BAB IV_11-49.doc_2
-
Upload
gilang-permana-dwi-saputra -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of BAB IV_11-49.doc_2
-
36
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kasus
Pada tahun 2009, industri ritel di Indonesia semakin bertambah ramai dengan
hadirnya sebuah franchise yang terkemuka yang bernama 7 Eleven. PT.Modern
Internasional Tbk berhasil membawa franchise tersebut untuk kembali ke Indonesia
setelah sempat menghilang beberapa tahun lamanya.7 Eleven kemudian membuka gerai
pertamanya di daerah Bulungan, Jakarta Selatan.
Industri ritel sendiri di Indonesia adalah salah satu industri yang berkembang
dengan cepat di Indonesia. Dari tahun 2005 sampai tahun 2008 apabila dilihat dari segi
omset Industri ritel tetap menunjukkan angka pertumbuhan yang signifikan yaitu dari 42
triliun rupiah pada tahun 2005, meningkat menjadi sekitar 58 triliun rupiah di tahun 2007,
sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 67 triliun rupiah. Peningkatan dari angka
angka tersebut didorong dengan semakin banyaknya pembukaan gerai gerai baru dari
hypermarket dan minimarket meskipun Indonesia mengalami krisi perekonomian pada
saat itu. Potensi pasar yang tinggi di Indonesia membuat Indonesia dibanjiri oleh merk
mini market maupun convenience store baik yang berasal dari dalam maupun yang
berasal dari luar negeri. Di antara sekian banyaknya merk tersebut, 7 Eleven yang juga
merupakan sebuah brand internasional ikut hadir di Indonesia pada tahun 2009.
-
37
4.1.2 Profil PT. Modern International Tbk
PT. Modern International berdiri pada 12 Mei 1971 dengan nama PT. Modern
Photo Film Company yang pada tahun 1997 berganti menjadi PT. Modern Photo Tbk dan
pada tahun 2007 berganti nama lagi menjadi PT. Modern International Tbk. PT. Modern
International Tbk sejak tahun 1971 adalah distributor tunggal untuk seluruh produk Fuji
Film yang bergerak pada bidang fotografi di Indonesia.
Sebelum PT. Modern International Tbk bergerak pada bidang ritel, PT. Modern
International Tbk bergerak pada bidang produk dan peralatan fotografi konvensional dan
digital, peralatan percetakan, peralatan rumah sakit, eletronik, telekomunikasi, produk isi
ulang telepon selular, mesin fotokopi dan penyertaan modal pada berbagai usaha di
bidang industri, jasa, perdagangan eceran produk fotografi. Pada tahun 2009, PT. Modern
International Tbk memasuki bidang usaha ritel convenience store dengan membawa
franchise 7 Eleven. Dengan ini mereka mengembangkan konsep ritel yang fokus pada
layanan makanan serta minuman cepat saji disamping produk convenience item lainnya
melalui pengelolaan oleh salah satu anak perusahaan mereka.
PT.Modern Internasional Tbk pada tahun 2009 memiliki total karyawan sebanyak
1577 orang. Sejumlah 593 karyawan berada dalam naungan PT. Modern Internasional
Tbk. Sedangkan anak perusahaan perseroan yang masi aktif yaitu PT. Modern Putra
Indonesia juga melakukan bisnis ritel fotografi dan telekomunikasi yang sudah beroperasi
sejak 1998 dan juga bisnis ritel 7 Eleven dengan jumlah karyawan mencapai 906 orang.
Pada perkembangannya sejak tahun 2009 sampai sekarang, 7 Eleven telah
memiliki 23 gerai yang tersebar di seluruh Jakarta.
-
38
4.1.3 Sejarah dari 7 Eleven
7 Eleven adalah adalah sebuah toko ritel jaringan atau convenience store yang
berasal dari Amerika Serikat. Didirikan pertama kali pada tahun 1927 di Texas, Amerika
Serikat. Nama dari 7 Eleven mulai digunakan pada tahun 1946. Gerai ini awalnya tidak
buka selama 24 jam melainkan dari jam 7 pagi sampai sebelas malam yang kemudian hal
ini yang nantinya menghilhami nama 7 Eleven ( from seven to eleven ), gerai pertama 7
Eleven yang buka 24 jam kemudian dibuka pada tahun 1962 di kota Austin, Texas . Sejak
saat itulah 7 Eleven beroperasi scara resmi secara 24 jam secara resmi yang kemudian
diikuti dengan dibukanya gerai baru nya di Las Vegas, Fort Worth dan Dallas di Amerika
Serikat pada tahun 1963.
Pada tahun 1980, Southland Coorporation mengalami kesulitan finansial dan
akhirnya menjual divisi pengolah es nya. Kemudian akhirnya diselamatkan oleh Ito-
Yokado yang merupakan salah satu pemegang franchise terbesar dari 7 Eleven .
Akhirnya Soutland Corporation dapat terlepas dari kebangkrutan dan berhasil melalui
krisis jatuhnya pasar saham pada tahun 1987.
Kemudian pada tahun 1991, Southland Corporation yang memiliki 7 Eleven
menjual sebagian besar saham nya kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-
Yokado. Southland Corporation merubah namanya menjadi 7 Eleven, Inc pada tahun
1999.
7 Eleven yang juga menjual beberapa makanan cepat saji juga memiliki beberapa
menu original 7 Eleven itu sendiri. Menu menu asli tersebut adalah Cafe Select yang
merupakan beberapa kombinasi minuman panas seperti aneka ragam kopi dan teh. Selain
itu ada yang disebut Slurpee yang merupakan sejenis minuman es yang berkarbonasi dan
-
39
Big Gulp yang merupakan minuman ringan atau biasa disebut juga soft drink dalam
ukuran yang besar.
Sejak tahun 2005 kepemilikan dari 7 Eleven dimiliki oleh Seven & I Holdings
Co., Ltd yang merupakan sebuah perusahaan yang berasal dari Jepang. Pada tahun 2004,
7 Eleven telah memiliki lebih dari 26.000 gerai yang telah tersebar di 18 negara seluruh
dunia dengan bagian pangsa pasar terbesar dimiliki oleh Amerika Serikat serta Jepang.
4.1.4 Sejarah 7 Eleven di Indonesia
Di Indonesia, sebenarnya 7 Eleven sempat hadir pada dekade tahun 1990 namun
tidak berjalan lama akibat adanya perselisihan internal di antara pemegang franchise dari
7 Eleven tersebut. Sampai tahun 2009 tidak pernah terdengar lagi nama 7 Eleven di
Indonesia.
Pada tahun 2009, 7 Eleven kembali hadir di Indonesia setelah PT. Modern
International Tbk melalui anak perusahaannya PT. Modern Putra Indonesia menjadi
master franchise dari 7 Eleven tersebut. Pembukaan gerai pertama kali di Indonesia
dilakukan pada tanggal 7 November 2009 dengan gerai pertama di daerah Bulungan,
Jakarta Selatan. Dalam jangka waktu 1 tahun gerai dari 7 Eleven tersebut bertambah
dengan didirikannya gerai di daerah Kemang, Cipete, dan Menteng. Sampai akhir dari
awal tahun 2011 7 Eleven memiliki 23 gerai yang tersebar di seluruh Jakarta.
7 Eleven hadir kembali di Indonesia ditengah ramai dan tingginya persaingan
dalam industri ritel. 7 Eleven hadir membawa konsep yang bisa dibilang baru serta
sedikit berbeda apabila kita membandingkan dengan convenience store lain yang telah
ada di Indonesia. Menurut Retail Director dari PT. Modern Putra Indonesia ( bagian dari
-
40
PT. Modern International Tbk ) yang juga direktur untuk 7 Eleven Indonesia , Lim Djwe
Khian yang dikutip dari website resmi 7 Eleven Indonesia bahwa 7 Eleven adalah sebuah
convenience store yang lebih memfokuskan pada produk makanan serta minuman siap
saji yang sebelumnya belum ada di Indonesia. Dari perbedaan bisnis dengan yang ada
sebelumnya yang telah ada di Indonesia, PT. Modern Putra Indonesia optimis bahwa
konsep yang dikembangkan oleh 7 Eleven Indonesia ini akan berhasil karena konsep
tersebut telah terbukti berhasil dikembangkan di negara lain di seluruh dunia.
Dalam jangka waktu 1 tahun antara 2009 sampai tahun 2010, 7 Eleven bisa
dibilang sangat sukses dalam mengembangkan usaha ritel nya di Indonesia. Tercatat
sampai awal tahun 2011, 7 Eleven memiliki 23 gerai yang tersebar di seluruh Jakarta.
Dan sepanjang pengamatan dan penelitian, gerai gerai tersebut selalu dipenuhi oleh
konsumen yang datang. Hal ini membuktikan bahwa respon masyarakat di Jakarta sangat
positif terhadap 7 Eleven. Konsumen dari 7 Eleven pun terdiri dari berbagai macam
kalangan dan usia, namun berdasarkan hasil pengamatan bahwa sebagian besar dari
konsumen dari 7 Eleven adalah terdiri dari kalangan anak muda serta pelajar. Respon
yang positif dari konsumen ini juga berhasil membuat posisi 7 Eleven menjadi sebuah
convenience store yang tergolong sukses, bahkan 7 Eleven dapat menggeser beberapa
brand dari pesaing lainnya yang bahkan telah lebih dulu berada dalam industri ritel di
Indonesia. Beberapa brand dari convenience store bahkan ada yang mulai mencoba
mengikuti bahkan menerapkan beberapa strategi bisnis yang telah dijalankan oleh 7
Eleven.
-
41
4.1.5 Produk
7 Eleven seperti layaknya convenience store yang lain menjual barang kebutuhan
masyarakat sehari hari. Mulai dari rokok, minuman serta makanan kemasan , mie instant
dan berbagai macam barang kebutuhan masyarakat lainnya dari berbagai macam produk
seperti umumnya convenience store yang lain.
Yang menjadi keunggulan utama dari 7 Eleven adalah berbagai macam produk
orisinil yang juga berupa makanan serta minuman. Menu makanan dan minuman orisinil
tersebut dipadukan juga dengan beberapa menu makanan lainnya yang ditawarkan
kepada masyarakat. Berkaitan dengan produk produk yang akan dijual serta ditawarkan
oleh 7 Eleven Indonesia, Ibu Tina Novita selaku Merchandising & Marketing Manager 7
Eleven menjelaskan bahwa 7 Eleven akan menyediakan produk yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh konsumen di Indonesia. Penyediaan produk adalah mix (campuran), yaitu
gabungan dari menu Indonesia dan dari luar Indonesia bahkan juga dengan menu lokal
daerah di Indonesia yang nantinya akan tergantung dari lokasi gerai mereka berada.
Selain itu, 7 Eleven sendiri memiliki beberapa produk khas (original) yang juga nantinya
akan ditawarkan dan dijual untuk konsumen di Indonesia.
Menu menu orisinil yang menjadi keunggulan dari 7 Eleven yang bisa ditemui
di semua gerai 7 Eleven di Indonesia tersebut adalah Big Gulp , Slurpee , Big Bite , Cafe
Select dan 7 Fresh. Big Gulp adalah minuman ringan atau soft drink yang tersedia dalam
berbagai macam ukuran yang relatif besar untuk memuaskan dahaga konsumennya.
Slurpee adalah minuman es berkarbonasi yang khas yang dapat dipesan sesuai dengan
selera pembeli . Adapun Cafe Select adalah beraneka minuman panas seperti kopi dan teh
yang disediakan dengan berbagai ukuran dan konsumen dapat membuat kopi atau teh
-
42
tersebut sesuai dengan selera mereka karena 7 Eleven juga menyediakan berbagai bahan
tambahan agar kopi dan teh dapat dikonsumsi sesuai dengan selera pembelinya. Selain
kopi dan teh , Cafe Select juga menyediakan susu coklat panas dan teh tarik.
Untuk menu makanan 7 Eleven juga menyediakan Big Bite dan 7 Fresh yang juga
digemari oleh masyarakat. Big Bite adalah menu makanan yang dipilih dari bahan
bahan yang berkualitas dalam ukuran yang relatif besar untuk masyarakat Indonesia.
Selain itu 7 Eleven juga menyediakan berbagai macam rasa dari menu tersebut serta
tambahan saus , sayur dan keju yang disediakan secara gratis agar konsumen dapat
menyesuaikan menu yang dipilih sesuai dengan minatnya. Adapun 7 Fresh adalah
berbagai menu makanan lainnya seperti roti , ayam goreng , ayam katsu dan berbagai
menu lainnya yang disediakan secara segar (fresh). Pembeli bebas untuk memanaskan
atau tidak menu yang dipilih (menu yang tidak dipanaskan biasanya dibawa pulang) dan
bebas menambahkan saus dan menu tambahan lainnya yang dsesuaikan dengan minta
konsumen.
4.1.6 Pasar
7 Eleven memasuki bisnis ritel di Indonesia dengan tidak memilih target pasar
yang khusus untuk dimasuki sehingga pasar yang dimiliki 7 Eleven tidak mempunyai
batasan umur ataupun batasan kalangan yang hendak diraih . Konsep bisnis 7 Eleven
yang lebih memfokuskan pada produk makanan dan minuman yang merupakan
kebutuhan pokok (Basic Need ) membuat target pasar dan kalangan dari 7 Eleven
menjadi sangat luas.
-
43
Meski konsumen yang datang ke 7 Eleven lebih didominasi dari kalangan pelajar
serta anak anak muda , tapi berdasarkan pengamatan ketiga gerai 7 Eleven yang berada
di daerah Bulungan , Kemang serta Cipete gerai 7 Eleven tersebut juga didatangi
konsumen yang berasal dari kalangan eksekutif muda, ibu rumah tangga , tokoh
masyarakat dan orang yang sudah lanjut usia . Sehingga bisa kita lihat bahwa 7 Eleven
tidak memiliki target pasar yang khusus atau segmen tertentu di Indonesia. Namun
memiliki target pasar dan segmen yang lebih luas apabila dibandingkan dengan berbagai
convenience store yang lain.
4.1.7 GERAI 7 ELEVEN
4.1.7.1 7 Eleven Bulungan, Jakarta Selatan
Gerai 7 Eleven yang mempunyai alamat lengkap di Jalan Bulungan I No. 64
berlokasi di daerah Bulungan ini merupakan gerai pertama yang dibuka oleh PT. Modern
Internasional yang juga sebagai simbol hadirnya kembali 7 Eleven di Jakarta. Gerai 7
Eleven ini dibuka pada tanggal 7 November 2009.
Gerai 7 Eleven ini berlokasi berdekatan dengan sekolah menengah umum yang
termasuk elit di kawasan Jakarta Selatan yaitu SMU 70 dan SMU 6 . Daerah Bulungan
ini juga sering dikenal sebagai tempat berkumpul para komunitas anak muda di Jakarta
Selatan (hang-out) untuk menghabiskan waktu bersama teman temannya. Sehingga
tidak heran kalau para konsumen dari gerai 7 Eleven Bulungan ini lebih besar berasal dari
kalangan pelajar dan anak muda. Namun 7 Eleven Bulungan juga sering menerima
konsumen dari kalangan eksekutif muda yang rata rata datang berbelanja disana untuk
makan dan meluangkan waktu untuk menghindari kemacetan. Letaknya yang strategis
-
44
juga membuat 7 Eleven mempunyai konsumen dari berbagai macam kalangan terutama
pada saat hari libur atau pada akhir minggu (weekend).
4.1.7. 2 7 Eleven Cipete, Jakarta Selatan
Gerai 7 Eleven yang terletak di jalan Cipete V No.2 yang berlokasi di daerah
Cipete Selatan , Jakarta Selatan ini juga merupakan gerai dari 7 Eleven yang memiliki
lokasi yang bisa dinilai strategis. Lokasi gerai ini terletak disekitar daerah sekolah negeri
dan swasta, dan juga di dekat dari Sekolah Internasional Perancis ( Ecole Internationale
Francaise ). Daerah Cipete Selatan juga dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak
tempat makan (restaurant) serta kedai kopi yang beragam. Cipete Selatan juga
merupakan daerah perumahan yang mayoritas penduduknya berasal dari kalangan
menengah ke atas.
Gerai 7 Eleven ini selalu ramai dengan konsumen dari kalangan pelajar dan anak
muda, bisa dibilang bahwa konsumen dari 7 Eleven Cipete ini mayoritasnya adalah
pelajar dan anak muda. Namun sering kali kaum ekspat juga menjadi konsumen di gerai
ini, kemungkinan mereka adalah kaum ekspat yang sekolah atau memiliki kepentingan di
Sekolah Internasional Perancis karena lokasinya yang berdekatan.
4.1.7.3 7 Eleven Kemang, Jakarta Selatan
Gerai 7 Eleven ini mempunyai alamat lengkap di Jalan Kemang Selatan 12 No.
130, Jakarta Selatan. Gerai 7 Eleven Kemang ini terletak di tengah daerah hiburan malam
di Jakarta Selatan. Selama ini Kemang memang dikenal sebagai lokasi yang memilki
banyak tempat hiburan malam di Jakarta Selatan. Selain itu daerah Kemang juga banyak
-
45
dihuni oleh kaum ekspat dan kalangan masyarakat yang berasal dari golongan menengah
keatas.
Konsumen yang datang ke gerai 7 Eleven Kemang ini berbeda dengan 2 gerai
yang telah dijelaskan diatas. Pada gerai 7 Eleven Kemang, mayoritas konsumennya
adalah dari kalangan anak muda dan kalangan jetset yang berasal dari kalangan
menengah keatas. Sering juga ditemui ibu ibu rumah tangga dan para kaum ekspat yang
berbelanja di gerai ini.
4.1.8 Industri Ritel di Indonesia
Secara garis besar industri ritel di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yang besar yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Ritel modern yang pada saat
ini berkembang pesat di Indonesia pada dasarnya adalah pengembangan dari ritel
tradisional yang diiringi dengan berkembangnya perekonomian, gaya belanja atau gaya
hidup masyarakat, teknologi, serta kenyamanan dalam berbelanja.
Industri ritel modern pertama kali masuk di Indonesia dengan dibukanya Toserba
Sarinah yang didirikan di Jakarta pada tahun 1962. Format bisnis ritel modern ini terus
berkembang di Indonesia pada tahun 1970 sampai dengan tahun 1980. Pada era 1990 an
menjadi tonggak sejarah masuknya ritel asing di Indonesia. Perusahaan ritel terbesar di
Jepang Sogo hadir di Indonesia. Ritel modern kemudian mengalami perkembangan
yang sangat pesat ketika pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No 99 Tahun
1998, dimana pemerintah tidak memasukkan bisnis ritel dalam negative list bagi
Penanaman Modal Asing. Sebelum peraturan ini dikeluarkan peritel asing di Indonesia
sulit berkembang karena jumlah peritel asing di Indonesia sangat dibatasi.
-
46
Para peritel lokal juga tidak ketinggalan dan ikut memasuki industri ritel modern.
Pada tahun 1972, Dick Gelael mendirikan Gelael Supermarket Store. Tidak lama
kemudian Hari Darmawan membangun Toserba Matahari. Pada tahun yang sama Hero
Supermarket yang juga dikenal sebagai pelopor supermarket juga berdiri di Indonesia
.Ketiga ritel modern tersebut menjadi salah satu pelopor dari pasar ritel modern di
Indonesia.
Tahun 1990 an merupakan tahun dimana pasar ritel modern asing mulai
bergerak secara aktif dan agresif untuk beroperasi dan membuka toko di Indonesia.
Beberapa merk ritel asing seperti Marks & Spencer, JC Penney, Metro, Makro ,
Carrefour, bahkan Wal Mart memasuki industri ritel modern di Indonesia .Masuknya
beberapa merk asing tersebut dan berkembangnya industri ritel modern didorong oleh
naiknya standar hidup masyarakat, perbaikan ekonomi , semakin modernnya teknologi
serta perubahan perilaku konsumen.
Bisnis atau industri ritel khususnya pada ritel modern di Indonesia saat ini terus
menunjukkan angka pertumbuhan yang signifikan. Meskipun dampak dari krisis ekonomi
global turut juga mempengaruhi perekonomian Indonesia, namun bisnis ritel tidak
terkendala oleh hal tersebut bahkan tetap menunjukkan angka pertumbuhan yang
signifikan. Kita melihat dari segi jenis omzet yang tumbuh dari tahun 2005 hingga tahun
2008, bahwa segi omzet yang tadinya berjumlah 42 triliun rupiah pada tahun 2005
menjadi sekitar 67 triliun rupiah pada tahun 2005. Pertumbuhan signifikan dari segi
peningkatan omzet ini didorong oleh semakin banyaknya beberapa brand dari
hypermarket dan minimarket yang masuk di Indonesia baik itu yang berasal dari peritel
asing maupun peritel dari dalam negeri. Selain itu jumlah gerai gerai atau outlet baru
-
47
dari hypermarket dan minimarket tersebut yang semakin banyak dan bertambah di
seluruh Indonesia dan khususnya pada ibukota Jakarta juga adalah faktor pendorong dari
pertumbuhan signifikan dari industri ritel di Indonesia sekarang ini.
Berdasarkan jenisnya, hypermarket dan minimarket adalah bagian dari industri
ritel, keduanya adalah bagian dari pasar ritel modern yang mengalami pertumbuhan yang
paling signifikan diantara berbagai jenis pasar ritel modern lainnya di Indonesia. Untuk
jenis hypermarket, jumlah gerainya terus bertambah di setiap tahunnya kita bisa ambil
contoh sebuah brand hypermarket yang dimiliki peritel asing mampu mengepung potensi
pasar dari industri ritel di Indonesia dengan memiliki 70 unit gerai pada tahun 2008.
Tingginya potensi pasar ritel saat ini tidak hanya didominasi oleh peritel asing, beberapa
peritel lokal pun juga datang dan ikut bersaing dengan peritel asing yang umumnya telah
mendominasi pasar ritel Indonesia. Peritel lokal kita juga mengalami perkembangan yang
baik, kita ambil sebuah contoh dari sebuah brand hypermarket dari peritel lokal di Jakarta
mampu membuka 17 gerai pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 23
gerai.
Semakin tingginya minta peritel lokal hypermarket yang memasuki industri ritel
dikarenakan tingginya sebuah omzet dari hypermarket yang bisa mencapai Rp 500 juta
untuk perharinya. Bahkan beberapa gerai hypermarket pada masa peak season di lokasi
yang tepat mampu meraih omzet sebesar Rp 1 milyar untuk pendapatan seharinya.
Sehingga pasar ritel modern untuk jenis hypermarket bisa dikatakan sangat menarik
dikarenakan potensi pasar nya di Indonesia cukup besar.
Untuk convenience store pun angka pertumbuhannya juga signifikan sepanjang 5
tahun terakhir ini. Apabila untuk jenis hypermarket pada kurun waktu antara tahun 2004
-
48
sampai tahun 2008 pertumbuhan omset nya sebesar 21,5 % pertahun maka untuk jenis
convenience store dalam kurun waktu yang sama memiliki pertumbuhan omset lebih
tinggi dibandingkan jenis hypermarket yaitu sebesar 38,1 % per tahun. Meski untuk
pangsa omset terbesar masih dimiliki oleh jenis hypermarket yang disebabkan karena
pilihan barang serta produk yang lebih banyak dan bervariasi apabila dibandingkan
dengan convenience store, namun perkembangan convenience store dalam segi total
omset sangat signifikan. Di tahun 2008, omset untuk Hypermarket 41,7 % dari total
omset seluruh pasar modern di Indonesia, convenience store mempunyai angka 32,1 %
kemudin diikuti oleh supermarket sebesar 26,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa
convenience store merupakan sebuah potensi pasar yang tidak boleh dipandang sebelah
mata.
Pertumbuhan angka yang signifikan dari convenience store di Indonesia ini
mampu menggeser pertumbuhan supermarket yang sebelumnya memegang market share
terbesar. Pada tahun 2008 ini omset dari supermarket menjadi yang paling kecil. Hal ini
menunjukkan pergeseran minat konsumen dari supermarket dan hypermarket ke
convenience store. Meski hypermarket tetap mendominasi penguasaan omset terbesar,
namun orang mulai bergeser untuk berbelanja ke convenience store karena pada
umumnya convenience store memiliki lokasi yang berdekatan dengan konsumen dan
letak lokasi dari gerai convenience store tersebar sehingga memudahkan konsumen untuk
melakukan kegiatan belanja. Namun hypermarket tetap memiliki keunggulan apabila
dibandingkan dengan convenience store karena hypermarket memiliki berbagai ragam
aneka pilihan barang yang lebih banyak. Pada akhirnya perkembangan supermarket di
Indonesia semakin tertekan karena konsumen akan pergi ke convenience store yang
-
49
memiliki lokasi yang lebih strategis atau dekat dengan konsumen apabila dibandingkan
dengan supermarket dan hypermarket, dan konsumen akan cenderung lebih memilih ke
hypermarket karena pilihan barang yang lebih banyak dari supermarket dan convenience
store
Gambar 4.1 Perkembangan Omset Ritel Modern, periode 2004 2008 ( Rp Triliun) Sumber :
AC Nielsen Media Data , 2009
Sejarah dari convenience store sendiri di Indonesia bermula dari tahun 1987,
dimana Circle K sebuah franchise convenience store yang berasal dari Amerika Serikat
mulai beroperasi dan membuka tokonya di Indonesia. Circle K juga dianggap sebagai
pelopor dari masuknya industri ritel modern ke Indonesia. Setelah masuknya Circle K ke
pasar ritel modern Indonesia, banyak merk convenience store lain yang kemudian ikut
memasuki dan meramaikan persaingan di industri pasar ritel modern seperti Indomaret,
Alfamart, AM/PM ,Ceria Mart ,OMI dan lainnya termaksud 7 Eleven yang sempat
memasuki pasar industri ritel modern di Indonesia pada pertengahan tahun 1990-an. 7
-
50
Eleven akhirnya tidak berusia lama karena terjadinya perselisihan internal dengan
pemegang franchisenya. Sampai pada tahun 2008, hanya terdapat 2 pemain yang
dominan pada pasar convenience store yaitu Indomaret dan Alfamart. Kedua merk
tersebut mendominasi dengan Indomaret pemegang pangsa omset terbesar dengan 43,2 %
diikuti oleh Alfamart yang menguasai 40,8 % dari total omset convenience store yang ada
di Indonesia.
Gambar 4.2 Omset Peritel Mini market tahun 2008 ( dalam Rp Triliun )
Sumber : Media Data , Febuari 2009
4.1.9 Jenis Ritel Modern
Pasar modern adalah tempat atau sarana untuk penjualan barang barang
kebutuhan pokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Metode penjualan dilakukan
secara eceran dengan cara swalayan. Pembeli memilih serta mengambil barang sendiri
dari rak dagangan sesuai dengan kemauan atau kebutuhan dan langsung membayar di
kasir. Sistem pembelian yang dilakukan pasar modern tidak mengenal tawar menawar
harga.
-
51
Indonesia memiliki banyak sekali jenis dari ritel modern yang berkembang pada
saat ini, Convenience Store, Department Store, Specialty Store, Drugstores,
Supermarkets dan Supercenters . Sejak pasar modern masuk ke Indonesia pada tahun
1960 dan 1970 an format dari ritel modern ini terus berkembang dari tahun ke tahun dan
mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut diiringi dengan
berkembangnya teknologi, semakin baik dan berkembangnya perekonomian dan
perubahan yang terjadi pada gaya hidup masyarakat Indonesia.
Convenience store adalah peritel yang menyediakan berbagai barang kebutuhan
dengan tipe yang terbatas namun mempunyai lokasi yang strategis dan mempunyai
pelayanan yang cepat. Convenience store ini tumbuh subur di Indonesia pada beberapa
dekade belakangan ini, sehingga dapat ditemukan dengan mudah beberapa convenience
store dari berbagai perusahaan yang tersebar di seluruh Jakarta. Faktor utama dari
tumbuh suburnya convenience store tersebut adalah lokasi dari gerainya yang strategis
sehingga dapt dijangkau oleh masyarakat.
Departement Store adalah gerai pertokoan yang besar dan pada umumnya
sebagian besar peroduk yang dijual adalah beragam barang kebutuhan masyarakat yang
berupa barang keras (produk peralatan, eletronik, perabotan) maupun produk yang lunak
(pakain dan kain). Departement Store yang ada di Jakarta juga selalu ramai dikunjungi
oleh konsumen, baik yang datang hanya untuk melihat lihat saja atau yang berbelanja
karena departement store memiliki beraneka ragam jenis pilihan produk.
Drugstores adalah ritel yang khusus untuk menjual peralatan dan beraneka ragam
produk yang berhubungan dengan kesehatan atau medis. Jakarta juga memiliki berbagai
drugstores yang tersebar umumnya pada pusat pertokoan atau mall yang selalu
-
52
dikunjungi oleh konsumen untuk membeli berbagai produk kesehatan dengan kualitas
produk yang lebih terjamin .Beberapa drugstores di Jakarta juga menjual berbagai
macam alat rias kecantikan wanita.
Sementara itu Supermarket pada umumnya menjual produk makanan seperti
daging dan sayuran. Selain itu supermarket juga menyediakan barang atau produk selain
makanan seperti alat kecantikan, kesehatan dan juga barang kebutuhan umum lainnya
dalam jumlah yang terbatas.
Supercenters adalah pusat pertokoan yang memiliki yang memilki area serta
tempat yang sangat besar dan mengkombinasikan antara supermarket dengan berbagai
macam discount store. Umumnya supercenters ini selalu ramai dikunjungi oleh
masyarakat setiap hari dan juga dapat ditemukan di berbagai lokasi di Jakarta.
Supercenters selain dijadikan sarana untuk perdagangan juga dijadikan sebagai sarana
rekreasi serta restoran.
4.1.10 Pemain Dalam Ritel Modern Indonesia
Bisnis ritel modern di Indonesia berkembang pesat dengan dijalankan oleh
beberapa perusahaan kecil maupun beberapa perusahaan yang besar. Dalam berbagai
kategori pasar modern di Indonesia seperti Convenience Store, Department Store,
Specialty Store, Drugstores, Supermarkets dan Supercenters beberapa perusahaan yang
bermain di kategori tersebut di Indonesia seperti untuk jenis convenience store ada
Indomart, Alfamart dan Circle K yang beberapa tahun mendominasi pada jenis kategori
ini sebelum PT. Modern Internasional Tbk membawa 7 Eleven ke Indonesia. Hero,
Superindo dan Indomart merupakan pemain besar pada kategori jenis supermarket.
-
53
Watson, Guardian dan Century merupakan pemain besar pada kategori jenis drugstores.
Untuk kategori department Store ada Matahari dan Ramayana untuk perusahaan lokal
dan dari yang asing ada Sogo, Metro, Debenhams, dan Marks & Spencer. Sementara itu
Carrefour, Giant, Makro dan Lotte yang juga baru datang ke Jakarta pada akhir 2010
merupakan pemain besar yang berada pada kategori supercenters / hypermarkets di
Indonesia.
4.1.11 Perilaku Konsumen Dari Pasar Ritel Modern
Perkembangan dari industri ritel modern di Indonesia terutama pada pasar modern
terhitung sangat cepat. Hal ini didorong oleh pergeseran dari gaya hidup masyarakat yang
lebih suka untuk berbelanja di ritel modern dan mulai meninggalkan ritel tradisional
(pasar tradisional).
Setiap tahunnya masyarakat yang bergeser dari ritel tradisional ke ritel modern
semakin bertambah. Ada beberapa alasan yang menjadi alasan masyarakat untuk
cenderung berbelanja ke ritel modern. Yang pertama yang menjadi pertimbangan paling
utama adalah pasar modern menyediakan berbagai macam produk yang bervariasi yang
ditawarkan dengan kualitas yang baik. Selain itu produk produk yang ditawarkan juga
umumnya selalu tersedia di pasar modern dalam jumlah yang besar sehingga
kekhawatiran masyarakat ketika berbelanja tentang habisnya sebuah produk dapat
diminimalisasi. Yang kedua adalah harga produk yang ditawarkan cenderung lebih tetap
(fixed price). Dan yang juga keunggulan utama dari pasar modern adalah mereka
mempunyai pelayanan terhadap konsumen (services) yang lebih bagus apabila
dibandingkan dengan pasar tradisional. Beberapa pertimbangan tersebut adalah beberapa
-
54
alasan mengapa masyarakat lebih cenderung untuk berbelanja di pasar modern
dibandingkan dengan pasar tradisional.
Faktor faktor diluar itu yang juga mendorong bergesernya minat konsumen
untuk berbelanja di pasar modern adalah lebih stabil nya perekonomian di Indonesia
sehingga masyarakat juga memiliki daya beli yang lebih baik. Naiknya daya beli
masyarakat membuat berbagai golongan masyarakat mereka rela untuk membeli barang
yang sedikit lebih mahal dengan imbalan kualitas serta pelayananan yang lebih baik.
Fakta lain yang dapat ditemukan adalah kebiasaan unik dari gaya hidup
masyarakat Indonesia yang senang berkumpul secara berkelompok dengan teman
teman maupun keluarga nya. Pada kasus ini dengan kata lain masyarakat pergi ke
supermarket maupun convenience store selain untuk berbelanja berbagai barang
kebutuhan sesuai dengan yang dibutuhkan tapi juga supermarket dan convenience store
juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk rekreasi serta mencari makan. Gaya hidup
masyarakat Indonesia tersebut pada umumnya dapat ditemui di berbagai kota besar
seperti Jakarta atau Bandung dan Surabaya .Hal ini berdampak langsung pada
berkembangnya 7 Eleven di Jakarta yang didatangi konsumen untuk mencari makan dan
berkumpul dengan teman teman nya.
4.1.12 Profil Jakarta
DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta merupakan ibukota negara dari Republik
Indonesia serta kota yang terbesar di Indonesia. Jakarta dulu dikenal dengan nama Sunda
Kelapa dan Batavia sebelum akhirnya berubah nama menjadi Jakarta. Jakarta terletak di
-
55
sebelah utara Pulau Jawa dan terletak pada dataran rendah dengan rata rata ketinggian 8
meter diatas permukaan laut.
Sebagai ibukota negara perkembangan Jakarta tergolong cepat. Seiring dengan
waktu semakin banyak orang dan perusahaan asing yang datang di Jakarta yang
membawa trend teknologi, gaya hidup dan lain lain untuk masuk ke Jakarta. Hal ini
juga dipermudah dengan semakin terbukanya informasi tanpa batas melalui internet. Pada
saat ini banyak perusahaan asing yang membuka kantor di Jakarta dan membuat seluruh
masyarakat di Indonesia untuk berlomba mengadu untung dengan datang untuk mencari
kerja di Jakarta.
Dengan ramainya pendatang ke Jakarta secara berlebihan maka tentu saja akan
berakibat naiknya tingkat kepadatan penduduk di Jakarta. Pada tahun 2010 ini jumlah
penduduk di Jakarta yang tercatat scara resmi sesuai dengan sensus penduduk 2010
adalah sebesar 9.588.198 jiwa. Hal ini mengalami kenaikan dari tahun 2007 yaitu sebesar
7.552.244 jiwa. Diprediksikan dalam 10 tahun ke depan bahwa jumlah penduduk DKI
Jakarta berjumlah 10.000.000 jiwa.
Berdasarkan data yang didapat pada tahun 2010 ini DKI Jakarta yang terbagi atas
5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administratif, yang terdiri atas: kota
administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2,
Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan kota
administrasi Jakarta Timur dengan luas 183,73 km2, serta kabupaten administratif
Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai
sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 sungai dan 2 buah kanal. Di
sebelah selatan dan timur Jakarta berbatasan dengan kota Depok, Kabupaten Bogor dan
-
56
Bekasi, sebelah barat dengan kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, dan Laut Jawa
di sebelah utara.
4.2. Analisis Studi Kasus
Analisis Strategi Ritel Dari 7 Eleven
Strategi yang dikembangkan oleh 7 Eleven pada dasarnya sesuai dengan visi dan
misi yang dikembangkan oleh jajaran manajemen dari PT. Modern International yaitu A
new level of convenience store . Dimana konsep bisnis yang akan dijalankan oleh 7
Eleven merupakan sebuah konsep yang baru, unik dan berbeda dengan konsep konsep
convenience store sebelumnya atau berbeda dengan konsep convenience store yang sudah
ada di Indonesia. Menurut Bapak Budiasto Kusuma selaku kepala dari Divisi Komunikasi
dan Pemasaran PT. Modern International bahwa konsep bisnis yang dijalankan oleh 7
Eleven ini dijadikan sebagai sebuah differensiasi antara 7 Eleven dengan konsep bisnis
convenience store lainnya. Industri ritel maupun bisnis convenience store di Indonesia itu
sendiri sudah sangat padat, sehingga 7 Eleven harus dapat mengukur kekuatan kompetitif
milik mereka sendiri,
Strategi dari 7 Eleven sendiri adalah dengan mengkombinasikan antara
convenience store dengan casual eatery dimana 7 Eleven melakukan diferensiasi dengan
lebih memfokuskan kepada makanan segar (fresh food) serta bagaimana penyajiannya
kepada konsumen. Seperti layaknya convenience store pada umumnya 7 Eleven juga
menyediakan produk produk kebutuhan masyarakat namun dengan kategori dan jumlah
yang terbatas dimana 7 Eleven terbatas hanya menjual makanan makanan yang bersifat
cepat saji seperti mie siap saji dan makanan kecil (snack), minuman kemasan dan barang
-
57
barang kebutuhan sehari hari seperti sikat gigi, odol, sabun dan lain lain. Pembeli
tidak akan menemukan beras, gula atau minyak goreng dijual di 7 Eleven.
Produk makanan segar yang disajikan oleh 7 Eleven disajikan dalam berbagai
jenis dan variasi yang dapat ditambahkan dengan beberapa menu yang bersifat tambahan
yang bervariasi dan dapat disesuaikan dengan kemauan konsumen. Selain dari menu
menu orisinil yang dimiliki oleh 7 Eleven (Slurpee, Big Gulp, Coffee Select dan Big Bite)
, 7 Eleven juga menjual berbagai macam menu pilihan seperti donut, salad, spaghetti,
dan lain lain. Setelah menetapkan pilihan pada sebuah menu pembeli dapat
menambahkan menu menu tambahan seperti saus tomat , saus sambal dan keju untuk
makanan atau gula, sirup dan krim bubuk (creamer) untuk jenis minuman tanpa
dikenakan biaya tambahan.
Selain dari melakukan differensiasi konsep tersebut, 7 Eleven juga melakukan
kombinasi dengan konsep kantin. Konsep kantin disini adalah dengan menyediakan
tempat duduk dan meja agar para konsumen selain dapat makan dan minum di 7 Eleven,
para konsumen juga dapat bersosialisasi dengan sesama konsumen. Ini disesuikan dengan
karakter orang Indonesia yang suka untuk nongkrong dan melakukan sosialisasi tanpa
mengabaikan citra personalnya. Tempat makan dan gerai 7 Eleven itu sendiri juga selalu
dibersihkan atau dalam kondisi selalu bersih sehingga para konsumen betah untuk
bersosialisasi di tempat tersebut. Sistem kantin ini juga mendorong konsumen untuk
kembali berbelanja di 7 Eleven atau hanya sekedar nongkrong di 7 Eleven.
Strategi lain yang dijalankan oleh 7 Eleven adalah dengan memberikan pelayanan
yang sebaik mungkin untuk konsumen. Konsumen yang datang akan diberikan pelayanan
yang terbaik dan para karyawan dari 7 Eleven juga terjun langsung untuk menawarkan
-
58
bantuan kepada para konsumen yang mungkin tidak paham atau mengerti bagaimana
memilih menu atau menambahkan menu tambahan pada produk yang sudah atau yang
akan dibeli.
7 Eleven juga berupaya memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin
kepada para konsumen. Hal ini sangat penting karena pelayanan yang bagus kepada
konsumen akan mendorong tingkat kepuasan yang dialami para konsumennya. Hal ini
diwujudkan oleh 7 Eleven dengan memberikan pelayanan yang semaksimal, sebaik dan
seramah mungkin kepada konsumen dari 7 Eleven.
Porter Five Forces Analysis
Porter Five Forces Model of Competition
1. Competitive Rivalry Within an Industry
Kompetitor dalam bisnis convenience store cukup banyak, namun pemain
besar dalam bisnis convenience store sebelum 7 Eleven datang adalah Alfamart dan
Indomaret. Pemain terbesar adalah Indomaret yang memiliki pangsa omset sekitar 43
-
59
.29 % dari total omset convenience store di Indonesia, kemudian diikuti Alfamart
dengan pangsa omset 40,8 %
Ketika 7 Eleven memasuki bisnis convenience store pada tahun 2010,
Alfamart dan Indomaret adalah kompetitor terbesar dari 7 Eleven. Kedua brand dari
convenience store tersebut sudah lebih dulu memiliki jumlah gerai jaringan yang
besar. Menurut data dari tahun 2008, jumlah gerai dari Indomaret mencapai 3.116
unit dan Alfamart memiliki 2.755 unit. Jajaran manajemen dari PT. Modern
Internasional Tbk harus berpikir keras untuk dapat bersaing di bisnis convenience
store yang sudah sangat padat. Akhirnya dengan mengusung visi A New Level Of
Convenience Store 7 Eleven kemudian memilih untuk memfokuskan diri pada
makanan segar serta penyajian makanan segar tersebut kepada konsumen, berbeda
dengan konsep convenience store pada umumnya yang dimana peritel convenience
store yang lain lebih berfokus pada penawaran produk kebutuhan
masyasrakat.Berikut adalah cuplikan wawancara dengan Bapak Budiasto Kusuma
7 Eleven dengan visi sebagai A New Level Of Convenience Store lebih
menfokuskan target pada makanan segar atau freshfood yang akan dibuat
seperti apa makanan segar tersebut, dan juga bagaimana menyajikannya
kepada konsumen yang menjadi tantangan bagi 7 Eleven. Dengan ini
dimaksudkan agar 7 Eleven memberikan pengalaman baru pada masyarakat
yang berbelanja disana, karena sebelumya pengalamanan ini belum pernah
ada sebelumnya dan unik
-
60
2. Threat of New Entrants
Ancaman masuknya para pendatang baru ke dalam sebuah industri dapat
bergantuk pada besar atau kecilnya rintangan masuk (barriers of entry) yang ada pada
industri tersebut. Faktor faktor yang menjadi rintangan masuk dalam sebuah
industri tersebut adalah :
Skala Ekonomis Untuk memulai sebuah bisnis convenience store di Indonesia pada
umumnya memiliki modal yang besar. Apabila perusahaan memulai
bisnis convenience store sendiri modal atau investasi yang akan
dikeluarkan akan sangat besar mulai dari perlengkapan penjualan
(inventory) yang berkualitas, tenaga kerja dan produk yang akan
ditawarkan ke konsumen. Sedangkan apabila memboyong sebuah
franchise pun memerlukan biaya yang sangat besar terutama untuk
tempat gerai tersebut dibuka.
Biaya lain yang tidak menguntungkan diluar biaya operasional. Dalam industri ritel, perusahaan yang lebih mapan atau stabil tentu
saja dapat memiliki keuntungan tidak mengeluarkan biaya biaya
lainnya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ritel yang baru berdiri
ataupun yang memboyong sebuah franchise convenience store untuk
masuk di Indonesia. Faktor lokasi yang merupakan salah satu strategi
terpenting dalam bisnis ritel maupun convenience store merupakan hal
yang sangat sulit untuk dimiliki oleh pendatang baru di bisnis ritel.
Sedangkan untuk mencari kemitraan dengan para pengecer pun akan
-
61
sulit, karena rata rata para pengecer tersebut sudah bermitra dengan
convenience store atau mungkin dengan industri ritel lainnya.
Brand yang kuat serta tingginya loyalitas konsumen. Sebuah brand yang kuat dari sebuah convenience store akan
membantu menarik minat konsumen untuk datang. Pendatang baru
dalam industri ini akan memiliki kesulitan apabila franchise yang
mereka dirikan atau yang mereka boyong tidak memiliki brand yang
kuat. Terlebih lagi kompetitor kompetitor lain yang sudah ada
memiliki brand yang kuat serta memiliki loyalitas konsumen yang
tinggi. Untuk dapat berkompetisi dengan para kompetitor tersebut para
pendatang baru di bisnis conveniences store harus menjual produknya
dengan harga yang lebih rendah dibawah para kompetitor nya dengan
kualitas yang sama atau lebih baik. Cara lain untuk dapat bersaing
dengan para kompetitor tersebut, pendatang baru dapat memboyong
franchise convenience store yang sudah memiliki brand yang kuat
atau terkenal dengan biaya yang pasti lebih tinggi.
Besar atau kecilnya modal yang dibutuhkan Pada umumnya investasi yang dikeluarkan untuk membuka sebuah
convenience store atau memboyong franchise dari sebuah convenience
store jumlahnya sangat besar. Infrastruktur yang merupakan bagian
terpenting dalam membuka sebuah gerai convenience store di Jakarta
umumnya mempunyai biaya yang sangat tinggi. Investasi lainnya yang
-
62
harus dikeluarkan adalah seperti fasilitas penunjang lainnya,
perlengkapan serta biaya promosi.
Untuk hal ini ada kemungkinan akan masuknya investor asing sebagai
pendatang baru di industri ritel atau convenience store di Indonesia.
Keputusan Presiden No 99 Tahun 1998, dimana pemerintah tidak
memasukan bisnis ritel di dalam negative list bagi penanaman modal
asing membuat ritel asing mulai memasuki Indonesia sejak awal tahun
1990, sehingga investor asing dapat dimasukkan dalam potensi
ancaman pendatang baru.
Kebijakan dari pemerintah setempat Pada umumnya perizinan untuk mendirikan sebuah gerai convenience
store dapat tergolong mudah di Jakarta. Namun peraturan undang
undang perdagangan di Indonesia mengenai pengaturan monopoli
yang masih belum terlalu jelas dalam industri ritel sehingga hal
tersebut dapat menjadi hambatan yang besar bagi para pendatang baru.
Kemampuan dari perusahaan yang sudah mapan untuk menghambat masuknya para pendatang baru.
Dalam industri ritel di Indonesia hal ini lumrah terjadi pada hypermart
dan supermarket dengan memberikan potongan harga pada produk
produk yang ditawarkan. Berbeda dengan convenience store yang
hampir tidak pernah melakukan pemotongan harga. Cara convenience
store umumnya untuk menghambat masuknya para pendatang baru
-
63
adalah dengan melakukan event atau promosi untuk kalangan segmen
tertentu namun hal tersebut juga jarang dijumpai.
Berdasarkan uraian diatas bisa dilihat bahwa rintangan masuk (barriers of
entry) di industri ritel ini bisa dikatakan sangat berat. Adanya pendatang baru
potensial yang memasuki industri ritel di Indonesia adalah dari masuknya investasi
asing. Selain dari masuknya pendatang baru potensial yang berasal dari investasi
asing, bisa juga sebagai akibat dari di relaunching sebuah franchise convenience store
yang pernah ada seperti pada kasus 7 Eleven yang sempat hadir dan menghilang pada
dekade tahun 1990 an dan hadir kembali pada tahun 2010
Relaunching sebuah franchise ini tidak sembarangan dilakukan. Perlu strategi
serta perencanaan konsep bisnis yang baru untuk dapat merebut pangsa pasar yang
baru, terlebih lagi industri ritel dan convenience store sudah sangat padat di Jakarta.
Dalam kasus 7 Eleven sendiri, franchise 7 Eleven tersebut di relaunching dengan
pemegang franchise yang berbeda.
Menurut Bapak Budiasto Kusuma mengenai ancaman dari pendatang baru
yang potensial, untuk menghadapi nya adalah dengan melakukan inovasi inovasi
baik itu dari segi produk mapun dari segi pelayanan terhadap konsumen yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta minat konsumennya. Sikap tersebut sesuai
dengan apa yang diterangkan oleh Thompson, Strickland, Gamble, (2010 p 68)
dimana perusahaan yang lebih dahulu ada atau yang sudah mapan melakukan inovasi
pada produk dan pelayanannya untuk menghambat masuknya pendatang baru
potensial. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bapak Budiasto Kusuma
-
64
sebagai jajaran manajemen dari PT. Modern Internasional Tbk yang mengelola
franchise 7 Eleven.
Pendatang baru dalam sebuah industri adalah hal yang wajar, terlebih lagi
melihat potensi dan peluang dari bisnis ritel yang semakin positif. Yang
dilakukan oleh 7 Eleven dalam menghadapi hal ini adalah terus melakukan
inovasi inovasi baik dari segi produk maupun layanan yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan minat konsumen agar konsumen merasa lebih nyaman
serta membuat konsumen juga menjadi loyal di 7 Eleven. Serta kami melihat
tantangan di sisi pendatang baru ini justru dapat membangun industri pasar
ritel Indonesia.
3. Threat Subtitute Products
Semua perusahaan yang bergerak pada suatu industri cepat atau lambat akan
menghadapi tekanan atau persaingan dengan industri yang dapat menghasilkan
produk pengganti (subtitute product), hal yang sama juga terjadi pada industri ritel.
Kecendrungan bagi para konsumen convenience store untuk beralih bisa datang dari
medium lain yang dapat menggantikan fungsi dari convenience store itu sendiri.
Dalam hal ini bentuk ritel lain seperti Hypermarket, Supermarket dan berbagai jenis
ritel yang ada bisa menggantikan fungsi convenience store dalam hal memperoleh
atau membeli produk maupun jasa, sehingga konsumen dapat beralih ke jenis ritel
yang lain. Ancaman dari produk subtitusi ini sangat kuat dalam industri ritel
khususnya convenience store. Bahkan beberapa ritel tersebut mempunyai banyak
keunggulan apabila dibandingkan dengan ritel jenis convenience store. Hypermarket
-
65
maupun supermarket memiliki variasi produk yang lebih luas apabila dibandingkan
dengan convenience store, sehingga banyak konsumen yang tidak mendapatkan
sebuah produk di convenience store beralih ke hypermarket untuk membeli produk
tersebut.
Untuk 7 Eleven sendiri karena mempunyai konsep berbeda yaitu lebih
memfokuskan pada makanan segar yang akan dibuat serta disajikan kepada
konsumen, produk subtitusi mereka tidak hanya pesaing sesama convenience store,
tetapi juga bersaing dengan restoran atau warung makan karena produk yang serupa.
Namun 7 Eleven memiliki beberapa menu original milik mereka sendiri yang
dipadukan dengan beberapa menu makanan lainnya yang dapat disesuaikan dengan
kemauan dan minat konsumen itu sehingga para konsumen dapat menambahkan saus
atau bumbu penyedap lainnya sesuai minat. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi
keunggulan 7 Eleven apabila dibandingkan dengan restoran atau warung makan.
4. Bargaining Power of Suppliers
Menurut Thompson, Strickland dan Gamble bahwa kuat atau lemahnya
kekuatan kompetitif antara pengecer (supplier) dan penjual bergantung kepada
dimana para pengecer tersebut mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan kemauan para pengecer
(supplier). Dalam industri ritel seorang pengecer sangat penting perannya dalam
kelancaran kegiatan convenience store untuk menjamin ketersediaan barang atau
produk yang ditawarkan ke konsumen.
-
66
Umumnya untuk convenience store mereka memiliki pengecer sendiri yang
sudah memiliki persetujuan dengan perusahaan convenience store tersebut. Kekuatan
tawar menawar para pengecer dari industri ritel ini tergolong kuat karena meski
jumlah pengecer produk barang ada banyak untuk industri ritel, dan pengusaha ritel
dapat berpaling dengan supplier yang mampu menyediakan dengan produk yang
lebih murah namun umumnya convenience store selalu menawarkan dan memberikan
produk yang memiliki kualitas dan performa yang terbaik untuk ditawarkan kepada
konsumen konsumen. Hal tersebut dimaksudkan agar meningkatkan rasa kepuasan
konsumen untuk berbelanja di gerai convenience store tersebut.
5. Bargaining Power of Buyers
Pembeli memiliki kemampuan tawar menawar dan bersaing dengan industri
tersebut dengan memaksa mereka menurunkan harga menjadi lebih murah. Menurut
Porter, 1998 bahwa kekuatan beli dari konsumen juga akan mempengaruhi biaya
operasional serta investasi perusahaan. Dalam industri ritel di Indonesia kekuatan
tawar menawar konsumen sangat kuat, karena selain dari persaingan antar
convenience store terdapat pula persaingan antar berbagai jenis ritel yang ada seperti
hypermarket dan supermarket.
7 Eleven menyingkapi hal ini dengan berusaha memberikan kenyamanan serta
kepuasan yang semaksimal mungkin untuk konsumen. Hal tersebut berusaha
diwujudkan dengan memberikan variasi produk makanan yang diiringi dengan
berbagai menu tambahan pilihan sehingga dan juga 7 Eleven berupaya untuk
memberikan kenyamanan kepada konsumen ketika berbelanja dan makan di gerai
-
67
mereka. Dengan kata lain 7 Eleven berusaha semaksimal mungkin memberikan
kualitas serta performa produk yang terbaik dan mempunyai nilai penting bagi
pembeli yang sulit untuk digantikan dengan kompetitor yang lain. Menurut Bapak
Budiasto Kusuma
7 Eleven selalu berusaha untuk memberikan kenyamanan serta kepuasan
semaksimal mungkin kepada konsumen dengan memberikan variasi produk
makanan yang ditambah dengan aneka ragam menu tambahan pilihan yang
dapat meningkatkan kepuasan maksimal konsumen. Konsumen 7 Eleven yang
ada sekarang ini dibentuk oleh kenyamanan yang diberikan oleh 7 Eleven
yang kemudian dibantu dengan beberapa sifat gaya hidup konsumen .
Analisis dari Five Generic Competitive Strategies
5 Generic Competitive Strategies merupakan landasan strategi perusahaan dalam
memulai usahanya untuk mencapai keunggulan kompetitif. Strategi ini direncanakan
khusus untuk perusahaan oleh manajemen untuk dapat meraih kesuksesan dalam
berkompetisi dan berhasil dalam meraih keunggulan kompetitif atas para kompetitornya.
5 Generic Competitive Strategies sendiri terdiri atas:
A low cost provider strategy. Perusahaan berusaha agar mencapai biaya dan menawarkan produk
dengan harga yang lebih rendah jika dibandingkan kompetitornya.
A broad differentiation strategy. Perusahaan berusaha untuk melakukan diferensiasi pada produk yang
ditawarkan dibandingkan dengan produk kompetitor.
-
68
A best-cost provider strategy. Perusahaan menawarkan pada konsumen sebuah produk yang
memiliki performa, kualitas serta atribut dengan harga yang lebih
rendah apabila dibandingkan kompetitor. Produk tersebut harus
memiliki biaya dan harga yang lebih rendah dengan kualitas serta
performa seimbang dengan produk kompetitor.
A focused (or market niche) strategy based on low cost. Perusahaan memfokuskan diri pada segmen pembeli dan berusaha
mengungguli pesaing dengan biaya yang lebih rendah dan mampu
memberikan pelayanan yang maksimal.
A focused (or market niche) strategy based on differentiation. Perusahaan memfokuskan diri pada segmen khusus konsumen dan
berusaha mengalahkan para kompetitor dengan memberikan segmen
pada niche market kualitas serta atribut yang disesuaikan dengan
selera dan permintaan pembeli apabila dibandingkan dengan
kompetitornya.
Dalam industri ritel di Indonesia yang sudah padat dan ramai akan persaingan,
sebuah strategi dan konsep yang tepat akan sangat dibutuhkan untuk dapat bertahan dan
bersaing di industri tersebut. 7 Eleven hadir ditengah - tengah dominasi Alfamart dan
Indomart yang telah lebih dulu berada di Indonesia dan memiliki ribuan gerai yang
tersebar di seluruh Jakarta, sehingga 7 Eleven harus memiliki konsep dan strategi yang
setidaknya dapat membuat 7 Eleven dapat bertahan di tengah gempuran 2 franchise
-
69
convenience store tersebut. Selain bersaing dengan sesama perusahaan convenience store
7 Eleven juga harus dapat berkompetisi dengan jenis jenis ritel lainnya seperti
supermarket, hypermarket, specialty store dan lainnya.
Melihat dari konsep strategi yang diterapkan 7 Eleven dengan visi A New Level
of Convenience Store bisa dilihat yang 7 Eleven terapkan disini adalah a broad
differentiation strategy dimana 7 Eleven berupaya untuk melakukan diferensiasi dengan
lebih memfokuskan pada bagaimana menjual serta menyajikan makanan segar (fresh
food) kepada konsumen, berbeda dengan apa yang dilakukan beberapa convenience store
sebelumnya yang lebih memfokuskan menyediakan produk produk yang menjadi
kebutuhan masyarakat. Untuk menunjang konsep dari 7 Eleven tersebut makanan segar
tersebut disajikan dengan berbagai jenis varias yang berbeda. Selain itu 7 Eleven juga
menyediakan berbagai menu tambahan seperti saus tomat, sambal dan keju untuk dapat
ditambahkan kedalam menu makanan serta berbagai jenis gula, sirup, dan krim untuk
jenis minuman. Menu tambahan tersebut dapat diambil dan ditambahkan di makanan
serta minuman yang telah dibeli dan bebas digunakan sesuai dengan minat konsumen
yang membelinya tanpa dikenakan biaya tambahan.
Ada beberapa convenience store selain 7 Eleven yang juga menjual makanan
segar yang bisa disajikan kepada konsumen namun tidak terlalu variatif seperti makanan
yang disajikan ke konsumen oleh 7 Eleven. Meski 7 Eleven lebih memfokuskan diri
kepada makanan segar yang ditawarkan untuk konsumen, 7 Eleven tetap menjual
berbagai barang kebutuhan masyarakat seperti mie cepat saji, makanan ringan, permen,
majalah, minuman yang berada di luar produk asli 7 Eleven serta rokok. Namun 7 Eleven
tidak menjual berbagai barang kebutuhan pokok masyarakat seperti beras, gula dan susu .
-
70
Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bapak Budiasto Kusuma yang
berkaitan dengan ini:
Industri ritel di Indonesia ini sudah sangat padat dengan adanya beberapa
convenience store yang ada di Indonesia. Sehingga diperlukan adanya inovasi
bisnis dan strategi strategi yang terencana dengan baik untuk dapat bersaing
dalam industri ritel yang sudah padat ini. Yang dilakukan 7 Eleven dalam
menghadapi persaingan dalam industri ini adalah lebih berfokus pada
diferensiasi pengalaman yang diberikan kepada konsumen. Meski pada dasarnya
convenience store adalah menjual barang barang pokok pada semua lapisan
masyarakat, namun 7 Eleven lebih memfokuskan diri kepada pemberian
pengalaman pada para pembelinya melalui kombinasi antara convenience store
dan casual eatery. Namun hal itu saja tidak cukup,7 Eleven juga harus melakukan
hal yang dapat membuat konsumen tersebut merasa betah serta loyal kepada 7
Eleven dengan memelihara berbagai golongan komunitas yang menjadi
pelanggan 7 Eleven. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan event event
tertentu yang disesuaikan dengan komunitasnya. Hal hal tersebut lah yang
menurut saya membuat 7 Eleven berbeda dengan convenience convenience
store lain di Indonesia .