BAB III PEMBAHASAN.doc
description
Transcript of BAB III PEMBAHASAN.doc
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Persiapan Bahan
Persiapan sampel merupakan tahap awal dalam pembahasan. Sampel yang
tersedia dibagi dalam tiga kelompok yaitu : batubara, serbuk jarak, dan serbuk
kayu. Ketiga sampel ini merupakan bahan baku utama. Disamping itu terdapat
pula bahan baku tambahan yakni tepung tapioka, lempung, soda api (NaOH) dan
air (Tabel 3.1).
3.2 Komposisi Briket Batubara
3.2.1. Briket batubara alami Pabrik
Adapun komposisi briket batubara yang dipakai pada Pabrik
Pengolahan Briket Batubara terdiri dari 100% batubara dan bahan penunjang
lainnya. Berikut ini adalah komposisi yang digunakan oleh pbrik briket
batubara untuk satu kali mixer:
Tabel 3.1 Bahan Baku Utama & Bahan Baku Tambahan Briket Batubara
Komposisi Jumlah (Kg)
Batubara 165
Tepung Tapioka 10
Lempung 8
Soda Api 1
Setelah kering mengalami susut 15 – 20 %
37
3.2.2. Briket Bio-Batubara (campuran)
Terdiri dari bahan baku utama (batubara, serbuk jarak, dan serbuk kayu)
dan bahan penunjang lainnya. Komposisi yang dibuat untuk mendapatkan
briket batubara yang tidak berasap dan berbau adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Bahan Baku Utama & Bahan Baku Tambahan Briket Bio-
Batubara
Komposisi (Kg)
No. Sampel Batubara Biji
JarakSerbukKayu
TepungTapioka Lempung Soda
Api Air
A 10 1 1 ± 0,4 ± 0,6 ± ± 0,3 LB 10 1 1 ± 0,4 ± 0,6 ± 0,05 ± 2 LC 10 2 1 ± 0,3 ± 0,6 ± ± 2,5 LD 10 3 1 ± 0,4 ± 0,8 ± 0,05 ± 2 LE 10 1 2 ± 0,4 ± 0,8 ± 0,05 ± 2 L
(Sumber : Majalah PT. Bukit Asam)
3.3 Sampel Bahan Baku Briket
3.3.1. Sampel Batubara
Bahan baku utama adalah batubara yang berbutir halus (2,5 mm).
38
Gambar 3.1 Batubara dengan ukuran butir 2,5 mm
3.3.2. Sampel Serbuk Jarak
Biji jarak sebagai bahan baku briket memilki ukuran ±2,5 mm.
Gambar 3.2 Biji Jarak dengan ukuran ± 2,5 mm
3.3.3. Sampel Serbuk Kayu
Sampel serbuk kayu yang dimaksud adalah sekam kayu yang sudah
dihaluskan (±25 mm). Untuk memudahkan, maka diambil bubuk serbuk yang
sudah dihaluskan
39
. Gambar 3.3 Serbuk kayu dengan ukuran ± 2,5 mm
3.4. Pembuatan Briket Bio-Batubara
3.4.1 Persiapan Bahan dan Peralatan Briket
Pembuatan briket bio-batubara mengikuti prosedur sebagai berikut :
1. Siapkan sampel bahan baku :
a. Batubara yang sudah digerus dengan ukuran butir kurang dari <2,55 mm
b. Biji jarak yang sudah dihancurkan
c. Serbuk kayu yang sudah dihaluskan
2. Siapkan bahan penunjang Tepung Tapioka, Lempung, Soda Api dan Air.
3. Alat pencetak briket (mollding roll).
3.4.2. Pencampuran dan Pembriketan
Prosedur pembuatan briket saling tergantung pada persiapan bahan dan
peralatan, juga tergantung pada kelompok sampel yang dibuat. Sesuai tabel 3.1,
diambil contoh briket yang dibuat adalah sampel B. Adapun prosedur
pembuatan briket komposisi B adalah sebagai berikut :
40
1. Timbang batubara halus seberat 10 Kg, kemudian simpan di dalam
wadah pencampuran.
2. Timbang serbuk jarak yang sudah dihancurkan seberat 1 Kg kemudian
campurkan ke wadah yang sudah berisi batubara halus dan sekam kayu.
3. Timbang serbuk kayu seberat 1 Kg kemudian masukan ke dalam wadah
pencampuran yang sudah berisi batubara halus.
4. Timbang tepung tapioka sebanyak 0,4 Kg kemudian campurkan
kewadah yang sudah berisi batubara halus, sekam kayu dan jarak.
5. Timbang lempung seberat 0,6 Kg kemudian campurkan kewadah yang
sudah berisi batubara halus, sekam kayu, jarak dan tepung tapioka.
6. Timbang soda api sebanyak 0,05 Kg
7. Takar air sebanyak 2 Ltr dan masukkan kedalam ember
8. Campur ketiga bahan baku utama batubara, serbuk jarak dan serbuk
kayu yang telah ditimbang tadi hingga tercampur secara merata
9. Setelah bahan baku utama tercampur merata, masukkan lempung dan
tapioka kemudian di campur lagi hingga semua bahan menyatu
10. Masukkan soda api kedalam ember yang berisi air sebanyak 2 ltr tadi
kemudian di aduk hingga rata
11. Setelah air dan soda api tercampur rata, siramkan ke campuran
batubara, serbuk jarak, serbuk kayu, lempung dan tapioka tadi lalu
aduk hingga merata sampai campurannya menyatu menjadi adonan
briket
12. Cetak adonan briket dengan menggunakan pencetak briket (molding
roll) yang tersedia di pabrik briket tersebut
41
13. Briket yang masih basah dikeringkan di panas matahari selama 1-2 hari
sehingga betul-betul kering atau dalam oven selama 2 hari dalam suhu
300C -500C bila cuaca mendung.
14. Briket yang sudah kering dimasukkan ke dalam karung dan diberi label
; No. sampel dan komposisinya agar sampel tidak tertukar.
3.4.3. Pengeringan Briket
Setelah briket selesai dibuat, maka dilanjutkan dengan kegiatan
pengeringan. Pengerigan dilakukan selama satu sampai dua hari dengan
menggunakan sinar matahari langsung jika bukan hari penghujan. Atau dengan
menggunakan oven atau mesin pengering jika hari penghujan (diperkirakan
kadar air briket dibawah 5%).
42
Gambar 3.4 Proses Penjemuran Briket Batubara
3.4.4. Pengepakan Briket
Setelah proses pengolahan dan penjemuran briket selesai, maka proses
selanjutnya adalah pengepakan yaitu dilakukan dengan cara menyimpan briket
tersebut kedalam karung agar kelembabannya tetap terkontrol tidak mengalami
perubahan kelembaban dan mudah untuk dipindah-pindahkan, tidak mengalami
kerusakan atau pecah-pecah selama penyimpanan dalam gudang maupun
selama dalam perjalanan ke area distribusi.
Biasanya briket yang dikemas dalam karung tersebut sebanyak 25 Kg
perkarungnya yang selanjutnya siap untuk dipasarkan.
3.4.5. Uji Pembakaran Briket
Sebelum melakukan uji pembakaran, maka terlebih dahulu dilakukan
persiapan Alat dan Bahan yaitu sebagai berikut:
43
Gambar 3.5 Alat yang digunakan dalam Uji Pembakaran Briket
1. Dapur uji (dapo/tungku pembakaran) yang terbuat dari campuran abu sekam
padi dan tanah liat.
2. Termometer kecil untuk mengukur suhu ruangan
3. Termometer besar untuk mengukur suhu dalam tungku pembakaran pada saat
briket dibakar.
4. Gelas ukur 100 ml atau gelas kimia 50 ml sebagai tempat menyimpan minyak
tanah agar dapat diketahui berapa banyak minyak tanah yang terpakai sebagai
pemicu awal pembakaran briket.
5. Penjepit besi digunakan untuk menyimpan briket kedalam tungku
pembakaran.
6. Pengukur panjang lidah api digunakan untuk mengukur berapa oanjang lidah
api selama proses uji pembakaran berlangsung.
7. Korek api digunakan untuk menyalakan briket yang telah direndam kedalam
minyak tanah.
8. Kuas digunakan untuk membersikan abu sisa pemabakaran briket dalam
proses uji pembakaran yang kemudian akan ditimbang berapa berat abu
tersebut.
Prosedur pengukuran/ pengujian pembakaran briket disusun sebagai berikut :
1. Siapkan dapur uji (unggun tetap) dengan perlengkapan; kisi-kisi dan
termometer besar.
2. Briket yang sudah dikeringkan diambil (24–25 buah) sesuai besar briket
yang akan dibakar, kemudian di timbang.
44
3. Masukkan briket ke dalam tungku unggun tetap dengan pola teratur
dengan susunan 3 susun briket
4. Ukur suhu awal berupa suhu lingkungan dan suhu dapur.
5. Buat format batas pengukuran yang menunjukkan klasifikasi briket yang
dibakar, waktu pembakaran, panjang lidah api dan suhu pembakaran.
6. Siram 2–4 buah briket dengan minyak tanah sebagai pemicu pembakaran.
7. Briket yang sudah disiram (2–4 buah) ditempatkan pada bagian tengah dan
dibakar. Pengambilan gambar dilakukan baik untuk melihat api secara
horizontal maupun melihat briket yang terbakar secara vertikal.
8. Catat beberapa indikator pembakaran setiap lima menit berupa : suhu yang
ditunjukkan oleh termometer, warna lidah api, tinggi lidah api, warna asap,
bau asap (berbau sulfur atau bau asap saja), perlu/tidaknya penggunaan
blower untuk memudahkan penyalaan, suhu pembakaran.
9. Buat grafik yang menunjukkan hubungan suhu pembakaran terhadap
waktu pembakaran.
3.4.6. Prosedur Analisa Data Hasil Pembakaran Briket
Setelah dilakukan pendataan terhadap hasil pembakaran briket, maka
dilakukan analisa terhadap kharakteristik pada setiap kelompok sampel briket.
Adapun sistematika analisa data mencakup hal-hal berikut ini:
1. Pembuatan Grafik distribusi perubahan suhu, baik suhu awal pembakaran,
maupun suhu akhir pembakaran.
2. Pembuatan Grafik Trend Linier yang menggambarkan korelasi antara waktu
pembakaran dan suhu pembakaran. Waktu awal pembakaran mulai dari
45
waktu ke-0 sampai waktu ketika suhu maksimal dari pembakaran briket
tercapai. Sedangkan waktu akhir pembakaran adalah waktu setelah suhu
maksimal pembakaran sampai suhu pembakaran minimal.
3. Penilaian terhadap efektifitas pembakaran briket tergantung pada waktu
pembakaran yang lama dan suhu pembakaran yang tertinggi.
4. Penilaian yang lain adalah terhadap kharakteristik pembakaran yang lain
termasuk perbandingan pemakaian sejumlah minyak tanah terhadap berat
briket, abu terhadap berat briket.
5. Pembuatan Tabel kompilasi dan grafik dari setiap sampel mencakup jumlah
briket yang digunakan, volume minyak tanah yang terpakai, berat briket dan
abu hasil pembakarannya, nisbah abu terhadap berat briket dan nisbah volume
minyak tanah terhadap berat briket.
6. Penilaian terhadap aplikasi dimana akan diperhubungkan dengan kondisi riil
baik dari aspek efektivitas kegunaan briket, maupun aspek pemanfaatannya
berdasarkan kemudahan dan kemurahan dari briket tersebut.
46
3.5 Data Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu
Pembakaran Briket
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan data
percobaan dari 4 sampel yang diinterpretasikan dalam bentuk grafik yang
menggambarkan distribusi suhu ruang bakar unggun tetap terhadap waktu
pembakaran briket sebagai berikut:
3.5.1 Data Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu Pembakaran
Sampel A
Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu Pembakaran Briket (A)
0
50
100
150
200
250
300
350
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (menit)
Suhu
Pem
baka
ran
Sample A
Gambar 3.6. Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun terhadap Waktu Pada Pembakaran Briket A
47
Dari hasil pembakaran, sample A dengan komposisi 100 % Batubara.
Memiliki suhu pembakaran tertinggi 310oC pada menit ke 60 dengan lama
pembakaran 115 menit, dengan perubahan suhu yang relatif konstan.
3.5.2 Data Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu Pembakaran
Sample B
Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu Pembakaran Briket (B)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (menit)
Suhu
Pem
baka
ran
Sample B
Gambar 3.7 Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun terhadap
Waktu Pada Pembakaran Briket B
Dari hasil pembakaran sample B dengan komposisi 10 Kg Batubara, 1 Kg
Jarak, dan 1 Kg Sekam Kayu. Memiliki suhu pembakaran tertinggi 390oC pada
menit ke 30 dengan lama pembakaran 115 menit, dengan perubahan suhu yang
relatif konstan.
48
3.5.3 Data Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu Pembakaran
Sample C
Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu Pembakaran Briket (C)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (menit)
Suhu
Pem
baka
ran
Sample C
Gambar 3.8 Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun terhadap
Waktu Pada Pembakaran Briket C
Dari hasil pembakaran, sample C dengan komposisi 10 Kg Batubara, 2 Kg
Jarak, 1 Kg sekam Kayu. Memiliki suhu pembakaran tertinggi 420oC pada menit
ke 40 dengan lama pembakaran 115 menit, dengan perubahan suhu yang relatif
konstan.
49
3.5.4 Data Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu Pembakaran
Sample D
Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu Pembakaran Briket (D)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (menit)
Suhu
Pem
baka
ran
Sample D
Gambar 3.9 Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun terhadap
Waktu Pada Pembakaran Briket D
Dari hasil pembakaran, sample D dengan komposisi 10 Kg Batubara, 3 Kg
Jarak, 1 Kg Sekam kayu. Memiliki suhu pembakaran tertinggi 420oC pada menit
ke 30 dengan lama pembakaran 120 menit, dengan perubahan suhu yang relatif
konstan.
50
3.5.5 Data Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu Pembakaran
Sample E
Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu Pembakaran Briket (E)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (menit)
Suhu
Pem
baka
ran
Sample E
Gambar 3.10 Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun terhadap
Waktu Pada Pembakaran Briket E
Dari hasil pembakaran, sample E dengan komposisi 10 Kg Batubara, 1 Kg
Jarak, 2 Kg Sekam kayu. Memiliki suhu pembakaran tertinggi 380oC pada menit
ke 35 dan 40 dengan lama pembakaran 120 menit, dengan perubahan suhu yang
relatif konstan.
51
3.6 Pengaruh Perlakuan Pada Produksi Briket
Pengaruh perlakuan pada briket, hal ini sangatlah penting pada proses
pengolahan, mengingat karena dalam batubara halus tersebut terkandung 59-79%
vitrinite, sedangkan yang lainnya adalah liptinit dan mineral matter dan juga
batubara banyak mengandung zat terbang.
3.6.1 Pengaruh Jumlah Bahan Perekat (Molas)
Molas sebagai bahan perekat ada dalam bentuk cair sehingga dapat menyebar
lebih mudah. Pada jumlah molas yang sedikit akan menimbulkan kekuatan briket
yang tidak merata dan cenderung rendah. Akan tetapi, bila molas terlalu rendah
selain dapat menimbulkan kalor rendah juga dapat menimbulkan cacat keping.
Adapun pengaruh dari tepung tapioka pada pembuatan briket batubara adalah
sebagai bahan pengikat dalam bentuk cair sehingga dapat menyebar lebih mudah.
Jumlah bahan pengikat lebih sedikit akan menimbulkan kekuatan briket tidak
merata dan cenderung rendah. Akan tetapi, jika bahan pengikat lebih banyak maka
akan menimbulkan selain kalorinya menjadi rendah dapat pulah menimbulkan
cacat Capping. Pengaruh soda api (NaOH) pada pembuatan briket batubara cair,
sebagai pemanas tapioka sehingga tapioka dapat larut dengan baik dan dapat
berfungsi sebagai bahan perekat (pengikat). Sedangkan lempung sebagai bahan
tambahan dan dapat berfungsi juga sebagai bahan pengikat , dalam penggunaan
lempung jangan terlalu banyak karena akan menurunkan nilai kalori dari pada
briket dan banyak memberikan kesempatan pada zat terbang.
52
3.6.2 Pengaruh Jumlah Serbuk Kayu dan Biji Jarak
Pengaruh penambahan biomasa serbuk kayu pada bahan baku briket sebesar
30% akan memberikan kharakteristik pembakaran yang baik yaitu relatif tidak
berasap dan dicapainya temperatur tetap sekitar 350ºC dalam waktu 65 menit
(Parulian Sinaga, 1989; Djamhur Sule, 2005). Dengan demikian, teknik
pembriketan cara bio-batubara berpotensial untuk meningkatkan mutu briket
diantaranya dengan penggunaan biomasa serbuk kayu sebagai bahan campuran
briket bio-batubara. Selanjutnya, diharapkan dapat menjadi komoditas untuk
bahan baku alternatif pengganti minyak tanah yang harga jualnya relatif diatas
45% dibandingkan harga briket batubara (BPPT, 2007)
Hubungan antara penambahan biomasa terhadap kekutan briket salah
satunnya dapat diketahui dengan penambahan serbuk gergaji/serbuk kayu sampai
30% di mana dapat menghasilkan kekuatan 175 kg/cm2 menunjukkan
kecenderungan yang masih terus meningkatkan kekuatan briket dengan komposisi
bahan pengikat kanji antara 0 sampai 10% (Wiku Padmonobo, 1989).
Apabila menggunakan biomasa serbuk kayu pinus, akan menghasilkan kuat
tekan yang tinggi yaitu di atas 30 kg/cm2 dan disarankan dapat digunakan sebagai
bahan bakar pada rumah tangga sebab temperatur nyala yang rendah dan stabil.
Sebaliknya, apabila menggunakan biomasa dari serbuk kayu jati, mahoni, dan
albasiah, umumnya memberikan percepatan kenaikan temperatur yang signifikan
sehingga disarankan penggunaannya pada lingkungan industri kecil (PPTMB,
2005).
Selain itu pemanfaatan biomasa biji jarak sebagai pengicu atau penyalak
alternatif yang berfungsi untuk mempermudah proses pembakaran briket batubara
53
dan dapat meningkatkan kalori pembakaran yang disebabkan oleh kandungan
minyak nabati dalam biji jarak tersebut. Kemungkinan penggunaan bijih jarak ini
dapat dipadukan dengan memanfaatkan serbuk kayu yang umumnya hanya
terbuang saja dan diharapkan dapat dimanfaatkan keberadaannya yang fungsinya
juga berguna untuk mengurangi asap hitam.
3.6.3 Usaha Penanganan Asap
Usaha penanganan asap pada proses pembakaran briket batubara sangatlah
diperhatikan. Hal ini disebabkan, karena mengingat batubara banyak mengandung
zat terbang dan banyak juga mengandung unsur karbon (C), maka dengan
demikian diperlukan penelitian lanjut untuk dapat mengidentifikasi secara
kuantitatif macam gas hasil pembakaran serta efektifitas hasil pembakarannya.
3.6.4 Perbandingan Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu
Pembakaran Briket Batubara
Distribusi suhu ruang bakar terhadap waktu pembakaran menunjukkan
seberapa besar suhu pembakaran yang berlangsung, baik pada waktu pembakaran
awal saat mulai sampai suhu maksimal tercapai, maupun waktu pembakaran akhir
saat suhu maksimal sampai suhu akhir yang mengalami penurunan secara
kontinyu.
3.6.5 Distribusi Suhu Ruang Bakar Terhadap Waktu Pembakaran
Distribusi suhu ruang bakar terhadap waktu pembakaran menunjukkan
seberapa besar suhu pembakaran yang berlangsung, baik pada waktu pembakaran
awal saat mulai sampai suhu maksimal tercapai, maupun waktu pembakaran akhir
saat suhu maksimal sampai suhu akhir yang mengalami penurunan secara
kontinyu.
54
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada 5 sampel dengan komposisi
yang berbeda, maka didapatkan variasi data yang berbeda-beda, tergantung dari
komposisi sampel.
Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Tetap terhadap Waktu Pembakaran Briket (A, B, C, D, E)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (menit)
Suhu
Pem
baka
ran
Sample A
Sample B
Sample C
Sample D
Sample E
Gambar 3.11 Grafik Distribusi Suhu Ruang Bakar Unggun Terhadap Waktu
Pada Pembakaran Briket A, B, C, D, dan E
Dalam gambar 3.11, briket yang dibakar memiliki 5 variasi komposisi
Batubara, Jarak, dan Sekam Kayu. Briket tersebut mencakup briket A, B, C, D,
dan E dengan komposisi masing-masing:
«1» Sampel A (100 % Batubara). «2» Sampel B (10 BB / 1 J / 1 SK). «3» Sampel
C (10 BB / 2 J / 1 SK). «4»Sampel D (10 BB / 3 J / 1 SK). «5» Sampel E (10 BB /
1 J / 2 SK).
Pada pembakaran briket batubara skala pabrik dengan komposisi bahan baku
utama batubara 100% memiliki perlakuan (karakteristik) agak susah terbakar,
55
dimana api susah dirambatkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 5.1 (data
distribusi suhu ruang bakar terhadap waktu pembakaran briket batubara sampel A,
B, C, D, dan E), dimana diperoleh suhu tertinggi 310ºC yang terjadi pada menit ke
60.
Dari hasil pembakaran, sampel D dan C memiliki suhu pembakaran
tertinggi 420oC dengan waktu pembakaran yang relatif cepat yaitu masing-masing
pada menit ke 30 dan 40. Kemudian berturut-turut sampel B, E dan A yang
memiliki suhu pembakaran tertinggi masing-masing hanya 390 oC pada menit ke
30 ; 380 oC pada menit ke 35 dan 40 ; 310 oC pada menit ke 60.
56