BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2018. 7. 12. · 1 6 K.D.J Matematika 1 7 A.J Geografi 1...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2018. 7. 12. · 1 6 K.D.J Matematika 1 7 A.J Geografi 1...
-
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA
Kristen YPKPM Ambon sebagai kelompok eksperimen dan
SMA Kartika XIII-I Ambon sebagai kelompok kontrol.
Subyek penelitian mengambil guru-guru di SMA Kristen
YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun
karakteristik guru dari kedua sekolah yang terpilih yaitu
16 guru dari masing-masing sekolah tersaji dalam tabel
4.1 berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
No Keadaan Guru Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
I Jumlah Guru 16 16
Laki-laki 7 7
Perempuan 9 9
II Tingkat Pendidikan
S1 16 16
III Masa Kerja
3 – 10 12 12
11-15 4 4
SMA Kristen YPKPM Ambon beralamatkan di Jln.
Diponegoro, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Provinsi
Maluku. SMA Kartika XIII-I Ambon terletak di Jln. Dr.
Tamaela, Kecamatan Nusaniwe, Provinsi Maluku. Status
kedua sekolah tersebut adalah swasta. Adapun dua
sekolah memiliki tingkat kesamaan yang sama, berstatus
swasta, dengan tingkat akreditas ke dua sekolah tersebut
adalah B. Penyebaran karakteristik guru dari masing-
masing kelompok dengan mata pelajaran terlihat pada
tabel 4.2 dan 4.3.
-
68
Tabel 4.2 Kelompok Eksperimen SMA KRISTEN YPKPM Ambon
No Nama
Guru
Kelompok Eksperimen Jenis
Kelamin
Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
Guru Mata Pelajaran
Jumlah Guru
L P
1 M.S
S1
3-10 Tahun
PAK 1 1
2 D.P Bahasa Indonesia 1
1
3 A.P Bahasa Indonesia 1 1
4 B.R PKN 1
1
5 M.P Matematika 2
1
6 K.D.J Matematika 1
7 A.J Geografi 1
1
8 S.L Bahasa Inggris 2
1
9 E.R Bahasa Inggris 1
10 V.N Sosiologi 2
1
11 S.K Sosiologi 1
12 H.A Ekonomi 1 1
13 S.E
11 - 13 Tahun
Kimia 1 1
14 J.R.B Fisika 1 1
15 L.L Sejarah 1 1
16 L.L Biologi 1 1
Jumlah 16 7 9
Tabel 4.3 Kelompok Kontrol SMA Kartika XIII-I Ambon
No Nama Guru
Kelompok Kontrol Jenis
Kelamin
Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
Guru Mata Pelajaran
Jumlah Guru
L P
1 G.P. A
S1
3-10 Tahun
PAK 1
1
2 N.G Bahasa Indonesia 1
1
3 R.B Bahasa Indonesia 1 1
4 D.M PKN 1 1
5 G.P Matematika 2
1
6 K.R Matematika 1
7 M.T Geografi 1
1
8 F.L Bahasa Inggris 2 1 1
9 D.P Bahasa Inggris
10 V.V Sosiologi 2 1 1
11 V.A Sosiologi
12 D.W Ekonomi 1
1
13 R.H
11 – 13
Tahun
Kimia 1 1
14 S.P Fisika 1
1
15 S.L Sejarah 1 1
16 M.C.P Biologi 1 1
Jumlah 16 7 9
-
69
4.2 Uji Normalitas
Normalitas sebuah data dapat diketahui dengan
pengujian normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk
melihat normal tidaknya penyebaran data dari variabel
penelitian. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan one-sample-kolmogrov test pada
SPSS 16.00. Sig (2-tailed) pada output data dari pengolahan
tersebut digunakan dalam uji normalitas dalam penelitian
ini adalah penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi
mengajar) guru sebelum di supervisi pada SMA Kristen
YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun
hasil uji normalitas kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksperimen Kontrol
N 16 16
Normal Parametersa Mean 52.00 53.62
Std. Deviation 6.613 5.032
Most Extreme Differences Absolute .175 .139
Positive .113 .139
Negative -.175 -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .700 .558
Asymp. Sig. (2-tailed) .712 .915
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa analisis uji
Kolmogorov-Smirnov tingkat signifikan pada kelompok
eksperimen 0,712>0,05 dan pada kelompok kontrol nilai
signifikansi 0,915>0,05 sehingga laboran data kedua
kelompok berdistribusi normal.
-
70
4.3 Analisis Deskriptif
Sebelum treatment dilakukan terlebihi dahulu
dilakukan pretest. Pretest pada penguasaan kompetensi
pedagogik antara guru yang disupervisi klinis dengan guru
tanpa supervisi klinis dilakukan dengan analisis deskriptif
dan analisis komparatif t-tes dengan menggunakan uji
beda Paired-Sample t-test (uji t). Hasil pretest ini juga akan
merupakan uji kesetaraan pada ke dua kelompok dalam
penelitian ini. Tujuan dilakukan analisis pretest adalah
untuk mengetahui kondisi awal guru sebelum dilakukan
treatment, apakah dalam kondisi setara atau tidak.
