarahan pembinaan

para guru.

3. Sebagai motivator. Kepala sekolah hendaknya dapat membangkitkan dan

memelihara kegairahan kerja pada guru, dengan memberikan gagasan

gagasan yang baik bagi penyampaian KBM.

4. Sebagai inovator. Kepala sekolah hendaknya memiliki prakarsa atau

gagasan perbaikan dalam pembaharuan pendidikan dan mendorong guru

untuk melakukan hal yang berkaitan dengan pelajaran.

5. Sebagai fasilitator. Kepala sekolah harus mampu mengusahakan

pengadaan alat/sarana sekolah, seperti meubelair dan sebagainya.

6. Sebagai dinamisator. Kepala sekolah harus mampu sebagai pengerak

dalam pencapaian tujuan sekolah.

7. Sebagai transformator. Kepala sekolah sebagai alat penyampai nilai nilai

pada gurunya.

8. Sebagai stimulator. Kepala sekolah harus mampu sebagai perangsang

pemicu semangat kerja kepada guru.

9. Kepala sekolah sebagai pelaksana dan pengembang kurikulum.

10. Kepala sekolah sebagai pembimbing. Kepala sekolah harus mampu

mengembangkan profesi guru.

2.2.4 Asas-Asas Pedoman Kepala Sekolah

Sekolah yang sehat memiliki kultur organisasi sekolah yang baik. Sekolah

dikatakan sehat bila terdapat dorongan dan semangat yang tinggi. Moral kerja

yang tinggi jika kepala sekolah, guru dan staf selalu bekerja dengan semangat

yang tinggi, sangat antusias, bergairah, dan sebagainya. Selanjutnya sekolah sehat

bila sekolah itu terhindar dari tekanan-tekanan berbagai pihak.

Kemampuan memberdayakan tugas, peran tenaga kependidikan di sekolah

harus diwujudkan dalam pemberian arahan secar dinamis dan terus menerus.

Menurut Wahyudi (2012:65) Kepala Sekolah harus berusaha untuk mendorong

keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah. Dalam

hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada :

a) Asas tujuan, bahwa kebutuhan tenaga kependidikan akan harga dirinya

mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih

tinggi. Kemampuan untuk menyampaikan dan menanamkan tujuan

merupakan seni yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam

melaksanakan tugasnya.

b) Asas keunggulan, bahwa setiap tenaga kependidikan membutuhkan

kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan memperoleh

penghargaan pribadi.

c) Asas mufakat, kepala sekolah harus mampu menghimpun gagasan

bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif

dalam melaksanakan tugasnya.

d) Asas kesatuan, kepala sekolah harus berusaha untuk menjadikan tenaga

kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya pengembangan sekolah. Hal

ini untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada tenaga kependidikan

terhadap sekolah.

e) Asas persatuan, kepala sekolah harus mendorong untuk meningkatkan

profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk

mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

f) Asas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan atas

nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para tenaga

kependidikan, karena data yang memuat komponen sekolah memegang

peranan yang sangat penting.

g) Asas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban agar

tugas dapat dilaksanakan dengan lancar.

h) Asas integritas, kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi energi

seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan dan menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya.

2.3 Konsep Pengelolaan Sekolah

2.3.1 Hakikat Pengelolaan

Tidak sedikit orang yang mengartikan pengelolaan sama dengan arti

manajemen. Karena antara manajemen dan pengelolaan memiliki tujuan yang

sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga. Pengelolaan merupakan sebuah

bentuk bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok demi tercapainya

tujuan organisasi lembaga. satu yang perlu diingat bahwa pengelolaan berbeda

dengan kepemimpinan. Bila pengelolaan terjadi bila terdapat kerjasama dengan

orang pribadi maupun kelompok, maka seorang pemimpin bisa mencapai tujuan

yang diharapkan tanpa perlu menjadi seorang manajer yang efektif.

Pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu seni dalam mengelola suatu

lembaga. Dua hal pokok dalam pengelolaan yaitu pertama terjadinya proses

penyelenggaraan kerja sama dan kedua proses penyelenggaraan diatur oleh

organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengaturan yang dilakukan

melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi pengelolaan itu.

