BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK...

38
BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK A. Pengertian Kontrak Mengenai ketentuan tentang kontrak telah diatur di dalam Buku III KUH Perdata yang berkaitan dengan Perikatan. Perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian. Dalam Buku III juga diatur tentang hubungan hukum yang sama sekali sekali tidak bersumber kepada suatu persetujuan atau perjanjian. Pada umumnya Buku III mengatur tentang perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Istlah Hukum Perikatan, terdiri dari dua golongan besar, yaitu, hukum perikatan yang berasal dari undang-undang dan hukum perikatan yang berasal dari perjanjian. Menurut Subekti perikatan berisi hukum perjanjian, perikatan merupakan suatu pengertian yang abstrak, sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa hukum yang konkrit. 27 Istilah Perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda, atau contract dalam bahasa Inggris. 28 27 Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Intrmasa Cetakan ke-XXXII, Jakarta, 2005. hal. 122 28 Munir Fuady, Op.Cit. hal. 2. Hukum perikatan dalam Buku ke-III KUHPerdata mencakup semua bentuk perikatan dan juga termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian, maka istilah hukum perjanjian hanya sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK...

Page 1: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

BAB III

PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK

A. Pengertian Kontrak

Mengenai ketentuan tentang kontrak telah diatur di dalam Buku III KUH

Perdata yang berkaitan dengan Perikatan. Perkataan perikatan (verbintenis)

mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian. Dalam Buku III juga

diatur tentang hubungan hukum yang sama sekali sekali tidak bersumber kepada

suatu persetujuan atau perjanjian. Pada umumnya Buku III mengatur tentang

perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Istlah Hukum

Perikatan, terdiri dari dua golongan besar, yaitu, hukum perikatan yang berasal

dari undang-undang dan hukum perikatan yang berasal dari perjanjian.

Menurut Subekti perikatan berisi hukum perjanjian, perikatan merupakan suatu

pengertian yang abstrak, sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa hukum

yang konkrit.27

Istilah Perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari

istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda, atau contract dalam bahasa Inggris.

28

27 Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Intrmasa Cetakan ke-XXXII, Jakarta, 2005. hal. 122 28 Munir Fuady, Op.Cit. hal. 2.

Hukum perikatan dalam Buku ke-III KUHPerdata mencakup semua bentuk

perikatan dan juga termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian, maka

istilah hukum perjanjian hanya sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang

terbit dari perjanjian saja.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract, sementara

dalam bahasa Belanda disebut dengan, overeenkomst yang diterjemahkan dengan

istilah perjanjian sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1313 KUHPerdata.

Sedangkan istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sudah lama ada dan bukanlah

merupakan istilah yang asing, seperti istilah kontrak kerja, buruh kontrak, atau

juga istilah kebebasan berkontrak. Kontrak adalah suatu kesepakatan yang

diperjanjikan (promissory agreement) diantara dua atau lebih pihak yang dapat

menimbulkan atau menghilangkan hubungan hukum.

Perbedaan pengertian antara kontrak dengan perjanjian dapat dilihat dari

bentuk dibuatnya suatu perjanjian, dimana tidak semua perjanjian dibuat secara

tertulis, karena perjanjian dapat berupa lisan maupun tulisan, sehingga perjanjian

yang dibuat secara tertulis disebut kontrak. Kontrak dalam pelaksanaan selalu

dibuat dalam keadaan tertulis, dan harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu

perjanjian. Dan syarat-sayarat sahnya perjanjian juga berlaku dalam membuatan

kontrak.

B. Jenis-jenis Kontrak

Para ahli di bidang kontrak tidak ada kesatuan pandangan tentang

pembagian kontrak. Masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda antara

satu dengan yang lainnya. Ada ahli yang mengkajinya dari sumber hukumnya,

namanya, bentuknya, aspek kewajibannya, maupun aspek larangannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Berikut ini jenis-jenis kontrak berdasarkan pembagian di atas.

1. Kontrak menurut Sumbernya

Kontrak berdasarkan sumber hukumnya merupakan penggolongan

kontrak yang didasarkan tempat kontrak itu ditemukan.

Menurut Sudikno Mertokusumo, dikutip oleh Salim HS menggolongkan kontrak tersebut menjadi 5 macam, yaitu:29

a. Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti perkawinan

b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan, seperti peralihan hak milik atas benda

c. Perjanjian obligatoir, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban d. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara atau yang disebut dengan

bewijsovereenkomst e. Perjanjianyang bersumber dari hukum publik yang disebut dengan

publieckrechtelijkeovereemkomst.

2. Kontrak menurut Namanya

Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang tercantun di

dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang hanya disebutkan dua macam kontrak

menurut namanya, yaitu kontrak nominaat (bernama) dan kontrak innominaat

(tidak bernama).

3. Kontrak menurut Bentuknya

Di dalam KUH Perdata, tidak disebutkan secara sistematis tentang

bentuk kontrak, namun apbila kita melaah berbagai ketentuan yang tercantum di

dalam KUH Perdata, maka kontrak menurut bentuknya dapat dibagi 2 macam,

yaitu kontrak lisan dan tertulis.

29 Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Mataram, 2002, hal 32.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Kontrak lisan yaitu kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak

cukup dengan lisan atau dengan kesepakatan para pihak (Pasal 1320 KUH

Perdata). Dengan adanya konsensus itu, maka perjanjian itu telah terjadi.

Termasuk dalam golongan ini adalah perjanjian konsensual dan riil. Dimana

perjanjian konsensual terjadi apabila ada kesepakatan antara para pihak.

Sedangkan perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan

secara nyata.

Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam

bentuk tulisan. Kontrak ini dapat juga dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam

bentuk akta di bawah tangan dan akta notaris. Akta dibawah tangan adalah akta

yang cukup dibuat dan ditandatangani oleh para pihak. Sedangkan akta autentik

merupakan akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris.

4. Kontrak Timbal Balik

Penggolongan ini dilihat dari hak dan kewajiban para pihak. Kontrak

timbal balik merupakan perjanjian-perjanjian, dimana kedua belah pihak timbul

hak dan kewajiban-kewajiban pokok. Perjanjian timbal balik ini dibagi menjadi

dua macam, yaitu timbal balik tidak sempurna dan yang sepihak.

Kontrak timbal balik tidak sempurna senantiasa timbul suatu kewajiban

pokok bagi satu pihak, sedangkan lainnya wajib melakukan sesuatu.

Perjanjian sepihak merupakan perjanjian yang selalu timbul kewajiban-

kewajiban hanya bagi satu dari para pihak. Tipe perjanjian ini adalah perjanjian

pinjam mengganti. Pentingnya perbedaan disini adalah dalam rangka pembubaran

perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

5. Perjanjian Cuma-Cuma atau dengan Alas Hak yang Membebani

Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak dan

adanya prestasi dari pihak lainnya. Perjanjian cuma-cuma merupakan perjanjian

yang disitu menurut hukumnya hanya timbul keuntungan bagi salah satu pihak,

contohnya; seperti hadiah dan pinjam pakai. Sedangkan perjanjian dengan alas

hak yang membebani merupakan perjanjian disamping prestasi pihak yang satu

senantiasa ada prestasi (kontra) dari pihak lain, yang menurut hukum ada saling

hubungannya.

6. Perjanjian berdasarkan Sifatnya

Penggolongan ini didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang

ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut. Perjanjian menurut sifatnya dibagi

menjadi dua macam, yaitu perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir.

Perjanjian kebendaan adalah suatu perjanjian, dimana ditimbulkan hak

kebendaan diubah, dilenyapkan, hal demekian untuk memenuhi perikatan.

Contohnya perjanjian pembebanan jaminan dan penyerahan hak milik. Sedangkan

perjanjian obligatoir merupakan perjanjian yang menimbulkan kewajiban dari

para pihak.

Disamping itu dikenal juga jenis perjanjian dari sifatnya, yaitu perjanjian

pokok dan perjanjian accesoir. Perjanjian pokok merupakan perjanjian yang

utama, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang, baik kepada individu maupun

lembaga perbankan. Sedangkan perjanjian accesoir merupakan perjanjian

tambahan, seperti perjanjian pembebanan hak tanggungan atau fidusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

7. Perjanjian dari Aspek Larangannya

Penggolongan perjanjian berdasarkan larangannya merupakan

penggolongan perjanjian dari aspek tidak diperkenankannya para pihak untuk

membuat perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan

ketertiban umum. Ini disebabkan perjanjian itu mengandung praktek monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat seperti yang terdapat dalam UU No. 5

Tahun 1999.

C. Perancangan dan Analisa Kontrak

Pemahaman tentang hukum kontrak haruslah dapat dikuasai, karena

dalam pembuatan kontrak kepentingan para pihak akan diakomodir dalam suatu

perjanjian yang jelas mempunyai tujuan dan resiko yang tidak diinginkan dapat

timbul dikemudian hari.

Penyusunan kontrak merupakan persoalan tentang perancangan dan

analisa terhadap kepentingan hukum para pihak yang melakukan kesepakatan

sehingga sangatlah diperlukan guna mencapai tujuan kesepakatan tersebut. Setiap

kontrak mempunyai resiko yang berbeda-beda berdasarkan kepentingan para

pihak apabila suatu kontrak tidak disusun sesuai dengan kententuan dan tidak

dilakukan analisa kontrak, karena nantinya akan mengikat para pihak di dalam

perjanjian.

Ada yang mengatakan bahwa merancang kontrak itu tidak gampang,

apalagi yang didraft itu kontrak yang bersifat komersil. Dan ada juga yang

mengatakan bahwa bahasa kontrak itu sangat khas, berbelit-belit dan berulang

ulang. Semuanya itu ada benarnya akan tetapi bukan berarti semua itu sama sekali

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

tidak mungkin dilakukan. Asal ada kemauan untuk itu, mestinya tidak ada yang

tidak bisa dilakukan di dunia ini.30

Sedangkan untuk kontrak bisnis internasional harus pula merujuk kepada hukum

kontrak internasional sebagaimana terdapat dalam UNIDROIT Principle Of

International Commercial Contract (2004) dan UN Convention of the

International Sales of Goods (Viennna Convention) atau Konvensi PBB tentang

Kontrak Jual Beli Barang.

Dalam melakukan perancangan kontrak-kontrak dalam bisnis, secara

teoritik harus memahami asas-asas, prinsip-prinsip dan sumber hukum dari

kontrak menurut hukum posistif Indonesia seperti KUH Perdata dan perundangan-

undangan yang berkaitan dengan substansi kontrak.

31

1. Kemahiran menulis dengan menggunakan bahasa hukum yang baik, benar,

tepat dan jelas dengan tetap berpedoman pada tata bahasa Indonesia atau

bahasa Inggris (plain English).

Dalam prakteknya perancangan suatu kontrak haruslah memahami teknik

merancang format dan substansi kontrak.

Dalam merancang suatu kontrak membutuhkan penguasaan kemahiran/skill yang

meliputi :

2. Kemahiran merancang struktur suatu kontrak sesuai dengan karakteristik dari

masing-masing jenis kontrak, sehingga semua kepentingan dari para pihak

beserta seluruh konsekuensi yuridis yang ditimbulkan dari kontrak tersebut

30 Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku KeEmpat, PT.citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, Hal.2. 31 Taryana Soenandar, Prinsip-Prinsip UNIDROIT sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, Hal. 36.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

dapat tertampung dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip hukum yang

sifatnya tidak dapat disimpangi (mandatory rules).

Disinilah dibutuhkan penguasaan pengetahuan teoritik hukum kontrak

nasional dan internaional dan aspek bisnis dari jenis transaksi yang bersangkutan

termasuk misalnya aspek-aspek manajerial, finansial dan perpajakan.

Terhadap perancangan dan analisa kontrak mempunyai peranan dalam

menyusun suatu kontrak . Peranan, disebut juga manfaat dari posisi dan tujuan

yang melakukan perancangan dan analisa. Perancangan (contract drafter) adalah

suatu bentuk kegiatan melakukan persiapan pembuatan, penyusunan kontrak yang

dimulai dari pengumpulan bahan-bahan hukum, penafsiran dan menuangkan

keinginan para pihak dalam kontrak. Analisa, atau penelaahan, kajian,

interprestasi, penafsiran terhadap suatu rancangan dengan melakukan pembedahan

rancangan kontrak dengan melihat apakah terpenuhinya syarat-syarat syahnya

kontrak, penerapan azas-azas hukum, ketentuan perundang-undangan yang terkait,

keinginan dan perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan

perjanjian dalam kontrak.

Dalam penyusunan suatu kontrak, sebelum kontrak ditandatangani untuk

disetujui oleh para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian, ada suatu

langkah yang mesti dilakukan, yaitu menganalisa kontrak.

Dalam hal melakukan suatu analisa terhadap kontrak dapat dilakukan dalam dua

posisi yang berbeda : ketika dalam posisi melakukan perancangan kontrak

(contract drafter) dan ketika posisi dalam pihak yang menerima hasil rancangan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

kontrak dari pihak yang melakukan contract drafter atau yang membuat

rancangan kontrak.

D. Teori-teori dalam Hukum Kontrak

Dalam penelitian ini teori yang digunakan tentang hukum kontrak adalah

teori Utility sebagai teori inti (grand theory) dan akan didukung oleh teori-teori

lainnya (supporting theory).

a. Grand Theory (Teori Inti)

1. Teori Kepentingan (UtilitarianismeTheory) dari Jeremy Bentham.

Kebebasan berkontrak adalah refleksi dari perkembangan paham pasar

bebas yang dipelopori oleh Adam Smith. Adam Smith dengan teori ekonomi

klasiknya mendasari pemikirannya pada ajaran hukum alam, hal yang sama

menjadi dasar pemikiran Jeremy Bentham yang dikenal dengan utilitarianisme.

Jeremy Bentham dalam bukunya “Introduction to the Morals and Legislation”

berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang

berfaedah bagi orang. Menurut Teory Utilitis, tujuan hukum ialah menjamin

adanya kebahagian sebesar-besarnya pada orang sebanyak-banyaknya. Kepastian

melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari pada hukum.32

Dalam hal ini pendapat Bentham dititik beratkan pada hal-hal yang berfaedah dan

bersifat umum.33

Peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum (kaedah hukum),

dibuat oleh penguasa negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya

32 L.J.van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta 1981, hal. 168. 33 C.S.T. Kansil, Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1983. hal.42.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara. Keistimewaan

dari norma hukum justru terletak dalam sifatnya yang memaksa, dengan sanksinya

berupa ancaman hukuman.34

Bahwa undang-undang adalah keputusan kehendak dari satu pihak; perjanjian,

keputusan kehendak dari dua pihak; dengan kata lain, bahwa orang terikat pada

perjanjian berdasar atas kehendaknya sendiri, pada undang-undang terlepas dari

kehendaknya.

35

Dikatakan Krabbe: “aldus moet ook van recht de heerscappij gezocht worden in de reactie van het rechtsgevoel, en ligt dus het gezag niet buiten maar in den mens”, kurang lebih artinya, ”demikian halnya dengan kekuasan hukum yang harus kami cari dari dalam reaksi perasaan hukum; jadi, kekuasaan hukum itu tidak terletak diluar manusia tetapi didalam manusia”. Hukum berdaulat yaitu diatas segala sesuatu, termasuk Negara. Oleh karena itu menurut Krabbe negara yang baik adalah negara hukum (rechtstaat), tiap tindakan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada hukum.

2. Teori Kedaulatan Hukum dari Krabbe

36

Teori ini didasarkan kepada pemikiran dari Scoott J. Burham yang

mendasarkan dalam penyusunan suatu kontrak haruslah dimulai mendasari

dengan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:

Azas kebebasan berkontrak dalam melakukan suatu perjanjian

merupakan bentuk dari adanya suatu kedaulatan hukum yang dipunyai oleh setiap

individu dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Setiap individu menurut

kepentingannya secara otonom berhak untuk melakukan perjanjian dengan

individu lain atau kelompok masyarakat lainnya.

3. Teori 3P

34 C.S.T. Kansil, Ibid. Hal. 86. 35 L.J.van Apeldoorn. Op.Cit., Hal. 168. 36 L.J.van Apeldoorn. Op.Cit., Hal. 168

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

1. Predictable, dalam perancangan dan analisa kontrak seorang darfter harus

dapat meramalkan atau melakukan prediksi mengenai kemungkinan-

kemngkinan apa yang akan terjadi yang ada kaitannya dengan kontrak yang

disusun.

2. Provider, yaitu siap-siap terhadap kemungkinan yang akan terjadi.

3. Protect of Law, perlindungan hukum terhadap kontrak yang telah dirancang

dan dianalisa sehingga dapat melindungi klien atau pelaku bisinis dari

kemungkinan kemungkin terburuk dalam menjalankan bisnis.

b. Supporting Theory (Teori Pendukung)

Lebih dari seabad yang lalu (tahun 1861), ahli hukum Inggris yang masyur Sir Hendry Maine menerbitkan buku berjudul Ancient Law (hukum kuno). Dimana Maine mencoba menjelaskan bagaimana hukum berevolusi selama bertahun-tahun pada masyarakat lebih modern. Maine menunjukan bahwa pada masyarakat seperti itu hukum begerak dari satus ke kontrak. Maksudnya, hubungan hukum dalam masyarakat modern tidak tergantung secara khusus pada kelahiran atau kasta; hubungan hukum itu tergantung pada perjanjian sukarela.37

Hukum kontrak di Indonesia diatur dalam Buku III KUHPerdata Bab Kedua yang mengatur tentang perikatan-perikaan yang dilahirkan dari kontrak atau persetujuan. Pengertian kontrak dengan persetujuan adalah sama seperti terlihat yang didefinisikan pada pasal 1313 KUHPerdata. Hukum kontrak hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.

Sehingga kontrak adalah perangkat hukum yang umumnya berkenaan dengan

perjanjian sukarela.

38

37 Lawrence F. Friedman, Amerrican Law An Introduction, Second Editon, Hukum Amerika Sebuah Pengantar (Penerjemah Wishnu Basuki), Penerbit PT.Tatanusa, Jakarta 2001, hal.195. 38 Lawrence F. Friedman, Ibid. hal.196.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Sekalipun demikian mungkin kontrak adalah bagian yang kurang menonjol dari

hukum yang hidup (living law) dibandingkan bidang lain yang berkembang

berdasarkan hukum kontrak atau pemikiran tentang kontrak.39

Menurut Munir Fuady ada beberapa teori hukum tentang kontrak, yaitu:

Secara akademis, terdapat berbagai macam teori tentang kontrak, yang

masing-masingnya mencoba menjelaskan berdasarkan pengelompokannya dan

kriterinya masing-masing.

40

1. Teori-teori Berdasarkan Prestasi Kedua Belah Pihak

Teori-teori berdasarkan prestasi kedua belah pihak, menurut Roscoe Pound,

sebagaimana yang dikutip Munir Fuady terdapat berbagai teori kontrak:41

a. Teori Hasrat (Will Theory)

b. Teori Tawar Menawar (Bargaining Theory)

c. Teory sama nilai (Equivalent Theory

d. Teori kepercayaan merugi (Injurious Reliance Theory)

a. Teori Hasrat (Will Theory). Dimana teori hasrat ini menekankan kepada

pentingnya hasrat (will atau intend) dari pihak yang memberikan janji.

Ukuran dari eksistensi, kekuatan berlaku dan substansi dari suatu kontrak

diukur dari hasrat tersebut. Menurut teori ini yang terpenting dalam suatu

39 Lawrence F. Friedman, Ibid. hal. 197. 40 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, hal.5. 41 Munir Fuady, Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

kontrak bukan apa yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut,

akan tetapi apa yang mereka inginkan.

b. Teori Tawar Menawar (Bargaining Theory). Teori ini merupakan

perkembangan dari teori sama nilai (equivalent theory) dan sangat

mendapat tempat dalam Negara-negara yang menganut system Common

Law. Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa suatu kontrak hanya

mengikat sejauh apa yang dinegosiasikan (tawar menawar) dan kemudian

disetujui oleh para pihak.

c. Teory sama nilai (Equivalent Theory). Teori ini mengajarkan bahwa suatu

kontrak baru mengikat jika para pihak dalam kontrak tersebut memberikan

prestasinya yang seimbang atau sama nilai (equivalent).

d. Teori kepercayaan merugi (Injurious Reliance Theory). Teori ini

mengajarkan bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang

bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak terhadap siapa

janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji tersebut karena

kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji itu tidak

terlaksana.

2. Teori-teori berdasarkan Formasi Kontrak.

Dalam ilmu hukum ada empat teori yang mendasar dalam teori formasi

kontrak, yaitu:

a. Teori kontrak defacto. Kontrak de facto (implied in-fact) dalah kontrak

yang tidak pernah disebutkan dengan tegas tetapi ada dalam kenyataan,

pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang sempurna.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

b. Teori kontrak ekpresif. Bahwa setiap kontrak yang dinyatakan dengan

tegas (ekpresif) oleh para pihak baik dengan tertulis ataupun secara lisan,

sejauh memenuhi syarat-syarat syahnya kontrak, dianggap sebagai ikatan

yang sempurna bagi para pihak.

c. Teori promissory estoppel. Disebut juga dengan detrimental reliance,

dengan adanya persesuaian kehendak diantara pihak jika pihak lawan

telah melakukan sesuatu sebagai akibat dari tindakan-tindakan pihak

lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk suatu ikatan kontrak.

d. Teori kontrak quasi (pura-pura). Disebut juga quasi contract atau implied

in law, dalam hal tertentu apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka

hukum dapat dianggap adanya kontrak diantara para pihak dengan

berbagai konsekwensinya, sungguhpun dalam kenyataannya kontrak

tersebut tidak pernah ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

BAB IV

PERANAN PERANCANGAN DAN ANALISA KONTRAK DALAM

KUH PERDATA

A. Pengaturan Perancangan dan Analisa Kontrak dalam KUH Perdata

Hukum kontrak yang ada di Indonesia diatur di dalam Buku III KUH

Perdata, yang terdiri dari 18 bab dan 631 pasal. Yang dimulai dari Pasal 1233

KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Dan masing-masing bab

dibagi dalam beberapa bagian.

Hal-hal yang diatur di dalam buku III KUH Perdata, meliputi hal-hal

berikut ini :

1. Perikatan pada umumnya (Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal

1312 KUH Perdata)

2. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (Pasal 1313 KUH Perdata sampai

dengan Pasal 1352 KUH Perdata)

3. Hapusnya perikatan (Pasal 1381 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1456

KUH Perdata)

4. Jual beli (Pasal 1457 KUH Perdata sampai dengan 1540 KUH Perdata)

5. Tukar menukar (Pasal 1541 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1546 KUH

Perdata)

6. Sewa menyewa (Pasal 1548 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1600 KUH

Perdata)

7. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan (Pasal 1601 KUH Perdata sampai

dengan Pasal 1617 KUH Perdata)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

8. Persekutuan (Pasal 1618 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1652 KUH

Perdata)

9. Badan Hukum (Pasal 1653 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1665 KUH

Perdata)

10. Hibah (Pasal 1666 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1693 KUH Perdata)

11. Penitipan barang (Pasal 1694 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1739

KUH Perdata)

12. Pinjam pakai (Pasal 1740 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1753 KUH

Perdata)

13. Pinjam meminjam (Pasal 1754 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1769

KUH Perdata)

14. Bunga tetap atau abadi (Pasal 1770 KUH Perdata sampai dengan Pasal

1773 KUH Perdata)

15. Perjanjian untung-untungan (Pasal 1774 KUH Perdata sampai dengan

Pasal 1791 KUH Perdata)

16. Pemberian Kuasa (Pasal 1792 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1819

KUH Perdata)

17. Penanggungan utang (Pasal 1820 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1850

KUH Perdata)

18. Perdamaian (Pasal 1851 KUH Perdata sampai dengan Pasal KUH Perdata)

Dari pembagian pasal yang berkaitan dengan kontrak di dalam KUH

Perdata di atas tidak disebutkan secara sistematis pasal berapa yang menjadi acuan

bagi para pihak untuk dapat merancang suatu bentuk kontrak yang baik dan benar.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Namun di dalam pengaturan hukum kontrak yang telah dibahas sebelumnya,

kontrak mengandung system terbuka (open system) yang artinya bahwa setiap

orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian, baik yang sudah diatur maupun

yang belum diatur di dalam undang-undang.

Hal tersebut di atas terlihat dari ketentuan yang tercantum di dalam Pasal

1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi : “Semua perjajian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya’’.

Ketentuan di dalam Pasal 1338 KUH Perdata tersebut memberikan

kebebasan bagi para pihak untuk dapat:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian

2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun

3. Menentuka isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya

4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan

Namun sistem pengaturan hukum kontrak yang bersifat sistem terbuka

tersebut tidak lantas memberikan pengertian bagi para pihak untuk dapat

melakukan segala bentuk perjanjian yang diinginkannya. Sebab kontrak atau

perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban

umum dan kesusilaan. Dan memiliki syarat-syarat tertentu agar dapat dinyatakan

sah dan berlaku bagi para pihak didalamnya agar mentaati dan mematuhi isi dari

kontrak tersebut sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Syarat-syarat sahnya suatu kontrak juga sama dengan syarat-syarat

sahnya perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum

3. Adanya objek perjanjian

4. Adanya causa yang halal

Terhadap syarat yang pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena

menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian sehingga jika tidak

dipenuhi maka kontrak atau perjanjian itu dapat dibatalkan, yang artinya bahwa

salah satu pihak dapat mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan

perjanjian yang disepakatinya. Namun jika salah satu pihak tidak keberatan maka

perjanjian itu tetap dianggap sah.

Sedangkan syarat yang ketiga dan keempat disebut syarat objektif,

karena menyangkut objek perjanjian sehingga jika tidak terpenuhi maka kontrak

atau perjanjian tersebut batal demi hukum, yang artinya bahwa dari semula

perjanjian itu dianggap tidak ada.

B. Manfaat Bagi Para Pihak Melakukan Perancangan dan Analisa Kontrak

Terminologi perancangan dalam hukum kontrak disebut juga legal

drafting, yaitu merancang atau membuat suatu konsep kontrak. Substansi suatu

kontrak bisnis pada dasarnya tergantung pada isi dan substansi transaksi bisnis

yang melatarbelakanginya. Menurut Niewenhius42

42

, sepanjang prestasi yang

www.gagasanhukum.wordpress.com/2010/06/24/keseimbangan-versus-keadialan-dalam-kontrak bagian-v/tanggal 7 Juli 2011 pkl.20.45 WIB

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

diperjanjiakan bertimbal balik mengandaikan kesetaraan (posisi para pihak), maka

apabila terjadi ketidakseimbangan, perhatian akan dititikberatkan pada kesetaraan

yang terkait dengan cara terbentuknya kontrak dan tidak pada hasil akhir dari

prestasi dimaksud. Karena itu orang dapat menarik kesimpulan bahwa dari

substansinya, semakin banyak jenis transaksi yang dibuat orang dalam praktek

bisnis dan perdagangan, semakin banyak pula dapat dijumpai jenis kontrak yang

satu sama lain berbeda dari segi substansi dan jenis prestasi yang diaturnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pula bahwa:

1. Tidak ada satu bentuk baku yang dapat dijadikan pegangan dalam

merancang kontrak bisnis secara umum yang dapat digunakan setiap orang

dalam mengadakan suatu transaksi bisnis. Keunikan dan kekhasan dari

kontrak-kontrak yang dibuat untuk mendukung transaksi bisnis yang

bersangkutan;

2. Substansi, sistimatika dan bentuk dari kontrak-kontrak bisnis yang akan

dirancang akan sangat tergantung pada substansi dari kesepakatan-

kesepakatan para pihak dalam transaksi bisnis yang melatarbelakanginya;

3. Dalam praktek seorang perancang kontrak sebaiknya tidak terpaku pada

bentuk dan/atau jenis kontrak bisnis yang sudah ada dan sering digunakan,

melainkan harus bersikap terbuka dan kreatif untuk merancang kontrak-

kontrak yang khusus dirancang untuk mengakomodasikan transaksi-

transaksi bisnis yang sebelumnya ;

Namun demikian, apapun jenis, substansi atau objek dari transaksi

bisnisnya, orang dapat pula melihat adanya gejala prilaku yang sama dalam arti

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

bahwa dalam transaksi-transaksi bisnis yang dibuat oleh para pihak itu selalu

dapat dilihat adanya pola perilaku dan situasi umum yang sama yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Masing-masing pihak mengehendaki adanya kepastian dengan siapa ia

mengadakan transaski bisnis yang bersangkutan;

2. Setiap pihak dalam suatu kontrak pada dasarnya merupakan pihak yang

memiliki kepentingan, keuntungan dan tujuan bisnis (business interest,

profit atau purposes) tertentu yang hendak diwujudkannya melalui

perjanjain dengan pihak yang lainnya;

3. Kesepakatan (agreement) dapat dianggap tercapai apabila terdapat

keyakinan pada masing-masing pihak bahwa melalui kontrak yang akan

dibuat menjamin kepentingan, keuntungan dan/atau tujuan bisnisnya itu

akan dapat dicapai secara optimal;

4. Keyakinan akan menimbulkan dimana terwujudnya perjanjian, masing

masing pihak bersedia untuk memberikan janji-janji atau prestasi untuk

kepentingan pihak lain secara sukarela dan tanpa ada paksaan atau tekanan

apapun;

5. Masing-masing pihak menghendaki adanya jaminan bahwa pelaksanaan

janji-janji yang dibuatnya untuk kepentingan pihak yang lain akan

diimbangi oleh pelaksanaan janji-janji yang telah dibuat oleh pihak lain

dan bahwa ia memiliki akses dan peluang untuk dapat menuntut

pelaksanaan janji-janji itu dari pihak yang lain.

Hal-hal diatas yang sebenarnya membentuk pola umum dari kontrak

yang akan dirancang sehingga para pihak dituntut untuk selalu menyadari bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

manfaat yang didapatkan dalam proses perancangan dan analisa suatu kontrak.

Adapun manfaat yang diperoleh para pihak tersebut yaitu ;

1. Memberikan kepastian tentang identitas pihak-pihak yang dalam

kenyataannya terlibat dalam perjanjian;

2. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hak dan kewajiban utama

masing-masing pihak sesuai dengan inti kontrak atau perjanjian yang

hendak diwujudkan para pihak;

3. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum (legal validity) dan

kemungkinan pelaksanaan secara yuridis (legal enforceablility) dari

kontrak yang dibuat;

4. Memberikan petunjuk tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban

para pihak yang terbit dari kontrak yang mereka adakan;

5. Memberikan jaminan kepada masing-masing pihak bahwa pelaksanaan

janji-janji yang telah disepakati dalam kontrak yang bersangkutan akan

menerbitkan hak untuk menuntut pelaksanaan janji-janji atau prestasi dari

pihak yang lain yang mengingkari janjinya;

6. Menyediakan jalan yang dianggap terbaik bagi para pihak untuk

menyelesaikan perselisihan-perselisihan atau perbedaan pendapat yang

mungkin terjadi ketika transaksi bisnis mulai dilaksanakan;

7. Memberikan jaminan bahwa janji-janji dan pelaksanaan janji-janji yang

dimuat di dalam kontrak adalah hal-hal yang mungkin wajar, patut dan adil

untuk dilaksanakan (fair and reasonable).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

C. Teknik dalam Merancang Kontrak

Pada dasarnya dalam melakukan perancangan suatu kontrak terdapat

beberapa unsur-unsusr pokok yang meliputi :

1. Bagian Pembukaan, yang memuat identias dari pihak-pihak serta

penjelesan umum latar belakang kontrak yang diadakan diantara mereka;

2. Ketentuan-ketentuan pokok yang berisi pokok hubungan hukum serta hak

dan kewajiban utama para pihak yang terbit dari kesepakatan yang

dibentuk oleh parap ihak dalam kontrak;

3. Ketentuan-ketentuan penunjang, yang memuat tata cara pelaksaan hak dan

kewajiban para pihak sertsa hal-hal lain yang dianggap perlu untuk

mendukung pelaksaan hak dan kewajiban para pihak;

4. Ketentuan-ketentuan tentang aspek formalitas, yang dianggap perlu

mendapat perhatian demi keabsahan hukum dan kemungkinan pelaksaan

perjanjian yang dibuat oleh para pihak;

5. Bagian Penutup kontrak, yang mengakhiri batang tubuh kontrak dengan

identias pihak-pihak dalam transaksi seta hal-hal yang dianggap perlu

dimuat untuk memberikan keabsahan yuridis pada kontrak yang

bersangkutan;

6. Lampiran-lampiran kontrak, yang mungkin dianggap perlu dibuat untuk

memuat detil-detil teknis operasional yang berkenaan langsung dengan

pelaksaan hak dan kewajiban utama para pihak tetapi yang dianggap tidak

mungkin untuk tidak efisien untuk dimuat di dalam pasal-pasal kontrak;

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

1. Bagian Pembukaan (Preamble)

Bagian Pembukaan dalam suatu kontrak selalu mengawali suatu

dokumen kontrak dan di dalamnya memuat informasi tentang:

1.1 Judul Kontrak (Heading / Contract Title)

Judul kontrak adalah nama yang digunakan oleh para pihak untuk

mengidentifikasikan inti dari transaksi yang syarat-syaratnya akan diatur di dalam

kontrak. Misalnya; kontrak jual beli, joint venture agreement, perjanjian

pemborongan, dan sebagainya.

Dalam penentuan judul kontrak, biasanya diserahkan kepada kebebasan

para pihak, namun tetap menjaga adanya korelasi dan relevansi antara judul yang

digunakan dengan pokok perjanjian.

Hal lain yang perlu dibuat dalam kata dengan bagian judul adalah nomor

kontrak. Penomoran kontrak sering kali dibutuhkan sebagai nomor petunjuk

(reference) dalam mengadministrasikan kontrak, korespondensi diantara para

pihak, serta nomor referensi yang digunakan dalam lampiran-lampiran kontrak.

1.2 Deskripsi/ Identitas Para Pihak (Komparisi)

Sebelum identitas para pihak dirumuskan didalam kontrak, sangat

diajurkan bahwa kalimat pembuka suatu kontrak memuat informasi tentang

tempat dan tanggal pembuatan kontrak.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Pada bagian ini terutama harus dirumuskan identitas para pihak yang

antara lain, meliputi:

a. Nama lengkap dari pihak-pihak (subjek hukum) yang mengadakan

perjanjian;

b. Status hukum, kedudukan hukum, pekerjaan dari para pihak;

c. Alamat atau tempat kedudukan resmi yang digunakan para pihak dalam

kontrak;

d. Kaidah-kaidah hukum atau peraturan perundang-undangan atau dasar

hukum lain yang mendukung kedudukan hukum dan kewenangan dari para

pihak;

e. Sebutan yang akan digunakan untuk menunjuk para pihak di dalam seluruh

kontrak (termasuk lampiran-lampirannya).

f. Bila pihak-pihak yang yang mengadakan perjanjian adalah suatu badan

hukum (perusahaan), maka perumusan identitas para pihak dapat

dilakukan dengan cara:

1) Merumuskan nama, alamat dan identitas lain dari perusahaan, dan

kemudian diikuti dengan nama dan identitas orang yang akan bertindak

untuk dan atas nama perusahaan itu. Untuk kemudian diakhiri dengan

sebutan yang akan dugunakan di dalam kontrak.

2) Merumuskan terlebih dahulu nama dari orang yang bertindak untuk

dan atas nama badan hukum/perusahaan tertentu, dan baru diikuti oleh

identitas badan hukum/perusahaan tersebut, dan diakhiri dengan

sebutan yang akan digunakan dalam kontrak.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

1.3 Pertimbangan-pertimbangan Latar Belakang Kontrak (Recitals)

Pada bagian mengakhiri, pembukaan kontrak dan memuat pertimbangan-

pertimbangan umum dan latar belakang dari maksud para pihak sehingga akhirnya

mereka bersepakat untuk mengadakan kontrak (general intentions of the parties).

Pada bagian ini sebaiknya dimuat pertunjuk bahwa setelah melalui proses

penawaran, penerimaan tawaran, negosiasi (offer, acceptance and negosiations)

para pihak sepakat untuk mengadakan kontrak yang bersangkutan.

Pada bagian ini memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan

konsideran atau menimbang dalam suatu peraturan perundang-undangan.

1.4 Ruang Lingkup Perjanjian (Scope of Agreement)

Pada bagian ini dirumuskan persyaratan secara umum mengenai inti dari

transaksi yang diadakan oleh para pihak sebagai kesimpulan dari pertimbangan-

pertimbangan mereka. Hal ini dapat dirumuskan secara khusus (terpisah dari

recital) atau menjadi butir terakhir dari butir-butir recitals.

2. Ketentuan-Ketentuan Pokok Kontrak

Dalam hal ini, pasal-pasal kontrak mulai dirumuskan, pada saat

perbincangan memasuki rumusan kententuan tentang inti hubungan hukum dan

persyaratan-persyaratan yang disepakati para pihak.

Hal yang terpenting yang harus dimuat dalam pasal-pasal kontrak adalah

pasal-pasal yang memuat inti hubungan hukum dan inti perjanjian yang diadakan

oleh para pihak, ini yang sering dimaksudkan dengan ketentuan-ketentuan pokok

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

kontrak. Pasal-pasal yang harus dirumuskan dalam kaitan ini memuat hak-hak dan

kewajiban-kewajiban pokok yang terbit dari transaksi yang dibuat oleh para pihak.

2.1 Ketentuan-ketentuan Umum

Bagian penting yang sangat dianjurkan untuk dirumuskan terlebih dahulu

sebelum perumusan kententuan-ketentuan pokok, adalah ketentuan umum yang

memuat pembatasan istilah dan pengertian yang digunakan di dalam seluruh

kontrak.

Di dalam ketentuan umum dirumuskan definisi-definisi atau pembatasan

pengertian dari istilah-istilah yang dianggap penting dan sering digunakan dalam

kontrak, yang disepakati oleh para pihak. Dengan adanya kesepakatan semacam

ini, maka perselisihan yang timbul karenan perdebatan perbedaan pengertian atau

penafsiran diantara para pihak dapat di minimalisir.

2.2 Ketentuan-ketentuan Pokok Lain

Isi, bentuk dan corak dari ketentuan-ketentuan kokok suatu kontrak akan

sangat tergantung dari isi trnaskasi yang disepakati para pihak. Substansi dari

ketentuan pokok inilah yang menggambarkan ciri khas suatu kontrak dan

membedakannya dengan kontrak yang lain. Misalnya; ketentuan-ketentuan pokok

dari suatu kontrak sewa beli berbeda dengan ketentuan ketentuan pokok dari

kontrak jual beli dengan cicilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

Beberapa hal utama yang sebaiknya dimuat di dalam pasal-pasal tentang

kententuan pokok, misalnya tentang:

a. Perincian lebih lanjut tentang hubungan kontraktual para pihak dalam

wujud pasal-pasal tentang hak dan kewajiban dan kewenangan pokok para

pihak yang terbit dari kontrak yang mereka adakan;

b. Dasar-dasar kualitas dari objek kontrak, spesifikasi teknis dari pekerjaan

atau objek kontrak, penetapan wilayah dan sebagainya. Detil atau

perincian lebih lanjut megenai hal ini biasanya dimuat di dalam lampiran

kontrak;

c. Pasal-pasal tentang persyaratan megenai jumlah barang dan nilai

ekonomisnya/harga yang disepakati para pihak (terms of quantity and

price);

d. Pasal-pasal tentang persyaratan dan tata cara pembayaran (terms and

method of payment);

e. Pasal-pasal tentang jaminan-jaminan dan tanggung jawab para pihak

terhadap resiko-resiko kerugian yang mungkin timbul dalam pelaksanaan

kontrak;

f. Kententuan tentang masa berlakunya kontrak dan persyaratan-persyaratan

mengenai pengakhiran, pembatan dan atau pemutusan kontrak oleh salah

satu pihak.

g. Hal-hal lain yang secara langusng berkaitan dengan pelaksanan janji-janji

para pihak;

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

3. Ketentuan-ketentuan Penunjang

Pasal-pasal yang dikategorikan sebagi ketentuan penunjang berisi

ketentuan-ketentuan yang dibutuhkan untuk menjadi pedoman pada pihak dalam

opersional / pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak yang telah ditetapkan di

dalam pokok perjanjian. Artinya, tanpa adanya ketentuan-ketentuan kontrak

praktis tidak dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pihak.

Isi dari pasal-pasal penunjang ini dapat dibedakan dari satu kontrak ke

kontrak yang lainnya, tegantung pada jenis transaksi yang disepakati oleh para

pihak.

a. Tata cara pelaksanaan perjanjian (performance) serta akibat-akibat hukum

dari pelaksanaan isi perjanjian. Dalam kategori ini adalah pasal-pasal yang

secara langsung mengatur tentang perilaku para pihak dalam melaksanakan

hak dan kewajbiannya dalam kontrak. Seperti persyaratan tentang tata cara

penyerahan barang, tentang dokumen-dokumen yang harus disiapkan salah

satu pihak sebagai syarat pembayaran, tentang kualitas prestasi yang harus

dipenuhi oleh para pihak dan sebagainya.

b. Dalam hal ini, merancang dan menganalisa kontrak perlu disadari benar

kategori transaksi yang dibuat oleh para pihak, ditinjau dari kualitas prestasi

yang harus direalisasikan oleh para pihak.

c. Pasal-pasal tentang pembebasan diri dari tanggunjawab, dari hak atau

kewajiban hukum tertentu (pasal yang mengenyampingkan keharusan

pengajuan perkara ke pengadilan bila salah satu pihak hendak mengakhiri

kontrak secara sepihak, atau pasal yang melepaskan tanggunjawab salah satu

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

pasal yang melepaskan tanggungjawab salah satu pihak dari cacat-cacat

tersembunyi yang tidak diketahui pada saat pernjanjian dibuat.

d. Pasal-pasal tentang wanprestasi (breach of contract atau non performance)

yang memuat tentang hal atau situasi apa yang disepakati para pihak berikut

akibat-akibat yang timbul bila salah satu pihak mengingkari janjinya serta hak

dan kewenangan apa yang terbit pada pihak lain yang dirugikan oleh

wanprestasi tersebut.

e. Pasal-pasal tentang jaminan yang dibuat oleh salah satu pihak untuk

kepentingan paihak yang lain, seperti jaminan bebas dari tuntutan pihak ke

tiga, jaminan atas kualitas barang, jaminan pelaksanaan dan sebagainya.

f. Ketentuan tentang keadaan memaksa (force majeur) dan akibat-akibat

hukumnya terhadap pelaksaan kontrak. Secara umum force majeur diartikan

sebagai peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya oleh para

pihak, yang dapat menghambat pelaksanaan kontrak, sehingga dapat

dijadikan dasar bagi pihak yang mengalami perisitiwa itu untuk dibebaskan

dari tanggungjawab atas dasar wanprestasi. Dalam praktek adakalanya

pengertian force majeur ini dibedakan ke dalam:

1) Perisitiwa-peristiwa alam yang dianggap sebagai bencana (acts of god),

dan;

2) Perisitiwa-peristiwa yang tidak dapat dikategorikan sebagai bencana alam

tetapi yang bila terjadi dianggap dapat mengahmbat pelaksanaan atau tidak

memungkinkan pelaksaan kontrak, seperti perubahan nilai mata uang,

kebijakan negara di bidang ekonomi dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

g. Ketentuan tentang ada/ tidaknya kemungkinan bagi para pihak untuk

megalihkan kedudukannya kepada pihak ke tiga dan tata cara

pelaksanaannya.

h. Ketentuan tentang pemilihan domisili, pemilihan forum dan tata cara

penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dari pelaksanaan kontrak

(dispute settlement clause).

i. Petentuan tentang kondisi-kondisi tertentu yang digunakan untuk memulai

atau mengakhiri pelaksanaan kontrak (conditions precedent/subsequent).

j. Pasal-pasal tentang kemungkinan perubahan atas isi dan persyaratan kontrak

dan tata cara pelaksanaannya.

k. Akibat-akibat dari tidak sahnya bagian –bagian tertentu kontrak terhadap

keabsahan keseluruhan kontrak.

l. Pasal-pasal yang menentukan kekuatan hukum dari kesepakatan-kesepakatan

yang dibuat pada saat negosiasi (sebelum kontrak dibuat) atau yang

disepakati para pihak setelah kontrak dibuat (merger clause).

m. Pasal-pasal tentang pihak-pihak yang harus mengurus perizinan (misalnya

izin eksport, izin import, izin usaha, dan sebagainya).

n. Khusus untuk kontrak-kontrak transnasional (kontrak-kontrak yang

berkenaan dengan pihak-pihak dan/ atau elemen-elemen asing) perlu

diperhatikan pula pasal-pasal penunjang khusus tentang:

i. Hukum yang dipilih oleh para pihak untuk ,mengatur dan menafsirkan

pengertian-pengertian dalam kontrak mereka (choice of law);

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

ii. Bahasa resmi yang digunakan untuk kontrak-kontrak yang dianggap

sah dan untuk menafsirkan kontrak seandainya terjadi perselisihan

dalam penafsiran kontrak;

iii. Mata uang, yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam

pelaksanaan kontrak;

iv. Masalah-masalah lain yang sudah disinggung sebelumnya yang dlaam

praktek menghendaki penyelsaian berdasarkan kaidah-kaidah dari

slaah satu sistem hukum yang relevan dnegan kontrak, melalui

pendekatan hukum perdata internasional;

4. Ketentuan-Ketentuan Tentang Aspek-aspek Formal Kontrak

Dalam memenuhi unsur formalitas kontrak pada dasarnya memuat pasal-

pasal tentang hal-hal tertentu yang harus diperhatikan oleh para pihak agar

kontrak yang dibuat menjadi sah (valid) dan dapat dilaksanakan secara yuridis.

Ketentuan-ketentuan tersebut, misalnya :

a. Pasal-pasal yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan, dan pihak-pihak

yang bertanggungjawab atas proses pendaftaran atau perolehan izin

khusus (yang diterbitkan oleh badan publik).

b. Pasal yang memuat alamat-alamat dan format korespondensi yang akan

digunakan oelh para pihak secara resmi dalam pelaksnaan kontrak.

Ketentuan semacam ini akan berguna khususnya dikaitkan dengan alamat

yang harus digunakan dalam pengiriman peringatan-peringatan tertulis

yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak yang lain

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

5. Bagian Penutup

Pada bagian ini mengakhiri batang tubuh kontrak dengan identitas pihak-

pihak dalam transaksi serta hal-hal lain yang dianggap perlu dimuat untuk

meberikan keabsahan yuridis para kotrak yang bersangkutan.

Pada bagian akhir, dari kontrak umumnya dimuat berbagai informasi penutup,

seperti misalnya:

1. Tanggal dan tempat penandatanganan kontrak oleh para pihak (bila hal

ini belum disebut dibagian pembukaan);

2. Kolom-kolom untuk tandatangan para pihak atau wakil-wakil resmi dari

para pihak;

3. Tanda pengenal atau cap dari pihak-pihak (khususnya bila para pihak

adalah badan-badan hukum);

4. Materai yang ditempel dan dibubuhi tanggal pada saat kontrak

ditandantangani. Kewajiban ini tidak perlu di lakukan apabila kontrak

dibuat diatas kertas segel yang sah;

6. Lampiran-lampiran Kontrak

Terhadap kontrak-kontrak yang dibuat untuk mengatur transaksi bisnis

yang agak rumit dan mencakup persoalan-persoalan teknis atau hal-hal lain secara

detil, seringkali membutuhkan lampiran-lampiran yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari kontrak. Agar secara yuridis lampiran-lampiran itu melekat

pada kontrak induknya, maka di dalam kontrak induk (dipasal-pasal yang relevan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

atau didalam suatu pasal khusus di bagian penunjang) harus dibuat pasal penunjuk

yang menunjuk kearah lampiran yang tepat.

Lampiran-lampiran dapat beraneka ragam bentuk, fungsi dan

penyebutannya misalnya:

i. Annex, yang dapat diartikan sama dnegan lampiran;

ii. Adddendum, yang isinya biasanya dibuat untuk memuat perubahan-

perubahan terhadap pasal-pasal tertentu dalam kontrak induk. Apabila

suatu kontrak dilengkapi dengan sebuah addendum, maka dalam

memberi penafsiran dan pemahaman terhadap pasal tertentu (yang

dirubah di dalam addendum) secara hukum harus dilakukan berdasarkan

hal yang dimuat di dalam addendum tersebut;

iii. Exhibits, yang biasanya memuat jadwal-jadwal yang disepakati,

spesifikasi teknis, desain-desain, peta lokasi, dan sebagainya;

iv. Supplement, yang berisi ketentuan-ketentuan tambahan yang dibuat oleh

para pihak untuk melaksanakan hal-hal tertentu dalam rangka pelaksaan

kontrak utamanya;

v. Schedule, yang dapat digunakan untuk memuat berbagai informasi yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan kontrak, walaupun umumnya berkaitan

dnegan jadwal-jadwal tertentu yang harus dipenuhi oleh para pihak; dan

lain sebagainya.

Di dalam lampiran juga dapat memuat tentang :

a. Denah-denah teknis atau skema-skema;

b. Spesifikasi teknis atau mesin-mesin, atau kontruksi;

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

c. Rumus-rumus, resep, formula, dan sebagainya;

d. Standar mutu yang harus dipatuhi oleh pihak tertentu dalam kontrak ;

e. Gambar-gambar, motif-motif, desain;

f. Jadwal-jadwal yang disepakati oleh para pihak untuk melaksanakan transaksi;

g. Perubahan-perubahan atau modifikasi terhadap ketentuan-ketentuan di dalam

kontrak induk;

h. Rincian dari penghitungan persoalan-persoalan keuangan, penghitungan

komisi, royalities, dan sebagainya;

i. Dalam kontrak tertentu defiinisi atau batasan dari pengertian-pengertian yang

digunakan dalam kontrak induk (menggantikan pasal tentang definisi di

dalam kontrak induk).

Berdasarkan hal tersebut diatas mengenai teknik merancang dan menganalisa

kontrak maka para pihak dapat menuangkan maksud dan tujuan yang diinginkan

dalam membuat suatu kontrak serta sedapat mungkin meminimalisir suatu

keadaan yang tidak diingkan dikemudian hari.

Suatu kontrak yang baik dan benar adalah merupakan kontrak yang

dibuat sesuai dengan awal kesepakatan para pihak dan memberikan kepastian

hukum kepada para pihak yang dimulai dari proses merancang dan menganalisa

kontrak.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal yang dapat disimpulkan adalah

sebagai berikut :

1. Perancangan dan analisa kontrak mempunyai peran yang besar dalam

tercapainya suatu kesepakatan yang dimulai pada saat dilakukannya negosiasi

sampai pada pelaksanaan dari kontrak yang telah disepakati. Peran

perancangan dan analisa kontrak adalah memahami teknik merancang format

dan substansi kontrak, yang pada umumnya para pihak sangat awam tentang

hal ini dan keberadaan perancang kontrak ini akan terasa sekali apabila

terjadi suatu sengketa dalam pelaksanan kontrak dan peranannya dalam

menghadpi sengketa tersebut dibutuhkan karena perancang kontrak telah

memehami secara formal yuridis dan substnasi terhadap kontrak tersebut

mulai dari tahap negosiasi sampai pada pelaksanaaan kontrak.

Kegiatan perancangan kontrak dalam transaksi bisnis akan dapat

menghilangkan rasa keragu-raguan bagi para pihak dalam melakukan

kesepakatan karena perancang kontrak dalam merancang substansi kontrak

akan mejadikan kontrak dapat dijalankan secara optimal sebagai landasan

hukum dan juga sebagai alat bukti yang sah, karena adanya perikatan hukum

yang jelas antara pihak-pihak yang hendak mengikatkan diri di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

2. Dalam merancang sebuah kontrak yang baik dan benar harus memenuhi

syarat-syarat dalam perancangan kontrak, seperti syarat prosedural yang

dibuat berdasarkan kesepakatan yang bebas dari kekhilafan, paksaan, baik

secara fisik, mental, pengetahuan maupun ekonomi, dan terjadi bukan melalui

tipuan atau memberikan kesan yang menyesatkan yang dapat menyebabkan

orang terpengaruh atau khilaf untuk membuat suatu kontrak. Selanjutnya

kontrak haruslah dibuat oleh orang yang cakap dan berwenang untuk itu serta

diwujudkan melalui prosedur standar yang digariskan oleh undang-undang,

yaitu memenuhi syarat subjektif dan obektif.

Sebuah kontrak yang baik harus jelas dan terperinci, menyangkut subjeknya,

objeknya serta kewajiban para pihak beserta sanksi yang dibebankan terhadap

para pihak, serta kejelasan cara dan prosedur pelaksanaan sanksi, serta tidak

bertentangan dengan seluruh norma hukum yang terkait dengan kontrak.

Dalam perancangan sebuah kontrak, mestinya harus dengan syarat-syarat

tambahan yang berisikan klausul-klausul pengaman untuk kepentingan para

pihak di dalamnya secara berlapis dan sedetail mungkin guna melindungi

secara maksimum, sehingga istilah yang digunakanpun haruslah dari awal

diberi penjelasan yang pasti, guna menghindari terjadinya multitafsir.

3. Sering kendala yang ditemui dalam melakukan peracangan dan analisa

kontrak datangnya dari para pihak itu sendiri. Kecendrungan para pihak untuk

memakai draf kontrak yang telah disusun atau disiapkan oleh pihak lain tidak

ada peluang untuk melakukan analisa terhadap format dan ketentuan-

ketentuan tentang syarat-syarat kontrak yang baik , sehingga dengan sikap

seperti itu tentunya akan menimbulkan sengketa dikemudian hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

4. Dalam melakukan perancangan kontrak langkah-angkah yang harus

dilakukan agar dapat mengantisipasi kontrak-kontrak yang dapat menjadi

sumber konflik yaitu dengan cara mengakomodir kepentingan para pihak

dengan memenuhi asas-asas hukum yang berlaku dalam penyusunan suatu

kontrak. Perancangan kontrak dilakukan dengan memahami secara utuh apa

para pihak. Untuk itu, harus digali informasi selengkap mungkin dari para

pihak menyangkut latar belakang dan tujuan dari transaksi tersebut. Hal yang

esensial untuk perlu diperhatikan dalam merancang dan menganalisa kontrak,

agar nantinya dalam pelaksanaan kontrak dapat berjalan sebagaimana yang

diinginkan, maka ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan substansi kontrak juga harus dipahami.

B. Saran

1. Agar setiap para pihak dapat memperoleh bentuk kontrak yang baik dan benar

maka dapat menggunakan peranan perancang kontrak dalam melakukan

penyusunan kontrak yang bisa berasal dari Advokat, Konsultan Hukum, atau

orang yang memahami hukum tentang kontrak.

2. Dalam penyusunan sebuah kontrak harus memperhatikan sayarat-syarat

dalam perancangan kontrak, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-

undang dan dibuat oleh orang yang cakap, berwenang dan professional.

3. Dalam melakukan perjanjian, pada tahap awal negosiasi agar menyiapkan

draf kontrak yang sebelumnya telah dirancang dan dianaliasa dengan baik

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29876/2/Chapter III-V.pdf · Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu sementara

oleh perancang kontrak. Sehingga jika sudah waktunya dapat dipergunakan

dan memberikan kepastian hukum terhadap transaksi bisnis yang dilakukan.

4. Perancang kontrak dalam menyusun dan menganalisa kontrak harus

menyiapkan langka-langkah antisipasi terhadap persoalan hukum yang bakal

timbul terhadap perjanjian yang telah dituangkan dalam sebuah kontrak

dengan melakukan perumuskan secara cermat, tepat dan benar terhadap

format kontrak yang hendak dirancang serta ketelitian yang tinggi dalam

merumuskan pasal-pasal kontrak.

Universitas Sumatera Utara