BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum...
Transcript of BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum...
9
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1. Tinjauan Mengenai Sustainable Design
Sustainable design adalah suatu upaya pemanfaatan sumber daya
alam yang ada secara efisien dan secukupnya dengan
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan masa depan. Dalam hal ini
sustainable design sangat berperan penting dalam suatu pengembangan
pembangunan dan lingkungan.
Perlunya pengembangan sustainable design atau architecture
pada perancangan pembangunan dan lingkungan adalah dikarenakan
untuk menjaga sumber daya alam yang ada dari kerusakan-kerusakan
yang dapat terjadi. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maupun sumber daya
alam yang dapat diperbaharui.
Saat ini diperlukan sebuah desain yang dapat menciptakan sebuah
kondisi yang baik bagi manusia dan lingkungan. Sustainability bertujuan
untuk mendesain sebuah lingkungan dimana manusia dan lingkungan
dapat bertahan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, sustainable
desain dengan sustainability – nya merupakan faktur yang penting
(Williamson, Radford, and Bennetts 70).
Desain yang sustainable adalah desain yang memiliki
kemampuan untuk menjalankan fungsinya secara terus menerus, mampu
meningkatkan taraf hidup pemakainya dan environmental friendly.
Environmental friendly berarti tidak mengganggu ekosistem, dapat
didaur ulang. Menurut Kisho Kurokawa (Kurokawa 38) dalam prinsip
pemikiran metabolismenya, maka sustainable adalah ‘grow and recycle’.
Sustainable atau berkelanjutan pada dasarnya tidak saja
berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu,
pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan (KTT
dunia 2005) yaitu :
-
-
-
1. Aspe
jangk
poten
menja
juml
batas
- ku
- ku
- su
- te
pemb
Dunia
yang
salah
berpe
lain. D
melua
ada s
Aspek eko
Aspek sos
Aspek linG
ek Ekonomi
Ekonomi
ka panjang y
ntial). Pemb
aga agar pot
ah pendudu
pertumbuha
ualitas instit
ualitas sumb
umber kekay
eknologi Salah satu
bangunan ek
a sekarang
membawa
satu bagian
engaruh pada
Dari segi ek
as menjadi
atu negarapu
onomi
sial
ngkungan Gambar II.1.1.
suatu negar
yang ditentuk
angunan ber
tensi pertum
uk yang juga
an adalah :
tusi
berdaya man
yaan alam
u ancaman
konomi nasio
ditandai ol
konsekuens
n dunia atau
a fenomena
konomi, pere
sistem deng
un dapat me
.1. Skema pem
Sumber : Web
ra mempuny
kan oleh po
rkelanjutan
mbuhan selal
a meningkat
nusia
dan juga ta
onal adalah
leh berlangs
i bahwa set
pada bidang
lain atau m
ekonomian s
gan satu pas
ngisolasikan
mbangunan berk
b google
yai batas pert
tensi pertum
dilakukan a
lu meningka
t. Hal-hal y
antangan at
dunia yang
sungnya pro
tiap fenomen
g tertentu ak
meluas ke ba
sistem pasar
ar yaitu pas
n diri dari du
kelanjutan
tumbuhan d
mbuhnya (gr
antara lain u
at seiring de
ang menent
as kelangsu
g sudah beru
oses globali
na perubaha
kan dengan c
agian dunia
sekarang se
sar global. T
unia luar. Na
10
dalam
rowth
untuk
engan
tukan
ungan
ubah.
isasi,
an di
cepat
yang
edang
Tidak
amun
11
demikian perubahan dunia ini juga memberikan peluang pada
pembangunan ekonomi nasional bila dikelola dengan baik.
Peningkatan ketahanan ekonomi nasional menjadi bagian
penting dalam menghadapi globalisasi yang dapat menghasilkan
dampak positif maupun negatif ini. Suatu negara mempunyai
ketahanan ekonomi bila mempunyai kemampuan ekonomi yang tidak
tergoncangkan oleh ketidakpastian yang ditimbulkan oleh
globalisasi, serta mampu memberi kesejahteraan yang meningkat
kepada rakyatnya melalui pembangunan.
2. Aspek Sosial
Sosial berkelanjutan sangatlah diperlukan sekali dalam
membentuk sebuah tatanan bangsa yang baik. Nilai-nilai sosial yang
baik harus diterapkan demi kelangsungan hidup yang tercipta di
masyarakat umum. Tindakan solidaritas antar sesama dapat
meningkatkan aspek sosial berkelanjutan dimana pada aspek tersebut
juga ditunjang oleh aspek ekonomi dan aspek lingkungan.
3. Aspek Lingkungan
Permasalahan lingkungan dan isu lingkungan terus menjadi
topik pembicaraan hangat masyarakat dunia. Ini terkait dengan
kondisi iklim yang mengalami perubahan dan anomali. Pemanasan
global (global warming) pun terus membawa pada kondisi iklim
yang tak menguntungkan. Persoalan ini dipandang sangat serius oleh
berbagai pihak, baik kalangan pemerintah maupun swasta. Sebab hal
tersebut terkait dengan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan
kehidupan manusia.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan
sumber daya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumber daya
alam yang lain yang termasuk ke dalam sumber daya alam yang
terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus
disadari bahwa sumber daya alam yang kita perlukan mempunyai
keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang
ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya.
12
Sumber daya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan
menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan
sumber daya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan
manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia
sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga
aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di
sekitarnya.
Keberadaan sumber daya alam, air, tanah dan sumber daya
yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat
hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia
yang sangat mempengaruhi keberadaan sumber daya dan lingkungan
di sekitarnya. Kerusakan sumber daya alam banyak ditentukan oleh
aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta
kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas
manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.
Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan
sumber daya alam, namun eksploitasi sumber daya alam yang tidak
mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan
mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang
menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan
lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan.
Sebagai respon terhadap kondisi ini, kalangan pemerintah dan
swasta mulai merumuskan langkah-langkah lebih serius untuk
mengurangi dampak negatif penurunan kualitas lingkungan. Sektor
properti dan pembangunan sebagai salah satu sektor yang memiliki
keterkaitan yang erat terhadap isu lingkungan kini tengah
mengembangkan inisiatif untuk mengantisipasi efek kerusakan
lingkungan akibat pembangunan atau perkembangan pasar properti.
13
Salah satunya dengan pengembangan gedung berkonsep green
building (gedung ramah lingkungan).
II.1.2. Perkembangan Green Architecture di Indonesia
1. Babak Baru Masa Depan Green Architecture di Indonesia
Semakin mahalnya biaya energi, adanya peraturan yang
dibuat pemerintah dan pertimbangan memburuknya kondisi
lingkungan, merupakan tiga alasan utama yang menjadi pandangan
para profesional di bidang konstruksi di Indonesia dalam menerapkan
konsep pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan
green building concept. Di mulai dari Jakarta, Indonesia akan segera
memberlakukan konsep ini untuk pembangunan gedung yang antara
lain dengan meningkatnya kepedulian pemerintah maupun para
profesional dalam merespon meningkatnya tren konsep ini. Seperti
contoh DKI Jakarta segera membuat Peraturan Gubernur yang
mengatur kewajiban, sanksi dan insentif, serta telah terbentuknya
cikal bakal Green Building Council Indonesia (GBCI).
2. Green Building Council Indonesia
IAI membentuk organisasi nirlaba Green Building Council
Indonesia, merupakan salah satu kepedulian akan masalah green
building di Indonesia. Organisasi serupa ini sudah ada di 10 negara
dan 16 negara lainya sudah dalam proses persiapan. Organisasi ini
GBC Indonesia adalah organisasi non profit yang berkomitment
penuh untuk menerapkan dan mengembangkan penggunaan green
building di Indonesia. Organisasi ini didukung oleh kalangan
profesional bidang konstruksi, pemerintah, lembaga non pemerintah,
institusi dan pemerhati lingkungan yang akan berkolaborasi
membangun Indonesia ke arah yang lebih tanggap lingkungan,
sustainable dan melestarikan lingkungan untuk kepentingan masa
depan.
Visi GBC Indonesia adalah mengembangkan penerapan
bangunan yang berwawasan lingkungan (sustainable building) di
Indonesia dengan mengacu pada praktek green building dan
14
mempertimbangkan aspek nilai ekonomis. Meningkatkan kesadaran
akan kelestarian lingkungan alam sekitar dengan merubah cara kerja
dengan memakai pemahaman green building baik dalam
merencanakan, membangun, maupun memelihara.
Tujuan GBC adalah mempromosikan “green building“ di
sektor property di Indonesia baik dalam mendesain, pelaksanaan,
operasional maupun masa pemeliharaan dengan membuat
guidelines, melakukan sertivikasi gedung melalui LEED Indonesia
dengan menerapkan rating sistem. Memberikan informasi dan
meningkatkan pengetahuan seputar green building melalui seminar,
training maupun pelatihan. Membantu industri melakukan standar
yang ramah lingkungan. Kesadaran sebagian masyarakat dunia
terhadap keselamatan bumi dan kesempatan bagi generasi mendatang
untuk tetap mendapat kualitas hidup yang sama baik seperti saat ini
merupakan salah satu tujuan utama didirikannya Green Building
Council.
Dalam beberapa tahun terakhir ini isu tentang Green
Architecture / arsitektur hijau menjadi pembicaraan di seminar-
seminar baik ditingkat internasional, nasional maupun regional
mengingat lingkungan di bumi mulai tidak bersahabat dengan adanya
pemanasan global, lalu konsumsi energi yang meningkat tajam
berkebalikan dengan produksi energi yang tak terbaharukan menurun
drastis. Konsep Green Architecture akan terus berkembang sejalan
dengan kelangsungan hidup manusia. Karena konsep Green
Architecture masih terus berkembang, maka masih banyak pola
pemikiran yang terpengaruh atau mempengaruhi desain untuk
kedepannya. Teori-teori Green Architecture pun mungkin sedikit
berbeda antara beberapa pakar dalam memandang konsep Green
Architecture dalam seminar-seminar dengan pokok bahasan Green
Architecture.
15
II.1.3. Definisi Wisma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
wis·ma n 1 bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb;
gerha; 2 kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman; Jadi,
wisma atlet adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb untuk
olahragawan yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan,
ketangakasan, dan kecepatan);
Kawasan wisma atlet dalam konteks proyek ini adalah sebuah
komplek atau kawasan yang terdapat wisma atlet dan segala fasilitas-
fasilitas yang diperlukan atlet didalamnya.
II.1.4. Definisi Atlet
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
at·let /atlét/ n olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan);
Dapat diartikan bahwa atlet adalah seorang yang menekuni suatu
bidang olahraga dan memiliki keterampilan dalam bidang olah raga yang
dijalaninya. Hal inilah yang menjadikan seorang atlet memiliki kelebihan
tersendiri yaitu berupa kekuatan, ketangkasan dan skill.
II.1.5. Definisi Rumah Susun / Apartemen
Menurut undang-undang no. 16 tahun 1985 tentang rumah susun,
Presiden Republik Indonesia, 1985, rumah susun adalah bangunan
gedung yang bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama.
Rumah susun merupakan hunian tempat tinggal yang disusun
secara vertikal dengan akses sirkulasi berupa tangga, ramp, lift dan
escalator. Hunian rumah susun digolongkan oleh masyarakat sebagai
hunian menengah ke bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya istilah
Apartemen atau Flat yang diadaptasi dari luar negeri dan dibudayakan di
16
Indonesia sebagai hunian vertikal kelas menengah ke atas. Pada dasarnya
prinsip dari rumah susun ataupun apartemen adalah sama yaitu berupa
hunian vertikal. Yang membedakan antara rumah susun dan apartemen
antara lain besaran unit, kelengkapan fasilitas, kemewahan desain,
jumlah lantai dan lokasi pembangunan.
II.2. Tinjauan Khusus
II.2.1. Tinjauan Khusus mengenai Topik dan Tema
Komplek wisma atlet merupakan kawasan hunian yang sangat
penting sekali bagi seorang atlet dalam mempersiapkan pertandingan-
pertandingannya. Hal ini dimaksudkan agar seorang atlet dapat
beristirahat, berlatih, dan mempersiapkan diri untuk menhadapi
pertandingan dengan kekuatan penuh
Penerapan tema green design pada perencanaan dan perancangan
bangunan wisma atlet dan lingkungannya dapat diwujudkan dengan
melakukan penerapan prinsip-prinsip green arsitektur ke dalam
perancangannya.
Konsep green design merupakan suatu hasil perwujudan terhadap
setiap bangunan-bangunan baru yang berfungsi untuk perkembangan
lingkungan ke masa depan yang lebih baik. Hal ini didorong oleh
semakin minimnya lahan terbuka hijau di Indonesia. Oleh sebab itu
diperlukan pemanfaatan yang efisien.
Sebuah hunian tidak lepas dari peran lingkungan sekitar yang
mempengaruhi orang-orang atau manusia yang berada atau tinggal
disekitarnya. Menurut pendapat Tri Endangsih, ST. (2007) yang
menyatakan bahwa kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan
kondisi alam atau lingkungan disekitarnya dan upaya pengkondisian atau
pengaturan ruang dalam bangunan. Selain itu terdapat beberapa pendapat
dari para arsitektur dunia seperti Ken Yeang dalam bukunya. The Green
Skyscraper (Yeang, 2000). Yang menyatakan bahwa terdapat beberapa
parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi dintaranya:
17
1. kenyamanan Thermal
Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar
matahari sesuai dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada
iklim dingin harus mampu menerima radiasi matahari yang cukup
untuk pemanasan, sedangkan bangunan yang berada pada iklim
panas, harus mampu mencegah radiasi matahari secukupnya untuk
pendinginan.
2. Kenyamanan Visual
Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol
perolehan cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Kontrol Lingkungan Pasif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun
visual dengan memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang
dikontrol dengan elemen – elemen bangunan (atap, dinding, lantai,
pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang dirancang tanpa
menggunakan energi (listrik).
4. Kontrol Lingkungan Aktif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal dan visual
dengan memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan
bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi
(listrik).
5. Kontrol Lingkungan Hibrid
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun
visual dengan kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja
bangunan yang maksimal.
II.2.2. Green Building (Green Architecture)
1. Pemahaman Green Arsitektur
Green building tidak mudah didefinisikan. Sering dikenal
sebagai sustainable building atau bangunan berkelanjutan, ada yang
menyebutkan sebagai eco-homes atau bangunan yang berwawasan
18
lingkungan. Ada berbagai pendapat tentang apa yang bisa
digolongkan sebagai green building.
pada umumnya setuju bahwa green building adalah yang
strukturnya diletakkan, dirancang, dibangun, direnovasi dan
dioperasikan untuk panduan hemat energi, dan memberi dampak
positif bagi lingkungan, dampak ekonomi dan sosial. Namun
singkatnya menurut Brenda dan Robert Vale, “green building
merupakan suatu pola pikir dalam arsitektur yang memperhatikan
unsur-unsur alam yang terkandung di dalam suatu tapak untuk dapat
digunakan”. Unsur-unsur atau elemen-elemen itu terdapat 4 (empat)
bidang yang perlu dipertimbangkan dalam green building,
diantaranya adalah :
1. Material
Ini diperoleh dari alam, renewable sources yang telah
dikelola dan dipanen secara berkelanjutan, atau yang diperoleh
secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi atau diselamatkan
dari bahan reklamasi di lokasi terdekat. Material yang dipakai
menggunakan green specification yang termasuk dalam daftar Life
Cycle Analysis (LCA) seperti: energi yang dihasilkan, daya tahan
material, minimalisasi limbah, dan dapat untuk digunakan kembali
atau didaur ulang.
2. Energi
Perencanaan dalam pengaturan sirkulasi udara yang optimal
untuk mengurangi penggunaan AC. Mengoptimalkan cahaya
matahari sebagai penerangan di siang hari. Green building juga
menggunakan tenaga surya dan turbin angin sebagai penghasil listrik
alternatif.
3. Air
Mengurangi penggunaan air dan menggunakan STP (siwage
treatment plant) untuk mendaur ulang air dari limbah rumah tangga
sehingga bisa digunakan kembali untuk tangki toilet, penyiram
tanaman, dll. Menggunakan peralatan hemat air, seperti shower
19
bertekanan rendah , kran otomatis (self-closing or spray taps), tangki
toilet yang low-flush toilet. Yang intinya mengatur penggunaan air
dalam bangunan sehemat mungkin.
4. Faktor Kesehatan
Menggunakan material dan produk-produk yang non-toxic
akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi
tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material yang bebas
emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan
spora dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus
didukung menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-
bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan untuk
bernapas.
Selain 4 bidang di atas, green building dapat menekan biaya
untuk pekerjaan konstruksinya, dan memenuhi kebutuhan yang lebih
luas dari masyarakat, dengan menggunakan tenaga kerja lokal, dan
memastikan bangunan diletakkan tepat bagi kebutuhan masyarakat.
Aplikasi nyata arsitektur hijau adalah dengan meningkatkan
efisiensi pemakaian energi, air, dan bahan-bahan, mereduksi dampak
bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak, konstruksi, operasi,
dan pemeliharaan bangunan, penggunaan material reuse, recycle,
renewable . Secara matematis perhitungan disebutkan, konsumsi
300 liter air harus dapat dikembalikan sepenuhnya ke tanah.
Misalkan air sisa cuci sayur dapat digunakan untuk mencuci mobil
atau membuat sumur resapan dan biopori. Dalam hal estetika,
arsitektur hijau terletak pada filosofi merancang bangunan yang
harmonis dengan sifat-sifat dan sumber alam yang ada di
sekelilingnya. Penggunaan bahan bangunan yang dikembangkan dari
bahan alam dan dari bahan yang dapat diperbaharui.
2. Prinsip-Prinsip Pada Green Arsitektur
Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale,
dalam buku Green Architecture Design for a sustainable future :
20
a. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan
harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik
( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi
bangunan ).
b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain
bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak
kita, dan sumber energi yang ada.
c. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan
kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut
tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /penggunaan
material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan
sumber daya alam.
d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan
penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang
akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak
aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai,
tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak
lingkungan yang ada ).
e. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user :
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua
pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
f. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara
keseluruhan / Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat
kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
3. Sifat-Sifat Pada Bangunan Green Architecture
Arsitektur hijau (Green architecture) mulai tumbuh sejalan
dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam
menyuplai material yang mulai menipis. Alasan lain digunakannya
arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site.
Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga
mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material
dapat dihemat. Green dapat diinterpretasikan sebagai sustainable
21
(berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high
performance building (bangunan dengan performa sangat baik).
a. Sustainable (Berkelanjutan)
Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan
berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang
menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan-perubahan yang
signifikan tanpa merusak alam sekitar. Dalam artikel Newsweek
Renzo Piano menegaskan bahwa “Sustainablility is about the
practical system of bulding, not the beauty of great design”. Jadi
ditegaskan bahwa kaidah-kaidah arsitektur yang utama tentang
keindahan dan fungsional suatu lingkungan binaan dapat tercapai
sekaligus memenuhi standar berkelanjutan sehingga bisa
dikatakan hijau.
b. Earthfriendly (Ramah lingkungan)
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan
berkonsep green architecture apabila bangunan tersebut tidak
bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap
lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap
lingkungan, tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.
Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture
mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan
aspek-aspek pendukung lainnya.
c. High performance building (bangunan dengan performa yang
sangat baik)
Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu
sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat-sifat lainnya. Sifat
ini adalah “High performance building”. Alasan mengapa green
architecture mempunyai sifat ini sebagai salah satu fungsinya
ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan
memanfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy of nature)
dan dipadukan dengan teknologi tinggi (High technology
performance).
22
4. Aplikasi Green Arsitektur Dalam Desain
Konsep Arsitektur hijau dalam hal meningkatkan efisiensi
pemakaian energi dapat diaplikasikan dengan Memanfaatkan sumber
yang dapat diperbaharui seperti menggunakan sinar matahari melalui
passive solar dan active solar, serta teknik photovoltaic dengan
menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap hijau dan
taman hujan. Arsitektur hijau dalam penerapannya pada desain
bangunan antara lain :
a. Penggunaan panel surya ( Solar cell ) untuk memanfaatkan
energi panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik
rumahan.
b. Penggunaan material-material yang dapat di daur ulang
(recycle),digunakan kembali (reuse), dan dapat diperbarui
(renewable) serta penggunaan konstruksi-konstruksi maupun
bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung
konsep green architecture.
c. Penggunaan turbin angin untuk memanfaatkan energi angin
sebagai sumber pembangkit tenaga listrik alternative.
d. Penggunaan penangkap air hujan (rainwater harvesting) untuk
memanfaatkan air hujan yang intensitasnya besar di daerah tropis
untuk kebutuhan air alternative dalam bangunan.
e. Penggunaan atap bangunan sebagai roof garden untuk
penghijauan dan menyumbang 02 pada lingkungan sekitar.
f. Penggunaan material lokal dan pemilihan material bangunan dan
konstruksi yang efisien waktu sehingga dapat menghemat energi.
II.2.3. Hemat Energi
Hemat energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan,
maupun produktivitas penghuninya.
Secara lebih luas hemat energi harus dimulai dari masing-masing
cara pengoperasian bangunan. Secara umum lebih dari 60 persen energi
listrik yang dibangkitkan PLN dikonsumsi oleh permukiman, sehingga
apabila
pendahul
nasional
yang di
kebutuha
terus naik
pemaham
P
1999 – 2
pengguna
peningkata
luannya dika
akan dipero
ibangkitkan
an (demand)
k. Sehingga
man rancangaGambar
enggunaan e
000 ( Bahri,
aan sistem pGamba
Sumber : T.H
la
p
AC
an kenyam
aitkan denga
oleh angka-a
relatif st
) meningkat
perlu tindak
an maupun mr II.2.3.1. Diag
Sumber : Dr
energi pada
, 2001) dapa
pendinginan ar II.2.3.2. Dia
H.Karyono dan
59%
ainya
pencahayaan
36%
C sistem lig
manan bang
an penghem
angka yang
tagnan (kon
t dari tahun
kan hemat en
manajemen pgram energi pad
r. Mohammad A
office build
at dikatakan
(AC). agram office bu
G.Bahri – JSX
3.5%
utilitas
HV AC
11%
3%
ghting fitti
gunan ini
matan yang a
sangat berar
ndisi terhe
ke tahun d
nergi yang di
pemanfaatanda gedung Hon
AS. Hikam. M
dings di Jaka
cukup tingg
uildings di Jaka
X Building In J
3.5%
13%
21%
elektron
50%
ings elevat
dalam k
ada maka se
rti. Suplai en
enti), semen
dan harga en
imulai dari t
n energi. ngkong Bank
MA
arta antara t
gi, terutama
arta
Jakarta, Indone
%
nik data
tor & ME
23
kajian
ecara
nergi
ntara
nergi
tahap
tahun
pada
esia
24
Hemat energi dalam kasus proyek wisma atlet ini adalah
bagaimana pemanfaatan sumber energi listrik seefisien mungkin. Sumber
energi listrik merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
karena berasal dari energi minyak bumi yang diolah menjadi bensin dan
solar yang kemudian digunakan untuk proses pembangkit tenaga listrik
yang dialirkan ke setiap bangunan-bangunan gedung atau rumah yang
ada.
Hal inilah yang menyebabkan terkurasnya sumber minyak bumi
apabila pemanfaatan sumber energi listrik di bangunan gedung-gedung
atau rumah tidak dikendalikan dengan baik (dalam kasus ini adalah
proyek wisma atlet). Selain itu penggunaan listrik yang boros juga akan
menimbulkan mahalnya biaya operasional gedung.
II.2.4. Pemanasan, Ventilasi dan Efisiensi Sistem Pendingin
Menghadapi pengaruh iklim global dan juga iklim lokal di
Indonesia, dengan pola pikir bahwa harus ada perubahan agar masa yang
akan datang tidak lebih buruk dari masa sekarang (sustainable life)
menjadikan lingkungan-lingkungan binaan seperti rumah, wilayah,
kompleks, dll akan menghasilkan dampak terhadap kenyamanan
penghuninya. Terjadi cara pandang dalam menyikapi perubahan iklim
dalam lingkungan binaan. Contohnya pada saat suhu semakin panas , ada
lingkungan binaan (komplek wisma atlet) yang beradaptasi dengan
menggunakan AC dan ada yang menggunakan tanaman agar dapat
mendinginkan ruangan.
Terjadi dua pendekatan untuk beradaptasi, namun dampak yang
dihasilkan ternyata lain. Bayangkan jika setiap ruangan pada wisma atlet
menghadapi pemanasan global ini ditanggapi dengan “teknologi
pendingin” dan satu lagi dengan “Alamiah”. Dengan penggunaan AC ,
maka ruangan menjadi dingin, tetapi membutuhkan energi yang berasal
dari listrik dan pada sumbernya akan menghasilkan gas-gas yang malah
akan membuat bumi semakin panas, dan AC pun menghasilkan panas
diluar ruangan tersebut.
25
Penggunaan AC pada ruangan-ruangan tertentu sering kali
diperlukan. Akan tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan penghijauan
dilingkungan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar udara panas yang
dihasilkan oleh AC pada luar ruangan dapat di netralisir oleh pepohonan
atau penghijauan.
Oleh karena itu dalam menerapkan sebuah desain atau rancangan
bangunan, penting sekali mempertimbangkan bukaan-bukaan berupa
ventilasi untuk sirkulasi pencahayaan dan udara alami. Hal ini
dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi alam untuk menunjang
kenyamanan didalam gedung atau bangunan. Selain itu juga dapat
menghemat penggunaan energi listrik dan meminimalkan penggunaan
pendingin ruangan atau AC.
Jendela-jendela ditempatkan untuk memaksimalkan input cahaya
matahari dan udara kedalam bangunan atau gedung. Pada daerah tropis
seperti Indonesia, bukaan-bukaan lebih banyak menghadap ke Utara dan
Selatan. Hanya sebagian yang menghadap ke Timur dan Barat. Hal ini
dikarenakan intensitas cahaya matahari yang cukup besar pada sisi
Timur dan Barat.
II.2.5. Lokasi dan Orientasi Bangunan
Surya pasif desain bangunan-bangunan memungkinkan untuk
memanfaatkan energi matahari secara efisien tanpa menggunakan
mekanisme surya yang aktif seperti sel-sel fotovoltaik atau air panas
solar panel. Surya pasif biasanya menggabungkan desain bahan
bangunan dengan massa thermal tinggi yang mempertahankan panas
isolasi secara efektif dan kuat yang bekerja untuk mencegah panas
meloloskan diri. Desain energi rendah juga memerlukan penggunaan
pelindung matahari, dengan menggunakan awning, tirai atau jendela,
untuk mengurangi panas matahari mendapatkan dalam musim panas dan
untuk mengurangi kebutuhan pendinginan buatan.
Selain itu, bangunan energi rendah biasanya memiliki luas
permukaan yang sangat rendah rasio volume panas meminimalkan
kerugian. Ini berarti bahwa luas bangunan multi-winged desain (sering
26
berpikir untuk melihat lebih "organik") sering dihindari dalam
mendukung struktur yang lebih terpusat. Iklim dingin bangunan
tradisional seperti desain saltbox kolonial Amerika menyediakan model
sejarah yang baik untuk panas terpusat efisiensi dalam sebuah bangunan
skala kecil.
II.2.6. Kenyamanan Thermal
Menurut Tri Harso Karyono dalam bukunya Arsitektur
Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan energi
menyatakan bahwa terdapat 3 sasaran yang seharusnya dipenuhi oleh
suatu karya arsitektur. Pertama, bahwa bangunan harus merupakan
produk dari suatu kerja seni (work of art). Kedua, bahwa bangunan
harus mampu memberikan kenyamanan ( baik psikis maupun fisik)
kepada penghuninya. Dan yang terakhir, bahwa bangunan perlu hemat
terhadap pemakaian energi.
Bangunan yang tidak dapat menghemat dalam penggunaan energi
akan timbul permasalahan biaya operasional yang mahal. Selain itu
dengan pemborosan energi akan mengakibatkan menipisnya cadangan
minyak bumi sebagai sumber utama energi untuk bangunan. Terdapat
hubungan yang cukup erat antara bangunan (arsitektur), kenyamanan
(suhu), dan penggunaan energi dalam bangunan.
1. Kenyamanan Suhu
Kenyamanan terdiri dari 2 aspek yaitu kenyamanan psikis dan
fisik. Kenyamanan psikis yaitu kepercayaan, agama, dan aturan adat.
Aspek ini bersifat personal, kualitatif dan tidak terukur secara
kuantitatif. Kenyamanan fisik adalah kenyamanan ruang (spatial
comfort), kenyamanan penglihatan (visual comfort), kenyamanan
pendengaran (audial comfort), dan kenyamanan suhu (thermal
comfort). Dari keempat macam kenyamanan fisik tersebut,
kenyamanan suhu –lah yang paling dominan berpengaruh dalam
penggunaan energi.
Teori kenyamanan suhu menyatakan bahwa rasa panas atau
dingin yang dirasakan oleh tubuh manusia adalah merupakan wujud
27
respon dari sensor perasa pada kulit terhadap stimuli suhu yang ada
di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi
rangsangan rasa kepada otak, dimana otak akan memberikan perintah
kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna
mempertahankan suhu tubuh agar tetap berada pada sekitar 370C. hal
ini dimaksudkan untuk menjaga organ tubuh agar dapat berfungsi
dengan baik. Gambar II.2.6.1. Proses pengeluaran kalor dari tubuh manusia
Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis
Terdapat empat cara pertukaran kalor, yaitu :
- Penyaluran panas secara langsung lewat tapak kaki (walaupun
agak kecil, tetapi penting bagi kenyamanan).
- Pertukaran kalor (konveksi) 25-30% kepada udara keliling.
- Radiasi panas kepada udara keliling yang lebih sejuk 40-60%
- Penguapan oleh keringat dan pernapasan 25-30%
Ilmu kenyamanan suhu hanya membatasi pada kondisi udara
tidak ekstrim (moderate thermal environment), dimana manusia
masih dapat mengantisipasi dirinya terhadap perubahan suhu udara di
sekitarnya.
2. Standar Kenyamanan Suhu
Menurut standar kenyamanan suhu dari Internasional Standar
(ISO 7730:1994)[5] menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap
suhu merupakan fungsi dari empat faktor iklim yaitu, suhu udara,
suhu radiasi, kelembaban udara, dan kecepatan angin, serta dua
faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan dengan
tingkat metabolisme tubuh serta jenis pakaian yang digunakan.
28
Humphreys [7,8] dan Nicol [9] mengeluarkan teori adaptasi
(the adaptive model), yang banyak menyangkal keberlakuan dari
Standar International, ISO. Humphreys dan Nicol yakin bahwa
kenyamanan suhu sangat dipengaruhi oleh adaptasi dari masing-
masing individu terhadap suhu luar di sekitarnya. Manusia yang
biasa hidup pada iklim panas atau tropis cenderung memilih suhu
nyaman lebih tinggi dibanding manusia yang biasa hidup pada suhu
udara rendah seperti bangsa Eropa.
Humphreys [7,8] menyatakan bahwa suhu nyaman dari
manusia merupakan fungsi dari suhu udara luar rata-rata. Dengan
menggunakan formula Humphreys, suhu nyaman untuk daerah
Jakarta dinyatakan antara 24.50 – 270C suhu udara.
3. Suhu Nyaman dan Penghematan Energi Dalam Bangunan
Menurut hasil penelitian Kenyamanan suhu yang dilakukan
Karyono[12] dinyatakan bahwa sekitar 95% dari 596 karyawan/wati
yang bekerja di Jakarta merasa nyaman pada 26.40C suhu udara, Ta
atau pada 26.70C suhu operasi, To (suhu gabungan rata-rata antara
suhu udara dan suhu akibat radiasi).
Sementara standar kenyamanan suhu di Indonesia yang
berpedoman pada standar Amerika (ANSI/ASHRAE 55-1992)[6]
merekomendasikan suhu nyaman pada 22.50-260C To, atau
disederhanakan menjadi 240C _+10 jika dibandingkan hasil penelitian
Karyono di atas, suhu nyaman pada perencanaan bangunan
berpengkondisi udara di Jakarta (Indonesia) berada sekitar 250C To
lebih rendah, dan ini akan mempunyai implikasi tertentu terhadap
penggunaan energi dalam bangunan.
II.2.7. Arsitektur Tropis Menunjang Kenyamanan Thermal
Penerapan arsitektur tropis pada bangunan-bangunan gedung
maupun perumahan telah banyak dilakukan, seperti penerapan-
penerapan bentuk atap yang cukup besar dan lebar untuk mengantisipasi
kecepatan mengalirnya air hujan dari atap sampai ke bak kontrol.
29
Menurut Tri Harso Karyono dalam bukunya Arsitektur
Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan energi
menyatakan bahwa arsitektur tropis adalah rancangan spesifik suatu
karya arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematik iklim
tropis seperti aspek kenyamanan visual dan kenyamanan suhu.
Iklim tropis biasanya ditandai dengan curah hujan yang tinggi
(+/- 3000 mm/tahun), kelembabpan yang tinggi (+/- 90%), kecepatan
angin relatif rendah ( dalam kota Jakarta rata-rata dibawah 5 m/s),
tekanan udaranya rendah dan suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari
selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 18 - 35°C, dan radiasi
matahari yang menyengat (1500 – 2500 kWh/m2/tahun
Menurut penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah
iklim tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron [13,14] di
Bandung, Webb [15], Ellis [16,17], de Dear [18,19,20] di Singapore,
Busch [21] di Bangkok, Ballantyne [22,23] di Port Moresby, kemudian
Karyono [24] di Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24 – 300C
yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim
tersebut [25].
Sementara dalam buku Standar Tata Cara Perencanaan Teknis
Konservasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh
Yayasan LPMB – PU [26] dinyatakan bahwa suhu nyaman untuk orang
Indonesia adalah :
- Sejuk nyaman antara 20.5 – 22.80C ET (suhu efektif)
- Suhu nyaman optimal antara 22.8 – 25.80C ET
- Hangat nyaman antara 25.8 – 27.10C ET
Menurut penelitian Karyono di Jakarta memperlihatkan angka
suhu nyaman optimal pada 25.30C Teq (suhu ekuivalen), dimana sekitar
95% responden diperkirakan nyaman. Suhu nyaman (sejuk nyaman –
hangat nyaman) adalah antara 23.6 - 27.00C Teq. Seandainya digunakan
parameter lain, suhu udara (Ta) sebagai unit skala suhu, suhu nyaman
optimal (netral) tersebut menjadi 26.70CTa, sedangkan rentang antara
sejuk nyaman – hangat nyaman adalah 25.1 – 28.30C.
30
II.3. Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung
II.3.1. Studi Literature
Untuk lebih memahami karakteristik dan kebutuhan wisma atlet,
penyusun melakukan studi terhadap beberapa proyek sejenis.
1. Studi Wisma Atlet Thailand - Thailand Nakhon Racha Shima
Desa atau kampung atlet Thailand berlokasi di Negara
Thailand dan merupakan tempat untuk menampung atlet dan para
pejabat yang berpartisipasi dalam tim ASEAN PARAGAMES 4
KORAT 2008. Kampung atlet Thailand ini berfungsi sebagai tempat
tinggal sementara bagi atlet. Kampung atlet ini memiliki lingkungan
yang dirancang khusus untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi atlet.
Kampung atlet Thailand ini juga memberikan pelayanan
dengan memberikan penawaran pelayanan dan fasilitas selama 24
jam. Jadi wisma atlet ini beroperasi selama 24 jam demi menciptakan
citra pelayanan yang baik untuk memuaskan atlet-atlet yang datang
untuk tinggal.
Lokasi : Kampung Atlet Thailand Gambar II.3.1.1. Peta lokasi kampung atlet Thailand
Sumber : Web google
Foto II.3.1.1. Kondisi Lingkungan kampung atlet Thailand
Sumber : Web google
31
Fasilitas-fasilitas penunjang pada bangunan kampung atlet
Thailand terdiri dari :
a. Fitness room f. Games room
b. Mini mart g. Prey room
c. Washing room h. Polyclinik
d. Internet café and rest area i. Mini theater
e. Office j. Massage room
Gambar II.3.1.3. Denah lantai 7&8 bangunan kampung atlet Thailand
Sumber : Web google
Gambar II.3.1.4. Denah lantai 9&10 bangunan kampung atlet Thailand
32
Gambar II.3.1.5. Denah lantai 11&12 bangunan kampung atlet Thailand
Sumber : Web google
Kondisi pada ruang-ruang bangunan kampung atlet Thailand
dapat dikatakan cukup baik dan terawat, hal ini dapat terlihat dari :
- Memiliki bukaan-bukaan berupa jendela yang cukup banyak
- Kondisi ruang bersih
- Kondisi bangunan juga terawat dengan baik Foto II.3.1.2. Bangunan kampung atlet Thailand
Sumber : Web google
2. Apartemen Avana (Hunian Vertikal Tropis)
Architect : Aboday Architect – Indonesia
Lokasi : Jakarta – Indonesia
33
Developer : PT. Asiana Lintas Cipta
Management konstruksi : PT. Arkonin
Struktur konsultan : PT. Agoes Kurnia
M & E konsultan : PT. Policipta Multidesain
Quantity surveyor : PT. Korra Antarbuana
Lighting konsultan : PT. Litac konsultan Foto II.3.1.3. Bangunan apartemen Avana
Sumber : Web google
Terletak di kawasan kemang, Jakarta Selatan. Jumlah lapis
pada apartemen avana adalah 16 lapis. Apartemen ini memiliki 2 tipe
hunian berdasarkan luasnya yaitu 180 m2 dan 460 m2, terdapat 64
unit hunian. Apartemen ini menggunakan kaca sebagai railing di
balkon dan tangga. Foto II.3.1.4. Railing-railing kaca pada apartemen avana
Sumber : Web google
Setiap lantainya terdapat balkon-balkon yang menonjol untuk
unit yang besar. Balkon tersebut memiliki fungsi sebagai penghalau
sinar matahari agar tidak langsung mengenai ruangan. Balkon yang
lebar dapat digunakan untuk penghijauan alami diatas yang berfungsi
untuk menurunkan temperatur ruangan. Setiap unit pada bangunan
34
ini memiliki pintu dan jendela kaca yang lebar yang berfungsi untuk
memasukan cahaya alami ke dalam bangunan. Foto II.3.1.5. Aliran udara masuk ke dalam ruang apartemen avana
Sumber : Web google
Gambar II.3.1.7. Site plan apartemen avana
Gambar II.3.1.8. Denah unit apartemen
Sumber : Web google
35
Gambar II.3.1.9. Potongan apartemen avana
Sumber : Web google
II.3.2. Survey Lapangan
1. Studi Wisma Atlet Ragunan
Wisma atlet Ragunan Terletak 20 Km dari pusat kota, GOR
Ragunan menjadi pusat pelatihan atlet di DKI Jakarta. Di dalamnya
terdapat berbagai fasilitas olah raga seperti lapangan sepak bola,
kolam renang, dan hall untuk latihan para atlet. Di dalam komplek ini
juga terdapat asrama dan yang baru dibangun adalah sebuah wisma
atlet.
Wisma ini diperuntukan bagi atlet yang mewakili DKI Jakarta
dalam pertandingan nasional. Para atlet ini terdiri dari pelajar SMA
yang masuk berdasarkan audisi yang diadakan oleh Kemenpora.
Prioritas bagi para atlet muda ini adalah latihan, latihan dan latihan.
Jadwal latihan para atlet sekitar 3 jam setiap harinya. Jadwal kegiatan
para atlet berbeda sesuai dengan masing-masing cabang olahraga.
Cabang olahraga yang diwakili para atlet yang tinggal di Wisma
Atlet Ragunan diantaranya: basket, sepak bola, renang, tekwondo,
tenis meja, atletik, silat, judo, bulu tangkis, dll.
Bangunan Wisma Atlet Ragunan ini berbentuk U memeluk
taman ditengah-tengah wisma. Gedung ini terdiri atas 3 lantai,
dimana lantai 1 terdapat 20 kamar, lantai 2 terdapat 26 kamar dan
lantai 3 terdapat 26 kamar, sehingga total keseluruhan kamar yang
ada di Wisma Atlet Ragunan ini adalah sebanyak 72 kamar.
36
Beberapa fasilitas yang ada di wisma ini diantaranya: ruang
serba guna, ruang sholat, ruang pantry, ruang cuci pakaian, koneksi
wifi, gudang, kantor pengelola, dan ruang TV. Fasilitas penunjang
kegiatan para atlet yang terpisah dari wisma diantaranya: ruang
makan, ruang fitnes, klinik, sekolah SMP dan SMU Negeri, serta
auditorium. Ruang Serba Guna dapat menampung 50-60 orang, di
dalamnya dilaksanakan kegiatan seperti seminar, kumpul pelatih,
Satu kamar pada Wisma Atlet Ragunan ditempati 2 sampai 4
orang atlet. Di dalam kamar terdapat 2 ranjang susun, meja rias, meja
tulis, lemari, kamar mandi dalam dan ruang untuk menjemur handuk.
Sementara fasilitas cuci baju sudah disediakan oleh pengelola. Total
dimensi kamar yaitu 4 m x 5.5 m. Lebar Koridor Selain untuk atlet,
wisma ini juga disewakan untuk umum. Gambar II.3.2.1. Denah kamar wisma atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto II.3.2.1. Kondisi kamar wisma atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
37
Kelebihan dari Wisma Atlet di Ragunan ini antara lain:
- Vegetasi di sekitar tapak cukup banyak sehingga udara terasa
sejuk.
- Bangunan masih baru dan terawat meskipun ada beberapa
kondisi fisik bangunan yang sudah kotor seperti cat pada dinding
bangunan.
- Fasilitas cukup lengkap.
Sedangkan kekurangan dari Wisma Atlet di Ragunan ini antara lain:
- Kurangnya privasi karena wisma atlet ini juga disewakan untuk
umum. Wisma atlet ini selain untuk atlet disewakan juga pada
masyarakat dan pelajar atau mahasiswa.
Penyusun memilih wisma atlet ragunan untuk studi karena
wisma atlet ini memiliki kesamaan dalam proyek wisma atlet yang
akan dirancang. Wisma atlet ragunan ini menyediakan tempat hunian
bagi atlet, pelajar atau mahasiswa dan masyarakat umum.
Ruangannya terbagi atas fasilitas yang disediakan yaitu AC dan non
AC dan harga yang diberikan juga berbeda-beda.
Dilihat dari lingkungan tempat bangunan tersebut berdiri,
kawasan tersebut masih mempertahankan penghijauan-penghijauan
alami atau sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Bukti dari pelestarian
lingkungannya adalah masih banyaknya pepohonan-pepohonan alami
di sekitarnya. Foto II.3.2.2. Kondisi penghijauan di sekitar wisma atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Bangunan-bangunan pada wisma atlet Ragunan cukup
mengadopsi konsep sustainable design-green architecture, hal ini
38
dapat dilihat dari bentuk bangunannya yang memiliki bukaan-bukaan
jendela yang cukup banyak dan besar untuk sirkulasi udara serta
cahaya alami ke dalam ruangannya. Foto II.3.2.3. Bukaan-bukaan jendela pada bangunan wisma atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sistem sirkulasi manusia pada bangunan wisma atlet Ragunan
ini menggunakan tangga yang menghubungkan ruang-ruang antara
lantai dasar dengan lantai diatasnya (sirkulasi vertikal). Foto II.3.2.4. Sirkulasi penghubung antar lantai menggunakan tangga
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada setiap tangga memiliki jendela pasif untuk memasukan
cahaya alami kedalam area tangga, yang bertujuan untuk mengurangi
penggunaan cahaya buatan atau lampu serta mengurangi tingkat
kelembaban dalam ruangan tersebut.
Untuk memaksimalkan pencahayaan alami dan sirkulasi
udara yang baik bangunan ini menggunakan system single loaded.
Maksud dari system single loaded ini adalah untuk memaksimalkan
potensi alam semaksimal mungkin kedalam bangunan wisma atlet
dan juga untuk meminimalkan penggunaan energi listrik wisma atlet.
39
Foto II.3.2.5. Wisma atlet Ragunan yang menggunakan sistem single loaded
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada perancangan wisma atlet Ragunan, aspek-aspek
lingkungan masih terjaga dengan baik. Tampak pada kawasan wisma
atlet ini masih mempertahankan pepohonan yang ada dalam
lingkungan bangunan wisma atlet. Foto II.3.2.6. Pepohonan yang ada dalam lingkungan wisma atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Asrama Mahasiswa UPH (Universitas Pelita Harapan)
Asrama mahasiswa UPH terletak di JL. M.H. Thamrin
Boulevard, Lippo Karawaci, Tangerang. Asrama ini merupakan
tempat tinggal sementara bagi mahasiswa selama melakukan studi di
Univ. Pelita Harapan. Beberapa fasilitas yang ada di asrama UPH
diantaranya :
- Tempat olahraga (lapangan bola basket, sepak bola, dll)
- Restaurant dan café
- Ruang bersama seperti ruang berkumpul
- Kamar tidur untuk 2-3 orang
- Kamar mandi didalam ruangan kamar
- Keamanan
- Office
40
- Tempat parkir, dll Foto II.3.2.7. Tampak bangunan asrama UPH
Sumber : Dokumentasi pribadi
Foto II.3.2.8. Kondisi kamar tidur dan kamar mandi
Sumber : Dokumentasi pribadi
Foto II.3.2.9. Ruang berkumpul
Sumber : Dokumentasi pribadi
Dilihat dari kondisi bangunan asrama mahasiswa dapat
dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari kondisi pada setiap
ruangannya yang cukup terawat dengan baik.
41
Foto II.3.2.10. Lapangan olahraga dan tempat parkir
Sumber : Dokumentasi pribadi
Demi menunjang kenyamanan bagi penghuni asrama, segala
fasilitas penunjangpun disediakan. Termasuk dalam pengolahan
lingkungannya yang memberikan kesan green pada area tersebut. Foto II.3.2.11. Penghijauan pada lingkungan dan pada ruangan bangunan
Sumber : Dokumentasi pribadi
Bangunan asrama UPH ini berusaha mengimbangi
pembangunan disertai dengan pembangunan lingkungan sehingga
tercipta suatu keselarasan antara bangunan dengan lingkungan.
Bangunan yang menggunakan konsep green architecture akan
mengacu pada prinsip-prinsip green architecture. Dalam bangunan
asrama UPH ini telah mengacu kepada prinsip-prinsip green
architecture yaitu kepedulian terhadap lingkungan atau respect for
site.
3. Allianz Tower
Proyek : Menara Allianz
Client : PT. Medialand International
Architect : Ir. Budiman Hendropurnomo. IAI. FRIAI
PT. Duta Cermat Mandiri
Konsultan lansekap : PT. Duta Cermat Mandiri
42
Gambar II.3.2.2. Bangunan Allianz Tower
Sumber : Web Google
Menara Allianz menjadi sebuah ikon baru di daerah
kuningan, karena bentuk dan konsep yang diterapkan pada
perancangan menara Allianz. Menara Allianz berpegang teguh pada
pandangan-pandangan desain mengenai ESD (Environmental
Sustainable Design). Pada penerapan pembangunan Menara Allianz
memperhatikan beberapa aspek yang mengacu pada Sustainable
design yaitu :
1. Orientasi massa Bangunan
Menara ini didesain langsing pipih di bagian Timur dan
Baratnya sehingga mengurangi terik cahaya dan panas matahari
yang langsung mengenai bagian ini.
2. Resapan Alami
Sistem basement Allianz Tower yang dibuat sekecil
mungkin sehinnga lebih dari 70% dari seluruh luas tanah dapat
dipakai sebagai area resapan air hujan. Hal ini penting sekali
untuk penanggulangan banjir kota Jakarta, dengan cara seperti ini
bersamaan dengan penerapan recycling dari air hujan dan air
kotor, kita bias mengurangi jumlah air yang dibuang melalui
saluran kota ke sungai-sungai. Tanah menara Allianz
dimaksimalkan sebagai resapan dan filter alami. DKI sendiri
hanya menganjurkan minimal 30% resapan.
43
3. Technologically Advance Glazing
Dipakai sistem “Double Glazing” untuk kulit luar
gedung; suatu kombinasi antara 8mm reflective Glass dan 6mm
clear glass, yang dipasang dengan 12mm ruang hampa udara
yang berada diantaranya. Kulit luar double glazing ini akan
mengurangi masuknya panas ke dalam gedung secara drastis dan
menghilangkan polusi suara dari luar gedung. Proyek DCM yang
telah memakai sistem tersebut adalah UOB plaza dan menara
Palma, keduanya dikategorikan Green Office Building. Gambar II.3.2.3. Double Glazing
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google
4. Konsep daur ulang dipakai untuk menghargai lingkungan, “rain
water harvesting”, penampungan air hujan pada atap gedung,
disimpan ditangki-tangki air di basement untuk dipakai bersama
recycled water dari sewage treatment plant kita.
5. 80% air kotor akan didaur ulang untuk menjadi air bersih untuk
menyirami tanaman, “flushing water” untuk toilet dan pemakaian
air di cooling tower untuk mendinginkan ruang-ruang kerja
melalui sistem water cooled air conditioning.
6. 20% dari air kotor diharuskan dibuang ke waduk limbah DKI
yang sudah ada disisi Utara menara Allianz.
7. Pemakaian lampu-lampu LED dan T5 fluorescence yang hemat
energi, di sebagian besar ruangan perkantoran.
8. Diusulkan untuk dipakai cobble stone untuk paving yang
memungkinkan peresapan di bawah jalan mobil sekeliling
gedung.
44
9. Dengan mengecilnya luasan basement maka akan dibuat gedung
parkir di atas tanah, secara energi parkiran semacam ini tidak
memerlukan ventilasi secara mekanikal dan pemakaian lampu
disiang hari, jauh lebih hemat energi dari pada basement parking.
10. Pohon-pohon besar yang rindang akan memenuhi areal peresapan
di taman-taman sekeliling menara Allianz, hal ini akan
mengurangi panas matahari dan temperatur di area sekeliling
gedung, memungkinkan adanya teras-teras teduh untuk karyawan
makan dan beristirahat di bawah pepohonan, di luar gedung. Sumber : DCM Jakarta june 2009. www.dentoncorkermarshall.com
Foto II.3.2.12. Denah Allianz Tower
Sumber : Dokumentasi pribadi
Foto II.3.2.13. Kondisi ruangan Allianz Tower
Sumber : Dokumentasi pribadi
45
Foto II.3.2.14. Penggunaan bahan material yang ramah lingkungan
Sumber : Dokumentasi pribadi
Penggunaan bahan material berupa parket atau kayu sintetis
sehinnga ramah lingkungan dan tidak merusak lingkungan. Serta
juga dapat mengurangi penggunaan bahan baku kayu yang berasal
dari pepohonan. Gambar II.3.2.4. Perencanaan kondisi area sekitar Allianz Tower
Sumber : Web google
II.3.3. Kesimpulan Hasil Studi Proyek Sejenis
Dari tinjauan lapangan dan literature sejenis yang telah dijelaskan
di subab II.3.1. dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi pedoman
dalam melakukan perencanaan dan perancangan pada wisma atlet yaitu :
1. Perencanaan wisma atlet dapat terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu
kamar untuk hunian atlet, fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dan
kantor pengelola.
2. Fasilitas-fasilitas yang pada umumnya tersedia pada wisma atlet
yaitu:
• Tempat olahraga sebagai tempat untuk latihan bagi atlet yang
akan menjalankan pertandingan.
• Kafe merupakan tempat untuk berkumpul yang baik untuk
bersosialisasi.
• Kantin atau restaurant
II.3.4
•
•
•
•
3. Persy
denga
4. Wism
muda
denga
terseb
yang
5. Pener
perm
meng
produ
wism
4. Tinjauan
1. Loka
T
47
U
Tempat hi
Area terbu
Pertokoan
atlet.
Security d
yaratan-persy
an kebutuhan
ma atlet yan
ah dalam p
an tidak m
but. Hal ini
cukup maha
rapan konse
asalahan da
gacu pada
uktivitas jan
ma atlet dapat
n Lokasi Tap
si Tapak : WPeta
Tapak proye
77,74m1.
iburan atau r
uka hijau
n yang men
dan safety sis
yaratan ruan
n akan masin
ng menerapk
perawatan p
mengurangi
bertujuan u
al.
ep green d
alam menc
prinsip-prin
ngka panja
t menjawab p
pak
Wisma Atlet da II.3.4.1. Peta
Sumber
k ini memi
refresing
njual alat-ala
stem
ng dari wis
ng-masing r
kan penggun
pada setiap
kenyaman
untuk menek
design meru
ciptakan ban
nsip green
ang. Sehing
permasalaha
di Senayana dan peraturan
: Dinas Tata K
iliki luas 1
at dan kebu
sma atlet da
ruang.
naan materi
perancanga
dalam ba
kan biaya pe
upakan seb
ngunan wis
arsitektur
gga peranca
an-permasala
n lokasi tapak
Kota 0.891,18m2.
utuhan bagi
apat disesua
al-material
an banguna
angunan ge
erawatan ge
buah pemec
sma atlet
dan mem
angan bang
ahan yang ad
. Keliling t
46
para
aikan
yang
annya
dung
dung
cahan
yang
miliki
gunan
da.
tapak
G
se
K
L
2.
M
K
L
27Sum
2. Letak
GSB
esuai gamba
KDB
Luas lantai d
.178.24m2.
Maksimum la
KLB
Luas total ban
7.227,95 m2
mber : Dinas T
k Proyek
= 1
ar.
= 2
dasar yang
apis = 2
= 2
ngunan yang
Tata Kota dan p
Peta I
Sumbe
10m ( Utara
20%
boleh diban
24 lapis.
2,5.
g boleh diban
perhitungan-pe
II.3.4.2. Foto s
er : Google Map
a ) dan 8m
ngun = 20%
ngun= 2,5 x
erhitungan prib
satelit
ps
( Selatan )
% x 10.891,
10.891,18 =
badi
47
atau
18 =
=
II.3.
Ja
pe
5. Deskripsi
Pr
sebesar 1
Pintu Sat
dibangun
kompetit
L
dirancang
bagaiman
memberik
menyedo
P
Tapak
akarta Pusat
erkampunga
i Tapak
royek wism
10.891,18m2
tu Senayan,
n terdapat
or yaitu hote
Lokasi hotel
g. Hal in
na mencipta
kan nilai l
ot perhatian p
Kon
Peta II.3.4.3. P
Sumbe
k proyek in
t. Pada saat
an atlet.
ma atlet dire2. Proyek ini
Jakarta Pus
beberapa
el atlet centu
ini berada t
nilah yang
akan sebuah
lebih bagi
para atlet un
ni pusat Lok
Peta lokasi tap
er : Google Map
ni terletak d
ini kawasan
encanakan a
i akan diban
sat. Dilihat
permasala
ury.
tepat disamp
menjadi
h rancangan
wisma atlet
tuk tinggal d
kasi tapak
Hotel C
pak di Senayan
ps
di Jl. Pintu
n tersebut di
akan dibang
ngun dilokas
dari lokasi t
ahan dianta
ping wisma
pertimbang
n wisma a
t tersebut.
di wisma atle
Century atlet
u Satu Sena
gunakan seb
gun diatas l
si Senayan d
tapak yang
aranya terd
atlet yang
an-pertimba
atlet yang d
Sehingga d
et tersebut.
48
ayan,
bagai
lahan
di Jl.
akan
dapat
akan
angan
dapat
dapat
49
Foto II.3.5.1. Hotel Century Atlet
Sumber : Web internet dan dokumentasi pribadi
Selain dari permasalahan tersebut, lokasi tapak ini memiliki segi
positifnya yaitu lokasi tapak dekat dengan stadion Gelora Bung Karno
dan lokasi tapak ini memiliki akses jalan utama yang dapat dilalui oleh
semua kendaraan yang lewat. Selain itu lokasi tapak cenderung
menghadap ke arah Utara dan Selatan sehingga memudahkan dalam
perancangan bangunan wisma atlet.
II.3.6. Tinjauan Mengenai Gelora Bung Karno – Senayan
Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno adalah sebuah
kompleks olahraga serbaguna di Senayan, Jakarta, Indonesia. Kompleks
olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama
Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan
pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi,
pada masa Orde Baru, nama kompleks olahraga ini diubah menjadi
Gelora Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998,
nama kompleks olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula
melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001[1].
Berkembangnya dunia olahraga di Indonesia menjadikan lokasi
Senayan cukup popular atau terkenal. Hal ini dikarenakan cukup
banyaknya penyelenggaraan pertandingan-pertandingan olahraga di
lokasi tersebut. Selain sebagai tempat berolahraga, kawasan Gelora Bung
Karno oleh berbagai kelompok masyarakat sering dimanfaatkan sebagai
ajang temu. Selain itu pada awal tujuan dibangunnya stadion ini,
Presiden Soekarno juga menginginkan kompleks olahraga yang
50
dibangun untuk Asian Games IV 1962 ini juga hendaknya dijadikan
sebagai paru-paru kota dan ruang terbuka tempat warga berkumpul. Foto II.3.6.1. Kondisi di sekitar wisma atlet fajar Senayan
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web googles
Di kawasan sekitar Senayan dapat dikatakan cukup banyak
memiliki RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang menjadikan lokasi ini cukup
baik untuk menetralisir polusi udara di sekitar Senayan.