PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI...

14
PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIK Tjan Meriska Tjandinegara Jl. U No 21 Kemanggisan, Jakarta Barat 08194144463 [email protected] Dosen: Doni Morika, S.T., M.Ds, Anak Agung Ayu Wulandari, S.Sn., MA ABSTRAK Olahraga Atletik perlu dikembangkan lagi sehingga memerlukan sarana berupa Museum sebagai media pembelajaran masyarakat. Perancangan bertujuan untuk dapat membuat rancangan interior Museum Olahraga Atletik yang unik dan menarik di Jakarta, dan menerapkan arsitektur Betawi dan Kontemporer, dengan memperhatikan berbagai masalah interior yang ada terutama sirkulasi, penataan koleksi, dan penerapan arsitektur Betawi. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan dengan pengamatan secara langsung serta wawancara dengan pengelola gedung. Selain itu, dilakukan juga perbandingan dengan museum olahraga internasional yang berada di Pennsylvania dan Singapore. Dari analisis tersebut, maka telah didapatkan tema yang dapat menggambarkan museum olahraga atletik yaitu track and field dan jawaban atas setiap permasalahan yang ada pada museum. Kesimpulannya, untuk membuat perancangan interior Museum Olahraga Atletik dengan penerapan Betawi Kontemporer maka perlu dibuat alur cerita pameran,, ruangan harus mencukupi kebutuhan, sarana harus memenuhi standar ergonomi ,benda koleksi harus dikelompokkan dan ditonjolkan, dan menganalisa tentang Betawi kontemporer dan cara penerapannya. Kata kunci: Interior, Museum, Olahraga, Atletik, Jakarta ABSTRACT Athletics is a sport that needs to be developed, so it needs a Museum as a learning medium. The design aims to create an Interior Design of Athletic Sport Museum which is unique and interesting in Jakarta, and also can represent the Architecture of Betawi and Contemporary style by considering a variety of interior’s problems, especially the circulation, the collection’s arrangement, and the application of Betawi’s Architecture. The research methodology is using the qualitative method. Analysis was performed by direct observation and interviews with building management. Besides that, comparisons are also made with International Sport’s Museum in Pennsylvania and Singapore. From the analysis, it has been found track and field as the theme that can describe the Athletic’s Museum and also the answers of every problems that exist in museum. In conclusion, to make the interior design of Athletic Sport Museum that apply the Architecture Betawi and Contemporary style, it needs to created storylines, every room should be sufficient, facilities must meet the standards of ergonomics, the collection have to be grouped and highlighted, and also analyzes the architecture of Betawi and Contemporary style and how to apply it. Keywords: Interior, Museum, Sport, Athletic, Jakarta PENDAHULUAN Olahraga dapat membuat hidup akan menjadi semakin sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Di Indonesia, bidang olahraga mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi. Namun, kebanyakan prestasi yang dimiliki oleh Indonesia merupakan prestasi yang diperoleh dari cabang olahraga bulutangkis saja. Padahal, cabang olahraga yang dipertandingkan sangatlah banyak. Salah satu cabang olahraga yang seharusnya dikembangkan adalah olahraga atletik. Olahraga atletik merupakan cabang olahraga yang memiliki cukup banyak nomor pertandingan. Jika olahraga atletik lebih dikembangkan lagi, maka peluang Indonesia untuk meraih prestasi olahraga akan semakin besar.

Transcript of PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI...

Page 1: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIK

Tjan Meriska Tjandinegara

Jl. U No 21 Kemanggisan, Jakarta Barat 08194144463

[email protected] Dosen: Doni Morika, S.T., M.Ds,

Anak Agung Ayu Wulandari, S.Sn., MA

ABSTRAK

Olahraga Atletik perlu dikembangkan lagi sehingga memerlukan sarana berupa Museum sebagai media pembelajaran masyarakat. Perancangan bertujuan untuk dapat membuat rancangan interior Museum Olahraga Atletik yang unik dan menarik di Jakarta, dan menerapkan arsitektur Betawi dan Kontemporer, dengan memperhatikan berbagai masalah interior yang ada terutama sirkulasi, penataan koleksi, dan penerapan arsitektur Betawi. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan dengan pengamatan secara langsung serta wawancara dengan pengelola gedung. Selain itu, dilakukan juga perbandingan dengan museum olahraga internasional yang berada di Pennsylvania dan Singapore. Dari analisis tersebut, maka telah didapatkan tema yang dapat menggambarkan museum olahraga atletik yaitu track and field dan jawaban atas setiap permasalahan yang ada pada museum. Kesimpulannya, untuk membuat perancangan interior Museum Olahraga Atletik dengan penerapan Betawi Kontemporer maka perlu dibuat alur cerita pameran,, ruangan harus mencukupi kebutuhan, sarana harus memenuhi standar ergonomi ,benda koleksi harus dikelompokkan dan ditonjolkan, dan menganalisa tentang Betawi kontemporer dan cara penerapannya. Kata kunci: Interior, Museum, Olahraga, Atletik, Jakarta

ABSTRACT Athletics is a sport that needs to be developed, so it needs a Museum as a learning medium. The design aims to create an Interior Design of Athletic Sport Museum which is unique and interesting in Jakarta, and also can represent the Architecture of Betawi and Contemporary style by considering a variety of interior’s problems, especially the circulation, the collection’s arrangement, and the application of Betawi’s Architecture. The research methodology is using the qualitative method. Analysis was performed by direct observation and interviews with building management. Besides that, comparisons are also made with International Sport’s Museum in Pennsylvania and Singapore. From the analysis, it has been found track and field as the theme that can describe the Athletic’s Museum and also the answers of every problems that exist in museum. In conclusion, to make the interior design of Athletic Sport Museum that apply the Architecture Betawi and Contemporary style, it needs to created storylines, every room should be sufficient, facilities must meet the standards of ergonomics, the collection have to be grouped and highlighted, and also analyzes the architecture of Betawi and Contemporary style and how to apply it. Keywords: Interior, Museum, Sport, Athletic, Jakarta

PENDAHULUAN Olahraga dapat membuat hidup akan menjadi semakin sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Di Indonesia, bidang olahraga mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi. Namun, kebanyakan prestasi yang dimiliki oleh Indonesia merupakan prestasi yang diperoleh dari cabang olahraga bulutangkis saja. Padahal, cabang olahraga yang dipertandingkan sangatlah banyak. Salah satu cabang olahraga yang seharusnya dikembangkan adalah olahraga atletik. Olahraga atletik merupakan cabang olahraga yang memiliki cukup banyak nomor pertandingan. Jika olahraga atletik lebih dikembangkan lagi, maka peluang Indonesia untuk meraih prestasi olahraga akan semakin besar.

Page 2: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Oleh karena itu, perlu adanya sebuah wadah tempat pembelajaran masyarakat agar masyarakat dapat lebih mengerti dan mengenal bidang olahraga atletik. Disinilah fungsi sebuah museum dijalankan. Museum merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai budaya luhur kepada masyarakat. Museum juga sangat penting karena merupakan tempat dimana terdapat sangat banyak sejarah yang telah dilalui Indonesia. Akan tetapi, pada kenyataannya apresiasi masyarakat akan museum sangatlah rendah. Hal ini dapat terlihat dari semakin berkurangnya jumlah pengunjung museum dari tahun-ketahun. Sebenarnya di Indonesia telah terdapat Museum Olahraga yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Akan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang bidang olahraga seperti atletik. Padahal atletik memiliki banyak cabang seperti lari, lempar dan lompat. Dengan adanya Museum Olahraga Atletik, masyarakat tentu akan lebih mengerti dan mengenal bidang olahraga tersebut dan semakin menyadari untuk mengembangkannya. Selain itu, penulis juga merasa tertantang untuk membuat sebuah desain yang unik dan menerapakan unsur lokal budaya betawi sebagai ciri khasnya, yang dapat menyesuaikan diri dengan ketertarikan masyarakat akan hal-hal yang berbau modern. Dalam membuat perancangan interior museum atletik ini, terdapat beberapa permasalahan yang harus diperhatikan seperti penataan sirkulasi pameran agar tidak membingungkan pengunjung, penataan koleksi pameran sehingga tampak menarik dan rapi, serta desain yang unik sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung untuk datang ke museum.

METODE PENELITIAN Metedologi yang digunakan oleh penulis adalah metodologi kualitatif dimana metode yang dilakukan oleh penulis adalah studi literatur, penelitian, observasi, wawancara, dan studi banding. Studi literatur yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan mencari berbagai referensi dari buku dan internet. Kemudian dilakukan penelitian langsung pada Museum Olahraga Jakarta. Pada penelitian tersebut dilakukan observasi langsung terhadap furniture dan perlengkapan yang dibutuhkan dan jenis koleksi yang dimiliki oleh Museum Olahraga Jakarta. Penulis juga melakukan wawancara langsung kepada pihak pengelola museum. Hasil penelitian tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan museum yang ada di Luar Negeri seperti Singapore, dan Pennsylvania. Setelah tahap pengumpulan data telah dianalisa, maka tahap selanjutnya adalah membuat program ruang dan matriks kedekatan antar ruang yang dilanjutkan dengan penyusunan konsep. Setelah itu, dilakukan perancangan layout dengan mempertimbangkan kebutuhan fasilitas dan aktifitas pengguna yang kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan gambar kerja. Tahap selanjutnya yaitu dengan pembuatan gambar 3D ruangan-ruangan yang ditentukan.

HASIL DAN BAHASAN Persyaratan Umum Museum meruapakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai budaya luhur kepada masyarakat. Oleh karena itu, isi pameran museum haruslah rapi, jelas dan mudah dimengerti. Hal ini berpengaruh pada penataan sirkulasi museum, penataan koleksi pameran, dan desain dari setiap ruangan museum tersebut. Penataan sirkulasi museum haruslah teratur, rapi, dan memiliki standar ukuran luas ruangan yang mencukupi sehingga pengunjung tidak merasa kesempitan dan dapat menikmati isi pameran dengan nyaman. Penataan koleksi pameran juga harus dibuat agar menarik dan rapi sehingga pengunjung tidak cepat merasa bosan. Desain tiap ruangan museum haruslah dibuat menarik dan enak dipandang agar dapat menarik minat orang-orang untuk berkunjung ke museum. Program Aktifitas dan Fasilitas Fasilitas yang umumnya terdapat pada Museum Olahraga Atletik adalah ruang duduk, loket karcis, penitipan barang, informasi, pintu karcis, ruang sejarah, ruang pengenalan, auditorium, ruang pameran pertandingan, ruang daftar kehormatan, hall of fame, ruang pameran temporer, ruang games interaktif, perpustakaan, cinderamata, cafeteria, kantor kepala museum, kantor tata usaha, seksi pamean dan edukasi, seksi koleksi dan dokumentasi, filing, ruang rapat, percetakan, loker, pantry, penyimpanan koleksi tetap dan sementara, studi koleksi, laboratorium, bengkel, gudang, mushola.

Page 3: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Tabel 1 Program Kebutuhan Ruang Lantai 1

1 Ruang Duduk 16.82 m2

20.18 m2

36 m2

2 Informasi 8.78 m2

10.53 m2

19 m2

3 Pintu Masuk 9.9 m2

11.88 m2

22 m2

4 Games Interaktif 133.88 m2

170 m2

308 m2

5 Perpustakaan 101.76 m2

122.11 m2

217 m2

6 Cindera Mata 16.14 m2

19.37 m2

37 m2

7 Cafetaria 77.64 m2

93.17 m2

165 m2

8 Ruang Tunggu 8.41 m2

10 m2

18 m2

9 Kantor Kepala Museum 19.46 m2

23.35 m2

41 m2

10 Tata Usaha

Kepala Tata Usaha 7.84 m2

9.4 m2

16.5 m2

Staff 18.8 m2

22.56 m2

40 m2

11 Seksi Pameran dan Edukasi 18.8 m2

22.56 m2

40 m2

12 Filing 12.6m2

15.12 m2

27 m2

13 Ruang Rapat 27.6 m2

33.12 m2

59 m2

14 Percetakan 4.23 m2

5 m2

9 m2

15 Loker 5.58 m2

6.7 m2

12 m2

16 Pantry 22.5 m2

27 m2

47.8 m2

17 Seksi Koleksi dan Dokumentasi 18.8 m2

22.56 m2

40 m2

18 Penyimpanan Koleksi 31.68 m2

38 m2

67.5 m2

19 Penyimpanan koleksi sementara 11.88 m2

14 m2

24.6 m2

20 Studi Koleksi 14.85 m2

17.82 m2

31.5 m2

21 Laboratorium Konservasi 26.65 m2

31.98 m2

57 m2

22 Bengkel Restorasi dan Preparasi 38.7 m2

46.44 m2

83 m2

23 Gudang 9.9 m2

11.88 m2

21 m2 Semi Privat

24 Mushola 39 m2

46.88 m2

83 m2 Publik

Fungsi Perawatan dan Penyimpanan

Fungsi Penunjang

Semi Privat

Privat

1521.9 m2Lantai 1

Fungsi Pameran

Fungsi Penerima

Fungsi Edukasi

Fungsi Komersial

Fungsi Pengelolaan

No RuangLuas

Kebutuhan

Luas dengan sirkulasi

Total Luas Minimal

Zona

Publik

AreaLuas

Denah Per Lantai

Luas Disesuaikan

Denah

851.61 m2

Tabel Kebutuhan Ruang Lantai 2

1 Loket Karcis 11.96 m2

14.35 m2

30 m2

2 Penitipan Barang 13.74 m2

16.49 m2

33.2 m2

3 Ruang Duduk 16.82 m2

20.18 m2

40.7 m2

4 Informasi 8.78 m2

10.53 m2

21.2 m2

5 Pintu Masuk 9.9 m2

11.88 m2

24 m2

7 Ruang Sejarah Olahraga Atletik 28.5 m2

34.2 m2

70 m2

8 Pengenalan Olahraga Atletik 287.96 m2

345.55 m2

700 m2

9 Auditorium 90.2 m2

108.24 m2

214 m2

10 Ruang Pamer Pertandingan Olahraga 70.8 m2

84.96 m2

173 m2

11 Daftar Kehormatan 21.24 m2

25.49 m2

52 m2

12 Hall of Fame 37 m2

44.4m2

90 m2

13 Pameran Temporer 70.8 m2

84.96 m2

173 m2

Total Luas Minimal

Luas Denah Per

Lantai

Luas Disesuaikan

Denah

No RuangLuas

Kebutuhan

Luas dengan sirkulasi

Fungsi Penerima

Fungsi Pameran1621.2 m

2Lantai 2801.23 m2

ZonaArea

Publik

Page 4: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Matriks Hubungan Antar Ruang Matriks hubungan antar ruang digunakan untuk menggambarkan kedekatan setiap ruang fasilitas pada museum dalam bentuk tabel, yang ditentukan berdasarkan hubungan aktifitas yang saling berkaitan ataupun tidak.berkaitan.

Keterangan:: Dekat: Sedang: Jauh

Mushola

Semi Privat

No Zona Area

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Publik Ruang Duduk

Informasi

Pintu Masuk

R. Games Interaktif

Cindera Mata

Cafetaria

Pantry

Gudang

Loker

R. Tunggu Kantor

Kantor Kepala Museum

R. Seksi Tata Usaha

R. Seksi Pameran dan Edukasi

R. Seksi Koleksi dan Dokumentasi

Filing

Percetakan

Penyimpanan Koleksi Sementara

Ruang Rapat

Privat

Studi Koleksi

Laboratorium Konservasi

Bengkel Restorasi dan Preparasi

Penyimpanan Koleksi

Perpustakaan

Gambar 1 Hubungan Antar Ruang Lantai 1

Keterangan:

: Dekat: Sedang: Jauh

No Zona Area

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Publik Loket Karcis

Penitipan Barang

Ruang Duduk

Informasi

Ruang Sejarah Olahraga Atletik

R. Pengenalan Olahraga Atletik

Auditorium

R. Pamer Pertandingan Olahraga

R. Daftar Kehormatan

R. Hall of FAME

R. Pameran Temporer

Pintu Masuk

Gambar 2 Hubungan Antar Ruang Lantai 2

Page 5: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Diagram Sirkulasi Antar Ruang Aktifitas penggunan digambarkan dalam diagram bubble yang garis-garis penghubungnya menandakan jalur pengguna dan intensitas pengguna pada ruangan

Masuk

mata

:Privat

Bengkel

Mushola

Kantor

Gudang

Masuk

Perpustakaan

AreaDuduk

Cafetaria

InformasiCindera-

R. Games Interaktif

Pintu

Keterangan:

:Publik:Semi Privat

:Pengunjung Padat:Pengunjung Sedang:Pengunjung Jarang:Pengelola Padat:Pengelola Sedang:Pengelola Jarang

Gambar 3 Sirkulasi Antar Ruang Lantai 1

Page 6: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Keterangan:

:Semi Privat:Privat:Pengelola Padat:Pengelola Sedang:Pengelola Jarang

PenyimpananSementara

Laboratorium

PenyimpananKoleksi

Studi Koleksi

Bengkel

PintuMasukService

RuangRapat Tata Usaha

RuangTunggu

KepalaMuseum Loker

Pantry

FotoCopy

Filing

Pameran danEdukasi

Koleksi danDokumentasi

Masuk

Gambar 4 Sirkulasi Antar Ruang Kantor

Page 7: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Penitipan LoketKarcis

Masuk

AreaDuduk

Informasi

Pintu

Keterangan:

:Publik:Semi Privat:Pengunjung Padat:Pengunjung Sedang:Pengunjung Jarang:Pengelola Padat:Pengelola Sedang:Pengelola Jarang

Masuk

RuangAuditorium

PameranTemporer

SejarahOlahraga

PengenalanOlahragaAtletik

RuangPertandingan

Olahraga

Hall ofFame

RuangDaftar

Kehormatan

Gambar 5 Sirkulasi Antar Ruang Lantai 2

Zoning Pembagian zona ruang dibuat berdasarkan perhitungan luas kebutuhan ruang, hubungan antar ruang, dan diagram sirkulasi antar ruang beserta analisanya

Keterangan::Publik:Semi Privat:Privat

Publik

Semi Privat

Privat

Semi Privat

Publik

Gambar 6 Zoning Terpilih Lantai 1

Page 8: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Keterangan::Publik:Semi Privat:Privat

Publik

Gambar 7 Zoning Terpilih Lantai 2

Zoning tersebut terpilih berdasarkan analisa yaitu semua area mendapatkan pencahayaan alami, area publik mendapatkan pencahayaan alami dan ruangan yang tinggi karena berada di lantai 2, area semi privat saling berdekatan dan memiliki pintu akses khusus, terdapat tangga yang menghubungkan area privat dan area publik di lantai 2, tangga utama langsung terpusat pada area publik.

Grouping Pembagian group ruang dibuat berdasaarkan perhitungan luas kebutuhan ruang, hubungan antar ruang, dan diagram sirkulasi antar ruang beserta analisanya.

Keterangan::Publik:Semi Privat:Privat

R.Duduk

Gate

Informasi

R.Games Interaktif

Cafetaria

Cinderamata

Perpustakaan

Mushola

Gudang

Bengkel

R.PenyimpananKoleksi Museum

R.PenyimpananKoleksiSementara

R.Studi KoleksiR.Laboratorium

R.KepalaMuseum

R.Tata Usaha

Sie Pamerandan Edukasi

Sie Koleksidan Dokumentasi

R. RapatR.Tunggu

Pantry

Percetakan

Loker

Gambar 8 Grouping Terpilih Lantai 1

Page 9: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Keterangan::Publik:Semi Privat:Privat

HallGate

R.Hall of Fame

R.PertandinganOlahragaAtletik

Auditorium

R.Pengenalan Olahraga Atletik

R.Sejarah

R.Duduk

Penitipan

Loket

R.Daftar Kehormatan

R.Pameran Temporer

Informasi

Gambar 9 Grouping Terpilih Lantai 2

Grouping tersebut terpilih berdasarkan analisa yaitu ruang auditorium dan pameran temporer mudah dijangkau, pintu masuk pameran berada di tengah sehingga dekat dengan semua area pameran, ruang games berada di tengah sehingga tidak terganggu pencahayaan alam, seksi koleksi dan dokumentasi dekat dengan area penyimpanan dan pemeliharaan, ruang fungsi perawatan dekat dengan lift Konsep Perancangan Tema yang akan digunakan pada perancangan interior Museum Olahraga Atletik adalah Track and Field yang berarti jalur lintasan dan lapangan. Tema ini diambil dari nama arena pertandingan olahraga atletik. Tema ini sangat cocok diterapkan pada perancangan museum Olahraga Atletik karena merupakan ciri khas dari olahraga atletik itu sendiri dan menggambarkan kesan yang serius, fokus, dan semangat yang merupakan kesan yang harus ada pada sebuah museum olahraga terutama olahraga atletik. Citra Ruang Citra ruang yang ingin dimunculkan dalam konsep desain ini adalah dramatis,energetik, semangat. Kesan yang dramatis tentunya dapat meningkatkan suasana seperti berada di arena pertandingan yang penuh dengan semangat dan energi.

Page 10: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Turis

Pengguna

Pengunjung

Pengelola

Pelajar

Keluarga

MUSEUM OLAHRAGA

ATLETIK

Semangat Ceria Playfull

Tujuan Belajar

Rekreasi Serius

Fun

Lokasi

Rumah Betawi

Ornamen

Material Gigi Balang

Bambu Kayu

Kontemporer Material

Bambu Kayu Batu Keramik Chrome Plastik Kaca

Olahraga Atletik

Persatuan Atletik

Logo Lari

Lompat

Lempar

Gerakan

Horizontal Vertical Melengkung

Hijau Kuning Merah Putih

Bentuk

Persegi Persegi panjang

Unsur

Kecepatan

Kekuatan

Kelenturan

Daya Tahan Ketepatan

Ciri

Sederhana

Geometris

Jakarta

Gambar 10 Mind Map Konsep Sirkulasi Penempatan tiap ruangan pada Museum Olahraga Atletik ini menggunakan sistem sirkulasi terpusat dimana pengunjung akan memasuki suatu ruangan dan kemudian kembali ke ruangan tersebut untuk memasuki ruangan lainnya. Sedangkan penataan koleksi pameran akan menggunakan sistem sirkulasi radial dimana pengunjung dapat memilih dalam meihat koleksi.

1

2

3 4

5

Gambar 11 Sirkulasi Ruang Pameran

Page 11: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Konsep Garis dan Bentuk Berdasarkan konsep yang telah dibuat, maka pada peracangan interior Museum Olahraga Atletik ini akan menggunakan garis-garis yaitu melengkung, vertikal, dan horisontal yang merupakan gambaran dari lari, lempar, dan lompat. Sedangkan bentuk yang akan digunakan pada perancangan ini yaitu bentuk segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang

Gambar 12 Garis Vertikal, Horisontal, Lengkung

Gambar 13 Bentuk Segitiga, Lingkaran, Segiempat

Konsep Material Pemilihan material yang tepat untuk interior Museum Olahraga Atletik tentunya harus dapat mendukung tema dan berdasarkan pada karakteristik utama olahraga atletik yaitu kecepatan, kekuatan, kelenturan, daya tahan, dan ketepatan. Untuk menghadirkan gaya kontemporer betawi, maka material yang dipilih merupakan material kayu yang dikombinasikan dengan material modern seperti kaca dan stainless. Selain itu, untuk memberikan kesan track and field, maka material dan finishing yang dapat digunakan adalah material dan finishing yang dapat memberikan kesan yang kuat.

Konsep Warna

Gambar 14 Material Images

Page 12: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

Konsep Warna Warna yang akan digunakan pada perancangan Museum Olahraga Atletik ini adalah warna logo Pesatuan Atletik Seluruh Indonesia yaitu merah, hijau, kuning, dan putih, serta warna netral seperti coklat yang merupakan warna khas kayu. Adaupun karakter yang dimiliki warna tersebut yiatu merah memiliki karakter yaitu hidup, cerah, pemimpin, gairah, kuat; Hijau memiliki karakter yaitu sensitif, stabil, formal, toleran, harmonis, keberuntungan; Kuning memiliki karakter yaitu Segar, cepat, jujur, adil, tajam, cerdas; Putih memiliki karakter yaitu jujur, bersih, innocent, higienis. Konsep Pencahayaan Pada perancangan ini, terdapat pencahayaan buatan dan pencahayaan alami yang berasal dari jendela kaca gedung. Akan tetapi, untuk area pameran, seluruhnya menggunakan pencahayaan buatan yang dapat diatur intensitasnya. Tipe pencahayaan buatan yang akan digunakan adalah tipe general lighting dan accent lighting. General lighting berfungsi sebagai penerangan utama ruangan. Accent lighting difungsikan untuk penerangan benda koleksi museum dan penerangan di area-area tertentu untuk menambah kesan dramatis pada ruangan. Tipe lampu yang akan digunakan adalah lampu LED yang hemat energi dan banyak macam warnanya.Untuk teknik pencahayaan akan disesuaikan dengan desain setiap ruangan. Konsep Penghawaan Penghawaan terbagi menjadi penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami kurang cocok untuk diterapkan pada museum karena suhunya yang terus berubah. Oleh karena itu, penghawaan buatan dari AC Central dan Return Diffuser merupakan pilihan yang sangat tepat untuk penghawaan museum karena suhu udaranya yang dapat diatur sedemikian rupa. Konsep Tata Display Metode penyajian yang digunakan pada museum ini menggunakan kombinasi metode penyajian intelektual dan metode penyajian interaktif. Sarana yang digunakan untuk memamerkan benda koleksi yaitu dengan menggunakan vitrin kaca dan panel. Selain sebagai sarana pameran, vitrin kaca juga difungsikan untuk melindungi benda koleksi dari berbagai kerusakan yang mungkin terjadi. Vitrin kaca terutama digunakan untuk mamamerkan benda koleksi seperti alat olahraga, koleksi numismatic, dan heraldic. Panel digunakan untuk mamamerkan koleksi historika dan relis. Agar koleksi dapat menjadi pusat perhatian, maka benda koleksi tersebut akan ditonjolkan dengan cara disoroti sinar lampu dengan tingkat cahaya yang disesuaikan dengan tingkat kesensitifan benda koleksi Konsep Akustik Ruang Museum merupakan suatu tempat yang membutuhkan suasana yang nyaman dan tenang. Agar suasana ruang yang tenang dapat terpenuhi, maka diperlukan akustik ruang yang baik. Upaya yang akan dilakukan untuk mendapatkan akustik yang baik yaitu dengan penggunaan material-material yang dapat mengurangi suara bising dari luar maupun dalam seperti dinding glasswoll, karpet, dan ceiling akustik Konsep Keamanan dan Signage Keamanan Museum sangatlah penting. Selain dengan menggunakan security, museum juga memerlukan system keamanan electronik seperti CCTV dan berbagai detektor pada kaca vitrin. Vitrin juga harus ditutup dan dikunci dengan baik agar koleksi tidak mudah dicuri. Selain itu, penerapan tempat penyimpanan barang juga sangat berguna untuk menambah keamanan museum. Untuk keamanan gedung terhadap kebakaran, maka diperlukan juga alat pendeteksi panas dan asap, system penyemprotan, dan tabung pemadam api Konsep Signage yang akan digunakan adalah konsep Wall Sign yang diletakkan menempel pada dinding dengan ketinggian tertentu, suspended sign, dan projecting sign. Sign yang akan digunakan pada museum ini tentunya juga akan didesain dengan menarik dan mudah dilihat sehingga tidak membingungkan pengunjung.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam membuat perancangan interior Museum Olahraga Atletik terdapat masalah-masalah interior yang harus diperhatikan seperti penataan ruang dan sirkulasi, pemilihan sarana dan prasarana yang tepat,

Page 13: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

pemilihan material-material yang tepat, serta perancangan yang menarik dan unik. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian diteliti dan dianalisis sehingga menghasilkan solusi yang dapat membantu dalam perancangan interior. Adapun solusi-solusi yang menjawab permasalahan tersebut yaitu:

1. Penataan ruang pameran harus memiliki alur sistematika yang jelas dari awal masuk hingga keluar sehingga pengunjung dapat mengerti isi pameran secara lebih mendalam dan juga tidak membingungkan pengunjung.

2. Tipe sirkulasi terpusat sangat cocok untuk diaplikasikan pada Museum Atletik ini karena merupakan tipe sirkulasi yang dimiliki oleh arsitektural khas Betawi.

3. Pintu masuk dan pintu keluar dibedakan sehingga arus sirkulasi pengunjung yang masuk dan keluar dapat berjalan lancar dan tidak terjadi kepadatan pada area pintu masuk.

4. Koleksi museum berupa koleksi numismatik dan heraldik dapat dipamerkan menggunakan media vitrin kaca, sedangkan koleksi historika dan relia dapat menggunakan media panel maupun dalam bentuk pemutaran video.

5. Sebelum dilakukan penataan koleksi, koleksi harus dikelompokkan terlebih dahulu sehingga penataan koleksi lebih mudah dan tidak membingungkan pengunjung.

6. Metode pendekatan yang digunakan pada Museum Olahraga Atletik ini adalah metode pendekatan intelektual dan interaktif dimana pengunjung diajak untuk belajar dan mengenal olahraga atletik secara mendalam dan dapat berinteraksi langsung dengan koleksi museum, seperti patung dan permainan olahraga pada ruang games interaktif.

7. Agar pengunjung dapat lebih fokus pada koleksi yang dipamerkan, maka koleksi harus dapat lebih ditonjolkan dengan cara meletakkan secara terpisah, letaknya ditinggikan, disorot warna, dan diberi latar belakang yang kontras.

8. Untuk membuat rancangan interior yang menggabungkan arsitektural Betawi dan kontemporer, maka dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan organisasi ruang yang ada pada rumah Betawi, menampilkan elemen penting yang ada pada rumah Betawi seperti tapang, jendela kayu, dan motif ragam hias, menyederhanakan bentuk dasar ragam hias, mengaplikasikan bentuk ragam hias pada bentuk-bentuk furniture, serta menggabungkan material khas rumah Betawi dengan material yang lebih modern.

Saran Museum merupakan salah satu wadah pembelajaran yang sangat penting untuk generasi muda. Akan tetapi, museum seringkali diabaikan dan tidak terawat kelestariannya. Oleh karena itu, saran penulis adalah sebaiknya museum lebih memperhatikan kelestarian bangunannya, terutama interiornya agar tetap menarik dan tidak memberikan kesan yang angker dan kuno. Selain itu, museum juga harus lebih kreatif dan aktif dalam membuat program-program yang dapat menarik minat pengunjung. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya metode penelitian yang digunakan juga memakai metode quisioner. Metode quisioner tentunya akan dapat memberikan masukan dan pandangan dari masyakat awam pengguna museum yang dapat membantu menentukan konsep perancangan. REFERENSI Akram, Basrul. (1997). Pedoman Tata Pameran di Museum.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Akmal, Imelda. (2006). Menata Rumah Dengan Warna. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Akmal, Imelda. (2007). Plafon Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Anonim..(2010).Betawi, Suku.Diperoleh (27 Maret 2013) dari http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3842/suku-Betawi Anonim.(2013). Senirupa. Diperoleh (27 Maret 2013) dari http://lembagakebudayaanbetawi.com/artikel/seni-budaya/senirupa Asiarto, Luthfi.(2008). Pedoman Museum Indonesia.Jakarta: Direktorat Museum

Page 14: PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM OLAHRAGA ATLETIKthesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-00174-DI WorkingPaper001.pdfAkan tetapi, museum tersebut tidak secara khusus menjelaskan tentang

DK Ching, Francis. (1996). Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga Frederick, Lisa.(2012).So Your Style is Contemporary.Diperoleh (29 Maret 2013) dari http://www.houzz.com/ideabooks/1331132/list/So-Your-Style-Is--Contemporary Husdarta.J.S. (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta Johanna E.W & Puspita D.(2007). Flooring Style. Jakarta: PT Prima Infosarana Media Kurniawan, Feri. (2011). Buku Pintar Olahraga. Bekasi: Laskar Aksara Nurhaida. (2011).Perkembangan Atletik di Indonesia.Diperoleh (27 Maret 2013) dari http://duniaolahraga.com/perkembangan-atletik-di-indonesia_270.htm Panero, Julius dan Martin Zelnik. (1979). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga Windria, SS. (2011). Katalog Museum Olahraga Nasional. Jakarta: Kementrian Pemuda dan Olahraga RIWAYAT PENULIS Tjan Meriska Tjandinegara lahir di kota Makassar pada 7 Maret 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang seni desain interior pada tahun 2013