BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2018. 7. 12. · 1 6 K.D.J Matematika 1 7 A.J Geografi 1...

32
67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Kristen YPKPM Ambon sebagai kelompok eksperimen dan SMA Kartika XIII-I Ambon sebagai kelompok kontrol. Subyek penelitian mengambil guru-guru di SMA Kristen YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun karakteristik guru dari kedua sekolah yang terpilih yaitu 16 guru dari masing-masing sekolah tersaji dalam tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian No Keadaan Guru Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol I Jumlah Guru 16 16 Laki-laki 7 7 Perempuan 9 9 II Tingkat Pendidikan S1 16 16 III Masa Kerja 3 – 10 12 12 11-15 4 4 SMA Kristen YPKPM Ambon beralamatkan di Jln. Diponegoro, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Provinsi Maluku. SMA Kartika XIII-I Ambon terletak di Jln. Dr. Tamaela, Kecamatan Nusaniwe, Provinsi Maluku. Status kedua sekolah tersebut adalah swasta. Adapun dua sekolah memiliki tingkat kesamaan yang sama, berstatus swasta, dengan tingkat akreditas ke dua sekolah tersebut adalah B. Penyebaran karakteristik guru dari masing- masing kelompok dengan mata pelajaran terlihat pada tabel 4.2 dan 4.3.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2018. 7. 12. · 1 6 K.D.J Matematika 1 7 A.J Geografi 1...

  • 67

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Subyek Penelitian

    Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA

    Kristen YPKPM Ambon sebagai kelompok eksperimen dan

    SMA Kartika XIII-I Ambon sebagai kelompok kontrol.

    Subyek penelitian mengambil guru-guru di SMA Kristen

    YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun

    karakteristik guru dari kedua sekolah yang terpilih yaitu

    16 guru dari masing-masing sekolah tersaji dalam tabel

    4.1 berikut.

    Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

    No Keadaan Guru Kelompok

    Eksperimen

    Kelompok

    Kontrol

    I Jumlah Guru 16 16

    Laki-laki 7 7

    Perempuan 9 9

    II Tingkat Pendidikan

    S1 16 16

    III Masa Kerja

    3 – 10 12 12

    11-15 4 4

    SMA Kristen YPKPM Ambon beralamatkan di Jln.

    Diponegoro, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Provinsi

    Maluku. SMA Kartika XIII-I Ambon terletak di Jln. Dr.

    Tamaela, Kecamatan Nusaniwe, Provinsi Maluku. Status

    kedua sekolah tersebut adalah swasta. Adapun dua

    sekolah memiliki tingkat kesamaan yang sama, berstatus

    swasta, dengan tingkat akreditas ke dua sekolah tersebut

    adalah B. Penyebaran karakteristik guru dari masing-

    masing kelompok dengan mata pelajaran terlihat pada

    tabel 4.2 dan 4.3.

  • 68

    Tabel 4.2 Kelompok Eksperimen SMA KRISTEN YPKPM Ambon

    No Nama

    Guru

    Kelompok Eksperimen Jenis

    Kelamin

    Tingkat Pendidikan

    Masa Kerja

    Guru Mata Pelajaran

    Jumlah Guru

    L P

    1 M.S

    S1

    3-10 Tahun

    PAK 1 1

    2 D.P Bahasa Indonesia 1

    1

    3 A.P Bahasa Indonesia 1 1

    4 B.R PKN 1

    1

    5 M.P Matematika 2

    1

    6 K.D.J Matematika 1

    7 A.J Geografi 1

    1

    8 S.L Bahasa Inggris 2

    1

    9 E.R Bahasa Inggris 1

    10 V.N Sosiologi 2

    1

    11 S.K Sosiologi 1

    12 H.A Ekonomi 1 1

    13 S.E

    11 - 13 Tahun

    Kimia 1 1

    14 J.R.B Fisika 1 1

    15 L.L Sejarah 1 1

    16 L.L Biologi 1 1

    Jumlah 16 7 9

    Tabel 4.3 Kelompok Kontrol SMA Kartika XIII-I Ambon

    No Nama Guru

    Kelompok Kontrol Jenis

    Kelamin

    Tingkat Pendidikan

    Masa Kerja

    Guru Mata Pelajaran

    Jumlah Guru

    L P

    1 G.P. A

    S1

    3-10 Tahun

    PAK 1

    1

    2 N.G Bahasa Indonesia 1

    1

    3 R.B Bahasa Indonesia 1 1

    4 D.M PKN 1 1

    5 G.P Matematika 2

    1

    6 K.R Matematika 1

    7 M.T Geografi 1

    1

    8 F.L Bahasa Inggris 2 1 1

    9 D.P Bahasa Inggris

    10 V.V Sosiologi 2 1 1

    11 V.A Sosiologi

    12 D.W Ekonomi 1

    1

    13 R.H

    11 – 13

    Tahun

    Kimia 1 1

    14 S.P Fisika 1

    1

    15 S.L Sejarah 1 1

    16 M.C.P Biologi 1 1

    Jumlah 16 7 9

  • 69

    4.2 Uji Normalitas

    Normalitas sebuah data dapat diketahui dengan

    pengujian normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk

    melihat normal tidaknya penyebaran data dari variabel

    penelitian. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan

    dengan menggunakan one-sample-kolmogrov test pada

    SPSS 16.00. Sig (2-tailed) pada output data dari pengolahan

    tersebut digunakan dalam uji normalitas dalam penelitian

    ini adalah penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi

    mengajar) guru sebelum di supervisi pada SMA Kristen

    YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun

    hasil uji normalitas kelompok eksperimen dengan

    kelompok kontrol pada tabel 4.4 di bawah ini.

    Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Eksperimen Kontrol

    N 16 16

    Normal Parametersa Mean 52.00 53.62

    Std. Deviation 6.613 5.032

    Most Extreme Differences Absolute .175 .139

    Positive .113 .139

    Negative -.175 -.085

    Kolmogorov-Smirnov Z .700 .558

    Asymp. Sig. (2-tailed) .712 .915

    a. Test distribution is Normal.

    Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa analisis uji

    Kolmogorov-Smirnov tingkat signifikan pada kelompok

    eksperimen 0,712>0,05 dan pada kelompok kontrol nilai

    signifikansi 0,915>0,05 sehingga laboran data kedua

    kelompok berdistribusi normal.

  • 70

    4.3 Analisis Deskriptif

    Sebelum treatment dilakukan terlebihi dahulu

    dilakukan pretest. Pretest pada penguasaan kompetensi

    pedagogik antara guru yang disupervisi klinis dengan guru

    tanpa supervisi klinis dilakukan dengan analisis deskriptif

    dan analisis komparatif t-tes dengan menggunakan uji

    beda Paired-Sample t-test (uji t). Hasil pretest ini juga akan

    merupakan uji kesetaraan pada ke dua kelompok dalam

    penelitian ini. Tujuan dilakukan analisis pretest adalah

    untuk mengetahui kondisi awal guru sebelum dilakukan

    treatment, apakah dalam kondisi setara atau tidak.

    Adapun hasil dari pretest kelompok eksperimen

    dengan kelompok kontrol tersaji dalam tabel 4.5.

    Tabel 4.5

    Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen

    Interval Kategori Pretest Eksperimen Pretest Kontrol

    Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi

    79-95 Sangat Tinggi 0 0

    64-78 Tinggi 0 0

    49-63 Sedang 11 68.8% 14 87.5%

    34-48 Rendah 4 25% 2 12.5%

    19-33 Sangat Rendah 1 6.2% 0

    Total 16 100% 16 100%

    Mean 52.00 53.63

    Maksimum 60 63

    Minimum 33 46

    Standar Deviasi 6.613 5.032

    Pada tabel 4.5 hasil pretest kelompok kontrol dan pretest

    kelompok eksperimen pada penguasaan kompetensi

    pedagogik menyatakan bahwa hasil terlihat pada nilai

    mean pretest kelompok eksperimen sebesar 52,00, dan

    pretest kelompok kontrol sebesar 53,63 dan memiliki

    standar deviasi untuk pretest kelompok eksperimen 6,613

    dan 5,032 untuk pretest kelompok kontrol. Kemudian dari

  • 71

    hasil ini dilakukan uji beda (uji-t) signifikansi pada Paired

    Sample t-test (uji-t), pada tabel 4.6.

    Tabel 4.6

    Hasil Uji Beda t Nilai Pretest

    Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol

    Paired Samples Test

    Paired Differences

    T Df Sig. (2-tailed)

    Mean Std.

    Deviation

    Std. Error Mean

    95% Confidence Interval of the

    Difference

    Lower Upper

    Pair 1 PretestEksperiment – PretestKontrol

    1.625 4.617 1.154 -4.085 .835 1.408 15 .180

    Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai t hitung

    sebesar 1,408 dan koefisien signifkansi 0,180>0,05 maka

    dapat dibuktikan tidak signifikan atau dengan arti bahwa

    tidak ada perbedaan yang signifikansi antara hasil pretest

    pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

    Dengan demikian menyatakan bahwa hasilnya setara atau

    tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretest

    kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Oleh karena

    itu dapat dilanjutkan langkah berikutnya untuk mulai

    melakukan treatment di kelompok eksperimen.

    Pemberian treatmen dilakukan dengan melakukan

    pembelajaran di kelas (kompetensi mengajar) pada guru

    yang disupervisi klinis pada kelompok eksperimen.

    Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan

    pembelajaran (kompetensi mengajar) tanpa supervisi. Pada

    kelompok eksperimen, supervisi dilakukan pada masing-

    masing pertemuan. Adapun hasil supervisi pada masing-

    masing pertemuan tersaji seperti berikut.

  • 72

    4.3.1 Analisis Deskriptif Pembelajaran Disupervisi

    Klinis di SMA Kristen YPKPM Ambon.

    a. Pertemuan Pertama

    Pelaksanaan supervisi pada pertemuan pertama

    dilakukan pada 12-17 Januari 2015. Adapun prosedur

    pelaksanaan supervisi klinis dilakukan.

    1. Tahap Perencanaan

    Pada tahap awal perencanaan, yang dilakukan

    adalah supervisor, guru senior dan guru yang

    diteliti, bersama-sama secara bertatap muka

    langsung, menciptakan suasana akrab, untuk

    mereview, mendiskusikan, menganalisis, terkait

    dengan Pemetaan Standar Kompetensi Inti (KI) dan

    Kompetensi Dasar (KD), Penyusunan RPP, dan

    Silabus yang sesuai dengan Permendiknas No.41

    tahun 2007 tentang Standar Proses, serta

    penyiapan materi ajar bagi guru yang diteliti. Pada

    tahap perencanaan ini mendapat respon yang baik

    dari guru yang diteliti yang berupa pertanyaan-

    pertanyaan diajukan dalam diskusi bersama untuk

    guru senior dan supervisor. Pertanyaan tersebut

    mengarah pada penyusunan RPP yang berupa; 1)

    Apakah indikator itu? 2) Mengapa kalau sudah ada

    indikator masih perlu dibuat tujuan? 3) Apa

    bedanya indikator dengan tujuan?. Serta masih

    banyak juga yang belum paham bagaimana cara

    membuat RPP yang baik dengan benar. Guru pun

    merespon positif dari guru senior dan supervisor

  • 73

    yang diberikan sebuah jawaban serta jalan keluar

    dari masalah-masalah yang dihadapi oleh guru

    tersebut, sehingga guru menjadi mengerti dan

    paham. Kemudian hasilnya terlihat dari guru yang

    belum paham dalam menyusun RPP dengan baik,

    mulai secara individu dapat menyusun kembali RPP

    dengan bimbingan dari guru senior yang memiliki

    basic pengetahuan yang sama. Diskusi pun berjalan

    secara terbuka dan seimbang.

    2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

    Setelah tahap perencanaan dilakukan tahap

    selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan pembelajaran

    yang dilakukan oleh supervisor untuk melakukan

    observasi di kelas. Adapun tahap observasi ini

    dilakukan dengan dibantu instrument observasi

    supervisi klinis yang menggunakan kemampuan

    melaksanan pembelajara yaitu pelaksanaan

    pembelajaran mengajar guru (IPKG2). IPKG 2

    seperti yang telah dibakukan oleh Depdiknas serta

    Pedoman Penilaian Kinerja Guru dari Direktorat

    Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

    tahun 2008 (Instrumen terlampir). Data-data

    penelitian ini juga didapatkan dari hasil kolaborasi

    peneliti dengan kepala sekolah setempat

    berdasarkan hasil diskusi sehingga diharapkan

    mendapatkan data-data yang objektif. Dengan

    berdasarkan hal-hal di atas maka data yang ada

  • 74

    dalam penelitian ini tidak diragukan lagi

    validitasnya. Adapun hasil pengamatan atau

    observasi berdasarkan kegiatan-kegiatan pada

    instrumen dengan memiliki aspek atau indikator

    dalam penilaian pada tabel 4.7.

    Tabel 4.7

    Hasil Supervisi Klinis Pertemuan I

    No INDIKATOR Rata-Rata Pertemuan

    I

    I Tahap Perencanaan Awal

    1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi

    Dasar 5

    2 Penyusunan RPP 5

    3 Penyusunan Silabus 5

    II Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

    Penguasaan Materi Pembelajaran

    4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 2,8

    5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

    2,4

    6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar

    2,7

    7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 2,7

    III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran dengan aspek/Indikator

    8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi tujuan yang akan dicapai

    2,8

    9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 2,6

    10 Menguasai kelas 2,4

    11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 2,5

    12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya positif

    2,6

    13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

    4,0

    IV Pemanfaatan Sumber atau Media Pembelajaran

    14 Menggunakan media secara efektif/efisien 2,6

    15 Menghasilkan pesan yang menarik 2,7

    16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 2,4

    V Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

    17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

    2,7

    18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 2,8

    19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

    2,6

    VI Proses dan Hasil Belajar

    20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 2,8

  • 75

    21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

    2,3

    VII Penggunaan Bahasa Secara Lisan dan tulis secara jelas, baik dan

    benar

    22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

    3

    23 Menyampaikan pesan dengan gaya 2,3

    VIII Guru Melakukan Tindak Lanjut

    24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

    2,4

    25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan

    2,6

    IX Tahap Akhir Pembelajaran

    26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 2,6

    27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada

    siswa

    2,4

    Jumlah 78,50

    Rata-rata 2,91

    Sumber : Data Diolah, 2015

    Kemudian hasil observasi yang tersaji dalam

    tabel 4.7 dianalisis oleh supervisor. Hasil pada

    pertemuan pertama masih terlihat ada kekurangan

    yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di

    kelas yang belum menunjuk keberhasilan karena

    baru mencapai nilai rata-rata 2,91.

    3. Tahap Umpan Balik / Evaluasi

    Pada tahap umpan balik ini sekaligus juga

    merupakan tahap evaluasi untuk mengevaluasi hal-

    hal yang terjadi selama tahap pelaksanaan

    pembelajaran guru di kelas. Jadi dalam tahap

    umpan balik ada evaluasi yang dilakukan karena

    tahap ini, akan melihat sejauh mana tujuan yang

    telah dirumuskan dalam persiapan guru dan

    masalah-masalah yang terjadi pada proses

    pembelajaran. Masalah tersebut berdasarkan hasil

    observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas yang

  • 76

    telah dianalisis oleh supervisor. Sehingga dari hasil

    yang dianalisis pada proses pembalajaran yang

    didapatkan, untuk dievaluasi oleh guru yang diteliti

    bersama dengan supervisor dan terjadi umpan

    balik. Maka dari sinilah letaknya supervisi yang

    ditunjukan kepada usaha memperbaiki masalah-

    masalah pada kegiatan pembelajaran seperti

    langkah-langkah supervisi dijalankan oleh

    supervisor dalam menangani atau mengatasi

    masalah tersebut. Hasil supervisi akan dijadikan

    bahan pertimbangan untuk penyempurnaan atau

    peningkatan penyusunan rencana dan pelaksanaan

    pembelajaran bagi tiap guru.

    Berdasarkan hasil data observasi yang telah

    dianalisis oleh supervisor, maka selanjutkan

    dilakukan wawancara dengan guru-guru yang

    bersangkutan untuk mendapatkan sebuah data

    yang obyektif dengan membandingkan hasil

    observasi dengan wawancara dan studi

    dokumentasi. Dari hasil observasi yang telah

    dianalisis oleh supervisor, wawancara dengan guru

    yang diteliti dan dokumentasi kemudian

    dikumpulkan, dicatat sehingga mendapatkan

    kemantapan kebenarannya data berupa

    kekurangan atau masalah yang terjadi pada proses

    pembelajaran. Data yang telah dianalisis,

    memperoleh sebuah data dari kekurangan yang

  • 77

    dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran

    yaitu

    1) Guru kurang mengaitkan materi pengajaran

    dengan pengetahuan yang relevan.