Syaiful Sagala (2012:46) mengemukakan fungsi pengelolaan sebagai berikut :

1) Fungsi perencanaan

Perencanaan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan

pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur sumber daya

agar hasil yang dicapai sesuai yang diharapkan. Perencanaan merupakan

tindakan menetapkan trlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana

mengrjakannya, apa harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya.

2) Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian mencakup struktur pengelolaan. Organisasi (Organizing)

adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur

untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Bila di tinjau dari

proses, maka proses itu adalah proses menyangkut bagaimana strategi dan

taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan diatur dalam sebuah

struktur organisasi yang tepat dan dapat bekerja secara efektif.

Pengorganisasian bertujuan membagi satu kegiatan besar menjadi

kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.

3) Fungsi Pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan yaitu proses implementasi program agar bisa

dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi

agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan

penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

4) Fungsi pengawasan

Fungsi Pengawasan mempunyai nilai yang sama bobotnya dengan fungsi

perencanaan. Pengawasan digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan

yang menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan

sumber-sumber, serta mengupayakan agar tujuan dapat dicapai baik

seefektif dan seefisien mungkin.

5) Fungsi Evaluasi

Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu kriteria yang

disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Ada tiga faktor penting

dalam konsep evaluasi, yaitu pertimbangan (judgement) deskripsi obyek

penilaian, dan kriteria yang bertanggung jawab.

2.4 Kinerja Kepala Sekolah Di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula

Seorang kepala sekolah, disamping harus mampu melaksanakan proses

pengelolaan yang merujuk pada fungsi-fungsi pengelolaan, juga dituntut untuk

memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.

Melakukan pengelolaan secara efektif dapat dimungkinkan jika kepala sekolah itu

memiliki keterampilan manajemen dengan baik. Keterampilan itu dimaksudkan

agar dapat mengelola sumber daya yang dimiliki organisasi baik sumber daya

manusia maupun sumber daya lain secara efisien dan efektif. Selain itu, sumber-

sumber tersebut tidak selalu tersedia dalam organisasi sehinga harus ada usaha-

usaha kepala sekolah untuk mengadakannya atau mencari alternatif pemecahan

masalah berkenaan dengan sumber daya itu.

Kepala Sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh oleh seseorang

guru setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Dalam rangka melakukan peran

dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif,

memberi kesempatan untuk meningkatkan profesi dan mendorong keterlibatan

seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah. Dalam mencapai suatu tujuan organisasi bahwa seorang manajer harus

memiliki ketrampilan manajerial agar dapat menjalankan fungsi-fungsi

manajemen.

Sebagai manajer yang memimpin institusi, kepala sekolah memiliki

sejumlah tugas yang harus dilakukannya dalam mengelola sekolah. Tugas kepala

sekolah dalam mengelola sekolah terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) perencanaan

(planning), 2) mengorganisasikan (organizing), 3) penggerakan (actuating), 4)

pengawasan (controlling).

Dalam tahap perencanaan kepala sekolah merencanakan kegiatan apa saja

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap

pengorganisasian, kepala sekolah menetapkan dan memfungsikan organisasi yang

melaksanakan kegiatan tersebut. Pada tahap penggerakan, kepala sekolah

menggerakan seluruh orang yang terkait untuk secara bersama-sama

melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas masing-masing. Pada tahap

pengawasan, kepala sekolah mengendalikan dan melakukan supervisi kegiatan

tersebut, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif dan efisien.

Memperhatikan ketentuan di atas dan konsep manajerial, dapat dinyatakan

bahwa tugas kepala sekolah sebagai pengelola sekolah adalah: Pertama, proses

penyusunan rencana mencakup: 1) mengkaji kebijakan yang relevan, 2)

menganalisa kondisi sekolah 3) merumuskan tujuan, 4) mengumpulkan data

informasi yang terkait, 5) menganalisis data dan informasi, 6) merumuskan

alternatif program, 7) menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan.