Adapun hasil dari pretest kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol tersaji dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Interval Kategori Pretest Eksperimen Pretest Kontrol
Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
79-95 Sangat Tinggi 0 0
64-78 Tinggi 0 0
49-63 Sedang 11 68.8% 14 87.5%
34-48 Rendah 4 25% 2 12.5%
19-33 Sangat Rendah 1 6.2% 0
Total 16 100% 16 100%
Mean 52.00 53.63
Maksimum 60 63
Minimum 33 46
Standar Deviasi 6.613 5.032
Pada tabel 4.5 hasil pretest kelompok kontrol dan pretest
kelompok eksperimen pada penguasaan kompetensi
pedagogik menyatakan bahwa hasil terlihat pada nilai
mean pretest kelompok eksperimen sebesar 52,00, dan
pretest kelompok kontrol sebesar 53,63 dan memiliki
standar deviasi untuk pretest kelompok eksperimen 6,613
dan 5,032 untuk pretest kelompok kontrol. Kemudian dari
-
71
hasil ini dilakukan uji beda (uji-t) signifikansi pada Paired
Sample t-test (uji-t), pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Beda t Nilai Pretest
Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol
Paired Samples Test
Paired Differences
T Df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 PretestEksperiment – PretestKontrol
1.625 4.617 1.154 -4.085 .835 1.408 15 .180
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai t hitung
sebesar 1,408 dan koefisien signifkansi 0,180>0,05 maka
dapat dibuktikan tidak signifikan atau dengan arti bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikansi antara hasil pretest
pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Dengan demikian menyatakan bahwa hasilnya setara atau
tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Oleh karena
itu dapat dilanjutkan langkah berikutnya untuk mulai
melakukan treatment di kelompok eksperimen.
Pemberian treatmen dilakukan dengan melakukan
pembelajaran di kelas (kompetensi mengajar) pada guru
yang disupervisi klinis pada kelompok eksperimen.
Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan
pembelajaran (kompetensi mengajar) tanpa supervisi. Pada
kelompok eksperimen, supervisi dilakukan pada masing-
masing pertemuan. Adapun hasil supervisi pada masing-
masing pertemuan tersaji seperti berikut.
-
72
4.3.1 Analisis Deskriptif Pembelajaran Disupervisi
Klinis di SMA Kristen YPKPM Ambon.
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan supervisi pada pertemuan pertama
dilakukan pada 12-17 Januari 2015. Adapun prosedur
pelaksanaan supervisi klinis dilakukan.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap awal perencanaan, yang dilakukan
adalah supervisor, guru senior dan guru yang
diteliti, bersama-sama secara bertatap muka
langsung, menciptakan suasana akrab, untuk
mereview, mendiskusikan, menganalisis, terkait
dengan Pemetaan Standar Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD), Penyusunan RPP, dan
Silabus yang sesuai dengan Permendiknas No.41
tahun 2007 tentang Standar Proses, serta
penyiapan materi ajar bagi guru yang diteliti. Pada
tahap perencanaan ini mendapat respon yang baik
dari guru yang diteliti yang berupa pertanyaan-
pertanyaan diajukan dalam diskusi bersama untuk
guru senior dan supervisor. Pertanyaan tersebut
mengarah pada penyusunan RPP yang berupa; 1)
Apakah indikator itu? 2) Mengapa kalau sudah ada
indikator masih perlu dibuat tujuan? 3) Apa
bedanya indikator dengan tujuan?. Serta masih
banyak juga yang belum paham bagaimana cara
membuat RPP yang baik dengan benar. Guru pun
merespon positif dari guru senior dan supervisor
-
73
yang diberikan sebuah jawaban serta jalan keluar
dari masalah-masalah yang dihadapi oleh guru
tersebut, sehingga guru menjadi mengerti dan
paham. Kemudian hasilnya terlihat dari guru yang
belum paham dalam menyusun RPP dengan baik,
mulai secara individu dapat menyusun kembali RPP
dengan bimbingan dari guru senior yang memiliki
basic pengetahuan yang sama. Diskusi pun berjalan
secara terbuka dan seimbang.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah tahap perencanaan dilakukan tahap
selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh supervisor untuk melakukan
observasi di kelas. Adapun tahap observasi ini
dilakukan dengan dibantu instrument observasi
supervisi klinis yang menggunakan kemampuan
melaksanan pembelajara yaitu pelaksanaan
pembelajaran mengajar guru (IPKG2). IPKG 2
seperti yang telah dibakukan oleh Depdiknas serta
Pedoman Penilaian Kinerja Guru dari Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional
tahun 2008 (Instrumen terlampir). Data-data
penelitian ini juga didapatkan dari hasil kolaborasi
peneliti dengan kepala sekolah setempat
berdasarkan hasil diskusi sehingga diharapkan
mendapatkan data-data yang objektif. Dengan
berdasarkan hal-hal di atas maka data yang ada
-
74
dalam penelitian ini tidak diragukan lagi
validitasnya. Adapun hasil pengamatan atau
observasi berdasarkan kegiatan-kegiatan pada
