Asas Asas Kurikulum
Embed Size (px)
description
Transcript of Asas Asas Kurikulum

ASAS-ASAS KURIKULUM
MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM
DISUSUN OLEH :
1. ERNITA SARI 13040019
2. INTAN MELATI 13040020
3. IDA NUR HIDAYAH 13040022
4. EMILIYA 13040025
5. HERU IRAWAN 13040028
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (STKIP-MPL)
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASAS
ASAS KURIKULUM”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Semantik di Kampus STKIP MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin..
Pringsewu,29 Maret 2015
Penyusun
ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II ASAS-ASAS KURIKULUM
A. Asas filosofis......................................................................................3
B. Asas Sosiologis...................................................................................6
C. Asas Psikologis...................................................................................7
D. Asas Organisatoris .............................................................................8
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN:.......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum memilki peranan penting dalam sistem pendidikan. Hal ini
dikarenakan selain kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang
memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan,
kurikulum juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, mengingat
pentingnya peran kurikulum di dalam perkembangan pendidikan kehidupan
manusia secara umum.
Mengingat pentingnya kurikulum, desain kurikulum harus dilaksanakan
berdasarkan konsep pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, sikap dan nilai moral, sehingga visi dan misi kurikulum yang
dikembangkan dapat membentuk pribadi yang kuat. Selain itu, dalam
pengembangan kurikulum juga diperlukan landasan atau asas yang kuat agar
hasil pendidikan terjamin kualitasnya. Asas-asas utama dalam pengembangan
kurikulum yaitu asas filosofis, psikologis, sosiologis, cultural ilmu
pengetahuan dan teknologi serta organisatoris.
Di dalam makalah ini akan dipaparkan lebih rinci dan mendetail mengenai
pengertian dari asas pengembangan kurikulum dan hal-hal apa saja yang
terkait dengan ke lima asas pengembangan kurikulum tersebut.
B. Rumusan masalah
1) Bagaimana pengertian kurikulum dan asas-asas kurikulum?
2) Bagaimana Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum?
3) Bagaimana Asas psikologis dalam pengembangan kurikulum?
4) Bagaimana Asas sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pengembangan kurikulum?
5) Bagaimana Asas organisatoris dalam pengembangan kurikulum?
1

C. Tujuan
1) Untuk mendeskripsikan pengertian dan asas-asas pengembangan
kurikulum
2) Untuk mendeskripsikan Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum
3) Untuk mendeskripsikan Asas psikologis dalam pengembangan kurikulum
4) Untuk mendeskripsikan Asas sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam pengembangan kurikulum
5) Untuk mendeskripsikan Asas organisatoris dalam pengembangan
kurikulum
2

BAB II
ASAS-ASAS KURIKULUM
Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan
cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan
secara sembarangan ,mengingat pentingnya peran kurikulum didalam pendidikan
perkembangan kehidupan manusia secara umum.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa landasan utama,yaitu asas
psikologi anak indonesia sendiri, asas sosiologi atau keadaan bangsa indonesia
sendiri, asas perkembangan IPTEKS di dunia, dan asas filsafat bangsa indonesia
sendiri, yaitu filsafat pancasila.
A. Asas filosofis
Falsafah dalam arti sebenarnya cinta akan kebenaran yang merupakan
rangkaian dari 2 pengertian, yakni philein (cinta) dan sophia (kebajikan ).
Dalam batasa moderen, filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha
memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan lingkup
pengalaman manusia, yang berharap agar manusia dapat mengerti dan
mempunyai pandagan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semsta
dan tempat manusia di dalamnya. Intinya manusia merupakan baagian dari
dunia (Barnadib,1994:11).
Pandangan menyeluruh dan sistematis yang diharapkan dapat dikuasai
oleh manusia adalah lebih dari sekedar pengetahuan. Barangkali yang
dimaksud dengan dikuasai disini adalah pengetahuan itu sendiri, dan juga
menemukan adanya kesalinghubungan dan pertalian semua unsur hingga
pada akhirnya akaan ditemukan adanya unsur kebijakan.
Sebagai induk dari semua pengetahuan (the mother of knowledge) filsafat
dapat dirumuska sebagai kajian tentang :
1. Metafisika, yakni studi tentang hakikat kenyataan atau realita;
2. Epistemologi, yakni studi tentang hakikat pengetahuan ;
3

3. Aksiologi, yakni studi tentang nilai ;
4. Etika, yakni studi tentang hakikat kebaikan ;
5. Estetika, yakni studi tentang hakikat keindahan ;
6. Logika, yakni studi tentang hakikat penalaran .
Namun 1 hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum
adalah dalam mengembangkan kurikulum, pengembang tidak hanya
menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya, tetapi juga perlu
mempertimbangkan falasafah yang lain, antara lain : falsafah negara,
falsafah lembaga pendidikan, dan staf pengajar atau pendidik ( Nasution,
1989:14-15 ).
1. Falsafah Bangsa
Setiap negara di dunia ini, baik negara berkembang maupun negara
maju, memiliki falsafah atau pandangan pokok mengenai pendidikan.
Setiap individu memiliki pandangan tertentu mengenai pendidikan
yang kadang tidak sama dengan pandangan umum. Keberadaan
kurikulum adalah untuk memelihara keutuhan dan persatuan bangsa
dan negara. Agaknya memang tidak mudah menciptakan falsafah
pendidikan tang dapat diterima semua pihak. Kondisi masyarakat
menyangkut suku, agama, golongan, kepentingan politik tertentu, akan
turut mempengaruhinya. Namun, bagi bangsa indonesia, persoalan
falsafah pendidikan bukanlah persoalan, mengingat pancasila dan
UUD 1945 telah di terima secara resmi menjadi filsafat dan dasar
pendidikan nasional. Keberadan falsafah pancasila harus dijadikan
kerangka utama (mainsteream) dalam mengontrol pelaksanaan
lembaga-lembaga pendidikan pada suatu negara, karenanya
keberadaan filsafat tersebut akan mempengaruhi semua kebijakan dan
keputusan dalam pengembangan kurikulum.
4

2. Falsafah Lembaga Pendidikan
Pancasila merupakan falsafah nasional yang tegas dan telah di terima
oleh segenap bangasa indonesia. Dalam konteks pendidikan, pancasila
dijadikan pedoman bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan
falsafah atau pandangan masing-masing sesuai dengan misi dan tujuan
nasional serta nilai-nilai masyarakat yang dilayaninya. Falsafah suatu
pendidikan jarang dinyatakan secara jelas,spesifik dan eksplisit dalam
bentuk tulisan. Dalam kaitannya dengan rumusan tersebut, Nasution
(1989:21) mengungkapkan bahwa dalam merumuskan falsafah lembaga
pendidikan secara tertulis, perlu memiliki komponen-komponen berikut:
a). Alasan rasional mengenai eksistensi lembaga pendidikan itu; b).
Prinsip-prinsip pokok yaang mendasarinya; c). Nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang di junjung tinggi; dan d). Prinsip-prinsip pendidikan
mengenai hakikat anak didik, hakikat proses belajar mengajar dan hakikat
pengetahuan. Biasanya dalam falsafah lembaga pendidikan belum
dimasukan pengetahuan operasional yang spesifik.
3. Falsafah Pendidikan
Dalam operasional kurikulum, peran pendidik memang sangat penting.
Ia selalu terlibat dan karenanya peran falsafahnya dalam perencanaan,
pengorganisasian, dan penyampaian pelajaran merupakan suatu hal yang
menentukan tercapainya tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam
kurikulum sekolah bersangkutan akan sangat tidak berarti suatu kurikulum
yang baik jika pendidik memiliki falsafah yang berbeda dalam memahami,
menafsirkan dan melaksanakan kurikulum tersebut. Jadi, dalam konteks
operasional kurikulum, pendidik merupakan pemegang peran utama.
Kemudian, pengembangan (develovers) kurikulum perlu menyadari
kemungkinan adanya falsafah berbada yang dimiliki para pengajar.
Kebaradaan falsafah seorang pendidik memang sangat berpengaruh
terhadap proses belajar mengajar. Oleh karenanya seorang pendidik mesti
5

propesional. Pendidik propesional secara inplinsik selalu menempatkan
dirinya untuk menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang di pikul orang tua dan orang tua pun sangat
mengharapkan anaknya untuk memiliki pendidikan yang baik dan
profesional.
B. Asas Sosiologis
Asas sosiologis mempunyai peran penting dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bangsa dimuka bumi ini.
Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita
terentu dan kebutuhan masyarakat karena itu, sudah sewajarnya kalau
pendidikan memperhatikan aspirasi masyarakat, dan pendidikan mesti
memberi jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-
politik-ekonomi yang dominan.
Banyak lagi aspek-aspek lain yang turut memberikan pengaruh mengenai
apa yang harus dimasukan kedalam kurikulum, yakni yang menjadi
kebutuhan masyarakat (The need of society), antara lain: a). Interaksi yang
kompleks antara kekuatan-kekuatan sosial, politik, ekonomi, militer,
industri, dan kultural dengan masyarakat; b). Berbagai kekuatan dominan
sebagaimana diungkapkan diatas dibagian dunia lainnya yang erat
hubungannya dengan negara bersangkutuan; dan c). Pribadi pimpinan dan
tokoh-tokoh yang memegang kekuasaan formal dan informal diberbagai
lapisan masyarakat.
Dalam mengambil suatu keputusan mengenai kurikulum, para
pengembang mesti merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka
tinggal merespon berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh
beragam golongan dalam masyarakat dan memahami tuntutan kecantuman
nilai-nilai falsafah pendidikan bangsa dan berkait dengan falsafah yang
berlaku. Kurikulum sedapat mungkin dibangun dan dikembangkan dengan
6

tetap merujuk pada asas kemasyarakatan sekaligus dengan kebutuhan
masyarakat.
C. Asas Psikologis
Kontribusi psikologi terhadap studi kurikulum memiliki dua bentuk.
Pertama, model konseptual dan informasi yang akan membangun
perencanaan pendidikan. Kedua, berisikan berbagai metodologi yang dapat
diadaftasi untuk penelitian pendidikan (Meggi ing,1978:29). Pertanyaan
tentang pengembangan mata pelajaran, model-model dan metodologi-
metodologi itu bermacam-macam dan informasinya sering tidak lengkap
dan berkontradiksi. Tidak terdapat teori-teori psikologi, tetapi hanya ada
studi-studi dan teori-teori dalam hal perbedaan tingkat kecanggihan.
Teori-teori Belajar
1. Behaviorisme
Prinsip utama aliran behaviorisme adalah berdasarkan unit belajar.
Seorang behavioris melihat anak didik sebagai organisme yang
merespon stimulus dari dunia sekitarnya yang dikethui sebagai s-r atau
s-o-r. Peranan pendidik adalah menyajikan stimulus tertentu yang
membangkitkan respon tertentu yang mrupakan hasil belajar yang
diinginkan. Untuk mengatur proses s-r secara sistematis, bahan
pelajaran dipecahkan atau dibagi-bagi menjadi butir-butir informasi
secara mendetail
2. Teori gestalt
Teori Gestalt atau fieldtheori menggunakan konsep behaviorisme
dan perkembangan koknitip dengan memasukan unsur-unsur o
(o=organisme individu ) didalam rumus S-R menjadi S-O-R. Teori
gestalt sangat mementingkan anak didik dalam proses belajar
mengajar. Dalam belajar, anak didik kadang menemukan insight atau
penalaran spontanitas, tiba-tiba sehinggga dalam belajar anak didik
7

tidak hanya memupuk ilmu pengetahuan. Informasi baru yang masuk
diproses secara mental dengan informasi yang tersimpan dalam
ingatan, sehingga muncul pemahaman atau insight.
Walaupun demikian, keadaan insight tersebut berbeda antara anak
didik yang satu dengan yang lainnya, dikarnakan tiap individu
memiliki livespace (ruang lingkup ) yang berlainan. Livespace
terbentuk oleh totalitas oleh pengalaman seseorang selama hidupnya,
dan keberadaan nya akan mempengaruhi cara seseorang dalam
mempersepsi dunia sekitarnya dan demikian akan mempengaruhi
proses belajarnya.
3. Teori psikologi dayak
Penganut aliran teori psikologi daya berpandangan bahwa belajar
merupakan mendisiplinkan dan menguatkan daya-daya mental.
Terutama daya pikir, melalui latihan mental yang ketat dapat
contohkan bahwa jika otak telah kembangkan melalui studi
matematetika klasik humaniora. Anak didik akan mampu berpikir
rasional sehingga memudahkn proses belajar pada bidang studi yang
lain . Jadi yang menjadi fokus utama ialah cara mempelajari materi
pelajaran yang sulit, seperti matematika dan bahasa klasik. Agar
mendisplinkan dan mengembangkan prose-proses mental.
4. Teori pengembangan koknitif
Menurut teori, kemantangan mental tumbuh secara bertahaf pada anak
didik sebagai follow up dari intraksi dengan lingkungan.
Piaget mengungkapkan bahwa ada empat tahaf pokok dalam
perkembangan koknitif – intelektual, yaitu :
a. Tahap senso-motoris (0-2)
b. Tahap pra-operasional (2-6)
c. Tahap Operasional konkret (6-12)
8

d. Tahap Operasional format (12 tahun ke atas)
Semntara itu, John Dewey mengemukakakn tahap-tahap perkembangan
moral berdasarkan teori Jean Piaget :
a. Tahap amoral
b. Tahap konvensional
c. Tahap otonom
5. Teori Kepribadian
Pada tahun 1950 satelit an, Peck dan Haviq hurst mengembangkan
tipologi kepribadian yang disebut teori motivasi yang ditinjau dari
psikososial. Ada lima tipe watak yang mempengaruhi pola motivasi
individu, yaitu :
a. Tipe A-Moral
Anak sepenuhnya egosentris, memuaskan diri tanpa menghiraukan
orang lain
b. Tipe Expedient
Agak ke egosentris, patuh tanpa sistem moral internal dan dapat
memuaskan kebutuhan diri, namun masih diatur oleh kontrol eksternal.
c. Tipe Expedient
Belum memiliki sistem moral internal tentang yang baik dan buruk,
tapi masih kaku dan ketat tanpa pertimabangan atau pengecualian,
serta masih mengabaikan perasaan orang lain (tidak rasiaonal).
d. Tipe Expedient
Sistem moral sudah berkembang dan anak sudah menyadari kebutuhan
dan keinginan orang lain serta sensitive dan rela berkorban untuk
orang lain (Nasution, 1989 : 33).
D. Asas Organisatoris
9

Keadaan masyarakat senantiasa berubah dan mengalami kemajuan
pesat, sehingga tentu akan memberi beban baru bagi pengembangan
kurikulum (curriculum develovers), yang berperan sebagai pembuat
keputusan (decision makers) dan memilih terhadap apa yang harus
diajarkan kepada siapa dalam hubungan ini, Nasution (1989 : 34)
menyatakan bahwa ada dua masalah pokok yang harus dipertimbangkan
yakni :
a. Pengetahuan apa yang paling berharga untuk diberikan bagi anak didik
dalam suatu bidang studi
b. Bagaimana mengorganisasai bahan itu agar anak didik dapat
menguasainya dengan sebaik-baiknya.
Sebagai konklusi dari uraian diatas organisatoris tersebut, ada tigal utama
yang perlu diperhatikan yakni :
1. Tujuan bahan pelajaran
2. Sasaran bahan pelajaran
3. Pengorganisasian bahan
BAB III
10

PENUTUP
A. SIMPULAN:
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna
mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman. Di dalam mengembangkan kurikulum, perlu
diperhatikan asas-asas kurikulum, yang meliputi asas filosofis, asas
psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas teknologi.
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa penyusunan
kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah negara yang
dianut.
Asas psikologis berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang
bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang
kompleks tetapi satu.
Asas sosiologi berarti, kurikulum sekolah dalam penyusunan dan
pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang
berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.
Asas organisatoris lebih condong kepada masalah dalam pembentukan
bahan pelajaran yang akan disajikan, tentunya yang sesuai dengan
kurikulum pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Asas teknologi yakni kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan
teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan
akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar
mengajar, yang selalu menonjolkan peranan guru terutama dalam memilih
bahan dan penyampaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
11

1. Dakir H. Perencanaan dan pengembangan kurikulum. PT Rineka Cipta :
Jakarta. 2010
2. Ibrahim Nimi, Muhammad anwar. Telaah Kurikulum dan buku teks
bahasa Indonesia. Uhamka press : Jakarta Selatan. 2009
3. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
4. Nasution, S. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
12