BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

41
99 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Dalam mendirikan usaha tempat hiburan karaoke di Salatiga, harus melalui prosedur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan. Dengan memiliki izin Karaoke 83 ,yang termasuk dalam perizinan bidang wisata yang dikeluarkan melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM) Kota Salatiga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga. Formulir Izin pendirian tempat usaha karaoke tersebut diakses dan didapat oleh melalui situs BPPT dan PM secara resmi di http://bpptpm.pemkot-salatiga.go.id/LayananPerizinan.php . Setelah di isi sesuai kelengkapan dan kepentingan yang diperlukan lalu diserahkan ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM) sebagai Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang melaksanakan kegiatan penyelenggaraan perizinan yang proses 83 Izin Karaoke adalah izin untuk membuka usaha komersial yang menyediakan jasa pelayanan untuk menyanyi dan diiringi dengan alat musik. Pasal 1 angka 42 peraturan walikota tentang pelimpahan Sebagian kewenangan pengelolaan Perizinan secara terpadu satu pintu.

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

99

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Dalam mendirikan usaha tempat hiburan karaoke di Salatiga,

harus melalui prosedur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pelayanan Perizinan. Dengan memiliki izin Karaoke83

,yang termasuk

dalam perizinan bidang wisata yang dikeluarkan melalui Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM)

Kota Salatiga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah

Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.

Formulir Izin pendirian tempat usaha karaoke tersebut diakses

dan didapat oleh melalui situs BPPT dan PM secara resmi di

http://bpptpm.pemkot-salatiga.go.id/LayananPerizinan.php. Setelah di

isi sesuai kelengkapan dan kepentingan yang diperlukan lalu diserahkan

ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT

dan PM) sebagai Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

yang melaksanakan kegiatan penyelenggaraan perizinan yang proses

83

Izin Karaoke adalah izin untuk membuka usaha komersial yang menyediakan jasa

pelayanan untuk menyanyi dan diiringi dengan alat musik. Pasal 1 angka 42 peraturan

walikota tentang pelimpahan Sebagian kewenangan pengelolaan Perizinan secara

terpadu satu pintu.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

100

pengelolaannnya mulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya

dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu tempat84

.

Dari data yang penulis kumpulkan dengan teknik wawancara

dengan pihak Pengusaha Karaoke di Kota Salatiga dan kafe yang

memiliki ijin lisensi dengan KCI wilayah Jawa Tengah sebenarnya

sudah banyak, namun ketika perjanjian yang hanya berlaku satu tahun

mereka tidak memperpanjang lagi perjanjian tersebut. Berikut hasil

penelitian penulis di tempat karaoke Salatiga yang menjadi objek

penelitian :

Tabel 3

Kafe dan Tempat Karaoke di Salatiga

No Nama Kafe dan

Tempat Karaoke Alamat

Keterangan ( Berlisensi

mengumumkan,

menyiarkan,memutar,atau

memainkan musik/Tidak)

1 Ratna Kafe n

Karaoke

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

2 Ratna 2

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

3 Amidis

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

4 Gold Cafe & Karaoke Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

84

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM) kota

Salatiga, http://bpptpm.pemkot-salatiga.go.id di akses tanggal 01 september 2013

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

101

No Nama Kafe dan

Tempat Karaoke Alamat

Keterangan ( Berlisensi

mengumumkan,

menyiarkan,memutar,atau

memainkan musik/Tidak)

Salatiga diperpanjang (Daluwarsa)

5 Idola Cafe & Karaoke

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

6 Chie Cafe dan

Karaoke

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

7 Kafe Sakura

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

8 Rejo 2 Cafe &

Karaoke

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

9 Prameswari Cafe dan

Karaoke

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

10 Mini 3 Karaoke

Sarirejo RW IX

Kec. Sidorejo

Salatiga

Berlisensi, waktu

perjanjian sudah tidak

diperpanjang (Daluwarsa)

11 D’Jozz Karaoke

Jl. Diponegoro

Kompleks Ruko

Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

12 Wahid Family

Karaoke

Jl. Jendral

Sudirman Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

102

No

Nama Kafe dan

Tempat Karaoke

Alamat

Keterangan ( Berlisensi

mengumumkan,

menyiarkan,memutar,atau

memainkan musik/Tidak)

13 Happy Puppy

Karaoke

Jl. Diponegoro

No.77L

Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

14 Zensho Karaoke

Jl. Jend sudirman

92-93, Atrium

lantai 2 Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

15 Mr. Locus Family

Karaoke

Jl. Sukowati No.

19

Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

16 Zone Musik Jl.Veteran

Salatiga

Berlisensi, jangka waktu

masih berlaku

Sumber: wawancara penulis dengan tempat kafe dan karaoke di Salatiga

Dari hasil penelitian tersebut Penulis akan mendeskripsikan

bahwa ke-16 tempat karaoke tersebut menggunakan player musik

berbentuk hard disc dengan kapasitas rata-rata yang dimiliki adalah

terabyte. Dengan jumlah lagu pada masing-masing tempat karaoke

tentulah berbeda. Tentunya tempat-tempat karaoke ini mengakui bahwa

mereka telah memperoleh ijin/sertifikat pengalihan hak atas lagu yang

terdapat pada server mereka85

. Tapi dari hasil penelitian penulis

menemukan bahwa ada tempat karaoke yang sertifikat lisensi untuk

kegiatan mengumumkan, menyiarkan, memutar atau, memainkan musik

telah daluwarsa.

85

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara penulis dengan pemilik atau pengelola

kafe dan tempat karaoke di Salatiga yang menjadi objek penelitian

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

103

Selain mengumumkan, penelitian ini membuktikan bahwa

tempat karaoke juga melakukan penggandaan atau perbanyakan terhadap

materi ciptaan yang telah memperoleh hak cipta 86

. Rumah bernyanyi

karaoke membeli lagu yang kemudian lagu tersebut dikopi ke server atau

player musik milik mereka. Menurut penulis hal ini dapat dikategorikan

sebagai bentuk pelanggaran hak cipta karena lisensi yang diperoleh oleh

rumah bernyanyi karaoke hanyalah hak untuk mengumumkan bukan

untuk memperbanyak atau menggandakan materi hak cipta.

Beberapa video yang pernah responden dan/atau penulis

temukan di tempat karaoke juga ada yang tidak sesuai dengan video

yang seringnya dilihat di TV, Internet, ataupun dalam CD aslinya.

Penulis juga menemukan ada lagu yang telah dibeli oleh pihak rumah

bernyanyi karaoke kemudian lagu-lagu tersebut untuk di tambahkan lirik

pada lagu sehingga lirik lagu tersebut dapat dibaca87

. Selain itu penulis

menemukan bentuk perbuatan tanpa menghiraukan hak pencipta yang

menurut penulis dikategorikan sebagai salah satu bentuk pelanggaran

yang dilakukan oleh tempat karaoke atau kafe, yaitu dengan mengurangi

besar ukuran file tiap lagu88

. Dengan pengurangan ini kualitas tampilan

86

Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan

maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama

ataupun tidak sama,termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer (Pasal

1 angka 6 UUHC). 87

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara penulis dengan pengelola Kafe Sakura

Salatiga 88

Pengurangan ukuran file juga dikenal dengan istilah kompresi file. Bentuk

pengurangan ukuran file lagu termasuk salah satu hak moral dari pencipta yang hanya

bisa dialihkan melalui wasiat. Lihat penjelasaan Pasal 24 Undang-Undang No. 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

104

video lagu dapat menjadi menurun atau tidak seperti kualitas aslinya89

.

Ada yang memakai CD bajakan atau bukan berasal dari aslinya, dan ada

yang dari hasil mendownload dari situs illegal90

.

Apabila pelaku usaha ini telah meminta izin akan bentuk

eksploitasi video lagu tersebut maka pelaku usaha ini tidak dapat

dikategorikan sebagai pelanggar hak cipta. Tetapi semua pemilik,

pengelola maupun pelaku usaha karaoke yang dijadikan objek penelitian

pada penulisan ini hanyalah mengurus izin pengalihan hak

mengumumkan, menyiarkan,memutar,atau memainkan musik di KCI.

Dalam kasus hak cipta terkait karya cipta lagu yang pernah

terjadi di Salatiga, berdasarkan wawancara dengan penyidik di Polres

Salatiga diambil kesimpulan bahwa pengusaha tempat karaoke di Kafe

Locus, Zone Musik, dan Kafe Sakura di Salatiga telah melakukan

pelanggaran atas karya cipta lagu seperti yang terjadi selama pendirian

usaha tersebut. Sebagai pihak yang telah diberi kuasa oleh kurang lebih

3000an pemilik ciptaan lagu di Indonesia, KCI mengirimkan surat

sebanyak 3 (tiga) kali kepada pengusaha Karaoke tetapi pihak pengusaha

Karaoke tidak menghiraukan surat tersebut. Oleh karena pengusaha

Karaoke ini telah termasuk dalam kategori users yang bermasalah

selanjutnya pihak KCI melaporkan masalah tersebut ke polisi. Pemilik

ataupun Manajer Karaoke dalam penggunaan lagu hasil karya ciptaan

89

Penulis mengambil contoh dari hasil observasi ditempat Karaoke Ratna yang

memiliki hard disc berkapasitas 12 terabytes dengan jumlah lagu sebanyak 14 juta

buah. 90

Berdasarkan hasil observasi penulis di beberapa tempat karaoke yang menjadi objek

penelitian.

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

105

seorang pencipta dengan tujuan komersil tersebut tidaklah memperoleh

izin lisensi atau tidak megurus izin penggunaan lagu tersebut dari

pencipta atau pemegang hak cipta lagu dalam hal ini kepada KCI91

.

Dalam kasus tersebut dipersangkakan melanggar Pasal 72 ayat

(1), Jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang RI No. 19 tahun 2002, tentang

Hak Cipta92

. Pasal 72 Ayat (1) UUHC yang bunyinya sebagai berikut:

“ Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2)

dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan

atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu Juta rupiah) atau pidana

penjara paling lama 7 (tujuh) dan atau denda paling banyak Rp.

5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).”

Dari hasil penelitian penulis, bahwa terjadinya pelanggaran

tersebut tidak lepas dari kurangnya pemahaman pengusaha karaoke atau

masyarakat mengenai hak cipta karena banyak yang tidak mengetahui

akan arti dan fungsi hak cipta serta isi undang-undang hak cipta itu

sendiri . Masih rendahnya pengetahuan tentang hukum di bidang hak

cipta dapat dilihat jika para pengusaha karaoke di atas (terutama di

kawasan Sarirejo) yang tidak tahu dan tidak memperdulikan tentang

bagaimana pentingnya izin lisensi dan royalti atas apa yang mereka

91

Wawancara dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12

September 2013 92

Wawancara dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12

September 2013

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

106

pakai, bahkan banyak tempat usaha karaoke tersebut yang tidak

mengindahkan tentang royalti.

Sikap para pengusaha karaoke yang mengangap walaupun tidak

memiliki ijin lisensi pun mereka masih tetap bisa menjalankan usahanya.

Serta adanya sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan yang

besar tanpa melihat hak dan kewajibannya sebagai seorang user, juga

karena anggapan bahwa untuk mengurus ijin lisensi dari KCI dirasa

rumit karena memakan waktu , biaya dan proses yang lama. Hal ini

menunjukan jika masih kurangnya kesadaran pengusaha karaoke di

Salatiga dalam mengurus perjanjian lisensi93

.

Belum lagi kendala yang ditemui dari pihak KCI sendiri dalam

memjalankan fungsinya seperti masalah luasnya cakupan kerja KCI,

kurangnya SDM yang dimiliki pihak KCI, juga mengenai status hukum

KCI yang masih menjadi perdebatan karena tumpang tindih dengan

lembaga collective organization yang lain.

Selama ini pihak dari Polres Salatiga mengatakan sudah melakukan

sosialilasi kepada tempat – tempat usaha karaoke di Salatiga mengenai

hak cipta . Namun dari sekian tempat penelitian penulis para pengusaha

karaoke mengatakan jika belum ada sosialisasi yang mendalam, hanya

ada himbauan jika harus membayar royalti dalam memakai karya cipta

lagu atau musik. Pada hakikatnya efektifitas penindakan hukum jika

terjadi pelanggaran hak cipta tersebut juga dipengaruhi oleh sikap,

93

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara penulis dengan tempat karaoke di

Salatiga yang menjadi objek penelitian.

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

107

tindakan aparat penegak hukum. Akan tetapi dari hasil penelitian penulis

menemukan bahwa tingkat pengetahuan penyidik Polres Salatiga

terhadap kewenangan mereka dalam bertindak yang di berikan UUHC

masih sangat kurang. Hal ini menjadi gambaran dimana kurangnya

sosialisasi yang menyentuh semua lapisan masyarakat baik dilakukan

oleh Pemerintah , aparat penegak hukum , maupun dari KCI ataupun

semua pihak yang mampu melakukan sosialisasi UUHC.

Dari hasil penelitian penulis dalam mekanisme pemberian izin

lisensi , pihak KCI sudah menentukan kegiatan pemakaian musik atau

lagu seperti apakah yang wajib memperoleh lisensi dari KCI yaitu

kegiatan pemakaian musik yang bersifat komersial,seperti:

1. Kegiatan yang dilakukan bertujuan mendapatkan

keuntungan financial atau pemasukan financial melalui

penjualan barang/jasa/karcis ataupun melalui

sponsorship/sumbangan atau sejenisnya tanpa melalui

penjualan barang/jasa/karcis; dan

2. Kegiatan yang dilakukan yang tidak bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan financial dan/atau pemasukan

financial tetapi hiburan yang disajikan melibatkan

honorarium,gaji, atau bentuk imbalan lainnya.

Orang atau lembaga yang melakukan kegiatan seperti di atas

oleh KCI dinamai pemakai (user), sedangkan untuk pemakaian yang

dipakai sendiri atau untuk kegiatan yang tidak bersifat komersial tidak

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

108

perlu meminta izin dari KCI atau tidak perlu membayar royalti. Pemakai

seperti ini oleh KCI disebut pengguna.

Dalam pemberian izin kepada pemakai (user) dalam hal ini

tempat karaoke, KCI membuat perjanjian standart. Perjanjian standart ini

yang isinya terbuka untuk diketahui para Pencipta yang memberi surat

kuasa kepada KCI , adalah berupa Perjanjian Lisensi Pengumuman Musik

(PLPM). Adapun isi perjanjian lisensi antara pengusaha/pemilik tempat

karaoke dengan YKCI antara lain :

1) Nomor perjanjian lisensi

2) Nama tempat pertunjukkan yang dikelola oleh penerima lisensi

3) Bentuk pemakaian musik

4) Dasar perhitungan royalti pemakai musik

5) Jangka waktu perjanjian

6) Hak dan kewajiban para pihak, yang intinya berisi :

a) KCI memberikan lisensi kepada penerima lisensi untuk

mengumumkan lagu/musik dengan ruang lingkup khusus

yang tertulis dalam bentuk pemakaianmusik dan berlaku di

jenis tempat pertunjukan yang tertulis pada perjanjian;

b) Pemberian izin kepada Penerima Lisensi harus disertai

dengan pembayaran royalti oleh penerima lisensi kepada

KCI untuk jangka waktu 1 tahun dan pembayaran tahun

pertama dilakukan pada saat penandatanganan perjanjian;

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

109

c) Apabila terdapat perbedaan antara royalti yang dibayarkan

dalam hal pembaran kurang, penerima lisensi wajib

secepatnya membayar saldo yang belum dilunasinya dan

dalam hal pembayaran lebih, KCI wajib mengembalikan

secepatnya kelebihan pembayaran kepada Penerima

Lisensi;

d) Untuk tiap tahun berikutnya, penerima lisensi wajib

memberitahukan kepada KCI maksud perpanjangan lisensi

dalam waktu 14 hari sebelum jatuh tempo tanggal lisensi

dan apabila perpanjangan lisensi tidak dilakukan sementara

Penerima Lisensi tetap melakukan kegiatan

mengumumkan/menyiarkan musik secara komersial, Surat

Perjanjian Lisensi Pengumuman Musik secara otomatis

gugur dan kegiatan itu merupakan pelanggaran hak cipta;

e) Izin mengumumkan lagu/musik diberikan KCI dalam

bentuk sertifikat Lisensi kepada Penerima Lisensi pada saat

penandatanganan perjanjian dan pada tahun berikut-nya

diberikan tenggang waktu selambat-lambatnya 14 hari

setelah penerimaan lisensi memenuhi kewajiban membayar

royalti;

f) KCI menjamin penerima lisensi bebas dari segala gugatan

pihak ketiga yang menjadi peserta maupun pihak yang

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

110

berafiliasi pada KCI sepanjang menyangkut hak ekonomi

mengumumkan musik; dan

g) Penerima lisensi mendapatkan informasi tentang

pendistribusian pembayaran royalti kepada para pencipta

lagu.

7. Perhitungan pembayaran royalti

8. Pelanggaran terhadap perjanjian dan penyelesaian sengketa

Di bagian bawah sendiri setelah mencantumkan hal-hal di atas,

merupakan tempat yang dipakai untuk masing-masing pihak

menandatangani perjanjian tersebut, sebagai tanda kesepakatan para

pihak setelah terlebih dahulu membaca, mengerti dan memahami isi

syarat-syarat yang ada di halaman sebaliknya. Selain surat perjanjian,

disitu juga melampirkan lembaran berisikan tentang arti beberapa istilah

dalam perjanjian lisensi pengumuman lagu/musik, dengan maksud

memberi penjelasan-penjelasan terhadap penerima lisensi. Lampiran

tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian

tersebut. Bila perjanjian sudah dibuat dan ditanda tangani, maka

selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari setelah perjanjian itu dibuat, si

penerima lisensi akan mendapatkan sertifikat lisensi sebagai tanda bukti

pemakaian hak-hak mengumumkan lagu yang terdapat dalam repertoire

(Daftar lagu-lagu di KCI)94

.

94

Irfan Eato, Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Hak Cipta Lagu Ditinjau Dari Uu No 19

Tahun 2002. Lex Administratum, Vol.1/No.1/Jan-Mrt/2013. hal 76

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

111

Setelah di hitung besarnya royalti, pemakai lagu membayar

dimuka atas penggunaan satu tahun untuk lagu apa saja yang

dikehendaki. Setelah membayar, KCI akan menerbitkan Sertifikasi

Lisensi Pengumuman Musik (SLPM). Pada akhir tahun, atau secara

berkala selama satu tahun berjalan, pemakai lagu memberikan daftar lagu

yang digunakan agar royalti yang telah dibayarnya sampai kepada

Pencipta lagu yang lagunya disiarkan atau disuarakan.

Suatu perjanjian Lisensi hanya berlaku selama satu tahun dan

bisa diperpanjang secara otomatis pada tanggal dan bulan yang sama tiap

tahun berikutnya. Pada saat itu juga dapat disesuaikan kembali dengan

perubahan-perubahan mengenai jenis musik dan lagu yang ada

maupun jumlah royalti yang dibayarkan kepada KCI . Dan perjanjian

akan berakhir dengan sendirinya jika salah satu pihak menghendaki,

dengan cara memberitahukan secara tertulis paling lambat 2 (dua)

bulan sebelum perjanjian lisensi berakhir.

Mengenai system pembayaran royalti dalam memberikan

izin/lisensi, hak mengumumkan yang dijalankan KCI adalah system

blanket lisensi atau paket. Cara menentukan tarif royalti KCI sedapat

mungkin mengacu pada rumusan internasional. KCI mengadaptasi

berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh CISAC (The

Confederation of International Societies for Authors and Composers).

Sebagai induk dari lembaga collecting society sedunia, CISAC bertugas

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

112

mengkoordinir aktivitas-aktivitas collecting society se-dunia dalam

menentukan tata cara pengelolaan royalti agar lebih baik dan efesien95

.

KCI dalam menagih royalti juga melihat pada kondisi tiap unit

usaha yang dimiliki users. Hal ini dilakukan dikarenakan adanya

perbedaan tingkat kondisi pendapatan atau penghasilan (income) yang

diterima users dari tempat usahanya. Penentuan perbedaan besaran tarif

ini, didasari oleh survei yang sebelumnya dilakukan KCI pada masing-

masing tempat unit usaha users, sehingga dari data survei tersebut KCI

dapat membedakan manasaja unit usaha yang baru buka dengan unit

usaha yang sudah mapan. Jadi, memang ada perbedaan dalam penentuan

besaran tarif atas royalti yang dipungut KCI, namun hal ini semata-mata

dilakukan KCI untuk menghormati hak-hak users, sebab alangkah tidak

adil jika users yang baru membuka unit usaha dikenakan tarif yang sama

besarnya dengan users yang telah memiliki unit usaha yang sudah

mapan96

.

Untuk dasar penghitungan besarnya tarif royalti ini ada suatu

rumusan yang berlaku di Lembaga Collecting Society Internasional

yaitu sejumlah persentase tertentu dari pendapatan kotor.

1. Basic Expenditure for Entertaiment (BEE)

Adalah pengeluaran rata-rata seseorang satu kali ketempat

hiburan. Dianggap sebagai Gross Income pengelola tempat

95

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21 September 2013 96

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21 September 2013

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

113

hiburan 1 pengunjung. Dasar BEE ini selalu berubah nilainya

sesuai dengan kondisi perekonomian saat itu.

2. International Unouoted Acceptance (IUA)

Adalah dasar persentase yang telah disetujui atau diterima

secara universal, sebagai berikut:

a. Feature musik (Live concert, Disco, Karaoke, radiao)

sebesar 6 % -10 % dari Gross Income.

b. Entertainment Musik (Live di Restaurant/Cafee, TV)

sebesar 3 % - 6% dari Gross Income.

c. Background Musik (mechanical musik) sebesar 1 % - 2 %

dari gross Income.

3. Occupancy Rate

Adalah jumlah tingkat pemakaian/kunjungan/jumlah penumpang

selama satu tahun sebesar 40 %.

4. Working Days/Months.

Adalah perhitungan jumlah hari kerja dalam satu tahun

sebanyak 300 hari atau 12 bulan.97

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa perhitungan

pemungutan royalti berbeda-beda, antara lain :

1. Discotique, 6% X 50% X 313 hari X Rp.10.000 =

Rp.93.300, pembulatannya menjadi Rp.100.000/room size

97

Edy Waluyo. Implementasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak

Cipta Kaitannya Dengan Pemungutan Royalti Lagu Untuk Kepentingan Komersial,

Tesis Fh Undip Semarang;2008. hal. 122

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

114

2. Live musik, 3% X 50% X 313 hari X Rp.10.000 =

Rp.46.950, pembulatannya menjadi Rp.50.000/Seat

3. Karaoke reguler, 6% X 50% X 313 hari X Rp.10.000 =

Rp.93.300, pembulatannya menjadi Rp.100.000

4. Karaoke VIP, Per room = 5 orang, 2 X Rp.500.000 =

Rp.1000.000/VIP room

5. TV/Video Screen (sebagai Background Musik sejumlah

Rp.150.000/Screen

6. Fitness dan Aerobic Classes, BEE = Rp.16.500 (tiket

masuk sekali pakai) 1,3% X 40% X 300 hari X

Rp.16.500 = Rp.25.740, pembulatannya menjadi

Rp.25.000/Floor Area98

B. ANALISIS

Sertifikat lisensi yang diberikan KCI kepada penerima lisensi itu

berjudul “Sertifikat Lisensi Hak Pengumuman Karya Cipta Lagu”. Yang

memberikan tempat karaoke hak untuk mengumumkan, menyiarkan,

memutar, atau memainkan musik dalam bentuk karaoke99

. Berdasarkan

sertifikat lisensi tersebut tempat karaoke atau penerima lisensi hanya

dapat menggunakan hak ekonomi ciptaan lagu sebatas mengumumkan

lagu tersebut. Tetapi kenyataanya, penelitian yang melibatkan 16 rumah

98

Ibid.Hal 127 99

Sertifikat lisensi KCI terlampir

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

115

bernyanyi karaoke ini menunjukkan bahwa ada tempat karaoke telah

melakukan suatu perbuatan tanpa menghiraukan hak pencipta.

Hal tersebut melanggar Pasal 72 ayat (1), Jo. Pasal 2 ayat (1)

Undang-undang RI No. 19 tahun 2002, tentang Hak Cipta100

. Dengan

uraian dari setiap unsur tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, unsur barangsiapa. Ini menandakan yang menjadi

subjek delik adalah “siapapun”. Kalau menurut KUHP yang berlaku

sekarang, hanya manusia yang menjadi subjek delik, sedangkan badan

hukum tidak menjadi subjek delik. Tetapi, dalam undang-undang khusus

seperti undang-undang tindak pidana ekonomi, badan hukum atau

korporasi juga menjadi subjek delik101

. Dalam UUHC, “barangsiapa”

bisa ditunjuk antara lain, kepada pelaku dan produser rekaman suara.

Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang

menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan,

menyampaikan, mendeklamasikan atau memainkan suatu karya musik,

drama, tari, sastra, folklore, atau karya seni lainnya102

. Produser rekaman

suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan

memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau

perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun

perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya103

. Dalam kasus ini

100

Wawancara dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12

September 2013 101

Hendra Tanu Wijaya,Hak Cipta Musik atau Lagu,Jakarta,UI Press,2003,hlm.98 102

Pasal 1 angka 10 Undang-undang Hak Cipta No.19 Tahun 2002 103

Pasal 11 angka 10 Undang-undang Hak Cipta No.19 Tahun 2002

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

116

Unsur “Barang Siapa“ ditujukan kepada pemilik Karaoke sebagai subjek

hukum, maka Penulis berpendapat unsur barang siapa terpenuhi.

Kedua, unsur dengan sengaja dan tanpa hak. Kebanyakan tindak

pidana mempunyai unsur kesengajan atau opzet bukan unsur culpa

(kelalaian). Ini adalah layak, oleh karena biasanya yang pantas mendapat

hukuman pidana itu ialah orang yang melakukan sesuatu dengan sengaja.

Kesengajan ini dapat berupa kesengajaan yang bersifat tujuan (oogmerk),

kesengajaan secara keinsafan kepastian (Opzet bij zekerheidsbewustzijn),

dan kesengajaan secara keinsfan kemungkinan (Opzet bij

mogelijkheidsbewustzjin)104

.

Mengenai arti tanpa hak dari sifat melanggar hukum, dapat

dikatakan bahwa mungkin seseorang tidak mempunyai hak untuk

melakukan suatu perbuatan yang sama sekali tidak dilarang oleh suatu

peraturan hukum. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4 UUHC, pemegang

hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang

menerima hak tersebut dari pencipta. Pemilik hak cipta dapat

mengalihkan atau menguasakan sebagian atau seluruh haknya kepada

orang/badan hukum baik melalui perjanjian, surat kuasa maupun

dihibahkan atau diwariskan105

. Tanpa pengalihan atau kuasa tersebut,

maka tindakan itu merupakan “tanpa hak” bahwa Karaoke telah

melakukan dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau

memperbanyak hak cipta berupa pengumuman musik / lagu ditempat

104

Hendra Tanu Wijaya,Op,Cit,hlm.98 105

ibid

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

117

usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau

kuasa atas lagu. Unsur ini terpenuhi karena manajemen Karaoke dengan

sadar telah mengumumkan atau memperbanyak hak cipta berupa

pengumuman musik / lagu ditempat usahanya tanpa izin dari pemegang

hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasa atas lagu sendiri yang diakui

pengusaha karaoke itu sendiri.

Hal ini pun didukung oleh keterangan yang mengatakan bahwa

pihak KCI wilayah Jawa tengah telah mengirimkan surat pemberitahuan,

surat pengingat, dan surat peringatan kepada pihak pengusaha Karaoke

namun diacuhkan. Inilah hal yang menampakkan bahwa pengusaha

Karaoke dengan sengaja melakukan pelanggaran hak cipta. Keempat,

unsur perbuatan dapat dikualifikasikan dalam bentuk mengumumkan.

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (5) UUHC,pengumuman adalah

pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran

suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media

internet, atau melakukan dengan cara apa pun, sehingga suatu ciptaan

dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain; dan unsur memperbanyak

(perbanyakan), menurut ketentuan Pasal 1 ayat (6) UUHC, adalah

penambahan jumlah suatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun

sebagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan

yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara

permanen atau temporer. Dalam kasus ini pihak Karaoke

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

118

memperdengarkan /mempertontonkan /menyiarkan ciptaan lagu kepada

umum yang memutar lagu yang dinyanyikan pengunjung karaoke

Dari hasil penelitian diatas, penulis melihat perbuatan yang

melanggar hak pencipta yang dilakukan oleh tempat karaoke tidak hanya

dalam ranah hak ekonomi pencipta tetapi juga dalam hak moral

pencipta106

. Penulis melihat bahwa rumah bernyayi karaoke telah

melanggar hak integritas pencipta. Hak integritas merupakan bagian dari

hak moral pencipta itu sendiri. Hal ini pun telah Penulis kemukakan pada

sub bab sebelumnya. Hak integritas ini bertujuan untuk melindungi

ciptaan pencipta dari penyimpangan, pemenggalan, atau perubahan yang

dapat merusak integritas pencipta.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 24 ayat (2) UUHC disebutkan

bahwa dengan hak moral, pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak

untuk:

a. Dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam

ciptaannya ataupun salinannya dalam hubungan dengan

penggunaan secara umum;

b. Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi, atau bentuk

perubahan lainnya yang meliputi pemutarbalikan,

pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan

dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak

106

Perbuatan sekecil apapun terhadap suatu ciptaan, baik seperti mengganti atau

mengubah judul dan sub judul suatu ciptaan, mengganti warna, menampilkan suatu

ciptaan drama diluar stage yang dimaksudkan oleh pencipta, maupun mengubah nama

asli atau nama samaran pencipta digolongkan sebagai pelanggaran hak moral. Terdapat

dalam Elyta Ras Ginting,Hukum Hak Cipta Indonesia,Bandung,2012, hlm. 109

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

119

apresiasi dan reputasi pencipta. Selain itu tidak satupun dari

hak-hak tersebut dapat dipindahkan selama penciptanya

masih hidup, kecuali atas wasiat pencipta berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Dari hasil penelitian yang penulis temukan, dapat disimpulkan

bahwa tempat karaoke tersebut telah melakukan beberapa perbuatan

pelanggaran hak cipta seperti :

1. Rumah bernyanyi karaoke melakukan penggandaan dengan

meng-copy lagu ke hard disc mereka;

2. mengurangi ukuran file lagu;

3. Ada rumah bernyanyi karaoke yang melakukan aransemen

ulang.

4. Ada Rumah bernyanyi karaoke mengumumkan lagu yang di

download dari situs ilegal;

5. Ada rumah bernyanyi karaoke mengumumkan lagu yang

didapatnya bukan berasal dari CD aslinya.

Perbuatan-perbuatan rumah bernyanyi karaoke di atas tidaklah

memperoleh izin sebelumnya dari pencipta lagu/produser rekaman suara

untuk mengeksploitasi lagu tersebut. Dari hal ini Penulis menarik

kesimpulan bahwa rumah bernyanyi telah melakukan pelanggaran hak

cipta. Konsekuensi apabila hal ini diumumkan atau disiarkan walaupun

rumah bernyanyi telah memperoleh lisensi pengumuman lagu adalah

rumah bernyanyi karaoke selain melanggar ketentuan Pasal 72 ayat (1),

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

120

Pasal 72 ayat (2) dan Pasal 72 ayat (6) UUHC dapat diberlakukan

terhadap rumah bernyanyi karaoke yang melakukan pelanggaran hak

cipta dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak

cipta dan dengan sengaja materi ciptaan diubah walaupun hak ciptanya

telah diserahkan kepada pihak lain.

Terhadap lebih lanjut mekanisme perjanjian lisensi hak cipta

lagu antara pengusaha karaoke dengan KCI, pasal 45 UUHC mengatur

bahwa :

1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta (termasuk pelaku sebagai

pemegang hak terkait) berhak memberikan Lisensi kepada pihak

lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan

perbuatan pengumuman, perbanyakan, penyiaran sebagaimana

diatas.

2. Kecuali diperjanjikan lain, lingkup lisensi dimaksud meliputi

semua perbuatan pengumuman, perbanyakan, penyiaran

berlangsung selamajangka waktu lisensi diberikan dan berlaku

untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

3. Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanan perbuatan pengumuman,

perbanyakan dan penyiaran tadi disertai dengan kewajiban

pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta atau pemegang

hak terkait oleh penerima lisensi.

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

121

4. Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak

terkait oleh penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan

organisasi profesi.

Dari ketentuan Pasal 45 UUHC tersebut, ada dua hal pokok

berkaitan dengan pengalihan hak cipta maupun hak terkait dari pemilik

hak kepada pihak lain, yaitu :

1. Lisensi – apabila orang lain hendak melakukan perbuatan

perbanyakan dan pengumuman Ciptaan serta kegiatan

perbanyakan dan penyiaran dari rekaman suara dan/atau gambar

pertunjukan, harus mendapat lisensi dari pencipta atau

pemegang hak terkait; dan

2. Royalti – penerima lisensi wajib member royalti kepada

Pencipta atau pemegang hak terkait.

Bagaimana substansi yang sebenarnya dari perjanjian antara

pemberi lisensi dan penerima lisensi sangat bergantung kepada kedua

belah pihak. Pada dasarnya perjanjian adalah proses interaksi atau

hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yang saling berhadapan,

yaitu penawaran oleh pihak penawar dan pihak penerimaan oleh pihak

penerima. Diantara pihak penawar dan pihak penerima tersebut harus

tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan

mengikat kedua belah pihak107

. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan

107

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Sebagai Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1989,

hlm 97

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

122

berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata ayat (1)

yang menyatakan :

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Adapun yang menjadi subyek dalam perjanjian lisensi tersebut

ialah pencipta lagu yang diwakili oleh KCI108

, sebagai Pemberi Lisensi

dengan semua user kecuali produser sebagai penerima lisensi. Pemberi

lisensi harusnya mengetahui sampai titik mana hak kekayaan intelektual

dapat dilisensikan kepada pihak lain dan seberapa jauh pemberi lisensi

sudah dilindungi secara hukum. Demikian hal bagi Penerima Lisensi

harus mengetahui keabsahan dan kepemilikan atas obyek dari lisensi.

Dengan demikian baik pemberi lisensi maupun penerima lisensi, masing-

masing mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian

lisensi pengumuman lagu ini109

.

Mengenai royalti yang selama ini dikelola KCI pada prinsipnya

setelah dikumpulkan, dipotong biaya administrasi, pajak, dana

operasional lalu didistribusikan kepada pencipta lagu yang telah terdaftar

sebagai anggota KCI pada bulan maret tahun berikutnya. Besar kecilnya

jumlah royalti yang diterima anggota KCI bergantung juga terhadap

laporan pemakaian lagu yang bersangkutan oleh para pemakai, jadi

semakin sering lagu dipakai/diumumkan oleh users maka akan semakin

108

Pencipta lagu memberikan surat kuasa kepada KCI untuk mengelola hak

mengumumkan ciptaaan lagu tersebut. 109

Djuwityastuti, Kajian Yuridis Penerbitan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik Oleh

Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) Yustisia Edisi Nomor 69 Sept. - Desember 2006,

hal 46

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

123

banyak juga pula royalti yang akan diterima pencipta lagu110

. Menurut

Penulis hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan bagi pencipta lagu atau

anggota KCI yang sudah memberikan kuasa kepada KCI dikarenakan data

laporan pemakaian lagu yang masuk belum tentu akurat. Artinya bahwa

lagu ciptaan siapa sajakah yang dipakai oleh para users dan berapa

banyak pemakaiannya. Penggunaan lagu di tempat karaoke pada

umumnya bergantung pada situasi dan permintaan pengunjung, sehingga

mungkin saja data lagu yang dinyatakan banyak dipakai tetapi sebenarnya

tidak banyak dipakai dan mungkin juga sebaliknya. Maka hal inilah yang

menurut Penulis dapat menimbulkan ketidakadilan.

Perlu menjadi catatan bahwa dalam pemberian lisensi KCI

sebagai salah satu wadah yang bertindak untuk dan atas nama pemberi

kuasa dalam memberi izin hanyalah memberikan hak mengumumkan

kepada users yang merupakan repertoire KCI. Dari perjanjian lisensi

tersebut diketahui bahwa rumah bernyanyi karaoke hanyalah

memperoleh hak untuk mengumumkan suatu ciptaan lagu. Sedangkan

untuk perbanyakan, pemecahan bagian materi ciptaan, pengurangan

ukuran file lagu, ataupun aransemen ulang lagu tersebut merupakan

bentuk eksploitasi ciptaan yang seharusnya sebelum pengeksplotasian itu

dilakukan terlebih dahulu patutlah apabila pelaku usaha tempat karaoke

ini memperoleh lisensi atas bentuk eksploitasi.

110

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21September 2013

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

124

B.1 Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Hak Cipta Lagu

Antara Pengusaha Karaoke Dengan KCI Di Kota Salatiga

Kegiatan KCI dalam melaksanakan perjanjian lisensi dan

pemungutan royalti di Kota Salatiga saat ini masih diwarnai berbagai

hambatan-hambatan yang datang dari berbagai aspek, kurangnya

pemahaman pengusaha karaoke atau masyarakat mengenai hak cipta,

masih rendahnya pengetahuan tentang hukum di bidang hak cipta dan

kurangnya kesadaran akan pentingnya mengurus perjanjian lisensi dan

pembayaran royalti terhadap pemakaian lagu oleh pengusaha karaoke di

Salatiga adalah masalah yang paling besar saat ini ditemu oleh KCI.

Penarikan royalti memang telah dikuasakan kepada KCI oleh

pencipta lagu ataupun pemegang hak karya cipta , akan tetapi belum

keluarnya Peraturan Pemerintah tentang hal ini j u g a menjadi kendala

yang sampai saat ini masih dihadapi KCI untuk terus melakukan

tugasnya111

. Bentuk-bentuk standar perjanjian lisensi tidak ditemukan

dalam UUHC, yang ada hanyalah pasal yang menyebutkan bahwa

mengenai perjanjian lisensi akan diatur kemudian dalam Keppres. Akan

tetapi sampai sekarang ini belum ada Keppres tentang perjanjian lisensi.

Permasalahan yang lain adalah mengenai pemungutan royalti. UUHC

menyebutkan bahwa pemungutan royalti dilakukan oleh organisasi

profesi berdasarkan kesepakatan antara pencipta dan organisasi profesi

tersebut. Pasal ini menimbulkan multi tafsir mengenai siapa yang disebut

111

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21September 2013

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

125

dengan organisasi profesi dan apa saja yang menjadi kewenangannya.

Multi tafsir dari pasal tersebut mengakibatkan adanya tumpang tindih

kewenangan sesama collecting societies. Tumpang tindih kewenangan

tersebut sempat menjadi persolaan bagi beberapa collecting societies dan

sempat mencuat ke permukaan, hingga akhirnya harus diselesaikan di

pengadilan. Kasus yang sempat terjadi salah satunya adalah YKCI

(Yayasan Karya Cipta Indonesia) berhadapan dengan ASIRI (Asosiasi

Indutri Rekaman Indonesia) yang saling mengklaim memiliki hak untuk

melakukan pemungutan royalti. Selain itu, disamping ASIRI dan YKCI

ada juga banyak organisasi profesi yang mengklaim dirinya sebagai

lembaga yang berhak melakukan pemungutan royalti, katakanlah seperti

PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia), dan PAPPRI

(Persatuan Artis Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia).

Untuk lebih memperjelasnya maka Penulis akan

mengelompokan beberapa kendala KCI dalam melaksanakan

perjanjian lisensi dan pemungutan royalti di Salatiga:

1. Kurangnya sosialisasi UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta kepada masyarakat dan pengguna/ user.

UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

diharapkan dapat menjadi payung kepastian hukum terkait

segala sesuatu tentang Hak Cipta. Namun kehadiran UU

tersebut ternyata dirasakan tidak lebih dari sekedar

pelengkap. Keluarnya Undang-undang Nomor 19 Tahun

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

126

2002 Tentang Hak Cipta bukan serta merta seluruh

lapisan masyarakat tahu akan hal itu, walaupun pada

teoritisnya keluarnya suatu Undang-undang dan telah

diterbitkan dalam Berita Negara masyarakat dianggap

tahu baik mengenai isi maupun sanksi yang termuat di

dalamnya. Untuk itu perlu lebih banyak sosialisai kepada

semua masyarakat mengenai hak cipta ini, semua pihak

diharapkan memberikan pengertian kepada pengusaha

ataupun masyarakat tentang pemahaman hak cipta dan

royalti karena jika tidak pengunaan ataupun pemakaian

lagu-lagu disebuah tempat usaha yang dikomersilkan

tanpa dipungut royaltinya akan membuat para pencipta

kehilangan kepercayaan terhadap institusi hukum yang

ada dalam hal penegakan hukum. Sosialisasi bisa

dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan, pemahaman-

pemahaman lansung yang dilakukan pihak terkait baik di

lapangan.

2. Rendahnya kesadaran pengguna/ user dalam menghargai

karya cipta .

Hal ini dipengaruhi faktor kebiasaan masyarakat yang

pada umumnya tidak memperhatikan arti dari Hak Cipta itu,

dengan keadaan ini jelas masyarakat juga tidak

mempedulikan tentang bagaimana pentingnya pembayaran

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

127

royalti atas apa yang mereka pakai, bahkan banyak

masyarakat yang tidak mengerti tentang royalti sehingga

masih ada kegiatan usaha tanpa membayar royalti,hal ini

terjadi karena ketidaktahuan masyarakat tentang apa itu

royalti dan tentang Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

3. Sulitnya pendataan penguna karya cipta karena luasnya

wilayah kerja dengan tidak didukung oleh SDM dan Biaya

Jumlah usaha yang banyak berkembang saat ini

cukup menyulitkan KCI dalam mendata usaha yang

mempergunakan karya cipta para pemegang hak cipta,

baik usaha berskala kecil ataupun besar, usaha hiburan

yang jadi target utama KCI dalam pemungutan royalti

saat ini berkemang dengan pesat dan belum semuanya

terdata oleh KCI hal ini disebabkan jumlah petugas di

lapangan yang sedikit tidak sesuai dengan jumlah usaha

yang tumbuh saat ini. Dengan luasnya cakupan kerja KCI

ternyata dalam internal manajemen tidak didukung dari segi

SDM-nya, setidaknya dari segi kuantitas (banyaknya

jumlah) SDM. Keadaan seperti ini sangat dirasakan oleh

pihak perwakilan KCI yang ada didaerah. Keadaan yang

ada semakin diperparah dengan minimnya alokasi dana bagi

operasional KCI jika dibandingkan dengan luasnya wilayah

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

128

kerja, dan itu semakin membuat KCI tidak maksimal dalam

bekerja.

4. Status keberadaan Yayasan Karya Cipta yang dipertanyakan

Tumpang tindih kewenangan sebuah lembaga

collective organization yang terjadi antara KCI dengan

lembaga profesi lain yang ikut serta mengklaim dirinya yang

berhak melakukan pemungutan royalti. Sebut saja dengan

ASIRI ( Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan, PAMMI

(Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia. Undang-Undang

No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada dasarnya tidak

merumuskan secara definitif mengenai adanya suatu

collective organization, melainkan sekilas disebutkan sebagai

organisasi profesi. Dengan tidak adanya penunjukan oleh

undang-undang, maka embrio organisasi yang berdiri atas

prakarsa PAPPRI sejak 20 tahun silam ini seolah kehilangan

legitimasinya di masyarakat. Diperkuat lagi dengan

kenyataan bahwa pemerintah tidak bertindak untuk

membentuk organisasi profesi yang kuat dan berwibawa.

Penyudutan terhadap status KCI semakin dipertajam dengan

banyaknya pihak yang tidak terima dan mengajukan gugatan

kepadanya.

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

129

B.1.2 Penyelesaian Pelanggaran Perjanjian Lisensi Hak Cipta Lagu

antara Pengusaha Karaoke dengan KCI di Kota Salatiga

Pada tindak pidana dibidang hak kekayaan intelektual

khususnya hak cipta, penyidik pada Polres Salatiga berdasarkan hasil

wawancara, penyidik berperan dalam menindaklanjuti setiap persoalan

yang berhubungan dengan tindak pidana dibidang hak cipta. Apabila

mendapat laporan atau menemukan sendiri pelanggaran tersebut petugas

kepolisian dapat melakukan penindakan112

. Hal ini pula telah Penulis

jelaskan bahwa Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

memberikan klasifikasi delik sebagai delik biasa /formal , itu berarti

dianggap telah sepenuhnya terlaksana dengan dilakukannya suatu

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-

undang. Bersifat mutlak ada kerugikan yang ditimbulkan, barulah para

pelaku pelanggar baru dapat dituntut berdasarkan ketentuan pidana yang

terdapat dalam UUHC.

Menurut keterangan yang diberikan Bapak Darmawan selaku

Kanit ReskrimPolres Salatiga, Penyididik pada Reskrim Polres Salatiga

melakukan proses penyidikan terhadap kasus pelanggaran hak cipta

berdasarkan Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP,

Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, dan Perkap 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen

Penyidikan Tindak Pidana.

112

Wawancara dilakukan dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada

tanggal 12 September 2013

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

130

Berdasarkan hasil wawancara juga menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan penyidik pada Subdit Reskrim terhadap kewenangan

mereka dalam bertindak yang telah diberikan oleh UUHC masih sangat

kurang. Oleh karenanya penyelidikan terhadap tindak pidana hak cipta

baru dilakukan pada saat ada laporan dari pemegang hak cipta yang

dirugikan. Dengan penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa salah satu

faktor merajalelanya pelanggaran hak cipta di kota Salatiga juga

dipengaruhi oleh keaktifan dari pihak kepolisian.

Dalam praktiknya Penulis berpendapat tindak pidana hak cipta

tidak tepat dimasukkan dalam kategori delik biasa. Setidaknya ada tiga

alasan mengapa Penulis berpendapat demikian, yaitu pertama, aparat

penegak hukum tidak bisa menentukan apakah telah terjadi tindak

pidana hak cipta tanpa membandingkan barang hasil pelanggaran hak

cipta dengan ciptaan aslinya. Hanya pencipta atau pemegang hak

ciptanya-lah yang memegang dan mengetahui dengan pasti ciptaan yang

asli tersebut. Oleh karena itu, seharusnya tidak mungkin aparat penegak

hukum dapat bergerak sendiri tanpa adanya pengaduan terlebih dahulu

dari pencipta atau pemegang hak cipta yang merasa dirugikan atas tindak

pidana tersebut. Kedua, dalam melakukan proses hukum, aparat penegak

hukum tidak mungkin langsung mengetahui apakah suatu pihak telah

mendapat izin untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan.

Oleh karena itu, pasti ada pengaduan terlebih dahulu dari pencipta atau

pemegang hak cipta yang mengetahui dengan pasti bahwa suatu pihak

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

131

telah melanggar hak ciptanya karena tidak memiliki izin untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.

Ketiga, dalam praktik, apabila terjadi pelanggaran hak cipta,

pihak yang hak ciptanya dilanggar lebih menginginkan adanya ganti rugi

dari pihak yang melanggar hak cipta ketimbang pelanggar hak cipta

tersebut dikenakan sanksi pidana penjara atau denda. Oleh karena itu,

penyelesaiannya diupayakan secara damai di luar pengadilan. Namun,

karena tindak pidana hak cipta adalah delik biasa, sering kali aparat

penegak hukum yang mengetahui adanya pelanggaran hak cipta terus

melanjutkan proses hukum pidana meski sudah ada kesepakatan damai

antara pihak yang dilanggar hak ciptanya dengan pihak yang melanggar

hak cipta. Hal ini tentu saja akan menyulitkan posisi para pihak yang

telah berdamai tersebut. Indonesia telah memiliki beberapa undang-

undang di bidang HKI, yaitu tentang paten, merek, hak cipta, desain

industri, rahasia dagang dan desain tata letak sirkuit terpadu. Kecuali

undang-undang tentang hak cipta, undang-undang di bidang HKI lainnya

menentukan bahwa tindak pidana yang diatur didalamnya merupakan

delik aduan. Sangat aneh ketika tindak pidana hak cipta diatur berbeda

dengan tindak pidana dibidang HKI lainnya. Dengan demikian,

seharusnya tindak pidana hak cipta diatur sama dengan tindak pidana di

bidang HKI, yaitu merupakan delik aduan.

Menurut Penulis memang benar bahwa hanya pencipta dan

pemegang haklah yang mengetahui dengan pasti ciptaannya yang asli.

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

132

Tetapi apabila ciptaan tersebut ingin digunakan dalam suatu usaha atau

mengomersialkan materi hak cipta maka sebagai pelaku usaha yang

beritikad baik terlebih dahulu pelaku usaha ini meminta izin kepada

pencipta dari ciptaan tersebut. Apabila berhubungan dengan penggunaan

ciptaan lagu, pelaku usaha ini dapat meminta izin pengalihan hak

ekonomi kepada produser rekaman atau suatu asosiasi yang diberi kuasa

oleh pencipta untuk mewakilinya dalam pengalihan hak. Disaat pelaku

usaha ini telah memperoleh pengalihan izin penggunaan lagu dalam

bentuk pengumuman, KCI selaku salah satu wadah perantara antara

pencipta dan pelaku usaha memberikan sertifikat penggunaan lagu sesuai

dengan syarat-syarat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Jikalau

pelaku usaha ini meminta pengalihan izin langsung kepada penciptanya

maka bentuk pengalihannnya berbentuk perjanjian lisensi yang

selanjutnya lisensi tersebut didaftarkan pada dirjen HAKI.

Jadi kalau alasannya penegak hukum berkendala dalam

menemukan alat bukti sebagaimana alasan di atas bahwa pencipta dan

pemegang hak ciptalah yang memegang dan mengetahui dengan pasti

ciptaan aslinya, pihak penyidik dapat menanyakan keberadaan lisensi

pengalihan hak tersebut atau sertifikat pengalihan hak yang telah pelaku

usaha peroleh sebelumnya disaat pengurusan izin tersebut atau kalau

diperlukan cek lisensi yang terdaftar pada direktorat HKI. Apabila pelaku

usaha itu tidak memilikinya maka dapat dipastikan pelaku usaha tersebut

telah melanggar hak pencipta.

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

133

Kedua, apabila alasannya adalah tidak akan mungkin

mengetahui apakah suatu pihak telah mendapat izin untuk

mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan. Penulis dapat

menganalogikan bahwa penggunaan narkoba tanpa resep dari dokter

yang telah mengikuti pelatihan di rumah sakit ketergantungan obat

merupakan suatu perbuatan yang dilarang, ada pun jenis yang hanya

diperbolehkan adalah psikotropika golongan III dan golongan IV. Hal ini

barulah dapat diketahui jika Polisi melakukan penggerebekan atau razia

terhadap pelaku yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum

tersebut. Hal semacam ini pula dapat diberlakukan pada kasus

pelanggaran hak cipta. Jadi para pelaku usaha dapat dirazia oleh pihak

kepolisian tanpa adanya aduan terlebih dahulu kepada Polisi.

Ketiga, apabila alasannya karena seringkali pencipta lebih

menginginkan ganti rugi daripada sanksi pidana diberlakukan terhadap

pihak yang melanggar. Penulis berpendapat UUHC telah memberikan

hak kepada pencipta untuk dapat melakukan gugatan perdata pada

pengadilan negeri dan juga penuntutannya. Delik biasa pada UUHC ini

diberikan karena selain kepentingan pribadi pencipta yang dirugikan juga

hal ini berimplikasi pada pemasukan negara dari sektor perpajakan. Telah

diketahui bahwa sebagian besar pelaku usaha menginginkan perolehan

keuntungan dengan cara yang mudah. Jadi untuk alasan menyulitkan para

pihak yang ingin berdamai Penulis rasa bukanlah suatu alasan yang tepat

karena pelanggaran hak cipta tidak hanya berbicara mengenai pencipta

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

134

dan pelaku usaha tetapi juga negara yang dalam hal ini turut merasakan

kerugian yang ditimbulkan oleh para pelanggar hak cipta. Potensi

kerugian negara dari 60 kasus pelanggaran hak cipta yang telah ditangani

oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual diperkirakan mencapai

sekitar Rp 100 miliar113

. Seandainya royalti yang diterima oleh pencipta

sebesar peredaran ciptaanya di lapangan maka pencipta akan membayar

pajak yang banyak pula sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan

pajak itu maka sejahteralah masyarakat Indonesia terlepas dari masalah

mafia pajak tentunya. Ini pula membuktikan pelaku usaha yang beritikad

buruk juga telah merugikan masyarakat Indonesia.

B.1.3 Upaya Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta pada Kafe dan

Tempat Karaoke Yang Tidak Memiliki Lisensi atas Hak Cipta Lagu

KCI dalam hal pelaksanaan pemungutan royalti di lapangan

sebenarnya tidak hanya menunggu pembayaran dari pihak pengelola

tempat hiburan melainkan juga melakukan pengawasan, pengawasan

ini dilakukan untuk menertibkan setiap pengelola hiburan dalam

pengunaan lagu dan melihat tempat usaha lain yang belum membayar

lisensi atas karya cipta yang dikuasakan kepadanya.Untuk itu KCI

melakukan pengawasan di lapangan, bisa dilakukan oleh anggota

KCI langsung dan juga mendengarkan secara langsung laporan dari

masyarakat ataupun para pemegang hak cipta, dari sini KCI akan

langsung melakukan pengecekan jika benar terjadi pelanggaran maka

113

Pelanggaran Hak Cipta, http://Infoteknologi.suarasurabaya.net/news/2012/111742-

hingga-oktober-2012-kerugian-negara-diperkirakan-100-miliar diakses pada tanggal 13

september 2013

Page 37: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

135

KCI akan langsung melayangkan surat peringatan kepada pengelola

tempat usaha atau hiburan tersebut114

.

Jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh penerima lisensi

atau penerima lisensi tidak memenuhi kewajibannya membayarkan

royalti sesuai yang telah diperjanjikan maka antara KCI dan penerima

lisensi dalam hal ini pemilik atau pengusaha tempat-tempat karaoke akan

dipertemukan bersama untuk menyelesaikan secara musyawarah terlebih

dahulu, akan tetapi jika jalan musyawarah yang ditempuh tidak

membuahkan hasil maka salah satu pihak yang merasa dirugikan dapat

mengajukan masalah ini ke ranah hukum untuk menyelesaikan

masalah tersebut115

.

Ketentuan pidana yang dipergunakan untuk melindungi hak

cipta mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup berarti.

Perkembangan dan perubahan mengenai ketentuan pidana ini senantiasa

disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan bidang-bidang hak

cipta yang mencakup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan

kesusastraan. Dinaikkannya ancaman pidana bagi pelanggar hak cipta

dapat dikatakan mendapat pengaruh dari sektor ekonomi, karena pada

dasarnya si pelaku kejahatan hak cipta dapat memperoleh keuntungan

finansial yang besar, terlebih lagi kalau tindak pidananya berupa

pembajakan. Usaha penanggulangan kejahatan hak cipta disamping

114

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21September 2013 115

Wawancara dilakukan dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada

tanggal 12 September 2013

Page 38: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

136

menaikkan ancaman pidana, juga merubah penyebutan delik aduan

menjadi delik biasa116

.

Berdasarkan wawancara dengan penyidik Polres Salatiga

mengemukakan bahwa pihak penyidik Polres Salatiga ini telah

melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pengusaha karaoke di

Salatiga khususnya perihal bentuk-bentuk perbuatan yang tergolong

pelanggaran hak cipta sebagai bentuk penanggulangan terhadap

pelanggaran hak cipta. Pihak kepolisian juga telah memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai hak cipta melalui situs resmi polri yang

dapat diakses setiap saat di www.reskrimsus.metro.polri.go.id/info117

.

Penanggulangan terhadap pelanggaran hak cipta juga dilakukan

oleh KCI. KCI menganggap mereka adalah sebuah yayasan yang diberi

tanggung jawab oleh pencipta untuk menagihkan royalti kepada users

sehingga KCI merasa berkewajiban memberikan informasi atas

ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUHC kepada pelaku usaha.

Adapun bentuk penanggulangan atas pelanggaran hak cipta yang

dilakukan oleh KCI yaitu melakukan sosialisasi. Sosialisasi yang

dilakukan KCI bukanlah berbentuk seminar tetapi sistem yang mereka

116

Uning Kusuma Hidayah,Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Terhadap

Pembajakan CD/VCD (Studi Kasus Di Jawa Tengah), Tesis FH Undip, Semarang;2008.

hal. 126 117

Wawancara dilakukan dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada

tanggal 12 September 2013

Page 39: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

137

pakai adalah “door to door” mendatangi setiap pelaku usaha hiburan

yang mempergunakan lagu pencipta118

.

Prosedur pertama KCI dengan melakukan sosialisasi melalui

introduction letter (surat pemberitahuan) surat yang berisi pengenalan

bahwa ciptaan lagu itu dilindungi oleh undang-undang, kalau misalnya si

pelaku usaha tetap tidak membayar royalti pihak KCI berikutnya

mengirimkan reminder letter (mengingatkan bahwa pelaku usaha

mempunyai kewajiban, dasar hukumnya terdapat dalam UUHC kalau

tetap dilanggar maka akan berakibat hukum, kalau mau mengurus

prosesnya seperti ini). Prosedur ketiga apabila pelaku usaha tetap

membangkan adalah KCI mengirimkan Warning letter (surat

peringatan)119

.

Dari beberapa hambatan diatas KCI mencoba mengatasinya

dengan cara menyiasati hambatan-hambatan itu antara lain adalah:

1. Pemberitahuan dan sosialilasi Kepada masyarakat dan

pengguna/users tentang Hak Cipta.

Setiap Anggota KCI dibekali dengan pengetahuan

tentang Hak Cipta serta diberikan tugas untuk menjelaskan

bagaimana sebenarnya hak cipta dan royalti kepada

masyarakat, dengan demikian banyak diharapkan masyarakat

bisa memahami apa itu hak cipta dan pembayaran royalti

118

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21 September 2013 119

Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia

Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21 September 2013

Page 40: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

138

tersebut. Memang sejauh ini tidak ada sosialisasi yang secara

langsung menyentuh kepada masyarakat, hanya sekedar diskusi

dan seminar dan hanya kalangan tertentu saja yang dapat

mengikutinya. Namun dapat diharapkan semua pihak bisa

bekerja sama mensosialisasikan Undang-undang Nomor 19

Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, s eh i n g g a menyentuh semua

lapisan masyarakat, dengan cara meningkatkan frekuensi

penyuluhan penyuluhan tentang hak cipta tersebut dan

diharapkan dengan penyuluhan tersebut masyarakat mengerti

tentang pentingnya Hak Cipta

2. Menumbuhkan kesadaran pengguna/ user dalam menghargai

karya cipta.

Untuk menumbuhkan kesadaran user dalam menghargai

suatu karya cipta, bukan merupakan suatu hal yang mudah.

Namun KCI telah berupaya bekerjasama dengan beberapa

organisasi/ paguyuban tertentu untuk melakukan semacam dialog

sarasehan secara langsung.

3. Penyebarluasan Petugas Pengawas KCI

Dengan tetap memperhatikan tujuan serta visi KCI dalam

rangka pemungutan royalti KCI saat ini K C I

menyebarluaskan petugasnya untuk melakukan pemungutan,

hal ini juga dilaksanakan untuk pendataan KCI terkait

pengunaan karya cipta oleh pengguna karya cipta tersebut dan

Page 41: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... - UKSW

139

dalam hal ini diharapkan masyarakat ikut serta membantu dalam

pendataan tersebut.

4. Status KCI

Keberadaan KCI dapat dikatakan benar, dikarenakan

adanya desakan kebutuhan pengelolaan hak ekonomi suatu karya

cipta serta dibentuk sebagai badan hukum. Sedangkan di sisi yang

lain, mengenai tidak adanya status penujukkan kepada KCI oleh

UU Hak Cipta sebagai collecting society adalah merupakan

kewenangan dan kewajiban negara untuk memberikan solusinya.