instrumen dengan memiliki aspek atau indikator
dalam penilaian pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Supervisi Klinis Pertemuan I
No INDIKATOR Rata-Rata Pertemuan
I
I Tahap Perencanaan Awal
1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar 5
2 Penyusunan RPP 5
3 Penyusunan Silabus 5
II Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Penguasaan Materi Pembelajaran
4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 2,8
5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
2,4
6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
2,7
7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 2,7
III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran dengan aspek/Indikator
8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi tujuan yang akan dicapai
2,8
9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 2,6
10 Menguasai kelas 2,4
11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 2,5
12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya positif
2,6
13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
4,0
IV Pemanfaatan Sumber atau Media Pembelajaran
14 Menggunakan media secara efektif/efisien 2,6
15 Menghasilkan pesan yang menarik 2,7
16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 2,4
V Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2,7
18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 2,8
19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
2,6
VI Proses dan Hasil Belajar
20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 2,8
-
75
21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
2,3
VII Penggunaan Bahasa Secara Lisan dan tulis secara jelas, baik dan
benar
22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
3
23 Menyampaikan pesan dengan gaya 2,3
VIII Guru Melakukan Tindak Lanjut
24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
2,4
25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
2,6
IX Tahap Akhir Pembelajaran
26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 2,6
27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada
siswa
2,4
Jumlah 78,50
Rata-rata 2,91
Sumber : Data Diolah, 2015
Kemudian hasil observasi yang tersaji dalam
tabel 4.7 dianalisis oleh supervisor. Hasil pada
pertemuan pertama masih terlihat ada kekurangan
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di
kelas yang belum menunjuk keberhasilan karena
baru mencapai nilai rata-rata 2,91.
3. Tahap Umpan Balik / Evaluasi
Pada tahap umpan balik ini sekaligus juga
merupakan tahap evaluasi untuk mengevaluasi hal-
hal yang terjadi selama tahap pelaksanaan
pembelajaran guru di kelas. Jadi dalam tahap
umpan balik ada evaluasi yang dilakukan karena
tahap ini, akan melihat sejauh mana tujuan yang
telah dirumuskan dalam persiapan guru dan
masalah-masalah yang terjadi pada proses
pembelajaran. Masalah tersebut berdasarkan hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas yang
-
76
telah dianalisis oleh supervisor. Sehingga dari hasil
yang dianalisis pada proses pembalajaran yang
didapatkan, untuk dievaluasi oleh guru yang diteliti
bersama dengan supervisor dan terjadi umpan
balik. Maka dari sinilah letaknya supervisi yang
ditunjukan kepada usaha memperbaiki masalah-
masalah pada kegiatan pembelajaran seperti
langkah-langkah supervisi dijalankan oleh
supervisor dalam menangani atau mengatasi
masalah tersebut. Hasil supervisi akan dijadikan
bahan pertimbangan untuk penyempurnaan atau
peningkatan penyusunan rencana dan pelaksanaan
pembelajaran bagi tiap guru.
Berdasarkan hasil data observasi yang telah
dianalisis oleh supervisor, maka selanjutkan
dilakukan wawancara dengan guru-guru yang
bersangkutan untuk mendapatkan sebuah data
yang obyektif dengan membandingkan hasil
observasi dengan wawancara dan studi
dokumentasi. Dari hasil observasi yang telah
dianalisis oleh supervisor, wawancara dengan guru
yang diteliti dan dokumentasi kemudian
dikumpulkan, dicatat sehingga mendapatkan
kemantapan kebenarannya data berupa
kekurangan atau masalah yang terjadi pada proses
pembelajaran. Data yang telah dianalisis,
memperoleh sebuah data dari kekurangan yang
-
77
dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran
yaitu
1) Guru kurang mengaitkan materi pengajaran
dengan pengetahuan yang relevan.
2) Guru kurang dalam penguasaan Kelas
3) Kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media
4) Melakukan penilai akhir belum sesuai dengan
kompetensi (tujuan) pembelajaran.
5) Belum terlihat pada penyampaian pesan materi
pada proses pembelajaran dengan gaya yang
sesuai dalam menyampaikan pesan materi
tersebut.
6) Guru kurang memberikan rangkuman akhir,
dan tidak ada keterlibatkan siswa secara
bersama-sama dalam membuat rangkuman dari
akhir materi pembelajaran.
7) Guru belum optimal memanfaatkan hasil
penilaian pencapaian pembelajaran untuk
melakukan umpan balik kepada siswa belum
dilaksanakan karena kekurangan waktu.
Dari hasil data kekurangan yang diperoleh,
kemudian supervisor dapat melakukan beberapa langkah-
langkah supervisi klinis dalam mengatasi kekurangan
yang dihadapi oleh guru pada proses pembelajaran di
kelas. Penyelesaian masalah ini dilakukan bersama
dengan guru yang bersangkutan. Pengembangan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
-
78
1. Mendengarkan.
Supervisor mendengarkan kesan yang dialami oleh
guru pada proses pembelajaran yang dilakukan,
termasuk masalah/kekurangan yang dihadapi oleh
guru berdasarkan hasil yang telah dianalisis bersama
yaitu 1) kurang mengaitkan materi pengajaran dengan
pengetahuan yang relevan; 2) Guru kurang dalam
penguasaan Kelas; 3) Kurang melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media; 4) Melakukan penilai akhir belum
sesuai dengan kompetensi (tujuan) pembelajaran; 5)
Penyampaian pesan materi dalam proses pembelajaran
dengan gaya yang sesuai dengan pesan materi kurang
terlihat; 6) Guru kurang memberikan rangkuman akhir
serta tidak ada keterlibatkan siswa secara bersama-
sama dalam membuat rangkuman dari akhir materi
atau pembelajaran; dan 7) Guru yang belum optimal
memanfaatkan hasil Penilaian pencapaian
pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada
siswa belum dilaksanakan karena kekurangan waktu.
2. Mengklarifikasi
Dari kekurangan tersebut yang diperoleh dari hasil
yang didengar dari pihak guru tersebut, supervisor
memperjelas tentang masalah yang dihadapi oleh guru,
dan melakukan tanya jawab dengan guru untuk
mendapatkan apa yang diinginkan oleh guru.
3. Mendorong
Dalam proses menyelesaikan masalah supervisor
membuat suasana yang nyaman dengan guru agar
-
79
guru dalam melakukan perbaikan tidak merasa
tertekan.
4. Presentasi
Pada bagian ini, supervisor memberikan gambaran
mengenai masalah atau kesulitan yang dihadapi guru
dalam pertemuan pertama beserta memberikan
solusi/saran kepada guru untuk menjadi lebih baik.
5. Pemecahan masalah
Dari apa yang sudah digambarkan/dipresentasikan
oleh supervisor, maka selanjutnya supervisor bersama
dengan guru yang bersangkutan melakukan
perundingan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh guru. Suasana berunding terjadi dalam
suasana yang nyaman.
6. Negosiasi
Pada negosiasi masih sama tujuannya dengan pemecah
masalah, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi guru-guru.
7. Demonstrasi
Setelah mencapai kesepakatan dalam penyelesaian
masalah, selanjutnya supervisor mendemonstrasikan
atau memberikan contoh untuk memperagakan apa
yang akan dilakukan guru dalam pertemuan yang
kedua, sehingga diharapkan pada pertemuan ke dua
dapat terjadi perubahan yang lebih baik.
8. Mengarahkan
Mengarahkan masih sperti pada bagian demonstrasi,
hanya saja dalam bagian ini supervisor memberikan
-
80
kesempatan kepada guru untuk menanyakan apa saja
yang belum jelas.
9. Standarisasi
Jika guru sudah jelas, supervisor memberikan patokan
yang perlu dilakukan guru pada pertemuan kedua.
Pemberian patokan diambil dari hasil diskusi bersama
dengan guru-guru.
10. Penguatan
Supervisor memberikan motivasi kepada guru. Agar
dalam pertemuan berikutnya guru menjadi lebih
bersemangat.
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan supervisi pada pertemuan kedua
dilakukan pada tanggal 19-24 Januari 2015. Adapun
prosedur pelaksanaan supervisi klinis pada tiap
tahapan tetap sama seperti yang dilakukan pada
pertemuan pertama. Pada tahap perencanaan
supervisor, guru senior dan guru yang diteliti tetap
melakukan diskusi bersama, yang masih terkait dengan
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
Penyusunan RPP dan silabus bagi guru yang belum
paham benar, atau masih yang belum jelas, sehingga
pada tahap ini, guru bisa mendapatkan hasil yang
optimal/puas. Tahap observasi pada pelaksanaan
pembelajaran di kelas tetap sama dilakukan pada
pertemuan pertama. Hasil pengamatan dalam supervisi
pertemuan kedua tersaji dalam table 4.8.
-
81
Tabel 4.8 Hasil Supervisi Klinis Pertemuan II
No INDIKATOR Rata-Rata Pertemuan
II
I Tahap Perencanaan
1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5,0
2 Penyusunan RPP 5,0
3 Penyusunan Silabus 5,0
II Pelaksanaan Pembelajaran
Penguasaan Materi Pembelajaran
4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 3,7
5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3,5
6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar 3,5
7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 3,5
III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran
8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi
tujuan yang akan dicapai 3,6
9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3,6
10 Menguasai kelas 3,5
11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 3,3
12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya positif
3.6
13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu 4,0
IV Pemanfaatan sumber atau Media Pembelajaran
14 Menggunakan media secara efektif/efisien 3,6
15 Menghasilkan pesan yang menarik 3,5
16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 3,1
V Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 3,6
18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 3,8
19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
3,5
VI Proses dan Hasil Belajar
20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 3,3
21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
3,0
VII Penggunaan Bahasa secara lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar
22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan
benar 3,8
23 Menyampaikan pesan dengan gaya 3,3
VIII Guru Melakukan Tindak lanjut
24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 3,5
25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan 3,1
-
82
atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
IX Tahap Akhir Pembelajaran
26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 3,3
27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa
3,0
Jumlah 97,75
Rata-rata 3,63
Sumber Data Diolah 2015
Hasil observasi pada pertemuan kedua terlihat
dalam tabel 4.8. Pertemuan kedua ini sudah terlihat
perbaikan yang terjadi dari kekurangan dalam pertemuan
pertama. Perbaikan terlihat pada nilai rata-rata yang
diperoleh pada pertemuan kedua yaitu 3,63. Ada beberapa
kelemahan yang masih dilakukan guru dalam proses
pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai berikut,
yaitu:
1) Masih kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media
2) Melakukan penilaian akhir yang sesuai dengan
kompetensi tujuan
3) Masih kurang tindak lanjut dengan memberikan
arahan / tugas sebagai bagian remedi / pengayaan.
