BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - Institutional...
Embed Size (px)
Transcript of BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - Institutional...

67
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Izin Penelitian
Pada tanggal 11 September 2011 penulis meminta surat permohonan izin
penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan
kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah
meminta izin kepada kepala sekolah SMP Negeri 8 Salatiga secara informal
untuk menyampaikan maksud dan tujuan penulis mengadakan penelitian di SMP
Negeri 8 Salatiga. Berdasarkan surat permohonan izin penelitian tersebut, kepala
sekolah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Penulis
juga melakukan persiapan instrumen alat test berupa check list, satuan layanan
konseling kelompok Adlerian, sebuah permainan sebelum melakukan konseling
kelompok Adlerian dan silabus pelaksanaan konseling kelompok sampai selesai.
Penulis juga membentuk kelompok kontrol dan eksperimen sebagai sampel
penelitian.
4.2 Gambaran Mengenai Siswa
Sebelum memulai penyebaran instrumen, penulis diberikan guru BK
(pamong) subjek 4 kelas VII SMP N 8 Salatiga. Kelas tersebut terdiri kelas VII A
yang terdiri dari 32 siswa, kelas VII C terdiri dari 30 siswa, kelas VII D terdiri
dari 32 siswa, kelas VII F terdiri dari 30 siswa yang masing-masing totalnya ada
124 siswa. Alasan guru BK memberikan 4 kelas karena penulis mencari siswa

68
yang mempunyai masalah rasa rendah diri yang tinggi. Kemudian penulis
mendapatkan 12 siswa dari 4 kelas tersebut yang mempunyai rasa rendah diri
yang tinggi. Siswa dibagi dua untuk menentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kedua kelompok dibagi dua yang sama-sama 6 anggota,
memiliki 4 laki-laki dan 2 perempuan, hasil skor hampir sama pada tiap-tiap
masalah rasa rendah diri yang dialami tiap siswa yang dapat dilihat pada tabel 3.1
dan 3.2. Hal inilah yang membuat kelompok bisa dilaksanakan dan menjadikan
layanan konseling kelompok Adlerian sangat dibutuhkan.
4.3 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali yaitu pre
test dan post tes. Pre test dilaksanakan pada tanggal 20 September 2011 dengan
jadwal yang ditentukan guru BK (pamong) karena di hari tersebut ada 4 kelas jam
BK dengan menyebarkan Check List masalah rasa rendah diri yang terdiri dari 48
item. Pre tes diberikan kepada siswa kelas VII A, VII C, VII D, VII F SMP Negeri
8 Salatiga yang berjumlah 124 siswa.
Pengambilan data post test dilaksanakan setelah seluruh rangkaian
kegiatan eksperimen selesai. Post test dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2012
dan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masing-
masing terdiri dari 6 siswa. Daftar pernyataan yang diberikan pada post test sama
dengan daftar pernyataan pre test.

69
4.4 Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen ini dilakukan dalam 9 sesi. Berikut sesi pertama
sampai dengan sembilan.
Sesi pertama (Pembentukan Kelompok) : 4 Januari 2012
Konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, sebelum itu penulis
belajar dari Adler (yang khas dari Adler dalam konseling kelompok Adlerian)
yaitu mengajarkan untuk memanfaatkan dinamika kelompok dan konseli diajak
untuk menemukan perubahan diri yang merupakan tanggung jawabnya, dan
konselor memberi penguatan serta pandangan yang benar dan selalu memberikan
kompensasi untuk ke arah superioritas. Hal ini selalu diterapkan atau dilakukan
penulis dalam proses konseling kelompok Adlerian setiap sesinya. Konselor
membuka pertemuan dengan doa dan memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok
mempersilahkan para konseli memperkenalkan diri, untuk mempererat dan
membuat suasana menjadi akrab. Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian,
tujuan, asas-asas dalam konseling kelompok, serta menjelaskan teknik permainan
yang digunakan penulis untuk meningkatkan dinamika kelompok sebagai manfaat
dari konseling kelompok Adlerian, meyakinkan kelompok untuk tidak merasa
ragu dalam mengungkapkan masalahnya. Pemimpin kelompok juga memberikan
kepercayaan sepenuhnya kepada semua peserta akan kerahasiaan dari masalah-
masalah yang akan diungkapkan nantinya. Pemimpin kelompok mengajak
kelompok untuk memainkan sebuah permainan kelompok .

70
Sesi Dua (pembentukan kelompok dan identifikasi masalah) : 7 Januari 2012
Pada sesi kedua ini, pemimpin kelompok memberikan permainan kepada
anggota kelompok. Pemimpin kelompok menanyakan lagi mengenai pengertian
konseling kelompok, tujuan, asas-asas konseling kelompok kepada anggota
kelompok agar anggota kelompok lebih mengerti tujuan diadakan konseling
kelompok. Pemimpin kelompok mengadakan kontak waktu dengan anggota
kelompok. Disepakati bahwa konseling kelompok ini dilakukan selama 9 sesi,
dengan durasi waktu 110 menit per sesinya yang di potong waktu sekitar 20 menit
untuk melakukan permainan terlebih dahulu agar suasana konseling lebih nyaman.
Setelah itu identifikasi masalah dilakukan. Karena pemimpin kelompok sudah
membawa data hasil jawaban anggota kelompok eksperimen. Pada sesi
selanjutnya yang akan disepakati dan dibahas adalah masalah rasa rendah diri
yang tertinggi . Pemimpin kelompok membacakan tiap skor yang dijawab anggota
kelompok. Dari skor 32 adalah masalah rasa rendah diri M.FH, skor 31 adalah
masalah rasa rendah NIP, skor 31 adalah masalah rasa rendah diri FKN, Skor 30
adalah masalah rasa rendah diri PPW, Skor 30 adalah masalah rasa rendah diri
NN, Skor 30 adalah masalah rasa rendah DA. Dengan masalah yang dibacakan
pemimpin kelompok dan semua anggota kelompok (konseli) setuju dengan apa
yang dijelaskan pemimpin kelompok kalau konseling kelompok Adlerian akan
dimulai membahas masalah dari skor yang paling tinggi dan memberikan
kompensasi kepada setiap konseli untuk kearah superioritas. Setelah itu kegiatan
diakhiri dan bersepakat untuk sesi ke tiga.

71
Sesi Tiga : 11 Januari 2012
Pada sesi ketiga ini, disepakati akan membantu dan menyelesaikan
masalah M.FH. Sebelum dilakukan pemimpin kelompok memberikan sebuah
permainan agar dalam konseling kelompok yang akan dilakukan tidak membuat
anggota kelompok yang lain tegang. Berdasarkan skor check list yang dibagikan
oleh pemimpin kelompok untuk mengetahui masalah rendah diri siswa, pemimpin
kelompok mendapatkan bahwa M.FH memiliki keluhan paling tinggi terhadap
masalah rasa rendah diri dengan skor 32. Berdasarkan prinsip konseling kelompok
yang melibatkan seluruh anggota konseling kelompok untuk mengeluarkan
pendapat, ide atau saran, konselor kembali meyakinkan M.FH untuk terbuka
dengan masalah yang dihadapi dan pemimpin kelompok memberikan kompensasi
untuk kearah superioritas. Pemimpin kelompok membantu menyelesaikan
permasalahan dengan membahas tiap pernyataan yang diisi M.FH dan
memberikan kompensasi kepada konseli untuk kearah superioritas, ke arah
superioritas disini maksudnya terus berjuang menjadi lebih baik lagi menjadi
dekat dan dekat dengan tujuan menjadi individu yang ideal. Setelah semua
pernyataan yang diisi M.FH di selesaikan pemimpin kelompok menghimbau
M.FH untuk mencoba semua saran, pendapat semua anggota kelompok demi
menurunkan rasa rendah diri M.FH agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan
tidak terpuruk dengan rasa rendah diri yang selalu menakuti M.FH.

