BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/BAB IV_11-03.pdfakan...
Transcript of BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/BAB IV_11-03.pdfakan...
42
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi merupakan Amal Usaha
Muhammadiyah di bidang kesehatan yang beroperasi sejak tanggal 12 Desember 1986
M (10 Rabbiul Awal 1407 H). Pada awal berdiri rumah sakit ini bernama Rumah Sakit
Islam Cabang Klender yang kemudian berganti nama menjadi RS Islam Jakarta Timur
di tahun 1993. Sejak tahun 2004, Rumah Sakit Islam Jakarta Timur berubah menjadi
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi berdasarkan SK BP Yayasan Rumah Sakit
Islam nomor 028/SK-YRSIJ/IV/2.a.2004.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai institusi pelayanan kesehatan, RS
Islam Jakarta Pondok Kopi mempunyai falsafah yang bersandarkan kepada Al-Qur’an,
Surat Al-Baqarah (25), yang artinya : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai didalamnya”, Surat As-Syuara (80), yang artinya : “ …
Dan apabila aku sakit, maka Dia (Allah)lah yang akan menyembuhkan aku” dan Surat
Maryam (96), yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa
kasih sayang”.
43
Tujuan pembangunan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi adalah
memberikan pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya kepada masyarakat dengan
pendekatan pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan undang-undang, dan
tuntunan ajaran agama Islam dengan tidak membedakan agama, golongan dan
kedudukan.
Dalam pelaksanaannya Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi senantiasa
melakukan pengembangan sarana & prasarana secara terus menerus,
berkesinambungan, mengikuti perkembangan serta kondisi yang aktual dengan tetap
memperhatikan beberapa hal :
1. Berubahnya paradigma sehat sangat berpengaruh terhadap layanan
kesehatan khususnya layanan rumah sakit. Rumah sakit merupakan
bagian dari Sistem Kesehatan Nasional memiliki peran yang sangat
strategis dalam mewujudkan Indonesia sehat.
2. Mengutip salah satu keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-45
“Muktamar mendesak PP Muhammadiyah untuk menggalakkan kembali
kerja-kerja kemanusiaan (humanitarian works) dalam membantu korban
bencana alam dan kerja-kerja sosial kemanusiaan, yang pada masa lalu
dikenal sebagai lembaga “Penolong Kesengsaraan Oemoem” PKO
Muhammadiyah perlu mengembangkan lembaga tersebut bukan sekedar
44
untuk melakukan respon terhadap bencana (disaster response) yang
bersifat reaktif, tetapi menjadi lembaga yang memiliki kemampuan untuk
mengelola (merencanakan langkah-langkah antisipatif) terhadap berbagai
jenis bencana (disaster management)”
Dengan memperhatikan kekuatan tersebut Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok
Kopi selalu mengembangkan strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
akan layanan kesehatan, bentuk strategi yang dikembangkan didasari oleh nilai-nilai
sebagai berikut:
1. Semangat menolong dan melayani (mengutamakan tindakan Life saving)
2. Menjunjung tinggi nilai etika (perilaku Islami dan Profesionalisme)
3. Mengutamakan keselamatan pasien (Patient Safety)
4. Kebersamaan (Ukhuwah Islamiah)
5. Kepedulian sosial yang tinggi terhadap kemanusiaan (layanan GAKIN
dan ASKESKIN, SKTM)
6. Menjalin jejaring dengan Institusi Persyarikatan yang terkait dan
Stakeholder
4.1.1 GAMBARAN UMUM RSIJPK
4.1.1.1 Struktur Organisasi
Untuk mewujudkan fungsi sosial dan syariah RS Islam Jakarta
Pondok Kopi, Badan Pelaksanaan Harian RSIJ membentuk Komite Etik &
Sya
Pon
027
den
Pon
Dir
1).
2).
P
ari’ah yang
ndok Kopi y
7/SK-YRSIJ
ngan tanggal
ndok Kopi d
rektur, yaitu;
Direktur Ut
a. Kepala
b. Kepala
Direktur Pe
DirekturPelayananKlinik
bertugas m
yang tertuan
J/IV.F/8.b/20
l 30 Agustu
dipimpin seo
;
Ga(S
tama memba
Komunikasi
Bagian Satu
elayanan Kli
DPe
mendukung S
ng dalam S
003 tanggal
us 2003 M.
orang Direktu
ambar 4.1 StruSumber Lapora
awahi :
i Korporat
uan Pengend
inik dibantu
DiU
DirekturnunjangKlinik
Struktur Org
K. BPH RS
2 Rajab 1
Struktur Org
ur Utama da
uktur Organisasan Manajemen
dalian dan M
oleh :
irekturUtama
DirKeu
ganisasi RS
S. Islam Jak
1424 H yan
ganisasi RS
an dibantu 4
si )
Mutu
rekturuangan
Islam Jakar
karta Nomor
ng bertepat
Islam Jakar
(empat) ora
DirektuBin
45
rta
r :
tan
rta
ang
ur SDI & roh
46
a. Asisten Direktur Medis & Penunjang Medis membawahi :
• Manajer Penunjang Medis
• Manajer Farmasi
• Manager Gizi
b. Asisten Direktur Keperawatan membawahi :
• Manajer Rawat Jalan
• Manajer Rawat Inap Umum
• Manajer Rawat Inap Khusus
3). Direktur Penunjang Klinik, membawahi :
a. Manajer Rekam Medis
b. Manajer Sarana dan Prasarana
c. Manajer Rumah Tangga
4). Direktur Keuangan, membawahi
a. Manager Keuangan
b. Manager Akuntansi
c. Kepala Pemasaran dan Pengembangan
5). Direktur SDI dan Binroh, membawahi :
a. Manajer SDI
b. Manajer Binroh
c. Manajer Diklat
d. Kepala SIRS
47
4.1.1.2 Organisasi Non Struktural
Selain organisasi struktural RS Islam Jakarta Pondok Kopi
membentuk organisasi non struktural yang berfungsi untuk menunjang
layanan. Adapun lembaga atau organisasi yang dibentuk adalah sebagai
berikut:
1. Komite Klinik yang terdiri dari Komite Medis dan Komite Perawatan.
2. Unit pengembangan organisasi
a. Pusat Pelatihan Kesehatan Primer (P2KP)
b. Pusat Pengembangan Manajemen Pelayanan Kesehatan (P2MPK)
3. Lembaga Amil Zakat (LAZIS)
4. Kop7erasi Karyawan “Berkah Mandiri”
5. Ikatan ibu – ibu RS Islam Jakarta Pondok Kopi.
6. Balkesmas “Al-Ikhlas”.
7. Daerah binaan di Cipayung.
8. Rumah singgah binaan ”Sakinah” di Pasar Gembrong Jatinegara.
9. Kepengurusan Masjid Baitusysyifa.
10. Klub Persadia RSIJ Pondok Kopi.
11. Klub Osteoporosis RSIJ Pondok Kopi.
12. Bimbingan Rohani pasien oleh Pimpinanan Cabang Muhammadiyah dan
Pimpinan Cabang Aisyiyah Duren Sawit Jakarta Timur.
13. Klub Seni Bela Diri Tapak Suci.
48
14. Klub Olah raga
15. Hospital Motor Community (HMC)
16. Disaster Management Centre (DMC)
4.1.2 Visi dan Misi
Dalam menjalankan fungsinya RS Islam Jakarta Pondok Kopi tetap
mengacu pada Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia “masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat”. Pada pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk Visi
Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM), Badan Pelaksana
Harian RSIJ serta Visi & Misi RS Islam Jakarta Pondok Kopi.
1. Visi & Misi MKKM (Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Visi : Muhammadiyah dan Aisyiyah Sebagai Penggerak
Terwujudnya Infrastruktur Kesehatan dan Dinamika Kelompok
Sosial
Misi : Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah, Mengemban
Misi Kesehatan sbb :
- Berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang
berprilaku sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
bermutu.
49
- Menggerakkan terwujudnya infrastruktur kesehatan yang
berkualitas serta dinamika kelompok sosial yang
berkesinambungan
Motto : Penggerak Kesejahteraan Umat
2. Visi dan Misi Badan Pelaksana Harian Rumah Sakit Islam Jakarta
Visi : BPH RSIJ merupakan lembaga profesional yang berkomitmen dalam
menjaga, memotivasi, membina, mengayomi dan mengembangkan
institusi kesehatan Muhammadiyah yang bernilai Islami serta
bermutu tinggi di wilayah DKI Jakarta.
Misi :
Memfasilitasi terbentuknya akhlak Islami dalam budaya korporat (Amal
Usaha) dan pelayanan.
Memfasilitasi terwujudnya institusi pelayanan dan pendidikan tenaga
kesehatan dengan standar tertinggi.
Memfasilitasi terwujudnya Amal Usaha dengan melaksanakan good
corporate governance dan memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan
(stakeholders).
Mendorong Amal Usaha dalam memberikan manfaat yang maksimal pada
masyarakat sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional dan perwujudan
dakwah persyarikatan Muhammadiyah.
50
3. Visi & Misi dan Kebijakan Mutu RS Islam Jakarta Pondok Kopi
Visi : RSIJPK sebagai Rumah Sakit yang ”Berkualitas dan menjadi
kepercayaan masyarakat yang peduli pada Kaum Dhu’afa dan Pusat
Perkaderan Persyarikatan Muhammadiyah di bidang Kesehatan se-
Jakarta Timur dan sekitarnya”.
Misi :
Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional kepada seluruh lapisan
masyarakat secara adil dan ihsan
Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dengan
mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi agar pelayanan mampu
bersaing di era globalisasi.
Menyelenggarakan pelatihan, penelitian, dan pengembangan manajemen
yang berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya insani yang
memiliki kompetensi dan berakhlak mulia.
51
4.1.3 Kebijakan Mutu
RS Islam Jakarta Pondok Kopi dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dilaksanakan secara profesional (berkualitas) yang mencakup bekerja
sepenuh hati, teliti, tepat waktu, tertib, sabar, benar, jujur dan ikhlas dengan
menjalankan nilai-nilai yang terangkum dalam Kebijakan Mutu yang merupakan
motto RS Islam Jakarta Pondok Kopi, yaitu :
”Bekerja Sebagai Ibadah, Ihsan Dalam Pelayanan”
4.1.4 Nilai-Nilai Perusahaan
RS Islam Jakarta Pondok Kopi dalam penyelenggaraan kesehatan
menjalankan nilai-nilai IHSAN (Ikhlas, Handal, Sinergi, Amanah, Nyaman) dengan
budaya kerja 7 S (senyum, salam, sapa, santun, segera, standar, surprise)
4.1.5 Peta Sasaaran Strate
egis
Gam
(S
mbar 4.2 Peta
Sumber : Lapor
Sasaran Strateg
ran Manajemen
gis
n)
52
53
Berdasarkan peta sasaran strategis diatas menjelaskan bahwa RSIJPK
mempunyai aplikasi ihsan dalam pelayanan yang dari sisi pertumbuhan dan
pembelajaran memiliki kapabilitas sumber daya ihsan (SDI) berkualitas dapat
membuat efisiensi biaya dan pelayanan prima yang bertujuan untuk meningkatkan
likuiditas dan profitabitas keuangan. Sedangkan SDI yang berkualitas dan
bernafaskan budaya organisasi Islami dapat meningkatkan pelayanan prima yang
dapat membentuk suatu kepuasan dan kenyamanan bagi konsumen serta dapat
menimbulkan loyalitas terhadap RSIJPK dan dapat mendatangkan donatur
kemanusiaan yang berguna untuk membantu kaum dhu’afa. Semakin banyak
konsumen yang mempunyai tingkat loyalitas dan donatur kemanusiaan akan
meningkatkan pendapatan bagi RSIJPK.
4.2 Analisa dan Pembahasan Kasus
4.2.1 Alur Analisa
Alur penelitian yang dilakukan untuk menganalisa permasalahan
studi kasus pada RSIJPK yaitu:
4.2.2 An
dan
An
bar
nalisa Daya
Analisa
n perkemban
alisa tersebu
ru (Potentia
Ga
Tarik Indus
a Porter’s Fi
ngan serta po
ut dibuat ber
al Entrants)
ambar 4.3 Alur
stri (Porter’
ive Forces d
osisi kompet
rdasarkan 5
), Kekuatan
r Analisa
’s Five Forc
digunakan un
titif industri
kompetitif y
n tawar-men
ces)
ntuk menget
rumah saki
yaitu: Ancam
nawar pemb
tahui dinami
t di Indones
man pendata
beli (Buyer
54
ika
sia.
ang
rs),
55
Ancaman produk pengganti (Substitutes), Kekuatan pemasok (Suppliers),
Ancaman persaingan dari pesaing pada industry yang sama (Industry
Rivalry)
Gambar 4.4 Analisa Porter’s Five Forces
1. Ancaman pendatang baru (Potential Entrants) - High
Dengan bertumbuhnya kondisi ekonomi banyak investor menanamkan
investasinya pada industri rumah sakit. Melalui Keputusan Presiden No.
96/2000 dan 118/2000, pemerintah membuka pintu investasi bagi pemodal
asing di bisnis rumah sakit Indonesia dengan kepemilikan mencapai 49%
56
modal disetor. Maraknya pembangunan rumah sakit oleh pemerintah dan
swasta, baik melalui joint venture dengan pemodal asing maupun murni
pemodal dalam negeri semakin mendorong terciptanya lingkungan bisnis
rumah sakit yang lebih baik. Sepanjang periode 2005-2006 saja misalnya,
Departemen Kesehatan mencatat bahwa tidak kurang dari 96 rumah sakit
baru telah dan akan dibangun di 19 propinsi di Indonesia (Depkes,2008)
Sekalipun mereka yang belum berpengalaman ingin mencoba pada industri
rumah sakit dan klinik karena mereka melihat tingkat keuntungan atau
margin yang tinggi. Sedangkan hambatan untuk masuk ke industri rumah
sakit termasuk rendah karena globalisasi tenaga kesehatan dan regulasi
dipermudah, untuk saat ini banyak rumah sakit yang saling berdekatan
antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian bagi industri rumah
sakit, kondisi ini menjadi less favourable mengingat pesaing yang akan
bertambah.
2. Kekuatan tawar-menawar pembeli (Buyers) - High
Konsumen memiliki pengaruh yang cukup signifikan di industri ini, karena
adanya peningkatan tingkat pendidikan kesehatan masyarakat, tingkat
pendapatan masyarakat, dan tuntutan untuk memperbaiki tingkat kualitas
hidup yang menjadikan konsumen empower sehingga konsumen lebih kritis
serta banyaknya pesaing di industri rumah sakit ini membuat konsumen
memiliki banyak keleluasaan untuk memilih tempat pengobatan dan
57
pencegahan berdasarkan tingkat kenyamanan, pelayanan bermutu,
informatif, harga, dan posisi rumah sakit itu berada. Oleh karena itulah
posisi kekuatan tawar menawar pembeli menjadi tinggi yang
mengakibatkan industri rumah sakit menghadapi situasi yang less
favourable, dimana mengharuskan rumah sakit terus dituntut melakukan
inovasi atau diferensiasi tingkat pelayanan yang sejalan dengan semakin
meningkatnya preferensi konsumen.
3. Ancaman produk pengganti (Substitutes) - High
Ancaman produk substitusi dari industri lain tergolong tinggi karena
banyaknya produk pengganti kesehatan seperti pengobatan alternatif,
dukun, dan klinik. Ancaman ini disebabkan oleh gencarnya promosi
pengobatan alternatif, perubahan gaya hidup yang serba cepat (instant),
sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki kesadaran terhadap
pengobatan yang rendah, dan lebih dekat ke pemukiman yang
mengakibatkan industri rumah sakit senantiasa melakukan bermacam-
macam strategi untuk dapat menggaet konsumen mulai dari pelayanan,
tingkat kenyamanan, kepuasan konsumen, dan harga itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka industri rumah sakit berada posisi
bersaing secara langsung dengan pengobatan alternatif yang menawarkan
layanan yang lebih murah.
58
4. Kekuatan pemasok (Suppliers) - Low
Kemampuan pemasok untuk mempengaruhi rumah sakit tergolong rendah,
karena banyaknya jumlah pemasok alat-alat kesehatan (logistik) dan
farmasi, dari sisi regulasi pemasok diharuskan bermitra dengan rumah sakit,
dan pemasok memiliki penawaran yang variatif serta fleksibilitas
pembayarannya dengan bentuk kerja sama atau sharing profit dengan pihak
rumah sakit itu sendiri. Dengan demikian industry rumah sakit dapat
melakukan berbagai alternatif kerja sama yang lebih menguntungkan
dengan pihak pemasok.
5. Ancaman persaingan dari pesaing pada industry yang sama (Industry
Rivalry) - High
Ancaman persaingan dari industri rumah sakit lain tergolong tinggi
dikarenakan pertumbuhan jumlah rumah sakit pada tahun 2008, jumlah
rumah sakit di Indonesia mencapai 1.320 rumah sakit (Depkes, 2009). Dari
total 1.320 rumah sakit ini, 657 diantaranya adalah milik swasta. Hal ini
yang membuat ancaman untuk mendapatkan pangsa pasar menjadi kecil
sehingga tingkat kompetisi antara pesaing menjadi tinggi untuk dapat
meningkatkan posisi mereka di pasar. Produk atau program kesehatan yang
ditawarkan setiap rumah sakit hampir sama sehingga rumah sakit
mengambil langkah strategi pemasaran yang kuat dan cukup aktif dengan
berorientasi kepada konsumen.
59
Industri rumah sakit berlomba-lomba untuk menawarkan harga yang
kompetitif, mengingat tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung
oleh konsumen. Di samping itu, sejalan dengan meningkatnya keterlibatan
pihak ke tiga dalam pembiayaan kesehatan seperti asuransi kesehatan, maka
rumah sakit dihadapkan pada suatu konsekuensi tuntutan standarisasi
layanan dan biaya. Oleh karena posisi industri rumah sakit saat ini dapat
dipandang sebagai industry yang kompetitif, sehingga memerlukan strategi
usaha yang lebih spesifik dalam menciptakan customer value dan
profitibilitas rumah sakit itu sendiri.
Dari hasil analisa Porter’s Five Forces dapat disimpulkan bahwa industri
rumah sakit ini memiliki posisi kompetitif yang sebagai berikut:
Tabel 4.1 Posisi Kompetitif Five Forces
Forces Posisi Kompetitif
Ancaman pendatang baru (Potential Entrants) less favourable
Kekuatan tawar-menawar pembeli (Buyers) less favourable
Ancaman produk pengganti (Substitutes) less favourable
Kekuatan pemasok (Suppliers) Favourable
Ancaman persaingan dari pesaing pada industry yang sama (Industry Rivalry)
less favourable
4.2.3 An
An
digunaka
dalam su
SWOT a
eksternal
perusaha
Dar
didapatk
Str
nalisa SWOT
alisa SWO
an untuk m
uatu proyek
adalah untuk
l yang pen
aan.
ri hasil obs
an suatu kes
IntAn
renghts
T
T merupak
mengevaluasi
atau suatu
k mengetahu
nting dan
G
servasi waw
simpulan unt
ternal nalysis
Weak
kan suatu m
i kekuatan,
spekulasi bi
ui faktor-fak
memiliki
Gambar 4.5 Ana
wancara dan
tuk perumus
SituaAna
knesses
metode per
kelemahan
isnis. Tujuan
ktor kunci d
pengaruh d
alisa SWOT
dari data
saan SWOT
ation lysis
Opportu
rencanaan s
n, peluang,
n dari pengg
dari segi int
dalam penc
yang diku
dari perusah
ExternAnaly
unities
strategis ya
dan ancam
gunaan anali
ternal maup
capain tuju
umpulkan, d
haan ini, yait
nal sis
Threat
60
ang
man
isa
un
uan
dan
tu:
ts
61
1. Analisis Lingkungan Internal
• Kekuatan (Strengths)
Tabel 4.2 Analisa Kekuatan RSIJPK
NO KEKUATAN KETERANGAN
1. Visi dari Muhammadiyah sebagai pemilik khususnya dibidang pendidikan dan kesehatan
- Sebagai pemilik - Kerjasama MKKM dengan lembaga-
lembaga luar negeri - Untuk dijadikan sebagai rumah sakit
pendidikan - Sebagai HOPE (Hospital & Community
Preparedeness for Disaster Management) 2. Adanya implementasi ISO 9001 dan
Akreditasi RS
- Penggabungan SMM (Sistem Manajemen Mutu) ISO 9001 dengan Akreditasi RS.
- Merupakan perwujudan komitmen terhadap kualitas
3. Utilisasi Rawat Inap , Rawat Jalan, & Penunjang Medis.
- Angka BOR, LOS, TOI dan BTO yang cukup efisien.
- Pemanfaatan fasilitas penunjang meningkat = 19,1% (berdasarkan survey RS)
4. Tersedia fasilitas poliklinik dan ruang perawatan yang memadai di gedung Al Falah.
- Tersedia Poliklinik yang nyaman di Al- Falaah dan tersedia kelas perawatan VIP.
6. Mempunyai pelayanan spesialistik yang cukup lengkap
- Poliklinik spesialis : 14 klinik - Pelayanan Konsulen : 6 sub-spesialis
7. Kekuatan tawar RS terhadap pemasok
- Pemberian discount di muka, konsinyasi persediaan alkes/obat dan KSO peralatan medis.
8. Layanan berbasis LAN (Local Area Network) web base.
- Modul Billing System - Modul UGD - Modul Rawat Jalan - Modul Rawat Inap - Modul Farmasi
62
- Modul Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, Diagnostik dan Fisioterapi)
- Modul SDM - Modul System Akuntansi - Modul Logistik
9
Jumlah kunjungan cenderung meningkat.
- Rata – rata kasus gawat darurat yang berkunjung ke UGD = 2.280 kasus / bulan
- Jumlah kunjungan rawat jalan meningkat = 6%
10. Kepuasan pelanggan - Kepuasan pelanggan 80% berdasarkan survey rumah sakit
11. Retensi pelanggan - Retensi pelanggan perusahaan 100%. - Rata-rata porsi kunjungan pasien rawat
jalan yang berobat > 1x, selama kurun waktu 3 tahun terakhir 81%.
• Kelemahan (Weakness)
Tabel 4.3 Analisa Kelemahan RSIJPK
NO KELEMAHAN KETERANGAN
1. Penyimpanan rekam medis Penyimpanan file RM pada dua lokasi dengan jarak yang saling berjauhan, belum menggunakan sistem informasi terpadu
2. Informasi billing Proses informasi billing lama, hal ini disebabkan karena entry dan closing data tidak real time dan sistem belum berjalan sempurna
3. Pelaksanaan program dan anggaran. Tidak taat terhadap Program dan Anggaran yang telah ditetapkan : Adanya crash program (Pelaksanaan pembiayaan yang tidak sesuai rencana) sebesar 3%.
63
4. Infrastruktur - Penataan layout poliklinik dan ruang tunggu belum memadai.
- Banyak Pintu / akses masuk gedung perawatan
- UGD belum representative sebagai unggulan Trauma Center
- Klinik pelayanan terpisah dengan lokasi pendaftaran pasien
5. Fasilitas teknologi kesehatan dan kedokteran
- Kurang mengikuti perkembangan teknologi alat kesehatan dan kedokteran
6. Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Alkes dan Logistik
- Perencanaan, pengadaan dan pengendalian persediaan belum dilakukan secara efektif dan efisien.
7. Utilisasi poliklinik Pemanfaatan poliklinik belum optimal : - Rata-rata kunjungan pagi hanya naik 6%,
klinik sore mengalami penurunan 4,4% - Pemenuhan tenaga medis di poliklinik
belum sesuai dengan kebutuhan. 8. Sistem ”one stop services” - Pelaksanaan ”One Stop Services” belum
terintegrasi.
9. Diversifikasi pelayanan masih lemah Rata-rata pasien dirujuk karena : - Tempat penuh = 57/bulan - Fasilitas kurang = 2 pasien / bln - Permintaan sendiri = 10 pasien/bulan - Lain-lain = 38 pasien /bulan
10. Implementasi patient safety belum optimal
- Kejadian tidak diinginkan rata-rata kejadian 3x/bulan
64
2. Analisis Lingkungan Eksternal
• Peluang (Opportunities)
Tabel 4.4 Analisa Peluang RSIJPK
NO PELUANG KETERANGAN
1. Posisi geografis RSIJ PK yang strategis
- Perumahan, Perkampungan Industri Kecil, dan Kawasan Industri Pulogadung
2. Laju pertumbuhan penduduk Jakarta Timur
- Angka pertumbuhan penduduk 2,6%
3. Era globalisasi dalam bidang kesehatan
- Meningkatnya Strata pendidikan masyarakat.
- Timbulnya kesadaran masyarakat akan mutu pelayanan jasa rumah sakit
- Pola hidup sehat lebih berorientasi pada preventif daripada kuratif
- Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap layanan RS dibandingkan balai pengobatan
- Kemajuan teknologi informasi dibidang kesehatan dan kedokteran
4. Berkembangnya sistem asuransi kesehatan
- Kerja sama dengan perusahaan penjamin/asuransi
5. Penduduk usia produktif di lingkungan RSIJ Pondok Kopi
- Kotamadya Jakarta Timur didominasi oleh kelompok umur 15 – 19 tahun sampai dengan 35 – 39 tahun (BPS thn 2005)
- Komposisi penduduk wanita usia subur 32% dan anak 25%
6. Lokasi RSIJ Pondok Kopi pada jalur transportasi yang padat dan rawan kecelakaan
Memberi peluang mengembangkan layanan trauma center : - Kasus Trauma = 1.906 kasus / bln Surgery rate rumah sakit berkembang sekitar 4-6%.
9. Banyaknya jumlah pemasok yang menjadi mitra.
- Logistik terdaftar = ±50 Supplier - Farmasi terdaftar = ± 30 PBF
65
• Ancaman (Threats)
Tabel 4.5 Analisa Ancaman RSIJPK
NO ANCAMAN KETERANGAN
1. Rumah sakit kompetitor Rumah sakit kompetitor terdekat dapat mengurangi pangsa pasar RSIJ Pondok Kopi: RS Duren Sawit, RS Harum, RS Mitra Wilayah Bekasi, RS Umum Yadika, RS Persahabatan, RS Selasih, RS Euis, RS Ananda, RS Aina, RS Budi Lestari, RS Jayakarta.
2. Rumah sakit kompetitor berstandar internasional
RS Mitra Internasional dan RS Global AWAL BROSS
3. Gencarnya promosi pengobatan Alternatif dan perubahan gaya hidup yang serba instant
Pengobatan Tradisional sebagai alternatif subtitusi (data tahun 2008) : - Dukun patah = 6 - Pijat refleksi = 28 - Tabib = 11
4. Berdirinya Klinik di sekitar RSIJ Pondok Kopi.
Data tahun 2008 : - Praktek dokter umum = 200 - Bidan praktek = 150 - Klinik Bersama = 150 klinik (data BPS)
5. Kesadaran hukum masyarakat meningkat.
Adanya UU Konsumen tahun 2000
6. Kondisi ekonomi global Resesi global yang berpengaruh kepada daya beli masyarakat menurun
Dari hasil analisa SWOT dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi ini :
1) RSIJPK memiliki potensi pertumbuhan berdasarkan sumber daya,
basis pelanggan loyal, dan finansial.
66
2) Komitmen manajemen yang kuat secara komprehensif membangun
RSIJPK dengan pelayanan prima dan cost efektif.
3) Prioritas pertumbuhan RSIJPK itu harus didukung oleh selektifitas
konsumen berdasarkan profitabilitasnya, tidak hanya sekedar
meningkatkan target revenue atau dengan kata lain konsumen
profitibilitas menjadi fokus pengembangan RSIJPK kedepan.
4.2.4 Analisa Marketing Due Diligence
Untuk mengetahui efektifitas pertumbuhan kinerja yang dihasilkan
dari strategi strategi manajemen RSIJPK memakai analisa Marketing Due
Diligence oleh McDonald,et.al (2007) yang terdapat tiga penjelasan lengkap
terhadap strategi pemasaran yang harus dijawab secara terstruktur, yaitu:
(1)identifikasi bisnis, (2) Identifikasi Sumber Pertumbuhan, (3) Identifikasi
Sumber Pertumbuhan.
67
Gambar 4.6 Explicating The Strategy
(Sumber: Mcdonald,et.al (2007))
4.2.4.1 Identifikasi Bisnis dari RSIJPK
Untuk menjelaskan strategi ini, maka dijabarkan fasilitas pelayanan
dan penunjang pelayanan yang ada di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok
Kopi. Fasilitasnya terdiri dari antara lain:
1. Unit Gawat Darurat (UGD)
Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan pintu gerbang utama rumah
sakit yang memberikan pelayanan 24 jam khususnya bagi pasien yang
datang dalam keadaan gawat dan atau darurat.
Explicating the strategy
What is the business of this
SBU?
Where will its growth come
from?
How will growth be achieved?
68
2. Poliklinik
a. Klinik Bedah (paralel 2 klinik)
• Spesialis Bedah Umum
• Spesialis Bedah Urologi
• Spesialis Bedah Syaraf
• Spesialis Bedah Anak
• Spesialis Bedah Orthopedi
• Sub Spesialis Bedah Thorax
• Sub Spesialis Bedah Onkologi
• Sub Spesialis Bedah Digestive
b. Klinik Penyakit Dalam (paralel 2 klinik)
c. Klinik Anak (paralel 3 klinik)
d. Klinik Obsgyn (paralel 2 klinik)
e. Klinik Mata
f. Klinik Kulit & Kelamin, klinik kecantikan
g. Klinik Gigi dan Mulut
• Spesialis Gigi Anak
• Spesialis Periodonti
• Spesialis Bedah Mulut
• Spesialis Orthodonti
• Spesialis Konservatif
69
h. Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan
i. Klinik Syaraf
j. Klinik Jiwa
k. Klinik Paru
l. Klinik Jantung
m. Klinik Akupunktur
n. Klinik Umum
o. Klinik Laktasi
p. Klinik Informasi Diabetes Mellitus
q. Klinik Psikologi
r. Klinik Konsultasi Gizi
s. Klinik Sakinah
4. Rawat Inap
a. Umum 7 (tujuh) ruangan
• An-nasr 1 & 2
• An-najmi
• Az-zahrawi
• An-nur 1
• An-nur 2
• An-nas 1
• An-nas 2
70
b. Khusus 5 (lima) ruangan
• ICU & HCU
• Kamar Bedah
• Peristi
• An-nisa 1
• An-nisa 2
5. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang ada di RS Islam Jakarta Pondok Kopi, antara
lain :
a. Bidang Farmasi
Unit ini menyediakan obat dan bahan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan rawat inap, rawat jalan, UGD dan Askes.
Untuk lebih meningkatkan pelayanan, unit farmasi melakukan
pelayanan home service untuk pengantaran obat ke rumah bagi
pasien rawat jalan, running boy untuk mengambil resep di
poliklinik dan system komputerisasi untuk mempercepat dan
mempermudah pelayanan.
b. Bidang Penunjang Medis
• Unit Laboratorium
Unit ini melayani pemeriksaan 24 jam dan melayani
kebutuhan pemeriksaan cyto. Untuk menjaga mutu
71
pemeriksaan selalu dilaksanakan quality control internal
maupun eksternal.
• Unit Radiologi
Unit ini melayani 24 jam, tersedia 2 pesawat rontgen dan 1
pesawat CT. Scan.
• Unit Diagnostik
Layanan yang ada pada unit ini meliputi Electro
Cardiography (ECG), Electro Encephalography (EEG)
brain mapping, Audiogram, Color Ultrasonography (USG
4 dimensi), Echo Cardiography, Mobile GCU dan
Treadmill.
• Unit Rehabilitasi Medis
Utilisasi unit ini semakin berkembang, pelayanan yang
diberikan meliputi : fisioterapi dan terapi wicara (speech
therapy).
c. Bidang Gizi
Unit ini melayani kebutuhan gizi pasien selama 24 jam,
layanan konsultasi gizi dan pelayanan catering untuk pasien &
umum.
NO
1 Raw2 Raw3 Farm4 Penu5 Kons
D
tahun 20
farmasi,
laporan m
2009 ada
Tabe
URAIAN
at jalan at Inap
masi unjang Mediksultasi Gizi
Dari data ters
008, hal ini
kenaikan ha
manajemen,
alah sebagai
G
PeM
el 4.6 Pendapat
(Sum
N
k
sebut di atas
i disebabka
arga obat, d
persentase
berikut:
Gambar 4.7 Pe
Farma39%
nunjang Medik15%
Kompo
tan Unit Usaha
mber: Laporan M
200711,425,5724,029,9830,927,9712,448,04
56,37
s terlihat pen
an adanya p
dan perubaha
komposisi p
ersentase Penda
R
si
Gizi2%
osisi Pen
a RSIJPK Tahu
Manajemen)
7 70,79584,31371,61946,04670,827
ndapatan farm
perubahan p
an obat ke a
pendapatan R
apatan Tahun 2
Rawat Jalan14%
Rawat Inap30%
ndapatan
un 2007-2009
TAHUN 2008
13,402,04027,000,60238,209,27413,840,545
59,505,0
masi turun 2
pencatatan d
arah generik
RSIJPK pad
2009
n
0,110 14,2,672 26,4,771 29,5,181 15,092 7
21% dibandi
distribusi ob
k. Berdasark
da tahun tah
72
2009 479,819,716399,714,613828,485,900766,109,265
73,726,650
ing
bat
kan
hun
73
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan juga bahwa persentase
kenaikan kunjungan penunjang medik meningkat 10.7% kondisi ini menunjukan
bahwa pemanfaatan penunjang medik sudah dioptimalkan oleh tenaga medis
dan adanya perkembangan alat, hal ini tampak signifikan dengan adanya
peningkatan kunjungan poliklinik sebesar 6%. Disamping itu adanya pelayanan
MCU yang bekerjasama dengan PT. ASKES DKI Jakarta turut memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kunjungan penunjang medik, terutama untuk
laboratorium dan diagnostik. Begitu juga terdapat peningkatan jumlah resep
yang ditebus ke farmasi hal ini karena adanya komitmen untuk memberikan
pelayanan yang paripurna terhadap layanan resep pasien.
Sedangkan untuk melihat trend pertumbuhan di RSIJPK pada setiap unit
usaha dapat terlihat pada gambar di bawah ini:
74
Grafik 4.1 Trend Pertumbuhan Unit Usaha (Sumber: Laporan Manajemen)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa akan menunjukkan tingkat
kenaikan kunjungan penunjang medik dan farmasi yang secara
berkesinambungan antara unit bisnis lainnya. Dapat dilihat bahwa di unit bisnis
Farmasi memperoleh pertumbuhan yang tinggi karena adanya komitmen
RSIJPK memberikan pelayanan yang paripurna terhadap layanan terhadap
pasien.
2006 2007 2008 2009
Rawat Jalan
Rawat Inap
Farmasi
Penunjang Medik
Gizi
75
4.2.4.2 Identifikasi Sumber Pertumbuhan
Tabel 4.7 Rata-Rata Pertumbuhan Pendapatan 2007-2009 (Sumber: Laporan Manajemen)
Unit Usaha Rata-Rata Pertumbuhan 2007-2009 (%)
Rawat Jalan 12.67%
Rawat Inap 5.09%
Farmasi 13.865%
Penunjang Medik 12.6%
Gizi 14.73%
Berdasarkan tabel rata-rata pertumbuhan diatas pada unit usaha
farmasi di tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup signifikan, hal ini
disebabkan karena adanya perubahan pencatatan distribusi obat farmasi,
kenaikan harga obat dan perubahan obat ke arah generik. Walaupun unit
usaha penunjang medik belum merupakan unit usaha yang mendatangkan
kontribusi terbesar, namun trend pertumbuhannya terlihat meningkat secara
stabil. .
4.2.4.3 Strategi Pertumbuhan Yang Harus Dilakukan
Dari analisa di atas bahwa dapat disimpulkan unit bisnis yang
memperoleh pertumbuhan yang tinggi adalah dari unit bisnis farmasi
sedangkan tertinggi ke dua dari unit bisnis rawat inap. Perkembangan di
76
setiap unit bisnis ini saling berkesinambungan antara satu dengan yang
lainnya.
Tabel 4.8 Strategi Usaha RSIJPK
No. Prioritas Unit Usaha Strategi Pertumbuhan Usaha 1 Farmasi Optimalisasi kerjasama dengan prinsipal
atau pemasok obat, alat kesehatan, dan pengelolaan Just in Time untuk meningkatkan efisiensi persediaan
2 Rawat Inap Melengkapi infrastruktur pelayanan khususnya paviliun VIP
3 Penunjang Medik Pemasaran layanan medical CheckUp secara lebih intensif
4 Rawat Jalan Revitalisasi dokter spesialis yakni merubah midset dokter untuk lebih komunikatif, mengindahkan standard profesionalnya dan etika profesinya
5 Gizi Kerja sama antara klinisi dengan dietisien untuk menerapkan pola asuhan gizi klinik pasien
4.2.5 Analisa Two Routes of Value Creation
Untuk mengetahui pertumbuhan kinerja yang dihasilkan RSIJPK,
maka dilakukan analisa value creation untuk menciptakan nilai bagi
pemegang saham.
yai
nila
ada
ada
4.2.5.1 P
D
a
Secara
tu pertumbu
ai bagi peme
alah pertumb
alah rasional
Pertumbuhan
Dari pertum
a. Pelanggan
konsumen
creatingsharehold
value
prinsip anal
uhan dan ras
egang saham
buhan RSIJP
lisasi berfoku
n (Growth)
mbuhan RSIJP
n : Dari da
n terhadap R
g der
Gamb
lisa pencipta
sionalisasi se
m (sharehold
PK yang ber
us pada efisi
PK melakuk
ata yang su
RSIJPK ini s
Growt
RATIONA
bar 4.8 Two Ro (Sumber :D
aan nilai me
ebagai pende
der value) P
rfokus pada p
iensi biaya.
kan beberapa
udah dikum
sangat tingg
th
ALISE
outes of Value CDoyle (2009))
enekankan p
ekatan untuk
ertama yang
pelanggan d
a strategi seb
mpulkan, tin
i karena me
CUSTOM
BUSIN
EFFICIE
Creation
ada dua asp
k menciptak
g akan dibah
dan yang ked
bagai berikut
ngkat loyalit
emiliki juml
MERS
NESS
ENCY
77
pek
kan
has
dua
t:
tas
lah
78
pasien lama yang meningkat dari tahun 2006 sampai 2009 mencapai
81%, hal ini dikarenakan pada tahun 2006 RSIJPK membangun
gedung Al-Falaah untuk pasien “premium” dengan tersedianya
pelayanan rawat inap VIP, meningkatkan utilisasi rawat inap dan rawat
jalan sebagai perwujudan komitmen dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan pendekatan
pemeliharaan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Sedangkan untuk
jumlah pasien baru pada tahun 2006 sampai 2009 terjadi penurunan
sebesar 7% dikarenakan program pemasaran di RSIJPK belum
berjalan secara optimal baik untuk pasien pribadi, pasien jaminan
perusahaan maupun asuransi.
Tren pertumbuhan jumlah pelanggan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
79
Grafik 4.2 Trend Pertumbuhan Pada Tahun 2006-2009
(Sumber: Laporan Manajemen)
Berdasarkan grafik strategi pertumbuhan juga dilakukan
dengan optimalisasi pengelolaan dan selektifitas pelanggan. Secara
umum retensi pelanggan lebih diutamakan daripada akuisisi pelanggan
dengan mengedepankan prinsip loyalitas, komitmen, dan kepercayaan
yang berguna untuk efisiensi biaya pemasaran.
b. Bisnis (Business) : Fasilitas pelayanan yang disediakan RSIJPK yaitu
rawat inap SVIP, rawat jalan klinik spesialis, Konsultasi Diabetes
Melitus & Gizi, Psikologi, Farmasi, Optik, dan Medical Check Up
(MCU) perorangan dan atau perusahaan. Unit bisnis baru yaitu MCU
perusahaan yang dikembangkan oleh RSIJPK yang bekerja sama
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
2006 2007 2008 2009
Pasien Baru
Pasien Lama
80
dengan pihak pemasok untuk dapat menarik pangsa pasar yang baru
dengan cara menjemput bola atau dengan kata lain pihak RSIJPK
mendatangi perusahaan-perusahaan untuk melakukan medical check
up terhadap para karyawannya.
Gambar 4.9 Gedung Al-Falaah
Gambar 4.10 Fasilitas VIP Untuk Pelanggan
81
4.2.5.2 Rasionalisasi
Terjadi pemborosan biaya pada sektor administrasi pelayanan pasien dan
rekam medik baik dari pendaftaran pasien baru maupun pasien lama, hal
ini disebabkan oleh terlalu rumitnya prosedur RSIJPK yang masih
menggunakan cara manual serta masih menggunakan banyak kertas
berupa formulir, kuitansi, surat pengesahan dan lain sebagainya untuk
mencatat data-data medis pasien sehingga proses ini memperlambat
proses pelayanan. Solusi yang digunakan RSIJPK adalah
mengimplementasikan sistem IT secara bertahap yang dapat
mempermudah pekerjaan bagi para karyawan, bidan, dan dokter. Data
ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Rekapitulasi Biaya Bahan Dan Pegawai
(Sumber: Laporan Manajemen)
URAIAN TAHUN
2007 2008 Pertumbuhan 2009 Pertumbuhan
Biaya Bahan
35,391,081,362
43,651,810,035 23.34% 34,647,573,624 -20.63%
Biaya Pegawai
24,683,394,366
28,816,296,893 16.74% 28,443,759,479 -1.29%
82
Berdasarkan tabel rekapitulasi biaya bahan dan pegawai dapat dilihat bahwa:
1) Terjadi penurunan biaya bahan meliputi implementasi IT yang
menandakan adanya efisiensi biaya
2) Terjadi penerimaan pegawai yang cukup banyak dan melakukan diklat
pegawai untuk mewujudkan komitmen RSIJPK guna melayani
pelayanan kesehatan pasien.