Kedua, untuk melaksanakan program atau kegiatan sekolah yang telah

disusun diperlukan orang atau tenaga. Orang tersebut harus diorganisasikan agar

dapat bekerja secara efektif dan efisien. Dengan demikian, mengorganisasikan

berarti melengkapi program yang telah disusun dengan susunan organisasi

pelaksanaannya. Dalam organisasi, setiap kegiatan harus jelas siapa yang

mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Empat kata kunci (apa, oleh,

siapa, kapan dan apa targetnya) itu harus tergambar dengan jelas dalam

pengorganisasian. Dalam pengorganisasian sekolah, kepala sekolah harus

mengetahui kemampuan dan karakteristik guru dan staff lainnya sehingga dapat

menempatkan mereka pada posisi atau tugas yang sesuai. Harus diketahui pula

tugas apa yang sedang dikerjakan, sehingga tidak terjadi beban tugas yang

berlebihan (overloaded). Jika pelaku kegiatan terdiri dari lebih satu orang, harus

jelas siapa penanggung jawabnya. Suatu program biasanya terdiri dari beberapa

bagian yang mungkin sekali dikerjakan oleh orang yang berbeda, maka dalam

pengorganisasian harus jelas bagaimana hubungan antar bagian tersebut dan siapa

yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan.

Ketiga, setelah organisasi pelaksana tersusun, maka tugas kepala sekolah

adalah menggerakan orang-orang dalam organisasi sekolah tersebut untuk bekerja

secara optimal. Salah satu cara menggerakan guru dan staf lain adalah dengan

menerapkan prinsip motivasi. Artinya, kepala sekolah merangsang agar guru dan

staf lain termotivasi untuk mengerjakan tugas.

Keempat, agar berhasil baik dalam melaksanakan pengawasan/ supervisi,

kepala sekolah harus melaksanakan prinsip dasar supervisi, yaitu: 1) pengawasan

bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan mencari

kesalahan, 2) bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Artinya,

diupayakan agar yang bersangkutan merasa mampu mengatasi sendiri, sedangkan

kepala sekolah hanya membantu, 3) balikan atau saran perlu segera diberikan, 4)

pengawasan dilakukan secara periodik, 5) pengawasan dilaksanakan dalam

suasana kemitraan.

Seorang pimpinan selayaknya mempunyai kemampuan manajerial yang

mencakup berbagai aktivitas, terdiri dari perencanaan (planning), pengor-

ganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership), penilaian (evaluating),

pembinaan (supervising). Fungsi perencanaan antara lain penentuan tujuan atau

kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Hal ini

dilakukan berdasarkan kondisi obyektif kekuatan dan kelemahan organisasi,

menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik,

kiat dan program. Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan

dan struktur. Fungsi dalam konteks ini merupakan tugas yang di bagi kedalam

fungsi garis, staf dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan

wewenang, sedangkan strukturnya dapat horizontal maupun vertikal. Fungsi

pemimpin adalah bagaimana kegiatan manajerial dapat mengarahkan dan

mempengaruhi semua potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan

organisasi, sedangkan fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi,

dan mengukur kompetensi yang menyakinkan bahwa tujuan organisasi akan

tercapai.

Melalui sintesis dari berbagai pandangan di atas, dapat dikemukakan

bahwa dimaksud dengan kemampuan pengelolaan adalah kemampuan dalam

memimpin dan mengelola sumber daya secara efisien dan efektif. Kemampuan

manajerial kepala sekolah mencakup: 1) kemampuan menyusun program sekolah

(planning), 2) kemampuan mengorganisir kegiatan sekolah (organizing), 3)

kemampuan mengimplementasikan program sekolah dengan menggerakan staf,

guru, dan sumber daya sekolah (actuating), serta 4) kemampuan mengadakan

pengawasan (controlling).

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai pimpinan sekolah,

kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation),

memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam

berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Sebagai manajer, kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan

sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai

tujuannya. Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah,

berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru

penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang

memuaskan stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan

secara persuasif dan dari hati ke hati.