72
Sesi Empat : 14 Januari 2012
Pada awal pertemuan keempat, konselor kembali meyakinkan konseli
untuk selalu terbuka terhadap apa yang menjadi masalahnya sebelum konselor
memberikan permainan dengan tujuan mengakrabkan sesama anggota kelompok.
Pada sesi keempat ini, merupakan pembahasan konseli bernama NIP yang
memiliki skor yang tergolong kategori tinggi dalam masalah rasa rendah diri
dengan skor 31. Melalui checklist yang diisi oleh NIP, pemimpin kelompok dapat
mengetahui apa saja yang membuat NIP merasa rendah diri. Kemudian pemimpin
kelompok memberikan kompensasi kepada konseli untuk kearah superioritas,
membantu NIP untuk mengurangi rasa rendah diri dengan cara membahas dan
menyelesaikan masalah dari pernyataan dalam checklist tersebut satu per satu.
Seperti pertemuan sebelumnya, pemimpin kelompok sangat berharap teman-
teman yang lain memberi pendapat ataupun saran untuk membantu mengurangi
masalah rendah diri yang dialami NIP. Pada akhir pertemuan, NIP berjanji untuk
mencoba saran pemimpin kelompok dan teman-temannya tentang mengurangi
rasa rendah diri.
Sesi kelima : 18 Januari 2012
Pada pertemuan kelima ini, akan membahas tentang permasalahan FKN
yang juga merupakan siswa dengan skor rasa rendah diri kategori tinggi yaitu 31.
skor FKN setingkat dengan NIP tetapi permasalahan rendah diri tidak sama.
Seperti pertemuan sebelumnya, pemimpin kelompok menggunakan permainan
untuk meningkatkan kedekatan sesama konseli dan tercipta sebuah keterbukaan

73
pada saat mengungkapkan permasalahan mereka. Pemimpin kelompok
memberikan kompensasi untuk ke arah superioritas dan membantu membahas
permasalahan satu per satu supaya tidak ada yang tertinggal satu pun masalah rasa
rendah diri. Hal ini bukan hanya pemimpin kelompok yang memberikan saran
ataupun gagasan. Tetapi teman sesama konseli juga berkewajiban untuk
memberikan pandangan atau gagasan yang berguna untuk membantu FKN
memperbaiki dirinya. Pada akhir pertemuan, FKN berjanji untuk mencoba
mengurangi permasalahan rendah diri yang dimiliki berdasarkan saran konselor
dan teman-temannya.
Sesi keenam : 21 Januari 2012
Pertemuan keenam ini digunakan untuk membahas permasalahan PPW,
konseli dengan skor 30 dan tergolong kategori rasa rendah diri tinggi. Tidak lupa
konselor memberikan permainan supaya membantu konseli semakin akrab dengan
anggota konseli yang lain. Tidak lupa pemimpin kelompk selalu memberikan
kompensasi untuk kearah superioritas dan PPW mengungkapkan
permasalahannya tetapi dalam pertemuan ini sudah tampak meningkatnya
kepercayaan konseli satu sama lain. Konseli dengan kepercayaan diri yang tinggi
mengungkapkan permasalahan dalam dirinya. Sedangkan anggota kelompok
mencoba untuk memberikan saran yang membangun untuk PPW yang membuat
terjadinya komunikasi yang baik dalam konseling kelompok ini. Konselor juga
menambahkan apa yang dirasa saran dan ide dari anggota kelompok (konseli)
yang kurang. Untuk bisa membantu PPW menyelesaikan permasalahan rasa
rendah dirinya. Acara diakhiri setelah PPW sudah tidak memiliki pertanyaan

74
seputar penurunan masalah rendah diri yang harus ditanyakan oleh konselor
ataupun teman konseli lain.
Sesi ketujuh : 25 Januari 2012
Pertemuan ketujuh ini digunakan untuk membahas permasalahan NN yang
merupakan siswa dengan skor rasa rendah diri kategori tinggi yaitu 30. Pemimpin
kelompok kembali menggunakan permainan untuk menciptakan komunikasi dan
suasana yang hangat pada pertemuan konseling kelompok sesi ketujuh ini.
Pemimpin kelompok selalu memberikan kompensasi kearah superioritas
kemudian membahas permasalahan yang dialami oleh NN dan menyuruh NN
untuk terbuka dengan masalahnya didepan teman-temannya. Dengan tujuan
pertemuan konseling ini bisa membantunya menyelesaikan permasalahan yang
dialami. Tidak lupa pula teman sesama konseli berkewajiban untuk memberikan
ide atau gagasan supaya membantu NN menyelesaikan masalahnya. Pada akhir
acara, NN berjanji untuk memperbaiki dirinya dengan cara mencoba saran yang
diberikan konselor dan teman-temannya.
Sesi kedelapan : 28 Januari 2012
Pertemuan kedelapan ini membahas permasalahan yang dialami DN. DN
merupakan siswa dengan masalah rendah diri kategori tinggi yaitu 30. Pemimpin
kelompok memulai pertemuan dengan memainkan permainan yang biasanya
dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Seusai permainan, Pemimpin kelompok
selalu memberikan kompensasi untuk kearah superioritas dan mulai membahas
pernyataan DN yang terdapat pada checklist yang sudah diisi. Karena pertemuan

75
ini adalah pertemuan akhir dalam membahas permasalahan konseli, teman-teman
konseli DN sangat termotivasi untuk mengeluarkan ide dan pendapat yang
diharapkan dapat membantu DN memperbaiki dirinya. Pada akhir pertemuan, DN
mengucapkan terima kasih kepada konselor dan teman-temannya atas saran yang
sangat membangun dan berjanji untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan DN.
Sesi kesembilan : 1 Februari 2012
Pertemuan kesembilan ini merupakan pertemuan evaluasi untuk
membahas segala macam permasalahan rasa rendah diri yang dialami konseli.
Satu per satu konseli harus mengungkapkan apa saja yang menurut konseli sudah
berubah setelah pertemuan konseling kelompok beberapa kali pertemuan.
Pemimpin kelompok merasa puas karena beberapa konseli mengungkapkan
bahwa pertemuan konseling yang sudah dilakukan sudah dapat membantu konseli
mengurangi permasalahan rendah diri yang dialami yang bisa diambil kesimpulan
kalau konseli sudah bisa menuju kearah superioritas. Urutan berbagi pengalaman
dilakukan dari M.FH dengan skor yang paling tinggi menuju ke skor terendah.
Lalu pemimpin kelompok bertanya setiap pernyataan dalam checklist. Apabila
ada permasalahan yang belum bisa sepenuhnya terselesaikan, konselor kembali
memberi saran supaya dikemudian hari bisa diperbaiki. Setelah menonton video
yang bisa memotivasi siswa untuk bisa lebih menghargai diri-sendiri dan orang
tua anggota kelompok (konseli) untuk tidak menjadi pribadi yang mempunyai rasa
rendah diri yang semoga saja konseling kelompok Adlerian ini bermanfaat untuk
hari kedepan konseli. Diharapkan dari pertemuan kesembilan ini, konseli bisa
semakin menurunkan angka permasalahan rasa rendah diri yang dialami.

76
Post Test: 4 Februari 2012
Konselor memberikan post test kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol di ruang yang berbeda. Kelompok eksperimen di ruang VIII F
dan kelompok kontrol di ruang VIII E.
Tindak lanjut: 6 Februari 2012
Setelah selesai, penulis menemui guru BK dan membicarakan bahwa
konseling kelompok telah selesai. Penulis memberikan hasil dan data yang
digunakan untuk menurunkan permasalahan rendah diri konseli. Tanggapan guru
pamong terhadap hasil dan data yang diberikan peneliti beliau merasa senang
karena penulis bisa membantu beliau selaku guru BK untuk menurunkan angka
rasa rendah diri yang dialami muridnya.
4.5 Analisis Data
4.5.1 Analisis data Deskriptif
Pengujian pertama dilakukan pada data pre tes. Pre test dilaksanakan
sebelum pemberian layanan konseling kelompok Adlerian pada tanggal 20
September 2011. Pengujian kedua adalah post test yang diberikaan setelah
pemberian konseling kelompok Adlerian pada tanggal 4 Februari 2012. Adapun
hasil dari analisis deskriptif pre test dan post test dapat dilihat pada tabel berikut:

77
Tabel 4.1
Kategori rasa rendah diri kelompok eksperimen sebelum perlakuan
Range Kategori Frekuensi Pre
Test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi 6 100%
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah - -
Jumlah 6 100%
Pada tabel pre test kelompok eksperimen variabel rasa rendah diri pada
kategori tinggi (100%)
Tabel 4.2
Kategori rasa rendah diri kelompok eksperimen sesudah perlakuan
Range Kategori Frekuensi
Post test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi - -
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah 6 100%
jumlah 6 100%
Pada tabel post test kelompok eksperimen variabel rasa rendah diri pada
kategori sangat rendah (100%).

78
Tabel 4.3
Kategori rasa rendah diri kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
Range Kategori Frekuensi Pre
Test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi 6 100%
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah - -
jumlah 6 100%
Pada tabel pre test kelompok kontrol variabel rasa rendah diri pada
kategori tinggi (100%)
Tabel 4.4
Kategori rasa rendah diri kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
Range Kategori Frekuensi
Post test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi 6 100%
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah - -
jumlah 6 100%
Pada tabel post test kelompok kontrol variabel rasa rendah diri pada
kategori tinggi (100%)
Hasil dari 6 siswa kelompok eksperimen dan 6 siswa kelompok kontrol
dari hasil pre test dan post test dapat dilihat pada tabel:

79
Tabel 4.5
Data skor pre test dan skor post test kelompok eksperimen
No Nama Pre test Post test Perbedaan
Skor
1 M. FH (kelompok eksperimen) 32 7 25
2 NIP (kelompok eksperimen) 31 7 24
3 FKN (kelompok eksperimen) 31 8 23
4 PPW (kelompok eksperimen) 30 6 24
5 NN (kelompok eksperimen) 30 6 24
6 DA (kelompok eksperimen) 30 5 25
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa variabel rasa rendah diri
siswa turun diantaranya M.FH yang sebelum pelaksanaan konseling kelompok
Adlerian memiliki total skor 32 dan setelah pelaksanaan konseling kelompok
Adlerian menjadi 7. Jadi M.FH ada penurunan skor 25. Pada NIP skoring 31
menjadi 7 ada penurunan skor sebanyak 24. Pada FKN Skoring 31 menjadi 8 ada
penurunan skor sebanyak 23. Pada PPW dari skoring 30 menjadi 6 Sehingga ada
penurunan skor sebanyak 24. Pada NN dari skoring 30 menjadi 6 ada penurunan
penurunan skor 24. Pada DA dari skoring 30 menjadi 5 ada penurunan skor 25.
Setelah pelaksanaan konseling kelompok Adlerian yang telah dilakukan ada
kemajuan yang membuat penurunan dari rasa rendah diri tinggi ke sangat rendah,
hal ini sesuai dengan pengungkapan para siswa dari hasil pre test dan post test.

80
Tabel 4.6
Data skor pre test dan skor post test kelompok kontrol
No Nama Pre test Post test Perbedaan
Skor
1 NA ( Kelompok kontrol) 32 32 0
2 IJ( Kelompok kontrol) 31 31 0
3 YJK ( Kelompok kontrol) 30 30 0
4 PF( Kelompok kontrol) 30 31 1
5 GW ( Kelompok kontrol) 30 32 2
6 MS ( Kelompok kontrol) 30 31 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa variabel rasa rendah diri
siswa kelompok kontrol relatif sama dan ada yang naik. NA yang sebelumnya
pada saat check list disebar total skor 32 dan tetap menjadi 32 karena tidak diberi
perlakuan konseling kelompok Adlerian. Pada IJ skoring 31 tetap menjadi
menjadi 31. Pada YKJ Skoring 30 tetap menjadi 30. Pada PF dari skoring 30
menjadi 31 ada kenaikan skor 1. Pada GW dari skoring 30 menjadi 2 ada
kenaikan skor 2 .Pada MS dari skoring 30 menjadi 31 ada kenaikan skor 1.
4.5.2 Analisis data Mann Whitney Test
Dari data pada tabel ini, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis dengan
menggunakan teknik analisis data Mann Whitney U, untuk mengetahui
perbandingan apakah ada perbedaan tingkat rasa rendah diri siswa / kelompok
yang diberikan treatment dengan kelompok yang tidak diberikan treatment

81
dengan melihat mean rank (harga rata-rata ) antara kelompok kontrol dan
eksperimen sebelum dan sesudah diberi layanan konseling kelompok Adlerian.
Untuk mengetahui signifikasi penurunan rasa rendah diri pada kelompok
eksperimen siswa kelas VII SMP N 8 Salatiga dilakukan perhitungan
menggunakan analisis Mann Whitney U. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada
tabel:
Tabel 4.7
Uji Mann Whitney
Pre Test dan Post Test Rasa Rendah Diri Kelompok kontrol
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor pre test 6 5.08 30.50
post test 6 7.92 47.50
Total 12
Test Statisticsb
skor
Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 30.500
Z -1.450
Asymp. Sig. (2-tailed) .147
Exact Sig. (2-tailed) .210
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Pada tabel 4.7 terdapat hasil dari pengolahan statistik antara pre test dan
post test kelompok kontrol dengan rumus Mann Whitney Nampak bahwa skor

82
dari Mann Whitney U= 9,500, nilai Z = -1,450 dan nampak Asymp. Sig. 2 tailed
0,147 > 0,050. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara rasa rendah diri pada skor pre test dan post test. Dengan
mean rank pre test kelompok kontrol 5,08 dan mean rank post test kelompok
kontrol 7,92. Selisih mean rank post test antara kelompok kontrol 2,84.
Tabel 4.8
Uji Mann Whitney
Pre Test dan Post Test Rasa Rendah Diri Kelompok Eksperimen
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor pre test 6 9.50 57.00
post test 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
skor
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.918
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. (2-tailed) .002
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Pada tabel tabel 4.8 terdapat hasil pengolahan statistik antara pre test dan
post test kelompok eksperimen menggunakan rumus Mann Whitney. Nampak
bahwa skor dari Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan nampak Asymp.

83
Sig. 2 tailed 0,004 < 0.050. Dengan demikian dinyatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara rasa rendah diri pada skor pre test dan post test. Dengan
mean rank pre test kelompok eksperimen 9.50 dan mean rank post test kelompok
eksperimen 3,50. Selisih mean rank pre test dan post test antara kelompok
eksperimen 6,00. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan
perlakuan konseling kelompok Adlerian rasa rendah dirinya menurun.
Tabel 4.9
Uji Mann Whitney
Post Test rasa rendah diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
skor
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.918
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. (2-tailed) .002
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Pada tabel 4.9 terdapat hasil pengolahan statistik antara post test kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus Mann Whitney nampak bahwa
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor eksperimen 6 3.50 21.00
kontrol 6 9.50 57.00
Total 12

84
skor dari Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan nampak Asymp. Sig. 2
tailed 0,004 < 0,050. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara skor rasa rendah diri pre test dan post test pada kelompok
eksperimen. Dengan mean rank post test kelompok eksperimen 3,50 dan mean
rank post test kelompok kontrol 9,50. Selisih mean rank post test antara kelompok
eksperimen dan kontrol 6.00. Jadi dapat dapat disimpulkan kelompok eksperimen
yang diberikan konseling kelompok rasa rendah dirinya menurun.
4.6 Uji Hipotesis
Penulis mengajukan hipotesis : ” Konseling Kelompok Adlerian dapat
Menurunkan Secara Signifikan Rasa Rendah Diri Siswa Kelas VII SMP Negeri 8
Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.”
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi Asymp.Sig. 2-tailed 0,004 <
0,05 dengan mean rank pada pre test 9,50 sedangkan mean rank pada post test
adalah 3,50 sehingga ada penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar
6,00. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Konseling kelompok Adlerian dapat menurunkan secara signifikan rasa
rendah diri siswa kelas VII SMP N 8 Salatiga yang dapat dilihat dalam analisis
Mann Whitney nampak bahwa skor Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan
nampak Asimp.Sig. 2-tailed 0,004 < 0.050. Skor mean rank pada pre test
kelompok eksperimen adalah 9,50. Kemudian sesudah mendapatkan perlakuan

85
skor mean rank pada post test kelompok eksperimen adalah 3,50. Ada penurunan
skor mean rank kelompok eksperimen sebesar 6,00.
Dalam penelitian ini pada saat pre test skor siswa kelompok eksperimen
memiliki rasa rendah diri yang tinggi yang sama dialami kelompok kontrol,
setelah diberikan konseling kelompok Adlerian pada kelompok eksperimen yang
dilakukan sembilan sesi dari pembentukan kelompok dua sesi, proses konseling
kelompok enam sesi dan evaluasi satu sesi dan dirasa cukup untuk membuat rasa
rendah diri siswa menurun karena semua masalah yang dialami tiap konseli sudah
dibahas satu-persatu tiap item dari aspek (fisik, psikologis dan sosial) dan
diselesaikan satu persatu yang membuat tiap konseli yang mempunyai masalah
yang sama ditiap aspek bisa mengikuti dan mempratekkan dalam kesehari-
hariannya dengan mengikuti tips-tips penyelesaian masalah yang diberikan oleh
penulis.
Adler mengajarkan konselor untuk memanfaatkan dinamika kelompok.
Konseli diajak untuk menemukan perubahan diri yang merupakan tanggung
jawabnya, dan konselor memberi penguatan serta pandangan yang benar. Hal ini
sudah dilakukan penulis disetiap sesi, penulis membentuk dinamika kelompok
sehingga proses konseling lebih mudah dilaksanakan untuk menyelesaikan
masalah konseli dan dengan mengajak menemukan perubahan yang akan
dilakukan konseli setelah membahas masalah, memberikan penyelesaian dan
saran-saran yang akan dilakukan konseli setelah proses konseling selesai serta
memberikan penguatan agar konseli lebih dewasa menyelesaikan masalah agar
tidak timbul masalah rasa rendah lagi. Analisis menggunakan Mann Whitney U

86
Test, hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.8 (analisis pre test dan post test
kelompok eksperimen) dan tabel 4.9 (analisis post test kelompok eksperimen dan
kontrol).
Temuan ini sejalan dengan penelitiannya Brough, Marjorie F (1994), yang
menunjukkkan bahwa terdapat pengurangan rasa rendah diri. Persamaan hasil
temuan ini dimungkinkan sama-sama menggunakan 1 teori dari tokoh Adler yang
membuat penelitian ini menjadi sejalan dari teori rasa rendah diri Adler, dan
konseling kelompok Adlerian
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan Michael dan David (2000). Proses terapi kelompok dilakukan waktu
sekitar satu setengah bulan untuk bisa mengurangi perasaan rendah diri remaja
Burundi dengan menggunakan pendekatan konseling kelompok Adlerian dan teori
dari tokoh Adler. Tetapi setelah proses konseling kelompok diberikan hasil
menunjukkan perasaan rendah diri remaja Burundi tidak dapat
berkurang/menurun. Walaupun penelitian sama-sama menggunakan teori dan
konseling kelompok yang sama yaitu Adlerian namun perbedaan hasil penelitian
ini di mungkinkan karena adanya perbedaan latar belakang kehidupan remaja
yang mempunyai masalah rasa rendah diri yang diteliti oleh penulis dengan
Michael dan David (2000). Dimana perbedaannya penulis menggunakan 12 siswa
SMP yang mempunyai rasa rendah diri tinggi tetapi dengan skala kehidupan yang
masih normal maka rasa rendah diri siswa masih dapat diturunkan. Sedangkan
yang diteliti Michael dan David (2000) remaja yang di ambil secara acak di
negara Burundi, Afrika Selatan yang sudah hidup dengan kemiskinan, kelaparan

87
dan kekurangan gizi yang mengakibatkan rasa rendah diri tidak dapat berkurang.
Michael dan David apabila melakukan penelitian lagi di Burundi, sebaiknya
setelah memberikan konseling kelompok Alderian ditambah dengan memberikan
bantuan obat-obatan, bahan makanan, pembelajaran tentang kehidupan diluar
yang mungkin tidak banyak didapatkan oleh remaja Burundi, yang bisa dilakukan
dengan membuat sebuah organisasi/team untuk membantu kehidupan remaja di
Burundi agar remaja yang mempunyai perasaan rendah diri dapat berkurang.
Jadi dapat disimpulkan rasa rendah diri tinggi dapat di turunkan dengan
memakai satu set teori dan treatment konseling kelompok dari Adler dengan
masalah rasa rendah diri yang tinggi tetapi dengan skala kehidupan yang normal
sama seperti penelitian yang dilakukan penulis dengan Brough.