BAB III TINJAUAN KASUS A. 1. Data Umum
Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A. 1. Data Umum
44
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum
Nomor RM :
Nama : An. H
Tanggal lahir : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal pengkajian : 29 Februari 2020
(08.00)
Sumber Informasi
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bandung
Hubungan dengan anak: Ibu
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
An. H, perempuan, 10 tahun, tanggal masuk RS : 28 Februari 2020.
Klien mengalami penurunan kesadaran, batuk, mengorok, terdengar
suara ronchi di kedua lapang paru.
Keluarga klien mengatakan klien dibawa kerumah sakit pada hari senin
tanggal 24 feb 2020 jam 20:40, orang tua klien mengatakan sebelumnya
pada hari minggu tanggal 23 feb 2020 klien mengeluh pusing tidak enak
makan, lalu pada hari senin 24/feb/2020 pagi-pagi
45
klien bagun dan muntah-muntah menyemprot dan setelah itu klien tidak
sadar dikira orangtua nya klien hanya tidur untuk istirahat tetapi setelah
dibangunkan tidak bangun bangaun akhirnya orangtua klien langsung
membawanya ke RSHS, klien di bawa ke IGD lalu dipindahkan ke
ruang isolasi, pasien dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi, dengan
hasil meningitis TB purulent.
Setelah seminggu di ruang isolasi klien dipindahkah ke PICU selama
satu minggu karena mengalami peninggkatan TIK, resfiratory fallurre
dan di pasang alat bantu napas ventilator, kemudian setelah seminggu
kelien di pindah kan lagi keruangan kenanga 1, klien mengalami
penurunan kesadaran.
Saat dilakukan pengkajian, pasien masih mengalami penurunan
kesadaran (somnolen) E: 2 M :3 V : 1. Klien tampak batuk berdahak,
terdengar mengorok, dan saat di asukultasi terdengar suara ronchi. S :
37,9C, RR : 33x/mnt Nadi : 100x/mnt. Klien teraba panas. Klien
terpasang NGT utk makan . pasien terpasang oksigen 2 lt/mnt binasal.
46
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kondisi kesehatan bayi
BBL (3,2)gram; PB (51)cm
Kelainan kongenital
Tidak √ Ya, .............................
Pengeluaran BAB pertama
<24jam √ >24 jam
1. Penyakit terdahulu
Pada saat umur 3 bulan terkena penyakit hidrosepalus dan dilaksanakan oprasi
pemasangan up shunt
Pernah dioperasi
Tidak √ Ya
Jika Ya, sebutkan waktu dan berapa hari dirawat?
dilaksanakan oprasi pemasangan up shunt
2. Pernah dirawat di RS
Tidak √ Ya
Jika Ya, sebutkan penyakitnya dan respon emosional saat dirawat?
Hidrosefalus, respon emosional sedih namun klien dapat menerima
3. Riwayat penggunaan obat
Tidak √ Ya
Jika Ya, sebutkan nama dan respon anak terhadap pemakaian obat?
.
47
4. Riwayat alergi
√ Tidak Ya
Jika Ya, apakah jenis alerginya
dan bagaimana penanganannya?
.................................................................................
......
.................................................................................
......
5. Riwayat kecelakaan √ Tidak Ya
Jika Ya, jelaskan .................................................................................
......
.................................................................................
......
6. Riwayat immunisasi √ Hepatitis √ BCG √ Polio √ DPT √
Campak
√ Lain-lain : imunisasi lengkap
Tabel 3.1. Riwayat Kesehatan Dahulu
48
I. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Riwayat penyakit keturunan √ Tidak Ya, ......................
2. Riwayat penyakit menular √ Tidak Ya, ........................
Tabel 3.2. Tabel Riwayat Kesehatan Keluarga
II. Pengkajian Fisiologis
1. OKSIGENASI
Ventilasi Frekuensi : 33x/mnt □Teratur √ Tidak teratur
□ Trakeostomi √ penggunaan oksigen nasal kanul 1,1 L/mnt
√ Sekret
Respirasi √ sesak Nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi dada
□ Vesikuler √ Ronchi □ Wheezing □ Krakles
√ Batuk □ lain-lain…..
Transport Gas Nadi :100x/mnt □ regular √ ireguler TD :
Akral : √ hangat □ dingin □ anemis □ pucat
BB saat ini BB (29)kg PB/TB (133)cm LLA :
Status Nutrisi □ Lebih □ Baik √ kurang □ Buruk
Diet □ ASI □ susu formula √ bubur saring □ nasi tim
Puasa □ Ya √ tidak Frekuensi makan : Porsi makan: 6 x/ hari
Cara Makan □ oral □ OGT √ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Kualitas Makan √ kurang □ cukup □ baik
Lidah □ bersih √ kotor stomatitis : □ ya □ tidak
49
Mulut Caries : √ ya □ tidak lain-lain:
Abdomen □ supel □ kembung √ tegang □ terdapat massa lokasi:
Hepar √ tidak teraba □ hepatomegali □ lien □ splenomegali
Bising Usus 8 x/mnt
Suhu □ suhu : 37.9 oC □ Hangat √ Teraba panas □Teraba dingin
Turgor □ Baik √ Jelek
Gangguan pada
kulit
√ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema
□ Lainnya
Luka √ Tidak ada □ Ada
Stoma √ Tidak ada □ Ada
Drainase √ Tidak Ada □ Ada
Jika terjadi
gangguan pada
kulit / luka /
stoma, berikan
tanda silang (X)
Pengkajian Nyeri
50
2. SENSASI
Penglihatan □ Adekuat √ Menurun [R L]
□ Buta [R L] □ Katarak [R L]
Mata √ Kotoran mata [R L]
Pupil √ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R
□ Reaktif □ Non Reaktif [R L]
Pengecapan □ Baik √ Tidak baik
Kondisi gigi □ Baik □ Terjadi gangguan √ Jelek
Gusi √ Pink □ Pucat □ Inflamasi
□ Perdarahan □ Kering □ Lembab
Penciuman √ Baik □ Tidak baik
Hidung □ Berdarah √ Drainage □ Tidak ditemukan masalah
Pendengaran √ Adekuat □ Menurun [R L] □ Tuli [R L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
Telinga √ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □ Discharge [R L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
3. CAIRAN DAN ELEKTROLIT
51
Minum 960cc/hari jenis: susu, air putih
Ubun-ubun √ rata □ Cekung
Mata √ cekung □ tidak Air mata: □ ada √ tidak
Mukosa mulut □ lembab √ kering
Turgor √ elastic □ tidak elastic
Edema □ ada √ tidak □ ektremitas □ anasarka □ asites lingkar perut:
Muntah √ ada □ tidak frekuensi: ……x/hr
Diare □ ada √ tidak frekuensi: ……x/hr
Perdarahan □ ada √ tidak □ ptekie □ purpura □ ekimosis
Cairan infuse √ ada □ tidak Jenis: D5 50 CC/jam
Balance cairan R: 10 kg pertama = 100 ml
10 kg kedua = 50 ml
Sisa = 20 ml
= (10 x 100) + (10 x 50) + (9 x 20)
= 1.000 + 500 + 180
= 1.680 ml/hari
Buang air kecil Frekuensi : 700cc/hr □ oliguri □ disuria □anuria
□incontinensia □ retensi
Eliminasi urin √ spontan □ dower kateter □ cistostomi □nefrostomi
buang air besar Frekuensi :1x/hari √ normal □ diare □ konstipasi
Warna feses √ kuning □ hijau □ merah
52
Karakteristik feses √ lembek □ cair □ padat □ berlendir
Anus √ada lubang □ tidak berlubang
4. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Postur tubuh √ normal □ tidak normal
Berjalan □ normal √ tidak normal
Aktivitas anak □ hiperaktif □ aktif □ pasif √keterbatasan □ pembatasan
Gerakan □ aktif √ tidak aktif
Paralise □ ada √ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya
□ kaki kanan/kiri/ keduanya
Tonus otot □ normal √ atrofi □ hipertrofi
Mobilisasi □ bedrest total √ ditempat tidur
Gangguan
neuromuscular
Kaku kuduk (+), Brudzinski (+), dan Kernig (+)
Mobilisasi Terbatas
Jam tidur Tidur siang : 13.00 jam tidur malam : 21.00 jam
Kebiasaan sebelum
tidur
√ tidak ada □ ada, sebutkan…..
Kesulitan tidur □ ada √ tidak ada
Tidur dengan bantuan
obat
□ ya √ tidak
5. NEUROLOGI
53
Kesadaran E;2. M:3 V:1 □ CM □ apatis √ somnolen □ koma
Status mental □ terorientasi √ disorientasi □ gelisah □ halusinasi
Pupil √ isokor □ anisokor
6. ENDOKRIN
PERILAKU
Masalah genital □ Discharge □ Hipo/epispadia √ tidak ada
Frekuensi (waktu) 1-2 x 1-2x
Konsistensi Lembek Lembek
Kesulitan/nyeri - -
Pemakaian obat - -
Bowel status
Bowel sounds : LUQ RUQ LLQ RLQ
Present √ √ √ √
Absent
Hyperactive
Hypoactive
1. Aktivitas /
istirahat
Sebelum sakit Selama sakit
54
Lama tidur
Siang (<2-3 jam; >3 jam)
Malam(<6-7 jam; >7 jam)
Siang (<2-3 jam; >3 jam)
Malam(<6-7 jam; >7 jam)
Kebiasaan sebelum
tidur
Tidak ada Tidak ada
Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
Alat bantu aktifitas Tidak ada Tidak ada
Kesulitan
pergerakan
..................................................
..................................................
Terjadi penurunan kesadaran
2. Cairan &
elektrolit
Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi minum 1600CC/hr 960cc/hr
Cara pemenuhan Minum peroral Diet susu, lewat NGT
Tabel 3.3. Pengkajian Fisiologis
d. Pemeriksaan Diagnostik
Laboraturium Hasil Normal
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
MCV
HCH
CHC
14,2 g/dl
41,0 %
5,17 juta/µL
16,98 10ˆ3/µL
27,5 FL
27,5 FL
34,6%
12,0-16,0 g/dl
40-50%
4,0-5,0 juta/µL
9,0-12,0 10ˆ3/µL
80-96 FL
22-34 FL
32-36%
55
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Neutrofil segmen
Limfosit
Monosit
Total neutrofil
Total limfosit
Total monosit
Total eisonofil
Total basofil
FCT
RDW-CV
MPV
PDW
Glukosa sewaktu
SGOT
SGPT
Bilirubin total
Bilirubin direk
Albumin
Ureum
Natrium
0%
1%
0%
14%
16%
9%
12,77 10ˆ3/µL
2,64 10ˆ3/µL
1,48 10ˆ3/µL
0,09 10ˆ3/µL
0,00 10ˆ3/µL
0,39%
13,4 %
0,8%
<8,7 FL
68 mg/dl
11 V/L
45 UL
0,475 mg/dl
0,724 mg/dl
<3,20 g/dl
26,0 mg/dl
136 mEq/l
0,0-0,1%
1,0-3,0%
2,0-40,0%
50-70%
20,0-40,0%
2-8%
1,5-8,0 10ˆ3/µL
1-5 10ˆ3/µL
1-8 10ˆ3/µL
0,01-0,1 10ˆ3/µL
11,5-14,5%
7,2-11,1%
9,0-13,0 FL
70-150 mg/dl
< 21 V/L
< 23 UL
0,25-1,0 mg/dl
0,0-0,25 mg/dl
37-52 g/dl
15,0-39mg/dl
135-145 mEq/l
56
Kalium
Klorida
4,0 mEq/l
110 mEq/l
3,5-5,1 mEq/l
98-109 mEq/l
Rontgen Thorax AP
Tidak tampak bronkhopneumonia/pneumonia,
tidak tampak kardiomegali
CT scan - Fissura sylvii bilateral dan falx cerebri
menyongkong suatu meningitis
- Hidrosefalus cimmunicans disertai edema
serebri
- Defek calvaria os parietalis kanan
- Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
massa lessi iskemik dan pendarahan soll
Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
e. Penatalaksanaan Medis/Keperawatan
Pasien dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dengan hasil meningitis
tuberkulosis purulent.
f. Terapi
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1. Aminosetril 10cc/24 jam IV Digunakan untuk
pasien yang tidak
mampu menyerap
57
nutrisi melalui
saluran pencernaan
karena muntah-
muntah atau karena
penyakit pencernaan
lainnya.
2. Vancomycin 3x500 mg IV Obat antibiotik
untuk mengobati
infeksi bakteri berat
yang tidak dapat
diatasi oleh
antibiotik lain.
3. Acetazolamid 3x500 mg IV Obat diuretik yang
digunakan untuk
pengobatan
glaukoma, epilepsi,
atau altitude
sickness. Selain itu
dapat digunakan
untuk mengatasi
penumpukan cairan
(edema) pada
58
penderita gagal
jantung.
4. Eritromicin caps 2x100 mg PO Obat antibiotik
untuk mengobati dan
mencegah berbagai
jenis infeksi bakteri
seperti infeksi kulit,
infeksi saluran
pernapasan, dan
infeksi saluran
kemih.
5. Omeprazol 2x20 mg IV Obat golongan
proton pump
inhibitor yang
digunakan untuk
menurunkan
produksi asam
berlebih pada
lambung.
6. Glauseta tab 1x250 mg PO Obat yang
mengandung
Acetazolamide yang
59
digunakan untuk
membantu
mengatasi glaukoma
sudut terbuka,
glaukoma sekunder
dan sebelum operasi
untuk glaukoma
sudut tertutup.
7. Prednison 1x500 mg PO Obat kortikosteroid
untuk mengurangi
peradangan pada
alergi, penyakit
autoimun, penyakit
persendian dan otot,
serta penyakit kulit.
Tabel 3.5. Pemberian Terapi
g. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DO:
- Pasien mengalami
penurunan
kesadaran
Infeksi bakteri M.
tuberculosis
Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
60
- Nilai GCS 6
(E2M3V1)
- Pasien tampak
lemah
- Pasien mengalami
peningkatan TIK
- RR 33x/menit
- Nadi 100x/menit
- Fungsi penglihatan
menurun
- Pasien dilakukan
pemeriksaan lumbal
pungsi dengan hasil
meningitis
tuberkulosis
purulent
- Kaku kudu (+),
Brudzinski (+), dan
Kernig (+)
DS:
Keluarga pasien
mengatakan sebelum
masuk rumah sakit
Invasi bakteri ke
jaringan serebral
Reaksi infalamasi
jaringan serebral
Gangguan
metabolisme serebral
Trombus daerah
korteks dan aliran
darah serebral
menurun
Kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel, dan
nekrosis pembuluh
darah
Infeksi jaringan otak
61
pasien mengeluh pusing
dan muntah-muntah
hingga tidak sadarkan
diri dan keluarga
mengira pasien tidur,
setelah dibangunkan
pasien tidak bangun-
bangun
Iritasi meningen
Perubahan fisiologis
intrakranial
Edema serebral dan
peningkatan TIK
Perubahan tingkat
kesadaran
Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
DO:
- RR 33x/menit
- Suara napas ronchi
- Pasien tampak batuk
berdahak dan
terdengar mengorok
DS: -
Infeksi bakteri M.
tuberculosis
Invasi bakteri ke
jaringan serebral
Reaksi infalamasi
jaringan serebral
Bersihan jalan napas
tidak efektif
62
Gangguan
metabolisme serebral
Trombus daerah
korteks dan aliran
darah serebral
menurun
Kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel, dan
nekrosis pembuluh
darah
Infeksi jaringan otak
Iritasi meningen
Perubahan fisiologis
intrakranial
63
Peningkatan
permeabilitas darah
otak
Penurunan kesadaran
Peningkatan produksi
mukus
Sekret meningkat
Bersihan jalan napas
tidak efektif
DO:
- Suhu tubuh 37,9°C
- Klien teraba panas
- Akral teraba hangat
- Leukosit 16,98
10ˆ3/µL
- Limfosit 16%
DS: -
Infeksi bakteri M.
tuberculosis
Invasi bakteri ke
jaringan serebral
Reaksi infalamasi
jaringan serebral
Hipertermia
64
Gangguan
metabolisme serebral
Trombus daerah
korteks dan aliran
darah serebral
menurun
Kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel, dan
nekrosis pembuluh
darah
Infeksi jaringan otak
Iritasi meningen
Perubahan fisiologis
intrakranial
Suhu tubuh meningkat
65
Demam
Hipertermia
DO:
- Berat badan 29 kg
- Tinggi badan 133
cm
- IMT 16,39
- Status gizi kurang
- Mukosa bibir kering
- Albumin <3,20 g/dl
Infeksi bakteri M.
tuberculosis
Invasi bakteri ke
jaringan serebral
Reaksi infalamasi
jaringan serebral
Gangguan
metabolisme serebral
Trombus daerah
korteks dan aliran
darah serebral
menurun
Defisit nutrisi
66
Kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi,
kerusakan endotel, dan
nekrosis pembuluh
darah
Infeksi jaringan otak
Iritasi meningen
Perubahan fisiologis
intrakranial
Edema serebral dan
peningkatan TIK
Perubahan
gastrointestinal
Mual dan muntah
Defisit nutrisi
Tabel 3.6. Analisa Data
67
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret.
3. Hipertermia b.d proses infeksi penyakit.
4. Defisit nutrisi b.d penurunan kesadaran.
68
C. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : An. H Ruangan : Kenanga 1
No. Medrek : Diagnosa Medis : Meningitis Tuberkulosis Purulent
No.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
b.d edema serebral
Kapasitas Adaptif
Intrakranial
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan kestabilan
mekanisme dinamika
intrakranial dalam melakukan
kompensasi terhadap
Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Observasi
1. Observasi TTV setiap 4 jam
sekali
Observasi
1. Tanda-tanda vital merupakan
data dasar yang diperlukan
untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
69
stimulus yang dapat
menurunkan kapasitas
intrakranial meningkat
dengan kriteria hasil:
1. Tingkat kesadaran
meningkat dari nilai
GCS 6 menjadi 15
2. Tekanan intrakranial
membaik dari skala 1
menjadi 4
3. Respon penglihatan
membaik
4. Refleks neurologis
membaik, tidak ada
2. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK yang
mengakibatkan pasien
mengalami penurunan kesadaran
3. Monitor komposisi cairan
serebrospinal
2. Penurunan kesadaran terjadi
karena oksigen ke otak kurang
dari 15-20% sehingga terjadi
hipoksia jaringan otak yang
menyebabkan metabolisme
anaerob dan ditandai dengan
letargi atau penurunan
kesadaran (Tisnawati &
Yulita, 2017).
3. Komposisi cairan
serebrospinal yang normal
adalah 99% air, sisanya terdiri
dari protein, glukosa sel
70
kaku kuduk,
brudzinski, dan kernig
Terapeutik
1. Hindari manuever valsava
dengan pemberian obat pencahar
seperti pelunak feses dan dan
obat batuk berdahak untuk anak
2. Cegah terjadinya kejang dengan
pemberian kompres hangat dan
kontrol ketat suhu tubuh pasien
Kolaburasi
mononuclear, elektrolit,
enzim, dan leukosit.
Terapeutik
1. Teknik manuever valsava
sangat tidak dianjurkan pada
pasien yang mengalami
peningkatan TIK karena
teknik ini akan memperberat
rasa nyeri kepala.
2. Mencegah terjadinya kejang
untuk menghindari
cedera/kerusakan motorik dan
sensorik pasien.
71
1. Kolaburasi pemberian
acetazolamide 3 x 500 mg IV
2. Kolaburasi glauseta tab 1 x 250
mg PO
Kolaburasi
1. Acetazolamide adalah obat
diuretik yang digunakan untuk
mengatasi edema pada pasien
gagal jantung, pengobatan
glaukoma, epilepsi, atau
altitude sickness.
2. Glauseta tab adalah obat yang
mengandung Acetazolamide
digunakan untuk mengatasi
glaukoma sudut terbuka,
glaukoma sekunder dan
sebelum operasi untuk
glaukoma sudut tertutup.
72
3. Kolaburasi pemberian prednison
1 x 500 mg PO
3. Prednison merupakan obat
kortikosteroid untuk
mengurangi peradangan pada
alergi, penyakit autoimun,
penyakit persendian dan otot.
2. Bersihan jalan napas
tidak efektif b.d
akumulasi sekret
Bersihan Jalan Napas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan kemampuan
membersihkan sekret untuk
mempertahankan jalan napas
tetap paten meningkat dengan
kriteria hasil:
1. Tidak ada sekret
Manajemen Jalan Napas
Observasi
1. Observasi frekuensi, kedalaman,
dan usaha napas pasien
2. Auskultasi adanya bunyi napas
tambahan seperti ronchi atau
wheezing.
Observasi
1. Memonitor pola napas pasien
untuk menentukan kualitas
napas pasien
2. Apabila suara napas pasien
wheezing maka suara tersebut
seperti siulan yang sangat lirih
dan akan mengeras jika
73
2. Tidak ada suara napas
ronchi
3. Frekuensi napas
dalam rentang 15-
20x/menit
3. Observasi konsistensi sputum
pasien.
menghembuskan atau
menghirup napas. Sedangkan
jika suara napas pasien ronchi
maka di saluran pernapasan
pasien terdapat sekret yang
mengakibatkan penyempitan
pada saluran napas
3. Terdapat 5 kriteria sputum
diantaranya:
o Purulen: sputum kental
dan lengket
o Mukopurulen: kental dan
berwarna kehijauan
74
Terapeutik
1. Posisikan semi fowler 30°
2. Lakukan suction kurang dari 15
detik
o Mukoid: berlendir dan
kental
o Hemoptisis: sputum
bercampur darah
o Saliva: air liur
Terapeutik
1. Memberikan posisi semi
fowler 30° untuk
mempermudah jalan napas
pasien
2. Suction dilakukan untuk
mempermudah pengeluaran
sekret pada pasien dengan
penurunan kesadaran.
75
3. Berikan oksigen nasal kanul 1,1
liter/menit
R: VT x BB x RR x 20%
1.000
= 6 x 29 x 33 x 20%
= 1.148,4 / 1.000
= 1,1484 = 1,1 liter
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
sebanyak 1.680 ml/hari
R:
10 kg pertama x 100 = 1.000
10 kg kedua x 50 = 500
Sisa 9 kg x 20 = 180
3. Berikan oksigen kepada pasien
dengan jumlah yang
disesuaikan dengan kebutuhan
pasien yaitu sekitar 1,1
liter/menit.
Edukasi
1. Berikan asupan cairan yang
sudah disesuaikan dengan
kebutuhan pasien untuk
mengencerkan sekret sehingga
sekret mudah dikeluarkan.
76
= 1.000 + 500 + 180 = 1.680 ml
Kolaburasi
1. Kolaburasi pemberian
eritromicin caps 2 x 100 mg PO
Kolaburasi
1. Eritromicin adalah obat
antibiotik untuk mengobati
berbagai jenis infeksi bakteri
seperti infeksi saluran
pernapasan, infeksi saluran
kemih, dan infeksi kulit.
3. Hipertermia b.d
proses infeksi
penyakit
Termoregulasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan pengaturan
suhu tubuh agar tetap berada
pada rentang normal
Manajemen Hipertermia
Observasi
1. Identifikasi penyebab
hipertermia
Observasi
1. Kaji penyebab hipertermi
seperti efek dehidrasi, terpapar
lingkungan yang panas,
penggunaan selimut yang tebal
77
membaik dengan kriteria
hasil:
1. Suhu tubuh membaik
dalam rentang
36,5°C-37,5°C
2. Leukosit dalam
rentang 9,0-12,0 10 ˆ
3/µL
3. Limfosit dalam
rentang 20,0-40,0%
Terapeutik
1. Longgarkan pakaian pasien
2. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika pasien berkeringat
karena penggunaan selimut
yang tebal akan menghambat
penurunan suhu tubuh, atau
hasil pemeriksaan
laboraturium seperti leukosit
yang abnormal.
Terapeutik
1. Pakaian longgar
mempermudah proses
koveksi/pelepasan panas tubuh
pasien sehingga suhu tubuh
cepat turun.
78
Edukasi
1. Tirah baringkan pasien dengan
posisi yang sesuai dan nyaman
Kolaburasi
1. Kolaburasi pemberian
vancomycin 3 x 500 mg IV
2. Mengganti liner guna menjaga
kenyamanan dan kebersihan
tempat tidur pasien.
Edukasi
1. Pasien dilakukan tirah baring
selama perawatan dan
membatasi aktvitas fisik yang
memperberat keadaan pasien.
Kolaburasi
1. Vancomycin adalah obat
antibiotik untuk mengobati
infeksi bakteri yang tidak
dapat diatasi oleh antibiotik
lain.
79
4. Defisit nutrisi b.d
penurunan kesadaran
Status Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7 x 24
jam, diharapkan keadekuatan
asupan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme membaik
dengan kriteria hasil:
1. IMT membaik dalam
rentang 16,60-17,20
2. Mukosa bibir lembab
Pemberian Makan Enteral
Observasi
1. Periksa posisi NGT dengan
memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2. Monitor rasa penuh, mual, dan
muntah
Observasi
1. Sebelum pasien diberikan
makan via NGT, pastikan
posisi NGT sudah tepat di
lambung pasien. Ketika
dilakukan residu lambung
terdapat cairan berwarna
kuning maka posisi NGT
sudah tepat di lambung.
2. Observasi keadaan pasien bila
tampak mual atau ingin
muntah. Apabila pasien
terdapat kondisi mual atau
80
Terapeutik
1. Gunakan teknik bersih dalam
pemberian makan via NGT
2. Tinggikan kepala tempat tidur
selama pemberian makan
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga pasien
tujuan dan langkah-langkah
muntah maka hentikan
sementara untuk pemberian
makan.
Terapeutik
1. Mempertahankan prinsip
bersih selama pemberian
makan kepada pasien.
2. Posisikan semi fowler setiap
akan diberikan makan untuk
mencegah tersendak.
Edukasi
1. Memberikan informasi kepada
keluarga pasien mengenai
81
prosedur pemberian makan via
NGT
Kolaburasi
1. Kolaburasi dengan ahli gizi
mengenai asupan yang baik
untuk pasien
2. Kolaburasi pemberian
omeprazole 2 x 20 mg IV
prosedur pemberian makan via
NGT.
Kolaburasi
1. Bekerja sama dengan ahli gizi
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pada pasien dengan
memilih menu makanan yang
lembut dan porsi yang cukup.
2. Omeprazole adalah obat
golongan proton pump
inhibitor yang digunakan
untuk menurunkan produksi
asam berlebih pada lambung.
82
3. Kolaburasi aminosteril 10 cc/24
jam IV
3. Aminosteril digunakan untuk
pasien yang tidak mampu
menyerap nutrisi melalui
saluran pencernaan karena
muntah-muntah atau karena
penyakit pencernaan lainnya.
Tabel 3.7. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari/Tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi Paraf
29/02/20 1,2,3,4 07.00
07.15
Pasien dilakukan pemeriksaan TTV
- R: suhu tubuh 37,9°C, nadi
100x/menit, RR 33x/menit
Dx 1 pukul 14.00
S: -
O:
- Pasien masih belum sadarkan diri
Fitri
Auliyah
83
07.30
Pasien diobservasi penyebab terjadinya
penurunan kesadaran
- R: pasien mengalami peningkatan
TIK yang mengakibatkan kadar
oksigen dalam tubuh pasien
berkurang yang menyebabkan
mengalami hipoksia jaringan otak
hingga pasien mengalami letargi
Pasien diobservasi pola napas dan bunyi
napas tambahan
- R: pola napas pasien tampak
ireguler dengan frekuensi 33x/menit
dan terdapat suara napas tambahan
ronchi
- Nilai GCS masih 6
- Respon penglihatan belum membaik
- Reflek neurologis masih terganggu
- Nadi 100x/menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 2 pukul 14.00
S: -
O:
- Pasien tampak tidak sesak karena
sudah dilakukan suction dan
diberikan oksigen
- RR 30x/menit
84
07.40
07.45
08.00
Pasien diobservasi penyebab
hipertermia
- R: suhu tubuh pasien 37,9°C
disebabkan oleh hasil leukosit
abnormal
Pasien dilakukan pemeriksaan kaku
kudu, brudzinski, dan tanda kernig
- R: hasil kaku kuduk (+), brudzinski
(+), dan tanda kernig (+)
Pasien diberikan oksigen nasal kanul
sebanyak 1,1 liter/menit
- R: aliran oksigen lancar, tidak
terhambat
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 3 pukul 14.00
S: -
O:
- Suhu tubuh 37,9°C
- Pasien teraba panasa
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 4 pukul 14.00
S: -
O:
85
08.15
08.40
09.20
Pasien dilonggarkan pakaiannya dan
diganti linennya
- R: pasien sudah diberikan pakaian
longgar dan diganti linennya dengan
linen baru
Pasien diberikan acetazolamide 3 x 500
mg IV, vancomycin 3 x 500 mg IV,
omeprazole 2 x 20 mg IV, dan
aminosteril 10 cc/24 jam IV
- R: semua obat dapat masuk ke tubuh
pasien dengan baik
Pasien diberikan posisi semi fowler 30°
dan dilakukan suction < 15 detik
kemudian dipantau konsistensi sputum
- Pasien diberikan makan via NGT
- Mukosa bibir kering
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
86
09.45
10.05
- R: sputum keluar banyak dengan
konsistensi lengket dan kental
Kolaburasi dengan ahli gizi mengenai
asupan yang baik untuk pasien
- R: pasien perlu diberikan bubur
saring untuk mempermudah pasien
menerima makanan melalui NGT
Perawat menjelaskan kepada keluarga
pasien mengenai tujuan dan langkah-
langkah prosedur pemberian makan via
NGT
- R: keluarga pasien sudah setuju dan
bersedia jika pasien dipasang NGT
untuk memenuhi asupan nutrisinya
87
11.00
11.05
Pasien dilakukan pemantauan rasa
penuh, mual, dan muntah sebelum
diberikan asupan
- R: tidak ada tanda gejala pasien
mual atau ingin muntah sehingg
dapat diberikan asupan makanan
dan cairan melalui NGT
Sebelum dilakukan pemberian makan
enteral, pasien diposisikan semi fowler
30°, posisi NGT dipastikan sudah tepat
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara, dan
menggunakan teknik bersih dalam
pemberian makan
88
11.50
- R: posisi NGT sudah sesuai karena
setelah di ukur residu lambung
terdapat cairan kuning keluar dari
NGT. Hal ini menandakan NGT
sudah tepat di dalam lambung.
Pasien diberikan bubur saring dan
air putih serta susu
Keluarga pasien dianjurkan untuk
memperhatikan kebutuhan cairan pasien
- R: keluarga pasien memahami
anjuran perawat untuk memberikan
asupan cairan kepada pasien sesuai
kebutuhan perhari dan keluarga
89
12.15
12.45
mengupayakan mencatat asupan dan
haluaran cairan
Kolaburasi pemberian eritromicin caps
2 x 100 mg PO, glauseta tab 1 x 250 mg
PO, prednison 1 x 500 mg PO
- R: obat tersebut diberikan melalui
NGT karena pasien belum mampu
menerima asupan apapun melalui
oral
Keluarga pasien dianjurkan untuk selalu
memperhatikan pasien untuk tidak
melakukan manuver valsava dan
upayakan untuk tidak terjadi kejang
90
13.15
- R: jika terjadi manuver valsava dan
adanya kejang maka diperlukan
kolaburasi pemberian obat pelunak
tinja dan obat batuk untuk
menghindari peningkatan TIK
Pasien dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinal
- R: sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboraturium, terdapat hasil glukosa
68 mg/dl, albumin < 3,20 g/dl,
limfosit 16%, dan leukosit 16,98
10^3/µL
01/03/20 1,2,3,4 07.00
Pasien dilakukan observasi TTV Dx 1 pukul 14.00
S: -
Fitri
Auliyah
91
07.10
07.15
07.30
- R: suhu tubuh 37,8°C, nadi
94x/menit, RR 29x/menit
Pasien diobservasi pola napas dan
auskultasi suara napas
- R: pola napas masih ireguler dan
sputum muncul kembali, suara
napas ronchi
Pasien dilakukan pemeriksaan kaku
kudu, brudzinski, dan tanda kernig
- R: hasil kaku kuduk (+), brudzinski
(+), dan tanda kernig (+)
Pasien diberikan oksigen nasal kanul
sebesar 1,1 liter/menit
O:
- Pasien masih mengalami penurunan
kesadaran
- Nilai GCS meningkat dari 6 menjadi
8
- Respon neurologis belum membaik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 2 pukul 14.00
S: -
O:
- Pasien sudah tidak sesak kembali
dan tampak bernapas dengan lega
92
08.00
08.40
09.30
- R: aliran oksigen lancar, tidak ada
hambatan
Mengganti linen pasien
- R: linen diganti dengan yang lebih
bersih dan nyaman
Pasien diberikan acetazolamide 3 x 500
mg IV, vancomycin 3 x 500 mg IV,
omeprazole 2 x 20 mg IV, dan
aminosteril 10 cc/24 jam IV
- R: semua obat dapat masuk ke tubuh
pasien dengan baik
Pasien dilakukan pemantauan rasa
penuh, mual, dan muntah sebelum
diberikan asupan
- RR 28x/menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 3 pukul 14.00
S: -
O:
- Suhu pasien 37,8°C
- Pasien teraba panas
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 4 pukul 14.00
S: -
93
09.35
- R: tidak ada tanda gejala pasien
mual atau ingin muntah sehingg
dapat diberikan asupan makanan
dan cairan melalui NGT
Sebelum dilakukan pemberian makan
enteral, pasien diposisikan semi fowler
30°, posisi NGT dipastikan sudah tepat
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara, dan
menggunakan teknik bersih dalam
pemberian makan
- R: posisi NGT sudah sesuai karena
setelah di ukur residu lambung
terdapat cairan kuning keluar dari
O:
- Pasien masih makan melalui NGT
- Status nutrisi pasien belum dapat
dipantau perkembangannya karena
pasien masih mengalami penurunan
kesadaran
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
94
10.40
NGT. Hal ini menandakan NGT
sudah tepat di dalam lambung.
Pasien diberikan bubur saring dan
air putih serta susu
Kolaburasi pemberian eritromicin caps
2 x 100 mg PO, glauseta tab 1 x 250 mg
PO, prednison 1 x 500 mg PO
- R: obat tersebut diberikan melalui
NGT karena pasien belum mampu
menerima asupan apapun melalui
oral
02/03/20 1,2,3,4 14.15
Pasien dilakukan observasi TTV
- R: suhu tubuh 37,3°C, nadi
90x/menit, RR 25x/menit
Dx 1 pukul 21.00
S: -
O:
Fitri
Auliyah
95
14.30
15.00
16.15
Pasien diobservasi pola napas dan
auskultasi suara napas
- R: pola napas masih ireguler dan
sputum muncul kembali, suara
napas ronchi
Pasien dilakukan pemeriksaan kaku
kudu, brudzinski, dan tanda kernig
- R: hasil kaku kuduk (+), brudzinski
(+), dan tanda kernig (+)
Pasien diberikan acetazolamide 3 x 500
mg IV, vancomycin 3 x 500 mg IV,
omeprazole 2 x 20 mg IV, dan
aminosteril 10 cc/24 jam IV
- Pasien masih mengalami penurunan
kesadaran
- Nilai GCS meningkat jadi 9
- Refleks neurologis belum membaik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 2 pukul 21.00
S: -
O:
- Pasien sudah tampak berkurang
sesaknya
- Masih terdapat suara napas ronchi
- RR 25x/menit
96
18.10
18.15
- R: semua obat dapat masuk ke tubuh
pasien dengan baik
Pasien dilakukan pemantauan rasa
penuh, mual, dan muntah sebelum
diberikan asupan
- R: tidak ada tanda gejala pasien
mual atau ingin muntah sehingga
dapat diberikan asupan makanan
dan cairan melalui NGT
Sebelum dilakukan pemberian makan
enteral, pasien diposisikan semi fowler
30°, posisi NGT dipastikan sudah tepat
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara, dan
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 3 pukul 21.00
S: -
O:
- Suhu tubuh 37,3°C
- Akral teraba hangat
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Dx 4 pukul 21.00
S: -
O:
97
19.30
menggunakan teknik bersih dalam
pemberian makan
- R: posisi NGT sudah sesuai karena
setelah di ukur residu lambung
terdapat cairan kuning keluar dari
NGT. Hal ini menandakan NGT
sudah tepat di dalam lambung.
Pasien diberikan bubur saring dan
air putih serta susu
Kolaburasi pemberian eritromicin caps
2 x 100 mg PO, glauseta tab 1 x 250 mg
PO, prednison 1 x 500 mg PO
- Pasien masih makan melalui NGT
- Status nutrisi belum dapat dipantau
karena pasien masih mengalami
penurunan kesadaran
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
98
R: obat tersebut diberikan melalui NGT
karena pasien belum mampu menerima
asupan apapun melalui oral
Tabel 3.8. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan