BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.doc

13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pada umumnya hasil yang di dapat dari studi kelayakan tapak pembangunan PLTN di daerah penelitian merupakan gabungan dari beberapa analisa yang dilakukan tim di lapangan mulai dari pengamatan citra landsat secara regional, pengamatan singkapan batuan secara megaskopis, geokimia ditambah studi literatur dari beberapa penulis serta badan yang terkait di dalamnya. Oleh karenanya, penulis ingin menjabarkan hasil yang telah dirinci ke dalam bentuk tabel, penjelasan dan gambar sebagai berikut Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A 410008022 36

Transcript of BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.doc

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pada umumnya hasil yang di dapat dari studi kelayakan tapak

pembangunan PLTN di daerah penelitian merupakan gabungan dari beberapa

analisa yang dilakukan tim di lapangan mulai dari pengamatan citra landsat secara

regional, pengamatan singkapan batuan secara megaskopis, geokimia ditambah

studi literatur dari beberapa penulis serta badan yang terkait di dalamnya. Oleh

karenanya, penulis ingin menjabarkan hasil yang telah dirinci ke dalam bentuk

tabel, penjelasan dan gambar sebagai berikut

Gambar 3.1 Kenampakan Foto Regional Daerah Penelitian

Dari gambar tersebut bisa dilihat bahwa untuk menunjang pembangunan

PLTN di Bangka Belitung dilakukan pengamatan tidak hanya di lokasi penelitian

namun juga dilakukan di daerah provinsi Lampung sampai ke Banten. Karena

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 36

untuk membangun sebuah tapak PLTN, studi kelayakan gunung api merupakan

hal yang krusial yang memang harus dipertimbangkan agar ke depannya tapak

yang telah jadi bisa dipakai untuk jangka waktu yang lama.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk pembangunan sebuah

tapak PLTN, perlu dilakukan banyak analisa yang tidak hanya dilakukan di daerah

tempat dibangunnya tapak tersebut, namun daerah sekitar sampai dengan jarak

500 km tetap harus dipertimbangkan dari banyak aspek termasuk segi gunung

apinya.

3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

Bentang alam berupa perbukitan bergelombang lemah-menengah, landai-

agak terjal, secara umum disusun oleh batuan yang mempunyai resistensi tinggi

dan memperlihatkan bentuk struktur yang cukup jelas. Beberapa kenampakan

memperlihatkan gawir teratur.

Lokasi bentang alam ini diambil di dekat Formasi Granit Klabat dan

Formasi Tanjung Genting namun tidak memperlihatkan adanya singkapan segar.

Pengamatan bentang alam tersebut merupakan sisa penambangan timah di yang

berlokasi di Daerah Bangka Barat tepatnya di Gunung Kelumpang.

Memperlihatkan bentukan denudasional yang jelas. Faktor utama pengontrol

daerah ini adalah proses denudasional yang intensif, yakni proses pelapukan dan

erosional.

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 37

Gambar 3.2 Kenampakan bentang alam daerah tinggian di Bangka Barat (G. Kelumpang) yangdisusun oleh batuan beku granit.. (Formasi Granit Klabat, LP. 32 )

3.1.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari 1 formasi berdasarkan pada ciri fisik

litologi yang dapat diamati di lapangan dan mengacu pada geologi regional daerah

penelitian. Ciri-ciri litologi meliputi jenis batuan, keseragaman gejala geologi,

kombinasi jenis batuan dan gejala-gejala lain di lapangan.

Formasi ini merupakan intrusi yang menerobos Formasi Tanjung Genting

dan berumur Trias Akhir dimana tersusun atas Granit biotit, Granodiorit dan

Granit Geneisan. Granit biotit mempunyai warna agak kelabu, tekstur porfiritik

dengan butiran kristal sedang – kasar. Formasi ini didominasi oleh Granit,

sehingga berdasarkan pada Sandi Stratigrafi Indonesia (1996), maka satuan ini

diberi nama Formasi Granit Klabat. Formasi ini menutupi 35,5% dari total area di

Bangka Belitung dimana penyebarannya berarah barat – timur.

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 38

Gambar 3.3 Kenampakan singkapan Granit Klabat di Daerah Muntok

3.1.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian dapat diinterpretasikan

berdasarkan pada pengamatan dan pengkajian peta geologi regional; interpretrasi

peta topografi. Katili (1968), mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan

sedimen di Bangka Utara terdapat adanya perlipatan silang akibat dua deformasi

perbadaan. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-

tenggara, orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua dan

setelah itu terjadi deformasi yang membentuk lipatan NW-SE.

Gambar 3.4 Kenampakan Sesar Regional Bangka Belitung (Terdapat di Lampiran)

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 39

3.1.4 Tabel Geokimia Daerah Penelitian

Data geokimia diambil di daerah penelitian dengan memfokuskan pada

area yang menghasilkan air panas dan gas. Untuk tabelnya bisa dilihat di

lampiran.

Tabel 3.1 Hasil analisis kimia air dan gas di empatlokasi air panas, Pulau Bangka.

3.2 Pembahasan

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 40

Dari data yang telah dikaji bisa diambil beberapa analisa bahwa daerah

Bangka Belitung bisa dijadikan tempat untuk pembangunan tapak PLTN.

Pertama, dari data Geomorfologi memperlihatkan daerah yang cukup datar

walaupun agak sedikit bergelombang di beberapa lokasi. Kedua, dari data litologi

yang didapat di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian besar area Bangka

Belitung tersusun oleh batupasir dan granit dimana batuan tersebut cukup resisten

untuk pembangunan tapak PLTN. Ketiga, dari data struktur geologi di lapangan

memperlihatkan adanya sejumlah kekar dan sesar dengan arah cenderung utara –

selatan namun masih cukup aman dibanding provinsi lain yang sangat terpengaruh

oleh sesar – sesar utama seperti sesar semangko yang membentang dari ujung

utara sampai selatan pulau Sumatera. Dan yang terpenting yaitu aspek vulkanologi

daerah tersebut. Dari data vulkanologi yang telah dianalisa dari segi interval

letusannya berdasarkan tipe A ( paling tidak pernah meletus sekali dari tahun

1600) ,B ( tidak pernah meletus sejak tahun 1600) dan C ( letusannya tak terekam

dalam sejarah) mulai dari provinsi Lampung dan Sumatera Selatan terlihat bahwa

tipe gunung gunung berapi tersebut lebih didominasi oleh tipe B sedangkan utnuk

tipe A hanya sekitar 9 – 10 jumlahnya artinya daerah Bangka Belitung bisa

dibilang aman untuk pembangunan tapak PLTN dibandingkan dengan Jawa dan

Indonesia Timur. Selain itu juga dilakukan sampling air panas ( hot spring) dan

gas dilakukan di empat lokasi yang berbeda. Dua lokasi di Kabupaten Bangka

Selatan yaitu di Desa Permis dan di Desa Nyelanding, satu lokasi di Kabupaten

Bangka yaitu di Desa Pemali, dan satu lokasi di Kabupaten Bangka Barat yaitu di

Desa Dendang. Tampak juga di gambar, bahwa tiga lokasi munculnya fenomena

air panas relatif jauh dari rencana tapak PLTN, kecuali lokasi di Desa Permis,

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 41

Bangka Selatan. Proses identifikasi kandungan major gas: CO, CO2, H2S dan SO2

secara kualitatif serta pengukuran konsentrasi, pengukuran temperature dan pH air

panas, pengambilan contoh gas untuk analisis major gas yang inert: H2, O2, Ar, N2

dan CH4 dan pengambilan contoh air panas dan gas untuk analisis di laboratorium

dilakukan oleh tim Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.

Berdasarkan hal itulah, perlakuan di setiap lokasi pengukuran dan

pengambilan contoh berbeda – beda, tergantung mudah tidaknya lokasi tersebut

dijangkau atau bisa juga seberapa banyak keluarnya gelembung air/gas di daerah

penelitian serta dapat dijangkau secara aman. Hasil analisis kimia air dan gas di

empat lokasi seperti tampak pada lampiran.

Gambar 3.5 Lokasi pengukuran dan pengambilan contoh air panas dan gas di daerah penelitian Pulau Bangka

Peralatan yang digunakan di lapangan untuk pengambilan air panas

meliputi: Thermocouple, dan pH meter, untuk pengambilan gas meliputi: Multi

gas Detector Drager AM-7000 dengan sensor: CO, CO2, CH4, O2, H2S; pompa

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 42

Kitagawa; Tube Gas Detector CO, CO, CO2, CH4, O2, H2S dengan berbagai

ukuran, dan tabung vaccum. Untuk hasil analisis kimia air di semua lokasi

munculnya air panas menunjukkan unsur – unsur yang umum atau normal

dijumpai di dalam batuan maupun tanah, suhu air panas di semua lokasi kurang

dari 50oC, pH netral, sedangkan analisis kimia gas hanya dilakukan di dua lokasi

yaitu di Desa Nyelanding dan Pemali, karena di lokasi yang lain tidak

menghasilkan gas di dalam air panasnya.

Tampak kandungan major gas CO2 hanya teridentifikasi di Desa

Nyelanding, hal ini menunjuk pada komposisi batuan yang agak berbeda atau

adanya reaksi kimia air di sekitar sumber air panas dibandingkan lokasi lain, di

samping itu, major gas yang tidak larut dalam air (inert) yang dijumpai di Desa

Nyelanding dan Pemali menunjukkan adanya kandungan gas tersebut di dalam

batuan atau tanahnya. Adanya kandungan gas inert ini menggambarkan adanya

proses degassing dari dalam batuan atau tanah sehingga menghasilkan gelembung

udara di dalam air. Jika kita menganalogikan dengan kehidupan sehari-hari dapat

diambil contoh seperti dengan proses yang terjadi pada waktu kita masak air,

bilamana air telah panas maka muncul gelembung air. Secara umum, kegiatan

fumarola/solfatara di daerah gunung api melepaskan berbagai jenis gas di

antaranya CO2, CO, HCl, SO2, H2S, HF, HBr, NH3, CH4, H3BO3, dan N2. Salah

satu kesimpulan yang dapat kita ambil dari lokasi penemuan air panas dan gas

adalah bilamana dibandingkan dengan hasil analisis kimia gas di atas, maka angka

– angka tersebut tidak ada yang ekstrim memperlihatkan adanya konsentrasi gas

asal magma atau gunung api yang signifikan. Semua hal tersebut tidak terkait

dengan keberadaan tubuh gunung api maupun fenomena yang menyertainya.

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 43

Jadi ,bisa dibilang areal tersebut aman dan menunggu dukungan dari pemerintah

provinsi tetangga seperti Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Jawa Barat

adalah salah satu hal yang penting untuk langkah awal. Berikut Gambar 3.6

menunjukkan lokasi pengambilan sampel air panas dan gas.

Gambar 3.6 Proses pengukuran dan pengambilan data kimia air panas dan kimia gas di lapangan, Pulau Bangka. A. Desa Permis, B. DesaNyelanding, C. Desa Pemali, dan D. Desa Dendang.

Seminar Geologi – Eka Zulfikar.A410008022 44