4) Belum optimal pada penilaian pencapaian pembelajaran
untuk melakukan umpan balik kepada siswa karena
kurang waktu.
Untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam
pertemuan kedua, supervisor tetap melakukan langkah-
langkah yang sama seperti supervisi pada pertemuan
pertama. Diharapkan dengan cara yang sama pada
tahapan umpan balik atau evaluasi, guru yang
bersangkutan dapat merasa nyaman dalam mengatasi
-
83
kekurangan, bersama dengan supervisor. Sehingga hasil
dari supervisi pada pertemuan kedua diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar di SMA
Kristen YPKPM Ambon, terutama dalam pertemuan yang
ketiga.
c. Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan supervisi pada pertemuan ketiga
dilakukan pada tanggal 26 – 31 Januari 2015. Hasil
pengamatan dalam supervisi pertemuan ketiga tersaji
dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9
Hasil Supervisi Pertemuan Ketiga
No INDIKATOR Rata-Rata Pertemuan
III
I Tahap Perencanaan
1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5,0
2 Penyusunan RPP 5,0
3 Penyusunan Silabus 5,0
II Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Penguasaan Materi Pembelajaran
4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 4,4
5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 4,1
6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
4,4
7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 4,1
III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran Yang Bervariasi dan Relevan
8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi tujuan yang akan dicapai
4,1
9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 4,2
10 Menguasai kelas 4
11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 4,2
12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
positif 4,2
13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu 4,3
IV Pemanfaatan sumber atau media pembelajaran yang bervariasi dan relevan
14 Menggunakan media secara efektif/efisien 4,2
15 Menghasilkan pesan yang menarik 4,7
16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 4,1
-
84
V Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 4,1
18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 4,2
19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar 4,1
VI Proses dan Hasil Belajar
20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 4,0
21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 4,1
VII Penggunaan Bahasa secara lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar
22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
4,1
23 Menyampaikan pesan dengan gaya 3,9
VIII Guru melakukan tindak lanjut
24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
4,1
25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
3,8
IX Tahap Akhir Pembelajaran
26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 4,1
27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa
4,0
Jumlah 114,19
Rata-rata 4,23
Sumber : Data Diolah 2015
Hasil observasi supervisi klinis pada pertemuan
ketiga terlihat pada tabel 4.9. Pertemuan ketiga sudah
memperlihatkan peningkatkan yang nyata dalam proses
pembelajaran. Hal ini terlihat hasil rata-rata pada
pertemuan ketiga yaitu 4,23. Namun masih ada
kelemahan yang terjadi pada pertemuan ketiga, yaitu
menyampaikan materi pembelajaran dengan gaya dan
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan.
Walaupun dalam penelitian ini pertemuan ketiga
merupakan pertemuan terakhir, supervisor tetap
melakukan supervisi klinis. Adapun langkah-langkah
supervisi tetap sama dengan langkah-langkah pada
-
85
pertemuan pertama dan kedua. Diharapkan pada
supervisi pertemuan ketiga ini, masalah-masalah yang
terjadi pada proses pembelajaran di kelas khusus
dalam penyampaian materi dengan gaya yang
memberikan arahan atau tugas sebagai remedy atau
pengayaan dapat teratasi.
Adapun hasil rekapitulasi data dan persen (%)
peningkatan pada tiap pertemuan supervisi klinis tersaji
pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Hasil Peningkatan Rata-rata Tiap Pertemuan Supervisi Klinis
Kegiatan Banyak Guru Total Rata-Rata
Pertemuan I 16 78,50 2,91
Pertemuan II 16 97,75 3,63
Pertemuan III 16 114,19 4,23
Hasil pada tabel 4.10 terlihat peningkatan rata-rata
pada pertemuan pertama adalah 2,91 menjadi 3,63
dengan kenaikan 24,4% dan kenaikan juga terlihat pada
pertemuan ketiga dimana pada pertemuan kedua rata-rata
3,63 menjadi 4,23 naik 16,5%. Dari hasil tersebut yang
diperoleh pada pelaksanaan supervisi klinis terhadap
penguasaan kompetensi mengajar guru, mengalami
peningkatan di tiap pertemuan dari pertemuan pertama
sampai pada pertemuan ketiga.
4.3.2 Analisis Deskriptif Pembelajaran Tanpa Supervisi
di SMA Kartika XIII-I Ambon.
Pembelajaran tanpa supervisi dilaksanakan
pada kelompok kontrol. Proses pembelajaran yang
dilakukan berbeda dengan kelompok eksperimen
-
86
yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran
disupervisi klinis. Pada pertemuan pertama, kedua,
ketiga tidak dilakukan dengan supervisi gurupun
dalam mengajar tidak dibantu oleh supervisor.
Guru diberikan kebebasan untuk melakukan
pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di SMA
Kartika XIII-I Ambon dalam proses pembelajaran
sehari-hari. Pada akhir pertemuan ketiga akan
tetap dilakukan posttest. Posttest dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui hasil akhir dari
pembelajaran tanpa supervisi.
4.3.3 Analisis Deskriptif Posttest
Setelah dilakukan treatment penguasaan
kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru
yang disupervisi klinis bagi kelompok eksperimen
dan penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi
mengajar) guru tanpa supervisi bagi kelompok
kontrol, maka dilakukan posttest untuk mengetahui
hasil akhir dari treatment yang dilakukan.
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Interval Kategori Postest Eksperimen Postest Kontrol
Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
79-95 Sangat Tinggi 0 0
64-78 Tinggi 10 62.5% 0
49-63 Sedang 6 37.5% 13 81.2%
34-48 Rendah 0 3 18.8%
19-33 Sangat Rendah 0 0
Total 16 100% 16 100%
Mean 62.19 53.94
Maksimum 73 63
Minimum 50 46
Standar Deviasi 7.259 5.767
-
87
Pada tabel 4.11 hasil posttest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada penguasaan
kompetensi yang memiliki nilai tertinggi pada
kelompok eksperimen diperoleh 10 orang dan nilai
sedang 6 orang, dengan memiliki mean (rata-rata)
62,19, dan standar deviasi 7.259 jika dibandingkan
dengan posttest kelompok kontrol yang memiliki
nilai sedang berjumlah 13 orang, nilai rendah 3
orang dengan nilai mean (rata-rata) 53,94 dengan
standar deviasi 5.767. Rata-rata (mean) kelompok
eksperimen lebih besar. dibandingkan dengan
kelompok kontrol dengan selisih pada mean yaitu
8,25.
4.4. Analisis Komparatif Post Test
Untuk analisis komparatif posttest dilakukan
menggunakan uji beda Paired Sample t-test (uji t) dengan
menggunakan bantuan SPSS 16.00. Tujuannya untuk
melihat perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik
guru antara guru yang disupervisi dengan guru tanpa
supervisi. Adapun hasil uji beda t posttest pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Uji Beda Postest Penguasaan Kompetensi Pedagogik antara
Guru yang Disupervisi Klinis dengan Guru Tanpa Supervisi Paired Samples Test
Paired Differences
T Df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 PostestEksperiment – PostestKontrol
8.250 7.887 1.972 4.047 12.453 4.184 15 .001
-
88
Berdasarkan perhitungan uji beda untuk posttest
penguasaan kompetensi pedagogik guru yang disupervisi
klinis dengan guru yang tanpa supervisi seperti yang
tersaji pada tabel 4.12, diperoleh hasil t hitung sebesar
4,184 dengan Sig.2-tailed 0,001
-
89
ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 331.000 1 331.000 10.086 .007a
Residual 459.438 14 32.817
Total 790.438 15
a. Predictors: (Constant), SupervisiKlinis
b. Dependent Variable: KompetensiPedagogik
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .448 19.493 .023 .982
SupervisiKlinis .224 .071 .647 3.176 .007
a. Dependent Variable: KompetensiPedagogik
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.13,
tampak koefisien regresi linear pada supervisi klinis oleh
supervisor terhadap penguasaan kompetensi pedagogik
guru di peroleh nilai koefisien regresi 0,224, dengan nilai F
sebesar 10,086 dengan signifikansi 0,007
-
90
4.6. Pembahasan
Perbedaan Penguasaan Kompetensi Pedagogik
antara Guru Disupervisi Klinis di SMA Kristen YPKPM
Ambon dengan Guru Tanpa Supervisi di SMA Kartika
XIII-I Ambon. Hasil penelitian ini menemukan ada
perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik antara guru
yang disupervisi klinis dengan guru tanpa supervisi,
dengan diketahui hasil posttest rata-rata penguasaan
kompetensi pedagogik pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelompok kontrol
yaitu untuk kelompok eksperimen sebesar 62,19 dan
kelompok kontrol sebesar 53,94 dengan selisih mean
(rata-rata) sebesar 8,25 dengan signifikansi 0,001
-
91
yang efektif dan efisien tidak terlepas dari kerja sama yang
baik antara guru dan peran kepala sekolah sebagai
supervisor dalam memberikan supervisi kepada guru.