    2) Guru kurang dalam penguasaan Kelas

    3) Kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan

    media

    4) Melakukan penilai akhir belum sesuai dengan

    kompetensi (tujuan) pembelajaran.

    5) Belum terlihat pada penyampaian pesan materi

    pada proses pembelajaran dengan gaya yang

    sesuai dalam menyampaikan pesan materi

    tersebut.

    6) Guru kurang memberikan rangkuman akhir,

    dan tidak ada keterlibatkan siswa secara

    bersama-sama dalam membuat rangkuman dari

    akhir materi pembelajaran.

    7) Guru belum optimal memanfaatkan hasil

    penilaian pencapaian pembelajaran untuk

    melakukan umpan balik kepada siswa belum

    dilaksanakan karena kekurangan waktu.

    Dari hasil data kekurangan yang diperoleh,

    kemudian supervisor dapat melakukan beberapa langkah-

    langkah supervisi klinis dalam mengatasi kekurangan

    yang dihadapi oleh guru pada proses pembelajaran di

    kelas. Penyelesaian masalah ini dilakukan bersama

    dengan guru yang bersangkutan. Pengembangan yang

    dilakukan adalah sebagai berikut:

  • 78

    1. Mendengarkan.

    Supervisor mendengarkan kesan yang dialami oleh

    guru pada proses pembelajaran yang dilakukan,

    termasuk masalah/kekurangan yang dihadapi oleh

    guru berdasarkan hasil yang telah dianalisis bersama

    yaitu 1) kurang mengaitkan materi pengajaran dengan

    pengetahuan yang relevan; 2) Guru kurang dalam

    penguasaan Kelas; 3) Kurang melibatkan siswa dalam

    pemanfaatan media; 4) Melakukan penilai akhir belum

    sesuai dengan kompetensi (tujuan) pembelajaran; 5)

    Penyampaian pesan materi dalam proses pembelajaran

    dengan gaya yang sesuai dengan pesan materi kurang

    terlihat; 6) Guru kurang memberikan rangkuman akhir

    serta tidak ada keterlibatkan siswa secara bersama-

    sama dalam membuat rangkuman dari akhir materi

    atau pembelajaran; dan 7) Guru yang belum optimal

    memanfaatkan hasil Penilaian pencapaian

    pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada

    siswa belum dilaksanakan karena kekurangan waktu.

    2. Mengklarifikasi

    Dari kekurangan tersebut yang diperoleh dari hasil

    yang didengar dari pihak guru tersebut, supervisor

    memperjelas tentang masalah yang dihadapi oleh guru,

    dan melakukan tanya jawab dengan guru untuk

    mendapatkan apa yang diinginkan oleh guru.

    3. Mendorong

    Dalam proses menyelesaikan masalah supervisor

    membuat suasana yang nyaman dengan guru agar

  • 79

    guru dalam melakukan perbaikan tidak merasa

    tertekan.

    4. Presentasi

    Pada bagian ini, supervisor memberikan gambaran

    mengenai masalah atau kesulitan yang dihadapi guru

    dalam pertemuan pertama beserta memberikan

    solusi/saran kepada guru untuk menjadi lebih baik.

    5. Pemecahan masalah

    Dari apa yang sudah digambarkan/dipresentasikan

    oleh supervisor, maka selanjutnya supervisor bersama

    dengan guru yang bersangkutan melakukan

    perundingan untuk menyelesaikan masalah yang

    dihadapi oleh guru. Suasana berunding terjadi dalam

    suasana yang nyaman.

    6. Negosiasi

    Pada negosiasi masih sama tujuannya dengan pemecah

    masalah, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang

    dihadapi guru-guru.

    7. Demonstrasi

    Setelah mencapai kesepakatan dalam penyelesaian

    masalah, selanjutnya supervisor mendemonstrasikan

    atau memberikan contoh untuk memperagakan apa

    yang akan dilakukan guru dalam pertemuan yang

    kedua, sehingga diharapkan pada pertemuan ke dua

    dapat terjadi perubahan yang lebih baik.

    8. Mengarahkan

    Mengarahkan masih sperti pada bagian demonstrasi,

    hanya saja dalam bagian ini supervisor memberikan

  • 80

    kesempatan kepada guru untuk menanyakan apa saja

    yang belum jelas.

    9. Standarisasi

    Jika guru sudah jelas, supervisor memberikan patokan

    yang perlu dilakukan guru pada pertemuan kedua.

    Pemberian patokan diambil dari hasil diskusi bersama

    dengan guru-guru.

    10. Penguatan

    Supervisor memberikan motivasi kepada guru. Agar

    dalam pertemuan berikutnya guru menjadi lebih

    bersemangat.

    b. Pertemuan Kedua

    Pelaksanaan supervisi pada pertemuan kedua

    dilakukan pada tanggal 19-24 Januari 2015. Adapun

    prosedur pelaksanaan supervisi klinis pada tiap

    tahapan tetap sama seperti yang dilakukan pada

    pertemuan pertama. Pada tahap perencanaan

    supervisor, guru senior dan guru yang diteliti tetap

    melakukan diskusi bersama, yang masih terkait dengan

    Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),

    Penyusunan RPP dan silabus bagi guru yang belum

    paham benar, atau masih yang belum jelas, sehingga

    pada tahap ini, guru bisa mendapatkan hasil yang

    optimal/puas. Tahap observasi pada pelaksanaan

    pembelajaran di kelas tetap sama dilakukan pada

    pertemuan pertama. Hasil pengamatan dalam supervisi

    pertemuan kedua tersaji dalam table 4.8.

  • 81

    Tabel 4.8 Hasil Supervisi Klinis Pertemuan II

    No INDIKATOR Rata-Rata Pertemuan

    II

    I Tahap Perencanaan

    1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5,0

    2 Penyusunan RPP 5,0

    3 Penyusunan Silabus 5,0

    II Pelaksanaan Pembelajaran

    Penguasaan Materi Pembelajaran

    4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 3,7

    5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3,5

    6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan

    hierarki belajar 3,5

    7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 3,5

    III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran

    8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi

    tujuan yang akan dicapai 3,6

    9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3,6

    10 Menguasai kelas 3,5

    11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 3,3

    12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya positif

    3.6

    13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu 4,0

    IV Pemanfaatan sumber atau Media Pembelajaran

    14 Menggunakan media secara efektif/efisien 3,6

    15 Menghasilkan pesan yang menarik 3,5

    16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 3,1

    V Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

    17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 3,6

    18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 3,8

    19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

    3,5

    VI Proses dan Hasil Belajar

    20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 3,3

    21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

    3,0

    VII Penggunaan Bahasa secara lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar

    22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan

    benar 3,8

    23 Menyampaikan pesan dengan gaya 3,3

    VIII Guru Melakukan Tindak lanjut

    24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

    melibatkan siswa 3,5

    25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan 3,1

  • 82

    atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan

    IX Tahap Akhir Pembelajaran

    26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 3,3

    27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa

    3,0

    Jumlah 97,75

    Rata-rata 3,63

    Sumber Data Diolah 2015

    Hasil observasi pada pertemuan kedua terlihat

    dalam tabel 4.8. Pertemuan kedua ini sudah terlihat

    perbaikan yang terjadi dari kekurangan dalam pertemuan

    pertama. Perbaikan terlihat pada nilai rata-rata yang

    diperoleh pada pertemuan kedua yaitu 3,63. Ada beberapa

    kelemahan yang masih dilakukan guru dalam proses

    pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai berikut,

    yaitu:

    1) Masih kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan

    media

    2) Melakukan penilaian akhir yang sesuai dengan

    kompetensi tujuan

    3) Masih kurang tindak lanjut dengan memberikan

    arahan / tugas sebagai bagian remedi / pengayaan.

    4) Belum optimal pada penilaian pencapaian pembelajaran

    untuk melakukan umpan balik kepada siswa karena

    kurang waktu.

    Untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam

    pertemuan kedua, supervisor tetap melakukan langkah-

    langkah yang sama seperti supervisi pada pertemuan

    pertama. Diharapkan dengan cara yang sama pada

    tahapan umpan balik atau evaluasi, guru yang

    bersangkutan dapat merasa nyaman dalam mengatasi

  • 83

    kekurangan, bersama dengan supervisor. Sehingga hasil

    dari supervisi pada pertemuan kedua diharapkan dapat

    meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar di SMA

    Kristen YPKPM Ambon, terutama dalam pertemuan yang

    ketiga.

    c. Pertemuan Ketiga

    Pelaksanaan supervisi pada pertemuan ketiga

    dilakukan pada tanggal 26 – 31 Januari 2015. Hasil

    pengamatan dalam supervisi pertemuan ketiga tersaji

    dalam tabel 4.9.

    Tabel 4.9

    Hasil Supervisi Pertemuan Ketiga

    No INDIKATOR Rata-Rata Pertemuan

    III

    I Tahap Perencanaan

    1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5,0

    2 Penyusunan RPP 5,0

    3 Penyusunan Silabus 5,0

    II Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

    Tahap Penguasaan Materi Pembelajaran

    4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 4,4

    5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 4,1

    6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar

    4,4

    7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 4,1

    III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran Yang Bervariasi dan Relevan

    8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi tujuan yang akan dicapai

    4,1

    9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 4,2

    10 Menguasai kelas 4

    11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 4,2

    12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

    positif 4,2

    13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu 4,3

    IV Pemanfaatan sumber atau media pembelajaran yang bervariasi dan relevan

    14 Menggunakan media secara efektif/efisien 4,2

    15 Menghasilkan pesan yang menarik 4,7

    16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 4,1

  • 84

    V Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

    17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 4,1

    18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 4,2

    19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar 4,1

    VI Proses dan Hasil Belajar

    20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 4,0

    21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 4,1

    VII Penggunaan Bahasa secara lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar

    22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

    4,1

    23 Menyampaikan pesan dengan gaya 3,9

    VIII Guru melakukan tindak lanjut

    24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

    4,1

    25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan

    3,8

    IX Tahap Akhir Pembelajaran

    26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 4,1

    27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa

    4,0

    Jumlah 114,19

    Rata-rata 4,23

    Sumber : Data Diolah 2015

    Hasil observasi supervisi klinis pada pertemuan

    ketiga terlihat pada tabel 4.9. Pertemuan ketiga sudah

    memperlihatkan peningkatkan yang nyata dalam proses

    pembelajaran. Hal ini terlihat hasil rata-rata pada

    pertemuan ketiga yaitu 4,23. Namun masih ada

    kelemahan yang terjadi pada pertemuan ketiga, yaitu

    menyampaikan materi pembelajaran dengan gaya dan

    melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan

    arahan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan.

    Walaupun dalam penelitian ini pertemuan ketiga

    merupakan pertemuan terakhir, supervisor tetap

    melakukan supervisi klinis. Adapun langkah-langkah

    supervisi tetap sama dengan langkah-langkah pada

  • 85

    pertemuan pertama dan kedua. Diharapkan pada

    supervisi pertemuan ketiga ini, masalah-masalah yang

    terjadi pada proses pembelajaran di kelas khusus

    dalam penyampaian materi dengan gaya yang

    memberikan arahan atau tugas sebagai remedy atau

    pengayaan dapat teratasi.

    Adapun hasil rekapitulasi data dan persen (%)

    peningkatan pada tiap pertemuan supervisi klinis tersaji

    pada tabel 4.10

    Tabel 4.10 Hasil Peningkatan Rata-rata Tiap Pertemuan Supervisi Klinis

    Kegiatan Banyak Guru Total Rata-Rata

    Pertemuan I 16 78,50 2,91

    Pertemuan II 16 97,75 3,63

    Pertemuan III 16 114,19 4,23

    Hasil pada tabel 4.10 terlihat peningkatan rata-rata

    pada pertemuan pertama adalah 2,91 menjadi 3,63

    dengan kenaikan 24,4% dan kenaikan juga terlihat pada

    pertemuan ketiga dimana pada pertemuan kedua rata-rata

    3,63 menjadi 4,23 naik 16,5%. Dari hasil tersebut yang

    diperoleh pada pelaksanaan supervisi klinis terhadap

    penguasaan kompetensi mengajar guru, mengalami

    peningkatan di tiap pertemuan dari pertemuan pertama

    sampai pada pertemuan ketiga.

    4.3.2 Analisis Deskriptif Pembelajaran Tanpa Supervisi

    di SMA Kartika XIII-I Ambon.

    Pembelajaran tanpa supervisi dilaksanakan

    pada kelompok kontrol. Proses pembelajaran yang

    dilakukan berbeda dengan kelompok eksperimen

  • 86

    yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran

    disupervisi klinis. Pada pertemuan pertama, kedua,

    ketiga tidak dilakukan dengan supervisi gurupun

    dalam mengajar tidak dibantu oleh supervisor.

    Guru diberikan kebebasan untuk melakukan

    pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di SMA

    Kartika XIII-I Ambon dalam proses pembelajaran

    sehari-hari. Pada akhir pertemuan ketiga akan

    tetap dilakukan posttest. Posttest dilakukan dengan

    tujuan untuk mengetahui hasil akhir dari

    pembelajaran tanpa supervisi.

    4.3.3 Analisis Deskriptif Posttest

    Setelah dilakukan treatment penguasaan

    kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru

    yang disupervisi klinis bagi kelompok eksperimen

    dan penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi

    mengajar) guru tanpa supervisi bagi kelompok

    kontrol, maka dilakukan posttest untuk mengetahui

    hasil akhir dari treatment yang dilakukan.

    Tabel 4.11

    Perbandingan Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

    Interval Kategori Postest Eksperimen Postest Kontrol

    Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi

    79-95 Sangat Tinggi 0 0

    64-78 Tinggi 10 62.5% 0

    49-63 Sedang 6 37.5% 13 81.2%

    34-48 Rendah 0 3 18.8%

    19-33 Sangat Rendah 0 0

    Total 16 100% 16 100%

    Mean 62.19 53.94

    Maksimum 73 63

    Minimum 50 46

    Standar Deviasi 7.259 5.767

  • 87

    Pada tabel 4.11 hasil posttest kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol pada penguasaan

    kompetensi yang memiliki nilai tertinggi pada

    kelompok eksperimen diperoleh 10 orang dan nilai

    sedang 6 orang, dengan memiliki mean (rata-rata)

    62,19, dan standar deviasi 7.259 jika dibandingkan

    dengan posttest kelompok kontrol yang memiliki

    nilai sedang berjumlah 13 orang, nilai rendah 3

    orang dengan nilai mean (rata-rata) 53,94 dengan

    standar deviasi 5.767. Rata-rata (mean) kelompok

    eksperimen lebih besar. dibandingkan dengan

    kelompok kontrol dengan selisih pada mean yaitu

    8,25.

    4.4. Analisis Komparatif Post Test

    Untuk analisis komparatif posttest dilakukan

    menggunakan uji beda Paired Sample t-test (uji t) dengan

    menggunakan bantuan SPSS 16.00. Tujuannya untuk

    melihat perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik

    guru antara guru yang disupervisi dengan guru tanpa

    supervisi. Adapun hasil uji beda t posttest pada tabel 4.12.

    Tabel 4.12 Hasil Uji Beda Postest Penguasaan Kompetensi Pedagogik antara

    Guru yang Disupervisi Klinis dengan Guru Tanpa Supervisi Paired Samples Test

    Paired Differences

    T Df Sig. (2-tailed)

    Mean Std.

    Deviation

    Std. Error Mean

    95% Confidence Interval of the

    Difference

    Lower Upper

    Pair 1 PostestEksperiment – PostestKontrol

    8.250 7.887 1.972 4.047 12.453 4.184 15 .001

  • 88

    Berdasarkan perhitungan uji beda untuk posttest

    penguasaan kompetensi pedagogik guru yang disupervisi

    klinis dengan guru yang tanpa supervisi seperti yang

    tersaji pada tabel 4.12, diperoleh hasil t hitung sebesar

    4,184 dengan Sig.2-tailed 0,001

  • 89

    ANOVA

    b

    Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

    1 Regression 331.000 1 331.000 10.086 .007a

    Residual 459.438 14 32.817

    Total 790.438 15

    a. Predictors: (Constant), SupervisiKlinis

    b. Dependent Variable: KompetensiPedagogik

    Coefficients

    a

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients

    T Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) .448 19.493 .023 .982

    SupervisiKlinis .224 .071 .647 3.176 .007

    a. Dependent Variable: KompetensiPedagogik

    Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.13,

    tampak koefisien regresi linear pada supervisi klinis oleh

    supervisor terhadap penguasaan kompetensi pedagogik

    guru di peroleh nilai koefisien regresi 0,224, dengan nilai F

    sebesar 10,086 dengan signifikansi 0,007

  • 90

    4.6. Pembahasan

    Perbedaan Penguasaan Kompetensi Pedagogik

    antara Guru Disupervisi Klinis di SMA Kristen YPKPM

    Ambon dengan Guru Tanpa Supervisi di SMA Kartika

    XIII-I Ambon. Hasil penelitian ini menemukan ada

    perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik antara guru

    yang disupervisi klinis dengan guru tanpa supervisi,

    dengan diketahui hasil posttest rata-rata penguasaan

    kompetensi pedagogik pada kelompok eksperimen lebih

    tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelompok kontrol

    yaitu untuk kelompok eksperimen sebesar 62,19 dan

    kelompok kontrol sebesar 53,94 dengan selisih mean

    (rata-rata) sebesar 8,25 dengan signifikansi 0,001

  • 91

    yang efektif dan efisien tidak terlepas dari kerja sama yang

    baik antara guru dan peran kepala sekolah sebagai

    supervisor dalam memberikan supervisi kepada guru.

    Supervisi mengandung pengertian melakukan kegiatan

    pengawasan, membantu dan turut serta dalam perbaikan

    dan meningkatkan mutu, Sagala (2003). Namun dalam

    penelitian ini supervisi yang digunakan adalah supervisi

    klinis. Oleh karena itu menurut Achel dan Gall (2003)

    Supervisi klinis “Supervision as the process of helping the

    teacher reduce the discrepancy” (suatu proses membantu

    guru memperkecil kesenjangan antara perilaku mengajar

    yang nyata dengan perilaku mengajar yang ideal). Defenisi

    ini memberi indikasi bahwa supervisi klinis merupakan

    suatu proses membantu guru mengatasi kesulitannya

    dalam mengajar. Proses membantu pada supervisi klinis

    dalam arti memberi pertolongan secara langsung yang

    diberikan supervisor kepada guru-guru dengan cara

    melakukan tindakan observasi untuk membantu

    memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam proses

    pembelajaran.

    Oleh sebab itu masalah/kesulitan yang terjadi pada

    penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar)

    guru dapat dibantu melalui supervisi klinis yang

    dilakukan oleh perannya kepala sekolah sebagai

    supervisor, sehingga hasil skor penguasaan kompetensi

    pedagogik (kompetensi mengajar) guru pada kelompok

    eksperimen menurut data deksriptif yang terdapat pada

    tabel 4.11, berada pada kategori “tinggi” bisa dapat

  • 92

    meningkatkan lagi ke “sangat tinggi” jika supervisi klinis

    terus dilakukan dan secara sistematis yaitu mulai dari

    tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap umpan

    balik atau evaluasi, sehingga dapat memperbaiki masalah

    yang dialami guru pada penguasaan kompetensi pedagogik

    (kompetensi mengajar).

    Pada tahap persiapan atau perencanaan supervisor

    bersama guru-guru senior (guru yang dibentuk) mengajak

    guru yang disupervisi pada kelompok eksperimen untuk

    bertatap muka langsung, saling berdiskusi bersama

    membahas, meriview kembali penyusunan silabus,

    rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP), pemetaan

    standar kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

    Pertemuan dilakukan secara tatap muka dengan

    supervisor bersama dengan guru senior dan guru yang

    diteliti, terlihat bahwa guru-guru serius memperhatikan

    apa yang menjadi masalah pada administrasi

    pembelajaran sehingga mereka dengan mudah dapat

    menganalisis serta menyelesaikan kekurangan yang terjadi

    pada guru untuk melengkapi administrasi pembelajaran

    sebelum tahap pelaksanaan pembelajaran.

    Tahap pelaksanaan pembelajaran, supervisor tetap

    melakukan observasi/pengamatan pada proses

    pembelajaran di kelas. Pada tahap pelaksanaan

    pembelajaran, supervisor tidak hanya mengobservasi,

    menunggu dan mengawasi proses pembelajaran, akan

    tetapi di pada tahap pelaksanaan pembelajaran, supervisor

    dapat membantu guru dalam mengatur dan menata ruang

  • 93

    kelas jika terdapat pembagian kelompok di kelas, agar

    siswa dapat mengikuti pembelajaran secara baik dan aktif

    berdiskusi, membahas materi pembelajaran pada masing-

    masing kelompok sehingga pembelajaran pun menjadi

    kondusif.

    Tahap umpan balik merupakan tahap yang sangat

    penting karena tahap ini akan benar-benar membantu

    guru dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

    pada kompetensi mengajar guru di kelas. Setelah proses

    pembelajaran selesai dilakukan, maka supervisor selalu

    menyampaikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan

    selama proses pembelajaran berlangsung. Supervisor

    berperan membantu guru mengatasi kekurangan yang

    terjadi selama proses pembelajaran dengan cara

    mengevaluasi bersama dalam bentuk diskusi, mencari

    solusi agar kekurangan yang terjadi/hasil yang diperoleh

    dari supervisi menjadi bahan pertimbangan untuk

    penyempurnaan dan tidak terulang lagi pada pertemuan

    selanjutnya.

    Tahap balikan inilah juga merupakan tahap evaluasi

    yang dilakukan antara guru dan supervisor dalam

    mengatasi permasalahan, sehingga lewat evaluasi tersebut

    maka supervisi klinis yang telah dilakukan oleh supervisor

    memberikan pengaruh penting bagi guru dalam

    peningkatkan kompetensi mengajar guru. Hal ini terbukti

    setiap hasil yang diperoleh di tiap pertemuan pelaksanaan

    supervisi klinis mengalami peningkatan. Hasil tersebut

    yaitu pada pertemuan pertama memperoleh nilai rata-rata

  • 94

    2,91 yang belum menunjukkan keberhasilan yang baik,

    naik pada pertemuan kedua dengan nilai rata-rata menjadi

    3,63 meningkat 24,4% dan kenaikan juga terlihat pada

    pertemuan ketiga dengan nilai rata-rata 4,23 dengan

    kenaikan menjadi 16,8%. Pengaruh supervisi klinis terlihat

    pada setiap pertemuan yang mempunyai aspek-aspek yang

    harus menjadi perhatian serius untuk diperbaiki oleh

    masing-masing guru. Namun karena diberikan tindakan

    melalui supervisi klinis oleh supervisor untuk

    memperbaiki atau mengatasi masalah pada tiap aspek

    yang bermasalah, maka aspek-aspek tersebut

    menunjukkan peningkatan yang signifikan yang dilakukan

    oleh guru. Hal ini dikarenakan guru mengikuti dengan

    serius, menerima supervisi yang diberikan oleh supervisor

    sehingga aspek-aspek tersebut dengan mudah diperbaiki.

    Dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis dilakukan

    terbukti dapat memberikan peningkatan bagi penguasaan

    kompetensi pedagogik pada kelompok eksperimen yaitu

    SMA Kristen YPKPM Ambon, sesuai dengan tujuan

    supervisi menurut Achelson dan Gall (2003) yaitu: (1)

    menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru

    mengenai pengajaran yang dilaksanakannya, (2)

    mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-

    masalah pengajaran, (3) membantu guru mengembangkan

    keterampilannya dan mengembangkan model atau strategi

    dalam pembelajaran, (4) membantu guru mengembangkan

    satu sikap positif terhadap pengembangan professional

    yang berkesinambungan.

  • 95

    Berbeda dengan pembelajaran tanpa supervisi klinis

    yang dilakukan dalam kelompok kontrol, karena peran

    supervisor tidak ada dalam proses pembelajaran sehingga

    guru dalam kelompok kontrol di SMA Kartika XIII-I Ambon

    melakukan pembelajaran sendiri tanpa bantuan

    supervisor. Pembelajaran berlangsung seperti biasa yang

    dilakukan guru-guru SMA Kartika XIII-I Ambon sehari-

    hari. Pada hasil akhir penelitian tidak terjadi peningkatan

    pengguasaan kompetensi pedagogik karena kekurangan-

    kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran

    tidak mendapat perbaikan langsung.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

    yang dilakukan oleh Fitriana (2008) dengan judul “Upaya

    Peningkatan Kompetensi pedagogik guru PAI Kelas VII

    SMPN 1 Comal Menggunakan Supervisi Klinis”. Selain itu

    penelitian ini juga sejalan dengan Korma (2012) dengan

    judul Pendekatan Supervisi Klinis terhadap Wawasan

    Kompetensi Pedagogik dan Kualitas Pengelolaan

    Pembelajaran Para guru di Gugus IV SD Kecamatan

    Denpasar Selatan yang menyimpulkan bahwa pendekatan

    supervisi klinis mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap wawasan kompetensi pedagogik dan pengelolaan

    pembelajaran guru sehingga dapat meningkatkan

    kompetensi guru.

    Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Chui Mi (2012) dan Hernadi

    (2010) yang membuktikan bahwa supervisi tidak effek dan

    tidak meningkatkan kualitas guru dalam proses

  • 96

    pembelajaran (kompetensi pedagogik) guru. Hal ini di

    karenakan pada penelitian Chui Mi (2012) dan Hernadi

    (2010), pelaksanaan supervisi klinis tidak diterapkan atau

    dilaksanakan secara baik. Chui Mi (2012) dalam hasil

    penelitiannya menyatakan bahwa supervisi klinis hanya

    dilaksanakan pada pemeriksaan administrasi

    pembelajaran guru berupa RPP dan Silabus. Sehingga,

    guru beranggapan bahwa mereka mampu melaksanakan

    pembelajaran di kelas dengan baik. Maka dari hasil

    penelitiannya bahwa supervisi klinis tidak effektif

    dilaksanakan dalam meningkatkan penguasaan

    kompetensi pedagogik guru.

    Sedangkan hasil penelitian Hernadi (2010) bahwa

    pelaksanaan supervisi klinis, guru-guru tidak dilibatkan

    pada tahap perencanaan pelaksanaan supervisi klinis

    sehingga membuat guru tidak dapat memahami manfaat

    dari supervisi klinis tersebut, kemudian pada tahap

    umpan balik/pembinaan lanjutan tidak dilakukan oleh

    supervisor dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan

    guru pada pelaksanaan pembelajaran sehingga membuat

    hasil dari supervisi klinis tidak meningkatkan kompetensi

    pedagogik.

    Letak perbedaan yang dilakukan Chui Mi (2012) dan

    Hernadi (2010) dengan penelitian ini, yaitu dalam

    penelitian ini, pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan

    membuktikan dapat meningkat penguasaan kompetensi

    pedagogik guru, karena supervisi klinis dilaksanakan pada

    tiap pertemuan dengan dilalui 3 tahap pelaksanaan

  • 97

    supervisi secara baik yaitu tahap perencanaan, tahap

    pengamatan, dan tahap umpan balik secara obyektif.

    Sehingga hasil ini memperkokoh hasil teori yang

    dikemukakan oleh Ahcelson dan Gall (2003) yang

    menyatakan supervisi klinis merupakan proses yang

    sangat membantu guru dalam mengatasi kesulitan guru

    dalam mengajar.

    Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Klinis terhadap

    Penguasaan Kompetensi Pedagogik. Berdasarkan hasil

    penelitian ini bahwa ada perbedaan antara guru yang

    disupervisi dengan guru tanpa supervisi maka dengan

    demikian hasil dari pengaruh supervisi klinis terhadap

    penguasaan kompetensi pedagogik dengan nilai F sebesar

    10,086 dengan signifikan sebesar 0,007

  • 98

    antara guru yang disupervisi dengan guru tanpa supervisi

    sehingga pelaksanaan supervisi klinis yang dilaksanakan

    memberikan pengaruh dalam peningkatan penguasaan

    kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru.