BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data
Data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian, data merupakan hasil
pencatatan suatu penelitian baik yang berupa angka maupun fakta yang dijadikan
bahan untuk menyusun informasi. Untuk mendapatkan data penelitaan, perijinan
merupakan suatu hal yang penting. Sebelum melakukan penelitian penulis terlebih
dahulu meminta surat ijin penelitian dari dekan FKIP UKSW dan ditujukan
kepada Bapak kepala sekolah SMA Negeri 3 Salatiga. Setelah memperoleh izin
secara lisan dari kepala sekolah penulis berkoordinasi dengan guru BK sekaligus
koordiantor BK untuk menyusaikan jadwal pengumpulan data di kelas X, XI dan
XII. Setelah mendapat persetujuan dari guru BK langkah selanjutnya adalah
memilih kelas - kelas untuk dilakukan pengambilan data.
Penulis telah melakukan pengambilan data awal di SMA Negeri 3 Salatiga
untuk keperluan uji validitas item dan reliabilitas instrumen penelitian kepada 50
siswa dari kelas X, XI dan XII secara random pada tanggal 10 dan 12 Desember
2013 di kantin kejujuran sekolah. Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas
instrumen dan instrumen penelitian telah dinyatakan valid dan reliabel maka
langkah berikutnya adalah pengambilan data. Setelah mendapatkan ijin dari guru
Bimbingan dan Konseling dan hari pengupulan data telah disetujui dan disepakati
yaitu pada hari sabtu tanggal 9 dan 16 februari dan rabu 14 Februari 2013.
53
Proses pengambilan data untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian
Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi terkena Bullying di SMA Negeri 3
Salatiga dilakukan pada hari sabtu tanggal 9 Februari 2013 di di kelas XI IA 1, XI
IS 2 dan XI IS 3 pada jam ke 3, 4 dan 7. Penulis melakukan bimbingan klasikal
dengan materi tipe kepribadian dan Bullying disekolah sesuai dengan tema skripsi
dan dilanjutkan dengan pembagian JTI test dan skala terkena Bullying, karna yang
menjadi subjek hanyalah siswa yang menjadi korban Bullying maka yang
mengerjakan hanyalah siswa yang menjadi korban bullying dan siswa yang tidak
menjadi korban tidak mengerjakan.
Pengambilan data tahap kedua dilakukan pada hari sabtu minggu
berikutnya yaitu pada tanggal 16 Februari 2013 dikelas X5, X7 dan X8, pada jam
ke 5, 6 dan 7. Pengambilan data pada jam ke 5 dan 7 karena bertepatan dengan jam
PPL BK UKSW maka proses pembagian JTI tes dan skala terkena Bullying
dilakukan oleh praktikan dengan koordinasi dengan penulis sehingga pengambilan
data berjalan dengan semestinya. Pada jam ke enam penulis kembali melakukan
bimbingan klasikal dengan materi tipe kepribadian dan Bullying disekolah
dilanjutkan dengan pembagian JTI tes dan skala terkena Bullying pada siswa yang
menjadi korban bullying disekolah. Setelah siswa mengisi instrument, penulis
memastikan kelengkapan kedua instrument tersebut. Setelah data terkumpul
penulis mengecek kembali dan memastikan kedua instrumen dijawab dengan
lengkap dan tidak ada item yang tidak dijawab.
54
Pengambilan data ketiga dilakukan pada hari kamis, 14 Februari 2013
untuk siswa kelas XII. Karena keterbatasan waktu pengambilan data dilakukan
pada saat jam istirahat bertempat di taman dan kantin kejujuran sekolah.
Pengambilan data untuk kelas XII IS 2 dan XII IS 3 dilakukan serempak pada saat
istirahat jam pertama dan kedua. Penulis berkoordinasi dengan ketua kelas masing
– masing untuk mengumpulkan siswa di kantin kejujuran. Setelah siswa
berkumpul, penulis kembali memperkenalkan diri serta menjelaskan kembali
maksud dan tujuan penelitian. Setelah selesai siswa yang berpartisipasi mengisi
instrument yang telah dibagikan dengan memberi waktu 10 menit untuk
mengerjakan JTI Test dan waktu 7 menit untuk mengisi skala frekuensi terkena
Bullying. Setelah siswa selesai mengisi instrument yang diberikan, penulis
memberikan ucapan terima kasih dan berpamitan.
B. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang
menjadi korban Bullying dengan berjumlah 380 siswa dari kelas X, XI dan XII. SMA
Negeri 3 Salatiga merupakan salah satu sekolah tingkat menengah atas di kota
Salatiga yang mempunyai jumlah pelajar sebanyak 1027 siswa pada tahun ajaran
2012 - 2013. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan
lebih banyak dibanding dengan laki – laki.
Secara umum karakteristik subjek penelitian pada penelitian ini berdasarkan
jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut :
55
Tabel 4.1
Data subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki - Laki 77 42,3%
Perempuan 105 57,7%
N 182 100
Sumber : Olahan data statistic
Berdasarkan tabel 4.1 mayoritas responden dalam penelitian ini adalah
perempuan (57,7%)
Tabel 4.2
Data subjek penelitian berdasarkan kelompok usia
Usia Frekuensi Prosentase
14 Tahun 31 17%
15 Tahun 40 22%
16 Tahun 58 31,8%
17 Tahun 42 23%
18 Tahun 11 6%
N 182 100%
Sumber : Olahan data statistik
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan program
SPSS 21 for window 7 dari 182 subjek penelitian diperoleh data usia subjek
berkisar antara 14 sampai 18 tahun. Dari table 4.2 dapat di ambil kesimpulan
bahwa sebagian besar responden yang menjadi korban Bullying berusia 16
dengan prosentase sebanyak 31,8%.
56
C. Analisis Data
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis data secara
statistik deskriptif untuk mendapatkan data dalam bentuk tabulasi, dengan cara
memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang
digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan
prosentase (%) dari masing – masing variabel yaitu tipe kepribadian Ekstrovert
dan Introvert serta frekuensi terkena Bullying sebagai berikut :
1. Frekuensi Terkena Bullying
Untuk mengukur frekuensi siswa terkena Bullying disekolah dikelompokan
kedalam 5 kategori yaitu : Low (Rendah), Infrequent (kadang – kadang),
Intermediate (Menengah), Frequent (sering) dan Constantly (sering). Skor Interval
diperoleh dengan perhitungan rumus skor maksimal dikurangi skor minimal dan
dibagi banyaknya kategori secara rinci = = . Adapun tujuan
pengkategorian tersebut adalah untuk menempatkan subjek penelitian kedalam
kelompok – kelompok terpisah secara berjenjang, cenderung tinggi skor
menunjukan bahwa subjek mengalami Bullying yang tinggi begitu pula sebaliknya
semakin rendah skor menunjukan subjek cenderung mengalami tingkat bullying
yang rendah.
57
Tabel 4.3
Data Frekuensi Terkena Bulling
Kategori Interval Frekuensi Prosentase
Low (rendah) 40 – 72 19 10,4%
Infrequent (kadang - kadang) 73 – 103 38 20,9%
Intermediate (sedang) 104 – 136 62 34,1%
Frequent (sering) 137 – 168 40 22%
Constantly (selalu) 169 – 200 23 12,6%
N 182 100
Sumber : olahan data statistik
Dari tabel 4.4 diperoleh data bahwa subjek penelitian yang mengalami
bullying disekolah paling banyak berada pada kategori Intermediate (sedang)
dengan jumlah sebanyak 62 orang siswa atau (34,1%), disusul pada kategori
Frequent (sering) dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang siswa (22%), pada
kategori Infrequent (kadang – kadang) sebanyak 38 orang siswa (20,9%), pada
kategori Constantly (selalu) sebanyak 23 orang siswa (12,6%) dan 19 siswa
(10,4%) berada pada kategori Low (rendah).
2. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Setelah dilakukan pengambilan analisis data dari Jung’s Type Indicator
test untuk mengetahui kecenderungan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert
pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang menjadi korban Bullying di sekolah,
langkah selanjutnya adalah menganilis data tersebut dengan teknik analisis
58
statistik untuk mengetahui kecendurungan tipe keribadian Ekstrovert atau
Introvert pada siswa, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.4
Data subjek berdasarkan tipe kepribadian
Tipe Kepribadian Frekuensi Prosentase
Ekstrovert 97 53,3%
Introvert 85 46,7%
Jumlah 182 100%
Sumber : olahan data Statistik
Dari tabel 4.3 dapat di ambil kesimpulan bahwa Subjek yang
termasuk kedalam tipe kepribadian Ekstrovert berjumlah 97 orang siswa
(53,3%) dan subjek yang termasuk kedalam tipe kepribadian Introvert
berjumlah 85 orang siswa (46,7%). Dari data tersebut di atas di dapatkan hasil
bahwa subjek lebih banyak memiliki kecenderungan tipe kepribadian
Ekstrovert dari pada Introvert.
D. Hasil Analisis
Untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert
dalam frekuensi terkena bullying dilakukan analisis dengan metode statistik
menggunakan rumus Chi – Square dengan bantuan software SPSS 21.00 for
windows 7. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut :
59
Tabel 4.5Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Tipe kepribadian Ekstrovert dan
Introvert Dalam Frekuensi Terkena Bullying
Frekuensi terkenaBullying
interval Tipe kepribadian Total
Ekstrovert Introvert
Low 40 - 72 10 9 19Infrequent 73 - 104 15 23 38Intermediate 105 - 136 35 27 62Frequent 137 - 168 25 15 40Constantly 169 - 200 12 11 23
Total 97 85 182
Dari tabel 4.5 dapat diperoleh informasi bahwa siswa dengan tipe
kepribadian Ekstrovert lebih dominan dalam penelitian ini dengan
perbandingan 97 orang siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert dan 85
orang siswa dengan tipe kepribadian Introvert. Siswa dengan tipe kepribadian
Ekstrovert pada kategori Constantly sebanyak 12 orang siswa Ekstrovert, 25
orang siswa Ekstrovert pada kategori Frequent, 35 orang siswa Ekstrovert
pada kategori Intermediate, dan 15 orang siswa Ekstrovert pada kategori
Infrequent serta 10 orang siswa Ekstrovert di kategori Low. Sedangakan siswa
dengan tipe kepribadian Introvert pada kategori Constantly sebanyak 11 orang
siswa, pada kategori Frequent sebanyak 15 orang siswa Introvert, 27 orang
siswa Introvert berada pada kategori Intermediate, 23 orang siswa Introvert
pada kategori Infrequent dan 9 orang siswa dengan tipe kepribadian Introvert
berada pada kategori low. Dari data di atas dapat disimbulkan bahwa tipe
60
kepribadian yang dominan pada korban bullying di SMA Negeri 3 Salatiga
adalah siswa yang memiliki tipe kepribadian Ekstrovert.
Untuk mengetetahui ada tidak perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert
dan Introvert di dalam frekuensi terkena Bullying pada siswa SMA Negeri 3
Salatiga, dilakukan Uji beda Chi Square atau juga disebut Pearson’s Chi
Square untuk menguji hipotesis komparatif. Setelah dilakukan analisis data
statistic dengan software SPSS 21.00 for windows 7 di peroleh hasil seperti
pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6
Dari hasil pengolahan data secara statistik untuk mengetahui nilai Chi
– Square (X2) dengan bantuan software SPPS 21.00 for windows 7, diperoleh
Chi - Square hitung sebesar 4,541, dengan Assymp. Sig 0,338, didasarkan
pada keluaran di atas dengan tingkat signifikansi (α) 5% atau 0,05 dan degree
of freedom (df) 4 maka diperoleh nilai p 0,338 > 0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert
dalam frekuensi terkena Bullying pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.541a 4 .338
Likelihood Ratio 4.563 4 .335
Linear-by-Linear Association 1.224 1 .269
N of Valid Cases 182
.
61
E. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert
dalam frekuensi terkena Bullying pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga dengan
nilai p: 0,338 > 0,05, maka hipotesis nihil (Ho) yang diajukan dalam
penelitian ini yang berbunyi “tidak ada perbedaan yang signifikan tipe
kepribadan Ekstrover dan Introvert dalam frekuensi terkena Bullying pada
siswa SMA Negeri 3 Salatiga” Diterima dan Hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
F. Pembahasan penelitian
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi
terkena bullying kepada siswa SMA Negeri 3 Salatiga, dari hasil analisis Chi
– Square (X2) 4,541 koefisien p = 0,338 > 0,05. Responden 182 orang siswa
terbagi dalam tipe kepribadian Ekstrovert sebanyak 97 orang siswa dan 85
orang siswa memiliki tipe kepribadian Introvert. Penelitian ini tidak
menemukan perbedaan yang signifikan tipe kepribadian Ekstrovert dan
Introvert di dalam frekuensi terkena bullying karena skala frekuensi terkena
bullying yang dipakai dalam penelitian ini hanya mengukur perilaku bullying
dalam periode satu bulan terahir, sehingga akan diperoleh hasil yang berbeda
– beda apabila dilakukan pada bulan berikutnya dan seterusnya.
62
Dari penelitian ini diperoleh hasil tipe kepribadian Ekstrovert dan
Introvert pada siswa yang menjadi korban bullying jumlahnya hampir
seimbang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaku atau bully dalam
melakukan aksi bullying-nya tidak padang bulu terhadap korbannya. Siswa
yang memiliki tipe kerpribadian Ekstrovert maupun Introvert mempunyai
peluang dan kesempayan yang sama untuk terkena perilaku bullying di
sekolah.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Budiarti (2009) yang menemukan ada perbedaan intensitas
terkena Bullying antara siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert tipe
kepribadian Introvert lebih dominan terkena Bullying dari pada siswa dengan
tipe kepribadian Ekstrovert. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan
karakteristik dari subjek penelitian, subjek dalam penelitian Budiarti adalah
siswa SLTP sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sesar
(2009) kepada 372 orang anak usia 10 – 14 tahun (mean age 12.3 ± 1.6 years)
dengan alat ukur completed a School Relationship Questionnaire (SRQ) dan
the Junior Eysenck Personality Questionnaire (EPQ Junior), yang
memperoleh hasil korban Bullying cenderung memiliki tipe kepribadian
Ekstrovert.
Dari penelitian Sesar (2009) yang memperoleh hasil bahwa siswa
dengan tipe kepribadian Ekstrovert lebih dominan dalam frekuensi terkena
63
Bullying temuan ini sejalan dengan pendapat dari Wiyani (2012) yang
berpendapat bahwa “Mereka yang aktif dan terbuka cenderung berpotensi
menjadi korban Bullying” karena baik kepribadian Ekstrovert atau Introvert
keduanya memiliki potensi yang sama untuk menjadi korban Bullying, karena
Bullying bisa menimpa siapa saja. Hasil dalam penelitian ini juga menguatkan
pendapat dari Leymann (1996) yang menentang gagasan bahwa kepribadian
seseorang dapat menjadi alasan seseorang terkena Bullying, Leyman
menyatakan kepribadian seseorang tidak dapat menjadi alasan seseorang
untuk terkena perilaku Bullying dan Mobing, karena kepribadian seseorang
berkembang dan berubah dan baik kepribadian Ekstrovert dan Introvert
keduanya mempunyai peluang yang sama untuk terkena perilaku Bullying.