Supervisi mengandung pengertian melakukan kegiatan
pengawasan, membantu dan turut serta dalam perbaikan
dan meningkatkan mutu, Sagala (2003). Namun dalam
penelitian ini supervisi yang digunakan adalah supervisi
klinis. Oleh karena itu menurut Achel dan Gall (2003)
Supervisi klinis “Supervision as the process of helping the
teacher reduce the discrepancy” (suatu proses membantu
guru memperkecil kesenjangan antara perilaku mengajar
yang nyata dengan perilaku mengajar yang ideal). Defenisi
ini memberi indikasi bahwa supervisi klinis merupakan
suatu proses membantu guru mengatasi kesulitannya
dalam mengajar. Proses membantu pada supervisi klinis
dalam arti memberi pertolongan secara langsung yang
diberikan supervisor kepada guru-guru dengan cara
melakukan tindakan observasi untuk membantu
memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
Oleh sebab itu masalah/kesulitan yang terjadi pada
penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar)
guru dapat dibantu melalui supervisi klinis yang
dilakukan oleh perannya kepala sekolah sebagai
supervisor, sehingga hasil skor penguasaan kompetensi
pedagogik (kompetensi mengajar) guru pada kelompok
eksperimen menurut data deksriptif yang terdapat pada
tabel 4.11, berada pada kategori “tinggi” bisa dapat
-
92
meningkatkan lagi ke “sangat tinggi” jika supervisi klinis
terus dilakukan dan secara sistematis yaitu mulai dari
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap umpan
balik atau evaluasi, sehingga dapat memperbaiki masalah
yang dialami guru pada penguasaan kompetensi pedagogik
(kompetensi mengajar).
Pada tahap persiapan atau perencanaan supervisor
bersama guru-guru senior (guru yang dibentuk) mengajak
guru yang disupervisi pada kelompok eksperimen untuk
bertatap muka langsung, saling berdiskusi bersama
membahas, meriview kembali penyusunan silabus,
rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP), pemetaan
standar kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Pertemuan dilakukan secara tatap muka dengan
supervisor bersama dengan guru senior dan guru yang
diteliti, terlihat bahwa guru-guru serius memperhatikan
apa yang menjadi masalah pada administrasi
pembelajaran sehingga mereka dengan mudah dapat
menganalisis serta menyelesaikan kekurangan yang terjadi
pada guru untuk melengkapi administrasi pembelajaran
sebelum tahap pelaksanaan pembelajaran.
Tahap pelaksanaan pembelajaran, supervisor tetap
melakukan observasi/pengamatan pada proses
pembelajaran di kelas. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran, supervisor tidak hanya mengobservasi,
menunggu dan mengawasi proses pembelajaran, akan
tetapi di pada tahap pelaksanaan pembelajaran, supervisor
dapat membantu guru dalam mengatur dan menata ruang
-
93
kelas jika terdapat pembagian kelompok di kelas, agar
siswa dapat mengikuti pembelajaran secara baik dan aktif
berdiskusi, membahas materi pembelajaran pada masing-
masing kelompok sehingga pembelajaran pun menjadi
kondusif.
Tahap umpan balik merupakan tahap yang sangat
penting karena tahap ini akan benar-benar membantu
guru dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
pada kompetensi mengajar guru di kelas. Setelah proses
pembelajaran selesai dilakukan, maka supervisor selalu
menyampaikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung. Supervisor
berperan membantu guru mengatasi kekurangan yang
terjadi selama proses pembelajaran dengan cara
mengevaluasi bersama dalam bentuk diskusi, mencari
solusi agar kekurangan yang terjadi/hasil yang diperoleh
dari supervisi menjadi bahan pertimbangan untuk
penyempurnaan dan tidak terulang lagi pada pertemuan
selanjutnya.
Tahap balikan inilah juga merupakan tahap evaluasi
yang dilakukan antara guru dan supervisor dalam
mengatasi permasalahan, sehingga lewat evaluasi tersebut
maka supervisi klinis yang telah dilakukan oleh supervisor
memberikan pengaruh penting bagi guru dalam
peningkatkan kompetensi mengajar guru. Hal ini terbukti
setiap hasil yang diperoleh di tiap pertemuan pelaksanaan
supervisi klinis mengalami peningkatan. Hasil tersebut
yaitu pada pertemuan pertama memperoleh nilai rata-rata
-
94
2,91 yang belum menunjukkan keberhasilan yang baik,
naik pada pertemuan kedua dengan nilai rata-rata menjadi
3,63 meningkat 24,4% dan kenaikan juga terlihat pada
pertemuan ketiga dengan nilai rata-rata 4,23 dengan
kenaikan menjadi 16,8%. Pengaruh supervisi klinis terlihat
pada setiap pertemuan yang mempunyai aspek-aspek yang
harus menjadi perhatian serius untuk diperbaiki oleh
masing-masing guru. Namun karena diberikan tindakan
melalui supervisi klinis oleh supervisor untuk
memperbaiki atau mengatasi masalah pada tiap aspek
yang bermasalah, maka aspek-aspek tersebut
menunjukkan peningkatan yang signifikan yang dilakukan
oleh guru. Hal ini dikarenakan guru mengikuti dengan
serius, menerima supervisi yang diberikan oleh supervisor
sehingga aspek-aspek tersebut dengan mudah diperbaiki.
Dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis dilakukan
terbukti dapat memberikan peningkatan bagi penguasaan
kompetensi pedagogik pada kelompok eksperimen yaitu
SMA Kristen YPKPM Ambon, sesuai dengan tujuan
supervisi menurut Achelson dan Gall (2003) yaitu: (1)
menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru
mengenai pengajaran yang dilaksanakannya, (2)
mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-
masalah pengajaran, (3) membantu guru mengembangkan
keterampilannya dan mengembangkan model atau strategi
dalam pembelajaran, (4) membantu guru mengembangkan
satu sikap positif terhadap pengembangan professional
yang berkesinambungan.
-
95
Berbeda dengan pembelajaran tanpa supervisi klinis
yang dilakukan dalam kelompok kontrol, karena peran
supervisor tidak ada dalam proses pembelajaran sehingga
guru dalam kelompok kontrol di SMA Kartika XIII-I Ambon
melakukan pembelajaran sendiri tanpa bantuan
supervisor. Pembelajaran berlangsung seperti biasa yang
dilakukan guru-guru SMA Kartika XIII-I Ambon sehari-
hari. Pada hasil akhir penelitian tidak terjadi peningkatan
pengguasaan kompetensi pedagogik karena kekurangan-
kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran
tidak mendapat perbaikan langsung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fitriana (2008) dengan judul “Upaya
Peningkatan Kompetensi pedagogik guru PAI Kelas VII
SMPN 1 Comal Menggunakan Supervisi Klinis”. Selain itu
penelitian ini juga sejalan dengan Korma (2012) dengan
judul Pendekatan Supervisi Klinis terhadap Wawasan
Kompetensi Pedagogik dan Kualitas Pengelolaan
Pembelajaran Para guru di Gugus IV SD Kecamatan
Denpasar Selatan yang menyimpulkan bahwa pendekatan
supervisi klinis mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap wawasan kompetensi pedagogik dan pengelolaan
pembelajaran guru sehingga dapat meningkatkan
kompetensi guru.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Chui Mi (2012) dan Hernadi
(2010) yang membuktikan bahwa supervisi tidak effek dan
tidak meningkatkan kualitas guru dalam proses
-
96
pembelajaran (kompetensi pedagogik) guru. Hal ini di
karenakan pada penelitian Chui Mi (2012) dan Hernadi
(2010), pelaksanaan supervisi klinis tidak diterapkan atau
dilaksanakan secara baik. Chui Mi (2012) dalam hasil
penelitiannya menyatakan bahwa supervisi klinis hanya
dilaksanakan pada pemeriksaan administrasi
pembelajaran guru berupa RPP dan Silabus. Sehingga,
guru beranggapan bahwa mereka mampu melaksanakan
pembelajaran di kelas dengan baik. Maka dari hasil
penelitiannya bahwa supervisi klinis tidak effektif
dilaksanakan dalam meningkatkan penguasaan
kompetensi pedagogik guru.
Sedangkan hasil penelitian Hernadi (2010) bahwa
pelaksanaan supervisi klinis, guru-guru tidak dilibatkan
pada tahap perencanaan pelaksanaan supervisi klinis
sehingga membuat guru tidak dapat memahami manfaat
dari supervisi klinis tersebut, kemudian pada tahap
umpan balik/pembinaan lanjutan tidak dilakukan oleh
supervisor dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan
guru pada pelaksanaan pembelajaran sehingga membuat
hasil dari supervisi klinis tidak meningkatkan kompetensi
pedagogik.
Letak perbedaan yang dilakukan Chui Mi (2012) dan
Hernadi (2010) dengan penelitian ini, yaitu dalam
penelitian ini, pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan
membuktikan dapat meningkat penguasaan kompetensi
pedagogik guru, karena supervisi klinis dilaksanakan pada
tiap pertemuan dengan dilalui 3 tahap pelaksanaan
-
97
supervisi secara baik yaitu tahap perencanaan, tahap
pengamatan, dan tahap umpan balik secara obyektif.
Sehingga hasil ini memperkokoh hasil teori yang
dikemukakan oleh Ahcelson dan Gall (2003) yang
menyatakan supervisi klinis merupakan proses yang
sangat membantu guru dalam mengatasi kesulitan guru
dalam mengajar.
Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Klinis terhadap
Penguasaan Kompetensi Pedagogik. Berdasarkan hasil
penelitian ini bahwa ada perbedaan antara guru yang
disupervisi dengan guru tanpa supervisi maka dengan
demikian hasil dari pengaruh supervisi klinis terhadap
penguasaan kompetensi pedagogik dengan nilai F sebesar
10,086 dengan signifikan sebesar 0,007
-
98
antara guru yang disupervisi dengan guru tanpa supervisi
sehingga pelaksanaan supervisi klinis yang dilaksanakan
memberikan pengaruh dalam peningkatan penguasaan
kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru.